Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

(1)

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan

Pengendalian Sosial

(Penelitian Kuantitatif pada siswa kelas X-I dan X-2 MA Annida Al Islamy, Cengkareng Jakarta barat)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Disusun oleh:

Fikah Awaliyah (109015000007)

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Fikah Awaliyah (109015000007). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi belajar sosiologi dalam pokok bahasanpengendalian sosial. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Cengkareng Jakarata Barat).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap hasil prestasi belajar sosiologi siswa dalam pokok bahasan pengendalian sosial. Penelitian dilaksanakan di MA Annida Al Islamy cengkareng Jakarta Barat. Metode penelitian randomized subject posttest only control groupdesign. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 20 orang siswa pada kelas X-I (kelas eksperimen) yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan 20 orang siswa pada kelas X-II (kelas kontrol) yang menggunakan pembelajaran Konvensional (ceramah). Analisis data proses kedua kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil t- hitung 4,2585 dan t-tabel pada taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,02, dan 1% adalah sebesar 2,71, maka t-hitung>t-tabel. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap prestasi belajar sosiologi dalam pokok bahasan pengendalian sosial.


(6)

(7)

KATA PENGANTAR

Sembah dan sujud syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai kholifah di muka bumi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya dan mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman. Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi dengan judul “Pengaruh model kooperatif tipe Make a Match terhadap prestasi belajar sosiologi siswa di MA Annida Al- Islamy Cengkareng Jakarta

Barat”. dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Nurlena Rifa’i M.A. Ph.d Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan sekaligus sebagai Dosen Penasehat Akademik, yang senantiasa memberikan nasehat-nasehat yang positif dan motivasi selama penulis kuliah.

4. Bapak Dr. H. Teuku Ramli Zakaria. M.A dosen pembimbing skripsi yang tak berhenti memberikan saran produktif dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Cut Dhien Nourwahida. M.A dosen pembimbing skripsi yang tak berhenti memberikan saran produktif dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.


(8)

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis kuliah.

7. Bapak Dr M Haidar. sebagai Kepala Madrasah Aliyah Islamiyah, Cengkareng, Bapak dan Ibu guru serta seluruh staf Madrasah Aliyah Islamiyah, cengkareng atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian.

8. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,serta Perpustakaan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), terima kasih atas buku-bukunya dan pelayanan yang telah diberikan kepada penulis.

9. Ayahanda Nurdin Toha dan Ibunda Jubaidah tercinta, yang telah berjuang tanpa mengenal menyerah untuk mengasuh, mendidik, membimbing, mendoakan dan berkorban baik moril maupun materil, sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi (jihad) di UIN SYAHID ini. “rabbighfirli

waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira”.

10. Tak lupa adeku tersayang Nuzrotul Khofiyah dan Jili Abda Al- Fawas yang tiada hentinya memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas doa dan dukungannya.

11. Keponakan-keponakan Ahmad Bustomy, Sakinatun Najah, Fahira Sanaya, Faisal, Ahmad Zahran Al- Abqory terima kasih berkat senyum kalian sudah memberi semangat dengan kelucuan-kelucuannya, yang membuat tante dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan baik.

12. Arif Rahmawan, Saidah, Eva Nihlatulmahmudah, Sadam, Mila zulfia, Febiyani Lestari, Fitria Ika Nur Azis, dan kawan-kawaku Jurusan Pendidikan IPS angkatan 2009 serta sahabat-sahabatku yang lain, iif syarifah, terima kasih atas motivasi dan dukungannya yang telah diberikan kepada penulis. yang sudah menyelesaikan studi “aku nyusul nich…!” dan yang belum mudah-mudahan cepat selesai.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, semoga jasa baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari, dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis memohon kepada semua pihak untuk memberikan


(9)

saran dan nasehat demi perbaikan skripsi ini Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 2013


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 2

B. Identifikasi ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS... 7

A. Deskripsi Teoritik ... 7

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe make a match a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 13

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 14

d. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match ... 14

e. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Make a Match ... 19

f. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Make a Match ... 21

2. Prestasi Belajar Sosiologi di Madrasah Aliyah (MA)... 22


(11)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 24

c. Definisi Ilmu Sosiologi ... 28

d. Tujuan Ilmu Sosiologi ... 29

e. Ruang Lingkup Pembelajaran Sosiologi di MA ... 31

B. Kerangka Berfikir ... 37

C. Penelitian Relevan ... 38

D. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

B. Metode dan Desain Penelitian ... 41

C. Popolasi dan Sampel ... 41

D. Tekhnik pengumpulan data ... 41

1. Variabel yang diteliti ... 41

2. Data Penelitian ... 42

3. Instrumen Penelitian ... 42

a. Uji Validitas ... 44

b. Uji Reabilitas ... 45

c. Uji Taraf Kesukaran ... 46

d. Uji Daya Bepembeda ... 47

E. Tekhnik Analisis Data ... 48

1. Uji Normalitas ... 48

2. Uji Homogenitas ... 49

3. Pengujian Hipotesis ... 50

F. Hipotesis Statistik ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Data ... 52

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ... 52

2. Data prestasi belajar siswa menggunakan metode eksperimen pada model pembelajaran kooperetif tipe make a match ... 53


(12)

3. Data Prestasi Belajar siswa menggunakan metode konvensional pada model pembelajaran kooperatif

tipe make a match ... 56

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 58

C. Pengujian Hipotesis ... 60

D. Pembahasan ... 61

E. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Rekomendasi ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(13)

Daftar Tabel-tabel

Tabel 3.1 Kisi-sisi soal Post test... 43 Tabel 3.2 Klasifikasi interpretasi taraf kesukaran... 46 Tabel 4.1 Deskripsi prestasi belajar sosiologi dengan Model

Pembelajaran Kooperatif tipeMake a Match... 54 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar sosiologi dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match... 54 Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Belajar sosiologi Dengan Metode Ceramah.. 56 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar sosiologi dengan Metode Ceramah... 57 Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Belajar Siswa berdasarkan

Metode Mengajar... 58 Tabel 4.7 Hasil uji normalitas kedua kelompok... 59 Tabel 9 Data Skor Hasil Belajar sosiologi Siswa Kelas Eksperimen... 105 Tabel 10 Data Skor Hasil Belajar sosiologi Siswa Kelas Kontrol... 106 Tabel 11 Luas di bawah Lengkungan Normal Standar... 122 Tabel 12 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors... 123


(14)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 silabus sosiologi MA... 69

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol... 76

Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen... 85

Lampiran 4 kartu pertanyaan dan jawaban model kooperatif tipe Make a Match ... 93

Lampiran 5 Prosedur Pelaksanaan Model Kooperatif tipe Make a Match... 95

Lampiran 6 Soal Post Test ... 96

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Post Test... 101

Lampiran 8 Skor Kelas Eksperimen dan Kontrol... 106

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas... 107

Lampiran 10 Hasil Uji Reabilitas... 108

Lampiran 11 Rekapitulisasi Taraf Kesukaran Butir Soal... 109

Lampiran 12 Mencari Mean, Median, Modus, Simpangan Baku dan Varians serta Standar Eror Mean... 110

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Normalitas (Uji Lilifors)... 116

Lampiran 14 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji Barlet)... 118

Lampiran 15 Hasil Uji Hipotesis (Uji “t”)... 120

Lampiran 16 Luas di bawah Lengkungan Normal Standar... 122

Lampiran 17 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors... 123

Lampiran 18 Nilai Persentil untuk distribusi f ... 124


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pada umumnya kegiatan belajar selama ini masih bercorak tradisional, pengajaran yang dimaksud adalah bentuk pengajaran klasikal yang umumnya berpusat pada kegiatan dan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

1

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: PT Wacana Prima,2009) 1


(16)

Suasana yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana siswa yang belajar benar- benar berperan aktif dalam belajar.

Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung pada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan pembelajaran pada saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Bagi guru melakukan pembelajaran tidak lebih hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Asal tugasnya sebagai guru dalam melaksanakan perintah yang terjadwal sesuai dengan waktu yang dilaksanakan tanpa peduli apa yang telah diajarkan itu bisa dimengerti atau tidak.

Menurut James dikutip Sardiman bahwa tugas dan peran guru antara lain, yaitu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.2

Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep sosiologi dan praktiknya dalam kehidupan nyata berhubungan erat dengan kemampuan dasar di kelas, siswa sering jenuh dan cenderung tidak serius ketika mengikuti pelajaran sosiologi, mereka menganggap pelajaran ini sangat membosankan sehingga tidak adanya ketertarikan siswa terhadap pelajaran sosiologi, padahal ilmu sosiologi sangat penting bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan dan cara kita berinteraksi dengan masyarakat itu, maka dalam proses pembelajaran di kelas guru harus menerapkan kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Hal ini disebabkan pembelajaran sosiologi memiliki ruang lingkup atau materi yang berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula, maka perlu

2

Hamzah B.Uno, Nurdin Mohamad. Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 105


(17)

adanya penyesuaian materi dan metode yang digunakan. Namun hal yang penting ini seringkali dilupakan oleh guru pada saat proses pembelajaran.

Berdasarkan alasan tersebut maka sangatlah penting bagi para pendidik untuk memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodelogi pembelajaran dalam proses pembelajaran terutama berkaitan dengan pemilihan model-model pembelajaran modern. Dengan demikian proses pembelajaran akan variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekontruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Namun fakta yang selama ini ada, guru pada umumnya masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang meliputi membaca, menulis dan menghafal saja.

Salah satu pembelajaran yang dikenal efektif adalah pembelajaran yang bersifat melibatkan keaktifan siswa dalam berinteraksi di dalam kelas yaitu dengan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan daya nalar, cara berfikir logis, aktif, kreatif, terbuka, serta ingin tahu. Selain itu, model ini mampu meningkatkan interaksi, meningkatkan perluasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Model Pembelajaran Kooperatif memiliki berbagai tipe-tipe kooperatif yang dikembangkan oleh Kagan. Kagan membagi tipe tersebut berdasarkan interaksi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok. Salah satu Model Pembelajaran Kooperatif adalah Make a Match yang merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Pada tipe ini siswa dituntut untuk mencari pasangan kartu yang tepat sesuai pertanyaan, memberikan pendapat, ide, bahkan memberikan analisis terhadap apa yang telah disampaikan oleh temannya sendiri. Tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif. Dalam berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas. Sehingga terjadilah sesuatu pembelajaran yang hidup di dalam kelas.


(18)

Sebuah implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match menyebutkan bahwa model ini dapat mengaktifkan siswa dalam rangkaian kegitan belajar mengajar dan membantu komunikasi antar siswa dan membangun kerja sama dalam kelompok.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam pokok bahasan Pengendalian Sosial”. Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian pada sebuah sekolah yaitu di MA Annida Al Islamy.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Indentifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian yang ada dalam latar belakang masalah serta pengamatan awal terhadap para peserta didik, interaksi guru dengan peserta didik dalam proses mengajar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yang dipilih sebagai objek. Dapat diidentifikasi permasalahan yang dapat diteliti adalah:

1) Siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran sosiologi 2) Penggunaan pola pembelajaran yang kurang tepat menimbulkan

kejenuhan dan ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran sosiologi 3) Pembelajaran sosiologi masih berpusat pada guru sehingga siswa

kurang aktif

4) Adanya kompetetif dan individualistik dalam pembelajaran

5) Siswa belum mampu menyelesaikan masalah sosial pada kasus di masyarakat

6) Hasil belajar sosiologi siswa masih rendah

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka masalah dibatasi pada prestasi belajar sosiologi siswa sebagai variabel terikat. Model pembelajaran digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe


(19)

Make a Match pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Ranah yang akan dicapai dibatasi pada aspek kognitif siswa pada pembahasan pengendalian sosial dalam mata pelajaran sosiologi.

3. Perumusan Masalah

Dari Pembatasan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian yang akan dilakukan adalah apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap prestasi belajar sosiologi siswa?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap prestasi belajar siswa.

Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Untuk menjadi bahan acuan bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran sosiologi.

2. Sebagai bahan informasi mengenai efektif atau tidaknya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada mata pelajaran sosiologi di MA Annida Al Islamy.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan bahan acuan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

dalam pembelajaran sosiologi di kelas. b. Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa

a) Memberikan penyajian pembelajaran baik pada penggunaan metode make a match untuk meningkatkan pretasi belajar siswa.


(20)

b) Memberikan solusi alternative siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran Sosiologi.

c) Melalui metode make a match diharapkan terjadi transfer dan transmisi sistem nilai yang memungkinkan peserta didik mengalami perubahan sikap dan perilaku serta kerja sama secara lebih efektif dan menimbulan keaktifan siswa di kelas.

2. Bagi Guru

a) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru sosiologi dalam melakukan aktivitas belajar mengajar yabf lebih efektif dan efisien. b) Membantu guru dalam melakukan perbaikan metode mengajar yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan bermakna.

c) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran sosiologi.

3. Bagi Sekolah

a) Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan, terutama kebijakan pembelajaran.

b) Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para guru. c) Memberikan sumbangan pada sekolah dalam menghasilkan mutu


(21)

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran yang bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.1 Sedangkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannyanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.2 Menurut Gage belajar adalah proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat dari pengalaman. Maka usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan maka akan terjadinya perubahan dari diri seseorang.3

1

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta : PT Kencana, 2008), h. 23

2

Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2009) hal. 203-204

3

Bambang Suteng. Sosiologi SMA kelas X,(Jakarta: PT Phebeta Aneka Gama ,2006). Hal 163


(22)

Menurut B. F. Skinner dikutip dari Slameto, bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.4 Belajar juga dipahami sebagai upaya untuk menguasai sesuatu yang baru maka ada dua konsep usaha menguasai dan sesuatu yang baru maka usaha menguasai merupakan aktivitas belajar yang sesungguhnya dan baru merupakan hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar itu.5

Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.6 Jadi model pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran lebih optimal.7

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu kepada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.8 Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.9

Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran tertentu disesuaikan dengan

4

Slameto, Belajar & faktor- faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 5

5

Prayitno, Dasar Teori dan Praktis, (Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia ,2009), h.203

6

Slameto, Belajar & faktor- faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 82

7

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), h.7-8

8

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010), h. 51

9

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 219


(23)

materi, kemampuan siswa, karakteristik siswa dan sarana penunjang yang tersedia.

Model-model pembelajaran memiliki beberapa komponen, yaitu: 1) Fokus

Fokus merupakan aspek sentral dalam sebuah model. Fokus dari sebuah sistem merujuk kepada kerangka acuan yang mendasari pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari model. Tujuan apa yang hendak dicapai adalah bagian model pada umumnya.

2) Sintaks

Sintasks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang model dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tahapan-tahapan yang jelas dari keseluruhan program yang melambangkan lingkungan pendidikan dari setiap model. Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar. 3) Sistem sosial

Sistem sosial merupakan bagian penting dari setiap moel, sebab dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan murid serta norma-norma atau prilaku siswa yang dianggap baik. Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun selama proses mengajar. Model-model mengajar itu menjelaskan sistem untuk mengajarkan sikap, keterampilan serta pengertian dan lain-lain.

4) Sistem pendukung

Aspek yang penting dan utama dari suatu model adalah elemen pendukung yang tujuannya adalah menyiapkan kemudahan kepada guru dan siswa bagi berhasilnya penerapan strategi mengajar. Sebagai


(24)

contohnya adalah menyiapkan bahan materi yang disusun dengan pendekatan modular, mesin-mesin mengajar, dll.10

Dalam dunia pendidikan terdapat banyak sekali model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam membantu proses pembejaran agar menjadi lebih aktif, inovatif dan kreatif serta mencapai hasil pembelajaran yang memuaskan sehingga tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif.

Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran tertentu disesuaikan dengan materi, kemampuan siswa, karakteristik siswa dan sarana penunjang yang tersedia. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dalam kelompok- kelompok kecil, dengan anggota kelompok 3-5 orang, yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok harus saling kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi, sehingga setiap siswa selain mempunyai tanggung jawab individu, tanggung jawab berpasangan dan juga mempunyai tanggung jawab kelompok.11

Pendekatan model pembelajaran seperti ini didasarkan kepada pemikiran bahwa manusia memiliki derajat potensi yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih dan asuh sehingga terjadi masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak harus belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa. Metode yang cocok untuk pendekatan ini yaitu STAD (Student Team Achievement Divisions), jigsaw, GI (Group Investigation), NHT dan sebagainya.12

Johnson dan Johnson mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah penerapan pembelajaran terhadap kelompok kecil sehingga para siswa dapat bekerja sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri

10

La Iru dan La Ode Safiun Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, Dan Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta : PT Multi Presindo,2012) cet.1, h. 7

11

Ibid, h. 48

12


(25)

serta memaksimalkan pembelajaran anggota yang lain. Spencer Kagan secara sederhana merumuskan tentang pembelajaran kooperatif bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif terkadang disebut juga kelompok pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi bermacam prosedur intruksional yang melibatkan kelompok kecil interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yang lain. Pada umumnya dalam implementasi model pembelajaran kooperatif, siswa saling berbagi (sharing), bertukar pikiran tentang masalah yang mereka tangani.13

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan- bahaan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.14

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal- asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu

13

Warsono, DKK. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. 2012.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h. 161

14

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar, 2009), hal. 54


(26)

pembelajraan yang bercitrakan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.15

Dalam menjalankan model kooperatif ini guru sering kali tidak memahami langkah yang benar dan prosedur model pembelajaran yang harusnya diterapkan, sehingga model kooperatif ini tidak berjalan dengan baik. Pembagian kerja yang kurang adil dalam kelompok dan memberikan tugas kepada kelompok tanpa memberikan pedoman yang perlu dikerjakan, membuat siswa tidak tahu harus bekerja sama dan membuat kondisi kelas gaduh. Supaya hal ini tidak terjadi, guru wajib memahami sintak model pembelajaran kooperatif.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu;

Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus di orkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus bekerja sama didalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok merupakan tujuan kelompok, setiap anggota memiliki peran demi kelompoknya masing-masing. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. pada tahap ini, guru harus meengarahkan, memberikan petunjuk dan membimbing siswa. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten

15

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Pailkem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar, 2009), h. 58


(27)

dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik.16

Hal yang terpenting dalam model pembelajaran ini adalah bahwa siswa dapat belajar dengan bekerja sama dengan teman. Bahwa teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok.para siswa juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.17

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara sesama anggota kelompok mampu meningkatkan motivasi, produktifitas dan perolehan belajar.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menunut kerja sama dan interpedensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal. Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan intelegensi interpersonal. Intelegensi berupa kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga

16

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar, 2009), h. 64-66

17

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 210


(28)

termasuk dalam intelegensi ini. Secara umum intelegensi seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial. Beberapa keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif serta solidaritas.18

Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif adalah :

1) Saling bergantung antara satu sama lain secara positif (positif interdependence).

2) Saling berinteraksi langsung antara anggota dalam kelompok ( face-to-face intraction).

3) Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual accountability).

4) Keterampilan sosial (cooperative social skill). 5) Pemerosesan kelompok (group processing).19

c. Kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Berbagai sumber memang banyak mengungkapkan manfaat pembelajaran kooperatif ini. Berdasarkan berbagai hasil penelitian serta fakta empiris di lapangan, pembelajaran kooperatif ternyata telah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam hal:

1) Memberikan kesempatan kepada sesama siswa untuk saling berbagi informaasi kognitif.

2) Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan pembelajaran lebih baik.

3) Meyakinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri

18

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 62

19

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Wacana Prima,2009), h. 54


(29)

4) Mengembangkan keterampilan sosial kelompok yang diperlukan untuk berhasil diluar ruangan kelas, bahkan diluar sekolah

5) Meningkatkan interaksi positif antar anggota yang berasal dari berbagai kultur berbeda serta kelompok sosial ekonomi yang berlainan 6) Meningkatkan daya ingat siswa karena dalam pembelajaran kooperatif,

siswa secara langsung dapat menerapkan kegiatan mengajar siswa yang lain (teach order).20

Sedangkan Kelebihan Model Cooperative Learning menurut Jarolimek & Parker adalah sebagai berikut:

a. Adanya saling ketergantungan yang positif antar siswa b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

d. Tercipta suasana kelas yang menyenangkan sehingga membuat siswa merasa rileks.

e. Terjalinnya hubungan hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

f. Siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.21

Sejauh ini kritik yang ditunjukkan terhadap implementasi pembelajaran kooperatif hanya menemukan satu kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu terhadap harapan timbulnya pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking) dari para siswa yang ternyata sesuai dengan keterbatasan kemampuan berfikir dan tingkat kedewasaan para siswa. Dampak positif ini tidak berkembang, terutama kepada siswa kelas-kelas rendah.22

Orlich menyebutkan kritiknya terhadap upaya pengelompokan para siswa dengan kecakapan yang berbeda-beda. Sementara para ahli menyakini bahwa pembentukan heterogen terhadap siswa-siswa yang

20

Warsono. DKK. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. 2012.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Hal. 164

21

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabet, 2009), h. 24

22


(30)

berbakat seperti itu justru menurunkan kemampuan belajar mereka atau kemampuan belajar mereka menjadi berkurang karena terganggu dengan keharusan membantu teman yang lain.23

Vicki Randall mengemukakan kritikannya terhadap implementasi pembelajaran kooperatif terutama terkait dengan bertanggung jawab kelompok dalam kelompok yang berkemampuannya berbeda-beda. Seringkali siswa yang lebih cerdas meninggalkan siswa yang lebih lemah pembelajaranya. Dalam hal ini harus selalu ada kontrol dari guru. Kemudian dalam asesmen menyusun rubrik yang diantaranya menilai sikap siswa dalam membantu temannya.24

Walapun terdapat kritikan terhadap pembelajaran kooperatif ini, akan tetapi kecil kemungkinan hal itu bisa terjadi jika proses pembelajaran di jalankan dengan baik sesuai dengan prinsip dan langkah-langkah yang benar, juga di awasi secara teliti oleh guru.

Sedangkan Kelemahan model pembelajaran kooperatif diantaranya 1. Faktor Dari Dalam

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

b) Agar dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung ada kecenderungan

topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,dan

2. Faktor dari Luar erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah mengenai pendidikan. 25

23

Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabet, 2009), h. 24

24

Warsono, DKK. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 240-241

25

Isjono, pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik, Cetakan Kesatu, Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2009.


(31)

d. Pengertian Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa kurang terjadi. Untuk memperbaiki pembelajaran yang lebih komperehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya atas dasar itu mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan tipe Make a Match.

Dan model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama, kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka tujuan pembelajaran. Guna meningkatkan dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan Model Pembelajaran Make a Match. Tipe Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model pembelajaran dimulai dari teknik siswa mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal batas waktunya siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin.26

Model pembelajaran dapat direalisasikan dengan menerapkan suatu tipe pembelajaran. Terdapat beberapa Model Pembelajaran Kooperatif, salah satu nya adalah Tipe Make a Match. Pembelajaran seperti ini yaitu mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Make a Match

(mencari pasangan kartu) yaitu suatu teknik yang cukup menyenangkan dan digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian materi barupun tetap bisa diajarkan dengan catatan siswa diberi tugas untuk mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Kekurangan dari teknik ini adalah kurang efektif bila

26

http:// ras-eko. Blogspot.com/2011/05//metode – make- match. Html diakses pada tanggal 20 November 2013.


(32)

digunkan untuk kelas yang jumlahnya siswanya lebih dari 50 orang dan terdapat keributan di dalam kelas. 27

Tipe Make a Match melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati proses pembelajaran karena teknik ini dikemas seperti sebuah permainan dengan tidak membuang esensi dari proses pembelajaran tersebut. Tipe ini biasanya digunakan untuk mengajarkan kata- kata atau kalimat dengan pasangannya. Misalnya kata dengan artinya atau soal dengan jawabannya dan sebagainya. Tipe ini bisa dikatakan sebuah permainan yang menyenagkan karena siswa ditantang untuk menemukan pasangannya dengan cocok pertanyaan dan jawaban dengan melibatkan materi sosiologi.

Model Make a Match akan membuat siswa antusias dalam pembelajaran karena tipe ini dirancang seperti mainan tanpa disadari siswa belajar sambil bermain. Konsep tersebut akan tertanam dengan baik di memori siswa sehingga siswa mampu mengingat pengetahuan tersebut pada masa berikutnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

dirasa solusi tepat untuk meningkatkan tingkat pemahaman siswa sehingga meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa. Karena kooperatif dan make a match merupakan model dan tipe dengan tahapan- tahapan yang menarik untuk diikuti siswa dan diharapkan siswa akan merasa lebih tertarik untuk mempelajari sosiologi dengan sebaik- baiknya.

Model pembelajaran kooperatif dengan tipe Make a Match ini telah diteliti oleh beberapa ahli dengan melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Banyaknya hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil secara signifikan memberikan pengaruh positif terhadap variabel dependennya. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh model pembelajaran tipe Make a Match terhadap prestasi belajar. Dengan demikian pembelajaran

27

Hisyam zaini, et.al,. strategi pembelajaran aktif, (yogyakarta: pustaka insan madani 2008), h. 67


(33)

kooperatif dengan tipe Make a Match diduga dapat meningkatkan prestasi belajar sosiologi siswa, sehingga siswa mengalami pembelajaran yang lebih bermakna sehingga siswa gemar belajar Sosiologi.

e. Langkah-langkah pelaksanaan Model Pembelajaran Make a Match

Adapun langkah- langkah yang digunakan pada Tipe Make a Macth

adalah:

1) Buatlah potongan- potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

2) Bagi jumlah kertas- kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. 3) Tulis pertanyaan materi yang telah diberikan sebelumnya pada

setengah bagian kertas yang telah disiapkan setiap kertas berisi satu pertanyaan.

4) Pada separuh kertas yang lain tulis jawaban dari pertanyaan yang tadi dibuat.

5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur anatara soal dan jawaban.

6) Beri setiap peserta didik satu kertas jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh peserta didik akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.

7) Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka jika ada yang sudah menemukan pasangan minta mereka untuk duduk berdekatan terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

8) Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang tersebut dijawab oleh pasangan pasangan yang lain.

9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan 28

28

Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 210 hal 84


(34)

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran ini adalah kartu-kartu. Telah dijelaskan diatas terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu yang lainnya berisi jawaban dari-pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua membawa kartu-kartu yang berisi jawaban-jawaban. Kelompok yang ketiga adalah kelompok penilai. T Kemudian aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.

Jika masing-masing kelompok sudah ada dalam posisinya yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk tadi wajib menunjukan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak. Setelah mengadakan diskusi maka kelompok penilai memberikan penilaiannya.

Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban dan kelompok penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan tidak cocok. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik menginformasikan hal-hal yang


(35)

telah mereka lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.29

Tipe ini mengandalkan daya ingat atau daya tangkap siswa dan pemahaman siswa terhadap apa yang telah mereka pelajari sebelum dengan mencari jawaban dan pertanyaan yang telah tersedia dalam bentuk kartu dimana jawaban dan pertanyaan tersebut disediakan pada kartu yang berbeda. Setiap siswa masing- masing untuk pasangan yang sesuai dengan kartu tersebut.

Jika seseorang siswa mendapatkan sebuah kartu yang berisi jawaban maka siswa tersebut harus mencari kartu yang berisi pertanyaan yang dipegang oleh temannya yang sesuai dengan pertanyaan pada kartunya dan sebaliknya, seorang siswa dapatkan sebuah kartu yang berissi pertanyaan maka siswa tersebut harus mencari kartu yang berisis jawaban yang dipegang oleh temannya yang sesuai dengan jawaban kartunya dan siswa menemukan pasangan sebelum waktunya maka akan diberikan point dan begitu seterusnya. Dengan ini siswa akan lebih bersemangat dan termotivasi dalam menjalankan aktifitas belajarnya untuk itu model pembelajaran ini diharapkan dapat mendorong motivasi siswa mampu meningkatkan prestasi belajar yang optimal bagi siswa.

f. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Kelebihan dari model Make a Match adalah sebagai berikut:

a) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.

b) Meningkatkan kreativitas belajar siswa. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. c) Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media

pembelajaran yang dibuat oleh guru.

29

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar, 2009), hal. 94-96


(36)

Kekurangan model Make a Match adalah sebagai berikut:

a) Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai dengan materi pelajaran.

b) Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran

c) Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja. d) Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.30

2. Prestasi Belajar Sosiologi di Madrasah Aliyah (MA) a. Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari kata belanda yaitu Prestatie yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.31 Dalam bahasa kamus populer dijelaskan bahwa prestasi memiliki makna apa yang telah dapat diciptakan hasil pekerjaan dan hasil gemilang yang diperoleh dengan kerja keras. 32 Menurut Muhibbin Syah “ prestasi belajaar merupakan hasil akhir yang dicapai seorang siswa ia melakukan kegiatan belajar tertentu atau setelah ia menerima pelajaran dari seorang guru pada suatu saat”.33

Dan Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). 34

30

http://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-make-a-match/ . 19/11/13

31

Zaenal arifin, evaluasi hasil instruksional, prinsip, teknik prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), h 2

32

Ibid, h. 3

33

Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan, suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,1993), Cet,h. 105

34

Kamus Besar Bahasa Indonesia, departemen pendidikan dan kebudayaan,1988, Jakarta : Balai Pustaka, h. 215


(37)

Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. 35

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja Selanjutnya untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya menurut Slameto dalam bukunya “Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya”. bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 36

Muhibbin Syah bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari

35

Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994

36

Slameto,Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2010)


(38)

proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 37

Menurut Winkel melalui Sunarto mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Berdasarkan beberapa batasan di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar.38

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum menurut Slameto pada garis besarnya meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu:

1) Faktor intern. Dalam faktor ini dibahas 2 faktor yaitu: a) Faktor jasmaniah mencakup:

(1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh

b) Faktor psikologis mencakup: (1) Intelegensi

(2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat

37

Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan, suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,1993)

38


(39)

(5) Motivasi (6) Kematangan (7) Kesiapan c) Faktor kelelahan

2) Faktor ekstern Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu: a) Faktor keluarga mencakup:

(1) cara orang tua mendidik (2) relasi antar anggota keluarga (3) suasana rumah

(4) keadaan ekonomi keluarga (5) pengertian orang tua (6) latar belakang kebudayaan

b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, media masa, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.

39

Selanjutnya Sumadi Suryabrata mengklasifikasikan faktor-faktor yang memepengaruhi belajar sebagai berikut:

1) Faktor-faktor yang berasal dari luar dalam diri a) Faktor non-sosial dalam belajar

39

Slameto, Belajar& faktor- faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010).


(40)

Meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alat-alat yang dipakai untuk belajar (alat tulis, alat peraga)

2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri a) Faktor fisiologi dalam belajar

Faktor ini terdiri dari keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu.

b) Faktor psikologi dalam belajar

Faktor ini dapat mendorong aktivitas belajar seseorang karena aktivitas dipacu dari dalam diri, seperti adanya perhatian, minat, rasa ingin tahu, fantasi, perasaan, dan ingatan.40

Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono yaitu:

1) Faktor internal

a) Faktor jasmaniah, Faktor jasmaniah baik bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. b) Faktor psikologi, baik bawaan maupun yang diperoleh yang

terdiri atas:

(1) Faktor intelektif yang meliputi:

(a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

(b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki

40

Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,(Jakarta:PT Rineka Cipta,2010)


(41)

(2) Faktor non intelektif yaitu unsur -unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

(3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2) Faktor Eksternal

a) Faktor sosial, yang terdiri atas : (1) Lingkungan kerja

(2) Lingkungan sosial (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim

d) Faktor lingkungan spiritual.

Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi dua yaitu:

1) Faktor intern adalah Faktor berkaitan dengan segala yang berhubungan dengan diri siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya.

2) Faktor ekstern adalah Faktor berhubungan dengan pengaruh yang datang dari luar diri individu berupa sarapa dan prasarana, lingkungan, masyarakat, guru, metode pembelajaran, kondisi social, ekonomi, dan lain sebagaianya.41

41

http://libraskyandri.blogspot.com//analisis-faktor-faktor-yang. 2010/01 html diakses pada tanggal 21 Desember 2013.


(42)

c. Definisi Ilmu Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari sifat manusia dan objeknya masyarakat.42 Secara etimologi sosiologi berasal dari kata

socius dan logos. Socius (bahasa latin) artinya teman, dan logos yang berarti kata, perkataan atau pembicaraan. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan mengenai kajian masyarakat dan kebudayaan yang disusun secara sistematis dan logis.43

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Menurut Auguste Comte bahwa sosiologi adalah ilmu yang terutama mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.44 Artinya, sosiologi mempelajari segala aspek kehidupan bersama yang terwujud dalam asosiasi-asosiasi, lembaga-lembaga dan peradaban.

Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi dikutip dari Bambang Suteng, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial.45 Maka individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.

42

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada). Hal

13

43

Karjono Sukatma, Belajar Sosiologi MA X,XI,XII.( Jakarta: Berdasarkan Kurikulum KTSP), h. 12

44

Sukanto Karjono,Belajar Sosiologi MA X,XI,XII, Jakarta: PT Phebeta Aneka Gama, 2008).h.7

45

Bambang Suteng, Sosiologi SMA kelas X, 2006. Jakarta: PT Phebeta Aneka Gama. Hal 4-5


(43)

Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh ekonomi terhadap politik, agama terhadap ekonomi, atau hukum terhadap agama. Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur sosial masyarakat.46 Pitirim A. Sorokin mengemukakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara berbagai macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, kelurga, moral); selain itu sosiologi juga mempelajari tentang hubungan timbal balik tentang gejala sosial dengan gejala nonsosial dan secara umum gejala- gejala sosial yang lain. 47

Sejarah sosiologi berasal dari ilmu filsafat yang lahir pada saat- saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Dan Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari gejala yang umum ada pada setiap interaksi antar manusia. Jadi sosiologi merupakan dasar ilmu sosial yang umum, menyelidiki faktor-faktor sosial dalam bidang kehidupan apa pun juga. Dan kesimpulannya bahwa sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, berusaha pengertian umum, rasional dan empiris, serta bersifat umum. 48

d. Tujuan Ilmu Sosiologi

Ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pokok bahasan sosiolgi ada empat yaitu fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

46

Ibid h.6-5

47

http//wikipedia.org/wiki/definisi_Sosiologi diakses pada tanggal 8 maret 2014

48

Soejarno Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar , 1982. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal 5-6


(44)

Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. 49

Kewajiban -kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid). Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah.

Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi. 50

Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.51

49

Karjono Sukatma, Belajar Sosiologi MA X,XI,XII.( Jakarta: Berdasarkan Kurikulum KTSP)

50

http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi_Sosiologi diakses pada 22/12/2013

51

http://irnaindriani.blogspot.com/2012/04/ilmu-pengetahuan-dan-sosiologi.html. diakses pada 22/12/2013


(45)

e. Ruang lingkup Pembelajaran Sosiologi di MA

Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi di Madrasah Aliyah meliputi kajian tentang pengendalian sosial pada bahasan pengertian lembaga pengendalian sosial, tokoh sosiologi yang menjelaskan pengendalian sosial, jenis- jenis pengendalian sosial, cara pengendalian sosial, dan lembaga- lembaga pengendalian sosial.

Adapun penelitian yang dilakukan adalah mengukur prestasi belajar sosiologi siswa yang ada di kelas X1,X2, MA Annida Al Islamy pada pokok bahasan pengendalian sosial yang ada pada semester genap. Secara garis besarnya materi kelas X tentang Pengendalian Sosial dijabarkan sebagai berikut :

1. Pengertian Pengendalian sosial

Pengendalian sosial merupakan tindakan pengawasan terhadap kegiatan atau perilaku anggota masyarakat agar tidak menyimpang dari norma dan nilai sosial yang berlaku. Jadi pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang.52

Menurut Peter L. Berger Lembaga Pengendalian Sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.

Di dalam kehidupan masyarakat keteraturan dapat ditegakkan melalui kedisiplinan setiap anggota masyarakat di dalam memegang teguh sistem nilai dan norma yang telah disepakati bersama maka diperlukan upaya pengendalian sosial agar setiap anggota masyarakat tidak menyimpang dari sistem nilai dan sistem norma yang berlaku.

Sedangkan menurut Bruce C. Cohen Lembaga Pengendalian Sosial adalah suatu proses baik direncanakan maupun tidak direncanakan yang bertujuan untuk mengajak membimbing atau

52

Karjono sukatma, Belajar Sosiologi MA X,XI,XII. Jakarta: Berdasarkan kurikulum KTSP. Hal 65


(46)

bahkan memaksa warga agar mematuhi nilai kaidah yang berlaku.53

2. Cara Pelaksanaan Pengendalian Sosial

Cara pelaksanaan pengendalian sosial dalam masyarakat yaitu Cara Persuasif dimana cara ini dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Dan cara koersif yaitu uapaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya memaksa warga masyarakat bersedia bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. 54

3. Jenis- Jenis Pengendalian Sosial

Adapun jenis- jenis pengendalian sosial a) Gosip

Gosip merupakan berita yang menyebar belum tentu berlandaskan pada kenyataan fakta. Jadi berita gosip masih diragukan kebenarannya sebab sering kali berita dalam gosip tidak jelas. Contoh pada umumnya orang tidak senang bila menjadi sasaran gosip sebab gosip menyebabkan perubahan sikap. Oleh karena itu orang akan berusaha agar tidak menjadi sasaran gosip. Oleh karena orang akan berusaha agar tidak menjadi sasaran gosip. Gosip menjadikan seseorang menyadari kesalahannya berusaha bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Dengan demikian gosip bisa menjadi sala satu cara pengendalian sosial. 55

b) Teguran

Teguran adalah peringatan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain. Tujuan dari teguran menyadarkan pihak yang

53

Ibid hal 65

54

Ibid hal. 66

55


(47)

melakukan perilaku menyimpang sehingga dengan demikian diharapkan pihak tersebut tidak akan mengulangi tindakannya. c) Hukuman atau Sanksi

Hukuman adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak mengenakan menimbulkan penderitaan yang diberikan kepada pihak pelaku perilaku menyimpan. Pemberiaan hukuman hanya kepada pihak berwenang saja.

d) Pendidikan

Pendidikan adalah lembaga pengendalian sosial yang penting. karena melalui pendidikan orang tahu, memahami, mengakui, dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.

e) Agama

Agama merupakan pedoman hidup baik dalam berhubungan dengan tuhan maupun dengan sesama manusia, agama mengajarkan apa yang baik dan tinggalkan apa yang buruk. 56 4. Macam-macam lembaga pengendalian sosial

Lembaga-lembaga pengendalian sosial dalam pelaksanaanya di dalam masyarakat dikenal adanya lembaga sosial yang berperan dalam melaksanakan pengendalian sosial yaitu57

a. Kepolisian

Di Indonesia keberadaan kepolisian secara konstitusional diatur dalam pasal 30 ayat 4 UUD 1945. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.

56

Karjono sukatma, Belajar Sosiologi MA X,XI,XII. Jakarta: Berdasarkan kurikulum KTSP. Hal 65

57

Bambang suteng. Sosiologi SMA kelas X, 2006. Jakarta: PT Phebeta Aneka Gama. Hal 163


(48)

b. Peradilan

Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hukum kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hukum. Putusan peradilan sangat penting artinya dalam menyelesaikan persoalaan hukum melalui putusan peradailan menjadi jelas status hukum dari sebuah persoalan hukum.

c. Adat istiadat

Adat istiadat merupakan lembaga sosial yang terdapat di masyarakat yang masih memegang teguh tradisi. Di indonesia tertuma di pelosok-pelosok desa. Warga masyarakat yang melanggar adat atau tradisi akan dikenakan sankksi

d. Tokoh masyarakat

5. Tokoh masyarakat adalah individu- individu warga masyarakat yang dianngap memilki pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lainnya. Tokoh masyarakat biasanya menjadi tempat tujuan warga dalam persoalan- Macam-macam lembaga pengendalian sosial

6. Fungsi pengendalian sosial

Menurut Koentjaraningrat fungsi pengendalian sosial sebagai berikut.58

a. Mempertebal Keyakinan Masyarakat tentang Kebaikan Norma Norma diciptakan oleh masyarakat sebagai petunjuk hidup bagi anggotanya dalam bersikap dan bertingkah laku, agar tercipta ketertiban dan keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Untuk mempertebal keyakinan ini dapat ditempuh melalui pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah.

Pendidikan di lingkungan keluarga merupakan cara yang paling pokok untuk meletakkan dasar keyakinan akan norma pada

58

http://irnaindriani.blogspot.com/2012/04/ilmu-pengetahuan-dan-sosiologi.html 18/12/2013.


(49)

diri anak sejak dini. Selanjutnya, seiring dengan pertambahan usia anak, maka lingkungan sosialisasinya juga semakin luas, sehingga masyarakat dan sekolah juga turut berperan dalam mempertebal keyakinan terhadap norma-norma.

Selain itu dilakukan dengan sugesti sosial. Cara ini dilakukan dengan memengaruhi alam pikiran seseorang melalui cerita-cerita, dongeng-dongeng, karya-karya orang besar, atau perjuangan pahlawan.

Misalnya cerita mengenai seorang anak yang taat beribadah. Tujuannya memberikan gambaran pada seseorang untuk dapat mengambil hikmah dari hal-hal tersebut. Cara lainnya adalah dengan menonjolkan kelebihan norma norma pada saat mengenalkan dan menanam kannya pada diri anak. Maksudnya agar anak tertarik untuk mempelajari, menghayati, dan mengamalkan norma-norma itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

b. Memberikan Imbalan kepada Warga yang Menaati Norma

Pemberian imbalan ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat dalam diri orang-orang yang berbuat baik agar mereka tetap melakukan perbuatan yang baik dan menjadi contoh bagi warga lain. Imbalan ini dapat berupa pujian dan penghormatan. Apabila perbuatan tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial, maka imbalan yang diberikan dapat berupa penghargaan yang lebih tinggi.

c. Mengembangkan Rasa Malu

Dapat dipastikan bahwa setiap orang mempunyai 'rasa malu. Terutama apabila telah melakukan kesalahan dengan melanggar norma sosial. Masyarakat yang secara agresif mencela setiap perbuatan yang menyimpang dari norma-norma dengan melemparkan gosip dan gunjingan akan memengaruhi jiwa seseorang yang melakukan penyimpangan tersebut. Sifat


(50)

demikian menimbulkan kesadaran dalam diri seseorang bahwa perbuatannya mendatangkan malu. Oleh karena itu ia akan menjauhkan diri dari perbuatan menyimpang itu.

d. Mengembangkan Rasa Takut

Rasa takut mengakibatkan seseorang menghindarkan diri dari suatu perbuatan yang dinilai mengandung risiko. Oleh karena itu orang akan berkelakuan baik, taat kepada tata kelakuan atau adat istiadat karena sadar bahwa perbuatan yang menyimpang dari norma-norma akan berakibat tidak baik bagi dirinya maupun orang lain. Rasa takut biasanya muncul dalam diri seseorang karena adanya 'ancaman'.

Misalnya, seseorang yang mencuri atau membunuh diancam dengan hukuman penjara. Selain itu, hampir semua agama mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik karena perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma akan mendapatkan hukuman di akhirat.

e. Menciptakan Sistem Hukum

Setiap negara memiliki sistem hukum yang berisi perintah dan larangan yang dilengkapi dengan sanksi yang tegas. Hukum mengatur semua tindakan setiap warga masyarakatnya, agar tercipta ketertiban dan keamanan.

1) Hukuman pidana, diberlakukan bagi orang-orang yang melanggar peraturan-peraturan negara, seperti membunuh, mencuri, dan merampok.

2) Kompensasi adalah kewajiban pihak yang melakukan kesalahan untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang dirugikan akibat kesalahan tersebut. Misalnya, orang yang mencemarkan nama baik orang lain dapat dituntut di pengadilan dengan ganti rugi berupa sejumlah uang.


(51)

3) Terapi adalah inisiatif untuk memperbaiki diri sendiri dengan bantuan pihak-pihak tertentu. Misalnya pengguna narkotika yang masuk ke panti rehabilitasi ketergantungan narkoba. 4) Konsolidasi adalah upaya untuk menyelesaikan dua pihak yang

bersengketa, baik secara kompromi maupun dengan mengundang pihak ketiga sebagai penengah (mediator)

B. Kerangka berfikir

Masalah pembelajaran sosiologi yang banyak terjadi di sekolah adalah permasalahan motede atau cara mengajar yang digunakan oleh guru. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran yaitu metode ceramah dan metode konvensional. Metode tesebut hanya menjadi guru sebagai subjek dan siswa menjadi objek pembelajaran maka proses pembelajaran berpusat pada guru. Dengan metode pengajaran yang kurang sesuai tersebut menyebabkan banyak siswa yang menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kejenuhan.

Ditambahkan lagi oleh banyaknya konsep- konsep yang tidak konkrit dalam contoh kehidupan di masyarakat. Akibatnya tingkat pemahaman siswa rendah, siswa kurang mampu mengintegrasikan keterkaitan antar konsep yang satu dengan yang lainnya, lemahnya ingatan siswa, rendahnya respon siswa terhadap penyampaian guru dan lain sebagainya.

Selain itu kesenjangan antar siswa juga terjadi karena ingin menjadi nomor satu di kelas, sehingga timbul kompetisi yang tidak sehat, maka siswa yang pandai akan berlomba-lomba untuk mencapai tujuannya sedangkan siswa yang kurang pandai akan semakin tertinggal dan tidak termotivasi karena malu akan terlihat kurang pandai. Beban belajar tersebut menyebabkan hasil belajar siswa rendah, maka dari itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang mengkonstruk pengetahuan siswa itu sendiri dengan berkelompok. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif.

Pada proses pembelajaran dengan paradigma lama masih kurang variasi model pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi monoton.


(52)

Pembelajaran harus turut berubah seiring dengan perubahan aspek yang lainnya sehingga terjadi kesesuaian dan keseimbangan. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan menggunakan model cooperative learning juga menghasilkan peningkatan hasil akademik, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba informasi, dan lain sebagainya. Dalam pembelarajan sosiologi terdapat bermacam-macam karakterisitik materi, tidak semua metode pembelajaran dapat efektif diterapkan, begitu pun dalam model pembelajaran kooperatif, semuanya tergantung kepada pemilihan metode dan indikator pembelajaran itu sendiri. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match sangat membantu dalam pembelajaran sosiologi yang banyak sekali sub bab yang harus dipahami dan dihafal. Pada prinsipnya, model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan metode pembelajaran interaktif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa dalam kelompok selama proses pembelajaran.

Jadi Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match ini sangat baik dalam membantu guru mengajarkan materi pelajaran sosiologi yang karakteristiknya membutuhkan pemahaman tentang arti suatu konsep dan analisis yang mendalam sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran.

C. Penelitian yang Relevan

Dari beberapa hasil penelitian tentang pengaruh penerapan model kooperatif tipe Make a Match menyebutkan bahwa model ini memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran yang karakteristiknya memiki pendalaman konsep dan penghafalan. Dari Riyanto dalam jurnalnya menyatakan bahwa model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKN yang ditandai


(1)

(2)

127


(3)

t y

I

Nama Nim Jurusan/prodi Judul UJI REFERENSI Fikah Awaliyah 1 0 9 0 1 s 0 0 0 0 0 7

Ilmu Pengetahuan Sosial/Sosiologi

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi siswa dalam pokok bahasan pengendalian sosial.

No Referensi Paraf PembimbinsI II

Bab I t .

I Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelaiaran,

(Bandune: PT Wacana Prima, 2009) Hal.2

IV

fld

2 Hamzah B.Uno, Nurdin Mohamad. Belajar dengan

pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 20ll)

Hal.2

tt'

,#1,

Bab II /l

I Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain

Pembelajaran, (Jakarta: PT Kencana, 2008) Hal23

V

2 Prayitno, "Dasar Teori dan Praktis",( Jakarta:PT

Gramedia Widiasarana Indonesia,2009), h.203

il

tV

a

J Slameto, Belajar & fahor- faktor yang

mempengaruhirrya, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2010) Hal

82

V

A

il^{

4 Trianto, Model Pembelaiaran Terpadu, (Jakarta : PT

Bumi Aksara. 2010) Hal 51

r

d

htl

5 HanzahB.Uno, Nurdin Mohamad. Belajar dengan

pendelmtan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 20lI)

Hal.2l9

N"

,$^l

6 La Iru dan La Ode Safiun Arihi, " Analisis Penerapan

P endekntan, Metode, Str ate gi, Dan Model-Model

Pembelajaran, (Yogyakarta : PT Multi Presindo,2Ol2)

HalT

tf

i

d^/

7 Maman, Jumal ilmiah "Kreatif', Vol, V, no.2, juli 2008.

H.t44

ttf

,1

l^^l

8 Warsono. DKK. "Pembelaiaran AHif Teori dan

A s e s m e n" . (B andung : PT Remaj a Ro sdakary a 20 12) Hal.

1 6 1

I

,{^'l

9 Agus Suprij ono, Cooperative LearningTeori dan Aplikasi


(4)

lt-l 0 Hamzah B.Uno, Nurdin Mohamad. Belaiar dengan pendekotan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 20ll)

H a l . 2 1 0

\

v

il.

,ht

11 Lukmanul Hakiim, P erencanaan P emb elaj ar an, (Bandung: PT Wacana Prima, 2009) Hal. 54

1

r/

el

t 2 Warsono. DKK. "Pembelajaran Aktif Teori danAsesmen"

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2}l2) HaL 164

V

A^]

1 3 Isj oni, " Cooperative Learning", (Bandung: Alfabet,

2009\,h.24

f

,fi,[

I 4 Warsono, DKK. "Pembelajaran Ahif Teori dan Asesmen". (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2012).,

hal.240-241

(b

6^*

l 5 lsjono, o'pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik", (Cetakan Kesatu, Pustaka Pelajar. Yogyakarta,

2009). h

D

,d{|

t 6 http.l I ras-eko. Blogspot.coml2}lll}Sllmetode - make

match. Html. l8ll2l20l3

V

d,I

t 7 Hisyam zuni, et.al,. strategi pembelajaran aktif,

(yogyakarta: pustaka insan madani 2008), h. 67 T

,il/

1 8 Hamzah. B Uno, Mohamad Nurdin, Belaiar dengan

pendekntan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 20II),

h. 210 hal 8

F"

.$,l

1 9 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan

Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT Pustaka Pelajar 2009),

hal.94-96 \

4n

20 http://coretanpenacianda.wordpress.com/20 1 3 I 021 l0 I mod

el-pembelaj aran-make- a-matcU hal.20

l'r

,fi,l

2 l Zaenal arifin, evaluasi hasil instruksional, prinsip, teknik

prosedur, (Bandung: Remaj a Rosda Karya, 199 6), h 2 \,

,il),

22 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan, suatu Pendekatan Baru, ( Bandung : Remaja Rosda Karya,l993) Hal 105

\"

,flJ

23 Soejonosoekanto,"Sosiologi Suatu Pengantar",

(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada). Hal 13

ilu

II

d^A

24 Tim Sosiologi, ooSosiologi 1 Suatu Kajian Kehidupan

Masyarakat".( Jakarta: PT Yudhistia,2}}7) Hal 5-6

l6/

dl

25 Soejarno Soekanto." Sosiologi Suatu Pengantar",


(5)

26 Isroji, "pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik", Cetakan

Kesatu, (Yogyakarta:PT Pustaka Pelajar 2009) Hal

V

d/

27 http ://irnaindriani.blogspot.com/2 0 12 I 04 I

ilmu-pengetahuan-dan-sosiologi.html. 221 l2l20I3

\"

,$/

28 Karjono sukatma, "Belajar Sosiologi MA X,XI,XII.

(Jakarta: Berdasarkan kurikulum KTSP). Hal65

V

,$/

29 Bambang suteng. "sosiologi SMA kelas X",. (Jakarta:

PT Phebeta Aneka Gama 2006). Hal 163

V

dt

30 http ://irnaindriani.blogspot. com/2 012 I 0 4 I

ilmu-pengetahuan-dan-sosiolo gi.html l8 I 12 12013

V

6,7

3 1 Riyanto, upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar plwt melalui model pembelaiaran make a match bagi

siswa ketas VII C SMP Negeri ngawe kabupaten blora

tahun pelajaran tahun 200812009 (urnal pendidikan dan

tenagapendidikan,vol2 no 2 april 2009hal56.

d,t

32 Zulfan Ritonga dan retno sapta Agustin" Penerapan

Media kartu Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika

pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Cendana Pekan Baru

(Jurnal cendikia, jilid 2, Nomor 1, Juli 2009)

d/

J J http ://www.lintasj ari. c oml 20 13 I

06/pengertian-prestasi-belaj ar-defi nisi. html hal.2l

ft

,l)

34 http ://tarmizi.wordpress.com/200 8 I l2l 03 I pembelaj

aran-kooperatif-make-a-match/ hal. 1 6

.(r

.$t

3 5 Dati Eka Cahyaningrum dalam Karya Ilmiyah nya "

pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik make a

macth terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep

perubahan wujud (Jurnal

t,

tfflt

Bab III

1 Sukardi, M e t o do I o gi P e ne I it i an P e ndi dikan, (Jakarta :

Bumi Aksara, 2009) Hal 185

v

( *[

2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R

& D. (Bandune. PT Alfabeta, 2006) Hal 89-90

t

(

^T

J Pupuh Fathurrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar,

(banduns: PT Refika Aditama, 2007) Hal 86

tt

C

r,{

4 Suharsimi Arikunto, Das ar -das ar Ev aluas i P enel it ian,


(6)

t,./ 1

5 Suharsimi Arikunto,P r o s e dur P e ne I i t i an ; Suatu

Pendekatan Prahik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,. 2006)

Hal223

V

dt

6 Budi Susetyo," Statistika (lntuk Analis is Data P enelitian",

(Jakarta: PT Refika Aditama, 2010) Hal. 170 \.)

.ffi

Bab IV

1 Budi Susetyo."Statistik untuk analisis data penelitian

(Jakarta: PT Refika Aditama 2010). Hal (

L't

2 Wittiam P. Messier, The influence of cooperative learning on the academic Achievement of Chinese Middle School Students,available at:

http : //www. netwebelite solutions. com/Whitepapers/netwe bcoopchinese.pdf. Accessed on Nov 16 2013,09 19

pm.p.1

V

d,'[

1 9 7 9 0 3 1 0 0 1

Pembimbing II

,fi/$d

Cut Dhien Nourwahida. M.A