PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS STRUKTUR KONTEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPLANASI PEDAGOGIK DAN PENGUASAAN KONSEP KINETIKA KIMIA.

DAFTAR ISI
PENGESAHAN

ii

PERNYATAAN

iii

ABSTRAK

iv

ABSTRACT

v

KATA PENGANTAR

vi


DAFTAR ISI

x

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1


B. Rumusan Masalah

5

C. Tujuan Penelitian

6

D. Manfaat Penelitian

7

E. Batasan Masalah

7

F. Definisi Operasional

7


BAB II MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN EKSPLANASI PEDAGOGIK DAN
PENGUASAN KONSEP
A. Pengembangan Model Pembelajaran

9

1. Model-Model Pembelajaran

9

2. Model Pembelajaran Berbasis Struktur Konten (PBSK)

10

a. Landasan Pengembangan Model PBSK

11


1) Landasan Filosofis

12

2) Landasan Psikologis

12

3) Landasan Sosiologis

13

b. Kerangka Konseptual Pengembangan Model PBSK
B. Makna Belajar Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

14
15


C. Konsep Belajar di Perguruan Tinggi

18

D. Totalitas Belajar Mengajar: tinjauan PCK

19

1. Interaksi Sosial

20

2. Interaksi Kognitif

20

E. Struktur Materi Subyek

24


F. Eksplanasi Ilmiah dan Eksplanasi Pedagogi

24

G. Penilaian Kemampuan Eksplanasi Pedagogik

28

H. Penguasaan Konsep

30

I. Materi Pedagogis Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

31

1. Persamaan Arrhenius

32


2. Energi Aktivasi dan Koordinat Reaksi

33

3. Teori Tumbukan

34

a. Faktor Sterik

36

b. Kompleks Teraktifkan

36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian

39


B. Subyek Penelitian

40

C. Pelaksanaan Penelitian

40

D. Prosedur Penelitian

40

E. Instrumen Penelitian

42

1. Tes

42


2. Lembar Observasi

43

3. Angket

43

F. Analisis dan Pengolahan Data

44

1. Analisis

44

a. Validitas Butir Soal

44


b. Indeks Kesukaran

45

iv
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Daya Pembeda

47

d. Reliabilitas

48

2. Pengolahan Data

49


a. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi

50

b. Menghitung Skor Gain yang Dinormalisasi

50

c. Uji Normalitas Distribusi N-Gain

51

d. Uji Homogenitas Varian

52

e. Uji Signifikansi

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

54

1. Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

54

a. Struktur Materi Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

54

b. Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

56

2. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan
Penguasaan Konsep pada Mahasiswa Calon Guru

58

a. Hasil Pretes dan Postes

58

b. Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Kemampuan Eksplanasi
Pedagogik dan Penguasaan Konsep Mahasiswa

65

3. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan
Penguasaan Konsep pada Guru

67

a. Hasil Tes Awal dan Tes Akhir

67

b. Hasil Uji Signifikansi Peningkatan Kemampuan Eksplanasi
Pedagogik dan Penguasaan Konsep Guru
v
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

71

B. Pembahasan

74

1. Model PBSK

74

a. Pengembangan Model PBSK
Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

74

b. Keterlaksanaan Model PBSK
Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

76

c. Tanggapan Mahasiswa terhadap Model PBSK
Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

76

2. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan
Penguasaan Konsep pada Mahasiswa Calon Guru
3. Revisi Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

77
81

4. Peranan Model PBSK terhadap Peningkatan
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan
Penguasaan Konsep pada Guru

83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

87

B. Saran

88

DAFTAR PUSTAKA

89

LAMPIRAN

93

vi
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1

Kerangka PCK

22

Tabel 3.1

Desain Penelitian

40

Tabel 3.2

Kategori, Skor, dan Kriteria Jawaban

43

Tabel 3.3

Kriteria Indeks Kesukaran

45

Tabel 3.4

Distribusi Data pada Kelompok Atas dan Kelompok Bawah

46

Tabel 3.5

Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan
Penguasaan Konsep Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

47

Tabel 3.6

Kriteria daya pembeda

47

Tabel 3.7

Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan
Penguasaan Konsep Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

48

Tabel 3.8

Kategori Reliabilitas Butir Soal

49

Tabel 3.9

Kriteria Tingkat N-Gain

51

Tabel 4.1

Tahap-tahap Pembelajaran dalam Model PBSK
Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

57

Tabel 4.2

Persentase Jumlah Mahasiswa berdasarkan Kategori Jawaban per Item
59
Soal pada Pretes dan Postes

Tabel 4.3

Profil Kelompok Mahasiswa yang Mengalami Peningkatan Kemampuan
Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan Konsep
62

Tabel 4.4

Profil Kelompok Mahasiswa yang Tidak Mengalami Perubahan
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan Konsep
Profil Kelompok Mahasiswa yang Mengalami Penurunan
Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan Konsep

Tabel 4.5

63
64

Tabel 4.6

Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Varian dan N-Gain Data Mahasiswa

Tabel 4.7

Pengujian Normalitas, Homogenitas dan Signifikansi Distribusi N-Gain
Data Guru
66
Persentase Jumlah Guru berdasarkan Kategori Jawaban per Item Soal
pada Tes Awal dan Tes Akhir
68

Tabel 4.8

vii
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

66

Hal
Tabel 4.9

Profil Perubahan Kemampuan Eksplanasi Pedagogik dan Penguasaan
Konsep Guru
71

Tabel 4.10 Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, Varian dan N-Gain Data Guru

73

Tabel 4.11 Pengujian Normalitas, Homogenitas dan Signifikansi Distribusi N-Gain
73
Data Guru
Tabel 4.12 Perbandingan Fokus Perhatian Empat Rumpun Model Pembelajaran
75
dengan Model PBSK

viii
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1

Kerangka Koseptual Pengembangan Model PBSK
Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi

15

Gambar 2.2

Persepsi tentang Arti Kuliah

19

Gambar 2.3

Antar Hubungan Komponen Pembelajaran

20

Gambar 2.4

Hubungan Eksplanasi Ilmiah dan Eksplanasi Pedagogi

25

Gambar 2.5

Ketergantungan Konstanta Laju pada Suhu

31

Gambar 2.6

Plot Arrhenius

32

Gambar 2.7

Diagram Energi Potensial

33

Gambar 2.8

Energi Aktivasi dan Keadaan Transisi

34

Gambar 2.9

Tumbukan Efektif dan Tidak Efektif

35

Gambar 2.10 Tahapan Reaksi Penyusunan Kembali Metil Isonitril

37

Gambar 2.11 Tumbukan dan Kompleks Teraktifkan

38

Gambar 3.1

Bagan Alur Penelitian

41

Gambar 4.1

Struktur Materi Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

55

Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4

Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Skor Rata-rata Pretes dan Postes Mahasiswa berdasarkan Konsep
Skor Rata-rata berdasarkan Indikator Kemampuan Eksplanasi
Pedagogik Mahasiswa pada Pretes dan Postes

56
58

Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9

Profil perubahan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan
konsep mahasiswa
Perbandingan % N-Gain antara Pretes dan Postes Data Mahasiswa

61
62
65

Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Guru berdasarkan Konsep
Skor Rata-rata berdasarkan Indikator Kemampuan Eksplanasi
Pedagogik Guru pada Tes Awal dan Tes Akhir

67

Perbandingan % N-Gain antara Tes Awal dan Tes Akhir Data Guru

72

ix
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

70

Hal.
Gambar 4.10 Peta Konsep NA Sebelum dan Setelah Perkuliahan

79

Gambar 4.11 Peta Konsep LN Sebelum dan Setelah Perkuliahan

80

Gambar 4.12 Hasil Revisi Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi

82

Gambar 4.13 Peta Konsep WR Sebelum dan Sesudah Pelatihan

85

Gambar 4.14 Peta Konsep NN Sebelum dan Sesudah Pelatihan

85

Gambar 4.15 Peta Konsep IR SSebelum dan Sesudah Pelatihan

86

x
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN
No.
A

B

C

D

E

F

G

Judul

Hal.

Perangkat Pembelajaran
A.1 Struktur Materi Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
A.2 Bahan Ajar
A.3 Langkah-langkah Pembelajaran
Instrumen Penelitian
B.1 Soal Pretes untuk Mahasiswa
B.2 Soal Postes untuk Mahasiswa
B.3 Tes untuk Guru
B.4 Kunci Jawaban
B.5.a Lembar Observasi
B.5.b Rekapan Hasil Observasi
B.6.a Deskripsi Angket untuk Mahasiswa
B.6.b Rekapan Hasil Angket Mahasiswa
Analisis Soal Pretes
C.1 Analisis Indeks Kesukaran
C.2 Analisis Daya Pembeda
C.3 Analisis Reliabilitas
Rekapitulasi Data
D.1 Rekapitulasi Data Pretes dan Postes Mahasiswa
D.1.a Rekapitulasi Nilai Pretes dan Postes
D.1.b Jumlah Mahasiswa berdasarkan Kategori Jawaban
D.1.c Analisis Gain Ternormalisasi
D.1.d Nilai Pretes, Postes dan N-Gain berdasarkan
Indikator Kemampuan Eksplanasi Pedagogik
D.2 Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Guru
D.2.a Rekapitulasi Nilai Tes Awal dan Tes akhir
D.2.b Jumlah Guru berdasarkan Kategori Jawaban
D.2.c Analisis Gain Ternormalisasi
D.2.d Nilai Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain berdasarkan
Indikator Kemampuan Eksplanasi Pedagogik
Pengolahan Data
E.1 Uji Normalitas
E.2 Uji Homogenitas
E.3 Uji Signifikansi
Surat Keterangan dan Daftar Hadir
F.1 Surat Ijin Penelitian
F.2 Surat Keterangan Telah Penelitian
F.3 Daftar Hadir Mahasiswa
Penelitian dalam Gambar

xi
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

93
94
95
99
100
101
102
103
104
106
107
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
122
122
122
123
124
125
126
127
128
129
130
134
135

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai upaya mereformasi program persiapan guru telah dikembangkan
dalam rangka membangun profesionalisasi guru. Hal ini ditandai dengan
diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen yang pada pasal 10 ayat 1 diuraikan bahwa guru wajib
memiliki

empat

kompetensi,

yakni

kompetensi

pedagogik,

kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Dalam praktek
pembelajaran, upaya membangun profesionalisasi guru telah dikonseptualisasikan
oleh Shulman (1987), yang memfokuskan pada peranan pengetahuan materi
subyek dalam pengajaran melalui berbagai kategori dengan mengajukannya
sebagai basis pengetahuan untuk mengajar. Sumber lain, Thoren (dalam Farida,
2009) mengungkapkan empat basis pengetahuan untuk mengajar, yakni:
1) Pengetahuan materi subyek (subject-matter knowledge); 2) Pengetahuan
pedagogi umum (general pedagogical knowledge); 3) Pedagogi pengetahuan
konten (pedagogical content knowledge – PCK); dan 4) Pengetahuan terhadap
konteks (knowledge of context).
PCK merupakan hasil amalgansi pengetahuan materi subyek dengan
pengetahuan pedagogi umum, dan merupakan bentuk representasi dari materi
subyek (Shulman 1987). Sementara itu, De Miranda (2008) menggambarkan PCK
sebagai pengetahuan dari tiga pengetahuan mendasar yang menyatu dalam praktek
1
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2

mengajar guru, yakni: 1) Pengetahuan materi subyek; 2) Pengetahuan pedagogi;
dan 3) Pengetahuan terhadap konteks. Jadi guru dituntut untuk mampu
mengorganisasi pengetahuan struktur konten materi subyeknya dan dapat
mengintegrasikan kemampuan tersebut dengan pengetahuan konten pedagogi.
Interaksi kedua pengetahuan tersebut nampak dari cara guru menggunakan
representasi dalam memberikan eksplanasi (Dahar dan Siregar, 2000).
Salah satu bentuk keterampilan PCK adalah mentransformasi eksplanasi
(transforming explanation) yang menghubungkan pengetahuan pebelajar dengan
pengalaman sebelumnya. Transforming explanation pada pembelajaran kimia
dikategorikan ke dalam bentuk pedagogical chemical knowledge tingkat dua
(PChK-2). Bond-Robinson (2005) mendefinisikan bahwa:
“PChK-2 represents devising or generating transforming
explanations connected to the students' knowledge and previous
experiences. A 'transforming explanation' is defined as a
discipline-specific illustration of how people in that discipline
think about a disciplinary process, which is linked by the
explanation to students' thinking about that same disciplinaryrelated process”.
Kemampuan eksplanasi merupakan bagian penting dari PCK. De Jong,
et al (2005), dalam penelitiannya menemukan bahwa PCK calon guru
berkembang dan menjadi lebih terstruktur setelah mereka menganalisis dan
mendiskusikan bagian-bagian dari buku teks kimia. Calon guru memberi uraian
dengan mengusulkan suatu eksplanasi umum untuk berbagai kesulitan
pembelajaran. Pemikiran bersifat eksplanasi ini dapat mendorong suatu perluasan
penting dari PCK calon guru.

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3

Beberapa penelitian lain lebih fokus pada pengembangan materi dan
kompetensi pedagogi yang dimiliki oleh guru. Sebagai contoh, Mulyono (2009)
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi
pedagogik dan tingkat kompetensi profesional guru fisika SMP terhadap hasil
belajar siswa. Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru merupakan
dua variabel penting dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa. Selanjutnya,
sejalan dengan pedagogi materi subyek, yaitu dalam mengembangkan materi,
guru menggunakan motif informing, eliciting, dan directing yang mempunyai
hubungan hierarkis dengan tindakan pedagogi dan keterampilan intelektual
(Derajat, 2000). Sementara yang berkaitan dengan pengembangan materi, Mahrun
(2000) mengemukakan bahwa struktur pengajaran guru melalui pengembangan
materi menunjukkan hasil yang cukup baik berdasarkan kriteria mudah dijangkau,
dan pengajaran guru berdampak meningkatkan hasil belajar siswa.
Meskipun demikian, untuk dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas
yang kondusif agar proses belajar mengajar berlangsung sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, guru harus bijaksana dalam menentukan model pembelajaran
yang sesuai (Trianto, 2007). Selanjutnya, Trianto mengemukakan bahwa ada
enam model pembelajaran inovatif dan konstruktif, yakni: 1) model pengajaran
langsung, 2) pembelajaran kooperatif, 3) pengajaran berdasarkan masalah,
4) pengajaran dan pembelajaran kontekstual, 5) pembelajaran model diskusi, dan
6) model pembelajaran inkuiri.
Sumber lain mengemukakan bahwa model mengajar dapat dikelompokkan
dalam empat rumpun model, yakni: 1) model pemrosesan informasi, 2) model
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4

personal, 3) model interaksi sosial, dan 4) model perilaku (Joyce, et al, 2009).
Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa:
“ada begitu banyak model pengajaran, sebagian ada yang hanya
bisa diterapkan untuk satu atau dua tujuan, sebagian lagi ada yang
bisa diterapkan untuk tujuan yang lebih besar, dan sebagian lain
ada yang benar-benar sesuai untuk tujuan-tujuan tertentu”.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa setiap model memiliki keunggulan
tersendiri dan tidak ada satu pun model pengajaran yang bisa menggantikan model
pengajaran lain pada satu waktu.
Keseluruhan kajian menunjukkan bahwa model pembelajaran lebih
berfokus pada aktivitas yang membina keterampilan serta isi pelajaran, hubungan
antar pribadi, energi kelompok, dan perubahan tingkah laku. Dalam hal ini, aspek
struktur konten materi dan pengembangan kemampuan eksplanasi pedagogik
masih belum menjadi fokus penelitian dan pengembangan pendidikan. Oleh
karena itu, penelitian tentang pengembangan model pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan eksplanasi pedagogik serta dapat meningkatkan
penguasaan konsep bagi guru dan mahasiswa calon guru perlu diinisiasi.
Dalam kurikulum pendidikan calon guru kimia, mata kuliah Kimia Fisika
II merupakan bagian dari bidang Kimia Fisika yang membahas tentang kinetika
yang melingkupi suatu reaksi kimia. Secara umum, pembelajaran Kimia Fisika II
bertujuan untuk membekali mahasiswa tentang konsep dan prinsip dasar
kinetika kimia termasuk di dalamnya interpretasi mekanisme reaksi kimia dan
katalis

serta

memiliki

kemampuan

untuk

mempresentasikan dan

memberikan argumentasi secara jelas dan benar dalam bidang kimia. Menurut
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5

Sudiono (2007), mata kuliah ini bersifat dinamik dan interdisipliner. Dinamik
dalam arti bahwa konsep, metode, dan teknik yang digunakan dalam mengolah
dan mendapatkan data selalu berkembang dari waktu ke waktu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bersifat interdisipliner dalam arti
kemajuan tentang ruang lingkup kinetika suatu reaksi kimia didukung oleh
perkembangan ilmu-ilmu lain, baik dalam lingkup Kimia, maupun bidang lain
seperti Fisika, Matematika, dan Komputer.
Salah satu pokok bahasan dalam Kinetika Kimia yang dalam penelitian ini
dijadikan sebagai materi kajian adalah pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
Pemilihan topik ini didasarkan atas beberapa pertimbangan;

Pertama,

sebagaimana materi kimia pada umumnya, karakterisitik materi ini bersifat
abstrak dan kompleks, sehingga pembelajaran cenderung akan bersifat hafalan
jika dalam prosesnya hanya berdasarkan penjelasan ilmiah yang terdapat dalam
buku teks serta menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Kedua, materi ini
membutuhkan pemahaman yang sistematis tentang empirisme Arrhenius, teori
tumbukan, dan teori keadaan teraktifkan (Masel, 2001). Ketiga, topik ini
merupakan salah satu materi kimia yang diajarkan pada jenjang SMA atau yang
setara, sehingga perlu membekali mahasiswa sebagai calon guru dengan
kemampuan eksplanasi pedagogik.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, maka model pembelajaran
yang dikembangkan melalui penelitian ini diterapkan dalam mata kuliah Kinetika
Kimia pada materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah model
pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi
pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada
guru dan mahasiswa calon guru kimia?".
Rumusan masalah tersebut secara rinci dapat dinyatakan dalam beberapa
pertanyaan berikut:
1. Model pembelajaran yang bagaimana yang dapat mengembangkan kemampuan
eksplanasi pedagogik pada materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
2. Bagaimana model pembelajaran yang dikembangkan berperan terhadap
peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep
pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada mahasiswa setelah pembelajaran?
3. Bagaimana model pembelajaran yang dikembangkan berperan terhadap
peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep
pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada guru setelah pelatihan?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, secara umum tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Memperoleh model pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan
eksplanasi pedagogik pada konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi.

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7

2. Menganalisis dampak penerapan model pembelajaran terhadap kemampuan
eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju
reaksi pada mahasiswa calon guru kimia.
3. Menganalisis dampak penerapan model pembelajaran terhadap kemampuan
eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju
reaksi pada guru kimia.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat diantaranya:
1. Menghasilkan model pembelajaran yang dapat menuntun mahasiswa sebagai
calon guru sehingga mampu melakukan eksplanasi pedagogik, dan diharapkan
dapat meningkatkan penguasaan konsepnya pada materi pengaruh suhu
terhadap laju reaksi.
2. Bagi dosen, sebagai bahan untuk memperoleh gambaran pengembangan model
pembelajaran pada materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan sebagai
bahan perbandingan pengembangan pembelajaran pada materi kimia lainnya.
3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi serta bahan perbandingan mengembangkan
proses pembelajaran pada materi kimia lainnya.

E. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang
diharapkan, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal berikut:

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8

1. Model pembelajaran berbasis struktur materi dikembangkan berdasarkan pada
materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
2. Dampak penerapan model dalam pembelajaran diobservasi pada mahasiswa
calon guru tingkat dua (yang memprogram mata kuliah kinetika kimia).

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa hal berikut:
1. Kemampuan

eksplanasi

pedagogik

merupakan

kemampuan

membuat

eksplanasi mengenai konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi dengan
menggunakan hukum, proposisi, dan teori yang diperuntukkan khusus dalam
pembelajaran.
2. Indikator

yang

digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

eksplanasi

pedagogik meliputi kejelasan konsep, pemahaman mendalam, membangun
konten pada komponen kunci, membangun hubungan dan struktur, dan
pengetahuan strategi mengajar.
3. Kemampuan eksplanasi pedagogik dinilai berdasarkan lima kategori jawaban,
meliputi benar dan lengkap (skor 4), benar tetapi kurang lengkap (skor 3),
kurang lengkap (skor 2), sebagian besar salah (skor 1), dan tidak ada konsep
(skor 0).
4. Model pembelajaran berbasis struktur konten (PBSK) pengaruh suhu
terhadap laju reaksi adalah model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan struktur materi yang berorientasi pada pengembangan kemampuan
eksplanasi pedagogik dan peguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

9

reaksi, yang menunjukkan hubungan antara kontinum urutan pembelajaran
dengan kontinum hierarki materi.

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan
model pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Ekawarna,
2007), yakni 4D-Models (Define, Design, Develop, and Disseminate). Keempat D
dalam 4D-Models merupakan tahap-tahap atau sintak dalam pengembangan
perangkat pembelajaran pada penelitian ini.
Tahapan define dilakukan untuk menyusun rancangan awal dan dilakukan
melalui studi literatur (studi literatur bahan kajian, studi literatur pengembangan
materi subyek, studi literatur tentang penguasaan konsep, dan studi literatur
kemampuan eksplanasi) dan analisis materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi,
serta analisis tentang hubungan pengembangan model pembelajaran, penguasaan
konsep, dan kemampuan eksplanasi pedagogik. Tahap design dilakukan dengan
cara merancang materi pembelajaran (pengembangan materi subyek pada konsep
pengaruh suhu terhadap laju reaksi) serta merancang model pembelajaran. Pada
tahap ini juga dilakukan penyusunan instrumen penelitian (pembuatan soal tes,
lembar observasi, dan angket), serta validasinya. Tahap develop dilakukan dengan
cara mengimplementasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang telah
divalidasi pada mahasiswa calon guru. Tahap Disseminate dilakukan untuk
menguji keampuhan model pembelajaran yang telah dihasilkan, dengan cara
menerapkannya pada guru-guru kimia.

39
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

40

Desain yang akan digunakan pada tahap develop dalam penelitian ini
adalah weak eksperimen dengan desain One-Groups Pretest-Posttest Design.
Desain dapat digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Eksperimen

O

X

O1

Keterangan:
O = Tes awal
O1 = Tes akhir setelah perlakuan
X = Perlakuan, berupa pembelajaran dengan model PBSK pengaruh suhu terhadap
laju reaksi.

B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Mahasiswa semester empat tahun ajaran 2010/2011, Jurusan Pendidikan Kimia
pada Fakultas Pendidikan MIPA Universitas Pendidikan Indonesia, sebanyak
satu kelas yang berjumlah 50 orang.
2. Guru mata pelajaran kimia SMA dan MA di Kabupaten Majalengka Provinsi
Jawa Barat yang berasal dari empat sekolah sebanyak enam orang.
C. Pelaksanaan Penelitian
Studi literatur pengembangan model PBSK dilaksanakan sejak bulan
Maret 2010 sampai dengan Maret 2011. Pelaksanaan penerapan model PBSK
pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada mahasiswa berlangsung dari tanggal 22
Maret sampai dengan 5 April 2011, sedangkan pada guru-guru kimia dilaksanakan
tanggal 3 – 9 Mei 2011.
D. Prosedur Penelitian

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

41

Untuk memudahkan pelaksanaan, maka prosedur penelitian dibuat dalam
bentuk bagan alur, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Studi Pendahuluan
D
E
F
I
N
E

Studi Literatur
Pengembangan
Model Pembelajaran

Studi Literatur
Bahan Kajian

Analisis Materi
Pengaruh Suhu terhadap
Laju Reaksi

Studi Literatur
Eksplanasi Pedagogik

Analisis Hubungan Model Pembelajaran,
Penguasaan Konsep, dan Kemampuan
Eksplanasi Pedagogik

Perumusan Model Pembelajaran

D
E
S
I
G
N

Pembuatan Soal,
Lembar Observasi, dan Angket
Soal Tes

Perumusan Model PBSK
Pengaruh Suhu terhadap Laju
Reaksi

Angket dan Lembar Observasi
Uji Coba
Validasi Instrumen

Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi yang Tervalidasi
Pretest
D
E
V
E
L
O
P

MAHASISWA

Pembelajaran dengan Model PBSK
Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Observasi

Postest

Angket

Analisis Data
Model PBSK Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi yang Teruji

D
I
S
S
E
M
I
N
A
T
E

Studi Literatur tentang
Penguasaan konsep

Tes Awal

GURU

Pelatihan Penerapan Model PBSK
Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Tes Akhir
Analisis Data

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kesimpulan

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

42

E. Instrumen Penelitian
Untuk keperluan pengumpulan data, dalam penelitian ini digunakan
instrumen berupa tes penguasaan konsep dan kemampuan eksplanasi pedagogik,
lembar observasi, dan angket.
1. Tes
Tes ini akan dikonstruksi dalam bentuk tes esai. Tes ini dilakukan dua kali,
yaitu pretes pada saat sebelum konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi
diajarkan, dengan tujuan untuk melihat kemampuan awal mahasiswa terhadap
konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi, dan postes setelah pembelajaran
pengaruh suhu terhadap laju reaksi dilaksanakan, yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep mahasiswa sebagai
hasil implementasi model PBSK.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan eksplanasi
pedagogik meliputi; kejelasan konsep, pemahaman mendalam, membangun
konten pada komponen kunci, membangun hubungan dan struktur, dan
pengetahuan strategi mengajar. Lembar tes untuk mahasiswa dapat dilihat pada
Lampiran B.1 (untuk pretes), dan Lampiran B.2 (untuk postes), sedangkan tes
untuk guru pada Lampiran B.3.
Pemberian skor terhadap jawaban tes tersebut dikaitkan dengan kategori
jawaban serta kriterianya sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2.

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

43

Tabel 3.2 Kategori, skor dan kriteria jawaban
No Kategori jawaban
1

Benar dan lengkap

Skor Kriteria
4

jika jawaban yang diberikan secara substansi benar
dan lengkap.

2

Benar tetapi kurang

3

lengkap
3

Kurang lengkap

jika

jawaban

yang

diberikan

benar

tetapi

mengandung satu kesalahan signifikan.
2

jika jawaban sebagian benar dengan lebih dari satu
kesalahan signifikan.

4

Sebagian besar

1

salah
5

Tidak ada konsep

jika jawaban sebagian besar tidak lengkap dengan
hanya satu argumen yang benar.

0

jika secara keseluruhan jawaban tidak benar atau
tidak memberikan jawaban.

Hasil tes ini dihitung gain ternormalisasinya dan digunakan untuk
melihat peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep
pengaruh suhu terhadap laju reaksi sebagai efek penggunaan model PBSK.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan panduan dalam melakukan observasi
terhadap aktivitas dosen dan mahasiswa. Observasi digunakan untuk
mengetahui keterlaksanaan model PBSK dalam proses pembelajaran konsep
pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Lembar observasi yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan pada Lampiran B.5.a. Hasil observasi ini dihitung
persentase item-item yang terlaksanakan dan yang tidak terlaksanakan dalam
tahapan model PBSK.
3. Angket

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

44

Angket

digunakan

pada

tahap

develop

untuk

mengetahui

tanggapan mahasiswa terhadap model PBSK, termasuk kesulitan-kesulitan
yang dialami mahasiswa. Setiap mahasiswa diminta untuk menjawab pernyataan
dengan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS), seperti disajikan pada Lampiran B.6.a. Seluruh item angket dalam
penelitian ini merupakan pernyataan positif, sehingga pemberian skor dikaitkan
dengan nilai, SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1(Ruseffendi, 1998).
F. Analisis dan Pengolahan Data
1. Analisis
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes
yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi, daya
pembeda yang baik, dan indeks kesukaran yang layak. Untuk mengetahui
karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan
validasi, analisis indeks kesukaran soal, daya pembeda, dan reliabilitas. Analisis
setiap bagian dijabarkan sebagai berikut:
a. Validitas Butir Soal
Validitas instrumen adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes
mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2008). Jadi validitas digunakan
untuk mengetahui ketepatan apa yang hendak diukur dari tes yang telah dibuat.
Validitas isi dilakukan dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan
materi

(Sugiyono,

membandingkan

2010).

antara

isi

Selain

itu,

instrumen

dilakukan
dengan

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pula

validasi

rancangan

model

dengan
yang

45

dikembangkan. Validasi dilakukan oleh dua orang dosen pembimbing, dan
instrumen dinyatakan valid untuk mengukur kemampuan eksplanasi pedagogik
dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
b. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran (difficulty index) adalah bilangan yang menunjukkan sukar
dan mudahnya sesuatu soal (Arikunto, 2003). Besarnya indeks kesukaran antara
0,00 sampai dengan 1,0. Semakin kecil indeks kesukaran, maka soal tersebut
semakin sukar. Indeks kesukaran diberi simbol "P".
Besarnya indeks kesukaran soal berbentuk uraian atau esai, menggunakan
rumus (Karno To, 1996):

�=

Keterangan:

� +�
X 100% … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.1)
� +�

P = indeks kesukaran butir soal
SA = jumlah skor kelompok atas
SB = jumlah skor kelompok bawah
IA = jumlah skor ideal kelompok atas
IB = jumlah skor ideal kelompok bawah
Ketentuan kriteria indeks kesukaran butir soal sebagaimana tercantum
dalam Tabel 3.3 (Karno To, 1996).
Tabel 3.3 Kriteria indeks kesukaran
Indeks Kesukaran
0,00 - 0,15
0,16 - 0,30
0,31 - 0,70
0,71 - 0,85
0,86 - 1,00

Kriteria Indeks Kesukaran
Sangat sukar, sebaiknya dibuang
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat mudah, sebaiknya dibuang

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

46

Data yang digunakan untuk keperluan analisis indeks kesukaran dan daya
pembeda ditunjukkan dengan distribusi data dalam kelompok atas dan kelompok
bawah, seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Distribusi data pada kelompok atas dan kelompok bawah

1a

1b

Kelompok Atas
No. Soal
2
3
4
5

1

2

1

2

2

1

2

1

2

1

1

2

0

2

0

2

0

2

3

0

2

3

3

4

2

1

0

0

1

1

1

1

1

2

3

3

1

2

3

3

4

1

1

1

0

2

2

0

1

1

1

4

1

1

2

3

2

3

1

2

1

0

3

0

1

1

0

1

5

2

3

3

3

3

2

2

2

0

1

1

1

0

1

2

1

6

2

0

3

3

2

2

1

1

1

0

2

1

1

2

0

1

7

3

2

3

3

2

1

1

1

1

1

0

2

0

0

1

1

8

3

4

3

3

2

4

1

2

2

0

1

2

0

1

1

1

9

3

2

1

1

2

2

2

2

1

1

1

2

1

0

1

1

10

2

2

3

3

1

2

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

11

2

1

3

3

1

0

1

2

3

1

1

1

1

0

0

1

12

4

2

2

2

2

1

1

1

1

0

0

1

1

4

0

1

13

4

3

1

3

0

1

1

1

1

1

0

2

0

1

1

1

14

2

1

2

3

0

4

1

1

3

2

1

3

0

0

0

0

36

23

32

38

24

32

17

20

17

16

19

9

13

11

13

No

Σ

6

7

1a

Kelompok Bawah
No. Soal
2
3
4
5
1b

6

7

9

Berdasarkan Tabel 3.4, maka indeks kesukaran dapat dihitung dengan
menggunakan Rumus 3.1. Berikut diuraikan contoh perhitungan indeks kesukaran
pada butir soal nomor satu:
Diketahui:
SA = 36; SB = 17; IA = 56; dan IB = 56

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

47

�=

36 + 17
= 0,473
56 + 56
Dengan cara yang sama, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal dan

hasilnya dirangkum pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil analisis indeks kesukaran butir soal kemampuan eksplanasi
pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi
No. Soal

P

Kriteria

Keterangan

0,473
0,286

sedang
sukar

dipakai
dipakai

2

0,429

sedang

dipakai

3

0,509

sedang

dipakai

4
5

0,295
0,402

sukar
sedang

dipakai
dipakai

6

0,250

sukar

dipakai

7

0,295

sukar

dipakai

1

a.
b.

c. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan antara mahasiswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
mahasiswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda diberi simbol "D".
Daya pembeda untuk soal esai, menggunakan rumus: (Karno To, 1996)
�=

Keterangan:

� −�


X 100%

……………………………............... (3.2)

D = daya pembeda butir soal tertentu
SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA = jumlah skor maksimum salah satu kelompok pada butir soal yang diolah
Kriteria daya pembeda ditunjukkan pada Tabel 3.6.

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

48

Tabel 3.6 Kriteria daya pembeda
Indeks Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda

Negatif < 0,09
0,10 - 0,19
0,20 - 0,29
0,30 - 0,49
0,50 - ke atas

Sangat buruk, harus dibuang
Buruk, sebaiknya dibuang
Agak baik atau cukup
Baik
Sangat baik

Berdasarkan Tabel 3.3 dan Rumus 3.2, maka harga D butir soal
kemampuan eksplanasi pedagogik dan penguasaan konsep pengaruh suhu
terhadap laju reaksi dapat dihitung. Contoh perhitungan untuk butir soal nomor
satu sebagai berikut:
�=

36 −17
56

= 0,339

Selanjutnya nilai D untuk butir soal lainnya dirangkum pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Hasil analisis daya pembeda soal kemampuan eksplanasi pedagogik dan
penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi
No. Soal
1 a.
b.
2
3
4
5
6
7

Daya Pembeda

Kriteria

0,339
0,250
0,286
0,339
0,268
0,339
0,107
0,125

baik
cukup
cukup
baik
cukup
baik
buruk (diperbaiki)
buruk (diperbaiki)

d. Reliabilitas
Untuk mengetahui keterandalan (keajegan) atau ketetapan dari tes yang
telah dibuat dilakukan penghitungan reliabilitas. Instrumen dikatakan reliabel, jika
mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur
(Sukardi, 2008).

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

49

Reliabilitas soal dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
Alpha: (Arikunto, 2003)
r11 =

1−

−1

Óó� 2
ó� 2

………………..………………………… (3.3)

Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
∑σі² = jumlah varian skor tiap-tiap item
σі² = varian total
Varian skor tiap butir soal dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2003)

��� 2 =





2

(� � )2





… … … … … … … … … … … . . … … … … … (3.4)

Sedangkan varian total dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2003)

�� 2 =



2

(� )2





………………………………………………

(3.5)

Kriteria tingkat reliabilitas ditunjukkan dalam Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kategori reliabilitas butir soal
Rentang Skor

Kriteria

0,80 < r₁₁ ≤ 1,00

sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < r₁₁ ≤ 0,80

tinggi (baik)

0,40 < r₁₁ ≤ 0,60

cukup (sedang)

0,20 < r₁₁ ≤ 0,40

rendah (kurang)

r₁₁ ≤ 0,20

sangat rendah (sangat kurang)

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas tes r11
sebesar 0,849 termasuk kategori sangat tinggi. Dengan demikian, instrumen
penelitian ini reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

50

2. Pengolahan Data
Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan cara statistik. Data
primer hasil tes mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran akan dianalisis
serta membandingkan skor pretes dan postes. Hal yang sama dilakukan pada data
primer hasil tes guru sebelum dan sesudah pelatihan.
Pengolahan dan analisis data penelitian akan menggunakan uji statistik
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi
Untuk menghitung skor rata-rata dan standar deviasi digunakan rumus
rata-rata:
̄=

��


…….……………......................................................... (3.6)

Sedangkan rumus standar deviasi:
S =

∑( � − )²
�−1

…………………………………..……………. (3.7)

Keterangan:
x̄ = nilai rata-rata
xi = skor item ke-i
N = jumlah subjek sampel
b. Menghitung Skor Gain yang Dinormalisasi
Peningkatan penguasaan konsep pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan
kemampuan eksplanasi mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran yang
dikembangkan dihitung berdasarkan skor gain ternormalisasi. Peningkatan yang

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

51

terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor
(N-Gain) yang dikembangkan oleh Hake (1999) dengan rumus:

=



−�

…………………………………..………… (3.8)

� �� −�

Keterangan:
Spost = skor tes akhir
Spre = skor tes awal
Smaks = skor maksimum
Kriteria tingkat N-Gain ditunjukkan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kriteria tingkat N-Gain
Rentang

Kriteria

g ≥ 0,7

tinggi

0,3 ≤ g < 0,7

sedang

g < 0,3

rendah

c. Uji Normalitas Distribusi N-Gain
Untuk menguji normalitas sampel digunakan rumus (Sugiyono, 2010):

�² =
Keterangan:


�=1

(



)2

… … … … … … … … … … … … … … .. (3.9)

fo = frekuensi dari data
fe = frekuensi yang diharapkan
k = banyak kelas
Distribusi dengan Rumus 3.9 adalah distribusi χ² (chi-kuadrat) dengan
derajat kebebasan (k-1). Menurut tabel chi-kuadrat dengan α = 0,05 dan derajat
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

52

kebebasan (k-1), akan diperoleh nilai χ²tabel tertentu. Selanjutnya dengan
menggunakan perhitungan berdasarkan rumus 3.9, diperoleh χ²hitung sebesar 2,73.
Sedangkan χ²tabel dengan α = 0,05 dan df = 5 adalah 11,07. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E. Dengan demikian χ²tabel > χ²hitung
maka dapat disimpulkan bahwa sampel data berdistribusi normal (Minium, et al,
1993).

d. Uji Homogenitas Varian
Untuk menguji homogenitas varian digunakan rumus (Sudjana, 2002):
�=

�1 2

�2 2

………………………………………….……..… (3.10)

Keterangan:
S12 = varian terbesar
S22 = varian terkecil
Jika F ≥ Fα Вdf1, df2Г dengan Fα Вdf1, df2Г

didapat

dari

daftar distribusi

F

dengan peluang α dan derajat kebebasan df1 untuk pembilang dan df2 untuk
penyebut dalam Rumus 3.10, maka tolak Ho dan diterima H1 (Sudjana, 2002).
Berdasarkan data penelitian diperoleh varian terbesar (S²pretes) sebesar
12,82 dan varian terkecil (S²postes) sebesar 8,12, sehingga:
12,8

Fhitung = 8,12 = 1,58
Nilai ini dibandingkan dengan Ftabel, yaitu F0,05 В49,

49Г

yang diperoleh dari hasil

ekstrapolasi sebesar 1,59. Karena Fhitung < Ftabel, maka Fhitung terdapat di daerah
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

53

penerimaan Ho, sehingga dapat disimpulkan bahwa varian pretes dan postes tidak
berbeda atau homogen.
e. Uji Signifikansi
Hasil uji menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen.
Sehingga untuk mencari perbedaan yang signifikan antara peningkatan N-gain,
digunakan statistik parametrik (uji–t) dengan rumus (Sudjana, 2002):

=

̄ ̄ ̄1 − ̄ 2
1

1

+

1
2

… … … … … … … … … … … … … … … … … . ..
dengan

2

=

1 −1

1
1

Keterangan:
x̄1 = skor rata-rata postes
x̄2 = skor rata-rata pretes;
s1 = standar deviasi postes
s2 = standar deviasi pretes
n1= banyaknya sampel pada postes
n2= banyaknya sampel pada pretes

2

+

2 −1

2

(3.11)

2

+ 2− 2

Kriteria pengujian adalah didapat dari daftar distribusi t-Student dengan
df = n1 + n2 – 2 dan peluang (1- α), dimana tolak H1 jika t < t1-α, dan terima H1
untuk harga-harga lainnya (Minium, et al, 1993).

Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan pada penelitian ini,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Model PBSK adalah model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
struktur materi yang berorientasi pada pengembangan kemampuan eksplanasi
pedagogik dan penguasaan konsep, yang didalamnya terdapat hubungan antara
kontinum urutan pembelajaran dengan kontinum hierarki materi.
2. Penerapan model PBSK pengaruh suhu terhadap laju reaksi dalam pembelajaran
secara umum dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi pedagogik dan
penguasaan konsep

bagi

mahasiswa.

Kemampuan eksplanasi

pedagogik

mahasiswa meningkat pada semua indikator, dengan peningkatan tertinggi pada
indikator kejelasan konsep, dan terendah pada indikator pengetahuan strategi
mengajar.
3. Penerapan model PBSK pengaruh suhu terhadap laju reaksi dalam pelatihan pada
guru-guru

menunjukkan peningkatan kemampuan eksplanasi pedagogik dan

penguasaan konsep bagi guru kimia secara keseluruhan. Kemampuan eksplanasi
pedagogik guru meningkat pada semua indikator, dengan peningkatan tertinggi

87
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

88

pada indikator pemahaman mendalam dan peningkatan terendah pada indikator
pengetahuan strategi mengajar.
B. Saran
Berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini, maka terdapat beberapa
hal yang dapat disarankan, yaitu:
1. Bila pembelajaran diorientasikan kepada pengembangan kemampuan eksplanasi
pedagogik dan penguasaan konsep, maka disarankan untuk merancang
pembelajaran berdasarkan pada model PBSK.
2. Pembelajaran dengan model PBSK sebaiknya diterapkan pada mahasiswa tingkat
tiga ke atas atau yang telah mempelajari materi-materi pendidikan, khususnya
mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Kimia (PPK) agar dapat melihat
dampaknya terhadap pengetahuan strategi mengajar mahasiswa calon guru.
3. Model PBSK perlu dikembangkan pada konsep lain dan/atau pembelajaran materi
lain dalam kurikulum pendidikan calon guru.
4. Pelatihan penerapan model PBSK pada guru-guru kimia perlu dilakukan dalam
upaya penyegaran konsep serta menambah wawasan guru mengenai strategistrategi mengajar.
5. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang implikasi model PBSK terhadap
pembelajaran bagi calon guru serta pelatihan bagi guru-guru secara longitudinal.
6. Perlu pengujian lebih lanjut terhadap tahapan pengembangan model PBSK.
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta.
Bumi Aksara.
Bell, D. L., et al., 2007. Content Knowledge for Teaching. Journal of Teacher
Education: August 15.
Bond-Robinson, J., 2005. Identifying Pedagogical Content Knowledge (PCK) in
Chemistry Laboratory. Chemistry Education Research and Practice, 2005.
6 (2), 83-103.
Bucat, R., 2005. Implications of Chemistry Education Research for Teaching
Practice: Pedagogical Content Knowledge as A Way Forward. Chemical
Education International, Vol. 6, No. 1, 2005.
Budiningsih, A., 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Chang, R., 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti: Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Chick, H.L., dan Harris, K., 2007. Pedagogical Content Knowledge and the Use of
Examples
for
Teaching
Ratio.
AARE,
Fremantle.
.
Dahar, R.W., 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.
Dahar, R.W., & Siregar, N., 2000. Pedagogi Materi Subyek. Dasar-Dasar
Pengembangan PBM. Bandung. Sekolah Pascasarjana UPI.
Dahlan, M.D., 1984. Model-Model Mengajar. Bandung. Cv. Diponegoro.
De Jong, O., Van Driel, J.H., dan Verloop, N., 2005. Preservice Teachers’
Pedagogical Content Knowledge of Using Practicle Models in Teaching
Chemistry. Journal of Research in Science Teaching, vol. 42, No. 8, pp.
947-964 (2005).
De Miranda, M.A., 2008. Pedagogical Content Knowledge and Technology Teacher
Education: Issues for thought. Journal of the Japanese Society of
Technology Education, 50 (1) 17-26.
Depdiknas, 2004. Silabus Kurikulum 2004. Jakarta. Dirjen Dikdasmen Direktorat
Menengah.

89
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

90

Derajat, D. W., 2000. Analisis Keterampilan Pedagogi Guru dalam Mengajarkan
Topik Reaksi Reduksi Oksidasi: Studi Kasus di Sebuah Madrasah Aliyah
Negeri. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Dogra, S.K. dan Dogra, S., 2008. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta. UI-Press.
Ekawarna, 2007. Mengembangkan Bahan Ajar Mata Kuliah Permodalan Koperasi
untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa. MAKARA,
Sosial Humaniora, Vol. 11, No. 1, Juni 2007: 90-47.
Farida, I., 2009. Peranan Pedagogi Materi Subyek dalam Mengembangkan
Pengetahuan Konten Guru Sains. [Online]. Tersedia: Versi HTML.
cns!E89AC5FF21631CE2!184.entry.htm. 18 November.
Garritz, A., 2010. Pedagogical Content Knowledge and the Affective domain of
Scholarship of Teaching and Learning. International Journal for the
Scholarship of Teaching and Learning Vol. 4, No. 2 (July 2010).
Hake, R. R., 1999. Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. (Download:
2 Desember 2008).
Hasibuan, J.J., dan Moedjiono, 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Herlanti, Y., 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Science
Education Research. Bogor.
Houston, P.L., 2001. Chemical Kinetics and Reaction Dynamics. New York:
McGraw-Hill Companies,Inc.
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun., E., 2009. Models of Teaching. Edisi Kedelapan
(Edisi Bahasa Indonesia). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Karli, H., dan Hutabarat, O.R., 2007. Implementasi KTSP dalam Model-Model
Pembelajaran. Generasi Info Media.
Karno To, 1996. Mengenal Analisis Tes (Pengenalan Ke Program Komputer ANATEA).
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. FIP IKIP Bandung.
Kneller, G.F., 1971. Introduction to the Philosophy of Education. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Lee, E., dan Luft, J., 2008. Experienced Secondary Science Teacher’s Representation
of Pedagogical Content Knowledge, International Journal of Science
Education.
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

91

Loughran, J., et al, 2006. Understanding and Developing Science Teachers’
Pedagogical Content Knowledge. Rotterdam: Sense Publisher.
Mahrun, J., 2000. Dampak Pengajaran Guru terhadap Hasil Belajar ditinjau dari
Keterampilan Intelektual Siswa pada Topik Suhu dan Kalor. (Studi Kasus
pada Siswa Kelas I SMU Negeri Lembang Kabupaten Bandung). Tesis
Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Marhaeni, A.A.I.N., 2007. Pembelajaran Inovatif dan Asesmen Otentik dalam
Rangka Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Produktif. Makalah
pada Lokakarya Pengusunan Kurikulum dan Pembelajaran Inovatif di
Fakultas Teknologi Pertanian Univesitas Udayana, Denpasar.
Masel, R.I., 2001. Chemical Kinetics and Catalysis. New York: John Wiley &
Sons, Inc.
Menteri Hukum dan HAM RI, 2005. Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kementerian Hukum dan HAM RI
Minium, E.W., et al, 1993. Statistical Reasoning in Psychology and Education. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Mulyono, G., 2009. Tingkat Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Fisika
SMP di Jayapura serta Hubungannya dengan Hasil Belajar Fisika Siswa.
Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Niaz, M., 2005. How to Facilitate Students’ Conceptual Understanding of
Chemistry? –A History and Philosophy of Science Perspective. Chemical
Education International, Vol. 6, No. 1.
Ramdani, Y., 2004. Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa SMU Melalui Penyusunan Peta Konsep. Tesis Magister
pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rolka, K., 2007. The Role of Cognitive Conflict in Belief Change. Proceedings of the
31st Conference of the International Group for the Philosophy of
Mathematics Education, Vol. 4, pp. 121-128.
Ruseffendi, 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP
Bandung Press.
Sadulloh, U., 2007. Filsafat Pendidikan. Bandung: Cipta Utama.
Salam, B., 2002. Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhammad Alim Marhida, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

92

Sanjaya, W., 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setiabudi,

A.,

2008.

Materi

Mata

Kuliah

Kinetika

Kimia.

http//fpmipa.upi.edu/kuliahonline.

Shulman, L.S., (1987). Knowledge and Teaching: Foundations of the New Reform.
Harvard Educational Review. 57, 1–22.
Sudiono, S., 2007. Rencana Program Pembelajaran Semester: Kimia Fisik II.
Jogyakarta. Jurusan Kimia FMIPA UGM.
Sudjana. N., 2002. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, M., 2008. Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sukmadinata, 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma
Karya.
__________, 2006. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suwardjono, 20

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN MODEL MENTAL DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI IKATAN KIMIA

0 19 53

PENGEMBANGAN RANCANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN INKUIRI BERBASIS MODEL PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 10 32

PENGEMBANGAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN APLIKASI KONSEP: STUDI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK BIDANG SAINS DI SEKOLAH DASAR.

0 0 79

PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP.

0 0 36

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA.

0 2 56

PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN.

0 0 82

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 0 91

PENGEMBANGAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN APLIKASI KONSEP : Studi pengembangan model pembelajaran untuk bidang sains di Sekolah Dasar.

0 0 74

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN

0 1 7

MODEL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ETNOSAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 5 6