PENGEMBANGAN PROGRAM IPA TERINTEGRASI GUNA MEMBEKALI KOMPETENSI PENDIDIK CALON GURU IPA SMP.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

ABSTRAK ... x

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... 9

C. Pembatasan Masalah... 9

D. Tujuan Penelitian... 10

E. Manfaat Penelitian... 10

F. Definisi Operasional... 11

BAB II. TINJAUAN TENTANG PEMBELAJARAN SAINS (IPA) SMP……….. 13

A. Hakikat IPA... 13

B. Standar-standar untuk Guru IPA SMP... 16


(2)

Halaman

D. IPA Terintegrasi... 27

E. Alur Pengembangan kurikulum Program Studi S1... 34

BAB III. METODE PENELITIAN... 38

A. Paradigma dan Desain Penelitian... 38

B. Prosedur Penelitian... 45

1. Define (D-1)... 45

2. Design (D-2)... 47

3. Develop (D-3)... 48

4. Disseminate (D-4)... 48

C. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) dan Instrumen-instrumen Penelitian………... 1. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Perangkat Perkuliahan………... 2. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Instrumen-instrumen Penelitian………. 3. Instrumen-instrumen Penelitian……… 51 51 51 51 D. Subyek Penelitian... E. Teknik Analisis Data... 54 55 BAB IV. HASIL, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN... 56

A. Hasil Penelitian Pendahuluan dan Pembahasan... 56


(3)

Halaman

C. Keterbatasan Penelitian………. 91

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI……. 92

A. Kesimpulan... 92

B. Implikasi... 93

C. Rekomendasi... 94

DAFTAR PUSTAKA... 96


(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Standards for Science Teacher Preparation (NSTA, 2003: 8) merekomendasikan guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah untuk memiliki kecenderungan interdisipliner pada IPA. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru juga menyebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran IPA SMP/MTs salah satunya adalah memahami hubungan antar berbagai cabang IPA, dan hubungan IPA dengan matematika dan teknologi. Sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru-guru IPA SMP/MTs hendaknya disiapkan untuk memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, bumi dan antariksa serta bidang IPA lainnya, seperti kesehatan, lingkungan, dan astronomi.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 26 menyebutkan, bahwa standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Selanjutnya dalam pasal 28, ayat (1) disebutkan, bahwa pendidikan tinggi harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada


(5)

2

ayat (2) disebutkan, bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijasah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 pasal 2 ayat (2) menyebutkan, bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Pada ayat (4) dijelaskan, bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, sedangkan pada ayat (7) dijelaskan, bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya.

Mulai tahun akademik 2007/2008, beberapa universitas yang dulunya IKIP khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) telah membuka Program Studi Pendidikan IPA. Kurikulum Program Studi Pendidikan IPA jenjang S1 di LPTK Yogyakarta (2007: 58) memiliki visi mewujudkan program studi yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif di abad 21 (di era global) dalam pendidikan IPA. Apabila dikaitkan dengan pasal 28 PP No. 19 Tahun 2005, khususnya ayat 2 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran ternyata jika ditelaah terdapat kesesuaian dengan rumusan dalam kompetensi lulusan Program Studi Pendidikan IPA di LPTK tersebut.


(6)

3

Program Studi jenjang S1 Pendidikan IPA bertujuan menghasilkan tenaga pendidik dan kependidikan dengan gelar Sarjana Pendidikan Sains bidang keahlian pendidikan IPA (S.Pd.Si.) yang memiliki kompetensi dasar tenaga pendidik bidang IPA, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Secara rinci kompetensi-kompetensi lulusan S1 Pendidikan IPA LPTK Yogyakarta (2007:59) dijelaskan sebagai berikut.

1. Kompetensi pendidikan bidang IPA, yaitu kompetensi melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan pendidikan IPA, serta kompetensi melakukan penyebaran bidang pendidikan IPA melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).

2. Kompetensi menghadapi masa depan, yaitu kompetensi menghadapi dan memahami kecenderungan pendidikan IPA, serta memanfaatkan hal tersebut untuk memajukan pendidikan IPA

3. Kompetensi dasar-dasar IPA dan rumpun IPA yang cukup untuk studi lanjut.

Mahasiswa program studi pendidikan IPA di LPTK Yogyakarta berdasarkan kurikulum 2002 (2007: 59) memiliki beban 136 SKS mata kuliah wajib dan 8 SKS mata kuliah pilihan, sehingga jumlah total 144 SKS. Mata kuliah wajib 136 SKS tersebut memiliki distribusi 9 SKS mata kuliah pengembangan kepribadian; 69 SKS mata kuliah keilmuan dan keterampilan; 51 SKS mata kuliah keterampilan berkarya; 4 SKS mata kuliah perilaku berkarya dan 3 SKS mata kuliah berkehidupan bermasyarakat. Distribusi mata kuliah wajib bertujuan menyiapkan mahasiswa pada 4 kompetensi sebagai calon guru. Selain itu mata kuliah juga dikelompokkan berdasarkan standar kompetensi guru pemula SMP yang meliputi standar penguasaan bidang studi, standar pemahaman tentang


(7)

4

peserta didik, standar penguasaan pembelajaran yang mendidik dan standar pengembangan kepribadian dan keprofesionalan (Dirjen DIKTI, 2004: 11).

Lulusan Program Studi Pendidikan IPA memiliki beberapa kewenangan, salah satunya menjadi guru IPA SMP/MTs. Apabila kita kaitkan dengan rekomendasi guru IPA sekolah dasar dan menengah dari NSTA (2003: 8) dan Permendiknas (2007: 26) ternyata juga terdapat kesesuaian, yaitu bahwa guru-guru IPA sekolah menengah harus memiliki kecenderungan interdisipliner pada sains (IPA).

Persiapan bagi mahasiswa S1 pendidikan IPA agar memiliki kompetensi interdisipliner pada sains di LPTK Yogyakarta belum terlihat secara nyata, karena pada mata kuliah tahun pertama mahasiswa mendapatkan mata kuliah fisika dasar dan praktikumnya pada semester I, biologi dasar dan praktikumnya pada semester II, serta kimia dasar dan praktikumnya pada semester III dengan bobot 3 sks untuk teori dan 1 sks untuk praktikum dan berlaku untuk masing-masing mata kuliah. Pada perkuliahan semester III mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah IPA-1 dan Ilmu Kebumian, semester IV mendapatkan mata kuliah IPA-2 dan Astronomi, dan semester V mendapatkan mata kuliah 3, dimana pada saat sekarang IPA-1 adalah perkuliahan materi IPA (fisika, biologi dan kimia) untuk konsep IPA kelas VII dan IPA-2 adalah perkuliahan materi IPA (fisika,biologi dan kimia) untuk konsep IPA kelas VIII dan IPA-3 adalah perkuliahan materi IPA (fisika, biologi dan kimia) untuk konsep IPA kelas IX. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan perkuliahan IPA-1, IPA-2 dan IPA-3 masih belum membekali mahasiswa pada integrasi IPA, karena penyajian perkuliahan masih terpisah serta


(8)

5

pedagogisnya juga belum nampak. Mata kuliah praktikum 1, praktikum IPA-2 dan praktikum IPA-3 juga masih belum menunjukkan adanya integrasi IPA, karena ketiga mata kuliah praktikum tersebut hanya penggabungan saja dari mata kuliah-mata kuliah praktikum fisika, biologi dan kimia.

Berdasar pada kondisi nyata tentang implementasi Kurikulum 2002 FMIPA tersebut, maka guna membekali mahasiswa sebagai calon guru IPA SMP/MTS, dilakukan revisi terhadap kurikulum 2002 menjadi Kurikulum 2010. Adapun fokus revisi adalah menambah SKS, mengganti nama, mengubah deskripsi, dan menghapus mata kuliah prasarat dari aspek materi dan pedagogi yang dirasa tumpang tindih serta mengembangkan mata kuliah baru, yaitu IPA terintegrasi dan pembelajarannya.

Kementrian Pendidikan Nasional telah menyusun panduan pengembangan pembelajaran IPA terpadu sejak tahun 2005, namun kenyataan di lapangan hampir semua guru IPA SMP/MTs masih belum menerapkan pembelajaran IPA terpadu tersebut dengan berbagai alasan. Hasil isian angket dari guru-guru IPA SMP/MTs di wilayah Yogyakarta dari 4 wilayah kabupaten dan 1 wilayah kota dengan sampel 20 orang guru IPA SMP dapat ditemukan beberapa alasan belum dilaksanakannya pembelajaran IPA terpadu antara lain adanya ketakutan para guru tentang muatan materi kurikulum tidak tersampaikan, tidak adanya contoh-contoh pembelajaran IPA terintegrasi di beberapa buku teks serta belum diperolehnya langkah-langkah pengembangan pembelajaran IPA terintegrasi bagi guru SMP (Angket dan Daftar Sekolah Sampel tersedia di Lampiran 1.1)


(9)

6

Berdasar pada kondisi perkuliahan yang belum secara efektif mempersiapkan mahasiswa sebagai calon guru IPA SMP/MTs serta untuk merespon dan menindaklanjuti kebijakan pemerintah, terutama Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional tentang pembelajaran IPA terpadu, maka sangatlah perlu LPTK yang membuka program studi pendidikan IPA mengembangkan program IPA terintegrasi guna membekali mahasiswanya.

Kualitas guru secara nasional dewasa ini memang cukup memprihatinkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa terjadi ketidakcocokan (mismatch) tentang keadaan guru sains di SMP. Masih banyak pelajaran sains yang diampu oleh guru yang bukan lulusan S1 pendidikan IPA. Data Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2004 menunjukkan bahwa di tingkat SMP terdapat 108.811 guru negeri dan 58.832 guru swasta dari total guru sebanyak 466.748 orang (35,9%) yang dinilai tidak layak mengajar (Sultan, 2008: 1)

Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa guru-guru IPA SMP tidak ada sama sekali yang memiliki kompetensi interdisipliner pada IPA (kompetensi dalam biologi, kimia, fisika, serta bumi dan antariksa) sesuai yang diharapkan NSTA, Permendiknas No 16 Tahun 2007 dan kewenangan lulusan S1 pendidikan IPA, karena guru IPA SMP secara umum diampu oleh lulusan pendidikan biologi untuk biologi dan lulusan pendidikan fisika untuk IPA-fisika, sedangkan untuk IPA-kimia tidak atau jarang disampaikan guru pada siswa SMP/MTs, karena materi kimia dianggap belum muncul di kurikulum SMP sebelum KTSP dan lulusan S1 pendidikan kimia hanya memiliki kewenangan


(10)

7

mengajar untuk jenjang SMA. Jadi mata pelajaran IPA di SMP secara umum diampu oleh minimal dua orang guru untuk setiap jenjang kelas.

Mencermati beberapa kondisi yang ada di lapangan dan menyadari betapa penting dan besarnya tuntutan bagi guru-guru IPA, khususnya guru IPA SMP, serta berbagai upaya-upaya yang bisa dilakukan guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPA SMP, maka perlu kiranya universitas mantan IKIP yang memiliki program studi S1 pendidikan IPA mulai membekali kompetensi pendidik bagi calon guru IPA SMP. Salah satu upaya membekali kompetensi pendidik adalah melalui pengembangan program IPA terintegrasi.

Pengembangan program IPA terintegrasi dalam penelitian ini tentu saja didukung oleh beberapa hasil penelitian yang relevan, sebagaimana yang disusun dalam daftar pada Tabel 1.1. Mencermati Tabel 1.1, maka arah penelitian pengembangan program IPA terintegrasi untuk membekali calon guru IPA SMP ini adalah pengembangan program pada dua hal mendasar, yaitu pengembangan program dengan tujuan membekali calon guru IPA SMP untuk aspek kompetensi profesional serta aspek kompetensi pedagogik. Hakikat IPA terintegrasi diarahkan pada integrasi IPA dengan metode ilmiah dan interdisipliner dalam bidang IPA itu sendiri (fisika, kimia, biologi, bumi dan antariksa, serta bidang IPA lainnya) serta pedagogiknya diarahkan pada kompetensi mahasiswa sebagai calon guru IPA SMP memiliki pengetahuan tentang kurikulum, pengetahuan tentang kesulitan-kesulitan pembelajaran siswa, pengetahuan tentang strategi dan aktivitas pembelajaran dan pengetahuan tentang asesmen.


(11)

8

Tabel 1.1. Daftar Hasil Penelitian yang Relevan dengan Pengembangan Program IPA Terintegrasi guna Membekali Kompetensi Pendidik Calon Guru IPA SMP

Nama, Jurnal/Prosiding dan Tahun

Intisari Hakkarainen dan Sintonen.

Science & Education 11: 25-43. 2003

Model pembelajaran interogatif inkuiri, melalui petanyaan interogatif (pertanyaan prinsip /PQ) dan pertanyaan sub ordinat /SQ) dalam pembelajaran sains Biologi

Saab dan Joolingen.

Procceding of Conference on Computer Suppaort for Collaborative Learning. 2005

Pendekatan pembelajaran Collaborative Discovery, yaitu penggabungan dua pendekatan konstruktivis berupa pembelajaran collaborative dan discovery untuk sains fisika Mao dan Chang. Departement

of Earth Science National Taiwan University. 2005

Inkuiri dalam pembelajaran Astronomy kelas IX SMP dampaknya terdapat peningkatan hasil belajar siswa serta menumbuhkan sikap positip siswa terhadap sains kebumian dan astronomy.

Cho dan Anderson. Michigan State University. 2005

Pendekatan environmental literacy (trans-disciplinary,

multidisciplinary; dan ecological science untuk pembelajaran transformasi materi .

Bround dan Reiss.

International Journal of Science Education. 2006

Lima upaya peningkatan pembelajaran sains SMP dalam “konteks luar sekolah” (integrasi konsep-konsep, kerja praktik otentik, akses bahan-bahan sains, pembelajaran memberi rangsangan, kerja kolaborasi)

Huo. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang. 2006

Strategi pendidikan modern (demonstrasi, cerita sejarah sains, teknologi multimedia, studi kasus, pembelajaran berbasis masalah) serta menggunakan penilaian peta konsep untuk mengembangkan keterampilan belajar jangka panjang bidang fisika-kimia siswa SMP.

Taurina. Intern Research Report 11. 2007.

Enam indikator guru sains SMP efektif: tanggung jawab dan perhatian pada siswa; peduli pada kinerja siswa; mampu menciptakan rasa aman, mengelola lingkungan pembelajaran; menumbuhkan interaksi pembelajaran efektif; menggunakan strategi yang menciptakan interaksi pembelajaran efektif dan berhubungan dengan siswanya; mengusulkan, memonitor dan merefleksikan hasil pendidikan pada siswanya.

Zucker. Procceding of the NARST Annual Meeting (New Orlean, LA, Unites States). 2007

Standar Technology Enhanced Elementtary and Middle School Science (TEEMSS) meliputi : aspek inkuiri; aspek sains-biologi; aspek sains-fisika; aspek sains-kimia; aspek sains-kebumian dan antariksa serta aspek sains-teknologi.

Clarke dan Rowe. TERC. 2007 5 metode pembelajaran sains yang bisa diterapkan untuk memenuhi standar inkuiri dan standar teknologi (pen and paper methods, minds-on methods, hands-on methods, dan

collaborative activities methods) Wilhelm. Electronic Journal

of Science Education, Vol 11, No. 2. 2007.

10 komponen mendasar dalam model inkuiri untuk siswa SMP, yaitu meminta pertanyaan general; mendefinisikan masalah; membentuk pertanyaan; menyelidiki pengetahuan; menyampaian suatu pengharapan; membuat suatu perencanaan; menguji hasil; merefleksikan temuan; mengkomunikasikan kepada yang lain dan membuat observasi.


(12)

9 B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Mengacu pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

Bagaimanakah pengembangan Program IPA terintegrasi yang membekali kompetensi profesional dan pedagogik calon guru IPA SMP?

Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik program IPA terintegrasi yang mampu membekali kompetensi profesonal dan pedagogik calon guru IPA SMP?

2. Bagaimanakah hasil pengembangan program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi profesional calon guru IPA SMP?

3. Bagaimanakah hasil pengembangan program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi pedagogik calon guru IPA SMP?

4. Bagaimanakah hasil pengembangan program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi pedagogy-content-knowledge calon guru IPA SMP?

C.Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada persiapan pembekalan kompetensi pendidik calon guru IPA SMP pada kompetensi profesional dari segi penguasaan materi/content tentang integrasi IPA dengan metode ilmiah serta interdisipliner IPA dan kompetensi pedagogik menurut Osman (2009: 964) dari segi pengetahuan tentang kurikulum (analisis kompetensi dan silabus pembelajaran IPA terintegrasi), kesulitan-kesulitan pembelajaran siswa (pengembangan RPP dan LKS), strategi dan aktivitas pembelajaran


(13)

10

(pengembangan RPP dan LKS), dan asesmen (pengembangan penilaian) Kompetensi kepribadian dan sosial tidak menjadi fokus tujuan pengembangan program IPA terintegrasi meskipun kompetensi kepribadian dan sosial juga muncul dalam hasil pengembangan program. Kompetensi kepribadian dan sosial muncul dalam hasil analisis standar pedagogik, terutama standar analisis sikap-sikap ilmiah dan nilai-nilai mulia/luhur yang merupakan standar dalam pencapaian karakter siswa.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan antara lain:

1. Mengembangkan perkuliahan (penetapan dalam kurikulum, perangkat dan model) yang membekali kompetensi pedagogy-content-knowledge integrated science bagi calon guru IPA SMP.

2. Memberi contoh-contoh pembelajaran IPA terintegrasi bagi calon guru IPA SMP

3. Memberi masukan untuk revisi kurikulum program studi pendidikan IPA S1 untuk calon guru IPA SMP.

E.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

1. memberikan masukan pada kurikulum guna membekali kompetensi profesional dan pedagogik IPA terintegrasi bagi calon guru IPA SMP/MTs yang menjadi lulusan suatu institusi pendidikan.


(14)

11

2. mewujudkan efesiensi guru IPA yang semula diampu oleh minimal dua guru, menjadi cukup oleh satu orang guru untuk semua interdisipliner IPA di setiap jenjang kelas.

3. memberikan bekal kompetensi pendidik bagi calon guru IPA SMP/MTs sehingga mampu mengurangi ketidakcocokan (mismatch) yang ada dalam penempatan guru IPA SMP.

F. Definisi Operasional

Mengacu judul penelitian yang telah dirumuskan, maka ada beberapa definisi operasional variabel yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengembangan adalah penyusunan suatu produk secara ilmiah menggunakan model 4-D, yaitu D-1 (define) dengan tahap-tahap analisis teori, analisis tugas, analisis konsep; D-2 (design) dengan tahap-tahap seleksi media, seleksi format, perancangan awal; D-3 (develop) dengan tahap-tahap penilaian ahli dan revisi; dan D-4 (disseminate) dengan tahap ujicoba, implementasi dan revisi akhir. 2. Program IPA terintegrasi adalah suatu mata kuliah bagi mahasiswa S1

pendidikan IPA, semester VI berbobot 3 SKS teori dan 1 SKS praktikum dengan kode mata kuliah PSC 305 dan PSC 106dan menjadi mata kuliah wajib dalam Kurikulum 2010 LPTK Yogyakarta, pelaksanaan perkuliahan dalam bentuk terpadu dari aspek materi dan pedagogi serta terpadu dalam teori dan praktikum.

Program IPA terintegrasi memiliki perangkat-perangkat perkuliahan yang meliputi: 1) standar-standar core materi dan pedagogi untuk tingkat


(15)

12

pendidikan SMP/MTs; 2) silabus mata kuliah (program); 3) Pemodelan (contoh-contoh analisis kompetensi dan silabus pembelajaran IPA terintegrasi, RPP, LKS, dan penilaian; 4) pedoman pengembangan RPP; 5) pedoman peer teaching; 6) penugasan mahasiswa dan 7) materi pengayaan aspek materi dan pedagogi.

Model perkuliahan IPA terintegrasi memuat tahap aktivitas-aktivitas yaitu: 1) observasi mahasiswa terhadap pemodelan dosen, 2) diskusi mahasiswa tentang pemodelan dosen, hasil analisis kompetensi IPA terintegrasi (keterkaitan tema utama dan deskripsi isi setiap bidang IPA), contoh silabus pembelajaran IPA terintegrasi, RPP. LKS dan penilaian 3) praktik mahasiswa menganalisis kompetensi dan mengembangkan silabus pembelajaran IPA terintegrasi, menyusun RPP, LKS sampai pada penilaian, 4)

peer teaching dan 6) pengayaan materi IPA terintegrasi (aspek content dan

pedagogy).

3. Calon guru IPA SMP adalah mahasiswa S1 program studi pendidikan IPA, yang memiliki salah satu kewenangan setelah lulus menjadi guru IPA SMP/MTs.


(16)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma dan Disain Penelitian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 pasal 2 ayat (2) menyebutkan, bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Empat kompetensi tersebut juga menjadi kompetensi lulusan Program Studi Pendidikan IPA jenjang S1 ditambah dengan kompetensi pendidikan bidang IPA, kompetensi menghadapi masa depan IPA serta kompetensi dasar-dasar dan rumpun IPA yang cukup untuk studi lanjut.

Lulusan Program Studi S1 Pendidikan IPA memiliki kewenangan salah satunya menjadi guru IPA SMP/MTs. Calon guru IPA SMP/MTs harus disiapkan mengacu pada standar kompetensi pembelajaran IPA di jenjang SMP/MTs terkait dengan kharakteristik IPA, pembelajaran IPA khususnya pembelajaran IPA di jenjang SMP/MTs. Pusat Kurikulum, Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional sejak tahun 2005 telah mengembangkan panduan pengembangan pembelajaran IPA terpadu untuk guru SMP/MTs.

Panduan pembelajaran IPA terpadu yang dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional memiliki tujuan dan manfaat yang didukung oleh beberapa model IPA terintegrasi dari Sam Bareet (1996) dalam Glencoe Program Merril Physical Science, dimana unsur integrasinya berbagai bentuk kegiatan pembelajaran (activities, mini labs, problem solving, tecnology, skill builder,


(17)

39 global conection, careers dan literature/art). Robin Fogarty (1991) merekomendasikan model-model keterpaduan sedangkan James Trafil (2007) menjabarkan ide utama dalam tema utama, kemudian mengintegrasikan dalam bidang fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan, kesehatan, keamanan, astronomi dan teknologi.

Modifikasi beberapa model integrasi IPA terhadap model pengembangan IPA terpadu Kemdiknas diacu dalam pengembangan IPA terintegrasi yang digunakan sebagai bekal kompetensi pendidik bagi lulusan yang nantinya akan mengajar di jenjang SMP/MTs. Pengembangan program IPA terintegrasi yang akan membekali mahasiswa agar memiliki kompetensi profesional dan pedagogik, didasarkan pada mata kuliah tahun pertama bersama calon guru IPA SMP (fisika dasar, biologi dasar dan kimia dasar) dan mata kuliah pedagogi (IPA dasar, pendidikan IPA, media pembelajaran IPA, evaluasi pembelajaran IPA dan kurikulum pembelajaran IPA). Pogram IPA terintegrasi dikembangkan dengan mempertimbangkan beberapa hasil penelitian terkait dengan pembelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama (SMP), kompetensi-kompetensi guru IPA SMP serta standar-standar persiapan bagi calon guru IPA SMP. Paradigma penelitian dijelaskan pada Gambar 3.1


(18)

40

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian

1. Kompetensi pendidikan bidang IPA. 2. Kompetensi menghadapi masa depan IPA

3. Kompetensi dasar-dasar IPA dan rumpun IPA yang cukup untuk studi lanjut

diacu

memiliki didukung

Kompetensi lulusan program studi pendidikan

IPA

Salah satu kewenangan: menjadi guru IPA

SMP/MTs Karakteristik IPA

Pembelajaran IPA secara Umum

Pembelajaran IPA secara khusus untuk SMP/MTs

Panduan Pembelajaran IPA Terpadu untuk

SMP/MTs Balitbang Depdiknas

(Pusat Kurikulum)

Tujuan

Manfaat

Model Sam Bareet (1996) (Glencoe Program Merril

Physical Science)

Model Robin Fogarty (1991)

Model James Trefil (2007) (The Science: An Integrated

Approach didasari

NSTA

Pengembangan Program IPA Terintegrasi Pembekalan Pedagogy Content

Knowledge IPA Terintegrasi meliputi terkait Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi Profesional Kompetensi Sosial


(19)

41

Disain penelitian menggunakan metode penelitian Research and Development dan alur penelitian yang dijelaskan pada Gambar 3.2. Fase define

atau research and information collection (Borg dan Gall, 1983: 776) merupakan fase penelitian dan pengumpulan data awal berupa studi literatur, analisis kebutuhan dan studi lapangan. Fase design atau planning (Borg dan Gall, 1983: 777) merupakan rancangan produk yang akan dihasilkan, meliputi tujuan penggunaan produk, pengguna produk dan deskripsi komponen-komponen produk. Fase develop atau develop preliminary form of product (Borg dan Gall, 1983: 781) merupakan pengembangan produl awal. Fase Disseminate ada empat langkah pengembangan, yaitu preliminary field testing (Borg dan Gall, 1983: 782) yang merupakan ujicoba lapangan awal, main product revision (Borg dan Gall, 1983: 782) atau revisi hasil ujicoba, main field testing (Borg dan Gall, 1983: 783) atau ujicoba lapangan utama serta operational product revision (Borg dan Gall, 1983: 784) atau penyempurnaan produk hasil ujicoba lapangan.

Berdasarkan hasil analisis Kurikulum Pendidikan IPA S1 pada fase define, maka diperoleh daftar mata kuliah prasyarat aspek subject (materi) dan aspek

pedagogy (how to teach). Mengacu daftar mata kuliah prasyarat yang ditemukan, maka dilakukan revisi dengan tujuan prasyarat-prasyarat untuk IPA terintegrasi dapat terpenuhi. Fokus revisi mata kuliah prasyarat aspek materi dan pedagogi dapat dilihat pada Tabel 3.1. Sedangkan hasil lengkap daftar mata kuliah prasyarat dan revisi Kurikulum 2010 beserta deskripsi setiap mata kuliah tersedia di Lampiran 3.1.


(20)

42 Gambar 3.2. Disain Penelitian

Develop Preliminary form of Product

DISSEMINATE Preliminary Field Testing (4) Validasi pakar IPA Metode

Penelitian R & D

Alur Penelitian Analisis Kurikulum S1 Pendidikan IPA Penetapan mata kuliah prasarat IPA Terintegrasi Deskripsi mata kuliah subject Deskripsi mata kuliah pedagogy Penetapan sub-sub Program DEFINE Rancangan Standar – standar Kurikulum IPA SMP/MTs Standar-standar materi Standar-standar pedagogi Penetapan Standar Core

materi dan pedagogi DESIGN Perancangan Perangkat Perkuliahan Pengembangan Silabus Sub-sub Program Pengembangan Contoh Peta Kompetensi dan Silabus IPA Terintegrasi SMP Pengembangan Contoh Perangkat Pemodelan (RPP, LKS, Penilaian, Penugasan mahasiswa, materi pengayaan Pengembangan Instrumen

pemahaman konsep IPA Terintegrasi, penilaian peta

kompetensi dan silabus, penilaian RPP dan penilaian

peer teaching DEVELOP Judgment Lapangan Pemodelan Dosen Main Field

Testing (6) TEMUAN

LAPORAN Praktik mahasiswa Pemodelan Dosen Praktik mahasiswa Research and information collection (1) Planning (2) Main Product Revition (5) Operational Product Revition (7)


(21)

43

Tabel 3.1. Fokus Revisi Mata Kuliah Aspek Materi dan Pedagogi.

Semester Fokus Revisi Mata Kuliah Materi

Fokus Revisi Mata Kuliah Pedagogi

I Revisi kode mata kuliah, jumlah

SKS dan deskripsi mata kuliah untuk: Fisika Dasar dan

Praktikumnya, Biologi Dasar dan Praktikumnya, Kimia Dasar dan Praktikumnya.

Revisi kode mata kuliah untuk IPA Dasar.

III Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS dan deskripsi mata kuliah untuk Ilmu Kebumian dan Praktikumnya

Revisi kode dan deskripsi mata kuliah untuk IPA-1 dan

Praktikumnya.

Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS dan deskripsi mata kuliah untuk Pendidikan IPA

Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS, deskripsi mata kuliah dan letak semester untuk Pengelolaan dan Teknik Laboratorium

Dihapus untuk Strategi dan Manajemen Pendidikan IPA IV Revisi kode dan deskripsi mata

kuliah untuk : Ilmu Lingkungan, Astronomi dan Praktikumnya, IPA-2 dan Praktikumnya

Revisi kode mata kuliah, jumlah SKS dan deskripsi mata kuliah

Pengembangan Media untuk Pembelajaran IPA.

V Revisi kode dan deskripsi mata

kuliah untuk IPA-3 dan praktikumnya.

Revisi kode dan deskripsi mata kuliah untuk Kajian dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA.

VI Dihapus untuk IPA-4 dan

Praktikumnya.

Mata kuliah baru IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya sebagai pengganti Strategi dan Manajemen Pendidikan IPA.

VI Dihapus IPA-5 dan Praktikumnya.

Mengacu pada jenis mata kuliah prasyarat dan deskripsinya, maka dilakukan penetapan jenis sub-sub program IPA terintegrasi, yaitu sub program IPA Terintegrasi I; sub program IPA Terintegrasi II; dan sub program IPA Terintegrasi III.

Langkah selanjutnya pada fase design adalah merancang standar-standar materi dan pedagogi IPA tingkat SMP/MTs serta rancangan perangkat perkuliahan. Dasar rancangan standar-standar meliputi


(22)

44

, dan Science For All Americans. Sebelum hasil rancangan bisa ditetapkan sebagai standar core materi dan pedagogi IPA SMP/MTs, maka terlebih dahulu dilakukan judgement

lapangan, dengan pemberi judgement berasal dari unsur-unsur guru besar bidang pendidikan IPA, dosen Pendidikan IPA, guru IPA SMP/MTs dan pengembang Kurikulum IPA SMP/MTs. Daftar nama-nama pemberi judgement dan angket

judgement tersedia di Lampiran 3.2.

Sesudah diperoleh rancangan standar core materi dan pedagogi, maka dikembangkan perangkat perkuliahan IPA terintegrasi pada fase develop, meliputi pengembangan (1) silabus program; (2) contoh analisis kompetensi kurikulum/standar dan silabus pembelajaran: (3) contoh RPP, LKS dan Penilaian; (4) penugasan mahasiswa; dan (5) materi pengayaan; (6) instrumen-instrumen asesmen tes dan non tes.

Perangkat yang telah dikembangkan pada fase disseminate dilakukan ujicoba lapangan awal untuk mendapatkan evaluasi kualitatif dari produk pendidikan yang dikembangkan. Mengacu dari temuan-temuan ujicoba lapangan, maka dilakukan revisi hasil ujicoba dan sesudah itu dilakukan ujicoba lapangan utama dengan one-group pretest-posttest design dengan tujuan menguji apakah kompetensi pendidik mahasiswa meningkat atau tidak. Langkah terakhir adalah penyempurnaan produk hasil ujicoba lapangan.


(23)

45 B. Prosedur Penelitian

Mengacu pada desain penelitian tersebut, prosedur penelitian dilaksanakan melalui tahapan-tahapan dalam research and development (R & D). Tujuan utama R & D untuk mengembangkan dan memvalidasi suatu program atau model perkuliahan IPA terintegrasi yang akan digunakan di kelas agar tujuan perkuliahan menjadi efektif dan siap untuk diimplementasikan. Tahapan-tahapan R & D diformulasikan menjadi model 4-D (Four-D Models) (Thiagarajan, 1975: 5) dan disesuaikan Borg dan Gall (1983: 775) yaitu:

1. Define (D-1)/Research and Information Collection

a. Analisis Teori/ Studi Literatur

Tahap ini menganalisis secara teori standar-standar guru sains SMP, meliputi:

1) Standards for Scince Teacher Preparation, fokus pada 10 standar untuk persiapan guru sains, yaitu standar isi, hakikat sains, inkuiri, issues, keterampilan umum mengajar sains, kurikulum, sains dan masyarakat, asesmen, keselamatan dan kesejahteraan serta pertumbuhan profesional 2) Standar kompetensi kelompok mata pelajaran (SK-KMP) untuk IPA

SMP/MTs menurut KTSP (2007: 99)

3) Standar isi sains dari Benchmark For Science Literacy, fokus pada fisika, kebumian, biologi, kimia, kesehatan fisik dan mental.

4) Standar isi dari Science For All Americans, fokus pada bidang biologi, bidang kimia, bidang fisika, dan bidang kebumian dan antariksa.


(24)

46

b. Analisis Tugas/Needs Assesment

Tahap ini mengidentifikasi keterampilan-keterampilan proses utama dan menganalisisnya dalam set-set sub-sub keterampilan yang diperlukan. Analisis ini menjamin kekomprehensifan tugas-tugas dalam bahan perkuliahan, karena analisisnya sampai pada pemilihan perangkat perkuliahan, rencana aktivitas perkuliahan/pendekatan sampai pemilihan model perkuliahan serta rancangan evaluasinya. Aktivitas perkuliahan meliputi diskusi informasi, modeling, penugasan, kerja kelompok, dan praktik. Penilaian perkuliahan meliputi tes tertulis, tes kinerja dan tes praktik dan model perkuliahan secara umum adalah kolaboratif. Hasil lengkap analisis tugas pada tahap define tersedia di Lampiran 3.3.

c. Analisis Konsep/Needs Assesment

Tahap ini mengidentifikasi konsep-konsep utama yang diajarkan, menyusunnya dalam hirarki dan menguraikan dalam tema-tema utama. Tema-tema utama dijabarkan dalam ide-ide utama dan setiap ide utama diintegrasikan dalam seluruh bidang sains, yaitu fisika, kimia, lingkungan, geologi, kesehatan dan keamanan, astronomi, teknologi, dan biologi. Analisis membantu mengidentifikasikan suatu set rasional contoh. Tujuan perkuliahan khusus berfungsi mengubah hasil-hasil analisis tugas dan konsep menjadi tujuan-tujuan yang dinyatakan secara perilaku. Hasil penjabaran ide-ide utama dan integrasinya dalam seluruh bidang sains tersedia di Lampiran 3.4.


(25)

47

2. Design (D-2)/Planning

a. Seleksi Media dan Sumber-sumber Pembelajaran

Tahap ini memilih media-media dan sumber belajar yang tepat untuk presentasi isi perkuliahan. Proses ini disesuaikan dengan analisis tugas dan analisis konsep. Hasil seleksi media/alat dan bahan perkuliahan diidentifikasi per sub program. Hasil secara lengkap seleksi media dan bahan perkuliahan tersedia di Lampiran 3.5.

b. Seleksi Format

Tahap ini memilih format-format perangkat yang akan dikembangkan, seperti format silabus, format RPP, format materi pengayaan, format lembar kegiatan mahasiswa dan format asesmen

(1) Format Silabus sub Program: Judul Silabus; kolom-kolom terdiri dari standar kompetensi lulusan sub program, kompetensi dasar, tujuan, indikator-indikator, deskripsi perkuliahan, instrumen/alat ukur.

(2) Format Peta Kompetensi IPA Terintegrasi: judul peta kompetensi; kolom-kolom terdiri dari bidang IPA, Fisika, Kimia, Biologi, Bidang lain; setiap bidang IPA dijabarkan tujuan pembelajaran, indikator-indikator, metode/pendekatan, materi

(3) Format Silabus Pembelajaran dan RPP mengikuti format silabus dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP: 2006).

(4) Format LKS disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran (percobaan, demonstrasi atau penyelidikan)


(26)

48

(5) Format penilaian disesuaikan jenis penilaian yang dipilih untuk setiap sub program

c. Rancangan Awal

Tahap ini merancang perangkat-perangkat perkuliahan yang sudah diidentifikasikan.

3. Develop (D-3)/Develop Preliminary form of Product

Tahap ini memperoleh persetujuan untuk meningkatkan kualitas perangkat perkuliahan. Sejumlah ahli diminta untuk mengevaluasi perangkat-perangkat perkuliahan yang sudah dirancang, meliputi: silabus program, contoh analisi kompetensi, contoh silabus pembelajaran, contoh RPP, contoh LKS, materi pengayaan, panduan RPP, panduan peer teaching, penugasan mahasiswa serta seluruh instrumen penilaian, kemudian berbasis feedback para ahli perangkat-perangkat perkuliahan dimodifikasi/direvisi untuk menjadi lebih tepat, efektif, dan bermanfaat serta teknik kualitasnya tinggi. (Daftar para ahli yang memberi evaluasi terhadap perangkat tersedia di Lampiran 3.6)

4. Dessiminate (D-4)

Pengujian perangkat hasil pengembangan (Preliminary Field Testing) dilakukan di kelas reguler (kelas H) dengan jumlah mahasiswa 30 orang untuk sub program II (Pencemaran Lingkungan dan Cara Mengatasinya dengan terapan STM). Adapun daftar subjek kelas ujicoba dan jadwal ujicoba tersedia di Lampiran 3.7


(27)

49

Sesudah perangkat-perangkat perkuliahan melalui tahap ujicoba dan sudah direvisi (Main Product Revision), maka perangkat-perangkat diterapkan dalam perkuliahan sebenarnya (Main Field Testing), kemudian diobservasi segala variabel yang menjadi fokus/tujuan pengembangan. Ujicoba lapangan utama dikenakan pada kelas reguler (kelas A) dengan jumlah mahasiswa adalah 30 orang. Adapun daftar subjek kelas ujicoba lapangan utama (diseminasi) dan satuan acara perkuliahan teori dan praktikum tersedia di Lampiran 3.8.

Langkah-langkah setiap fase pengembangan program IPA terintegrasi dapat dilihat pada Gambar 3.3.


(28)

50

Memilih Media

Analisis Teori Standar Guru Sains SMP: • 10 Standards for Scince Teacher Preparation

• Standar kompetensi profesional dan

pedagogik Kurikulum S1 Pendidikan IPA

• Standar isi Benchmark For Science Literacy

• Standar isi dari Science For All Americans

Analisis Tugas :

• Identifikasi keterampilan-keterampilan utama

• Analisis sub-sub keterampilan

Analisis Konsep :

• Identifikasi konsep-konsep

utama

• Menyusun dalam hirarki dan

menguraikan dalam tema-tema utama.

• Menjabarkan tema-trma

utama dalam ide-ide utama

• Menganalisis ide-ide utama

dalam integrasi seluruh bidang sains

• Pemilihan perangkat perkuliahan • Rencana aktivitas

perkuliahan/pendekatan • Pemilihan model perkuliahan.

Tujuan Perkuliahan Khusus

Merancang Analisis Kompetensi dan Silabus Merancang RPP Merancang LKM Merancang LKM

Memilih Format

Review Expert :

Kemungkinan salah konsep, tingkat

kedalaman materi, ketepatan pendekatan perkuliahan, ketepatan pemilihan media, asesmen, kebenaran instrument asesmen

Review Expert :

Bahasa, Lay Out, Tingkat keterbacaan dan Format

Revisi/modifikasi I

Ujicoba pada kelas non sampel

Analisis

respon, reaksi dan komentar para dosen dan mahasiswa, serta hasil observasi semua variabel terkait

Revisi/modifikasi II

Ujicoba Kelas Sampel

Analisis semua variabel

Operational Product Revision

Gambar 3.3. Fase-fase Penelitian

Fase-I

Fase-II

Fase-III


(29)

51 C. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) dan Instrumen-instrumen Penelitian

1. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Perangkat Perkuliahan.

Prosedur pengembangan perangkat program IPA terintegrasi pada tahap validasi ahli menggunakan beberapa lembar evaluasi seperti dipaparkan dalam Tabel 3.2 dan lembar evaluasi perangkat perkuliahan secara lengkap tersedia di Lampiran 3.9.

2. Lembar Evaluasi (Lembar Validasi) Instrumen-instrumen Penelitian

Selain lembar validasi ahli materi untuk perangkat-perangkat perkuliahan yang dikembangkan, juga dilakukan validasi ahli untuk instrumen-instrumen tes dan non tes, seperti dipaparkan dalam Tabel 3.3 dan lembar evaluasi instrumen-instrumen tes dan non tes secara lengkap tersedia di Lampiran 3.10.

3. Instrumen-instrumen Penelitian

Untuk tujuan pengumpulan data dikembangkan instrumen-instrumen penelitian, seperti dipaparkan pada Tabel 3.4 dan keseluruhan instrumen ada di Lampiran 3.11 untuk Instrumen 1a, Lampiran 3.12 untuk Instrumen 1b, Lampiran 3.13 untuk Instrumen 2, Lampiran 3.14 untuk Instrumen 3, Lampiran 3.15 untuk Instrumen 4 dan Lampiran 3.16 untuk Intrumen 5.


(30)

52

Tabel 3.2. Daftar Lembar Evaluasi (Validasi) Perangkat Perkuliahan

Instrumen Jenis Perangkat yang Divalidasi

Unsur-unsur Validasi

I Silabus Program Kejelasan standar kompetensi lulusan,

kompetensi dasar, indikator-indikator, deskripsi perkuliahan dan instrumen/alat ukur.

II RPP Pemodelan Ketepatan format, materi pembelajaran,

pendekatan dan metode pembelajaran, sumber belajar, alat/bahan; kesesuaian standar kompetensi dengan kompetensi dasar, kompetensi dasar dengan indikator, kegiatan pembelajaran dengan indikator, lembar penilaian dengan indikator; ketepatan dan kekomunikatifan dalam penggunaan bahasa.

III LKS Pemodelan Ketepatan format; kesesuaian judul

dengan langkah kegiatan; tujuan kegiatan dengan langkah kegiatan; hal-hal yang dilaporkan dengan langkah kegiatan; indikator dalam RPP dengan tujuan

kegiatan; kelayakan/kemungkinan

keterlaksanaan langkah kegiatan.

IVa Penugasan Mahasiswa Kesesuaian penugasan mahasiswa dengan indikator dalam silabus program; ketersediaan pendukung pada penugasan mahasiswa

IVb Panduan

Pengembangan RPP

Kelengkapan aspek-aspek dalam panduan; kejelasan panduan.

IVc Materi Pengayaan Kebenaran konsep; aktualitas; urgensi; kesesuaian materi dengan situasi siswa;

kecukupan untuk mencapai tujuan

pengayaan; keluasaan dan kedalaman; kesesuaian gambar, diagram untuk memperjelas isi


(31)

53

Tabel 3.3. Daftar Lembar Evaluasi (Validasi) Instrumen-instrumen Instrumen Jenis Instrumen yang

Divalidasi

Unsur-unsur Validasi V Tes IPA terintegrasi

(Validasi butir soal pilihan ganda dan essay)

Nomor butir soal; penilaian (A= valid tanpa revisi; B = valid dengan revisi; C = tidak valid) dan saran penilaian (1 = perbaikan pada stem/rumusan soal; 2 = perbaikan pada option; 3 = perbaikan pada kunci jawaban; 4 = perbaikan pada indikator dan 5 = perbaikan pada gambar). Untuk soal essay saran penilaian, yaitu 1= perbaikan pada stem/rumusan soal dan 4= perbaikan pada indikator).

VI Analisis Kompetensi kurikulum/standar dan Pengembangan Silabus Pembelajaran IPA Terintegrasi

Judul; petunjuk pemberian skor; aspek penilaian untuk analisis kompetensi kurikulum; kriteria penilaian analisis kompetensi kurikulum; aspek penilaian untuk deskripsi semua bidang IPA; kriteria penilaian deskripsi semua bidang IPA; aspek penilaian untuk pemilihan tema; kriteria penilaian pemilihan tema; dan penilaian umum terhadap Instrumen 2.

VII Lembar Penilaian RPP dan lampirannya

Judul; petunjuk pemberian skor; aspek penilaian untuk identitas; kriteria penilaian identitas; aspek penilaian rumusan tujuan pembelajaran; kriteria penilaian rumusan tujuan pembelajaran; aspek penilaian penentuan materi pelajaran/materi pokok; kriteria penilaian penentuan materi pelajaran/materi pokok; aspek penilaian pencantuman metode dan strategi; kriteria penilaian pencantuman metode dan strategi pembelajaran; aspek penilaian langkah-langkah kegiatan pembelajaran/skenario pembelajaran; kriteria penilaian langkah-langkah kegiatan pembelajaran/skenario pembelajaran; aspek penilaian pencantuman sumber belajar; kriteria penilaian pencantuman sumber belajar; aspek penilaian instrumen penilaian/asesmen; kriteria penilaian instrumen penilaian/asesmen dan penilaian secara umum instrumen 3.

VIII Lembar pengamatan Peer teaching

Judul; petunjuk pemberian skor; aspek penilaian kegiatan pendahuluan; kriteria penilaian kegiatan pendahuluan; aspek penilaian kegiatan inti; kriteria penilaian kegiatan inti; aspek penilaian kegiatan penutup; kriteria penilaian kegiatan penutup; aspek penilaian lain-lain dalam pembelajaran; kriteria setiap penilaian lain-lain dalam pembelajaran; dan penilaian umum Instrumen 4.


(32)

54

Tabel 3.4. Daftar Instrumen-instrumen Penelitian

Instrumen Nama Isi / aspek yang dinilai

1a Tes integrasi IPA dengan

metode ilmiah

13 indikator dengan 26 butir soal tervalidasi

1b Tes interdisipliner IPA 12 indikator, 22 soal pilihan ganda dan 6

soal essay (sub program I); 20 indikator, 14 soal pilihan ganda dan 7 soal essay (sub program II); 8 indikator, 34 soal pilihan ganda dan 10 soal essay (sub program III

2 Lembar penilaian analisis

kompetensi dan pengembangan silabus pembelajaran IPA terintegrasi

Analisis IPA terinterasi; tema; analisis content dan proses.

3 Lembar penilaian RPP Identitas; merumuskan tujuan

pembelajaran; menentukan materi

pelajaran; mencantumkan metode dan

strategi pembelajaran; menyusun

langkah-langkah kegiatan pembelajaran; mencantumkan sumber belajar; dan menyusun instrumen penilaian.

4 Lembar Penilaian Peer

Teaching

Pendahuluan dengan 3 aspek

pengamatan; kegiatan inti dengan 6 aspek pengamatan; penutup dengan 2 aspek pengamatan; dan lain-lain dengan 6 aspek pengamatan

5 Angket Respon Mahasiswa

terhadap perkuliahan IPA Terintegrasi dan

Pembelajarannya

Perasaan mahasiswa selama mengikuti perkuliahan dan terhadap perangkat

perkuliahan; tanggapan mahasiswa

terhadap contoh-contoh pendekatan

dalam pembelajaran IPA terintegrasi;

pendapat mahasiswa terhadap

keterbacaan dan penampilan perangkat perkuliahan; dan pendapat mahasiswa terhadap kesempatan mengembangkan peta kompetensi, silabus pembelajaran IPA terintegrasi, RPP, LKS, penilaian; dan melakukan peer teaching

D. Subyek Penelitian

Dalam langkah ujicoba perangkat perkuliahan subyek penelitian adalah mahasiswa S1 pendidikan IPA kelas reguler (kelas H) dengan jumlah 30


(33)

55

mahasiswa, sedangkan untuk diseminasi (implementasi) perangkat subyek penelitian adalah mahasiswa S1 pendidikan IPA kelas reguler (kelas A) dengan jumlah 30 mahasiswa.

E. Teknik Analisis Data

Beberapa teknik analisis data yang diperoleh dari instrumen-instrumen penelitian dijelaskan sebagai berikut.

1. Analisis Instrumen 1a dan 1b (Tes Pemahaman IPA terintegrasi I dan IPA Terintegrasi II)

Gain-test ditentukan dari skor postest dan pretest yang dinormalisasi dengan

rumus = (Meltzer; 2002: 1260)

2. Analisis Instrumen 2, 3, dan 4 (non tes)

Analisis dilakukan secara dekriptif kualitatif. Penilaian pengembangan peta kompetensi dan silabus pembelajaran serta RPP dianalisis dengan menghitung rata-rata skor penilain yang memiliki rentang antara 1 – 4, dengan 1 = kurang; 2 = cukup; 3 = baik; dan 4 = sangat baik sesuai kriteria yang sudah ditetapkan. Penilaian peer teaching dianalisis dengan menghitung rata-rata skor penilain yang memiliki rentang antara 1 –5, dengan 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = kurang baik; 4 = baik dan 5 = sangat baik.

3. Angket respon mahasiswa selama mengikuti perkuliahan IPA terintegrasi dianalisis dengan menghitung persentase kemunculan jawaban/tanggapan mahasiswa.


(34)

92 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Karakteristik program IPA terintegrasi terdiri dari perangkat-perangkat

program perkuliahan yang meliputi: a) Standar Core Materi dan Pedagogi tingkat SMP/MTs; b) Silabus sub program; contoh-contoh Analisis Kompetensi dan Silabus Pembelajaran IPA Terintegrasi; contoh-contoh RPP lengkap dengan Penilaiannya; contoh-contoh-contoh-contoh LKS; c) Panduan Penyusunan RPP; d) Panduan Peer Teaching; e) Penugasan Mahasiswa dan f) Materi Pengayaan aspek Content dan Pedagogy. 2. Program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi profesional

calon guru IPA SMP/MTs ditunjukkan dengan peningkatan kompetensi integrasi IPA dengan metode ilmiah berkategori tinggi dengan N-gain 0,80; meningkatkan kompetensi interdisipliner bidang IPA berkategori antara sedang dan tinggi dengan N-gain antara 0,63 dan 0,80.

3. Program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi pedagogik calon guru IPA SMP/MTs meliputi kompetensi menyusun analisis kompetensi kurikulum/standar dan pengembangan silabus pembelajaran IPA terintegrasi dengan persentase ketercapaian antara 82,5% dan 87,5%; mengembangkan RPP IPA terintegrasi dengan persentase ketercapaian antara 77,5% dan 80,0% serta peer teaching IPA


(35)

93

terintegrasi dengan persentase ketercapaian kompetensi antara 70,0% dan 74,0%.

4. Program IPA terintegrasi mampu mewujudkan kompetensi pedagogy-content-knowledge karena memiliki tahap aktivitas: pemodelan; diskusi; penyusunan analisis kompetensi kurikulum/standar dan mengembangkan silabus pembelajaran; penyususnan RPP peer teaching; pengayaan materi IPA terintegrasi aspek content dan pedagogy.

B.Implikasi

Implikasi dari hasil penelitian antara lain:

1. Hasil pengembangan program memberikan masukan dalam revisi Kurikulum S1 Pendidikan IPA S1 dalam hal jumlah SKS, kode, menghapus, mengganti nama dan deskripsi mata kuliah untuk beberapa mata kuliah prasyarat dari segi content (materi) dan segi pedagogy

(pedagogi).

2. Hasil pengembangan program terutama standar core materi dan pedagogi sebagai pedoman atau rujukan dalam mengembangkan pembelajaran IPA terintegrasi, meskipun di masa mendatang terjadi perubahan kurikulum di tingkat SMP/MTs. Hal ini bersumber pada rasional: standar core materi memberikan standar isi dan standar core pedagogi memberikan standar keterampilan ilmiah dalam IPA, standar keterampilan-keterampilan berpikir dalam IPA, standar strategi-strategi berpikir dalam IPA, standar sikap-sikap ilmiah/nilai-nilai luhur dalam IPA sebagai


(36)

94

standar dalam pencapaian character building bagi siswa, dan standar strategi-strategi pembelajaran IPA.

3. Keseluruhan hasil pengembangan program IPA terintegrasi ini sebagai mata kuliah wajib di program studi S1 Pendidikan IPA, semester VI dan sekaligus sebagai mata kuliah baru dengan bobot 3 SKS teori dengan nama IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya serta 1 SKS praktikum dengan nama Praktikum IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya.

C.Rekomendasi

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian antara lain: 1. Program IPA Terintegrasi yang telah dikembangkan melalui research

and development ini merupakan mata kuliah yang mampu membekali mahasiswa S1 pendidikan IPA yang memiliki kewenangan menjadi calon guru IPA SMP. Dengan demikian bagi LPTK yang membuka program studi S1 pendidikan IPA perlu menerapkan mata kuliah IPA terintegrasi agar lulusannya memiliki kompetensi sesuai yang direkomendasikan

Standards for Science Teacher Preparation (NSTA, 2003) dan memenuhi Permendiknas, No. 16 Tahun 2007, yaitu memiliki kompetensi interdisipliner bidang IPA.

2. Sub-program-sub-program dan tema-tema dapat dimodifikasi oleh perguruan tinggi untuk disesuaikan dengan visi dan misi kurikulum yang dikembangkan, kekhasan daerah, kondisi kampus dan sarana-prasarana


(37)

95

serta kemampuan mahasiswa, namum tetap mengacu pada standar materi dan pedagogi tingkat SMP/MTs sebagai rujukan.

3. Pelaksanaan perkuliahan IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya dapat dilaksanakan oleh berbagai LPTK yang membuka Program Studi S1 Pendidikan IPA pada semester dimana para mahasiswa sudah menempuh mata kuliah prasyarat baik dari aspek materi maupun pedagogi.

4. Mata kuliah IPA Terintegrasi dapat dijadikan pendukung kebijakan pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah tentang pelaksanaan Bimbingan Teknis IPA Terpadu bagi para guru, sehingga para mahasiswa sudah memiliki pemahaman pada saat nanti harus praktik di lapangan.

5. Penelitian lanjutan masih sangat diperlukan untuk menguji efektifitas program IPA Terintegrasi, yaitu dengan melanjutkan penelitian pengembangan ke tahap uji pelaksanaan lapangan, penyempurnaan produk akhir dan Implementasi.


(38)

96

DAFTAR PUSTAKA

American Assosiation for the Advancement of Science. 1993. Benchmarks for Science Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press.

Arends, Richard I. 1996. Classroom Instructional and Management. The McGraw-Companies, Inc.

Bayer, B. K. 1971. Inquiry in the Social Studies Classroom. A Strategy for Teaching. Colombus Ohio: Charles E. Merril Publishing Company

Borg, W. R. And Gall, M. D. 1983. Educational Research An Introduction 4th Ed. New York: Longman, Inc.

Bround, M., dan Reiss, M. 2006. Toward a More Authentic Science Curriculum: The contribution of out-of-school learning. International Journal of Science Education, pp. 1373-1388. Tersedia: m.reiss@ioe.ac.uk. [20 Pebruari 2008]

Bruce Joyce & Masha Weil. 1996. Models of Teaching 5th Ed. United States of America: Allyn & bacon. A Simon & Schuster Company

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP Depdiknas.

Carribbean Examination Council. 2007. Integrated Science. Carribbean Certificate of Secondary Level Competence

Cho, I. Y. dan Anderson, C. W. 2005. Understanding of Matter Transformation in Physical and Chemical Changes: Ecological Thinking. Michigan State

University. 35 halaman. Tersedia:

http://jscemed.chem.wisc.edu/JCEWWW/Features/CQandChP/CQs/Concep t sinventory/Concepts_Inventory.html. [23 Juni 2008]

Clarke, J. A. and Rowe, R. 2007. Learning Science Online: A

Descriptive Study of Online Science Courses For Teachers. TERC, 26 halaman. Tersedia: http://www.terc.edu [23 Juni 2008]

Curriculum Development Center. 2002, Integrated Curriculum for Secondary School (Curriculum Specification. Science Form 2. Ministry of Education Malaysia

Fogarty, R. 1991. How to Integrated The Curricula. United States of America: IRI/Skylight Publishing. Inc.


(39)

97 Hakkarainen, K., dan Sintonen, M. 2003. The Integrrogative Model of inquiry

and Computer-Supported Collaborative Learning. Science & Education 11: 25-43, 2003. Kluwer Academic Publisher. Printed in the Netherlands. Tersedia : Departement of Philosophy, P.O.Box 24 University of Helsinki, Finland; E-mail: matti.sintonen@helsinki.fi [21 Januari 2008] Huo, Y. 2006. Applying Contemporary Education Strategies to motivate Students’

interests in Studying Physical Chemistry and to develop Lifelong Learning Skills. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang, pp.23- 26. Tersedia: Huoyunqiu@sina.com. [15 maret 2008]

Khishfe dan Khalick, E. L. 2002. Influence of explicit and reflective versus implicit inquiry-oriented instruction on sixt graders’views of nature of science. Journal of Research in Science Teaching, 39 (7), 551-578. Tersedia : http://ouray. cudenver.edu [15 Pebruari 2008]

Mao, S. L. dan Chang, C. Y. 2005. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Socondary School Level. Departemen of Earth Science National Taiwan Normal University Taiwan, R. O. C. proc. Natl, Sci. Counc. ROC(D) Vol, 8, No.3, 2005, pp. 93- 101. [5 Pebruari 2008]

Meltzer, David E. 2002. The Relationship between Mathemathic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores. American Journal of Physics 70 (12), pp. 1259-1267. Tersedia: http://ojps.aip.org/ajp/. [20 Januari 2009]

NSTA. 1988. Standards for Science Teacher Preparation

NSTA. 2003. Standards for Science Teacher Preparation. Revised 2003

Osman N. Kaya. 2009. The Nature of relationship among the Components of pedagogical Content Knowledge of Preservice Science Teachers: ‘Ozone leyer depletion’ as an example. Internasional Journal of Science Education Vol. 31, No. 7, 1 May 2009, pp. 961-988

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 tentang Guru

Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. 1990. Science for All Americans. New York : Oxford University Press.


(40)

98 Saab, N. and Joolingen, W.V. 2005. Supporting Collaborative

Discovery Learning by Presenting a Tool. Procceding of th.2005 Conference on Computer Support for Collaborative Learning. Learning 2005: The next yearst CSCL’05 Publisher International Society on

Learning Sciences. Tersedia: Graduate School of Teaching and Learning University of Amsterdam Nadira@ilo.uva.nl [21 Januari 2007]

Song-Ling Mao dan Chun-Yen Chang. 2005. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Socondary School Level. Departemen of Earth Science National Taiwan Normal University Taiwan, R. O. C. proc. Natl, Sci. Counc. ROC(D) Vol, 8, No.3, 2005, pp. 93- 101. [5 Pebruari 2008]

Sultan. 2008 .Guru Tidak Layak Mengajar, Mau Diapakan?. Tersedia : http://en.wikipedia.org. [6 Juni 2008]

Taurina, T. 2007. Secondary School Teaching and Maori Student Achievement in Science. Intern Research Report 11. 12 halaman. Tersedia : http://www.review.mai.ac.nz. [12 Mei 2008]

Thiagarajan, S., Semmel, D. S., Semmel, M.I. 1974.

Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Broomington. Indiana University.

Trefil, J. dan Hazen, R. M, 2007. The Science: An Integrated Approach. United Stated of America: John Wiley & Sons, Inc.

Udin Syaifudin Sa’ud. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta Wilhelm, J., Thacker,B. , Wilhelm, R. 2007. Creating Constructivist

Physics for Introductory University Classes. Electronic Journal of Science

Education, Vol II, No 2 (2007), 18 halaman. Tersedia:

http://ejse.southwestern.edu[12 Mei 2008]

Yuqiu Huo. 2006. Applying Contemporary Education Strategies to motivate Students’ interests in Studying Physical Chemistry and to develop Lifelong Learning Skills. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang, pp.23-26. Tersedia: Huoyunqiu@sina.com. [15 maret 2008]

Zajkov, O. et. al. 2001. Secondary School Student’s Conceptual and Conventional Knowledge of Mechanics and Some Socioeconomic Parameters. Faculty of Natural Sciences and Mathematics, Macedonia, 15 halaman. Tersedia; zoliver@iunona.ukim.edu.mk. [21 Januari 2008]


(41)

99 Zucker, A.A., et. al. 2007. Increasing Science Learning in Grades 3-8

Using Computers and Probes: Finding From The TEEMSS II Project. Procedings of the NARST 2007 Annual Meeting (New Orleans, LA, United States), 10 halaman. Tersedia : http://teemss.concord.org/. [15 Juni 2008]

---. 2004. Standar-standar Guru Pemula untuk SMP/MTs. Jakarta: Dirjen DIKTI. Departemen Pendidikan Nasional.

---. 2005. Panduan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Pusat Kurikulum. Balitbang. DepDikNas.

---. 2006. Pengembangan Kurikulum Program Studi S1. Jakarta:

Departemen Pendidikan nasional. Direktorat jenderal pendidikan Tinggi. Direktorat Ketenagaan.

---.2007. Kurikulum 2002 FMIPA . Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta

---. 2007. Panduan Penyusunan KTSP Lengkap. Yogyakarta: Pustaka Yustisia

---. 2010. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Secara Terpadu. Kementrian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan SMP


(1)

94 standar dalam pencapaian character building bagi siswa, dan standar strategi-strategi pembelajaran IPA.

3. Keseluruhan hasil pengembangan program IPA terintegrasi ini sebagai mata kuliah wajib di program studi S1 Pendidikan IPA, semester VI dan sekaligus sebagai mata kuliah baru dengan bobot 3 SKS teori dengan nama IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya serta 1 SKS praktikum dengan nama Praktikum IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya.

C. Rekomendasi

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian antara lain: 1. Program IPA Terintegrasi yang telah dikembangkan melalui research

and development ini merupakan mata kuliah yang mampu membekali mahasiswa S1 pendidikan IPA yang memiliki kewenangan menjadi calon guru IPA SMP. Dengan demikian bagi LPTK yang membuka program studi S1 pendidikan IPA perlu menerapkan mata kuliah IPA terintegrasi agar lulusannya memiliki kompetensi sesuai yang direkomendasikan Standards for Science Teacher Preparation (NSTA, 2003) dan memenuhi Permendiknas, No. 16 Tahun 2007, yaitu memiliki kompetensi interdisipliner bidang IPA.

2. Sub-program-sub-program dan tema-tema dapat dimodifikasi oleh perguruan tinggi untuk disesuaikan dengan visi dan misi kurikulum yang dikembangkan, kekhasan daerah, kondisi kampus dan sarana-prasarana


(2)

95 serta kemampuan mahasiswa, namum tetap mengacu pada standar materi dan pedagogi tingkat SMP/MTs sebagai rujukan.

3. Pelaksanaan perkuliahan IPA Terintegrasi dan Pembelajarannya dapat dilaksanakan oleh berbagai LPTK yang membuka Program Studi S1 Pendidikan IPA pada semester dimana para mahasiswa sudah menempuh mata kuliah prasyarat baik dari aspek materi maupun pedagogi.

4. Mata kuliah IPA Terintegrasi dapat dijadikan pendukung kebijakan pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah tentang pelaksanaan Bimbingan Teknis IPA Terpadu bagi para guru, sehingga para mahasiswa sudah memiliki pemahaman pada saat nanti harus praktik di lapangan.

5. Penelitian lanjutan masih sangat diperlukan untuk menguji efektifitas program IPA Terintegrasi, yaitu dengan melanjutkan penelitian pengembangan ke tahap uji pelaksanaan lapangan, penyempurnaan produk akhir dan Implementasi.


(3)

96

DAFTAR PUSTAKA

American Assosiation for the Advancement of Science. 1993. Benchmarks for Science Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press.

Arends, Richard I. 1996. Classroom Instructional and Management. The McGraw-Companies, Inc.

Bayer, B. K. 1971. Inquiry in the Social Studies Classroom. A Strategy for Teaching. Colombus Ohio: Charles E. Merril Publishing Company

Borg, W. R. And Gall, M. D. 1983. Educational Research An Introduction 4th Ed. New York: Longman, Inc.

Bround, M., dan Reiss, M. 2006. Toward a More Authentic Science Curriculum: The contribution of out-of-school learning. International Journal of Science Education, pp. 1373-1388. Tersedia: m.reiss@ioe.ac.uk. [20 Pebruari 2008]

Bruce Joyce & Masha Weil. 1996. Models of Teaching 5th Ed. United States of America: Allyn & bacon. A Simon & Schuster Company

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP Depdiknas.

Carribbean Examination Council. 2007. Integrated Science. Carribbean Certificate of Secondary Level Competence

Cho, I. Y. dan Anderson, C. W. 2005. Understanding of Matter Transformation in Physical and Chemical Changes: Ecological Thinking. Michigan State

University. 35 halaman. Tersedia:

http://jscemed.chem.wisc.edu/JCEWWW/Features/CQandChP/CQs/Concep t sinventory/Concepts_Inventory.html. [23 Juni 2008]

Clarke, J. A. and Rowe, R. 2007. Learning Science Online: A

Descriptive Study of Online Science Courses For Teachers. TERC, 26 halaman. Tersedia: http://www.terc.edu [23 Juni 2008]

Curriculum Development Center. 2002, Integrated Curriculum for Secondary School (Curriculum Specification. Science Form 2. Ministry of Education Malaysia

Fogarty, R. 1991. How to Integrated The Curricula. United States of America: IRI/Skylight Publishing. Inc.


(4)

97

Hakkarainen, K., dan Sintonen, M. 2003. The Integrrogative Model of inquiry and Computer-Supported Collaborative Learning. Science & Education 11: 25-43, 2003. Kluwer Academic Publisher. Printed in the Netherlands. Tersedia : Departement of Philosophy, P.O.Box 24 University of Helsinki, Finland; E-mail: matti.sintonen@helsinki.fi [21 Januari 2008] Huo, Y. 2006. Applying Contemporary Education Strategies to motivate Students’

interests in Studying Physical Chemistry and to develop Lifelong Learning Skills. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang, pp.23- 26. Tersedia: Huoyunqiu@sina.com. [15 maret 2008]

Khishfe dan Khalick, E. L. 2002. Influence of explicit and reflective versus implicit inquiry-oriented instruction on sixt graders’views of nature of science. Journal of Research in Science Teaching, 39 (7), 551-578. Tersedia : http://ouray. cudenver.edu [15 Pebruari 2008]

Mao, S. L. dan Chang, C. Y. 2005. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Socondary School Level. Departemen of Earth Science National Taiwan Normal University Taiwan, R. O. C. proc. Natl, Sci. Counc. ROC(D) Vol, 8, No.3, 2005, pp. 93- 101. [5 Pebruari 2008]

Meltzer, David E. 2002. The Relationship between Mathemathic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores. American Journal of Physics 70 (12), pp. 1259-1267. Tersedia: http://ojps.aip.org/ajp/. [20 Januari 2009]

NSTA. 1988. Standards for Science Teacher Preparation

NSTA. 2003. Standards for Science Teacher Preparation. Revised 2003

Osman N. Kaya. 2009. The Nature of relationship among the Components of pedagogical Content Knowledge of Preservice Science Teachers: ‘Ozone leyer depletion’ as an example. Internasional Journal of Science Education Vol. 31, No. 7, 1 May 2009, pp. 961-988

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 tahun 2008 tentang Guru

Rutherford, F.J. dan Ahlgren, A. 1990. Science for All Americans. New York : Oxford University Press.


(5)

98

Saab, N. and Joolingen, W.V. 2005. Supporting Collaborative

Discovery Learning by Presenting a Tool. Procceding of th.2005 Conference on Computer Support for Collaborative Learning. Learning 2005: The next yearst CSCL’05 Publisher International Society on

Learning Sciences. Tersedia: Graduate School of Teaching and Learning University of Amsterdam Nadira@ilo.uva.nl [21 Januari 2007]

Song-Ling Mao dan Chun-Yen Chang. 2005. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Socondary School Level. Departemen of Earth Science National Taiwan Normal University Taiwan, R. O. C. proc. Natl, Sci. Counc. ROC(D) Vol, 8, No.3, 2005, pp. 93- 101. [5 Pebruari 2008]

Sultan. 2008 .Guru Tidak Layak Mengajar, Mau Diapakan?. Tersedia : http://en.wikipedia.org. [6 Juni 2008]

Taurina, T. 2007. Secondary School Teaching and Maori Student Achievement in Science. Intern Research Report 11. 12 halaman. Tersedia : http://www.review.mai.ac.nz. [12 Mei 2008]

Thiagarajan, S., Semmel, D. S., Semmel, M.I. 1974.

Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Broomington. Indiana University.

Trefil, J. dan Hazen, R. M, 2007. The Science: An Integrated Approach. United Stated of America: John Wiley & Sons, Inc.

Udin Syaifudin Sa’ud. 2009. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta Wilhelm, J., Thacker,B. , Wilhelm, R. 2007. Creating Constructivist

Physics for Introductory University Classes. Electronic Journal of Science Education, Vol II, No 2 (2007), 18 halaman. Tersedia: http://ejse.southwestern.edu[12 Mei 2008]

Yuqiu Huo. 2006. Applying Contemporary Education Strategies to motivate Students’ interests in Studying Physical Chemistry and to develop Lifelong Learning Skills. Departement of Chemistry, Northeast University Shenyang, pp.23-26. Tersedia: Huoyunqiu@sina.com. [15 maret 2008]

Zajkov, O. et. al. 2001. Secondary School Student’s Conceptual and Conventional Knowledge of Mechanics and Some Socioeconomic Parameters. Faculty of Natural Sciences and Mathematics, Macedonia, 15 halaman. Tersedia; zoliver@iunona.ukim.edu.mk. [21 Januari 2008]


(6)

99

Zucker, A.A., et. al. 2007. Increasing Science Learning in Grades 3-8 Using Computers and Probes: Finding From The TEEMSS II Project. Procedings of the NARST 2007 Annual Meeting (New Orleans, LA, United States), 10 halaman. Tersedia : http://teemss.concord.org/. [15 Juni 2008]

---. 2004. Standar-standar Guru Pemula untuk SMP/MTs. Jakarta: Dirjen DIKTI. Departemen Pendidikan Nasional.

---. 2005. Panduan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Pusat Kurikulum. Balitbang. DepDikNas.

---. 2006. Pengembangan Kurikulum Program Studi S1. Jakarta:

Departemen Pendidikan nasional. Direktorat jenderal pendidikan Tinggi. Direktorat Ketenagaan.

---.2007. Kurikulum 2002 FMIPA . Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta

---. 2007. Panduan Penyusunan KTSP Lengkap. Yogyakarta: Pustaka Yustisia

---. 2010. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Secara Terpadu. Kementrian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan SMP