PENGGUNAAN MATERI SEJARAH LOKAL TENTANG PERLAWANAN TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG DI TOLITOLI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN KEBANGSAAN.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR BAGAN... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 11
C. Klasifikasi Konsep... 12
D. Tujuan penelitian... 15
E. Manfaat Penelitian... 16
F. Pradigma Penelitian... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPS... 19
B. Tujuan Pembelajaran IPS... 22
C. Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah Lokal... 25
D. Mengajarkan Sejarah Lokal... 30
E. Kontribusi Pembelajaran Sejarah Lokal Terhadap Integrasi Bangsa. 38 F. Pembelajaran dan Tujuan Sejarah Lokal di MAN Tolitoli... 53
(2)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian... 77
B. Teknik Pengumpulan Data... 78
C. Subjek dan Lokasi Penelitian... 83
D. Teknik Analisis Data... 83
E. Prosedur dan Tahap Penelitian... 89
F. Validasi Data... 91
BAB IV. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 94
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan... 103
C. Pembahasan... 127
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 145
B. Saran-saran... 146
DAFTAR PUSTAKA... 147 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(3)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Keadaan Tenaga Pengajar atau Pegawai MAN Tolitoli
(1980)... 101
4.2 Jumlah siswa keseluruhan MAN Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah Januari 2011... 103
4.3 Keadaan Siswa MAN Tolitoli berdasarkan Jurusan... 104
4.4 Gambaran Sejarah Nasional sebelum diajarkan sejarah
lokal... 109
4.5 Mengaitkan Sejarah Nasional dengan Perlawanan La’Noni (Sejarah Lokal)... 112
(4)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 1. Gambar I : Peta Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah 95
(5)
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Judul Halaman
1.1 Paradigma Penelitian Pembelajaran Sejarah Lokal Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran Kebangsaan... 18
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
A. Pedoman Wawancara Guru ... 148
B. Pedoman Wawancara Siswa ... 149
C. Lembar Observasi aktivitas guru dan siswa ... 150
D. Dokumen RPP guru... 151
E. Foto Penelitian... 170
F. Lambang Daerah... 182
G. Rumpun Bahasa Tolitoli... 186
H. Roster Pelajaran... 187
I. Surat Keputusan Pembagian Tugas Guru... 188
J. Surat Keterangan Pengangkatan Pembimbing Tesis.... 194
K. Surat Keterangan Penelitian SPs UPI... 196
L. Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dikeluarkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tolitoli... 201
(7)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada beberapa permasalahan yang menjadi keresahan-keresahan selama ini diantaranya adalah pembelajaran sejarah hanya menyentuh atau membahas materi sejarah nasional di sisi lain sejarah lokal terabaikan. Hal ini terjadi pada siswa di MAN Tolitoli. Guru dalam melaksanakan tugasnya hanya terfokus pada buku paket sejarah nasional, dan metode yang digunakan hanya menggunakan interaksi satu arah. Para siswa diberikan tugas hafalan sehingga efektivitas dan tujuan yang akan dicapai tidak tercapai. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran yang ada siswa kurang memahami sejarah lokal bahkan tidak mengetahui sejarah daerahnya sendiri. Adapun yang menjadi harapan peneliti, adalah guru dapat mengaplikasikan pembelajaran sejarah lokal di MAN Tolitoli.
Masalah selanjutnya yang juga menjadi keresahan saat ini ialah kurangnya kesadaran kebangsaan yang dimiliki oleh para siswa. Nilai-nilai kepahlawanan, nilai nasionalisme, patriotisme juga nilai-nilai kearifan lokal sendiri tidak dipahami. Adapun yang menjadi dasar pernyataan tersebut, kurangnya siswa yang mengetahui dan memehami tokoh-tokoh pergerakan yang ada di daerahnya. Harapan terbesar saat ini adalah siswa memahami nilai-nilai kejuangan yang di wariskan oleh para pahlawan, dan tak kalah penting nilai-nilai kearifan lokal yang ada di lingkungannya.
(8)
Kajian sejarah lokal tidak lagi dapat dipandang tidak menarik, kurang luas dampaknya, atau alasan lain yang tradisional kajian sejarah lokal adalah kajian yang menuntut kesungguhan, dukungan keahlian antara lain dengan pendekatan “total history”, struktural, multidisipliner, baik dalam visi dirinya sendiri, maupun dalam kerangka nasional. Rohyati (2007: 220).
Pendidikian sejarah lokal dan sejarah nasional merupakan proses
enkulturasi dalam rangka nation charactert building. Melalui proses pelembagaan nilai-nilai yang positif seperti nilai-nilai warisan leluhur, heroisme, dan nilai-nilai ideologi dijadikan alat perekat solidaritas bangsa.
(Kartodirjo dalam Supardan, 2004: 29). Jiwa nasionalisme sangat diandalkan untuk menghindari disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut diatas. Untuk itu masih diperlukan peranan pemerintah untuk membuat kebijakan dalam bidang pendidikan agar semua mata pelajaran-pelajaran yang membentuk rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan, sehingga sejarah lokal mendapat perhatian yang cukup banyak. Terutama dalam proses pembelajaran baik didalam maupun diluar kelas. Maka sudah saatnya kita mengembangkan kurikulum sejarah yang memperhatikan kondisi-kondisi mutakhir negeri ini, baik dari segi sosio kultural, kebijakan politik dalam bidang pendidikan yang mengarah pada otonomi daerah, dalam cakupan yang lebih kecil adalah otonomi sekolah, maka model pembelajaran pun harus bersifat inovatif. Satu diantaranya yang harus dikembangkan adalah penanaman kesadaran kebagsaan terhadap siswa melalui pembelajaran sejarah lokal.
(9)
Masalah diatas dan untuk menjawab berbagai perubahan tersebut, maka pemerintah memberikan serta memberlakukan kurikulum yang sifatnya keleluasan pada guru dan sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada di daerah itu sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kehendak masyarakat setempat dengan memperhatikan kekhasan daerah yang disebut dengan muatan lokal. Menurut Desfina (dalam Supriatna dan Wiyanarti 2008: 208) mengatakan bahwa :
Kurikulum memberikan kebebasan kepada guru dan sekolah dalam mengembangkan silabus pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungannya. Ini menandakan bahwa salah satu upaya pemerintah untuk menggali serta mengembangkan potensi daerah sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan sekolah/masyarakat setempat.
Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 menyatakan bahwa : Pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsanya, kemudian dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa yang Maha kuasa, berahlak mulia, cakap, kreatif inovatif, mandiri lalu menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Uraian di atas jelas, bahwa pendidikan IPS memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini karena mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, inovatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana yang menjadi tujuan pendidikan nasional, juga merupakan tujuan pendidikan IPS. Dengan perkembangan ilmu pengertahuan dan tehnologi, yang berdampak pada derasnya arus informasi menembus dan melintas antar negara.
Akibatnya berbagai pengaruh baik positif maupun negatif tanpa disadari turut masuk kedalam tatanan kehidupan masyarakat. Dengan demikian bangsa ini
(10)
perlu meningkatkan sumberdaya manusia agar memiliki indentitas berdasarkan niali-nilai luhur perjuangan bangsa sebagai tolak ukur serta mempunyai landasan pijak dalam bersikap dan bertingkah laku. Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan sejarah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya guna melakukan filterisasi terhadap pengaruh negativ, sehingga peradaban bangsa yanag dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dapat dicapai. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan arus globalisasai telah membawa perubahan di semua aspek kehidupan manusia. Dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh proses globalisasi pada satu pihak, dan proses demokratisasi pada pihak lain, sangat membutuhkan sumberdaya manusaia yang lebih berkualitas melalui pembaharuan sistem pendidikan dan penyempurnaan kurikulum, termasuk kurikulum sejarah yang berlandaskan muatan sejarah lokal untuk memasukkan ke dalam sejarah nasional.
Adanya suatu perubahan yang lebih baik dan harus menyesuaikan tujuan
pembelajaran sejarah nasional yaitu memotivasi siswa untuk berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa yang telah lampau guna memahami secara baik kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Perubahan serta pembenahan pembelajaran sejarah yang mencakup berbagai aspek baik aspek metodologis maupun aspek lain yang memang mempengaruhi kualitas pembelajaran sejarah.
Robinson dalam Sjamsuddin,2007: 199) yang menganggap perlu perubahan dari sejarah lama (the old history) ke sejarah baru (the new history), perubahan ini antara lain berupa sejarah yang berorientasi politik semata ke
(11)
sejarah yang juga memperhatikan aspek-aspek sosial- ekonomi, budaya, pertanian, teknolgi, pendidikan, dan psikologi.. The new history berarti lebih luas, dan itu merupakan sejarah sosial.
Perubahan sebuah paradigma tersebut, juga terjadi dalam pendidikan sejarah (Hasan, 1999: 9) sebagai konsekwensi logis adanya pergeseran filsafat dalam pembelajaran sejarah. Hasan berpendapat bahwa perubahan itu mencakup :
1 Pemahaman serta kesadaran dalam cerita sejarah belum bersifat final. 2 Adanya saling keterkaitan antara pelajaran sejarah dalam kehidupan
sehari-hari.
3 Perlunya perluasan sejarah politik dengan tema-tema sejarah sosial,sejarah budaya, sejarah ekonomi dan yang menyangkut dengan teknologi.
Adanya perubahan paradigma pembelajaran sejarah maupun pada pembelajaran lainnya, merupakan salah satu tujuan untuk menjawab tantangan globalisasi termasuk masalah-masalah sosial yang sifatnya mengacu pada disintegrasi bangsa. Dengan demikian pelajaran sejarah berlandaskan rekonstruksi sosial dengan menggunakan paradigma new history artinya dalam proses belajar mengajar sejarah, guru sangat dituntut membawa siswanya dalam lingkungan kehidupan guna untuk mudah memahaminya. Pelajaran sejarah sering dirasakan sebagai hanya fakta-fakta berupa tahun, tokoh serta peristiwa belaka.
(12)
Proses pengajaran sejarah dalam bentuk hafalan serta terlalu banyak menekankan pada “chalk and talk” di kelas sangat lemah dalam hal mendorong keterlibatan murid dalam proses belajar aktif karena sulit dimengerti pada peristiwa sejarah yang terlalu memperhatikan tingkah laku orang dewasa yang ada diluar jangkauan pengalaman siswa (Partington dalam Widja, 1991: 92).
Tantangan bagi guru sejarah agar dapat berupaya mengembangkan pola atau metode yang beragam dalam proses belajar mengajar. Salah satu alternatif tentunya melalui pembelajaran sejarah lokal dengan cara membawa siswa pada lingkungan sekitarnya. Dengan adanya usaha pengembangan metode yang bervariasi dalam pembelajaran sejarah lokal semoga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran serta mendapat manfaat yang lebih besar dari proses belajarnya, dan juga pembelajaran yang dihasilkan lebih bermakna bagi peserta didik. Berdasarkan pemikiran Douch (1981) dalam Widja (1998) mengemukakan bahwa pembelajaran sejarah lokal lebih mudah dihayati oleh para siswa, disebabkan berkaitan dengan lingkungan mereka. Sejarah lokal dapat membawah langsung siswa dalam mengenal masyarakatnya. Sebagai usaha pengembangan wawasan dalam pengajaran sejarah lokal tersebut, maka realisasinya pokok bahasan sejarah lokal sudah di tuangkan pada suplemen kurikulum yang disebut dengan kurikulum muatan lokal. Lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh siswa di daerah itu (Lampiran Keputusan Menteri P & K No. 0412/U/1987).
(13)
Pentingnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, bukan saja dalam mempermudah pemahaman serta penyerapan bahan pengajaran yang disajikan, akan tetapi juga lebih dari itu, untuk mendekatkan siswa dengan lingkungan serta menghindarkan diri dari keterasingan dengan lingkungan.
(Lampiran keputusan menteri P & K No. 0412/U/1987) menyebutkan tujuan diterapkannya kurikulum muatan lokal adalah :
a) Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
b) Murid dapat meningkatkan pengetahuannya mengenai daerahnya sendiri. c) Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya serta menolong dirinya
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
d) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan serta keterampilan yang dipelajarinya dalam memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya. e) Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari
keterasingan (Lampiran keputusan Menteri P & K no. 0412/U/1987) f) Bahan pengajaran akan lebih mudah diserap oleh siswa
g) Sumber belajar di daerah dapat lebih mudah dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan itu sendiri
Bila diperhatikan dari tujuan penerapan kurikulum muatan lokal ini maka didalamnya dapat kita lihat bahwa dasar-dasar yang menunjang pengembangan sejarah lokal, sudah dimasukkan di dalam suplemen kurikulum KTSP (2006). Belajar dari lingkungan setempat membawah anak pada dunia nyata yang dihadapinya.sehingga guru dan siswa dapat memaknai keadaan sekarang dengan berpedoman pada masa yang lalu sesuai dengan lingkungannya.
(14)
Peran aktif Guru sangat dituntut memiliki kemampuan untuk menggali potensi minat anak sehingga dapat mengembangkan berpikir kritis sekaligus menumbuhkan kebanggaan serta penghargaan melalui pembelajaran sejarah lokal.
Sebagaimana dalam Penelitian Supardan, (2004: 262) mengungkapkan tentang pentingnya pembelajaran sejarah lokal dapat diajarkan dalam mata pelajaran sejarah nasional, terutama untuk menunjang sejarah Indonesia di dalam
upaya meningkatkan kesadaran kebangsaan. dalam penelitian yang berjudul: “ Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan
perspektif Sejarah lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa”. Ia menegaskan bahwa pembelajaran sejarah lokal perlu diperkenalkan pada siswa
untuk mengenali identitas kelokalannya maupun menghargai identitas etnis/daerah lain yang ada di Indonesia. Arti penting dari studi sejarah lokal,
dalam lingkungan suatu bangsa seperti bangsa Indonesia yang sangat menekankan pentingnya persatuan yang kokoh dalam menjaga integritas bangsa. Karena itu, apabila kita sadari bahwa hubungan sejarah lokal dengan sejarah nasional saling keterkaitan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa untuk mengetahui kesatuan yang lebih besar, bagian yang kecil itupun harus dimengerti dengan baik.
Menurut Kartodirjdo, hal-hal yang ada di tingkat nasional baru bisa dimengerti dengan lebih baik, apabila kita mengerti dengan baik pula perkembangan di tingkat lokal. Dan situasi yang kongkrit serta mendetil baru bisa diketahui melalui gambaran sejarah lokal (Kartodirdjo dalam Widja, 1991: 16 ).
(15)
Kepentingan yang lain dari penulisan sejarah lokal, yaitu “ memperluas pandangan tentang dunia Indonesia” Lapian (dalam Widja 1991 : 16). Maksudnya ialah untuk meningkatkan saling pengertian di antara kelompok-kelompok etnik di Indonesia dengan jalan meningkatkan kesejarahan dari masing-masing kelompok terhadap kelompok lainnya.
Menurut Jordan (dalam Widja,1968:7) sebenarnya lokalitas atau lingkungan terbatas itu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan yang lebih besar karena yang kecil hakikatnya adalah bagian dari yang lebih besar. Yang kecil akan kurang bisa dimengerti tanpa memperhatikan keseluruhan yang lebih besar. Demikian juga sebaliknya, yang besar lingkupnya akan kurang dipahami apabila yang kecilpun tidak diketahui. Berbagai peristiwa sejarah lokal terjadi di beberapa daerah yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah dengan ditandai adanya pergerakan atau perlawanan yang dilakukan oleh rakyat akibat tindakan semena-mena tentara Jepang hingga membangkitkan semangat perjuangan rakyat dimana-mana. Perlawanan rakyat yang terjadi di Sulawesi Tengah, menurut Nurhayati Nainggolan antara lain :
1. Balantak dan rangga-rangga di wilayah Kabupaten Banggai dan tokoh pemimpinnya bernama Mantide.
2. Di Desa Wuasa dan Watu Maeta di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso pimpinan pergerakannya bernama Abe Pande.
3. Di Salinggoha Kecamatan Walea Kepulauan pada tahun 1944 (2694 tahun Jepang) terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang yang dipimpin oleh Talhata Dariseh.
4. Di Tolitoli tepatnya di Desa Malomba pada tanggal 18 Juli 1945 dengan pelopornya Abang Ali (1982/1983:156)
(16)
Perilaku tentara pendudukan Jepang sudah tidak manusiawi lagi, sebagaimana dalam penelitian Baso Siodjang, (1994:44) Perlawanan Rakyat Tolitoli terhadap penjajah (1919-1945), bahwa : Pemukulan sewenang-wenang kepada rakyat dan pemerkosaan terhadap wanita-wanita bahkan istri-istri orang pun diambil secara paksa dari tangan suami untuk pemuas nafsu para kaki tangan Jepang dan ini menjadi kebiasaan sehari-hari.
Umumnya rakyat sudah menderita dengan tindakan pihak Jepang, sehingga
timbul gerakan anti jepang yang dipelopori oleh putra-putra bangsa. Pada tanggal 30 Mei 1942 bala tentara Jepang yang dipimpin Miyamoto mendarat
di Tolitoli dan mengambil alih kekuasaan dari tangan Kolonial Belanda” (Baso Siodjang, 1994 : 43). Peralihan kekuasaan berlangsung dengan damai, rakyat
tidak dapat berbuat apa-apa kecuali tunduk dan patuh terhadap bala tentara Jepang
hingga rakyat berusaha untuk bangkit melawan kezaliman penguasa Jepang. Di Tolitoli tepatnya di kampung Malomba Sulawesi Tengah, tidak luput dari peristiwa berdarah yang terjadi antara bala tentara Jepang dengan rakyat berusaha
mati-matian untuk membela tanah airnya, hingga terbunuhnya La’Noni oleh tembakan senjata polisi Makalo setelah ia berhasil memenggal kepala seorang Ken Kanrikan yang bernama Imaki” Peristiwa ini terjadi pada tanggal 18 Juli 1945” ( Nurhayati Nainggolan,et.al, 1982/1983:156).
Kartodirjo (1993: 74) Peristiwa kecil atau lokal tidak terlalu menarik, baru mulai bermakna kalau berbagai fakta ditempatkan dalam suatu konteks atau mengandung struktur, pola atau kecendrungan tertentu. Disini ada pokok yang memungkinkan perbandingan dengan fakta dari sejarah lokal lain. Dengan demikian unsur sejarah lokal bermakna karena dihubungkan dengan konteks makna serta dapat dicakup dalam generalisasi.Misalkan seberapa jauh kasus lokal itu repsentatif bagi gejala umum tingkat nasional.
(17)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peristiwa perlawanan rakyat Malomba di Sulawesi Tengah (1942-1945) terhadap pendudukan Jepang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah lokal lainnya.Sehingga kedudukan sejarah lokal sangat penting apabila dimasukkan kedalam kurikulum muatan lokal.
Berbagai hasil penelitian dan permasalahan di atas berkaitan dengan pembelajaran sejarah lokal dalam rangka meningkatkan kesadaran kebangsaan jika dikaitkan dengan menumbuhkan sikap menghargai sejarah lokal dan pejuang, sikap seseorang dapat terbentuk melalui intensitas pengalaman atau proses belajar, termasuk belajar menghargai sejarah serta pahlawan (pejuang) di lingkungan tempat mereka berada. Menurut Soedijarto (1998 : 11) menumbuhkan kesadaran serta menanamkan nilai-nilai melalui pembelajaran sejarah adalah melalui proses pendidikan sejarah perjuangan bangsa dalam membentuk sikap serta perilaku.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini secara umum dapat dirumuskan dengan beberapa permasalahan maka peneliti menetapkan judul penelitian ini yaitu:“ Penggunaan Materi Sejarah Lokal Tentang Perlawanan Terhadap Pendudukan Jepang di Tolitoli Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kesadaran Kebangsaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Tolitoli”.
(18)
Mengacu pada masalah tersebut penulis akan memfokuskan penelitian pada pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah merencanakan pembelajaraan sejarah lokal di MAN Tolitoli?
2. Bagaimana mengintegrasikan peranan La’Noni dalam Pembelajaran Sejarah Lokal di MAN Tolitoli?
3. Bagaimana mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dalam RPP di MAN Tolitoli ?
C. Klasifikasi Konsep 1. Sejarah Lokal
Menurut Abdullah (Supardan, 2004: 109) ‘sejarah lokal’, adalah sejarah dari suatu tempat atau “locality”, yang batasannya ditentukan oleh ‘perjanjian’. Sejarah lokal secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kisah di kelampaun dari kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda pada ‘daerah geografis’ yang terbatas baik yang menyangkut komunitas township, county, maupun village, dan sejenisnya.
(19)
Sejarah lokal yang dimaksud disini adalah untuk memperluas pandangan
tentang Indonesia dan saling meningkatkan pengertian di antara kelompok-kelompok etnis di Indonesia dengan jalan meingkatkan pengetahuan
kesejarahan dari masing-masing kelompok terhadap kelompok lainnya. Sebagai contoh menurut Lapian, (Widja,1991: 19):
Kita sering lupa misalnya bahwa sementara Belanda di Jawa masih menghadapi invansi Jepang, di Gorontalo dan Aceh telah berkibar Dwiwarna kita, di Tarakan dan Minahasa penduduk telah disuruh menyanyi lagu kebangsaan Nippon. Sementara pemuda-pemuda kita brerbaris sebagai pasukan Seinendan ataupun Haiho dan yang lain menjalankan Romusya, bendera Belanda masih berkibar di Marauke. Pada waktu kemerdekaan diproklamsikan 17 Agustus 1945 di Jakarta, Jayapura yang pada waktu itu masih bernama Hollandia, bersama Biak, Morotai dan Kalimantan Timur sudah diduduki tentara Sekutu.
Hal-hal seperti di atas ini sering tidak terekam dalam sejarah yang bersifat makro, sehingga bisa terjadi masing-masing kelompok masyarakat kita berpikir yang kurang tepat terhadap perkembangan sejarah di bagian-bagian lain di Indonesia, yang selanjutnya bisa menumbuhkan visi-visi sejarah yan kurang wajar di antara sesama anggota bangsa Indonesia. Sejarah lokal pada dasarnya bukanlah studi terisolir, tapi cenderung meyentuh bidang lingkup yang lebih luas. Pernyataan ini kiranya sejalan dengan apa yang telah dikutip sebelumnya dari Finberg & Skipp, bahwa lingkungan-lingkungan sejarah dari yang paling sempit/terbatas (Widja,1991: 15). Ini sama saja dengan mengatakan tidak ada batas yang tegas sebenarnya anatara sejarah lokal dengan sejarah yang lebih luas lingkupnya seperti sejarah nasional. Pernyataan di atas perlu dijelaskan lebih jauh, jika tidak seperti mengingkari apa yang sudah disimpulkan terdahulu, yaitu yang menyangkut dengan eksisistensi sejarah lokal disamping sejarah nasional.
(20)
Pernyataan di atas sebenarnya mengacu pada pikiran bahwa lokalitas atau lingkungan terbatas itu tidak bisa dipisahkan dari lingkungan yang lebih besar karena yang lebih kecil hakekatnya, adalah bagian dari yang lebih besar. Dengan demikian, yang kecil akan kurang bisa dimengerti tanpa memperhatikan keseluruhan yang lebih besar. Tetapi sebaliknya, yang lebih besar lingkupnya akan kurang dipahami apa bila yang lebih kecil juga tidak diketahui.
2. Kesadaran Kebangsaan
Pentingnya sebuah bangsa memiliki kesadaran kebangsaan positif digambarkan pula oleh Bung Karno dengan mengutip pendapat pemimpin Mesir yang termashur, Mustafa Kamil, sbb.:
Karena rasa kebangsaanlah, maka bangsa-bangsa yang terbelakang lekas mencapai peradaban, kebesaran dan kekuasaan. Rasa kebangsaanlah yang menjadi darah yang mengalir dalam urat-urat bangsa-bangsa yang kuat dan rasa kebangsaanlah yang memberi hidup kepada tiap-tiap manusia yang hidup. Soekarno dalam buku sebab kebangkitan nasional (Sapriya, 2008: 49).
Pernyatan dua proklamator kemerdekaan Republik Indonesia Bung Karno dan Hatta ini semakin jelas karakter bangsa Indonesia yang diharapkan jauh sebelum lahir bangsa dan berdirinya negara kesatuan repoblik indonesia (NKRI).
Lebih lanjut Hatta, dalam bukunya sebab kebangkitan nasional. Sapriya (2008: 51) menegaskan bahwa ”selain mengusahakan kerukunan yang lebih erat,
juga harus menumbuhkan rasa solidaritas, kesetiakawanan diantara orang-orang Indonesia”.
(21)
Apabila dihubungkan dengan kehidupan masa kini maka nilai-nilai tersebut tampaknya masih tetap relevan untuk diterapkan dan diwariskan kepada generasi kini yang hidup di era perubahan yang begitu cepat. Bangsa Indonesia yang memprokalmirkan diri menjadi suaru negara yang berdaulat telah memiliki konstitusi dan bertekat untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis. Sistem pemerintahan maupun praktik hidup bermasyarakat yang dicita-citakan dalam UUD 1945 tidak diragukan memiliki semangat demokratis.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang bagaimana menanamkan sejarah lokal dalam pelajaran sejarah nasional guna meningkatkan kesadaran kebangsaan serta menumbuhkan sikap menghargai sejarah dan nilai juang Lanoni di kelas X1 MAN Tolitoli. Selain itu, juga diharapkan supaya siswa mempunyai kemampuan untuk mengkonstruksikan nilai-nilai kearifan lokalnya sendiri. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana merencanakan pembelajaran
sejarah lokal di MAN Tolitoli
2. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana mengaitkan peranan La’Noni dalam pembelajaran sejarah lokal di MAN Tolitoli
3. Untuk mendapatkan bagaimana mengembangkan sejarah lokal dalam RPP di MAN Tolitoli.
(22)
E. Manfaat Penelitian bagi Pendidik dan Pemerintah Daerah 1. Manfaat bagi Pendidik
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan pegangan terhadap dunia pendidikan dalam hal ini khusus bagi guru sejarah. Sehingga dapat mengembangkan strategi belajar yang efisien dan efektif dalam merancang dan mengevaluasinya terhadap nilai-nilai sejarah lokal. Secara praktis dari hasil penelitian ini nantinya menjadikan bahan masukan terhadap guru, khususnya guru sejarah di Tolitoli Sulawesi Tengah dalam mengembangkan wawasan tentang sejarah lokal.
2. Manfaat bagi Pemerintah Daerah
Bagi Pemerintah Daerah penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan informasi tambahan dalam menggali fakta-fakta sejarah yang selama ini belum terungkap dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian bisa memperkaya khasanah Daerah lalu mengembangkan pogram integrasi sejarah lokal ke dalam sejarah Nasional.
F. Paradigma Penelitian
Penelitian ini berangkat dari kenyataan, bahwa banyak siswa di Madrasah Aliayah Negeri yang tidak tahu apalagi menghargai sejarah dan pejuang Sulawesi Tengah. Padahal siswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah lokal (Sulawesi Tengah). Pemahaman tentang sejarah lokal akan menjadi bekal bagi siswa untuk memaknai nilai-nilai sejarah dan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah masa lalu sehingga dapat menjadi teladan hidup mereka dalam Masyarakat.
(23)
Tingkat pemahaman nilai-nilai sejarah lokal Sulawesi Tengah bagi siswa MAN Tolitoli yang rendah diharapkan dapat diatasi melalui (Pendidikan formal), khusus melalui mata pelajaran sejarah lokal Untuk itu dituntut kemampuan guru dalam menentukan komponen pembelajaran yang tepat, sehingga dapat menunjang keberhasilan kegiatan pembelajarannya.
(24)
1
8
Row Material
Proses
Out Come
Bagan 1.1
Paradigma Penelitian Pembelajaran Sejarah Lokal Dalam Rangka Membangun Kesadaran Kebangsaan.
PEMBELAJARAN
SEJARAH
LOKAL
Evaluasi Penyempurnaan Proses belajar Pembenahan Persiapan Mengajar Psikomotor Afektif Sesuai kebutuhan siswa
Metode / Strategi
Materi
Sarana dan Prasarana
Kognitif Media PEMAHAMAN SISWA TERHADAP KESADARAN KEBANGSAAN Pengetahuan tentang Keasadaran Kebangsaan Sikap terhadap Kesadaran Kebangsaan Perilaku yang menunjang Kesadaran
(25)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif Studi Kasus. Penelitian kualitatif (Qualitative Reaseach) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, pemikiran orang secara individu maupun kelompok Syaodih (2005:60). Sementara itu Bogdan dan Taylor dalam L.J.Moleong (2007:4). Mendefinisikan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Lebih lanjut, Moleong (2007:44) menjelaskan sebagai berikut:
Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan tiori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan focus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersitfat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.
Selanjutnya pelaksanaan metode kualitatif menempuh beberapa langkah kerja, yaitu pengumpulan data, klarifikasi data, pengolahan atau penganalisisan data, penyusunan laporan, serta pembuatan kesimpulan dengan tujuan utama membuat gambaran hasil penelitian secara objektif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi dan studi pustaka mengenai sejarah lokal Tolitoli,
(26)
kemudian di lakukan klarifikasi berupa materi sejarah Tolitoli yang diperoleh dari bagian sejarah nasional (peranan sejarah Tolitoli sebagai bagian sejarah nasional). Kemudian diintegrasikan ke dalam pokok dan sub pokok bahasan sejarah nasional. sejarah perjuangan rakyat Tolitoli di bawah pimpinan La’Noni dalam menentang pendudukan Jepang 1942-1945, adalah sejarah lokal yang bersifat daerah. Kemudian pengolahan atau penganalisisan data yaitu dengan cara membandingkan materi sejarah lokal Tolitoli dengan sejarah nasional lalu dibuat dalam bentuk laporan. Dari keseluruhan rangkaian penelitian terhadap pengintegrasian sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, dan ditarik simpulan sebagai gambaran dari proses pembelajaran sejarah lokal ke dalam sejarah nasional untuk membangun Integritas bangsa serta menghargai terhadap pejuang lokal yang juga dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan bagi para siswa. B. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti berada pada posisi pengamat dan pengumpul data. Data dikumpulkan melalui pengamatan dengan menggunakan pedoman lembaran observasi dan wawancara terhadap keadaan sebelumnya, sehingga data yang dimiliki bersifat alami (natural). Karena peneliti bertindak sebagai pengumpulan data, maka data yang dimilikinya bersifat data kulitatif dan kemudian diinterpretasikan. Tehnik Pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data . Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang menenuhi standar data yang di tetapkan.
(27)
Adapun Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Apabila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber skunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tehnik pengumpulan data, maka tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan) inteview (wawancara), dokumentasi dan gabungan ketiganya.
1. Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1998), manfaat observasi adalah sebagai berikut.
a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atua pandangan sebelumnya.
c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap ”biasa” dan karena itu tidak akan terungkap dalam wawancara.
2. Wawancara
Wawancara mendalam, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data dari informan yang berupa pemahaman, persaan dan makna sesuatu. Dalam wawancara dengan informan, peneliti memberikan keleluasan kepada mereka untuk menjawab segala pertanyaan, sehingga memperkuat data-data melalui pengamatan.
(28)
Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan memaknai pedoman wawancara. Nasution, (1999:69) mengemukakan bahwa observasi saja tak memadai dalam penelitian, itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara. Hubungannya dengan penelitian ini, maka peneliti melakukan wawancara kepada guru sejarah dan siswa dengan dilakukan berulang kali, yang kemudian dapat memperoleh data yang valid tentang sejarah lokal tentang tokoh Lanoni di Tolitoli.
3. Dokumentasi
Arikunto, (1998: 236) mengemukakan bahwa studi dokumenter merupakan suatu tehnik yang digunakan dan mencari data mengenai hal-hal atau cacatan-catatan, buku-buku, surat kabar, prasasti, kajian kurikulum dan sebagainya.
Lincon dan Guba, (1985: 276-277) mengatakan bahwa dokumentasi dan catatan digunakan sebagai pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni:
1. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relative lebih murah.
2. Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.
3. Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya.
4. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan kenyataan formal.
5. tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau pelakuan peneliti. Selanjutnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang kemampuan guru dalam melakukan pengintegarsian sejarah lokal kedalam sejarah nasional, dan informasi-informasi yang berguna terhadap implementasinya pembelajaran sejarah lokal disekolah.
(29)
Adapun dokumen yang peneliti maksudkan yakni arsip daerah, perpustakaan daerah, serta catatan-catatan yang dibuat oleh pemerintah daerah setempat, yang dapat memberikan gambaran tentang inti dari penelitian ini. Hal ini dimaksudkan demi menjaga validitas data serta kredibilitas data yang nantinya akan dikumpulkan oleh penelitian.
Kemudian, Creswell (1998:15) mendefinisikan Penelitian Kualitatif : Qualitatif reasearch is an inquiry process of understanding based on distinct
methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes word, reports detailed
views of informats, and conduct the study in a natural setting.
Creswell ( 1998 : 201-203) membagi prosedur verifikasi penelitian kualitatif sebagai berikut :
1. Perpanjang tangan waktu kerja dan observasi yang gigih (prolonged engagement dan persistent observastion) dilapangan termasuk
membangun kepercayaan dengan para partisipan, mempelajari budaya, dan mencek informasi yang saling berasal dari distorsi yang dibuat oleh peneliti atau informan. Di lapangan si peneliti membuat keputusan-keputusan apa yang penting / menonjol untuk dikaji, relevan dengan maksud kajian, dan perhatian untuk difokuskan.
2. Triangulasi ( triangulation), menggunakan seluas-luasnya sumber-sumber
yang banyak dan berbeda, metode-metode, dari para peneliti, dan teori-teori untuk menyediakan bukti-bukti yang benar (corroborative evidence ).
3. Review sejawat (peer review) atau dibreifing menyiapkan suatu cek eksternal dari proses penelitian; teman sejawat itu menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang metode, makna dan interpretasi penelitian dari pemeliti.
4. Klarifikasi bias peneliti (clarifing reasearcher bias) sejak awal dari penelitian adalah penting sehingga pembaca memahami posisi peneliti dan
setiap bias atau asumsi-asumsi yang berdampak pada penelitian. Dan klarifikasi ini, peneliti mengomentari pengalaman-pengalaman
sebelumnya, bias-bias, prasangka-prasangka dan orientasi-orientasi yang mungkin membentuk interpretasi-interpretasi dan pendekatan pada kajian.
(30)
5. Cek anggota (member checks) peneliti mengumpulkan/mencari/ memohon (solicit) pandangan-pandangan para informan tentang
kredibilitas dari temuan dan interpretasi-interpretasi. Teknik ini menurut Lincon dan Guba adalah teknik yang paling kritis untuk menegakkan kreadibilitas. Pendekatan ini sangat umum dalam kajian kualitatif, termasuk pengambilan data, analisis, interpretasi, dan kesimpulan-kesimpulan yang kembali kepada partisipan sehingga mereka dapat mempertimbangkan akurasi dan kredibilitas dari
cerita/narasi.
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, sampel sumber data dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling. Sumber data atau subjek penelitian adalah sebagai berikut ; dokumen pembelajaran sejarah, guru, dan siswa. Selanjutnya lokasi penelitian disini adalah sebagai obyek atau tempat yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah di laksanakan di MAN Tolitoli Provinsi Sulawesi tengah .
D. Teknik Analisa Data
Analisis data yang dilakukan dengan proses pelaksanaan pembelajaran melalui diskusi kelas, dalam hal ini peneliti berada pada posisi mengamati saja terhadap bagaimana aktivitas siswa dalam mencari dan memberi informasi (atau tidak mengetahui sama sekali) tentang sejarah lokal Tolitoli, lalu memperhatikan tentang kemampuan siswa dalam mengintegrasikan antara sejarah Tolitoli sebagai bagian sejarah nasional. Selanjutnya pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan secara terus menerus dimulai dengan tahap pengumpulan data sampai dengan penelitian ini berakhir.
(31)
Analisis tersebut merupakan kegiatan lanjutan dari langkah pengumpulan data, dalam hal ini peneliti mencoba memberikan penafsiran terhadap keseluruhan temuan hasil penelitian yang di dasarkan pada kerangka tioritik yang menyangkut dengan pembelajaran sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah nasional. Penafsiran yang dilakukan tujuannya untuk mendapatkan sebuah gambaran
permasalahan dalam penelitian kemudian mempunyai pemahaman dari hasil analisis dengan berbagai penjelasan, perbandingan/komparatif, sebab akibat serta deskriptif.
Menurut (Miles dan Huberman, dalam Sugiono,1984:337) mengumukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan
conclutin:drawing/verification.
1. Data Reduction ( Reduksi Data)
Adapun data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mempokuskan pada hal-hal yang penting, dicri tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan selanjutnya, mencari bila diperlukan.
(32)
Reduksi data dapat dibantu dengan berbagai perlatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Kemudian dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Reduksi data merupakan suatu proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peniliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui reduksi data, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan
2. Data Display (penyajian data)
Pada penelitaian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan ”the most frequent from
of display data for qualitative research data in the has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
(33)
3. Conclution Drawing/verification
Kemudian langkah ke tiga dalam analisis data kulitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak dimukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal , didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistenan saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kemudian merupakan suatu kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitaian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena telah dikemukakan bahwa rumusan masalah dalam penelitain kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Selanjutnya analisis data yang dilakukan secara bertahap, data di peroleh selama proses pembelajaran sejarah lokal melelui observasi dan wawancara dianalisis.. Nasution, (dalam Sugiyono, 2007:245) menyatakan ‘Analisis data telah dimulai sejak merumuskan serta menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data, dalam kenyataannya, analisis data kuliatatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai dalam pengumpulan data’. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu anlisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.
(34)
Berdasarkan yang dirumuskan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang dikumpulkan secara berulang-ulang dengan tehnik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Menurut Nasution (dalam Sugiono,1988: 89) menyatakan “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. In fact, data analysis in qualitative research is an on going activity that occurs through out the investigative process rather than afer process. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data. Dalam penelitian kulitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kulitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
(35)
Seperti dinyatakan oleh Miles and Huberman (dalam sugiyono 2007:87), bahwa ” The most serious and central difficulty in the use of qualitative data is that methods of analysis are not well formulate”. Yang paling serius dan sulit dalam anlisis data kualitatif karena, metode analisis belum dirumuskan baik. Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2007 : 88), menyatakan bahwa:
Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitianya. Bahkan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.
Kemudian analisis data kualitatif, Bodgan menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the
interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and enable you to present what you have discovered to others”. Analisis data adalah proses pencarian dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisirkan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
(36)
Selanjutnya Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2007: 72) mengemukakan bahwa “Data analysis is critical to the qualitative reaserch process. It is to recognition, study, and understanding of interrelationship and concept in your data that hypotheses and assertions can be develoved and evaluated”.
Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembagkan dan dievaluasi. Selanjutnya Spradley dalam Sugiyono, 2007: 67) menyatakan bahwa: “analysis of any kind involve a way of thinking. It refers to systematic examination of something to determine its parts, the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is search for pattens” analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan disini bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisirkan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
(37)
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
E. Prosedur dan Tahap Penelitian
Untuk dapat dan mengumpulkan data dilapangan, maka dalam penelitian ini dilaksanakan beberapa tahapan-tahapan antara lain:
1. Tahap Persiapan
Sebelum melaksanakan penelitian, ada beberapa kegiatan yang penulis tempuh yaitu diawali dengan melakukan seminar desain penelitian, setelah memperoleh masukan dari pada dosen penguji, maka penulis menyempurnakan dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing lalu kemudian dilanjutkan dengan perbaiki. Langkah selanjutnya adalah menyelesaikan masalah administrasi berupa surat-surat izin penelitian.
2. Tahap Orientasi
Selanjutnya tahap ini dilakukan untuk mendapatkan informasi awal mengenai rencana subjek penelitian hal ini pembelajaran sejarah lokal yang akan diajukan serta mempertajam masalah dan fokus penelitian, sebelum desain penelitian disusun. Dari kegiatan orientasi ini diharapkan dapat mempertajam
(38)
fokus penelitian sehingga memungkinkan dilakukannya penelitian selanjutnya secara lebih mendalam sebagai dasar bagi tahap selanjutnya.
Tahap orientasi ini peneliti melakukan penelitian dan pengambilan data tentang apa yang diteliti, dalam hal ini tentang sejarah lokal di Tolitoli. Peneliti merasa terbantu, karena daerah Tolitoli merupakan daerah kelahiran peneliti sendiri, maka untuk pengambilan data dilapangan tidak akan menemui dalam berbagai bentuk kendala yang dapat menghambat dalam proses penelitian ini. 3. Tahap Eksplorasi
Mengacu pada pengumpulan data pada tahap orientasi, diperoleh gambaran dan paradigma yang semakin terarah, sehingga memberikan arah yang semakain jelas dalam melakukannya tehnik pengumpulan data, baik melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. Tahap ini penulis mulai melakukan wawancara kepada subjek yang telah ditentukan, disamping melakukan observasi secra langsung sehingga diperoleh data yang lengkap.
Subjek penelitian mulai berkembang sesuai dengan tuntutan informasi, begitu juga tehnik-tehnik pengumpulan data semakin beragam. Tetapi pada intinya tahap ini meliputi kegiatan :
a) Menyusun dan menentukan sumber data yang dapat dipercaya untuk memberikan informasi tentang tema penelitian.
b) Menyusun pedoman wawancara dan observasi resmi yang berkembang pada waktu dilapangan yang merupakan instrumen pembantu peneliti.
(39)
c) Mengadaakan wawancara dengan subjek penelitian, disamping melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran sejarah lokal.
d) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian untuk melengkapi data primer dari hasil wawancara dan observasi.
e) Menysun hasil laporan yang meliputi kegiatan mendeskripsikan, menaganalisis dan mentafsirkan data hasil penelitian secara terus menerus sampai tuntas
F. Validasi Data
Validasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. Tehnik Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Triangualasi
Untuk tehnik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagaia tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibitas data dengan berbagai tehnik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Menurut Nasution (1996: 115-116), “ Triangulasi bukan sekedar mentes kebenaran data, melainkan juga suatu usaha untuk melihat dengan lebih tajam hubungan antara berbagai data agar mencegah kesalahan dalam analisis data”.
(40)
Proses ini ditandai dengan cara mencek kebenaran data tertentu dengan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam proses penelitian ini, peneliti akan melakukan pengecekan terhadap validasi data yang diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara.
b. Menbandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan observasi yang telah dilakukan.
2. Member Check
Selanjutnya untuk mencek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan sumber data, agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan Nasution, (1996: 117-118). Member chek adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan memberchek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data tersebut valid, sehingga makin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
(41)
Pelaksanaan memberchek dapat dilakukan setelah suatu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut, mungkin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk menandatangani, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti talah melakukan memberchek.
Tahap ini dilakukan untuk memperoleh kredibilitas hasil penelitian, sehingga informasi yang ada mendapatkan pembenaran dari subjek penelitian. Tahap member chek ini meliputi kegiatan:
a. Menyusun laporan penelitian yang diperoleh dari tahap eksplorasi b. Menyampaikan laporan tersebut kepada masing-masing responden
untuk diperiksa ulang kebenarannya. 3. Expert Opinion
Mengkonsultasikan hasil temuan penelitian dilapangan kepada para ahli yang mempunyai spesialisasi di bidangnya, termasuk dengan pembimbing dalam penelitian ini. Untuk memperoleh arahan dan berbagaia masukan sehingga validasi data penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
(42)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan serta rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan serta dapat dipergunakan terutama di sekolah pada tempat peneliti melakukan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Hasil wawancara dengan guru sejarah bahwa, masalah guru dalam merencanakan pembelajaran sejarah di MAN Tolitoli, tidak menemui kendala yang besar. Dalam merencanakan pembelajaran sejarah lokal guru sejarah tetap mengacu pada kurikulum 2006, ditambahkan pula bahwa untuk mengkolaborasikan sejarah lokal dengan sejarah Nasional harus menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan menyesuaikan setiap Standar Kompotensi, Kompotensi Dasar dan Indikator setiap pembahasan. Selanjutnya guru juga menegaskan kendala yang dihadapi guru dalam merencanakan antara sejarah lokal dan sejarah Nasional hanya pada masalah alokasi waktu yang terbatas.
Guru sejarah dalam mengaitkan pembelajaran sejarah nasional ke sejarah lokal dalam hal ini tokoh pergerakan La’Noni masih kurang maksimal, hal ini disebabkan keterbatasan guru dalam menggali dan mencari informasi tentang tokoh-tokoh pejuang yang ada di daerahnya. Ditambahkan lagi untuk mengaitkan peranan tokoh-tokoh lokal dengan tokoh nasional selanjutnya membandingkan dan mencari persamaan dari tokoh-tokoh tersebut.
(43)
Dalam rumusan masalah ketiga berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang pengembangan pembelajaran sejarah lokal dalam rencana pelaksanaan pembelajaran belum memenuhi kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006. Guru sejarah dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus memasukkan indikator materi sejarah lokal. Selanjutnya dalam pengaplikasiannya guru sejarah kurang kreatif dalam memadukan materi sejarah nasional kedalam sejarah lokal. Tentunya hal ini masih jauh dari apa yang ingin dicapai.
B. Saran-saran
Rekomendasi ini di sampaikan pada guru, khusus guru sejarah terutama di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian dan secara umum di guru sejarah yang mengabdi di kabupaten Tolitoli, agar dapat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya yang menyangkut dengan sumber sejarah lokal, guna untuk menambah pengetahuan dalam pengembangan pembelajaran sejarah nasional termasuk sejarah lokal. Dengan kompotensi guru yang dapat merancang skenario model pembelajaran yang bisa mengintegrasikan muatan-muatan sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, serta dapat menanamkan nilai-nilai sejarah dan budaya lokal dalam pembelajaran agar tercapai suatu pelajaran yang bermakna. Sehingga siswa mampu memahami makna dari pada terbentuknya sebuah suku bangsa yang terpisah-pisah kemudian dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan pada dirinya, Dengan memanfaatkan berbagai model serta pendekatan serta menggunakan berbagai alat bantu media pembelajaran, lalu dilakukan evaluasi yang tepat .
(44)
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. (2001). Nasionalisme dan Sejarah.Bandung: Satya Historika ________(Ed). (1990). Sejarah lokal di Indonesia.Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Al Mucthar, Suwarma.(1996). Strategi Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap Upaya peningkatan Mutu Pendidikan IPS pada FPIPS IKIP Bandung. Alfian, Ibrahim. (1983). Sebuah cacatan Bagaimana Lokalnya sejarah
lokal.Dalam Panel Sejarah Lokal.Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,depdikbud.
Anderson, Benedict (1983: 15) Imagined Communities. Komunitas-komunitas terbayang. Yogyakarta: Penerbit. INSIST, Blimbing Sari CT IV/83. Arikunto, Suharsimi. (1998) Prosedur Penelitian Jakarta : Rineka Cipta
Budhisantoso. (1982/83). ”Etnohistori sebagai Pendekatan sejarah di Indonesia”. Paper dalam Seminar Sejarah Nasional 111 (Panel Etnohistori). Jakarta: Proyek IDSN, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud. Cres Well, W. Jhon, (1998). Rearch desing Qualitative and Quantitative
Approache. London : Sage Publication.
Guba, G.E. Dan Lincon, S. (1985). Naturalistic Inquiry. London : Sage Publication
Hasan, S. Hamid. ( 2008 ). Evaluasi Kurikulum.Bandung: PT.Rosdakarya
_______ (2004). Kurikulum Sejarah dan Pendidikan Sejarah lokal. Makalah pada seminar Nasional kurikulum Berbasis kompetensi. Bandung: UPI. ________ (1999). Pendidikan Sejarah untuk membangun manusia baru
indonesia. Mimbar pendidikan, 2/XIII, 4-11
Ibrahim, R dan Syaodih S.Nana (2003). Perencanaan Pengajaran.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Kartodirjo, Sartono.(1993). Pendekatan ilmu Sosial Dalam metodologi seajarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(46)
Kuntoyowijoyo. (2008). Penjelasan Sejarah. (Historical Explanation). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Milles, Huberman (2007). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru.Universitas Indonesia: UI-Press
Moleong, L.J.(2006 ). Metologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa.E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksra
Nasution, S. (1998). Metologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Rahmawati,Tien. (2006). ”Integrasi Pembelajaran Sejarah Lokal ke dalam Sejarah Nasional Untik Menumbuhkan Sikap Menghargai Sejarah dan Pejuang Indragiri Hilir Riau”. Tesis pada Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan. Saodah, Tati. (2008). ”Internalisasi Konsep Nilai-nilai Hukum dalam Pendidikan
Umum melalui Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan. Tesis pada Sps.UPI Bandung: Tidak di terbitkan”
Nurhayati Nainggolan.(1981/1982). Sejarah Pendidikan Sulawesi Tengah. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayan Daerah,Palu
--- .(1982/1983). Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Inventarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional,Sulawesi Tengah.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, (1997). Sejarah Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Penertbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. Jakarta.
Sjamsuddin, Helius. (2001). Metologi Sejarah. Jakrta: depdikbud. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
_______. (2007). Metologi Sejarah. Jakarta: DEPDIKDUD. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
________ (2008). Sejarah dalam Keberagaman. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
(47)
Soedijarto. (1998 ). Pengajaran Sejarah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai dan Sikap. Simposium Pengajaran Sejarah (Kumpulan Makalah Diskusi). Jakarta: Depdikbud.
Soedjatmoko.(1976). Kesadaran Sejarah dan Pembangunan” dalam prisma (Penerbit kusus) No.7 tahun V. Jakarta: LP3ES
Sudarmadji Tjoek. (1983), Mengenal Buol Tolitoli, Pemerintah Daerah Tingkat II Buol Tolitoli.
Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif,dan R&D.Bandung: Alfabeta.
________ (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sukardi, Tanto. ( 2007), ”Perubahan Sosial di Banyumas (1830-1900): Aplikasi Pembelajaran Nilai-nilai Sejarah dalam Kerangka Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung tidak diterbitkan.
_______.(2008). Sejarah Sebuah Penilaian. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS. UPI
Sumantri, Endang. (2008). Seabad Kebangkitan Nasional: Revitalisasi dan Reaktualisasi Keangkitan Nasional Menuju indonesia Baru yang Adil dan Sejahtera. Bandung: CV. YASINDA MULTI ASPEK bekerja sama dengan Pusat Kajian Wawasan Kebangsaan UPI.
Supardan, Dadang. (2000). ”Kreativitas guru Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Deskriptif-Analitis terhadap guru dan Implementasinya untuk pogram pengembangan kreativitas guru sejarah Sekolah Menengah Umum di Kabupaten Bandung)”. Tesis pada Sps. UPI Bandung: tidak diterbitkan
_______ (2004). Pembelajaran sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan perspektif sejarah Lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa.Disertasi doctor pada Sps. UPI. Bandung: tidak diterbitkan. _______(2008), Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian pendekatan Struktural.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Supriatna dan Wiyanarti, (2008). Sejarah dalam keberagaman. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
Syaodih S. Nana (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
(48)
Tilaar, H.A.R. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Rinika Cipta. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Jakarta:
Depdiknas.
Widja, I Gede. (1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.Bandung: Angkasa.
________ (1998). Sejarah Lokal Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ________ (1991). Menuju Wajah Baru Pendidikan. Yogyakarta : Lappera Pustaka
Utama
Wiraatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional dan Global.Bandung: Historia Uatama Press.
Zainul, Asnawi. (2004). Penerapan Assesmen Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah Lokal. Dalam Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah, No, 5, Vol.V. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
(1)
146
Dalam rumusan masalah ketiga berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang pengembangan pembelajaran sejarah lokal dalam rencana pelaksanaan pembelajaran belum memenuhi kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2006. Guru sejarah dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus memasukkan indikator materi sejarah lokal. Selanjutnya dalam pengaplikasiannya guru sejarah kurang kreatif dalam memadukan materi sejarah nasional kedalam sejarah lokal. Tentunya hal ini masih jauh dari apa yang ingin dicapai.
B. Saran-saran
Rekomendasi ini di sampaikan pada guru, khusus guru sejarah terutama di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian dan secara umum di guru sejarah yang mengabdi di kabupaten Tolitoli, agar dapat berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya yang menyangkut dengan sumber sejarah lokal, guna untuk menambah pengetahuan dalam pengembangan pembelajaran sejarah nasional termasuk sejarah lokal. Dengan kompotensi guru yang dapat merancang skenario model pembelajaran yang bisa mengintegrasikan muatan-muatan sejarah lokal ke dalam sejarah nasional, serta dapat menanamkan nilai-nilai sejarah dan budaya lokal dalam pembelajaran agar tercapai suatu pelajaran yang bermakna. Sehingga siswa mampu memahami makna dari pada terbentuknya sebuah suku bangsa yang terpisah-pisah kemudian dapat meningkatkan kesadaran kebangsaan pada dirinya, Dengan memanfaatkan berbagai model serta pendekatan serta menggunakan berbagai alat bantu media pembelajaran, lalu dilakukan evaluasi yang tepat .
(2)
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. (2001). Nasionalisme dan Sejarah.Bandung: Satya Historika ________(Ed). (1990). Sejarah lokal di Indonesia.Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Al Mucthar, Suwarma.(1996). Strategi Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap Upaya peningkatan Mutu Pendidikan IPS pada FPIPS IKIP Bandung. Alfian, Ibrahim. (1983). Sebuah cacatan Bagaimana Lokalnya sejarah
lokal.Dalam Panel Sejarah Lokal.Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,depdikbud.
Anderson, Benedict (1983: 15) Imagined Communities. Komunitas-komunitas terbayang. Yogyakarta: Penerbit. INSIST, Blimbing Sari CT IV/83. Arikunto, Suharsimi. (1998) Prosedur Penelitian Jakarta : Rineka Cipta
Budhisantoso. (1982/83). ”Etnohistori sebagai Pendekatan sejarah di Indonesia”. Paper dalam Seminar Sejarah Nasional 111 (Panel Etnohistori). Jakarta: Proyek IDSN, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Depdikbud. Cres Well, W. Jhon, (1998). Rearch desing Qualitative and Quantitative
Approache. London : Sage Publication.
Guba, G.E. Dan Lincon, S. (1985). Naturalistic Inquiry. London : Sage Publication
Hasan, S. Hamid. ( 2008 ). Evaluasi Kurikulum.Bandung: PT.Rosdakarya
_______ (2004). Kurikulum Sejarah dan Pendidikan Sejarah lokal. Makalah pada seminar Nasional kurikulum Berbasis kompetensi. Bandung: UPI. ________ (1999). Pendidikan Sejarah untuk membangun manusia baru
indonesia. Mimbar pendidikan, 2/XIII, 4-11
Ibrahim, R dan Syaodih S.Nana (2003). Perencanaan Pengajaran.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Kartodirjo, Sartono.(1993). Pendekatan ilmu Sosial Dalam metodologi seajarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(4)
Kuntoyowijoyo. (2008). Penjelasan Sejarah. (Historical Explanation). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Milles, Huberman (2007). Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru.Universitas Indonesia: UI-Press
Moleong, L.J.(2006 ). Metologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa.E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksra
Nasution, S. (1998). Metologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Rahmawati,Tien. (2006). ”Integrasi Pembelajaran Sejarah Lokal ke dalam Sejarah Nasional Untik Menumbuhkan Sikap Menghargai Sejarah dan Pejuang Indragiri Hilir Riau”. Tesis pada Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan. Saodah, Tati. (2008). ”Internalisasi Konsep Nilai-nilai Hukum dalam Pendidikan
Umum melalui Pendidikan Kewarganegaraan di Persekolahan. Tesis pada Sps.UPI Bandung: Tidak di terbitkan”
Nurhayati Nainggolan.(1981/1982). Sejarah Pendidikan Sulawesi Tengah. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayan Daerah,Palu
--- .(1982/1983). Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Inventarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional,Sulawesi Tengah.
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, (1997). Sejarah Daerah Sulawesi Tengah. Proyek Penertbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. Jakarta.
Sjamsuddin, Helius. (2001). Metologi Sejarah. Jakrta: depdikbud. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
_______. (2007). Metologi Sejarah. Jakarta: DEPDIKDUD. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
________ (2008). Sejarah dalam Keberagaman. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
(5)
Soedijarto. (1998 ). Pengajaran Sejarah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai dan Sikap. Simposium Pengajaran Sejarah (Kumpulan Makalah Diskusi). Jakarta: Depdikbud.
Soedjatmoko.(1976). Kesadaran Sejarah dan Pembangunan” dalam prisma (Penerbit kusus) No.7 tahun V. Jakarta: LP3ES
Sudarmadji Tjoek. (1983), Mengenal Buol Tolitoli, Pemerintah Daerah Tingkat II Buol Tolitoli.
Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif,dan R&D.Bandung: Alfabeta.
________ (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sukardi, Tanto. ( 2007), ”Perubahan Sosial di Banyumas (1830-1900): Aplikasi Pembelajaran Nilai-nilai Sejarah dalam Kerangka Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung tidak diterbitkan.
_______.(2008). Sejarah Sebuah Penilaian. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS. UPI
Sumantri, Endang. (2008). Seabad Kebangkitan Nasional: Revitalisasi dan Reaktualisasi Keangkitan Nasional Menuju indonesia Baru yang Adil dan Sejahtera. Bandung: CV. YASINDA MULTI ASPEK bekerja sama dengan Pusat Kajian Wawasan Kebangsaan UPI.
Supardan, Dadang. (2000). ”Kreativitas guru Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Deskriptif-Analitis terhadap guru dan Implementasinya untuk pogram pengembangan kreativitas guru sejarah Sekolah Menengah Umum di Kabupaten Bandung)”. Tesis pada Sps. UPI Bandung: tidak diterbitkan
_______ (2004). Pembelajaran sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan
perspektif sejarah Lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi
Bangsa.Disertasi doctor pada Sps. UPI. Bandung: tidak diterbitkan. _______(2008), Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian pendekatan Struktural.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Supriatna dan Wiyanarti, (2008). Sejarah dalam keberagaman. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
Syaodih S. Nana (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
(6)
Tilaar, H.A.R. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia: Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT.Rinika Cipta. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Jakarta:
Depdiknas.
Widja, I Gede. (1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.Bandung: Angkasa.
________ (1998). Sejarah Lokal Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ________ (1991). Menuju Wajah Baru Pendidikan. Yogyakarta : Lappera Pustaka
Utama
Wiraatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional dan Global.Bandung: Historia Uatama Press.
Zainul, Asnawi. (2004). Penerapan Assesmen Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah Lokal. Dalam Historia: Jurnal Pendidikan Sejarah, No, 5, Vol.V. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI