PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI KELAS IV SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI.

(1)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI

KELAS IV DI SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jatireja 03 Kelas IV Semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Karsiah Trijayanti

0905340

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

================================================================== PENDEKATAN KONTEKSTUAL

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI

KELAS IV DI SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jatireja 03 Kelas IV Semester II Tahun Pelajaran 2012-2013 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi)

Oleh : Karsiah Trijayanti

0905340

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Karsiah Trijayanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI KELAS IV

SDN JATIREJA 03 CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI Oleh

KARSIAH TRIJAYANTI 0905340

ABSTRAK

Penelitian ini salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi energi bunyi, proses pembelajaran di kelas ini siswa tidak fokus terhadap pembelajaran. Penelitian menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi yang nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa SD dalam pembelajaran IPA dengan menerapakan pendekatan kontekstual. Maka penelitian ini difokuskan pada situasi kelas, yang dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahapan PTK terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan

(observation), dan refleksi (reflection). Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan

mengadopsi model Kemmis dan MC Taggart.Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data berupa alat evaluasi (tes) siswa, lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada siklus I peneliti memfasilitasi siswa mempelajari sumber-sumber energi bunyi dan melakukan pembuktian melalui percobaan tentang terjadinya bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar. Pada siklus II peneliti memfasilitasi siswa untuk melakukan pembuktian melalui percobaan tentang energi bunyi serta sifat-sifatnya. Adapun peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual pada siklus I dengan rata-rata kelas 66 atau 60% dengan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 11 orang. Pada siklus II meningkat menjadi 77 atau 90% dengan 17 siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Simpulan dari hasil penelitian membuktikan bahwa dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran energi bunyi. Dari hasil temuan-temuan dalam penelitian ini maka ada rekomendasi untuk selanjutnya yaitu, diharapkan pada guru-guru SD supaya mempelajari tentang pembelajaran kontekstual tidak dalam pembelajaran IPA saja, tetapi pada mata pelajaran lainnya.


(5)

ABSTRACT: Contextual Approach to Improving Student Learning Outcomes in Learning Sound Energy Class IV in SDN Jatireja 03 East Cikarang Bekasi.This research was an attempt to improve the activity and student learning outcomes in science learning materials sound energy, the learning process in this class students are not focused on learning. Study using a contextual approach that can help teachers relate what is taught with real situations and encourage students to make connections between their knowledge with its application in everyday life. To overcome this problem, do the classroom action research aimed at improving student learning outcomes in science teaching elementary school by applying a contextual approach.This research is focused on the classroom situation, which is known as Classroom Action Research. Stages of Classroom Action Research consists of planning, implementation, observation, and reflection. The study consisted of two cycles, and adopted the model Kemmis and Taggart MC. Research instruments were used to obtain data in the form of evaluation tools (tests) student, teacher observation sheet activities and activities of students during the learning process. Implementation process of learning in this study conducted in accordance with the plans that have been prepared in the first cycle to facilitate student researchers studying sound energy sources and to prove through experimentation on the sound produced by a vibrating object.In the second cycle to facilitate student researchers to prove through experiments on sound energy along with its properties. As for improving student learning outcomes after learning by applying a contextual approach in the first cycle an average grade 66 or 60% with the number of students who achieve the passing grade 11 students. In the second cycle increased to 77 or 90% with 17 students who achieve mastery learning. Conclusions from the study proves that the contextual approach can improve student learning outcomes in learning sound energy. From the results of the findings in this study that there is a recommendation for the next ie, expected on elementary school teachers in order to learn about the contextual learning in science teaching, but on other subjects.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

D. Definisi Operasional ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 7

BAB II PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ENERGI BUNYI A. Pendekatan Kontekstual ... 8

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 8

2. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ... 9

3. Tujuh Komponen pendekatan Kontekstual ... 10

4. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual di Sekolah Dasar ... 13


(7)

5. Implementasi Pendekatan Kontekstual

di Sekolah Dasar ... 14

B. Hakikat Hasil Belajar ... 16

1. Konsep Belajar ... 16

2. Proses Pembelajaran ... 17

3. Hasil Belajar ... 17

4. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19

C. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA di SD ... 19

D. Konsep Energi Bunyi ... 26

1. Pengertian Energi Bunyi ... 26

2. Sumber Bunyi yang Terdapat di Lingkungan Kita ... 27

3. Bunyi di Hasilkan dari Benda yang Bergetar ... 27

4. Perambatan Bunyi ... 28

5. Bunyi dapat Dipantulkan dan Diserap ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 31

1. Pengertian PTK ... 31

2. Karakteristik PTK ... 32

3. Prinsip-prinsip PTK ... 33

4. Tujuan PTK ... 34

5. Manfaat PTK ... 34

6. Keterbatasan PTK ... 35

B. Model Penelitian ... 35

C. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46


(8)

H. Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1.Siklus I ... 49

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran ... 49

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran ... 50

c. Observasi Tindakan Pembelajaran ... 53

d. Analisis Observasi Siklus I ... 59

e. Refleksi Tindakan Pembelajaran ... 60

2.Siklus II ... 63

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran ... 63

b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran ... 63

c. Observasi Tindakan Pembelajaran ... 68

d. Refleksi Tindakan Pembelajaran... 73

B. Pembahasan ... 74

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 80

B. Rekomendasi ... 81 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran

Konvensional ... 25

3.1 Keadaan Siswa SDN Jatireja 05 Kecamatan Cikarang Timur

Kabupaten Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 37 3.2 Persentase Hasil Belajar Siswa ... 48 4.1 Data Nilai Post Tes pada Siklus I ... 56

4.2 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

pada Siklus I ... 58 4.3 Data Nilai Post Tes pada Siklus II ... 70

4.4 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

pada Siklus II ... 71

4.5 Daftar Nilai Rata-rata dan Persentase Ketuntasan

pada Siklus I dan Siklus II ... 76


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Gendang, Gitar, dan Suling ... 27

2.2 Bunyi Dihasilkan Oleh Benda yang Bergetar ... 28

2.3 Bunyi Merambat Melalui Benda Padat ... 28

2.4 Bunyi Merambat Melalui Benda Cair ... 29

2.5 Bunyi Merambat Melalui Udara ... 29

3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc.Taggart ... 36


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa ... 57

4.2 Rata-rata Kelas Hasil Tes Evaluasi Siklus I

dan Siklus II ... 72

4.3 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

dan Siklus II ... 72

4.4 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan Bangsa dan Negara. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk SD merupakan titik berat pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada saat yang akan datang. Berbagai usaha pembaharuan kurikulum perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan suatu upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah menciptakan suasana belajar yang baik dan menyenangkan selama proses belajar mengajar berlangsung. Maka dari itu, seharusnya guru mencari dan menggali informasi tentang kondisi mana yang dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah dasar. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidian Nasional dikatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual ke agamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara.

Salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai adalah mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian


(13)

2

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdikbud, 2006).

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini masih jauh dengan apa yang kita harapkan. Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Di kelas IV SD Negeri Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi yang merupakan tempat penelitian, sebelum diterapkannya pendekatan kontekstual, guru masih memakai strategi lama yaitu strategi pembelajaran konvensional (guru menjelaskan, memberi soal latihan, siswa mengerjakan soal latihan) menunjukan siswa kurang antusias dan dalam mengerjakan soal evaluasi kurang memuaskan.

Sebelum melakukan penelitian, hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa di kelas IV di SD Negeri Jatireja 03 masih belum mencapai ketuntasan minimal belajar yaitu 70. Dari 20 siswa hampir 50% siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal belajar. Hal ini, dikarenakan kegiatan pembelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03, masih menerapkan pembelajaran yang bertujuan mengejar target kurikulum dengan mengandalkan buku sumber IPA kelas IV sebagai pegangan utamanya. Selain itu, pembelajaran IPA di SD sekarang ini adalah pembelajaran IPA yang terbatas pada produk, fakta, konsep, dan teori saja, sehingga siswa menganggap IPA adalah pelajaran yang harus di hafal. Dalam kenyataan dilapangan yaitu saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas lebih di domonasi oleh kegiatan guru dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas pada siswa, sedangkan kegiatan siswa lebih banyak diam, menyimak penjelasan dari guru, mencatat hal-hal penting dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Selain aspek kognitif, seharusnya dalam pembelajaran IPA dikembangkan juga keterampilan berpikir siswa dan aktualisasi konsep yang diimbangi dengan pengalaman konkret dan aktivitas siswa. Jadi menurut saya,


(14)

3

banyak konsep yang abstrak dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03, padahal IPA sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, perlu dilakukan upaya tertentu yang dapat melibatkan siswa secara aktif, sehingga hasil belajar siswa juga meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu memperbaiki cara pembelajaran, dari tadinya pembelajaran hanya berpusat pada guru (theacher centered) jadi lebih kearah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Banyak pendekatan pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehinga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini dikarenakan, materi-materi IPA membahas tentang hubungan manusia dengan alam dan segala keanekaragamannya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga, pendekatan kontekstual ini dirasa dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif karena pendekatan kontekstual ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dalam kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya (siswa).

Dengan menggunakan pendekatan kontekstual di harapkan siswa memiliki pengalaman baru dalam belajar, siswa bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi siswa dapat belajar secara langsung melalui proses pengalamannya. Melalui proses pengalamannya itu diharapkan perkembangan


(15)

4

siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitifnya saja, tetapi juga sapek afektif dan psikomotorik.

Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis akan mencoba menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA materi energi bunyi di kelas IV SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, untuk melihat sejauh mana pendekatan tersebut dapat digunakan. Untuk itu, penulis akan melakukan penelitian berjudul “Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Energi Bunyi Kelas IV Di SDN Jatireja 03 Cikarang Timur Kabupaten Bekasi” semakin meningkat dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, secara khusus permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dalam pembelajaran energi

bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan pendekatan kontekstual?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV Sekolah Dasar dalam pembelajaran energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual ?

3. Bagaimana hasil belajar pembelajaran energi bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan pendekatan kontekstual?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Hasil penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mendeskripsi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran energi bunyi di keals IV Sekolah Dasar dengan menggunakan pendekatan kontekstual.


(16)

5

b. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dalam

pembelajaran energi bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2) Memperoleh gambaran pelaksanaan siswa kelas IV Sekolah

Dasar dalam mempelajari energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

3) Memperoleh hasil belajar yang optimal dari pembelajaran energi bunyi di kelas IV Sekolah Dasar dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Manfaat hasil penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan pendidikan.

a. Manfaat bagi guru sebagai berikut:

1. Dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam pembelajaran

energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Dapat menambah pengalaman dalam pembelajaran konsep energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

3. Dapat meningkatkan potensi dalam mengelola proses pembelajaran di kelas.

b. Manfaat bagi siswa sebagai berikut:

1. Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam memahami konsep energi

bunyi.

2. Dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mengembangkan

pengetahuanya.

3. Dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Bagi lembaga pendidikan sebagai berikut:

1. Dapat menciptakan sumber daya manusia (guru) yang professional.


(17)

6

D. Definisi Operasionl

Dalam tulisan ini terdapat beberapa defenisi yang perlu diperjelas, untuk memudahkan dipahaminya maksud dari tulisan ini. Oleh karena itu, penulis memberikan batasan terhadap defenisi-defenisi yang perlu diperjelas, yaitu:

1. Pendekatan Kontekstul atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan anatara materi pelajaran yanag akan diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam penelitian ini pendekatan kontekstual bertujuan mengatasi masalah pembelajaran yang ada di kelas IV SD Negeri Jatireja 03, seperti pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal.

2. Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dari aktivitas dan pemahaman siswa serta nilai prestasi siswa dalam pembelajaran IPA dalam pembelajaran energi bunyi di kelas IV dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

3. Pengertian Energi Bunyi adalah segala sesuatu atau usaha yang dapat mengeluarkan bunyi. Bunyi merupakan sesuatu yang selalu kita dengar. Definisi Bunyi adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara perapatan dan perenggangan terbentuk oleh partikel zat perantara serta ditimbulkan oleh sumber bunyi yang mengalami getaran. Kita dapat mendengar bunyi karena ada getaran pada suatu benda. Baik itu benda padat, cair, maupun gas. Banyak macam bunyi yang kita dengar. Ada bunyi kuat atau bunyi lemah. Bunyi yang tinggi atau bunyi yang lemah. bunyi yang teratur ataupun bunyi yang tidak teratur.


(18)

7

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisis teoritik dapat dirumuskan hipotesis yaitu sebagai

berikut: “jika pembelajaran energi bunyi menggunakan pendekatan kontekstual,


(19)

31

Karsiah Trijayanti , 2013

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Pengertian PTK

Penelitian ini merupakan upaya dalam inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kinerja guru dan memperbaiki mutu pendidikan.Oleh karena itu, metode yang dianggap tepat dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).Susilo (2007:16) menyatakan bahwa

“PTK adalah Penelitian Tindakan Kelas atau sering disebut dengan Classroom

Action Research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan dalam proses pembelajaran”.

Terdapat beberapa pengertian para ahli tentang penelitian tindakan kelas. Seperti dalam Wiratmadja (2007:11) diungkapkan beberapa pengertian PTK, yaitu sebagai berikut :

a. Hopkins (1993) : PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan subtansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam suatu proses perbaikan dan perubahan.

b. Ropoport (1970) : PTK untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka yang disepakati bersama.

c. Kemmis : (1983) : Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari :


(20)

32

1) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka

2) Pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek

pendidikan ini

3) Situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini d. Ebbutt (1985) : PTK adalah kajian sistematik dari perbaikan

pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

e. Elliott (1991) : PTK sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas sosial tersebut. Secara ringkas PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasils belajar siswa meningkat (Wardani, 2007:1,4)

2. Karakteristik PTK

PTK memiliki beberapa karakteristik yang khas dan tidak dimiliki oleh penelitian lainnya. Diantara karakteristik-karakteristik tersebut menurut Arikunto dalam Fazri (2010:29) adalah :

a. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi guru di kelas. PTK akan dapat dilaksanakan jika guru menyadari adanya masalah yang terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi di kelas.

b. Adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran yang bermasalah di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian bisa disebut hanya sekedar ingin tahu tanpa ingin memecahkan masalah tersebut.

c. Adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. PTK harus membawa perubahan ke arah yang positif. Apabila dengan dilakukannya PTK justru membawa penurunan, kelemahan, atau perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK.

Saya berpendapat bahwa PTK menjadi cara yang paling tepat dan efektif bagi perbaikan proses pembelajaran di kelas, karena guru dapat mengetahui


(21)

33

Karsiah Trijayanti , 2013

kekurangan apa saja selama mengajar dan dapat melakukan perbaikan dengan PTK, selain itu dalam pelaksanaan PTK guru tidak meninggalkan tugasnya mengajar masih bisa melaksanakan proses pembelajaran di kelas seperti biasa.

3. Prinsip-prinsip PTK

Beberapa catatan penting yang dinyatakan sebagai prinsip dasar PTK dan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti, dari tulisan Kasihani dan Suyanto (dalam Sukajati, 2008:11-12) ialah :

a. PTK tidak boleh mengganggu tugas utama dari guru yaitu mengajar. b. Pada saat kegiatan pengumpulan data dalam PTK, tidak disarankan

menggunakan waktu yang terlalu lama.

c. Metodologi yang digunakan dalam PTK harus tepat dan terpercaya.

d. Masalah yang diangkat dalam PTK harus merupakan masalah yang

memang ada, faktual, menarik, dan layak untuk diteliti.

e. PTK berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan jalan melakukan perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam tindakan-tindakan.

f. PTK merupakan proses sistematik yang memerlukan kemampuan dan

keterampilan intelektual.

g. PTK menuntut guru untuk membuat catatan-catatan pribadi tentang semua

kemajuan atau perubahan siswa, permasalahan-permasalahan yang dialami, dan refleksi tentang proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan tindakan-tindakan dalam penelitian.

h. Dalam PTK guru dapat melihat dan menilai diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukan di kelasnya.

Dari prinsip-prinsip PTK di atas sebelum melakukan PTK peneliti harus benar-benar memahami apa saja yang harus dilakukan dalam PTK agar dapat menerapkannya dalam proses penelitian sehingga penelitian berjalan lancer dan efektif dalam upaya perbaikan pembelajaran di kelas.


(22)

34

4. Tujuan PTK

Tujuan utama PTK menurut Susilo (2007:17-18) yaitu:

a. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta

didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktek dalam proses pembelajaran secara reflektif dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.

d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

e. Terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian berlangsung.

Dari pemaparan di atas tujuan yang diharapkan dalam PTK adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan serta mendidik guru menjadi lebih professional dalam melaksanakan tugas dan membiasakan guru untuk menjadi penulis.

5. Manfaat PTK

Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi guru, pembelajaran, maupun bagi sekolah.

1. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru

Bagi guru, PTK mempunyai beberapa mafaat sebagai berikut :

a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran

b. Membantu guru berkembang secara profesional karena dapat

menunjukan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain, guru mampu menunjukan otonominya sebagai pekerja profesional

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan


(23)

35

Karsiah Trijayanti , 2013

2. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi pembelajaran/siswa

Bagi pembelajaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan

hasil/proses belajar siswa, disamping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.

3. Manfaat penelitian tindakan kelas bagi sekolah

Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan disekolah tersebut. 6. Keterbatasan PTK

Disamping menpunyai manfaat, PTK sebagai salah satu metode penelitian mempunyai beberapa keterbatasan :

1. Validitasnya masih sering disangsikan

2. Validitas atau keabsahan PTK penelitian ilmiah seringkali

dipertanyakan. Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat informal meskipun dijaga keobjektifannya masih menimbulkan keranguan

3. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian PTK berlaku dan ampuh dilakukan di kelas atau di sekolah yang lain. Meskipun demikian hasil penelitian tersebut tentu dapat diujicobakan oleh guru lain dengan mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai dengan kondisi kelasnya.

B. Model PTK yang dikembangkan

Menurut model Kemmis dan Mc Taggart dalam Iskandar (2006:5) telah mengembangkan suatu model sederhana hakikat siklus proses PTK yaitu setiap siklus mempunyai empat tahap: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Prosedur PTK terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa dapat meningkat dengan diterapkan pendekatan CTL, maka dilakukan kunjungan awal


(24)

36

untuk mengetahui tindakan apa yang harus diberikan secara tepat dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar siswa.

PTK merupakan suatu rangkaian lengkap ( a spiral of stefs) yang terdiri dari empat komponen yang terdiri dari:

1. Perencanaan (planning) yaitu rencana tindakan apa yang akan

dilaksanakan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah prilaku dan sikap sebagai solusi.

2. Tindakan (acting) yaitu apa yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya perbaikan.

3. Observasi (observing) yaitu mengamati atas hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan terhadap siswa..

4. Refleksi (reflecting) yaitu peneliti melihat dan mempertimbangkan atas hasil dari tindakan.

Sesuai dengan model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart sebagai berikut :

Gambar 3.1 PERENCANAAN

PERENCANAAN

PELAKSANAAN SIKLUS I

REFLEKSI I

OBSERVASI

PELAKSANAAN REFLEKSI II SIKLUS II

OBSERVASI


(25)

37

Karsiah Trijayanti , 2013

Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc.Taggart (Kasbolah, 1998:70)

Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa bila hasil refleksi menunjukkan perlunya perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang dari apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. Untuk pelaksanaan dilapangan, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun disarankan sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah duapuluh orang dengan rincian tujuh orang laki-laki dan tiga belas orang perempuan. Tabel dibawah ini menggambarkan keadaan jumlah siswa SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi tahun ajaran 2012/2013.

Tabel 3.1

Keadaan Siswa SDN Jatireja 05 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi

Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. I 18 19 37

2. II 10 15 25

3. III 6 10 16

4. IV*) 7*) 13*) 20*)

5. V 10 17 27

6. VI 17 13 30

Jumlah 68 91 155

Sumber Data : Dokumen SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi tahun ajaran 2012/2013). Ket. *) Siswa kelas empat dijadikan subjek penelitian.


(26)

38

2. Lokasi Penelitian

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi. Peneliti mengambil lokasi ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis dan SDN Jatireja 03 merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri yang diharapkan memiliki kemampuan yang sama dengan sekolah negeri yang lain dalam upaya meningkatan hasil belajar siswa.

D. Prosedur Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan Penelitian, meliputi :

a. Permintaan izin dari Kepala SDN Jatireja 03 Kecamatan Cikarang

Timur Kabupaten Bekasi

b. Observasi untuk memperoleh gambaran keadaan proses belajar mengajar, mengenai kemampuan siswa, cara guru mengajar, aktivitas siswa dan hasil yang diperoleh

c. Identifikasi masalah, dengan cara menelaah terlebih dahulu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), khususnya mata pelajaran IPA mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, dan materi pokok

d. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

e. Merumuskan metode dan pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran

f. Menyiapkan alat peraga yang akan dipakai saat pembelajaran g. Menyusun dan menyiapkan alat evaluasi. Yaitu berupa lembar


(27)

39

Karsiah Trijayanti , 2013

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan proses penelitian disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan penelitian terdiri dari proses pembelajaran, evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus.

3. Tahap Observasi (Pengamatan)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang digunakan dan terjadi selama proses tidakan berlangsung. Pada tahap observasi ini, tindakan yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan melalui instrumen-instrumen pengumpul data yang direncanakan dan siapkan berupa lembar observasi, dalam lembar observasi berisi tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dan juga pada lembar observasi siswa berisi tentang aktivitas siswa selama

kegiatan pembelajaran, alat evaluasi berupa soal-soal dan

pendokumentasiannya. Dari hasil observasi ini, nantinya akan terlihat apakah tindakan penelitian sudah menunjukan hasil yang diharapkan atau belum dan dari hasil observasi ini pula akan terlihat sejauh mana pelaksanaan pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa sehingga dapat dijadikan rujukan untuk melangkah pada tahap tindakan selanjutnya.

4. Tahap Refleksi

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, maka peneliti melakukan refleksi. Tahap analisis dan refleksi dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti merupakan bagian penting karena dengan melalui refleksi ini peneliti dapat memahami dan memperoleh gambaran yang jelas tentang proses dan hasil yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan yang telah dilakukan pada pokok bahasan energi bunyi melalui penerapan pendekatan kontekstual. Hasil dari kegiatan refleksi merupakan sumber untuk pelaksanaan tindakan berikutnya. Penelitian


(28)

40

terdiri dari dua siklus. Adapun penjabaran rencana setiap siklusnya adalah sebagai berikutnya :

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan Tindakan

 Membuat RPP, lembar observasi, dan evaluasi

 Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk percobaan mengenai bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Pendahuluan  Berdo’a

 Guru mengecek kehadiran siswa

 Apersepsi, guru mengingatkan kembali pada siswa tentang pelajaran yang lalu

 Menyampaikan tujuan pembelajaran yakni dari apersepsi tadi

siswa diharapkan dapat menyimpulkan energi bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

 Sebelumnya guru mempersiapkan gambar-gambar, seperti

gambar Gendang, Suling, Gitar, Biola yang akan di tempel di papan tulis

b. Kegiatan Inti

1. Bertanya (Questioning)

 Guru menunjukan beberapa gambar tentang energi

bunyi (sumber bunyi)

 Guru memberikan pertanyaan mengenai energi bunyi (sumber bunyi)

a. Apakah kalian pernah mendengar suara lonceng?

b. Apa yang menyebabkan timbulnya bunyi pada

lonceng? 2. Kontruktivisme


(29)

41

Karsiah Trijayanti , 2013

 Guru memberikan siswa kesempatan untuk

mengemukakan pengetahuannya tentang sumber-sumber energi bunyi yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari

 Guru meminta beberapa siswa untuk menulis di depan mengenai sumber-sumber energi bunyi berdasarkan pengetahuannya sendiri

3. Pemodelan (Modelling)

 Guru memperagakan bagaimana melakukan percobaan

kegiatan 1

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

 Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa

 Tiap kelompok melakukan percobaan kegiatan 1 untuk

melakukan pembuktian terhadap energi bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar

 pemberian LKS selama pembelajaran berlangsung

 Siswa bekerjasama dan saling membantu dengan

kelompok masing-masing

5. Menemukan (Inquiri)

 Siswa bersama kelompoknya mengamati proses energi bunyi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar

 Siswa menemukan sendiri bagaimana terjadinya energi

bunyi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar

 Perwakilan dari tiap kelompok untuk

mempersentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

 Guru menanyakan kembali pada siswa apa yang

didapat setelah melakukan pembelajaran hari ini c. Kegiatan Penutup


(30)

42

1. Refleksi (Reflection)

 Guru bersama siswa menyimpulkan materi

pembelajaran

 Siswa dapat menjelaskan tentang energi bunyi

 Siwa dapat menyebutkan sumber-sumber energi bunyi

 Siswa dapat menunjukan bahwa proses bunyi

dihasilkan oleh benda yang bergetar

 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi atau kegiatan yang telah dipelajari

 Guru memberi penjelasan dan meluruskan pendapat

siswa yang masih belum tepat 2. Penilaian Nyata (Authentic Asessment)

 Guru memberikan soal latihan sebagai bahan evaluasi  Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari

selanjutnya

 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

b. Siklus II

1) Tahap Perencanaan Tindakan

 Membuat RPP, lembar observasi, dan evaluasi berdasarkan hasil refleksi pada siklus I

 Mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk percobaan mengenai sifat-sifat energi bunyi yaitu perambatan bunyi melalui benda padat, cair, dan udara.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Pendahuluan

 Berdo’a

 Guru mengecek kehadiran siswa

 Apersepsi, guru mengingatkan kembali pada siswa tentang pelajaran yang lalu


(31)

43

Karsiah Trijayanti , 2013

 Menyampaikan tujuan pembelajaran yakni dari apersepsi tadi

siswa diharapkan dapat menyimpulkan energi bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

 Sebelumnya guru mempersiapkan gambar-gambar, seperti

gambar perambatan bunyi pada benda padat, cair dan udara b. Kegiatan Inti

1. Bertanya (Questioning)

 Guru menunjukan beberapa gambar tentang energi

bunyi beserta sifat-sifatnya

 Guru memberikan pertanyaan mengenai energi bunyi beserta sifat-sifatnya

 Apakah kalian pernah mendengar suara lonceng

atau bel? 2. Kontruktivisme

 Guru memberikan siswa kesempatan untuk

mengemukakan pengetahuannya tentang energi bunyi beserta sifat-sifatnya.

 Guru meminta beberapa siswa untuk menunjukan

gambar yang ditempel di papan tulis mengenai energi bunyi beserta sifat-sifatnya

3. Pemodelan (Modelling)

 Guru memperagakan bagaimana melakukan percobaan

kegiatan tentang perambatan energi bunyi melalui benda padat, cair, dan udara

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

 Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan

masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa

 Tiap kelompok melakukan tiga percobaan untuk

melakukan pembuktian terhadap sumber bunyi dan perambatan melalui benda padat, cair, dan udara


(32)

44

 Pemberian LKS selama pembelajaran berlangsung

 Siswa bekerjasama dan saling membantu dengan

kelompok masing-masing

5. Menemukan (Inquiri)

 Siswa bersama kelompoknya mengamati proses

perambatan bunyi melalui benda padat, cair dan udara

 Siswa menemukan sendiri bagaimana terjadinya

perambatan bunyi melalui benda padat, cair, dan udara

 Tiap kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya di

depan dan kelompok lain menanggapinya

 Guru menanyakan kembali pada siswa apa yang

didapat setelah melakukan pembelajaran hari ini c. Kegiatan Penutup

1. Refleksi (Reflection)

 Guru bersama siswa menyimpulkan materi

pembelajaran

 Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi atau kegiatan yang telah dipelajari

 Guru memberi penjelasan dan meluruskan pendapat

siswa yang masih belum tepat 2. Penilaian Nyata (Authentic Asessment)

 Guru memberikan soal latihan sebagai bahan evaluasi  Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari

selanjutnya

 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

E. Instrumen Penelitian

Dalam PTK memerlukan data yang otentik dan sistematis. Untuk mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan instrument penelitian yang berbentuk tes non tes. Ada dua data yang diperlukan yaitu data tes dan non tes.


(33)

45

Karsiah Trijayanti , 2013

Instrumen yang digunakan sebagai berikut: 1. Alat Evaluasi

Alat evaluasi yang dipergunakan pada tindakan I dan tindakan II dalam setiap siklusnya, berupa soal yang dipergunakan untuk mengumpulkan sejumlah data mengenai hasil belajar siswa secara individu, sekaligus untuk memperoleh gambaran mengenai daya serap dan tingkat keberhasilan terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan, sehingga dapat mengukur tingkat keberhasilan guru dalam mengajar.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan panduan observer dalam mengadakan pengamatan terhadap jalannya kegiatan penelitian, meliputi kegiatan dan tingkah laku guru dan siswa selama proses pembelajaran, efektivitas waktu yang digunakan, serta keefektivan penggunaan media dalam pembelajaran.

Menurut Sukmadinata, N.S (2006 : 220) lembar observasi adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Observasi dalam penelitian ini berfungsi mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait ketindakan selanjutnya sebagai dasar refleksi yang akan dilakukan pada tindakan atau siklus berikutnya.

Macam-macam lembar observasi yaitu sebagai berikut :

1) Observasi terbuka adalah apabila pengamat melakukan

pengamatannya untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi di kelas

2) Observasi terfokus adalah apabila peneliti ingin memfokuskan permasalahan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa (memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya)

3) Observasi terstruktur, dan


(34)

46

Dalam penelitian ini digunakan lembar terbuka yang terdiri dari dua bentuk lembar observasi, yaitu (1) untuk mengungkapkan aktivitas guru, dan (2) untuk mengungkapkan aktivitas siswa dan sikap kepedulian siswa pada kegiatan pembelajaran.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan salah satu alat pengumpul data yang dipergunakan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan yang dianggap penting oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan bermanfaat untuk merekam hal-hal atau kejadian-kejadian penting yang tidak terekam pada lembar observasi selama pelaksanaan tindakan atau bahan-bahan lain yang dapat dipakai sebagai bahan untuk analisis dan refleksi.

4. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (LKS) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa panduan yang disajikan melalui permasalahan yang mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. LKS diberikan kepada setiap kelompok pada setian tindakan. Penggunaan LKS juga bermanfaat untuk melihat hasil kerja siswa dalam setiap kegiatan tindakan penelitian.

5. Kamera Foto

Kamera foto dipergunakan sebagai alat penunjang yang dapat melengkapi untuk memperjelas data penelitian. Pengambilan foto dilakukan pada setiap tindakan yaitu pada saat proses pembelajaran. Foto-foto tersebut dilampirkan sebagai salah satu penunjang, sehingga dapat memberikan gambaran peneliti kepada pembaca.


(35)

47

Karsiah Trijayanti , 2013

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh kebenaran data yang akurat dalam pengumpulan data diperlukan alat pengumpul data yang tepat dan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa tes dan non tes.

1. Tes

Tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar atau setelah selseai satu pokok bahasan dan diberikan secara tulisan berbentuk tes formatif yang berguna untuk mengukur hasil kemampuan siswa sesudah proses pembelajaran. Instrumen tes dibuat dengan materi yang diajarkan pada siswa kelas IV berdasarkan kurikulum yang berlaku.


(36)

48

2. Non Tes

Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberap jenis non tes sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala penilaian. Teknik pengambilan data dalam bentuk non tes/observasi yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Melalui observasi peneliti memperoleh catatan tentang aktivitas guru dan siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut sangat penting untuk bahan refleksi dan rencana tindakan selanjutnya.

G.Teknik Pengolahan Data a. Data kualitatif

Data yang dianalisis melalui jalur kualitatif yaitu dari hasil lembar observasi aktivitas guru dan aktifivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam prakteknya di lapangan, peneliti tersebut di teliti oleh satu orang observer yang kemudian hasil penelitian tersebut akan direfleksikan bersama dengan observer untuk mengetahui apa saja kekurangan dalam kegiatan pembelajaran yang harus diperbaiki oleh peneliti di siklsus selanjutnya. Lembar observasi tersebut akan dijabarkan secara deskriptif.

b. Data kuantitatif

Untuk data yang dianalisis melalui jalur kuantitatif yaitu melalui hasil penilaian dari lembar post test siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mengatahui sejauh mana ketercapaian hasil belajar siswa.

Untuk mencari nilai rata-rata siswa digunakan rumus sebagai berikut : ̅


(37)

49

Karsiah Trijayanti , 2013

Keterangan :

X = Rata-rata

X = Jumlah seluruh Skor

N = Jumlah siswa

Rumus Ketercapaian KKM

H. Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data dilakukan sepanjang penelitian. Data kulatitatif dianalisis dari hasil lembar observasi aktifitas guru dan siswa selama proses kegiatan pembelajaran. Lembar observasi tersebut dinilai secara deskriptif. Sedangkan untuk data kuantitatif dianalisis melalui hasil penilaian dari lembar evaluasi, yaitu dari hasil post test yang ditugaskan kepada siswa secara individu. Sehingga dari hasil penilaian post test ini akan diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran melalui pendekatan CTL, dan apabila hasil dari penilaian post test ini masih belum sesuai dengan harapan, maka akan dilakukan tindakan di siklus berikutnya untuk mencapai hasil yang lebih memuaskan.

Tabel 3.2

Persentase Hasil Belajar Siswa

No Nilai Presentase Kategori

1. ≥90 ≥90% Baik Sekali

2. 70-89 70%-89% Baik

3. 50-69 50%-69% Cukup

4. 30-49 30%-49% Kurang


(38)

80

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03 Cikarang Timur Bekasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang energi bunyi dapat diambil simpulan senagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat dengan pendekatan kontekstual tentang energi bunyi memiliki langkah-langkah yang sama dari setiap siklusnya yaitu mengkondisikan siswa kearah yang lebih kondusif untuk belajar, menyiapkan alat peraga menggali pengetahuan awal siswa, membagi kelompok, membimbing siswa berdiskusi, membimbing siswa menyimpulkan kesimpulan dari materi energi bunyi. Akan tetapi dari siklus I dan siklus II memiliki perbedaan pada setiap indikatornya yang bertujuan agar adanya peningkatan pengetahuan dan hasil belajar siswa.

2. Penerapan pendekatan kontekstual atau CTL pada siswa kelas IV SDN Jatireja 03 dalam pembelajaran IPA khususnya dalam materi energi bunyi, dapat membuat siswa lebih terarah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga siswa terlihat antusias ketika ada pembelajaran berkelompok. Siswa bisa bekerjasama dengan teman kelompoknya dalam kegiatan percobaan. Siswa menjadi lebih berani dan percaya diri untuk bertanya jika ada yang tidak mengerti baik kepada temannya maupun kepada guru. Serta menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya.

Proses pendekatan kontekstual terdiri atas tahap kontruktivisme, menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian

nyata (authentic assesment). Pada siklus I pelaksanaan langkah-langkah pendekatan kontekstual belum berjalan dengan baik, siswa masih banyak yang belum siap dan belum terbiasa dalam pembelajaran menggunakan


(39)

81

Karsiah Trijayanti , 2013

pendekatan kontekstual ini. Pada siklus II pelaksanaannya sudah mengalami peningkatan dibanding siklus I, siswa mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran meskipun masih ada saja siswa yang tidak fokus dengan melakukan aktivitas diluar pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa pada materi energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada siklus I dapat dilihat bahwa rata-rata nilai 66 atau 60% (dari 20 siswa) meningkat pada siklus II menjadi 77 atau 80% (dari 20 siswa) siswa telah berhasil mencapai KKM. Ini menunjukan bahwa hasil tes evaluasi sudah baik serta terjadi peningkatan yang signifikan meskipun ada 3 orang siswa yang hasil evaluasinya dibawah KKM yang berlaku di SDN Jatireja 03. Hal tersebut menunjukan bahwa penerapan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tindakan kelas ini, maka peneliti menyampaikan rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belaja siswa dan guru dalam proses pembelajarannya. Adapun rekomendasinya dalah sebagai berikut :

1. Untuk Guru

Hendaknya guru menjadikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di kelas IV. Guru SD sebagai guru kelas diharapkan bisa menerapkan pembelajaran kontekstual ini tidak dalam pembelajaran IPA saja, tetapi pada mata pelajaran yang lainnya. Hal demikian memungkinkan karena guru SD mempunyai tanggung jawab mengajar berbagai mata pelajaran pada siswanya.


(40)

82

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang

sisarankan/direkomendasikan untuk digunakan, maka dengan demikian diharapkan pada guru-guru SD supaya mempelajari tentang pembelajaran kontekstual atau CTL.

2. Bagi Siswa

Hendaknya siswa lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran, tifak pasif menunggu informasi dari guru akan tetapi berusaha memperoleh pengalaman belajar bisa dari teman atau sumber-sumber belajar lainnya. Selain itu hendaknya lebih meningkatkan kerjasama dan komunikasi yang baik dalam kelompok untuk dapat bertukar pendapat tentang pengalaman belajar yang telah diperoleh.

3. Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya mengembangkan penggunaan pendekatan kontestual dengan mengikut sertakan guru-guru untuk mengikuti penataran atau pelatihan yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual.


(41)

Karsiah Trijayanti , 2013

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : UPI PRESS

Asep Herry Hermawan, (2007) dkk Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Press Bandung

Bidang Dikbud Kbri. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2006 Pasal 17 Ayat 2 Tentang Sistem Pendidikan Indonesia.

Bandung : Citra Umbara

Departemen Agama. (2004), Draft Kurikulum Standard Kompetensi Mata

Pelajaran Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam

Departemen Pendidikan Nasional. (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Mata Pelajaran IPA SD dan MI Kelas IV, Jakarta : Media

Makmur Maju Mandiri

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual

Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas

Depdikbud, (2006) Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran IPA. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar Didi Sukiyadi, dan dkk, (2006). Kurikulum dan Pembelajaran, UPI Press,

Bandung

Haryanto, (2004). Sains Sekolah Dasar Kelas IV, Jakarta : Erlangga

Hermawan, R, Mujono, Suherman, A. (2007). Metode Penelitian Pendidikan

Sekolah Dasar. Bandung : UPI PRESS

I Nyoman Sudana Degeng. (1993). Buku Pegangan Teknologi Pendidikan Pusat

Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Intruksional Universitas Terbuka. Jakarta : Depdikbud RI, Dirjen, Dikti

Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : UM PRESS


(42)

Suharsimi Arikunto, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Aditya Media, Yogyakarta

Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sutardi, D dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS

Tim Science Education Quality Improvement Project. (2002). Buku IPA Guru Kelas 6. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Tim Penyusun Upi, (2010) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Tim Dosen MKDK. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Udin, S. Dan Sutarsih, C. (2007). Pengembangan Profesi Guru SD. Bandung : UPI PRESS

Wina, Sanjaya, (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum

Kompetensi, Jakarta : Kencana

Wiratmadja, (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya


(43)

Karsiah Trijayanti , 2013

Komara, E (2009). Peran Pembelajaran CTL Dalam Mengimplementasikan

Pembelajaran Interaktif. [Online]. Tersedia :

http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/01/peran-pembelajaran-ctl-dalam.html [25 Maret 2011]

Munawar, I. (2009). Pengertian Dan Defenisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia : http:/indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-defenisi.html [12 April 2011]

PakGuruOnline. (2009). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning), [Online]. Tersedia :


(1)

80

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Jatireja 03 Cikarang Timur Bekasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang energi bunyi dapat diambil simpulan senagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat dengan pendekatan kontekstual tentang energi bunyi memiliki langkah-langkah yang sama dari setiap siklusnya yaitu mengkondisikan siswa kearah yang lebih kondusif untuk belajar, menyiapkan alat peraga menggali pengetahuan awal siswa, membagi kelompok, membimbing siswa berdiskusi, membimbing siswa menyimpulkan kesimpulan dari materi energi bunyi. Akan tetapi dari siklus I dan siklus II memiliki perbedaan pada setiap indikatornya yang bertujuan agar adanya peningkatan pengetahuan dan hasil belajar siswa.

2. Penerapan pendekatan kontekstual atau CTL pada siswa kelas IV SDN Jatireja 03 dalam pembelajaran IPA khususnya dalam materi energi bunyi, dapat membuat siswa lebih terarah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga siswa terlihat antusias ketika ada pembelajaran berkelompok. Siswa bisa bekerjasama dengan teman kelompoknya dalam kegiatan percobaan. Siswa menjadi lebih berani dan percaya diri untuk bertanya jika ada yang tidak mengerti baik kepada temannya maupun kepada guru. Serta menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya.

Proses pendekatan kontekstual terdiri atas tahap kontruktivisme, menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian nyata (authentic assesment). Pada siklus I pelaksanaan langkah-langkah pendekatan kontekstual belum berjalan dengan baik, siswa masih banyak yang belum siap dan belum terbiasa dalam pembelajaran menggunakan


(2)

81

pendekatan kontekstual ini. Pada siklus II pelaksanaannya sudah mengalami peningkatan dibanding siklus I, siswa mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran meskipun masih ada saja siswa yang tidak fokus dengan melakukan aktivitas diluar pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa pada materi energi bunyi dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada siklus I dapat dilihat bahwa rata-rata nilai 66 atau 60% (dari 20 siswa) meningkat pada siklus II menjadi 77 atau 80% (dari 20 siswa) siswa telah berhasil mencapai KKM. Ini menunjukan bahwa hasil tes evaluasi sudah baik serta terjadi peningkatan yang signifikan meskipun ada 3 orang siswa yang hasil evaluasinya dibawah KKM yang berlaku di SDN Jatireja 03. Hal tersebut menunjukan bahwa penerapan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tindakan kelas ini, maka peneliti menyampaikan rekomendasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belaja siswa dan guru dalam proses pembelajarannya. Adapun rekomendasinya dalah sebagai berikut :

1. Untuk Guru


(3)

82

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang sisarankan/direkomendasikan untuk digunakan, maka dengan demikian diharapkan pada guru-guru SD supaya mempelajari tentang pembelajaran kontekstual atau CTL.

2. Bagi Siswa

Hendaknya siswa lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran, tifak pasif menunggu informasi dari guru akan tetapi berusaha memperoleh pengalaman belajar bisa dari teman atau sumber-sumber belajar lainnya. Selain itu hendaknya lebih meningkatkan kerjasama dan komunikasi yang baik dalam kelompok untuk dapat bertukar pendapat tentang pengalaman belajar yang telah diperoleh.

3. Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya mengembangkan penggunaan pendekatan kontestual dengan mengikut sertakan guru-guru untuk mengikuti penataran atau pelatihan yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya Arikunto. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : UPI PRESS

Asep Herry Hermawan, (2007) dkk Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI Press Bandung

Bidang Dikbud Kbri. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Pasal 17 Ayat 2 Tentang Sistem Pendidikan Indonesia. Bandung : Citra Umbara

Departemen Agama. (2004), Draft Kurikulum Standard Kompetensi Mata Pelajaran Umum, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Pendidikan Nasional. (2006), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran IPA SD dan MI Kelas IV, Jakarta : Media Makmur Maju Mandiri

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas

Depdikbud, (2006) Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran IPA. Jakarta Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Dasar Didi Sukiyadi, dan dkk, (2006). Kurikulum dan Pembelajaran, UPI Press,

Bandung


(5)

Suharsimi Arikunto, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Aditya Media, Yogyakarta

Sukmadinata, N. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Sutardi, D dan Sudirjo, E. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS

Tim Science Education Quality Improvement Project. (2002). Buku IPA Guru Kelas 6. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Tim Penyusun Upi, (2010) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Tim Dosen MKDK. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Udin, S. Dan Sutarsih, C. (2007). Pengembangan Profesi Guru SD. Bandung : UPI PRESS

Wina, Sanjaya, (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Kompetensi, Jakarta : Kencana

Wiratmadja, (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya


(6)

Komara, E (2009). Peran Pembelajaran CTL Dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Interaktif. [Online]. Tersedia : http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/01/peran-pembelajaran-ctl-dalam.html

[25 Maret 2011]

Munawar, I. (2009). Pengertian Dan Defenisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia : http:/indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-defenisi.html [12 April 2011]

PakGuruOnline. (2009). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning), [Online]. Tersedia :


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 ADIREJO PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

1 20 65

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Brajan Prambanan Klaten Tahun Ajaran 20

0 0 14

PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIG SAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN 03 LEMPONG JENAWI Pembelajaran Kooperatif Jig Saw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Kelas IV SDN 03 Lempong Jenawi Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

0 1 16

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA : Penelitian Tindakan Kelas IV SD Negeri Rancabolang 03 Kecamatan Rancasari Kotamadya Bandung.

0 3 43

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI ENERGI PANAS DAN ENERGI BUNYI.

0 1 50

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADa KONSEP ENERGI BUNYI :PTK di Kelas IV SDN Pontang 1 Kabupaten Serang – Banten Tahun 2013.

0 2 36

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PENCERMINAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 4 SDN 2 SUNTENJAYA: Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Matematika di kelas IV SDN 2 Suntenjaya DesaSuntenjaya Kecamatan Lembang.

0 0 46

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PENGARUH PERUBAHAN LINGKUNGAN BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 DUKUHWIDARA.

0 0 51

PENERAPAN TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMATIK DI KELAS IV SDN 03 PONTIANAK

0 0 10

PENGGUNAAN METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN

0 0 6