PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP.

(1)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 6

E. Definisi Operasional 6

BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS MASALAH

DAN IMPLIKSINYA TRERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENGUASAAN KONSEP

9

A. Pembelajaran IPA Terpadu 9

B. Pembelajaran Berbasis Masalah 16

C. Kemampuan Pemecahan Masalah 21

D. Penguasaan Konsep 25

E. Keterkaitan Pembelajaran Berbasis Masalah, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Penguasaan Konsep

27 F. Struktur Makro Materi pada Tema Pengaruh Energi dalam

Kehidupan

29 G. Analisis Kompetensi pada Tema Pengaruh Energi dalam

Kehidupan

31

BAB III METODE PENELITIAN 32

A. Metode dan Desain Penelitian 32

B. Subjek Penelitian 33

C. Instrumen Penelitian 34

D. Prosedur Penelitian 37

E. Alur Penelitian 40

F. Teknik Analisis Data 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52

A. Aktivitas Guru dan Siswa Selama Pembelajaran 52 B. Kemampuan Pemecahan Masalah pada Tema Pengaruh Energi

dalam Kehidupan

60 C. Penguasaan Konsep pada Tema Pengaruh Energi dalam 77


(2)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi Kehidupan

D. Deskripsi Tanggapan Guru dan Siswaterhadap Pembelajaran IPA terpadu Berbasis Masalah

82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 85

A. Kesimpulan 85

B. Saran 86

DAFTAR PUSTAKA 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN: 91

A. Perangkat Pembelajaran 92

B. Alat Pengumpul Data 115

C. Analisis UjicobaInstrumen 190

D. Analisis Hasil Penelitian 219

E. Dokumentasi Penelitian 259


(3)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut BSNP (2006: 377), mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan sebagai sarana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi melalui kegiatan ilmiah sehingga diharapkan memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, diharapkan juga dapat meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Agar mata pelajaran IPA dapat benar-benar berperan seperti demikian, maka pembelajaran IPA harus dikonstruksi sehingga kompetensi-kompetensi tersebut dapat benar-benar terjadi dalam prosesnya.

Hasil pengamatan secara langsung di salah satu SMP Negeri di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA masih menekankan pada proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa sehingga tidak menempatkan siswa sebagai pengkonstruksi


(4)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengetahuan. Di sekolah ini, jarang sekali dilaksanakan kegiatan penyelidikan baik praktikum maupun demonstrasi karena tidak adanya alat sebagai fasilitas penunjang pembelajaran. Oleh karena itu, siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Akibatnya hakikat IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Sehingga siswa masih memandang IPA sebagai pengetahuan yang kurang kontekstual dan tidak bermakna. Siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya.

Hasil analisis terhadap rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kecamatan Cikajang hanya sebesar 52. Berdasarkan analisis soal yang biasa diberikan pada ulangan harian, pada umumnya soal-soal dibuat untuk menguji kemampuan kognitif yang mencakup aspek ingatan dan menerapkan rumus. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa dapat dikatakan masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep siswa diduga ada kaitannya dengan proses pembelajaran yang diterapkan yaitu pembelajaran IPA di sekolah tersebut masih belum sesuai dengan tuntutan kurikulum IPA di SMP. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang terjadi kurang memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari.

Kondisi pembelajaran IPA seperti itu, berkontribusi pada rendahnya literasi sains anak Indonesia. Menurut Programme for International Student

Assesment (PISA) 2009, literasi sains anak Indonesia berada pada rangking 60


(5)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kemendiknas, 2011). Aspek literasi sains yang diukur adalah menggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta-fakta dan membuat keputusan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan, yang meliputi konten, proses, dan konteks sains.

Hasil temuan tersebut, mengindikasikan perlunya siswa Indonesia dibiasakan memperoleh pembelajaran secara utuh. Konten sains harus dikuasai siswa dari penguasaan konsep sains itu sendiri. Sedangkan proses sains harus dibiasakan melalui proses penemuan dalam pembelajaran secara inkuiri melalui proses ilmiah. Untuk konteks aplikasi sains, siswa harus dibiasakan untuk bisa mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di dalam lingkungannya. Hampir dapat dipastikan bahwa banyak siswa di Indonesia tidak mampu mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi di dalam lingkungannya, karena mereka tidak memperoleh pengalaman untuk mengkaitkannya sehingga seolah-olah tidak saling berkaitan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA harus dilaksanakan secara terpadu.

Menurut Depdiknas (2006: 1), pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara terpadu karena melalui pembelajaran IPA terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk mencari, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan


(6)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sisi bidang kajian IPA yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam. Namun demikian karena keterbatasan pemahaman guru, maka selama ini pembelajaran IPA di Indonesia pada tingkat SMP/MTs masih mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang terpisah (fisika, kimia, dan biologi).

Sintaks dalam pembelajaran terpadu dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran (Trianto, 2010: 63). Dalam penelitian ini, sintaks yang digunakan adalah sintaks dalam model pembelajaran berbasis masalah (problem

based learning). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dipandang dapat

membantu dan memfasilitasi siswa dalam menguasai konsep IPA dan berlatih mengembangkan berbagai kecakapan dan keterampilan berpikir diantaranya adalah kemampuan memecahkan masalah. Dalam PBM, siswa diajak untuk mencari solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan dunia nyata secara individu atau kelompok untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan menjadi pembelajaran yang mandiri dan menekankan penggunaan keterampilan-keterampilan berpikir analitis dan kritis (Lee&Sonmez, 2003: 1).

Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada tema pengaruh energi dalam kehidupan. Alasan pemilihan tema tersebut adalah tema pengaruh energi dalam kehidupan sesuai dengan rencana penelitian. Selain itu, materi tema pengaruh energi dalam kehidupan dapat dilihat aplikasinya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari dan saat ini


(7)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

energi menjadi salah satu isu global. Sehingga dengan PBM, siswa akan terbiasa memecahkan masalah yang berkaitan dengan energi yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti memandang perlu adanya pengembangan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa SMP. Dengan prinsip dasar pembelajaran IPA terpadu melalui problem based learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa SMP.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

“Bagaimanakah Dampak Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penguasaan Konsep Siswa SMP?”

Pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP setelah diterapkan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada ketiga seri pembelajaran?

2. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa SMP setelah diterapkan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada ketiga seri pembelajaran?


(8)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada tema pengaruh energi dalam kehidupan serta dampaknya terhadap kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep pada siswa kelas VIII SMP.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi bukti empirik mengenai pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa SMP yang dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan dengan hasil studi ini.

E.Definisi Operasional

1. Pembelajaran IPA terpadu yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran IPA terpadu model keterhubungan (connected) yang menghubungkan satu konsep dengan konsep lain dalam lingkup satu bidang studi IPA. Tema yang diambil adalah pengaruh energi dalam kehidupan. Pada seri pembelajaran I, keterhubungan konsep dari aspek fisika dan kimia. Sedangkan pada seri pembelajaran II, keterhubungan konsep dari aspek fisika


(9)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan biologi. Dan pada seri pembelajaran III, keterhubungan konsep dari aspek fisika dan biologi.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk mencari solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan dunia nyata untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir. PBM meliputi 5 tahap pembelajaran, yaitu tahap orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Untuk mengetahui ketertercapaian penerapan PBM dengan benar, dilihat dari keterlaksanaan tahapan PBM yang telah direncanakan terlaksana dalam pembelajaran, yaitu dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa berupa lembar daftar cek.

3. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menggunakan pengetahuan-pengetahuan dan konsep-konsep pada tema pengaruh energi dalam kehidupan untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan pemecahan masalah yang diteliti adalah model IDEAL Bransford meliputi Identify the

problem (mengidentifikasi masalah); Define the problem

(mendefinisikan/menentukan masalah); Explore possible strategies (mencari kemungkinan strategi/solusi); Act on the strategies (melaksanakan strategi);

Look back and evaluate the effects of your activities (mengkaji kembali dan


(10)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM), yaitu dengan melaksanakan pretest dan posttest dalam tes berbentuk essay.

4. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai tingkatan dimana seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep maupun penerapannya dalam situasi baru. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom meliputi jenjang mengingat (C1),

memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4). Peningkatan

penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep (TPK) yaitu dengan melaksanakan pretest dan posttest dalam bentuk pilihan ganda.


(11)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut (Luhut Panggabean, 1996). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Menurut Sugiyono (2002: 3), variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep.

Penelitian dilaksanakan hanya pada satu kelompok siswa (kelas eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelas kontrol). Metode ini digunakan karena penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa setelah diterapkan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series design yang diilustrasikan oleh Tabel 3.1.


(12)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.1

Desain Penelitian Time Series Design

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen

O11O21

X

O11O21

O12O22 O12O22

O13O23 O13O23

Keterangan:

O11 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Seri I

O21 : Tes Penguasaan Konsep Seri I

O12 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Seri II

O22 : Tes Penguasaan Konsep Seri II

O13 : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Seri III

O23 : Tes Penguasaan Konsep Seri III

X : Perlakuan (treatment)

Dalam penelitian ini, sampel penelitian akan diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa penerapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah sebanyak tiga seri pembelajaran. Pelaksanaan tes awal (pretest) untuk seluruh seri pembelajaran dilakukan di awal, dengan alasan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep. Kemudian diberikan perlakuan berupa penerapan pembelajaran, dan diberi tes akhir (posttest) setiap seri supaya lebih terukur pengaruh dari perlakuan terhadap variabel yang diteliti.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMP kelas VIII di salah satu sekolah di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas siswa kelas VIII. Penentuan sampel


(13)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan yaitu sampel diberikan atas saran guru dan nilai siswa di kelas tersebut lebih rendah dibanding dengan kelas lainnya. Hal itu mengindikasikan penguasaan konsep siswa masih rendah. Sehingga diharapkan setelah diberikan perlakuan, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah meningkat dan berdampak lebih baik pula pada penguasaan konsep siswa.

C. Instrumen Penelitian

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)

Bentuk TKPM yang digunakan pada penelitian ini adalah essay sebanyak dua soal setiap serinya, dengan lima indikator kemampuan pemecahan masalah yang diteliti. Soal TKPM yang digunakan pada pretest dan posttest adalah sama dengan anggapan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah akan benar-benar dilihat dan diukur dengan soal yang sama.

Konsultasi dengan pembimbing dan beberapa dosen ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator kemampuan pemecahan masalah dengan butir soal, aspek bahasa, dan materi. 2. Tes Penguasaan Konsep (TPK)

Bentuk TPK yang digunakan pada penelitian ini adalah pilihan ganda dengan empat pilihan sebanyak sepuluh soal setiap serinya sesuai dengan indikator pembelajaran yang hendak dicapai. Soal TPK yang digunakan pada

pretest dan posttest adalah sama dengan anggapan bahwa peningkatan


(14)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Perancangan butir soal tes penguasaan konsep berpedoman pada taksonomi Bloom yang telah direvisi meliputi jenjang kognitif mengingat (C1),

memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4). Konsultasi dengan

pembimbing dan beberapa dosen ahli dilakukan untuk mendapatkan validitas isi. Aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator penguasaan konsep dengan butir soal, aspek bahasa, dan aspek materi.

3. Lembar Observasi Pembelajaran

Lembar observasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu untuk mengamati sejauh mana tahapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah yang telah direncanakan terlaksana dalam pembelajaran. Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini terbagi dua yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama pembelajaran. Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembar daftar cek. Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pembimbing.

4. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah yang diterapkan dalam penelitian ini. Angket siswa bertujuan untuk mengungkap beberapa hal meliputi: a) tahapan–tahapan dalam model pembelajaran berbasis masalah menjadikan


(15)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih menyenangkan; b) pembelajaran berbasis masalah melatih siswa dalam mengkomunikasikan materi pelajaran; c) pembelajaran berbasis masalah dapat memudahkan siswa memahami konsep.; d) pembelajaran berbasis masalah dapat melatih kemampuan pemecahan masalah siswa; dan e) materi pembelajaran IPA terpadu memudahkan dalam mengaitkan suatu konsep.

Angket tanggapan guru diberikan kepada guru IPA yang kelasnya dipakai sebagai kelas penelitian. Angket guru bertujuan untuk mengetahui: a) tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran; b) perlunya persiapan guru dalam penerapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah; c) tahapan pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi lebih baik dalam penguasaan konsep; d) tahapan pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi siswa dalam melatih kemampuan pemecahan masalah; dan e) pembelajaran IPA terpadu menjadikan suatu konsep lebih bermakna.

Guru dan setiap siswa diminta untuk menjawab pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), atau sangat tidak setuju (STS). Pengkonversian dengan menggunakan skala Likert dengan anggapan bahwa skala tersebut dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai variabel penelitian (Sugiyono, 2012: 134). Kemudian jawabannya akan dikonversi menggunakan 4 titik skala Likert. Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S


(16)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

= 3, TS = 2 dan STS = 1 dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif maka dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4 (Sugiyono, 2012: 135).

Skor dari setiap pernyataan akan dijumlahkan, kemudian dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase pencapaian terhadap skor maksimum. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui persentase tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran dengan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada tema pengaruh energi dalam kehidupan. Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pembimbing.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru dalam buku nilai, dan kendala yang dihadapi guru dan siswa di sekolah. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mengamati pembelajaran, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran, dan menganalisis hasil belajar siswa.

b. Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran IPA Terpadu, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), kemampuan pemecahan masalah, dan penguasaan konsep. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Selain itu, mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk


(17)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kemudian dipergunakan dalam penyusunan indikator-indikator pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Penyusunan RPP serta penyusunan instrumen TKPM dan TPK. Pembuatan RPP ini mengacu pada SK, KD dan indikator yang ingin diteliti.

d. Pertimbangan (judgment) dosen pembimbing dan beberapa dosen ahli terhadap instrumen TKPM dan TPK.

e. Ujicoba instrumen TKPM dan TPK yang dilakukan pada subyek yang pernah mempelajari materi usaha dan energi kelas VIII dan ekosistem kelas VII. Hasil ujicoba tes dianalisis untuk melihat kualitas instrumen tes yang meliputi reliabilitas tes, tingkat kemudahan, dan daya pembeda butir soal dalam tes. f. Penentuan instrumen dan perbaikan instrumen yang akan digunakan sebagai

instrument tes penelitian berdasarkan hasil ujicoba. 2. Tahap penelitian

a. Penjaringan data pretest untuk ketiga seri pembelajaran dilakukan di awal sebelum subjek penelitian diberikan perlakuan. Instrumen tes yang diberikan meliputi TKPM dan TPK tema pengaruh energi dalam kehidupan.

b. Pemberian perlakuan kepada subjek penelitian yaitu penerapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah untuk seri pembelajaran I selama 80 menit (2 jam pelajaran), keterhubungan konsep dari aspek fisika dan kimia. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran, ditinjau oleh dua orang observer melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa. Selanjutnya pada pertemuan berikutnya (keesokan harinya), dilakukan review konsep yang telah dipelajari dan posttest TKPM dan TPK seri I.


(18)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Minggu berikutnya dilakukan pembelajaran seri II, keterhubungan konsep dari aspek fisika dan biologi. Ditinjau oleh observer melalui lembar pengamatan. Keesokan harinya, dilakukan review serta posttest TKPM dan TPK seri II.

d. Selanjutnya dilakukan pembelajaran seri III, keterhubungan konsep dari aspek fisika dan biologi. Ditinjau oleh observer melalui lembar pengamatan. Keesokan harinya, dilakukan review, posttest TKPM dan TPK seri III, pemberian angket siswa, dan wawancara beberapa orang siswa.

3. Tahap Analisis dan Pembahasan

a. Analisis perbedaan rerata pretest dan posttest melalui uji beda rerata. Analisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah dari rerata N-gain (gain yang ternormalisasi) untuk TKPM.

b. Analisis perbedaan rerata pretest dan posttest melalui uji beda rerata. Analisis peningkatan penguasaan konsep dilihat dari rerata N-gain untuk TPK.

c. Pembahasan temuan atau hasil penelitian dengan mempergunakan kajian pustaka yang menunjang.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil temuan dan data statistik. 5. Tahap Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan berdasarkan hasil temuan, analisis, pembahasan, dan kesimpulan. Penyusunan laporan ini dibuat dalam bentuk tesis.


(19)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Alur Penelitian

Untuk memudahkan langkah-langkah penelitian, maka dibuat alur penelitian. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat alur penelitian pada Gambar 3.1 berikut ini:

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Instrumen Penelitian

Ujicoba Instrumen TKPM & TPK

Analisis data dan Pembahasan Kesimpulan

Analisis Standar Isi mata pelajaran IPA SMP, Studi Kepustakaan Pembelajaran IPA Terpadu, Studi Kepustakaan Pembelajaran Berbasis Masalah, Studi Kepustakaan

Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Studi Kepustakaan Penguasaan Konsep

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Penentuan Validitas Isi RPP dan Instrumen Penelitian Ya Tidak Observasi keterlaksanaan Pretest Posttest TKPM&TPK Seri I

Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Seri Pembelajaran I (keterhubungan konsep fisika dan kimia) Seri Pembelajaran II (keterhubungan konsep fisika dan biologi) Seri Pembelajaran III (keterhubungan konsep fisika dan

biologi) Posttest TKPM&TPK Seri II Posttest TKPM&TPK Seri III, angket&wawancara siswa


(20)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu F. Teknik Analisis Data

1. Teknik Uji Coba Instrumen a) Validitas Soal

Validitas tes merupakan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2008: 64).

Untuk mengetahui tingkat validitas soal TPK dan TPKM yang akan digunakan dalam penelitian, dikonsultasikan dengan pembimbing dan judgement tiga dosen ahli.

b) Reliabilitas Tes

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto, 2008: 86).

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen, untuk mengetahui tingkat reliabilitas soal TPK dan TPKM dilakukan pengujian dengan menggunakan Software Anates. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas.

Tabel 3.2

Interpretasi Reliabilitas Tes Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 < r11  1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r11  0,80 Tinggi 0,40 < r11  0,60 Cukup 0,20 < r11  0,40 Rendah 0,00 < r11  0,20 Sangat Rendah


(21)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c) Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar jangkauannya (Arikunto, 2008: 207). Berdasarkan hasil ujicoba instrumen TPK dan TPKM, pengujian tingkat kesukaran soal dengan menggunakan Software Anates.

d) Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai/berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai/berkemampuan rendah (Arikunto, 2008: 211).

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen TPK dan TPKM, pengujian daya pembeda soal dengan menggunakan Software Anates dengan penggolongan kriteria seperti pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai D Kriteria

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali


(22)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis ujicoba instrumen TKPM meliputi uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran menggunakan software anates uraian ver

4.0.5. Hasil analisis instrumen TKPM tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil Analisis Instrumen TKPM Ketiga seri Pembelajaran No.

Soal

Seri I Seri II Seri III

Kesimpulan Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

1. a Sedang Cukup Sedang Baik Sukar Cukup Terpakai 1. b Sedang Baik Sukar Cukup Sedang Baik Terpakai 1. c Sedang Baik Sangat

Sukar

Jelek Sangat Sukar

Cukup terpakai 1. d Sedang Baik Sedang Baik

Sekali

Sangat Mudah

Cukup Terpakai 1. e Sedang Baik Sangat

Sukar

Jelek Sangat Mudah

Baik Terpakai 2. a Sangat

Mudah

Cukup Sangat Sukar

Jelek Sukar Baik Terpakai 2. b Sukar Cukup Sedang Baik

Sekali

Sedang Baik Sekali

Terpakai 2. c Sangat

Mudah

Cukup Sedang Cukup Sukar Cukup Terpakai 2. d Sedang Baik

Sekali

Sedang Baik Sekali

Sukar Baik Terpakai 2. e Sangat

Sukar

Jelek Sangat Sukar

Jelek Sangat Sukar

Jelek Terpakai

Reliabilitas tes TKPM pada seri I yaitu sebesar 0,72 berada pada kategori tinggi, pada seri II sebesar 0,68 berada pada kategori tinggi, dan seri III sebesar 0,82 berada pada kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis ujicoba tersebut soal TKPM untuk tiga seri dipakai semua. Hal itu disebabkan dalam tiap soal, indikator Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) paralel untuk 5 indikator. Sehingga jika dari hasil ujicoba kurang baik dilakukan revisi dalam hal


(23)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keterbacaan ataupun redaksi soal. Adapun distribusi indikator kemampuan pemecahan masalah dari TKPM pada setiap seri dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Distribusi Indikator KPM pada Instrumen TKPM

Indikator KPM No. Soal Jumlah

Mengidentifikasi masalah 1. a dan 2. a 2

Menentukan masalah 1. b dan 2. B 2

Mencari alternatif solusi 1. c dan 2. C 2 Melaksanakan strategi 1. d dan 2. D 2 Mengevaluasi strategi 1. e dan 2. E 2

Analisis ujicoba instrumen TPK meliputi uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran menggunakan software anates pilihan ganda ver 4.0.9.

Hasil analisis instrumen TPK seri I dan III tercantum dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6

Hasil Analisis Ujicoba Instrumen TPK Seri I dan III No.

Soal

Seri I Seri III

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Kesimpulan

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Kesimpulan 1 Sangat

Mudah Cukup Terpakai Mudah Cukup Terpakai

2 Sukar Cukup Terpakai Mudah Cukup Tidak

Terpakai 3 Sedang Negatif Tidak

Terpakai

Sangat

Sukar Negatif

Tidak Terpakai 4 Sangat

Sukar Jelek Terpakai

Sangat

Sukar Jelek Terpakai

5 Sedang Baik Terpakai Sedang Jelek Terpakai

6 Sangat

Sukar Cukup

Tidak

Terpakai Sedang Baik

Tidak Terpakai 7 Sangat

Sukar Jelek

Tidak Terpakai

Sangat

Sukar Jelek

Tidak Terpakai


(24)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu No.

Soal

Seri I Seri III

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Kesimpulan

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Kesimpulan

9 Mudah Baik Tidak

Terpakai Sukar Baik Terpakai 10 Sangat

Mudah Cukup Terpakai Sedang Jelek

Tidak Terpakai 11 Sedang Baik

Sekali Terpakai Sedang Baik Terpakai 12 Sangat

Mudah Cukup

Tidak

Terpakai Mudah Baik Terpakai 13 Sedang Baik

Sekali Terpakai Sedang Baik Terpakai

14 Sukar Cukup Terpakai Sedang Baik

Sekali Terpakai 15 Sangat

Mudah Cukup Terpakai

Sangat

Mudah Cukup Terpakai

Reliabilitas tes instrumen TPK seri I yaitu sebesar 0,54 dan berada pada kategori cukup. Sedangkan reliabilitas tes instrumen TPK seri III sebesar 0,70 dan berada pada kategori tinggi. Berdasarkan data hasil analisis ujicoba instrumen TPK seri I dan III pada Tabel 3.6, terdapat masing-masing lima butir soal TPK yang tidak dipakai. Oleh karena itu, soal TPK yang dipakai pada seri I dan III sebanyak 10 soal. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.

Hasil analisis ujicoba instrumen TPK seri II tercantum dalam Tabel 3.7. Tabel 3.7

Hasil Analisis Ujicoba Instrumen TPK Seri II No.

Soal

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Kesimpulan

1 Sedang Baik sekali Terpakai

2 Sedang Baik Sekali Terpakai

3 Sukar Jelek Terpakai


(25)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu No.

Soal

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Kesimpulan

5 Sedang Baik Sekali Terpakai

6 Sedang Baik Terpakai

7 Mudah Cukup Terpakai

8 Sedang Baik Terpakai

9 Sedang Baik Terpakai

10 Sangat Sukar Jelek Terpakai

Reliabilitas tes instrumen TPK seri II yaitu sebesar 0,50 dan berada pada kategori cukup. Berdasarkan hasil analisis ujicoba instrumen TPK seri II pada Tabel 3.7, soal terpakai semua sebanyak 10 soal.

2. Teknik Pengolahan Data 1) Penskoran

Skor untuk tes penguasaan konsep (TPK) yang diberikan untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban salah adalah 0. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Sedangkan skor untuk tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM), skor penilaian yang diberikan untuk tiap item soal dengan skor maksimum 2 dan skor minimun 0.

2) Menentukan nilai

Menentukan nilai kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa dengan rumus sebagai berikut:

Nilai = Jumlah Skor

Skor Maksimal x 100 (3.1)


(26)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun posttest dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

� = ΣX

� (3.2)

dengan : � = nilai rata-rata skor pretest maupun posttest

X = skor tes yang diperoleh setiap siswa N = banyaknya data

4) Menghitung Gain dan Gain Ternormalisasi

Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor tes awal (Si) dan skor tes

akhir (Sf). Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatment (Panggabean, 1996). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai

gain adalah:

� = (3.3)

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan gain yang dinormalisasi dengan rumus Hake (1998):

pre maks

pre post

S S

S S g

  

(3.4) dengan: Spost : Skor posttest

Spre : Skor pretest

Smaks : Skor maksimum ideal

Tabel 3.8

Kategori Tingkat Gain Ternormalisasi

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang


(27)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5) Menghitung Persentase Pencapaian Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah

Untuk mengetahui persentase pencapaian skor rerata pretest, posttest dan

N-gain kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa dianalisis

dengan menggunakan perhitungan persentase terhadap skor maksimum yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase rata-rata = 100%

jumlah siswa maksimum

r sko Jumlah

siswa diperoleh yang

skor Jumlah

(3.5) 6) Menghitung Uji Rerata Pretest dan Posttest

Untuk menghitung tingkat signifikansi atau keberartian dari penerapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah, data pretest dan posttest yang telah diperoleh terlebih dahulu diuji normalitasnya untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16. Uji normalitas dihitung dengan menggunakan

Kolomogorov-Smirnov Test. Apabila sampel berdistribusi normal bisa dilanjutkan dengan uji

beda rerata skor pretest dan posttest dengan menggunakan uji t (paired sample t

test), karena uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Sampel

yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji nonparametrik sampel berkorelasi yaitu Wilcoxon Match Pairs Test.


(28)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bila sampel pasangan lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati distribusi normal. Untuk itu menggunakan rumus z dalam pengujiannya (Sugiyono, 2002: 133).

=

−�

� (3.6)

Dengan: T = jumlah jenjang/ranking yang kecil

=

� �+1

4 (3.7)

=

� �+1 2�+1

24

(3.8)

Apabila taraf kesalahan 0,05 (uji 2 pihak), maka harga z tabel = 1,96. Jika harga z hitung (harga negatif tidak diperhitungkan karena harga mutlak) lebih kecil daripada z tabel, mengandung makna bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest.

7) Menghitung Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah

Untuk menentukan persentase keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah digunakan rumus sebagai berikut:

% 100 diamati akan

yang aspek n keseluruha Jumlah

a terlaksan diamati

yang aspek Jumlah naan

keterlaksa

Persentase  


(29)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8) Analisis angket

a) Penskoran angket

Hasil jawaban angket tanggapan siswa dan guru yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dikonversi ke dalam bentuk angka, masing-masing yaitu untuk pertanyaan positif dikaitkan dengan nilai SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1 dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif maka dikaitkan dengan nilai SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4.

b) Menentukan skor rata-rata tanggapan siswa dan guru. c) Menentukan persentase tanggapan siswa dan guru

Untuk menentukan persentase tanggapan guru dan siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah digunakan rumus sebagai berikut:

% 100 item seluruh seluruh

untuk ideal

skor Jumlah

diperoleh yang

skor Jumlah respon

Persentase  

(3.10) d) Menginterpretasikan tanggapan guru dan siswa

Menginterpretasikan hasil tanggapan guru dan siswa menggunakan skala likert yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) terhadap penerapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada tema pengaruh energi dalam kehidupan. Angket tanggapan guru dan siswa terdiri dari dua pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Hasil tanggapan guru dan siswa terhadap pernyataan positif akan diinterpretasikan positif yaitu setuju dengan pernyataan yang diberikan dan sebaliknya hasil tanggapan guru dan siswa terhadap pernyataan negatif akan diinterpretasikan negatif yaitu tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan.


(30)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e) Mengkategorikan persentase tanggapan guru dan siswa dengan kategori sebagai berikut:

(1) Menentukan rentang (R)

R = persentase maksimum – persentase minimum R = 100% – 25% = 75%

(2) Menentukan banyaknya kategori (K) yaitu 4 kategori sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

(3) Menentukan panjang kelas (P) P =

K R

= 18,75% 4

% 75

Maka pengkategorian persentase tanggapan guru dan siswa (%) dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Pengkategorian Persentase Tanggapan Guru dan Siswa

Batasan Persentase Kategori

25,00 % < tanggapan ≤ 43,75% Sangat Tidak Setuju (sangat negatif) 43,75% < tanggapan ≤ 62,50% Tidak Setuju (negatif)

62,50 % < tanggapan ≤ 81,25% Setuju (positif)


(31)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada ketiga seri pembelajaran walaupun masih dalam kategori rendah. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa berdampak pada peningkatan penguasaan konsep tema pengaruh energi dalam kehidupan. Peningkatan penguasaan konsep pada seri pembelajaran I termasuk ke dalam kategori rendah, sedangkan pada seri pembelajaran II dan III termasuk ke dalam kategori sedang.

Secara umum, kemampuan pemecahan masalah siswa masih dalam kategori rendah. Meskipun demikian, guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah. Menurut pandangan guru, tahapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah dapat meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa. Selain itu, dapat memfasilitasi lebih baik dalam memahami konsep dan melatih kemampuan pemecahan masalah siswa. Pembelajaran IPA terpadu juga dipandang dapat menjadikan suatu konsep lebih bermakna. Menurut siswa, tahapan dalam pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah menjadikan mereka lebih aktif dalam pembelajaran, pembelajaran lebih menyenangkan, dapat melatih dalam mengkomunikasikan materi pelajaran, memahami konsep, dan dapat melatih mereka dalam memecahkan masalah.


(32)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mereka juga menganggap pembelajaran IPA terpadu dapat membuat mereka lebih mudah memahami dan mengaitkan suatu konsep karena menjadi tidak terlalu banyak materi yang harus mereka pahami, dengan mempelajari suatu konsep bisa langsung memahami konsep lainnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Hambatan dalam penelitian ini adalah kompetensi dalam kurikulum yang bisa dipadukan dan sesuai dengan waktu penelitian terbatas. Untuk lebih mengembangkan pembelajaran IPA terpadu, pemilihan tema harus lebih diperhatikan sehingga keterpaduan materi fisika, kimia, dan biologi lebih terlihat. Selain itu, diharapkan mengembangkan model IPA terpadu lainnya yang lebih luas keterpaduannya seperti model jaring laba-laba (webbed).

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih dalam kategori rendah. Oleh karena itu, implementasi pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah perlu diperkuat dengan penugasan yang menghadapkan siswa pada situasi baru, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Untuk penelitian selanjutnya, sebelum seri pembelajaran berikutnya dilaksanakan harus memberikan jeda untuk secara khusus melatihkan kemampuan pemecahan masalah kepada siswa. 3. Sebelum pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah diterapkan, sebaiknya

siswa terlebih dahulu dibiasakan dengan pembelajaran berbasis masalah pada materi lain. Selain itu, penerapan pembelajaran tidak cukup dengan tiga kali


(33)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seri pembelajaran. Sehingga diharapkan akan berdampak lebih baik pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa.


(34)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 88 DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu and Tandagon. (2007). The Effects of Problem-Based Active Learning in

Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and

Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics,

Science&Technology Education, 3(1), 71-81.

Anderson, L. W. et al. (2001). A Taxonomy for Learning and Teaching and

Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.

Longman: New York.

Arends, RichardI. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Bloom, B.S. (1978). Taxonomy Of Educational Objectives, The Classification Of

Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York : David

McKay Company, Inc.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Model Pengembangan Pengembangan Silabus Mata

Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu.

Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kebijakan Kurikulum Mata

Pelajaran IPA. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Fogarty, R. (1991). The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine, IL: Skylight Publishing, Inc.

Fogarty, R. (1991). Ten Ways to Integrate Curriculum. Copyright by the Association for Supervision and Curriculum Development.

Gagne, R.M. (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: Holt Rinehart and Winston.


(35)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 89 Gallagher, S. A. (1997). Problem-based learning: Where did it come from, what

does it do, and where is it going?. Journal for the Education of the

Gifted, 20(4), 332-362.

Gottman, McFall, and Barnett. (1969). Design and Analysis of Research Using

Time Series. Psychological Bulletin Vol. 72, No. 4, 299-306.

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on [1 Juni 2008].

Hotang, Lasma BR. (2010). Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Tesis Pasca UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Karli, Hilda. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu tentang

Makhluk Hidup dan Benda-benda di sekitar kita untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas III. Tesis Pasca UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Karyadi, Fezi. (2009). Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP pada Materi Bunyi. Tesis Pasca UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Keller, Robert. (1998). Teaching Problem-Solving Skills. Chapel Hill: Center for Teaching and Learning.

Kirkley, Jamie. (2003). Principles for Teaching Problem Solving. PLATO Learning, Inc.

Liliasari. (1996). Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan

Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Nitko, Anthony J.&Brookhart, Susan M. 2007. Educational Assessment of

Students. New Jersey: Pearson, Merril Prentice Hall.

Panggabean, Luhut. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, Luhut. (2001). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.


(36)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 90 Priatna, Dhita Rismayani. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik

Perubahan Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis

Pasca UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Puspendik. (2011). Survei Internasional PISA. Tersedia [Online]: http://litbang.kemdiknas.go.id/detail.php?id=215 [25 Januari 2012] Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Rosidi, Oding. (2003). Penerapan Pembelajaran Terpadu dan Hasil Belajar

Siswa pada Tema Komunikasi. Tesis Pasca UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Saefulloh,Cepih. 2003. Pembelajaran Terpadu Model Integrated dengan Tema

Teknologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis Pasca UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Shoemaker, B. (1989). Integrative Education: A Curriculum for the Twenty-First

Century. Oregon School Study Council.

Sonmez and Lee. (2003). Problem-Based Learning in Science. ERIC Clearinghouse for Science Mathematics and Environmental Education Columbus OH.

Sugiyono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu


(1)

85

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah pada ketiga seri pembelajaran walaupun masih dalam kategori rendah. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa berdampak pada peningkatan penguasaan konsep tema pengaruh energi dalam kehidupan. Peningkatan penguasaan konsep pada seri pembelajaran I termasuk ke dalam kategori rendah, sedangkan pada seri pembelajaran II dan III termasuk ke dalam kategori sedang.

Secara umum, kemampuan pemecahan masalah siswa masih dalam kategori rendah. Meskipun demikian, guru dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah. Menurut pandangan guru, tahapan pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah dapat meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa. Selain itu, dapat memfasilitasi lebih baik dalam memahami konsep dan melatih kemampuan pemecahan masalah siswa. Pembelajaran IPA terpadu juga dipandang dapat menjadikan suatu konsep lebih bermakna. Menurut siswa, tahapan dalam pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah menjadikan mereka lebih aktif dalam pembelajaran, pembelajaran lebih menyenangkan, dapat melatih dalam mengkomunikasikan materi pelajaran, memahami konsep, dan dapat melatih mereka dalam memecahkan masalah.


(2)

86

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mereka juga menganggap pembelajaran IPA terpadu dapat membuat mereka lebih mudah memahami dan mengaitkan suatu konsep karena menjadi tidak terlalu banyak materi yang harus mereka pahami, dengan mempelajari suatu konsep bisa langsung memahami konsep lainnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Hambatan dalam penelitian ini adalah kompetensi dalam kurikulum yang bisa dipadukan dan sesuai dengan waktu penelitian terbatas. Untuk lebih mengembangkan pembelajaran IPA terpadu, pemilihan tema harus lebih diperhatikan sehingga keterpaduan materi fisika, kimia, dan biologi lebih terlihat. Selain itu, diharapkan mengembangkan model IPA terpadu lainnya yang lebih luas keterpaduannya seperti model jaring laba-laba (webbed).

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih dalam kategori rendah. Oleh karena itu, implementasi pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah perlu diperkuat dengan penugasan yang menghadapkan siswa pada situasi baru, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Untuk penelitian selanjutnya, sebelum seri pembelajaran berikutnya dilaksanakan harus memberikan jeda untuk secara khusus melatihkan kemampuan pemecahan masalah kepada siswa. 3. Sebelum pembelajaran IPA terpadu berbasis masalah diterapkan, sebaiknya

siswa terlebih dahulu dibiasakan dengan pembelajaran berbasis masalah pada materi lain. Selain itu, penerapan pembelajaran tidak cukup dengan tiga kali


(3)

87

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seri pembelajaran. Sehingga diharapkan akan berdampak lebih baik pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan konsep siswa.


(4)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 88

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu and Tandagon. (2007). The Effects of Problem-Based Active Learning in

Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and

Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics,

Science&Technology Education, 3(1), 71-81.

Anderson, L. W. et al. (2001). A Taxonomy for Learning and Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. Longman: New York.

Arends, RichardI. (2008). Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Bloom, B.S. (1978). Taxonomy Of Educational Objectives, The Classification Of

Educational Goals. Handbook I: Cognitive Domain. New York : David

McKay Company, Inc.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Model Pengembangan Pengembangan Silabus Mata

Pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu.

Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kebijakan Kurikulum Mata

Pelajaran IPA. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Fogarty, R. (1991). The Mindful School: How to Integrate the Curricula. Palatine, IL: Skylight Publishing, Inc.

Fogarty, R. (1991). Ten Ways to Integrate Curriculum. Copyright by the Association for Supervision and Curriculum Development.

Gagne, R.M. (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: Holt Rinehart and Winston.


(5)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 89

Gallagher, S. A. (1997). Problem-based learning: Where did it come from, what

does it do, and where is it going?. Journal for the Education of the

Gifted, 20(4), 332-362.

Gottman, McFall, and Barnett. (1969). Design and Analysis of Research Using

Time Series. Psychological Bulletin Vol. 72, No. 4, 299-306.

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics

Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on [1 Juni 2008].

Hotang, Lasma BR. (2010). Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Tesis Pasca UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Karli, Hilda. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu tentang

Makhluk Hidup dan Benda-benda di sekitar kita untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa SD Kelas III. Tesis Pasca UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Karyadi, Fezi. (2009). Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP pada Materi Bunyi. Tesis Pasca UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Keller, Robert. (1998). Teaching Problem-Solving Skills. Chapel Hill: Center for Teaching and Learning.

Kirkley, Jamie. (2003). Principles for Teaching Problem Solving. PLATO Learning, Inc.

Liliasari. (1996). Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan

Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi PPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Nitko, Anthony J.&Brookhart, Susan M. 2007. Educational Assessment of

Students. New Jersey: Pearson, Merril Prentice Hall.

Panggabean, Luhut. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, Luhut. (2001). Statistika Dasar. Bandung : Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.


(6)

Devi Sri Novianti, 2012

Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penguasaan Konsep Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 90

Priatna, Dhita Rismayani. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik

Perubahan Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis

Pasca UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Puspendik. (2011). Survei Internasional PISA. Tersedia [Online]: http://litbang.kemdiknas.go.id/detail.php?id=215 [25 Januari 2012] Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Rosidi, Oding. (2003). Penerapan Pembelajaran Terpadu dan Hasil Belajar

Siswa pada Tema Komunikasi. Tesis Pasca UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Saefulloh,Cepih. 2003. Pembelajaran Terpadu Model Integrated dengan Tema

Teknologi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis Pasca UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Shoemaker, B. (1989). Integrative Education: A Curriculum for the Twenty-First

Century. Oregon School Study Council.

Sonmez and Lee. (2003). Problem-Based Learning in Science. ERIC Clearinghouse for Science Mathematics and Environmental Education Columbus OH.

Sugiyono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wena, Made. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu