IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA :Studi Kasus pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Kolaka Kabupaten Kolaka.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSRTAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... Hal ii iii iv v vii ix xi xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Perumusan Masalah... C. Pembatasan Masalah... D. Pertanyaan Penelitian... E. Kerangka Berpikir... F. Tujuan Penelitian... G. Kegunaan Penelitian... H. Penjelasan Istilah……….. I. Hasil Penelitian Yang Relevan……….

1 10 12 12 13 15 15 16 18

BAB II IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

A. Konsep Implementasi Kurikulum……… B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan………. C. Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan D. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia………

20 25 42 71


(2)

BAB III METODOLOGI

A. Metode Penelitian... B. Lokasi Penelitian... C. Sumber Data Penelitian……….. D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... E. Prosedur Pengumpulan Data……… F. Pengolahan dan Analisis Data... G. Uji Keabsahan Temuan Penelitian………....

89 93 94 94 98 101 103

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian……….. B. Deskripsi Hasil Penelitian……… C. Analisis Hasil Penelitian……….. D. Pembahasan Hasil Penelitian………...

107 114 161 191

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

B. Rekomendasi

213 217 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel. 2.1. Cakupan kelompok Mata Pelajaran... Tabel. 2.2. Struktur Kurikulum SMP/MTs... Tabel. 2.3. Alokasi Waktu Pada Kalender Pendidikan... Tabel. 2.4. Contoh Bentuk Silabus... Tabel. 4.1. Stuktur Kurikulum MTs. N.Kolaka... Tabel. 4.2. Contoh Program Tahunan... Tabel. 4.3. Contoh Program Semester... Tabel. 4.4. Bentuk Penilaian Praktek... Tabel. 4.5. Bentuk Penilaian Proses... Tabel. 4.6. Daftar Nilai ujian Praktek Bahasa Indonesia Kelas IX.. Tabel. 4.7. Daftar Nilai Ujian Uji Coba Bahasa Indonesia Kelas IX Tabel. 4.8. Langkah-langkah Pelaksanaan Proses Pembelajaran...

Hal

29 37 41 54 112 121 122 144 145 147 149 183


(4)

DAFTAR GAMBAR/BAGAN


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.

Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pembaharuan pendidikan di Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

Apa yang kita amati dari hasil pembelajaran di sekolah dasar dan menengah dan Madrasah adalah ketidakmampuan anak-anak menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari (Direktorat SLTP, 2002). Apa yang siswa peroleh di Sekolah/Madrasah, sebagian hanya hafalan dengan tingkat pemahaman yang rendah. Siswa hanya tahu bahwa tugasnya adalah mengenal fakta-fakta, sementara keterkaitan antara fakta-fakta itu dengan pemecahan masalah belum mereka kuasai. Itu sebagian dari persoalan dalam dunia pendidikan kita yang saat ini terus kita benahi bersama. Salah satu bentuk usaha meningkatkan mutu pendidikan kita adalah menciptakan kurikulum yang lebih memberdayakan siswa.


(6)

Untuk itu, perlu didesai sebuah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional, yakni melahirkan manusia Indonesia yang berkualitas dan kompeten. Kurikulum tersebut dikenal dengan .Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan didasarkan pada Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 17 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut:

“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karasteristik daerah sosial budaya, masyarakat setempat dan siswa”. Ayat 2 berbunyi, “ Sekolah dan Komite Sekolah atau Madrasah dan Komite Madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) dibawah supervisi Dinas Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK dan Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang Agama untuk MI, MTs, dan MA/MAK.”

Perubahan kurikulum di sekolah-sekolah (Madrasah) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari. Semangat zaman yang makin mengglobal menyebabkan perubahan evolusioner dan revolusioner secara mendasar pada dinamika pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan manusia sangat dibutuhkan. Tidak hanya itu, dimensi sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan dan interaksi sosial antar manusia juga mengalami perubahan.

Dalam konteks itu, Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan (dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan/SKL) menginisiasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah/madrasah. Alih-alih mereformasi KTSP, sekadar kurikulum


(7)

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di mana pedoman dan alat ukur keberhasilannya tetap sentralistik.

Dengan diberlakukannya KTSP masalah dampak yang cukup besar pada satuan pendidikan dan guru-guru di lapangan, karena KTSP hanya menentukan sampai batas Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompensi (SK) dan. Kompetensi Dasar (KD). Sedangkan perangkat kurikulum lainnya dikembangkan oleh daerah, sekolah dan guru dalam bentuk kurikulum mikro yang berupa silabus di dalamya meliputi: mata pelajaran, kegiatan pelaksanaan pembelajaran, indikator pencapian hasil belajar, penilaian, waktu, sumber bahan dan bahan pembelajaran, dan dari silabus dijabarkan kembali secara operasional dalam bentuk Rencana Pembelajaran (Renpel) atau lebih dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan demikian jelaslah apa yang harus dilakukan guru dalam menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan melaksanakan proses pembelajaran.

Guru sebagai pengembang, perencana, pelaksana dan pengevaluasi kurikulum dituntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. KTSP menyarankan guru untuk membuat keputusan mengenai berbagai hal secara lebih profesioanal, sehingga proses pembelajaran siswa, penetapan tujuan, memilih metode dan melaksanakan penilaian yang diamanatkan oleh KTSP yang berupa Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompensi (SK) dan. Kompetensi Dasar (KD) dapat dicapai secara optimal.


(8)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15). Prinsip pengembangannya yaitu:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

2. Beragam dan terpadu

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (BSNP: 2006)

KTSP adalah kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan, KTSP terdiri atas tujuan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. KTSP dikembangkan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan, terutama Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam panduan penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah yang dikeluarkan oleh BSNP tahun 2006 dipaparkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP, acuan operasional penyusunan KTSP, komponen-komponen KTSP, pengembangan silabus, dan pelaksanaan penyusunan KTSP.

Isi kebijakan tersebut di atas, berimplikasi dengan mengacu pada standar dan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan, keseluruhan pengembangan KTSP dilimpahkan pada masing-masing satuan pendidikan. Ibrahim. R (2007 : 59) mengungkapkan, ”keseluruhan proses yang dimaksud mulai dari analisis konteks,


(9)

perencanaan kurikulum, implementasi kurikulum sampai dengan evaluasi kurikulum”

Guru dalam mengimplementasian KTSP, dituntut untuk memahami dan mengubah keadaan siswa baik keadaan internal maupun eksternal secara efektif dan efisien, tampa harus menyampingkan esensi dari tujuan kurikulum/ pengajaran guru diharapkan mampu mengembangakan kurikulum melalui penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi internal dan eksternal tersebut. Implementasi KTSP dapat berlangsung melalui upaya-upaya penyesuaian antara tujuan dengan kondisi siswa, fasilitas, lingkungan yang dirancang dan dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam hal ini bagaimana persepsi mereka dalam kurikulum dan sejauh mana mereka menaruh kepedulian atau mewarnai implementasi KTSP

Kurikulum yang dikembangkan ditingkat satuan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah, yang mengacu pada apa yang dituangkan dalam Permen 22 dan 23 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang ada dibawah pembinaan Departemen Agama.

Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai lembaga pendidikan formal pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Akan tetapi MTs diberikan tambahan tujuan pendidikan khusus yaitu: ingin mengembangkan siswa sebagai pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, taat menjalankan ajaran agama


(10)

Islam dan berakhlak mulia. Pengembangan pribadi muslim inilah yang menjadi ciri khas pada kurikulum Madrasah Tsanawiyah

Meskipun ada perbedaan dari segi tujuan Pendidikan Agama karena adanya penambahan mata pelajaran yaitu: Al-Qur’an Hadist, Fiqhi, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab, akan tetapi pada mata pelajaran umum tidak ada perbedaan baik dari segi tujuan, Standar Kompetensi Dasar (SKD), Stadar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Salah satu mata pelajaran umum yang diajarkan di MTS yaitu: mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan sentral dalam pengembangan intelektual, emosional dan sosial peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran lainnya.

KTSP memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada guru untuk berkreasi dalam proses pembelajaran sedang belangsung. Dengan demikian, pembelajaran yang biasanya berpusat pada aktivitas guru (teacher centered) menjadi pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa (student centered) sebagai subyek belajar.

Hal tersebut harus direalisasikan oleh guru, apalagi proses pembelajaran dalam Bahasa Indonesia yang menuntut untuk menghasilkan lulusan yang terampil berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Jadi guru Bahasa Indonesia memiliki tanggungjawab yaitu menjadikan siswa yang terampil berbahasa atau mampu menggunakan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sesuai dengan kompetensi yang temuat dalam draf KTSP.


(11)

Di samping itu, dalam implementasi KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru memiliki kebebasan dan keleluasan untuk melakukan inovasi dan penyesuaian-penyesuaian dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum, baik yang berkenaan dengan tujuan, materi, metode, kemampuan siswa dan lingkungan belajar. Dengan kata lain, guru dituntut untuk melaksanakan penyesuaian-penyesuaian secara internal dan eksternal di lingkungan pembelajaran di Madrasah untuk dapat mencapai tujuan kurikulum secara optimal.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dan utama di MTs. Oleh karena itu, dalam pengimplementasianya perlu diperhatikan kondisi-kondisi di lapangan agar pelaksanaaanya lebih efektif dan efesien. Alasanya karena keberhasilan implementasi KTSP tidak bisa terpisahkan oleh pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal, siswa, dan kelas/ Madrasah. Dengan kata lain guru harus mempertimbangkan pengaruh dan faktor-faktor tersebut dan menciptakan secara kreatif dan inovatif kondisi-kondisi pembelajaran secara efektif dan efesien Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam pengimlementasiannya sangat memberikan peluang dan kebebasan serta keleluasaan kepada guru untuk mengembangkan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum yang diadaptasikan sesuai dengan potensi siswa, lingkungan belajar dan sumber belajar yang tersedia. Melalui implementasi ini guru dituntut melakukan perubahan-perubahan agar pembelajaran yang dilaksanakan kepada siswa sesuai tuntutan kurikulum tanpa mengabaikan tujuan pembelajaran.


(12)

Khusus dalam konteks implementasi KTSP dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, belum sepenuhnya mampu merangsang siswa untuk berlatih berbahasa, berpikir, dan melakukan curah pikir secara kritis, logis, dan kreatif. Bahkan, situasi pembelajaran berlangsung kaku dan menegangkan. Siswa tidak diberikan ruang dan kesempatan yang cukup untuk bertanya-jawab dan berdialog dalam suasana yang terbuka dan menyenangkan.

Berdasarkan hal tersebut setidaknya ada empat tradisi pengajaran Bahasa Indonesia di Madrasah yang hingga kini masih berlangsung membuat siswa merasa jenuh dan tidak tertarik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Pertama, tradisi hafalan dan penguasaan teori. Aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, yang seharusnya dipadukan dalam bentuk praktek dan latihan berbahasa, lebih sering ditekankan pada aspek kognitif semata.

Kedua, tradisi tidak memperlakukan siswa sebagai subyek peserta didik. Sistem pendidikan di negeri kita yang bertahun-tahun lamanya terbelenggu dalam atmosfer kebijakan yang serba sentralistis, disadari atau tidak, telah melahirkan sebuah tradisi pemasungan kemerdekaan berpikir siswa di kelas secara berlebihan. Siswa yang baik dicitrakan sebagai obyek yang selalu tunduk, penurut, tidak banyak bertanya apalagi mendebat dan mengamini semua pernyataan gurunya. Siswa yang kritis justru tak jarang diberi stigma sebagai pembangkang, tidak hormat, dan berani kepada sang guru. Suasana kelas yang tenang, sepi, siswa duduk manis, telah dicitrakan sebagai situasi kelas yang baik dan ideal. Dalam kondisi demikian, bagaimana mungkin siswa memiliki bekal keterampilan


(13)

berbahasa yang memadai kalau mereka tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk mengungkapkan isi hati, pikiran, dan perasaannya melalui proses interaksi dan curah pikir

Ketiga, tradisi guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam upaya menegakkan kewibawaan, guru seringkali bersikap berlebihan di depan siswanya. Tak jarang para guru memerankan dirinya sebagai sosok yang serba tahu; alergi terhadap kritik dan pantang didebat. Di tengah perubahan dan dinamika zaman yang ditandai dengan menjamurnya informasi dari berbagai sumber (media cetak dan elektronik), bukan hal yang sulit bagi siswa untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan.

Keempat, tradisi UN yang menggunakan bentuk soal PG untuk menguji kompetensi siswa. Terlepas dari kemudahan dalam menentukan standar nilai secara nasional, soal berbentuk PG jelas makin menjauhkan siswa dari praktek berbahasa. Bagaimana mungkin bisa menguji keterampilan mendengarkan, berbicara, dan menulis siswa melalui soal semacam itu.

Terjadinya permasalahan tersebut di atas, tidak terlepas dari keprofesionalan guru dalam mendesain, mengimplentasikan serta mengevaluasi suatu kurikulum dalam bentuk suatu program pembelajaran. Dengan kata lain, kurangnya pemahaman guru dalam menerjemahkan KTSP dalam bentuk suatu desain program pembelajaran, pengimplementasian, dan evaluasi/penilaian

Dalam pengimplementasian, sudah barang tentu banyak kendala apalagi kurikulum KTSP ini masih baru. Implementasi KTSP khusnya di Madrasah diperoleh beberapa kendala antara lain: alokasi waktu yang disediakan guru dalam


(14)

penyusunan KTSP relatif singkat, sehingga hasil yang diharapakan tidak tercapai secara optimal. Pelaksanaan pembelajaran sering kali guru tidak melaksanakan apa yang tertulis dalam KTSP. Misalnya dalam materi tertentu disebutkan menggunakan model tertentu, namun tidak dilaksanakan karena kelihatannya mudah untuk dibaca tapi sulit dan susah dilaksanakan/diimplementasikan. Jadi pada akhirnya banyak guru yang kembali lagi pada model pembelajaran yang biasa dipergunakan

Berdasar hal tersebut di atas, maka sangatlah tepat jika peneliti ingin mengkaji tentang bagaimana proses implemnetasi KTSP di Madrasah Tsanawiyah yang berkaitan dengan persoalan desain kurikulum tersebut dapat diimplementasikan dalam program dan proses pembelajaran, evaluasi/penilaian apa yang digunakan serta bagaimana hasil implementasi tersebut terhadap siswa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti akan mengadakan penelitian tentang implementasi KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dan bagaimana desain kurikulum itu disusun sebagai pedoman /garis besar yang dijadikan acuan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Desain kurikulum tersebut juga mengandung tujuan, materi/isi, strategi/metode dan penilaian yang dalam melaksanakan kegiatan pendidikan secara keseluruhan ditetapkan oleh sekolah/madrasah untuk dapat dikembangkan oleh guru dalam suatu proses pembelajaran.

Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan perwujudan implementasi kurikulum secara operasional. Guru sebagai ujung tombak dalam


(15)

pengimplementasian kurikulum merupakan faktor yang penting dan utama dalam proses tersebut. Pengimplementasian KTSP meliputi tahap perencanaan (menentukan tujuan, mengumpulkan dan memilih materi, menetapkan strategi/ metode serta menyiapkan penilaian kemudian tahap pelaksanaan), dalam hal ini guru melakukan proses pembelajaran berdasarkan kepada perencanaan, namun dapat menyesuaikan dengan situasi yang terjadi pada saat pelaksanaan berlangsung), yang berakhir dengan tahapan penilaian.

Faktor lain yang turut menetukan dalam proses pembelajaran yaitu: siswa yang memiliki perbedaan bakat, minat, sosial ekonomi, kemampuan dasar pengetahuan dan sikap. Kesemuanya itu akan mempengaruhi siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran. Keberhasilan siswa memahami dan menguasai materi pelajaran merupakan perwujudan keberhasilan implementasi kurikulum.

Lingkungan juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran, di mana lingkungan yang kondusif dan menyenangkan memungkinkan proses pembelajaran belangsung dengan baik. Lingkungan ini mencakup organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.

Desain kurikulum yang telah dirancang dan dianggap final serta siap dilaksanakan, kadang tidak sesuai dengan kondisi lapangan atau kebutuhan siswa,. sehingga perlu disesuaikan dan diperbaiki. Tindakan ini perlu dilakukan untuk menghidari terjadinya masalah fatal sebagaimana diungkapkan “suatu kurikulum yang salah dapat merusak suatu generasi” Kekhawatiran ini sangat beralasan karena kurikulum adalah instrumen terpenting dalam suatu satuan pendidikan.


(16)

Untuk mengarahkan kepada penelitian yang sesuai dengan sasaran dimaksud, maka perlu ada paradigma dalam penelitian ini. Yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah implementasi KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tanpa mengabaikan desain dan hasil implementasi. Hal ini tidak terlepas dari peran guru dalam mendesain, mengimplementasikan dan mengevaluasi dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kolaka Kabupaten Kolaka ?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini lebih memfokuskan pada aspek :

1. Desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka

2. Proses implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka

3. Hasil implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada batasan masalah seperti yang telah diuraikan di atas, maka berikut ini adalah pertanyaan penelitian yang akan dicari solusinya yaitu:

1. Bagaimana desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka?


(17)

2. Bagaimana proses implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka ?

3. Bagaimana hasil implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka ?

E. Kerangka Berfikir

Untuk lebih mengarah kepada fokus penelitian tentang implementasi kurikulum maka penulis berusaha menyusun sebuah paradigma penelitian sebagai berikut:

Guru Siswa

Sarana Lingkungan Gambar. 1.1. Kerangka konseptual fokus penelitian

Desain kurikulum KTSP, merupakan pedoman program pembelajaran yang menjadi acuan guru dalam pengembangan komponen-komponen tujuan, isi/materi, metode, dan penilaian.

Implementasi KTSP dalam kegiatan pembelajaran guru berpedoman kepada desain kurikulum dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengembangkan kegiatan pembelajaran di kelas, dan menilai hasil belajar

Desain Kurikulum

KTSP

Hasil Implementasi

KTSP Proses

Implementasi KTSP


(18)

di kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan proses interaksi antara guru dan siswa. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor antara lain: guru, siswa sarana dan lingkungan

Hasil implementasi KTSP merupakan penguasaan siswa terhadap kompentensi yang telah ditetapkan yang berdasarkan desain kurikulum. Penguasaan kompetensi tersebut antara lain: penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil kompetensi tersebut merupakan dampak dari proses implementasi kurikulum yang berlangsung di kelas.

Sebagai penunjang proses pembelajaran maka komponen-komponen kurikulum yang mempengaruhi proses pembelajaran meliputi: tujuan, isi/bahan, strategi/metode proses, dan evaluasi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: (1) guru (pendidik) (2) Siswa (peserta didik) (3) Sarana prasarana dan (4) Lingkungan.

Berdasarkan komponen-komponen tersebut di atas, maka penulis akan memfokuskan terhadap masalah yang akan diteliti yaitu, desain kurikulum KTSP, proses implementasi KTSP meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, proses yang mempengaruhi implementasi yaitu: guru, siswa dan lingkungan. Hasil dari implementasi dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kegiatan proses pembelajaran dibatasi hanya di dalam kelas. Namun perlunya dicantumkan hasil pengamatan dilapangan yang dapat menunjang keberhasilan implementasi KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(19)

F. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai implementasi KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.Negeri Kolaka Kabupaten Kolaka, tanpa mengabaikan kajian terhadap desain dan hasil implementasinya.

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka

2. Untuk mengkaji proses implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka 3. Untuk mengkaji hasil implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs.N Kolaka, Kabupaten Kolaka.

G. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap upaya mendalami pemahaman mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terutama Sekolah/Madrasah yang menerapkan KTSP. Di samping itu hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam kegiatan evaluasi yang lebih baik bagi kepemimpinan Kepala Sekolah dalam membina guru serta para tenaga kependidikan lainnya sebagai orang yang terlibat langsung di lapangan dalam mengembangkan kurikulum. Juga dapat dimanfaatkan untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam.


(20)

Berikutnya manfaat penelitian ini dibagi dalam dua macam yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian implementasi KTSP diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti dalam mengembangkan kurikulum yang selama ini digunakan oleh Madrasah untuk dapat memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhi pengimplementasian KTSP, antara lain kemampuan guru dalam poses pembelajaran Bahasa Indonesia yang bersifat inovatif dan kreatif yang dihasilkan guru dalam proses pembelajaran

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: dapat dijadikan bahan masukan bagi perbaikan dan peningkatan kualitas sistem endidikan yang menerapkan KTSP pada umumnya dan MTs. Negeri Kolaka khususnya,

H. Penjelasan Istilah 1. Implementasi

Implementasi adalah suatu proses merupakan ide, program, atau seperangkat aktivitas baru bagi sejumlah orang yang berusaha atau mengharapkan perubahan. Proses tersebut menghasilkan perubahan dalam praktek sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran oleh pengajar pada siswa yang akan mempengaruhi kelulusan. Implementasi yang diamaksud dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan kurikulum di dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran meliputi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran (Miller & Seller 1995, Oemar Hamalik, 2007: 8)


(21)

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan, pasal 1 ayat 15 tahun 2005 dikemukakan bahwa: “KTSP adalah kurikulum operasional disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Satandar Nasional Pendidikan”. Selanjutnya menurut Hasan (2007: 490) bahwa: “Tujuan dalam KTSP adalah rumusan yang lebih spesifik berkenaan dengan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap yang hendak dikembangkan pada diri peserta didik”.

KTSP dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI). SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan satuan pendidikan tertentu. Selanjutnya berdasarkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 pasal 36 ayat 1 dinyatakan: “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional, sedangkan Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses kompetensi lulusan...”


(22)

3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Salah satu mata pelajaran umum yang diajarkan di MTs yaitu: mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan sentral dalam pengembangan intelektual, emosional dan sosial peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran lainnya. Standar kompetensi Bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap terhadap Bahasa Indonesia serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

I. Penelitian yang Relevan

Hasil-hasil yang telah dilakukan sebelumnya telah menunjukkan bahwa perlunya dilakukan berbagai penelitian terhadap implementasi suatu kurikulum antara lain:

Kamarga Hansiswany (1994) dengan judul tesis: “Konsep IPS Dalam Kurikulum Sekolah Dasar Dan Implementasi Di Sekolah” menyimpulkan bahwa: implementasi kurikulum merupakan proses penerjemahan dan pelaksanaan kurikulum yang menyangkut kegiatan guru dalam hal merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar. Kegiatan belajar mengajar dan kegiatan siswa dalam hal proses belajar.

Rusman (2002) dengan judul tesis: “Studi Tentang Kurikulum Kompetensi Pada Pelatihan Kompetensi Dasar Di Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi (PPPGT) Bandung“ menyimpulkan bahwa: Implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan, pemahaman, keyakinan, pengetahuan, penguasaan dan ketepatan dalam menentukan model, pendekatan, strategi, metode


(23)

media sarana dan teknik serta sumber belajar oleh guru sebagai seorang implementator.

Ibrahim Sakdiah, M.Pd (2005) dengan judul Desertasi; “Penerapan Pendekatan Mutual Adaptive Dalam implementasi Kurikulum 2004” menyimpulkan beberapa kaidah yang mempengaruhi implementasi oleh guru sebagai pihak pelaksana dan pengembang kurikulum antara lain (1) keberhasilan implementas ditentukan oleh kemampuan guru dalam melakukan penyesuaian

terhadap kondisi-kondisi internal dan esternal pembelajaran siswa dan (2) kreativitas guru memiliki peranan yang penting dalam seleksi konten,

pelaksanaan pembelajaran, seleksi media dan sumber belajar serata melakukan penilaian serta kegiatan tindak lanjut yang pada gilirannya mempengaruhi pembelajaran siswa.

Lelly Halinah ( 2005) dengan judul Desertasi: “Pengembangan model

Pembelajaran Bahasa Secara Utuh Untuk Meningkatkan Komunikasi (Implementasi pada Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD)

menyimpulkan bahwa: implementasi pembelajaran Bahasa Indonesia menimbulkan dua hal implikasi yaitu: pertama, implikasi teoritis yaitu: pembelajaran Bahasa Indonesia lebih efektif jika siswa menjadi partisipan yang aktif dalam berbagai pengalaman berkomunikasi sehingga kegiatan berbahasa terjadi secara otentik, kontekstual dan didasarkan pada kebutuhan dan minat siswa. Kedua. implikasi praktisnya adalah menuntut adanya kreativitas guru dalam memotivasi kegiatan belajar siswa dan peran guru sebagai fasilitator, motivator dan sebagai model.


(24)

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji implemenatasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kolaka. Mengingat kompleks dan mendalamnya persoalan yang akan di teliti, maka penelitian ini direncanakan akan menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan, dan melalui penguraian “pemaknaan partisipan” tentang situasi-situasi dan peristiwa-peristiwa. Patton sebagaimana dalam Merriam (1998: 6), mengemukakan bahwa:

“[Qualitative research] is an effort to understand situations in their uniqueness as part of a particular context and the interactions there. This understanding is an end in itself, so that it is not attempting to predict what may happen in the future necessarily, but to understand the nature of that setting- what it means for participants to be in that setting, what their lives are like, what’s going on for them, what their meaning are- what the world looks like in that particular setting and in the analysis to be able to communicate that faithfully to others who are interested in that setting….The analysis strives for depth of understanding


(26)

Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena data yang dikumpulkan dalam bentuk paparan (deskriptif) dengan menggunakan kata-kata baik tertulis maupun lisan dari responden dan prilaku responden yang dapat diamati. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Moleong (2007: 6) bahwa: “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh obyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus dialami dan dengan menggunakan berbagai metode ilmiah.”

Ibrahim dan Sudjana (2001:197:200) mengemukakan ciri-ciri pokok penelitian kualitatif yaitu:

1. Lingkungan alamiah sebagai sember data langsung 2. Bersifat deskriptf analitik

3. Tekanan penelitian ada pada proses, bukan hasil 4. Penelitiannya bersifat induktif

5. Mengutamakan makna

Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dalam Moleong (2007: 4) mengemukakan bahwa penelitian kulitatif memiliki ciri-ciri antara lain, sebagai berikut

1. Latar alamiah. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau ada konteks dari suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan menurut Lincon dan Guba (1985: 39) karena ontology alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.

2. Metode kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, dengan pertimbangan: lebih mudah jika berhadapan dengan kenyataan, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden, lebih


(27)

peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola nilai yang dihadapi.

3. Analisis data secara induktif. Analisis data induktif dapat digunakan dengan beberapa alasan: (1) data induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagai yang terdapat dalam data, (2) dapat membuat hubungan peneliti responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel, (3) lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-kwputusan tentang dapat tidaknya penglihatan kepada suatu latar lainnya, (4) dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan dan (5) dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian stuktur analitik.

4. Lebih mementingkan proses dari pada hasil. Hali ini disebabkan adanya hubungan bagian-bagian yag sedang diteliti dan akan jauh lebih jelas lagi apabila diamati dalam proses

Penelitian ini akan mengkaji KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang dimulai dari desain, implementasi dan penilaian sebagai satu kesatuan dalam sistem pembelajaran. Untuk mengkaji hal tersebut penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Sukmadinata, (2007:640) mengatakan bahwa, “studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem” Kesatuan itu dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu dan ikatan tertentu”

Menurut Hasan (2008: 228-229) ada tiga karasteristik penelitian kualitatif dengan metode studi kasus, antara lain: Pertama memusatkan perhatiannya hanya pada satu unit kegiatan. unit tersebut dapat saja berupa satu sekolah/madrasah, satu kelas bahkan hanya seorang Kepala Sekolah atau guru. Kedua data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Data ini dianggap lebih memberikan makna dibandingkan data kuantitatif. Data kualitatif lebih dapat mengungkapkan apa yang ada di lapangan. Proses yang direkam tidak dapat


(28)

Ketiga diakuinya adanya kenyataan yang tidak sepihak (multiple realities) (Patton 1980: Kemmis 1982). Maksudnya kenyataan adalah suatu yang berhubungan dengan konteks dan persepsi individu yang terkait di dalamnya. Jadi bukan hanya kenyataan yang dipersepsi oleh peneliti atau orang yang memberi tugas kepada peneliti. Oleh karena itu persepsi orang yang terlibat seperti siswa, guru, Kepala Sekolah dan masyarakat dalam kenyataan harus diterangkan oleh peneliti.

Ciri khas dari metode studi kasus kualitatif adalah memusatkan perhatian pada dimensi proses. Maka dalam penelitian ini memfokuskan pada proses pelaksanaan kurikulum atau pada dimensi kegiatan pembelajaran di kelas, akan tetapi tidak berarti bahwa dimensi lain dari kurikulum seperti desain dan penilaian diabaikan. Dalam hal ini dimensi yang akan dikaji adalah dimensi implemnetasi KTSP. Noeng Mudhajir (2000: 55) mengemukakan bahwa:

“Metologi penelitian studi kasus dilihat dari dimensi tertentu dapat pula disebut studi logitudinal diperlawankan dengan studi cross selectional. Studi logitudinal berupaya mengobaservasi obyeknya dalam jangka waktu yang lama, sedangkan cross selectional berupaya mempersingkat waktu observasinya dengan cara mengobservasi pada beberap tahap atau tingkat perkembangan tertentu, dengan harapan dari sejumlah tahap atau tingkat tersebut akan dapat dibuat kesimpulan yang sama dengan logitudinal.” Berdasarkan dengan pendapat tersebut di atas, maka metodologi penelitian dalam penelitian ini termasuk dalam metodologi penelitian kualitatif dengan studi kasus cross selection, karena rencana observasi yang akan dilakukan oleh penulis terhadap obyek penelitian hanya melihat beberapa tahapan saja dan waktu observasinya pun relatif singkat dan tidak terus menerus diobservasi dari kegiatan implementasi KTSP. Alasan lain dari pemilihan studi kasus dalam


(29)

penelitian ini adalah penulis mempelajari kegiatan implementasi ini secara intensif latar belakang serta interaksi yang terjadi diantara subyek penelitian dengan lingkungannya.

Diharapkan melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus ini, hasil penelitian dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, karasteristik yang khas dari kasus yang diteliti, status individu yang menjadi subyek penelitian dapat terungkap dengan baik, dan hasilnya dapat dijadikan sebagai suatu gambaran umum.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MTs.Negeri Kolaka. Penetapan lokasi penelitian disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. Dengan kata lain, lokasi penelitian harus dapat memberi data yang diperlukan guna menjawab masalah penelitian.

Penentuan terhadap lokasi penelitian dalam hal mengkaji desain KTSP mata pelajaran Bahasa Indonesia dan proses implementasi dan hasil implementasi dilakukan atas dasar pengamatan peneliti yang dilandasi oleh kriteria:

1. Implementasi kurikulum dilaksanakan dalam kegiatan yang sesuai dengan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia

2. Kondisi lingkungan Madrasah cukup memadai dalam menunjang keberhasilan proses implementasi KTSP mata pelajaran Bahasa Indonesia 3. Kualifikasi pendidikan guru–guru yang bertugas berkulifikasi S1 bahkan


(30)

4. Guru-guru memiliki motivasi yang tinggi untuk melaksanakan kegiatan proses pembelajaran

Kriteria tersebut di atas, menjadi dasar penentuan lokasi penelitian dengan dasar pemikiran bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya tujuan kognitif saja, tetapi juga mencakup tujuan afektif dan psikomotor. Dengan demikian, diperlukan kondisi yang kondusif dalam proses implementasi untuk mencapai tujuan tersebut. Kondisi itu berupa guru yang profesional yang memiliki motivasi yang tinggi dan lingkungan sekolah yang memadai.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan berasal dari MTs. Negeri Kolaka, Kabupaten Kolaka. Sehubungan dengan fokus penelitian ini adalah mengenai: 1) Desain kurikulum KTSP, Guru Bahasa Indonesia. Kepala Madrasah, dan

Wakil Kepala Madrasah bagian kurikulum

2) Proses implementasi KTSP pada Bahasa Indonesia, sumber data adalah Guru Bahasa Indonesia kelas, VII,VIII dan IX

3) Hasil Implementasi KTSP Bahasa Indonesia, sumber data guru Bahasa Indonesia dan hasil belajar siswa.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data (human instrument). Manusia sebagai sumber dapat memanfaatkan sumber baik yang menyangkut manusia maupun non manusia. Sumber-sumber data tentang manusia dapat dikumpulkan melalui


(31)

wawancara dan observasi, sumber data berupa non manusia dapat berupa dokumen, catatan-catatan dan lain-lain (Lincoln dan Guba, 1985:268). Oleh karena itu pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri. Peneliti langsung terjun ke lapangan agar dapat memahami kenyataan yang terjadi yang berkaitan dengan upaya guru dalam desain, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Teknik Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tertulis dari suatu keadaan dan kegiatan subyek penelitian Teknik dokumentasi ini diperlukan sebagai pelengkap yang dapat menguatkan atau sebagai pengayaan data penelitian yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian, dan interpretasi sekunder terhadap kejadian-kejadian. Data-data yang dikumpulkan adalah catatan non-statistik, .

Teknik dokumentasi ini digunakan dalam penelitian ini karena memiliki alasan, antara lain

1) Teknik ini untuk mengumpulkan data tentang latar belakang dan keadaan responden sebagai implementator kurikulum.

2) Teknik ini berdasarkan data tertulis. 3) Datanya bersifat autentik.

Instrumen yang digunakan dalam teknik dokumentasi ini adalah pedoman tentang hal-hal yang dibutuhkan untuk memperkuat informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.


(32)

2. Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan alat yang sangat ampuh yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Keuntungan yang diperoleh melalui observasi adalah pengalaman yang diperoleh secara mendalam, dimana peneliti berhubungan secara langsung dengan subyek penelitian. Melalui penelitian langsung tersebut, peneliti dapat melihat, mencatat perilaku yang terjadi dilapangan. Nasution (2002 : 59-60) mengemukakan beberapa manfaat yang diperoleh melalui teknik observasi dalam pengumpulan data sebagai berikut: a. Dengan berada dilapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data

dalam keseluruhan situasi

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah dianggap biasa, dan karena tidak terungkap dalam wawancara.

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh respon dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi respon sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Dalam lapangan penelitian tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi


(33)

Observasi dalam penelitian ini, dilakukan di kelas untuk mengamati kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia, artinya bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dan bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran, pendekatan yang digunakan, sarana prasarana, media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Teknik observasi ini digunakan dalam penelitian karena mempunyai alasan-alasan, antara lain:

1) Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang penerapan atau kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

2) Data yang dikumpulkan dapat diamati dengan jelas. 3) Teknik ini menggunakan pedoman observasi. 3. Teknik Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk menggali data yang belum terungkap. Wawancara peneliti melalui interaksi dengan subyek penelitian agar peneliti dapat menganalisa dan menafsirkan jawaban yang diwawancarai. Alasan digunakan teknik wawancara, yaitu:

1) Teknik ini merupakan teknik yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif. 2) Teknik ini untuk mengetahui pendapat seseorang atau subyek penelitian. 3) Teknik ini merupakan teknik wawancara mendalam.

Instrumen wawancara yang digunakan adalah menggunakan pedoman wawancara, yang telah dibuat oleh peneliti


(34)

Ketiga tekhnik di atas yakni dokumentasi, observasi dan wawancara adalah cara kerja yang digunakan oleh peneliti sendiri untuk menjaring data penelitian. Hal ini sejalan dengan penelitian dengan pendekatan kualitatif, dalam studi kasus dimana salah satu cirinya adalah peneliti berperan sebagai instrumen.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim R (1989 : 189) bahwa: “peneliti dan obyek yang diteliti saling berinteraksi yang proses penelitiannya dilakukan di luar maupun dari dalam dengan banyak melibatkan judgment. Dalam pelaksanaanya, peneliti sekaligus berfungsi sebagai alat peneliti yang tentunya tidak melepaskan diri sepenuhnya dari unsur subyektivitas”

Berdasarkan pandangan di atas, maka peneliti berperan sebagai instrumen terjun langsung ke lapangan , menjaring data melalui teknik wawancara, observasi dan analisa dokumen dengan melakukan judgment selama tahap pengumpulan data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Moleong, L.J (1998: 239) dan Nasution (1991: 3) meliputi tiga tahapan, yaitu: 1) tahap

orientasi, untuk mendapatkan informasi apa yang penting untuk ditemukan, 2) tahap eksplorasi, untuk menentukan sesuatu secara terfokus, dan 3) tahap member check, untuk mengecek temuan menurut prosedur dan memperoleh

laporan akhir.

Prosedur penelitian ini digunakan agar penelitian yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar dan tepat. Secara lebih rinci, tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:


(35)

1. Tahap Orientasi

Yang dimaksud orientasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap mengenai masalah yang hendak diteliti.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, antara lain:

a. Melakukan studi pendahuluan dan penjajagan lapangan ke lingkungan MTs. Negeri Kolaka untuk mengidentifikasi masalah atau fokus penelitian.

b. Mempersiapkan berbagai referensi, seperti: buku, majalah, surat kabar, brosur, dan referensi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

c. Menyusun pra-desain penelitian.

d. Menyusun kisi-kisi penelitian dan pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi.

e. Mengurus perizinan untuk melaksanakan suatu penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Tahap ini merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menggali informasi dan pengumpulannya dengan fokus dan tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat surat izin penelitian dari pihak yang berwewenang.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap eksplorasi ini, antara lain: a. Menerima penjelasan dari pihak Sekolah dan Guru yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran dalam implementasi KTSP, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(36)

b. Melakukan wawancara secara lisan kepada subyek penelitian untuk memperoleh informasi tentang perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dalam khusunya implementasi KTSP serta hal-hal yang menunjang dalam implementasi.

c. Melakukan observasi terhadap kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengeimpelementasian KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia..

d. Membuat catatan kasar hasil data yang terkumpul dari subyek penelitian. e. Memilih, menyusun, dan mengklasifikasi data sesuai dengan aspek-aspek

penelitian.

f. Menyempurnakan fokus permasalahan penelitian.

3. Tahap Member Check

Tahap ini digunakan untuk mengecek kebenaran dari informasi hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah terkumpul agar peneliti memiliki tingkat kepercayaan yang cukup baik.

Pengecekan informasi dan data dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

a. Menyusun hasil wawancara berdasarkan item-item pertanyaan, menyusun hasil observasi yang kemudian mengkonfirmasikan hasil wawancara dan observasi kepada informan (nara sumber) agar tidak ada kesalahan interpretasi dalam mendeskripsikan data.

b. Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi kepada informan (nara sumber).


(37)

c. Peningkatan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan triangulasi akan kebenaran informasi dari nara sumber dengan informasi dari penyelenggara dan sumber belajar serta pengamatan.

F. Pengolahan dan Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian berupa temuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif dilakukan melalui pengukuran, tetapi secara kontekstual pengukuran dalam penelitian kualitatif berbeda dengan paham positivistik dalam penelitian kuantitatif

Pengukuran dalam rangka analisa data adalah hubungan antara konsep abstrak tentang Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dengan bagian data. Pengukuran ini berkenaan dengan mendeskripsikan peristiwa dengan data yang terkumpul dan hubungan antara data dengan peristiwa yang dideskripsikan.

Data penelitian yang akan dianalisa meliputi:

1. Desain KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia maka sumber data adalah: Guru Bahasa Indonesia, Kepala Madrasah, dan Wakil Kepala Madrasah bagian kurikulum

2. Proses implementasi KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sumber data adalah Guru Bahasa Indonesia kelas VII, VIII dan IX

3. Hasil penilaian implementasi KTSP pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sumber data guru Bahasa Indonesia dan hasil belajar siswa.


(38)

Berdasarkan pendapat tentang model analisis data dalam penelitian kualitatif di atas, maka peneliti menganalisis data hasil lapangan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Koleksi data (data collection), yaitu data hasil dokumentasi, observasi, dan wawancara yang dilakukan peneliti dari subyek penelitian dan sumber informasi, merupakan langkah awal dalam pengolahan data. Dalam mengoleksi data, peneliti malakukan observasi dengan subyek penelitian dan sumber informasi serta mencari dokumentasi. Hasil dokumentasi, observasi, dan wawancara dengan segera dituangkan peneliti dalam bentuk tulisan dan dianalisis.

2. Penyederhanaan data (data reductional), yaitu penelaan kembali seluruh catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan demikian pada tahap ini akan diperoleh hal-hal pokok berkaitan dengan fokus penelitian. 3. Penyajian data (data display), merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok

dan pola yang sudah dirangkum secara sistematis, sehingga diperoleh tema dan pola secara jelas tentang permasalahan penelitian agar mudah diambil kesimpulan.

Pengambilan kesimpulan dan verifikasi (conclusion; drawing verivying), merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan dan memantapkan kesimpulan dengan member check atau triangulasi yang dilakukan selama dan sesudah data dikumpulkan. Dengan demikian proses verifikasi merupakan upaya mencari makna dari data yang telah dikumpulkan dengan


(39)

mencari pola, tema, hubungan persamaan, perbedaan-perbedaan, hal-hal yang sering timbul dan lain sebagainya.

G. Uji Keabsahan Temuan Penelitian

Dasar uji keabsahan adalah jawaban atas pertanyaan, bagaimana peneliti meyakinkan audien bahwa temuan peneliti memiliki nilai dan kegunaan, argumen apa yang dikemukakan oleh peneliti, kriteria apa yang digunakan dalam penelitian, pertanyaan apa yang akan dijawab melalui penelitian tersebut

Menurut Lincoln dan Guba (1985: 290) dalam Kamarga (1994: 85) bahwa: ada empat kriteria yang dijadikan dasar dalam menguji keabsahan penelitian yaitu: credibility, transferbility, dependability dan confirmability. Dengan berpedoman kriteria ini, penelitian ini dilaksanakan mengikuti kriteria tersebut di atas. Selanjunya akan dijelaskan kriteria yang dimaksud seperti di bawah ini:

1. Derajat kredibilitas (credibility)

Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan, dan dalam penelitian kuntitatif disebut validitas internal. Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan atau kesesuaian konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber.

Kamarga (1994: 83) mengemukakan bahwa, kriteria yang mendukung derajat kepercayaan atau kredibilitas terdiri atas (1) melaksanakan penelitian


(40)

(2) mendemonstrasikan kepercayaan temuan melalui perbandingan dengan kajian realitas ganda yang telah dilakukan peneliti lain.

Untuk menperoleh kredibilitas Lincoln dan Guba (1985: 301) dalam Kamarga (1994: 83) memperkenalkan lima teknik yaitu: “(1) activities

increasing the probability that credible findings will be produce (2) peer debriefing (3) negative case analiysis (4) referential adequace, (5) member checks”

Agar memperoleh kredibilitas, dalam penelitian ini ditempuh beberapa teknik antara lain: 1) .Melakukan aktivitas seperti perpanjangan waktu penelitian, kekuatan dalam pengamatan dan melaksanakan triangulasi yakni mengecek ulang kepercayaan suatu informasi melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode. 2) menggunakan bahan referensi antara lain: kodak, sketsa yang menunjang data mentah dan bahan dokumentasi 3) melakukan member check dengan tujuan responden mengecek kebenaran data yang telah diberikan sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya.

2. Keteralihan (transferbility)

Sebagaimana halnya dengan penelitian kuantitatif, kriteria ini disebut dengan validitas eksternal. Artinya sejauh mana hasil penelitian ini isa diaplikasikan dan digunakan dalam obyek lain. Dengan kata lain transferabilitas dalam penelitian kualitatif Rusman (2002: 104) dan S. Nasution, (1988:188) adalah: “bagi peneliti kualitatif transferabilitas tergantung kepada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks


(41)

dan situasi tertentu” Oleh karena itu, transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada kalangan penggunanya.

Menurut Lincoln dan Guba (1995: 315) bahwa suatu temuan naturalistik berpeluang untuk diterapkan pada konteks lain apabila ada kesamaan karasteristik antara setting penelitian dengan setting penerapan. Ini berarti bahwa dalam konteks transferabilitas, permasalahan dalam kemampuan terapan adalah permasalahan bersama antara peneliti dengan pemakai.

3. Keterhandalan (dependalibility)

Dalam penelitian ini, dependailitas dimaksudkan berupa pengujian, artinya apakah penelitian ini dapat diulangi atau direplikasikan dengan menemukan hasil yang sama. Hal ini berkaitan dengan pemikiran bahwa situasi sosial/manusia pada hakekatnya bersifat unik dan tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya seperti semula. Oleh karena itu, sangat sulit mengukur konsistensi hasil penelitian yang dilakukan manusia.

Untuk menjaga kebenaran dan konsistensi hasil penelitian ini, peneliti melakukan “audit trail” yaitu dengan melakukan pemeriksaan guna meyakinkan hal-hal yang dilaporkan memang demikian adanya, dengan menempuh hal-hal sebagai berikut: (1) mencatat dan merekam dengan selengkap-lengkapnya hasil wawancara, observasi dan dokumenntasi sebagai data mentah guna kepentingan analisis selanjutnya, (2) menyusun hasil-hasil analisis dengan cara menyeleksi data mentah tersebut, kemudian merangkum atau menyusunnya dalam bentuk deskripsi sebagai display data, (3) kemudian melaporkan


(42)

Menurut Lincoln dan Guba (1985: 315) bahwa, kerhandalan

(dependalibility) dapat diuji dengan menguji proses dan produk. Dalam menguji

produk yaitu data, penemuan-penemuan, interpertasi, rekomendasi, dan membuktikannya bahwa hal ini didukung oleh data. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dengan menggunakan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian

4. Penegasan (confirmabilty)

Dalam penegasan (confirmabilty) teknik utama yang digunakan adalah melalui audit trial (baik proses maupun produk). Teknik lain yaitu triangulasi dan membuat jurnal refresentatif sendiri (Lincoln dan Guba 1995: 515).

Dengan audit trial, peneliti dapat mendeteksi catatan-catatan lapangan sehingga dapat ditelusuri kembali, peneliti juga dapat melakukan triangulasi dengan dosen pembimbing agar diperoleh penafsiran yang akurat


(43)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab terakhir ini akan diuraikan simpulan hasil penelitian tentang implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di MT.s Negeri Kolaka. Kemudian diuraikan juga beberapa rekomendasi yang ditujukan untuk semua pihak yang terkait dengan implementasi kurikulum dalam peningkatan pelakasanaan proses pembelajaran. Rekomendasi ini berisi beberapa gagasan yang dirumuskan berdasarkan simpulan hasil penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dalam melaksanaan proses pembelajaran.

A. Simpulan

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan membuat peningkatan aktifitas siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Akan tetapi masih ada guru mengikuti apa-apa yang sudah dikembangkan dalam kurikulum sebelumnya, tanpa berani menambah atau mengurangi materi pembelajaran. Perlunya sarana prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan proses pembelajaran terutama dalam penggunaan media pembelajaran.

Desain kurikulum (pembelajaran), yang dibuat guru baik berupa silabus, program tahunan dan semester maupun rencana pelaksanaan pembelajaran dalam pengembangannya oleh guru mengacu pada standar kompetensi lulusan standar isi. standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan langkah-langkah dan format yang diharapkan dalam pengembangan silabus program tahunan dan


(44)

semester serta rencana pelaksanan pembelajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Namun terdapat temuan penelitian bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru belum terlalu menggambarkan kondisi lingkungan dimana pelaksanaan proses pembelajaran dalam RPP itu diimplementasikan. Disamping itu desain pembuatan program pembelajaran, baik program silabus, program tahunan, semester maupun program Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) bukan hanya merupakan kelengkapan administarasi pembelajaran yang harus dibuat oleh guru, akan tetapi juga menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran.

Pembuatan desain pelaksanaan pembelajaran terutama dalam mengembangakan langkah-langkah pembelajaran, guru mengembangkan desain pembelajaran dengan cara mempelajari program pembelajaran yang sudah ada dan kemudian diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhan Madrasah dan siswa. Tetapi juga guru kadang-kadang masih menggunakan model pembelajaran yang biasa dilakukan sebelumnya dengan memperbaiki hal-hal yang belum jelas sesuai langkah pembelajaran yang lebih rinci dan bermakna sesuai tuntutan KTSP. Begitu pula guru masih memiliki kelemahan pemahaman dalam menterjemahkan kompetensi dasar, standar kompetensi menjadi tujuan pembelajaran

Berdasarkan hasil temuan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam tahap desain pembelajaran yang dikembangkan oleh guru terdapat kesesuaian dengan yang disarankan oleh KTSP, hal ini dapat dikatakan bahwa guru memiliki profesionalime dalam mendesain pembelajaran Bahasa Indonesia.


(45)

Proses implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia secara sistematika guru melalui tahapan-tahapan yakni: kegiatan pendahuluan atau kegiatan awal, kegiatan inti atau proses dan kegiatan penutup atau akhir dan tindak lanjut. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal pembelajaran yang berfungsi untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif agar siswa siap mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan efektif. Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman pembelajaran siswa (learning experience). Kegiatan penutup merupakan kegiatan untuk menutup pelajaran dan sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa serta kegiatan tindak lanjut. Walaupun guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sistematika pelaksanaan proses pembelajaran, namun dalam persentase pengalokasian waktu dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup kadang-kadang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam rencana pelaksanaan peroses pembelajaran, karena hal ini sifatnya situsional yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi proses pelalaksanan pembelajaran.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa guru melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan profesinya sebagai implementator. Apa yang dilakukakan guru pada tataran implementasi sesuai dengan desain yang telah dibuat, sebab guru mengimplentasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran berpedoman pada desain, seperti yang diungkapkan dalam


(46)

teori bahwa implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran tergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru.

Dengan demikian, pada tahapan proses implementasi proses pembelajaran terdapat kesesuaian dengan desain dan tahapan-tahapan pelaksanaan, sehingga tujuan pembelajaran hasilnya dapat dicapai secara maksimal. Tujuan ini dapat dicapai karena beberapa hal, antara lain: guru memiliki motivasi dan kesadaran tinggi dalam mengajar, kondisi lingkungan Madrasah yang kondusif dan tak kalah pentingnya guru memiliki pemahaman tentang KTSP.

Hasil Implementasi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan hasil pencapaian kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah menjalani suatu proses dalam pembelajaran. Bentuk penilaian yang dilakukan dengan menggunakan bentuk tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan produk, penggunaan portovolio, dan penilaian diri. Penilaian pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan oleh guru tediri dari penilain proses, penugasan dan pencapaian kompetensi akademi. Pelaksanaan penilain yang dimaksud, telah memenuhi tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penemuan dilapangan bahwa ada bentuk penilaian yang dianggap masih sulit dilaksanakan yaitu bentuk penilaian portofolio, hal ini disebabkan karena pemahaman guru tetang penilaian tersebut masih kurang serta pengadimisrasiannya yang sulit. Hasil implementasi menunjukkan keberhasilan hal ini dapat kita lihat dari hasil nilai praktek dan tes yang rata-rata sudah mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan.


(47)

Berdasarkan temuan-temuan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa guru melaksanakan penilaian sesuai dengan tuntutan desain KTSP dan implementasi pelaksanaan di kelas. Apa yang telah dilakukan oleh guru memperlihatkan bahwa guru mengerti tugas profesionalnya sebagai seorang guru yang tidak hanya mengimplementasikan bahan pengajaran kepada siswa akan tetapi, juga mencari umpan balik terhadap proses kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan mengukur pencapaian hasil belajar siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ini dikemukakan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada:

1. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sehingga dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam silabus, program tahunan dan semester serta rencana pelaksanaan pembelajaran tetap berdasarkan rambu-rambu yang ditetapkan. Selain itu langkah-langkah pembelajaran yang dibuat pada rencana pelaksanaan pembelajaran seharusnya merupakan gambaran dan proses pelaksanaan pembelajaran dilapangan atau di kelas.

2. Kepala Madrasah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat Madrasah, maka diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu Kepala Madrasah harus memberikan dorongan/motivasi dan kesempatan


(48)

seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui wadah pengembangan profesional guru seperti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan kegiatan lain untuk menunjang peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran baik pembelajaran teori di kelas maupun pembelajaran praktek di laboratoriun dan lingkungan di masyarakat. 3. Kepada Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tenggara dan

Kandepag Kabupaten Kolaka, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terutama dalam lingkungan Madrasah Tsanawiyah dalam rangka meningkatkan kinerja guru dan membenahi pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga pelaksanaan proses pembelajaran tidak hanya sekedar mementingkan hasil dalam arti product tetapi juga proses, untuk mencapai tujuan kurikuler yang semaksimal mungkin. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya diperbanyak kegiatan pelatihan guru yang dibimbing oleh tenaga-tenaga profesional yang memiliki kualifikasi dan kepakaran atau ahli pada bidangnya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat dijadikan bahan perbandingan untuk mengkaji dan menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Madrasah pada umumnya dan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya baik


(49)

dilakukan pada jenjang pendidikan dasar maupun pada jenjang pendidikan menengah, sehingga penelitian tidak hanya dilakukan pada satu Madrasah saja akan tetapi dilakukan, perbandingan hasil penelitian dengan Madrasah lain, agar didapat hasil penelitian yang lebih akurat.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Plus Minus: http://www.duniaguru.com

Anonim, 2007. Satndards-Aligned Curriculum Development, Illinois State Board of Education Website Resources:, http://www.isbe.net/sos/default.htm

Badan Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas (2006), Panduan Penyusunanan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidilan Jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah, Jakarta

Bogdan, R Biklen , S. K (1982) Qualitative Research for Education: An

Introduction and Theory and Methods, Boston: Allyn Bacon

Borg, W.R and Gall, M.D (2003) Educational Research: An Introduction, Seven Edition New York: Logman

Depdiknas (2006), Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Sekolah Menengah Pertama,, Jakarta

Depdiknas (2006), Panduan Pengembangan Rencana Pelaksnaan Pembelajaran

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama, Jakarta

Departemen Agama, (2006) Stadar Isi Madrasah Tsanawiyah , Depag pusat Departemen Agama, (2004), Desain Pengembangan Madrasah, Jakarta: Majelis

Pertimbangn dan Pengembangan Pendidikan

Fullan. M. G (1991). The New Meaning of Eduction Change, New york: Teacher College Press Published

Hamalik Oemar, (2007), Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hamalik Oemar, (2007) Implementasi Kurikulum, Bandung: Yayasan Al-Madani Hasan Said.H ( 2008), Evaluasi Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hasan Said. H (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dalam Ali.M,

Ibrahim, R Sukmadinata, N.S, Sudjana, D dan Rasyidin., W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pedagogiana ( halaman 447-493),

Ibrahim. R (2001) Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algesindo


(51)

Ibrahim. R (2007) , Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jurnal, tahun 2 Vol. 1 nomor 1: Hipkin

Ibrahim. R (1988) Prinsip-prinsip Dasar Penelitian, Bandung: Buku II Metodologi Penelitian Lembag Penelitian IKIP Bandung

Ibrahim. R dan Karyadi.B (1999) Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Universitas Terbuka

Ibrahim, Sakdiah (2005)l Penerapan Pendekatan Mutual Adaptive Dalam

Implementasi Kurikulum 2004, Desertasi Doktor tidak dipublikasikan,

Bandung: PPS UPI Bandung

Joni, T. Raka, (1984), Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Perguruan Tinggi Depdiknas

Kamarga, H (1994), Konsep IPS dalam kurikulum Sekolah Dasar dan

Implementasinya di Sekolah, Skripsi tidak dipublikasikan, Bandung: PPS

UPI Bandung

Halimah Lely ( 2005) :Pengembangan model Pemelajaran Bahasa Secara Utuh

Untuk Meningkatkan Komunikatif ( Implementasi pada Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD) Desertasi Doktor tidak

dipublikasikan, Bandung: PPS UPI Bandung

Liconln LS & Guba E.G (1985), Naturalistic Inquiry, Beverly Hill, London: Sage Publications

Miller, John P, Wayne Seller (1987) Curriculum Perspectives and Practice, Logman, New York & London

Merriam B. Sharan (1998). Qualitative Reseach and Case Study Applications

in Education. Revised and Expended From Case Study Reseach.

USA: Jossey-Bass Publishers

Moleong J. Lexy (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi: Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Muhajir. N (2000) Metodologi Penelitian Kualitatif: Yokyakarta: Rake Sarasan

Majid, Abdul, (2005), Perencanaan pembelajaran: Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Mulyasa, E (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan


(52)

Mulyasa. E (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution S, (2002) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsiti Bandung Print, Murray (1993). Curriculum Development and Design, Sydney: Allen &

Unwin

Ruslin (2008), Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata

pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Kalabahi, Tesis tidak dipublikasikan, Bandung: PPS UPI Bandung

Rusman (2002), Studi Tentang Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

pada Pelatihan Kompetensi Dasar Dipusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi (PPPGT) Bandung. Tesis tidak dipublikasikan, Bandung:

PPS UPI Bandung

Rusman, (2007) Manajemen Kurikulum, Bandung: PPs UPI

Sanjaya, Wina (2006), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Jakarta: Kencana,

Sanjaya, Wina (2008), Kurikulum dan Pembelajaran teori dan Praktek

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jakarta:

Kencana,

Saylor, J. Gallen Alexander William. M dan Lewis Attur J (1981) Curriculum

Planning for Batter Teaching and Learning, Holt-Rinehart and Winston.

Sukmadinata, N.S (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung: Yayasan Kusuma Karya

Sukmadinata, N.S (2007), Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakatek, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Sukmadinata, N.S (2007), Metode Penelitian Pendidikan , Bandung: Remaja Rosdakarya,

Sukmadinata, N.S (2007),(2007) Kurikulum Dan Pembelajaran dalam Ali.M, Ibrahim, R Sukmadinata, N.S, Sudjana, D dan Rasyidin., W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pedagogiana ( halaman 441-476),

Susilana, Rudi, dkk (2006), Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI


(53)

Susilo M. Joko (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan sekolah Menyongsongnya, Yokyakarta:

Pustaka Pelajar

Tn, 2003. Undang-Undang Republik Indoensia tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Tn, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Bandung: Panitia Seminar.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar

Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia:

http://www.puskur.net/index.php?menu= profile&pr0= 148&iduser=5. Diakses 7-1-2009

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

[Online]. Tersedia: http://www.puskur. net/index.php?menu= profile&pr0=148&iduser=5. Diakses 7-1-2009

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23

Tahun 2006. [Online]. Tersedia: http://www. puskur.net/

index.php?menu= profile&pr0=148&iduser=5. Diakses 7-1-2009 Puskur (2002) Kurikulum dan Hasil Belajar, Jakarta

Puskur (2002) Penilaian Berbasis Kelas, Jakarta

Zais, R.S (1976) Curriculum: Principles and Foundation New York: Happer & Row Publisher


(1)

seluas-luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui wadah pengembangan profesional guru seperti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan kegiatan lain untuk menunjang peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran baik pembelajaran teori di kelas maupun pembelajaran praktek di laboratoriun dan lingkungan di masyarakat. 3. Kepada Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sulawesi Tenggara dan

Kandepag Kabupaten Kolaka, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terutama dalam lingkungan Madrasah Tsanawiyah dalam rangka meningkatkan kinerja guru dan membenahi pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga pelaksanaan proses pembelajaran tidak hanya sekedar mementingkan hasil dalam arti product tetapi juga proses, untuk mencapai tujuan kurikuler yang semaksimal mungkin. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya diperbanyak kegiatan pelatihan guru yang dibimbing oleh tenaga-tenaga profesional yang memiliki kualifikasi dan kepakaran atau ahli pada bidangnya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat dijadikan bahan perbandingan untuk mengkaji dan menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Madrasah pada umumnya dan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya baik


(2)

menengah, sehingga penelitian tidak hanya dilakukan pada satu Madrasah saja akan tetapi dilakukan, perbandingan hasil penelitian dengan Madrasah lain, agar didapat hasil penelitian yang lebih akurat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Plus Minus: http://www.duniaguru.com

Anonim, 2007. Satndards-Aligned Curriculum Development, Illinois State Board of Education Website Resources:, http://www.isbe.net/sos/default.htm

Badan Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas (2006), Panduan Penyusunanan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidilan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta

Bogdan, R Biklen , S. K (1982) Qualitative Research for Education: An Introduction and Theory and Methods, Boston: Allyn Bacon

Borg, W.R and Gall, M.D (2003) Educational Research: An Introduction, Seven Edition New York: Logman

Depdiknas (2006), Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama,, Jakarta

Depdiknas (2006), Panduan Pengembangan Rencana Pelaksnaan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama, Jakarta Departemen Agama, (2006) Stadar Isi Madrasah Tsanawiyah , Depag pusat Departemen Agama, (2004), Desain Pengembangan Madrasah, Jakarta: Majelis

Pertimbangn dan Pengembangan Pendidikan

Fullan. M. G (1991). The New Meaning of Eduction Change, New york: Teacher College Press Published

Hamalik Oemar, (2007), Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hamalik Oemar, (2007) Implementasi Kurikulum, Bandung: Yayasan Al-Madani Hasan Said.H ( 2008), Evaluasi Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hasan Said. H (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dalam Ali.M,

Ibrahim, R Sukmadinata, N.S, Sudjana, D dan Rasyidin., W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pedagogiana ( halaman 447-493),

Ibrahim. R (2001) Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algesindo


(4)

Ibrahim. R (2007) , Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jurnal, tahun 2 Vol. 1 nomor 1: Hipkin

Ibrahim. R (1988) Prinsip-prinsip Dasar Penelitian, Bandung: Buku II Metodologi Penelitian Lembag Penelitian IKIP Bandung

Ibrahim. R dan Karyadi.B (1999) Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Universitas Terbuka

Ibrahim, Sakdiah (2005)l Penerapan Pendekatan Mutual Adaptive Dalam

Implementasi Kurikulum 2004, Desertasi Doktor tidak dipublikasikan, Bandung: PPS UPI Bandung

Joni, T. Raka, (1984), Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Perguruan Tinggi Depdiknas

Kamarga, H (1994), Konsep IPS dalam kurikulum Sekolah Dasar dan

Implementasinya di Sekolah, Skripsi tidak dipublikasikan, Bandung: PPS UPI Bandung

Halimah Lely ( 2005) :Pengembangan model Pemelajaran Bahasa Secara Utuh Untuk Meningkatkan Komunikatif ( Implementasi pada Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD) Desertasi Doktor tidak dipublikasikan, Bandung: PPS UPI Bandung

Liconln LS & Guba E.G (1985), Naturalistic Inquiry, Beverly Hill, London: Sage Publications

Miller, John P, Wayne Seller (1987) Curriculum Perspectives and Practice, Logman, New York & London

Merriam B. Sharan (1998). Qualitative Reseach and Case Study Applications in Education. Revised and Expended From Case Study Reseach. USA: Jossey-Bass Publishers

Moleong J. Lexy (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi: Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Muhajir. N (2000) Metodologi Penelitian Kualitatif: Yokyakarta: Rake Sarasan

Majid, Abdul, (2005), Perencanaan pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Mulyasa, E (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implenmentasi, Bandung: Remaja Rosdakarya,


(5)

Mulyasa. E (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution S, (2002) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsiti Bandung Print, Murray (1993). Curriculum Development and Design, Sydney: Allen &

Unwin

Ruslin (2008), Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Kalabahi, Tesis tidak dipublikasikan, Bandung: PPS UPI Bandung Rusman (2002), Studi Tentang Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

pada Pelatihan Kompetensi Dasar Dipusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi (PPPGT) Bandung. Tesis tidak dipublikasikan, Bandung: PPS UPI Bandung

Rusman, (2007) Manajemen Kurikulum, Bandung: PPs UPI

Sanjaya, Wina (2006), Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana,

Sanjaya, Wina (2008), Kurikulum dan Pembelajaran teori dan Praktek

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jakarta: Kencana,

Saylor, J. Gallen Alexander William. M dan Lewis Attur J (1981) Curriculum Planning for Batter Teaching and Learning, Holt-Rinehart and Winston. Sukmadinata, N.S (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung:

Yayasan Kusuma Karya

Sukmadinata, N.S (2007), Pengembangan Kurikulum Teori dan Prakatek, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Sukmadinata, N.S (2007), Metode Penelitian Pendidikan , Bandung: Remaja Rosdakarya,

Sukmadinata, N.S (2007),(2007) Kurikulum Dan Pembelajaran dalam Ali.M, Ibrahim, R Sukmadinata, N.S, Sudjana, D dan Rasyidin., W (penyunting), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, Pedagogiana ( halaman 441-476),

Susilana, Rudi, dkk (2006), Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI


(6)

Susilo M. Joko (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan sekolah Menyongsongnya, Yokyakarta:

Pustaka Pelajar

Tn, 2003. Undang-Undang Republik Indoensia tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Tn, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Panitia Seminar.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.puskur.net/index.php?menu= profile&pr0= 148&iduser=5. Diakses 7-1-2009

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.puskur. net/index.php?menu= profile&pr0=148&iduser=5. Diakses 7-1-2009

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006. [Online]. Tersedia: http://www. puskur.net/ index.php?menu= profile&pr0=148&iduser=5. Diakses 7-1-2009

Puskur (2002) Kurikulum dan Hasil Belajar, Jakarta Puskur (2002) Penilaian Berbasis Kelas, Jakarta

Zais, R.S (1976) Curriculum: Principles and Foundation New York: Happer & Row Publisher