KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF, DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN.

(1)

KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF,

DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE SISWA SMP DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh NISA HERTINA

0905681

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science

Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan” ini beserta seluruh isinya sepenuhnya karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,


(3)

KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF,

DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE SISWA SMP DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

Oleh Nisa Hertina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nisa Hertina 2013

Universitas Pendidikan indonesia Juni 2013


(4)

(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF,

DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE SISWA SMP DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

Oleh : Nisa Hertina NIM. 0905681

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. Parsaoran Siahan M. Pd. NIP. 195803011980021002

Pembimbing II,

Drs. Iyon Suyana, M. Si. NIP.196208241991030001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika


(6)

(7)

i

KORELASI ANTARA PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF, DAN PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE

SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN

Nisa Hertina NIM. 0905681

Pembimbing I : Drs. Parsaoran Siahan, M.Pd. Pembimbing II: Drs. Iyon Suyana, M.Si. Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prestasi belajar siswa serta asumsi adanya hubungan antara kemampuan berpikir Kreatif, pengetahuan siswa tentang Nature of Science (NOS) dan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS, serta pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar berupa soal-soal berbentuk pilihan ganda, tes kemampuan berpikir kreatif serta tes pengetahuan tentang NOS dan lembar observasi keterlaksanaan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML). Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi phi. Hasil yang didapatkan adalah tidak ada korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang NOS serta pengetahuan tentang NOS dan prestasi belajar. Selain itu dalam penelitian ini juga didapat peningkatan prestasi belajar dengan gain ternormalisasi sebesar 0,572 yang berada pada kategori sedang.

Kata kunci : Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML), Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science (NOS).


(8)

ii Nisa Hertina, 2013

CORRELATION BETWEEN ACADEMIC ACHIEVEMENT,

CREATIVITY THINKING SKILLS, AND STUDENTS’ KNOWLEDGE

ABOUT NATURE OF SCIENCE IN SECONDARY SCHOOL ON PHYSICS LEARNING USING SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY

ENVIRONMENT

Nisa Hertina 0905681

Perceptor I : Drs. Parsaoran Siahan, M.Pd. Perceptor II : Drs. Iyon Suyana, M.Si.

ABSTRACT

This research is motivated by low academic achievement of student as well as the assumption of a relationship between creativity thinking skills, students' knowledge about the Nature of Science (NOS) and academic achievement. This study aimed to determine the correlation between creative thinking skills and academic achievement, creativity thinking skills and students' knowledge about NOS, as well as the students' knowledge about NOS and academic achievement. This study used correlation method. Data was collected by using an academic achievement test, creativity thinking test and students' knowledge about NOS test and observation sheets of Science Technology Society Environment (STSE) approach. Data was analyzed by phi correlation analysis. The results obtained that no significant correlations between creativity thinking skills and academic achievement, creativity thinking skills and students' knowledge about NOS and students' knowledge about NOS and academic achievement. In addition, this study also obtained an increase in student achievement with gain (0.572) which is in the medium category.

Keywords: Science Technology Society Environment (STSE) Approach, Academic Achievement, Creativity Thinking Skills, Students' Knowledge about Nature of Science (NOS).


(9)

Nisa Hertina, 2013 iii DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Hipotesis Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan (STML) ... 12

B. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 17

C. Nature of Science (NOS) ... 24

D. Prestasi Belajar ... 26

E. Kontribusi Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 29

F. Korelasi Prestasi Belajar, Sikap tentang Sains, dan Pengetahuan tentang NOS ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36


(10)

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature iv

G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian ... 40

H. Teknik Pengolahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 57

B. Hasil Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 59

C. Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 61

D. Hasil Korelasi antara Pengetahuan Siswa tentang Nature of Science dan Prestasi Belajar ... 64

E. Hasil Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar ... 64

F. Hasil Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa tentang Nature of Science ... 66

G. Keterlaksanakan Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan ... 66

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran A Perangkat Pembelajaran 2. Lampiran B Uji Coba Instrumen

3. Lampiran C Instrumen Penelitian 4. Lampiran D Analisis Hasil Penelitian 5. Lampiran E Dokumentasi Penelitian 6. Lampiran F format Isian

7. Lampiran G Surat-Surat Penelitian 8. Lampiran H Contoh Jawaban Siswa


(11)

Nisa Hertina, 2013 v

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 2.1 Perbedaan Antara Pembelajaran dengan Pendekatan STML dan

Pembelajaran sains Non-STML ... 15

Tabel 2.2 Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif dan Indikator-indikatornya... 21

Tabel 3.1 One Group Pretest Posttest Design ... 34

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal ... 41

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes ... 41

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 42

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda... 43

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Instrumen Tes ... 44

Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 45

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ... 45

Tabel 3.9 Distribusi Soal Setiap Jenjang Kognitif ... 46

Tabel 3.10 Distribusi Soal Aspek Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 46

Tabel 3.11 Distribusi Soal Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif ... 47

Tabel 3.12 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 48

Tabel 3.13 Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi ... 49

Tabel 3.14 Kategori untuk Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 51

Tabel 3.15 Kontingensi 2x2 ... 54

Tabel 3.16 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 56

Tabel 4.1 Kategori Skor posttes Prestasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 4.2 Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 57

Tabel 4.3 Rekapitulasi Skor Tes Prestasi Belajar Siswa ... 58

Tabel 4.4 Rekapitulasi Skor Tes Prestasi Belajar Siswa Tiap Jenjang Kognitif 58 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Hasil Prestasi Belajar setelah Diberikan Treament ... 59


(12)

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature vi

Tabel 4.6 Kategori Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 59

Tabel 4.7 Hasil Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan Siswa tentang NOS ... 60

Tabel 4.9 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif ... 62

Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif ... 62

Tabel 4.11 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Fluency ... 62

Tabel 4.12 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Flexibility .. 63

Tabel 4.13 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Originality . 63 Tabel 4.14 Hasil Kemampuan Berpikir kreatif Siswa untuk Aspek Elaboration 63 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif. ... 64

Tabel 4.16 Korelasi Antara Prestasi Belajar dan Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science ... 64

Tabel 4.17 Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar .. 65

Tabel 4.18 Korelasi Antara Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar ... 65

Tabel 4.19 Korelasi Antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science ... 66

Tabel 4.20 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran STML ... 68

Tabel 4.21 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran STML ... 68

Tabel 4.22 Pengkategorian Prestasi Belajar dan Pengetahuan Siswa Tentang NOS ... 72

Tabel 4.23 Pengkategorian Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif .. 75

Tabel 4.24 pengkategorian Pengetahuan Siswa Tentang NOS dan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 77


(13)

Nisa Hertina, 2013 vii

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 Keterkaitan Unsur-Unsur Sains teknologi Masyarakat dan

Lingkungan ... 13 Gambar 2.2 Implementasi Pengajaran Sains dengan Menggunakan Pendekatan

Pembelajaran STML ... 16 Gambar 2.3 Lima Domain Dalam Pembelajaran ... 32


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Sejalan dengan pengertian pendidikan, masih dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Begitu pula dengan prinsip pendidikan nasional butir keempat UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 4 yaitu Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Salah satu tujuan dan prinsip dari pendidikan adalah mengembangkan kreativitas peserta didik melalui serangkaian proses pembelajaran. Hal ini semakin diperkuat berdasarkan standar isi untuk mata pelajaran fisika salah satunya adalah siswa dapat menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif serta siswa dapat menunjukan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks dan kemampuan menganalisis alam dan sosial (Permen No. 23 Tahun 2006). Standar isi mata pelajaran fisika menunjukan bahwa dalam pembelajaran fisika diperlukan serangkaian proses seperti melakukan observasi, mengajukan hipotesis terhadap masalah yang muncul, lalu bereksperimen untuk menguji hipotesis dan menganalisis hasil yang didapat. Setelah serangkaian proses tersebut terpenuhi siswa akan menghasilkan produk, yang juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan akan memberi sumbangsih


(15)

2

terhadap perkembangan teknologi. Namun, tidak menutup kemungkinan juga bahwa teknologi akan memberikan sumbangsih juga terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, seperti yang diungkapkan oleh Poedjiadi (2007 : 45) bahwa perkembangan teknologi tidak terlepas dari adanya perkembangan dalam bidang sains, perkembangan teknologi mengakibatkan perkembangan sains begitu pula sebaliknya perkembangan sains mengakibatkan perkembangan teknologi.

Pembelajaran yang diharapkan oleh pemerintah khususnya dalam mata pelajaran fisika berdasarkan uraian sebelumnya adalah pembelajaran yang seyogyanya mengutamakan proses untuk mengembangkan kreativitas siswa, sehingga dihasilkan produk yang diharapkan bermanfaat bagi masyarakat. Ternyata keinginan pemerintah sejalan dengan aspek utama dalam Nature of Science (NOS). Menurut National Science Teachers Association (2000) tiga spek utama dalam NOS terdiri atas Pengetahuan Ilmiah (Scientific knowledge), Metode Ilmiah (Scientific Method), serta interaksi antara sains dan teknologi maupun ilmu

– ilmu lain. Pengetahuan ilmiah (Scientific knowledge) merupakan produk dari sains yang dapat berupa fakta, hukum, asumsi, postulat, dll. Sedangkan metode ilmiah (Scientific Method) merupakan proses dalam menghasilkan produk sains yaitu observasi, berhipotesis, melakukan eksperimen, dll.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kelas VII di beberapa Sekolah Menengah Pertama mengenai prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science menunjukan bahwa:

1. Berdasarkan hasil observasi didapatkan pembelajaran yang berlangsung dalam kelas belum berpusat pada siswa, sehingga siswa hanya mendengarkan saja dan hanya beberapa siswa yang aktif, hal ini mengakibatkan pembelajaran di kelas membosankan dan tidak ada kebermaknaan dalam pembelajaran.

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika didapatkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan lebih banyak metode ceramah dibandingkan metode eksperimen, metode demonstrasi maupun metode


(16)

diskusi. Padahal berdasarkan hasil angket 80 % siswa di sekolah tersebut menyatakan bahwa siswa lebih menyukai pembelajaran dengan demosntrasi ataupun diskusi dibandingkan sekedar mendengarkan penjelasan guru.

3. Berdasarkan hasil tes studi pendahuluan didapat hanya 30 % siswa yang dapat menjawab soal pengetahuan tentang Nature of Science dengan nilai diatas rata-rata dan hanya 45 % siswa yang lulus mata pelajaran Fisika dengan nilai KKM 75. Rendahnya nilai tersebut ternyata bukan diakibatkan karena motivasi belajar yang rendah, karena hampir 80% siswa menjawab menyukai pelajaran fisika, bahkan 60 % siswa kelak dimasa akan datang ingin bekerja di bidang fisika. Namun, hampir 75 % siswa menjawab netral ketika ditanya apakah siswa mampu mengaplikasikan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari.

4. Hasil observasi dikelas menunjukan bahwa siswa belum dilatihkan soal-soal terkait kemampuan berpikir kreatif. Padahal dari hasil wawancara dengan siswa didapat bahwa siswa lebih senang diberikan pertanyaan yang melatihkan kemampuan berpikir kreatif.

5. Berdasarkan pada observasi yang dilaksanakan ketika Program Pengenalan Lapangan (PPL) di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung Tahun 2012, didapat bahwa siswa kurang dapat mengekspresikan kemampuan kreativitasnya saat pembelajaran, karena pembelajaran yang telah dilaksanakan berorientasi bahwa siswa hanya cukup untuk dapat menjawab soal tanpa melibatkan kemampuan kreativitasnya.

Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukan terdapat permasalahan pada prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang Nature of Science siswa Sekolah Menengah Pertama. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa mengindikasikan rendahnya prestasi belajar. Begitu pula rendahnya pengetahuan tentang Nature of Science mengindikasikan rendahnya prestasi belajar. Indikasi tersebut berdasarkan adanya hubungan antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif, dan pengetahuan tentang NOS, seperti yang diungkapkan oleh Anwar, et al (2012) dalam jurnalnya yang berjudul


(17)

4

Relationship of Creative Thinking with the Academic Achievements of Secondary School Students menyatakan hasil penelitiannya bahwa terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif (creativity thinking ) dan prestasi belajar (academic achievement) pada siswa SMP. Selain itu Kaboodi (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Creativity and Academic Achievement: Comparison between Cognitive and Trait Creativity menyatakan hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan prestasi belajar.

Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahin (2009) dalam jurnalnya yang berjudul Exploring Scientific Creativity Of 7th Grade Students menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kreativitas siswa dalam sains dan Nature of Science. Sahin mengungkapkan bahwa dalam Nature of Science terdapat aspek kreativitas, sehingga dapat dikatakan bahwa kreativitas merupakan bagian dari NOS. Dengan kata lain terdapat hubungan antara kreativitas dan NOS. Kreativitas yang dimaksud dalam penelitian Sahin adalah kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sains. Selain itu hasil penelitian Hu (2002) dalam jurnalnya yang berjudul A scientific creativity test for secondary school students menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif ilmiah berhubungan dengan Nature of Science. Di sisi lain Parker (2010) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul The Relationship Between Nature of Science Understandings And Science Self-Efficacy Beliefs Of Sixth Grade Students mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa secara tidak langsung terdapat hubungan antara Nature of Science dan prestasi belajar

Hubungan antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang NOS diungkapkan juga oleh Enger & Yager (2001: 2) dalam bahwa terdapat lima domain pembelajaran yaitu domain konsep, proses, kreativitas, sikap dan aplikasi yang kemudian ditambah dengan satu domain baru yaitu domain Nature of Science. Keenam domain tersebut menurut Yager saling berhubungan. Dengan kata lain terdapat hubungan antara prestasi belajar yang diwakilkan dari domain konsep, kemampuan berpikir kreatif (domain kreativitas), dan pengetahuan tentang NOS.


(18)

Untuk menunjang penelitian mengenai korelasi antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan tentang Nature of Science digunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML). Pendekatan STML dipilih karena sesuai dengan harapan pemerintah terhadap pembelajaran sains di SMP yaitu mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Selain itu dari temuan studi pendahuluan terkait pembelajaran Salingtemas didapat bahwa pembelajaran sains khususnya fisika masih belum mengkaitkan lingkungan sebagai media siswa untuk belajar, padahal lingkungan akan sangat membatu siswa dalam menemukan masalah dan menemukan jawaban dari permasalahan yang terkait materi pelajaran.

Pemilihan pendekatan STML juga dipilih karena menurut Rosario, Bernadete (2009) Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan dapat memberikan suasana belajar yang unik dengan metodologi yang digunakan yang dapat mempengaruhi kinerja akademik, perspektif ilmu lingkungan ketercapaian diri terhadap tugas dan sosiokultural dari siswa. Hal ini berarti bahwa pendekatan ini memang cocok diterapkan terlebih di negara yang menjadi objek kemajuan teknologi yang pesat. Siswa akan mencari sendiri masalah yang ditemui di lingkungan sekitar mereka sebagai dampak dari teknologi atau dengan kata lain lingkungan menjadi media bagi siswa untuk belajar kemudian siswa sendirilah yang akan mencari solusinya, sehingga siswa yang aktif dalam pembelajaran. Bernadete juga mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa dengan aktivitas pembelajaran Sains, Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan yaitu topik pembelajaran berasal dari lingkungan sekitar siswa serta suasana belajar yang

unik ternyata mampu meningkatkan prestasi akademik siswa dan


(19)

6

Selain itu Yager & Akcay dalam jurnal yang berjudul ”What Result Indicate Concerning the Successes with STS Instruction”. Vol. 16, no. 1, tahun 2007 mengungkapkan bahwa siswa yang diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat yang ditambah dengan unsur Lingkungan lebih baik dalam mendemonstrasikan kreativitasnya dan lebih cermat memandang sejarah dan filosofi sains dibandingkan siswa yang tidak diterapkan pembelajaran STML.

Dari uraian latar belakang di atas maka akan dilakukan suatu penelitian yang berjudul “ Korelasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, dan Pengetahuan Tentang Nature of Science Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, berikut ini masalah yang teridentifikasi yaitu:

1. Pembelajaran belum memenuhi harapan pemerintah akan tercapainya pembelajaran Salingtemas (Sains, Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan ) 2. Rendahnya prestasi belajar siswa, kemampuan berpikir kreatif dan

pengetahuan tentang Nature of Science pada tingkat Sekolah Menengah Pertama

3. Pembelajaran di tingkat SMP belum menghubungkan antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa

4. Pembelajaran di tingkat SMP belum menghubungkan antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science

5. Pembelajaran di tingkat SMP belum menghubungkan antara pengetahuan siswa tentang Nature of Science dan prestasi belajar.

Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Apakah terdapat korelasi antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif, dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science dalam pembelajaran


(20)

fisika dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan”

Rumusan masalah di atas diuraikan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?

2. Bagaimanakah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?

3. Bagaimanakah pengetahuan siswa tentang Nature of Science dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?

4. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?

5. Apakah terdapat korelasi antara Pengetahuan siswa tentang Nature of Science dan prestasi belajar dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?

6. Apakah terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan Pengetahuan siswa tentang Nature of Science dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan?

“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiono, 2008: 38). Jadi, berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan, Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan siswa tentang Nature Of Science.


(21)

8

Beberapa istilah perlu didefinisikan agar diperoleh penegasan-penegasan serta gambaran yang jelas dan tepat yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) adalah pendekatan yang memungkinkan siswa belajar dengan topik yang berasal dari lingkungan di sekitar siswa, topik tersebut terkait permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi dan mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam pendekatan ini siswalah yang akan menemukan sendiri topik atau masalah yang didapat dari lingkungan disekitarnya, setelah itu siswa akan melakukan eksperimen untuk menganalisis permasalahan tersebut dengan konsep yang diketahuinya. Siswa akan membangun konsepnya sendiri dibantu oleh guru sebagai fasilitator. Setelah masalah tersebut dianalisis, guru akan menyamakan konsep yang diketahui siswa dengan konsep yang benar agar tidak terjadi kekeliruan konsep. Pendekatan sains Teknologi masyarakat merupakan suatu pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dalam penelitian ini keterlaksanaan pendekatan STML dapat dikur dari format observasi.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru secara orisinal dalam suatu gagasan ataupun karya yang nyata yang tidak sama dengan karya yang dimiliki orang lain ataupun karya yang telah ada sebelumnya serta melibatkan seluruh perasaan, kehendak dan pribadi individu tersebut. kemampuan berpikir kreatif seseorang tentunya akan berbeda bergantung pengamat yang mengamatinya, untuk itu terdapat empat aspek seseorang dikatakan kreatif yaitu aspek Keaslian (originality), Keluwesan (Fleksibilitity), Kelancaran (Fluency), dan Penguraian (Elaborasi). Dalam penelitian ini tes kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan setelah diberikan perlakuan (treatment). Soal tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan mengacu pada soal test kemampuan berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Wallace and Kogan (1965).

3. Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science merupakan pengetahuan tentang metode yang digunakan ilmuwan untuk melakukan penyelidikan


(22)

dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam yang diketahui melalui seluruh panca indra. Nature of Science tersusun atas pengetahuan ilmiah (Scientific knowledge), Metode ilmiah (Scientific method), Cara kerja ilmuwan dan organisasinya, Interaksi antara sains dan teknologi serta ilmu – ilmu lain, dan Sejarah ide-ide ilmiah. Dalam penelitian ini tes Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science siswa dilakukan setelah diberikan perlakuan (treatment). Soal tes Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science yang diberikan diadopsi dari buku the Iowa assessment handbook.

4. Prestasi Belajar merupakan hasil berupa nilai dari serangkaian stimulus yang diberikan selama kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar hanya mencakup aspek kognitif saja karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. Prestasi belajar siswa ditunjukan dan dibuktikan melalui nilai hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ujian yang ditempuh siswa. Prestasi belajar siswa diukur melalui instrument tes berupa soal pilihan ganda yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (postest). Ada atau tidaknya peningkatan terhadap prestasi belajar siswa dilihat dari rata-rata skor gain ternormalisasi.

C. Tujuan Penelitian

Setelah diberikan perlakuan (treatment) berupa penggunaan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan dalam pembelajaran Fisika di salah satu Sekolah Menengah pertama di Kota Bandung, diharapkan hasil penelitian ini dapat mencapai beberapa tujuan yaitu:

1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama dalam pembelajaran Fisika.

2. Memperoleh informasi korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar di Sekolah Menengah Pertama

3. Memperoleh informasi korelasi antara Prestasi Belajar dan Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science di Sekolah Menengah Pertama


(23)

10

4. Memperoleh informasi korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science di Sekolah Menengah Pertama.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini yaitu penggunaan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Lingkungan diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif Pendekatan Pembelajaran fisika khususnya di SMP dalam rangka meningkatkan prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif, dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa

2. Terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang Nature of Science dan prestasi belajar


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto (2010: 76). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode korelasional.

Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengatahui hubungan antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25).

B. Desain Penelitian

Penentuan desain penelitian bergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Berdasarkan tujuan dan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu tentang bagaimana korelasi antara prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science pada pembelajaran Fisika dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dan dikarenakan subjek penelitiannya hanya ada kelompok eksperimen saja dan tidak ada kelompok kontrol maka desain penelitian dalam jenis penelitian korelasi ini hanya mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan. Selain itu tujuan penelitian ini adalah untuk


(25)

34

mengetahui juga peningkatan prestasi belajar siswa maka desain penelitian yang digunakan lebih dari satu. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar digunakan one group pretest-posttest design. Untuk one group pretest-posttest design, Pretest dilaksanakan sebelum subjek penelitian diberi treatment (perlakuan) dan posttest dilaksanakan setelah subjek penelitian diberi treatment (perlakuan). Desian penelitian ini pernah digunakan oleh Yager & Akcay (2010) dalam jurnalnya yang berjudul The Impacts Of A Science/Technology/Society Approach On Student Understanding In Five Domains. Berikut merupakan tabel 3.1 desain penelitian one group pretest posttest design (Sugiono, 2008: 111).

Tabel 3.1 Tabel One Group Pretest Posttest Design

Keterangan:

S1 = pretest (tes awal),

X = treatment (perlakuan) dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan,

S2 = posttest (tes akhir).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam suatu penelitian, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008 : 80). Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel yang dijadikan dalam penelitian adalah kelas VII di salah satu SMP di Kota Bandung yang terdiri dari 30 siswa.

Pretest Treatment Posttest


(26)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk memperoleh data hasil penelitian. Arikunto (2010:130) mengungkapkan bahwa instrumen penelitian digolongkan menjadi dua macam yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan permasalahan dan variabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 22 soal yang memuat empat jenjang kognitif yaitu C1 , C2, C3 dan C4. Tes ini dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Data pengetahuan siswa tentang Nature of Science didapat dari instrumen soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 14 soal yang memuat tiga aspek yaitu pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), metode ilmiah (scientific method) dan Teknologi (Technology). Instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang NOS diadopsi dari buku The IOWA Assasment Handbook (1998). Sedangkan untuk memperoleh data kemampuan berpikir kreatif digunakan instrumen tes kreativitas yang dikembangkan oleh Wallace and Kogan (1965), soal tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 2 soal, setiap soal memuat 4 aspek kreativitas yaitu Keaslian (originality), Keluwesan (flexibility), kelancaran (fluency), dan Penguraian (Elaboration). Untuk Tes pengetahuan siswa tentang Nature of Science dan kemampuan berpikir kreatif hanya dilakukan satu kali saja yaitu setalah perlakuan.

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes ini adalah gambaran aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan. Instrumennya berupa lembar observasi partisipasi pengamat yaitu dengan menggunakan tanda checklis pada kolom susunan aktivitas serta terdapat kolom yang memuat saran-saran observer selama proses pembelajaran.


(27)

36

E. Teknik Pengumpulan Data

Riduwan (2012:69) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah tes, angket, observasi dan wawancara.

1. Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data ketika studi pendahuluan. Angket disebarkan kepada siswa guna memperkuat data studi pendahuluan yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Observasi

Untuk mengetahui keterlaksanaan setiap tahap pendekatan pembelajaran STML digunakan lembar observasi. Lembar observasi ini berisi aktivitas siswa dan aktivitas guru yang terjadi dalam proses pembelajaran. Lembar observasi dibuat dalam bentuk checklist, yang berisi pernyataan “ya” atau “tidak” dan disertai dengan keterangan jawaban.

3. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010: 53). Instrumen tes yang digunakan untuk memperoleh data prestasi belajar berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 22 soal yang memuat empat jenjang kognitif yaitu C1 , C2, C3 dan C4. Dan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang Nature of Science didapat dari instrumen soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 14 soal yang memuat tiga aspek yaitu pengetahuan ilmiah (scientific knowledge), metode ilmiah (scientific method) dan Teknologi (Technology). Sedangkan untuk memperoleh data kemampuan berpikir kreatif digunakan instrumen tes kreativitas yang dikembangkan oleh wallace and kogan (1965), soal tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari 2 soal, setiap soal memuat 4 aspek kreativitas yaitu Keaslian (originality), Keluwesan (flexibility), kelancaran (fluency), dan Penguraian (Elaboration).


(28)

4. Wawancara

Wawancara digunakan dalam penelitian untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan STML, selain itu wawancara juga dilakukan kepada siswa yang memiliki hasil yang rendah dalam prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuannya tentang Nature of Science.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:

a. Tahap Persiapan

1. Melakukan studi pendahuluan yaitu menyebarkan angket dan melakukan observasi kelas, studi pendahuluan ini dilakukan untuk menegaskan temuan permasalahan yang telah ditemui sebelumnya 2. Melakukan studi literatur yaitu mengkaji teori yang melandasi

penelitian

3. Merumuskan masalah penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan. 4. Melakukan studi kurikulum yaitu untuk menganalisis materi pada

kurikulum, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran fisika mengenai pokok bahasan yang akan dijadikan penelitian

5. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat – alat percobaan serta bahan ajar yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran STML

6. Menyusun instrumen penelitian dan format observasi keterlaksanan pendekatan pembelajaran STML

7. Mengkonsultasikan dan menjudjment instrumen penelitian kepada dua orang dosen dan satu guru mata pelajaran fisika yang ada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan

8. Membuat surat ijin penelitian dan surat ijin uji instrument penelitian 9. Melakukan uji coba instrumen penelitian yang telah di-judgment

10.Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian menentukan soal yang layak digunakan sebagai insrumen penelitian


(29)

38

b. Tahap Pelaksanaan

1. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan (treatment)

2. Memberikan treatment kepada sampel berupa penggunaan pendekatan pembelajaran STML

3. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan observasi terhadap keterlaksanaan pendekatan pembelajaran STML 4. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui peningkatan

preastasi belajar setelah diterapkannya model pembelajaran STML 5. Memberikan tes kepada sampel untuk mengetahui kemampuan

berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science c. Tahap Akhir

1. Mengolah data hasil pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa

2. Mengolah data hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science (NOS)

3. Menganalisis data hasil peningkatan prestasi belajar 4. Menganalisis data hasil kemampuan berpikir kreatif 5. Menganalisis pengetahuan siswa tentang NOS

6. Membuat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar

7. Membuat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS

8. Membuat korelasi antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa tentang NOS

9. Menganalisis korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar

10.Menganalisis korelasi antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa tentang NOS

11.Menganalisis korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar


(30)

12.Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data

13.Memberikan rekomendasi dari hasil penelitian yang dilakukan 14.Membuat laporan penelitian

Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Menyusun instrumen penelitian

Menyusun RPP serta bahan ajar

Judgement Instrumen Penelitian

Analisis uji

coba instrumen Revisi

Penentuan sampel

Uji coba instrumen Studi literatur tentang

pendekatan STML Studi pendahuluan

melalui angket dan observasi kelas

Pretest Treatment / Pembelajaran STML Posttest

Analisis data korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar

Laporan

Analisis data korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan NOS


(31)

40

G. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Untuk dapat mengatakan instrumen yang dibuat baik dan memenuhi persyaratan perlu dilakukan analisis uji instrumen terlebih dahulu. Karena untuk mendapatkan data yang baik, yaitu data yang menggambarkan kemampuan subjek penelitian dengan tepat, maka diperlukan instrument yang baik pula. Instrumen dapat dikatakan baik atau memenuhi syarat dapat dipertanggungjawabkan dari segi validitasnya, reliabilitasnya, objektivitasnya, praktikabilitasnya, ekonomisnya serta taraf kesukarannya dan daya pembedanya (Arikunto, 2010: 58).

a. Validitas

Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut (Sudijono, 2007: 182). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Dalam penelitian ini, besarnya koefisien kolerasi antara dua variabel dirumuskan:

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy       

... (3.1)

(Arikunto, 2010: 72) dengan : rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

x = skor siswa pada butir item yang diuji validitasnya y = skor total yang diperoleh siswa

Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan


(32)

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal Nilai rxy Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2010: 75) Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba, validitas untuk tiap-tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Validitas Instrument Tes

Kriteria Validitas Jumlah Nomor Butir Soal

Tidak Valid 1 24

Sangat Rendah 3 16,18,26

Rendah 5 6,7,8,9,10

Sedang 11 1,2,4,5,11,12,15,17,22,25,29

Tinggi 8 3,13,14,19,20,21,27,28

Sangat Tinggi 1 23

b. Reliabilitas

Reabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Arikunto (2010:86) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka reabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg /konsisten (tidak berubah-ubah). Tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun


(33)

42

diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Untuk mengetahui reliabilitas tes secara keseluruhan digunakan rumus Alpha, yaitu:

               

22

11 1 1 t i n n r  

………. (3.2)

(Arikunto, 2010: 109)

dengan r11 = reliabilitas tes yang dicari 2

i

 = jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

 = varians total n = jumlah item

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh, maka digunakan tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0.800 – 1.000 Sangat tinggi

0.600 – 0.800 Tinggi

0.400 – 0.600 Cukup

0.200 – 0.400 Rendah

0.000 – 0.200 Sangat Rendah

(Surapranata, 2006: 59) Dari hasil pengolahan data hasil uji coba instrument tes, didapatkan nilai r hitung sebesar 0,872 (perhitungan dapat dilihat pada lampiran). Nilai 0,872 mengindikasikan bahwa reliabititas soal ada pada kategori tinggi.


(34)

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa yang termasuk kelompok rendah (Munaf, 2001: 63). Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d kapital). Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal, seluruh peserta tes dikelompokan menjadi 2 kelompok terlebih dahulu yaitu kelompok tinggi dan kelompok rendah terlebih dahulu. Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik kelompok atas maupun kelompok bawah tidak dapat menjawab dengan benar, soal tersebut juga dikatakan tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Daya pembeda dihitung dengan menggunakan rumus:

∑ ∑ ... (3.3) (Surapranata, 2006: 31) dengan : D = indek daya pembeda item satu butir soal tertentu

∑ A = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas

∑ B = Jumlah peserta tes yang menjawab pada kelompok bawah

n = Jumlah peserta tes (kelompok atas atau kelompok bawah)

Untuk menginterpretasikan nilai Daya Pembeda yang diperoleh, maka digunakan tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda

Nilai D Interpretasi

Bertanda negative Semuanya tidak baik, sebaiknya

dibuang saja

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,20-0,40 Cukup (satisfactory)

0,40- 0,70 Baik (good)


(35)

44

(Arikunto, 2010: 218)

Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba, daya pembeda untuk tiap-tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Daya Pembeda Instrument Tes

Kriteria Daya Pembeda Jumlah Nomor Butir Soal

Jelek 5 6,16,18,24,26

Cukup 9 1,7,8,9,10,15,17,22,23

Baik 14 2,3,4,5,11,12,13,14,19,20,21,25,27,29

Sangat Baik 1 28

d. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2010 : 207). Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyau semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran. Besarny indeks kesukaran antara 0, 00- 1, 00. Indeks kesukaran di beri simbol P. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukan soalnya terlalu mudah. Dalam mengembangkan soal, sebaiknya tingkat kesukaran meningkat dari soal-soal yang mudah sampai pada soal-soal yang sukar serta tingkat kesukaran butir-butir soal tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Indeks kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini:

p =


(36)

(Arikunto, 2010: 208) dengan : p = Indeks tingkat kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran yang diperoleh, maka digunakan tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Interpretasi Tingkat Kesukaran

Nilai P Interpretasi

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2010: 210) Berdasarkan pengolahan data hasil uji coba, tingkat kesukaran untuk tiap-tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8 Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Instrument Tes

Kriteria Tingkat Kesukaran Jumlah Nomor Butir Soal

Mudah 9 1,4,6,7,9,14,18,22

Sedang 17 2,3,5,10,11,12,15,16,17,19,20,21,23,

25,27,28,29

Sukar 3 13,24,26

Selanjutnya mengenai objektivitas, ekonomis dan praktikabilitas jarang dijadikan sebagai syarat instrumen oleh para peneliti sebelumnya. Ketiga syarat tersebut biasanya disesuaikan dengan situasi serta kondisi penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan pengolahan dan analisis data hasil uji coba instrument tes yang terdiri dari uji validitas butir soal, uji reliabilitas instrumen tes, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran diperoleh 22 soal yang memenuhi kriteria kelayakan instrumen penelitian dari 29 soa, karena dari hasil validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda ada beberapa soal yang


(37)

46

memiliki kategori validitas yang rendah, daya pembedanya jelek dan tingkat kesukaran soal sukar dan terlalu mudah. Namun dari segi reliabilitasnya tergolong kategori tinggi artinya soal yang telah dibuat sudah Reliabel. Semua soal tersebut dirancang kembali untuk penelitian, hanya saja ada beberapa soal yang sedikit direvisi. Rekapitulasi distribusi soal untuk setiap jenjang kognitif pada soal prestasi belajar ditunjukkan dalam tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9 Distribusi Soal Setiap Jenjang Kognitif

Jenjang Kognitif Nomor soal Jumlah Soal

C1 1,5,29 3

C2 2,4,8,12,13,14,15,19,20,21,22,23 12

C3 3,10,11,17,28 5

C4 25,27 2

Komposisi persebaran soal prestasi belajar tidak merata untuk setiap jenjangnya. Soal prestasi belajar paling banyak mengetes siswa pada jenjang kognitif C2 (memahami). Hal ini dikarenakan pada penelitian yang dilakukan juga disesuaikan dengan kondisi siswa di tempat penelitian tersebut. Selain itu pemilihan komposisi persebaran soal juga disesuaikan dengan izin guru mata pelajaran yang sebelumnya mengajar di kelas tempat penelitian berlangsung. Meskipun demikian soal juga mengetes jenjang kognitif C4 karena disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar.

Sedangkan untuk soal pengetahuan siswa tentang Nature of Science tidak dilakukan uji instrumen hanya dilakukan judgment oleh dosen ahli saja. Rekapitulasi distribusi soal untuk setiap aspek pada soal pengetahuan siswa tentang NOS ditunjukkan dalam tabel 3.10 berikut

Tabel 3.10 Distribusi Soal Aspek Pengetahuan Siswa Tentang NOS

Aspek Nature of Science Nomor Soal Jumlah Soal

Pengetahuan Ilmiah

(Scientific knowledge) 1,2,3,4,5,6 6 Metode Ilmiah

(Scientific method) 7,8,9,10,11 5

Teknologi


(38)

Sama halnya dengan pengetahuan siswa tentang Nature of Science, untuk kemampuan berpikir kreatif juga tidak dilakukan uji instrumen hanya dilakukan judgment oleh dosen ahli saja. Rekapitulasi distribusi soal untuk setiap aspek pada kemampuan berpikir kreatif ditunjukkan dalam tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 Distribusi Soal Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek kemampuan

Berpikir Kreatif Nomor soal Jumlah Soal

Fluency 1,2 2

Flexibility 1,2 2

Originality 1,2 2

Elaboration 1,2 2

H. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan data statistik. Data yang diperoleh terdiri dari empat jenis data yaitu data prestasi belajar, kemampuan berpikir kreatif, dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science dan data observasi aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran STML. Pengolahan data ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pendekatan pembelajaran STML, korelasi antara prestasi belajar; kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS dan peningkatan terhadap prestasi belajar siswa.

1. Analisis Keterlaksanaan Pendekatan Pembelajaran STML

Untuk mengetahui Keterlaksanaan Pendekatan pembelajaran STML dilihat dari data hasil observasi yang telah diisi oleh observer. Setiap kolom yang berisikan fase pembelajaran, jika terlaksana diberikan tanda checklist (√) yang bernilai skor satu, dan jika tidak terlaksana maka kolom dikosongkan sebagai tanda skor nol. Data yang diperoleh dari lembar observasi diolah dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus:

= ∑

∑ ... (3.5)

Kemudian untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan pembelajaran pada masing-masing tahap pembelajaran adalah sebagai berikut.


(39)

48

Tabel 3.12 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu aktivitas pun terlaksana

0 < KM < 25 Sebagian kecil aktivitas terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah aktivitas terlaksana

KM = 50 Setengah aktivitas terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar aktivitas terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh aktivitas terlaksana

KM = 100 Seluruh aktivitas terlaksana

(Budiarti dalam Yudhayana, 2010: 40) (dalam Hakim, 2012)

2. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa a. Pemberian Skor

Skor yang diberikan untuk jawaban benar adalah satu, sedangkan untuk jawaban salah adalah nol. Semua jawaban pretest dan posttest siswa diberi skor. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.

b. Menghitung Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest

Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun posttest dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

̅ = ………. (3.6)

(Sudijono, 2009: 81) dengan : ̅ = nilai rata-rata yang kita cari dalam hal ini

skor pretest maupun posttest


(40)

N =Number of Cases banyaknya skor-skor itu sendiri

c. Menghitung Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi

Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan dengan persamaan yang dirumuskan oleh Hake (1998):

=

... (3.7)

dengan: = Rerata skor gain yang dinormalisasi Sf = Skor posttest Si = Skor pretest

Skor gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kategori peningkatan prestasi belajar siswa.

Tabel 3.13 Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi Rentang <g> Kategori

0.7 < (<g>) ≤1,0 Tinggi

0.3 < (<g>) ≤0.7 Sedang

(<g>) ≤ 0.3 Rendah

(Hake, 1998) (dalam Maharshak dan Pundak, 2004: 408) 3. Analisis Kemampuan Berpikir kreatif Siswa

a. Pemberian Skor

Soal kemampuan Beripikir Kreatif merupakan soal dengan bentuk jawaban uraian tak terbatas. Soal ini diadopsi dari soal kreativitas yang dikembangkan oleh Wallace and Kogan (1965) yang kemudian soal dibuat dengan mempertimbangkan juga materi yang sedang dipelajari. Instrumen soal kreativitas terdiri dari empat aspek yaitu Keaslian (originality), Keluwesan (flexibility), kelancaran (fluency), dan Penguraian (Elaboration). Pemberian skor pada Aspek Originality yaitu Siswa mendapat skor 2 apabila jawaban yang diberikan hanya siswa tersebut yang menjawab (unik) dan siswa mendapat skor 1 apabila jawaban yang diberikan siswa tersebut hanya 5% dari keseluruhan siswa, jawaban


(41)

50

disebut tidak biasa (unusual). Pemberian skor pada aspek flexibility yaitu skor yang didapat siswa berdasarkan jumlah perbedaan kategori, Misalkan siswa menjawab benda yang bergerak adalah kucing, burung, mobil, motor. Meskipun ada empat jawaban, tetapi hanya ada dua kategori yaitu hewan dan alat transportasi. Sehingga siswa hanya mendapat skor dua. Pemberian skor pada aspek Elaboration yaitu skor yang didapat siswa berdasarkan kedetailan jawaban yang diberikan. Dan untuk aspek yang keempat Fluency yaitu skor yang didapat siswa berdasarkan jumlah jawaban siswa. Misal siswa menjawab 3 poin maka siswa mendapat skor tiga. Skor yang diberikan tidak ada batasannya, sehingga tidak ada skor aktual yang ada hanya skor faktual saja. Dalam tes kreativitas tidak ada skor maksimum, yang ada hanya skor yang tertinggi dari sejumlah peserta yang mengikuti tes.

b. Menghitung Rata-Rata Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Pengetahuan Siswa Tentang Nature of Science

Nilai rata-rata (mean) dari skor Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan pengetahuan tentang NOS dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

̅ = ………. (3.8)

(Sudijono, 2009: 81) dengan : ̅ = nilai rata-rata yang kita cari dalam hal ini

skor kemampuan berpikir kreatif siswa dan pengetahuan tentang NOS

X = Jumlah dari skor-skor (nilai-nilai ) yang ada N =Number of Cases banyaknya skor-skor itu sendiri

c. Menghitung Simpangan Baku Data Kemampuan Berpikir Kreatif

Simpangan Baku atau Standar Deviasi (SD) dihitung dengan menggunakan rumus berikut


(42)

̅

………. (3.9)

(Sudjana, 2005: 93)

dengan: S = Simpangan Baku

= Nilai

̅ = Nilai rata-rata = banyaknya data

d. Mengelompokan Sampel Ke Dalam Tiga Rangking

Untuk mengelompokkan sampel ke dalam tiga rangking yaitu rangking atas (kelompok sampel yang tergolong tinggi ), Rangking tengah (kelompok sampel yang tergolong sedang), dan rangking bawah (kelompok sampel yang tergolong rendah) menggunakan patokan pada tabel 3. berikut.

Tabel 3. 14 Kategori Untuk Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa Tentang NOS

Nilai Kategori

̅ Tinggi (Rangking Atas)

̅ ̅ Sedang (Rangking Tengah)

̅ Rendah (Rangking Bawah) 4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa data yang diperoleh dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini menggunakan uji liliefors (Sudjana, 2005 : 466). Langkah-langkah dalam penyelesainya adalah sebagai berikut:


(43)

52

a. Pengamatan , , .... dijadikan bilangan baku , , .... dengan menggunakan rumus :

………. (3.10)

X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel

b. Menggunakan daftar distribusi normal baku untuk tiap bilangan baku ini c. Selanjutnya dihitung proporsi , , .... yang lebih kecil atau sama

dengan . Jika proporsi dinyatakan oleh S , maka :

S

………. (3.11)

d. Hitung selisih F

kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga tersebut

f. Kriteria hipotesis adalah ditolak nol bahwa populasi berdistribusi normal jika yang diperoleh dari data pengamatan melebihi dari daftar. Dalam hal ini hipotesis diterima.

5. Teknik Korelasi Phi (Phi Coefficient Correlation)

Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar-benar dikotomik (Sudijono, 2009:243). Apabila variabelnya bukan merupakan variabel diskrit dan kita ingin menganalisis data tersebut dengan menggunakan teknik Analisis korelasi Phi, maka variabel tersebut terlebih dahulu harus diubah


(44)

menjadi variabel diskrit. Langkah-langkah dalam penyelesainya adalah sebagai berikut:

a. Variabel yang akan di korelasikan dibuat menjadi variabel diskrit terlebih dahulu.

Untuk mengubah skor prestasi belajar, pengetahuan siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif agar menjadi variabel diskrit (kelompok positif dan kelompok negatif), digunakan teknik mean (rata-rata). Siswa termasuk kelompok positif, apabila nilai skor prestasi belajar, pengetahuan siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif diatas skor rata-rata. Sebaliknya, siswa termasuk kelompok negative, apabila nilai skor prestasi belajar, pengetahuan siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif di bawah skor rata-rata.

b. Menentukan variabel yang akan dikorelasikan.

Dalam penelitian ini varibel yang dikorelasikan adalah korelasi antara prestasi belajar dengan pengetahuan siswa tentang NOS, prestasi belajar dengan kemampuan berpikir kreatif dan antara pengetahuan siswa tentang NOS dengan kemampuan berpikir kreatif.

c. Merumuskan hipotesis

1. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar

Hipotesis Nol ( H0) : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara


(45)

54

Hipotesis nol diterima apabila <

Hipotesis Kerja ( H1) : Terdapat korelasi yang signifikan antara

kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa Hipotesis kerja diterima apabila >

2. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS

Hipotesis Nol ( H0) : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara

kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS Hipotesis nol diterima apabila <

Hipotesis Kerja ( H1) : Terdapat korelasi yang signifikan antara

kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang NOS Hipotesis kerja diterima apabila >

3. Korelasi antara pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar Hipotesis Nol ( H0) : Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara

pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar Hipotesis nol diterima apabila <

Hipotesis Kerja ( H1) : Terdapat korelasi yang signifikan antara

pengetahuan siswa tentang NOS dan prestasi belajar Hipotesis kerja diterima apabila >

d. Membuat tabel Kontingensi 2X2 seperti terlihat pada tabel 3. Tabel 3.15 Kontingensi 2X2


(46)

Kelompok Positif Kelompok Negatif Kelompok

Positif

A B A+B

Kelompok negative

C D C+D

Total A+C B+D A+B+C+D

Keterangan:

X = Varibel yang akan dikorelasikan (prestasi belajar, pengetahuan siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif)

Y = Variabel selain variabel X yang akan dikorelasikan dengan Variabel X prestasi belajar, pengetahuan siswa tentang NOS dan kemampuan berpikir kreatif)

A = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X dan variabel Y yang positif, memiliki nilai 1 (satu)

B = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X yang positif atau memiliki nilai 1 (satu) dan variabel Y yang negatif atau memiliki nilai 0 (nol)

C = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X yang negatif atau memiliki nilai 0 (nol) dan variabel Y yang negative atau memiliki nilai 1 (satu)

D = Banyaknya siswa yang memiliki skor variabel X dan variabel Y yang negatif, memiliki nilai 0 (nol)


(47)

56

e. Menghitung nilai korelasi Phi Coefficient. Berikut adalah persamaan uji korelasi Phi Coefficient :

... ( 3.12) (Sudijono, 2009 : 244) dengan:

= Korelasi Phi Coefficient

f. Mengkonsultasikan nilai korelasi hasil perhitungan dengan nilai korelasi r yang terdapat pada tabel dengan taraf signifikasi tertentu.

Jika lebih besar dari , maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Untuk mengetahui kriteria nilai koefisien korelasi, nilai koefisien korelasi hasil perhitungan dapat diinterpretasikan dengan tabel 3. 16

Tabel 3. 16 Interpretasi koefisien korelasi

Nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data dari penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VII suatu SMP di kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara keseluruhan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah digunakannya Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan. Peningkatan berada pada kategori sedang. Semua jenjang kognitif pada prestasi belajar mengalami peningkatan setelah diterapkannya Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan 2. Secara keseluruhan kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada kategori

sedang

3. Secara keseluruhan pengetahuan siswa tentang Nature of Science berada pada kategori sedang

4. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar berada pada kategori rendah dan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara prestasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif

5. Korelasi antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science berada pada kategori rendah dan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science

6. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science berada pada kategori rendah dan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science


(49)

82

B. Saran

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa Tentang NOS

2. Perlu dikembangkan pembelajaran yang melatihkan kemampuan berpikir kreatif. Sebagai contoh dalam LKS, siswa dilatihkan untuk mengemukakan ide terkait permasalah di sekitar siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran sebanyak –banyaknya, kemudian ide tersebut ditulis pada papan tulis agar siswa semakin berkembang pemikirannya untuk tidak menuliskan hal yang sama dengan temannya. Setiap siswa yang menuliskan jawaban atau idenya diberi apresiasi oleh guru, sehingga diharapkan siswa akan lebih semangat lagi dalam mengemukakan ide-ide kreatifnya

3. Apabila dilaksanakan kembali penelitian tentang kemampuan berpikir kreatif siswa dan pengetahuan tentang NOS seyogyanya dalam pembelajaran LKS yang digunakan siswa dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif untuk memecahkan permasalahan terkait sains. Sebagai contoh dalam LKS, siswa diminta untuk memberikan banyak alternatif jawaban terhadap permasalahan disekitar siswa yang berhubungan dengan materi. Siswa juga diminta untuk merancang suatu alat untuk mengatasi permasalah yang diberikan

4. Perlu dikembangkan pembelajaran yang melatihkan pengetahuan siswa tentang Nature of Science. Sebagai contoh siswa dalam pembelajaran sains diperkenalkan metode ilmiah sebagai proses dalam sains, pengetahuan ilmiah yaitu produk sains serta keterkaitan antara teknologi dan perkembangan sains


(50)

American Association for the Advancement of Science (AAAS). (1990). Science for All Americans. New York: Oxford University Press.

Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anwar, Muhammad Nadem. et al. (2012). “Relationship of Creative Thinking with the

Academic Achievements of Secondary School Students”. International Interdisciplinary Journal of Education , April 2012, Volume 1, Issue 3, 44-47.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Buzan, Tony. (2004). The Power of Creative Intelligence. Jakarta : PT Gramedia.

Crowther, David., & Lederman, Norman G. (2003). Understanding The True Meaning of Nature of Science. Ideas and techniques to enhance your science teaching.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Be/ajar. Jakarta: Erlangga.

Enger, S.K., & Yager, R. E. (2001). Assessing student understanding in science. Thousand Oaks, CA: Corwin Press Inc.

Eager, Sandra K., & Yager, Robert. (1998). The IOWA Assessment handbook. Van Allen Hall IOWA City : National Science Foundation.

Fraenkel, J.R., & Wellen, N.E. (2008). How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

Hu, Weiping. (2002). “ A scientific creativity test for secondary school students”. International Journal Education SCI, 2002, VOL. 24, NO. 4, 389–403.

Ismienar, Swesty., & Andriani, Heidi. (2009). Thinking. Makalah Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan : Tidak Diterbitkan.

Kaboodi, Mahnaz., & Jiar, Yeo kee (2012). “Creativity and Academic Achievement:

Comparison between Cognitive and Trait Creativity”. Faculty of Education, Universiti Teknologi of Malaysia.

Kyeong, Lee Mee., & Erdogan, Ibrahim. (2007). “The Effect of Science–Technology– Society

Teaching on Students’ Attitudes toward Science and Certain Aspects of Creativity”.

International Journal of Science Education, Vol. 29, No. 11, 3 September 2007, pp. 1315–1327.


(1)

56

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Menghitung nilai korelasi Phi Coefficient. Berikut adalah persamaan uji korelasi Phi Coefficient :

... ( 3.12) (Sudijono, 2009 : 244) dengan:

= Korelasi Phi Coefficient

f. Mengkonsultasikan nilai korelasi hasil perhitungan dengan nilai korelasi r yang terdapat pada tabel dengan taraf signifikasi tertentu.

Jika lebih besar dari , maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Untuk mengetahui kriteria nilai koefisien korelasi, nilai koefisien korelasi hasil perhitungan dapat diinterpretasikan dengan tabel 3. 16

Tabel 3. 16 Interpretasi koefisien korelasi

Nilai r Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah


(2)

81

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data dari penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VII suatu SMP di kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara keseluruhan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah digunakannya Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan. Peningkatan berada pada kategori sedang. Semua jenjang kognitif pada prestasi belajar mengalami peningkatan setelah diterapkannya Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan 2. Secara keseluruhan kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada kategori

sedang

3. Secara keseluruhan pengetahuan siswa tentang Nature of Science berada pada kategori sedang

4. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar berada pada kategori rendah dan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara prestasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif

5. Korelasi antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science berada pada kategori rendah dan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara prestasi belajar dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science

6. Korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science berada pada kategori rendah dan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir kreatif dan pengetahuan siswa tentang Nature of Science


(3)

82

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Saran

Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran, diantaranya:

1. Pendekatan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) dapat dijadikan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pengetahuan Siswa Tentang NOS

2. Perlu dikembangkan pembelajaran yang melatihkan kemampuan berpikir kreatif. Sebagai contoh dalam LKS, siswa dilatihkan untuk mengemukakan ide terkait permasalah di sekitar siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran sebanyak –banyaknya, kemudian ide tersebut ditulis pada papan tulis agar siswa semakin berkembang pemikirannya untuk tidak menuliskan hal yang sama dengan temannya. Setiap siswa yang menuliskan jawaban atau idenya diberi apresiasi oleh guru, sehingga diharapkan siswa akan lebih semangat lagi dalam mengemukakan ide-ide kreatifnya

3. Apabila dilaksanakan kembali penelitian tentang kemampuan berpikir kreatif siswa dan pengetahuan tentang NOS seyogyanya dalam pembelajaran LKS yang digunakan siswa dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif untuk memecahkan permasalahan terkait sains. Sebagai contoh dalam LKS, siswa diminta untuk memberikan banyak alternatif jawaban terhadap permasalahan disekitar siswa yang berhubungan dengan materi. Siswa juga diminta untuk merancang suatu alat untuk mengatasi permasalah yang diberikan

4. Perlu dikembangkan pembelajaran yang melatihkan pengetahuan siswa tentang Nature of Science. Sebagai contoh siswa dalam pembelajaran sains diperkenalkan metode ilmiah sebagai proses dalam sains, pengetahuan ilmiah yaitu produk sains serta keterkaitan antara teknologi dan perkembangan sains


(4)

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

American Association for the Advancement of Science (AAAS). (1990). Science for All Americans. New York: Oxford University Press.

Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anwar, Muhammad Nadem. et al. (2012). “Relationship of Creative Thinking with the

Academic Achievements of Secondary School Students”. International Interdisciplinary Journal of Education , April 2012, Volume 1, Issue 3, 44-47.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Buzan, Tony. (2004). The Power of Creative Intelligence. Jakarta : PT Gramedia.

Crowther, David., & Lederman, Norman G. (2003). Understanding The True Meaning of Nature of Science. Ideas and techniques to enhance your science teaching.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Be/ajar. Jakarta: Erlangga.

Enger, S.K., & Yager, R. E. (2001). Assessing student understanding in science. Thousand Oaks, CA: Corwin Press Inc.

Eager, Sandra K., & Yager, Robert. (1998). The IOWA Assessment handbook. Van Allen Hall IOWA City : National Science Foundation.

Fraenkel, J.R., & Wellen, N.E. (2008). How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.

Hu, Weiping. (2002). “ A scientific creativity test for secondary school students”. International Journal Education SCI, 2002, VOL. 24, NO. 4, 389–403.

Ismienar, Swesty., & Andriani, Heidi. (2009). Thinking. Makalah Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan : Tidak Diterbitkan.

Kaboodi, Mahnaz., & Jiar, Yeo kee (2012). “Creativity and Academic Achievement:

Comparison between Cognitive and Trait Creativity”. Faculty of Education, Universiti Teknologi of Malaysia.

Kyeong, Lee Mee., & Erdogan, Ibrahim. (2007). “The Effect of Science–Technology– Society

Teaching on Students’ Attitudes toward Science and Certain Aspects of Creativity”.

International Journal of Science Education, Vol. 29, No. 11, 3 September 2007, pp. 1315–1327.


(5)

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lederman, N.G. 1998. The State of Science Education: Subject Matter Without Context. Electronic Journal of Science Education (3)2. Tersedia : http://unr.edu/homepage/jcannon/ejse/ejsev3n2.html [ 1 Mei 2013].

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Munandar, Utami. 1983. Kreativitas sebagai Aktualitas Diri: Sebuah Tinjauan Psikologis. Jakarta : Dian Rakyat.

Naderi, Habibollah. (2010). “Relationship between creativity and academic achievement: A study of gender differences”. Journal of American Science 2010;6(1):181-190.

National Science Teacher Association. (2000). Position statement: The nature of Science. Tersedia : www. nsta.org/positionstatmentsid=22.

Parker, A Elisabeth. (2010).”The Relationship between Nature of Science Understandings and Science Self-Efficacy Beliefs of Sixth Grade Student”. Middle-Secondary Education and Instructional Technology Dissertations. Georgia State University.

Poedjiadi, Anna. (2007). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rosario, Bernadete. (2009). “Science, Technology, Society and Environment (STSE) Approach in Environmental Science for Nonscience Students in a Local Culture”. Liceo Journal of Higher Education Research Science and Technology Section, Vol. 6 No. 1 December 2009, 269-283.

Rusmansyah dan Irhasyuarna. (2003). “Implementasi Pendekatan STM dalam pembelajaran kimia di SMU Negeri Kota Banjarmasin”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayan. 9(040), 95 -109.

Sahin, Esin., Hilal., & Taskin, Bilge. (2009).” Exploring Scientific Creativity Of 7th Grade

Students”. Journal of Qafqaz University, Number 26, 2009, 204-214.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soekidjo, Notoadmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sugiono. (2008). Metode Penelitian Administrasi (edisi ke 16). Bandung: ALFABETA.

Surapranata, Sumarna. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes (Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Nisa Hertina, 2013

Kolerasi Antara Prestasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kreatif, Dan Pengetahuan Tentang Nature Of Science Siswa SMP Dalam Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.

Yager, R., & Akcay, H. (2010). “The Impact of a Science/Technology/Society Teaching Approach on Student Learning in Five Domains”. Journal Science Education Technology. 19. 602-611.

Yager, R. dan Akcay, H. (2007). “What Result Indicate Concerning the Successes with STS instruction”. Science Education. 16, (1), 13-21.

Yörük, Nuray., Morgil, İnci., & Seçken, Nilgün. (2009). “The effect of science, technology, society and enviroment (STSE) education on students’ career planning”. US-China Education Review. 6, (8), 68-74.

Wallace., & kogan (1965). Wallace/Kogan. [Online]. Tersedia : http://wallace_kogan_test.html [ 11 Maret 2013].


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

0 7 82

Peningkatan Berfikir Kreatif Siswa Melalui Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada Konsep Perubahan Lingkungan Dan Daur Ulang Limbah

0 2 11

PERBEDAAN SIKAP POSITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG DIKELAS VIII SMP.

1 4 39

KORELASI PRESTASI BELAJAR, KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF, DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMPSETELAH DITERAPKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA.

0 7 104

KORELASI DIANTARA PENGETAHUAN TENTANG NATURE OF SCIENCE, SIKAP TENTANG SAINS, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT LINGKUNGAN.

0 0 51

(ABSTRAK) PEMBELAJARAN SAINS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

0 0 2

Penerapan Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving dengan Pendekatan Sains, lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas) untuk meningkatkan Kreativitas Siswa dalam pembelajaran IPA Fisika di SMP.

0 0 1

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DENGAN METODE PROYEK DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS.

0 1 7

PENINGKATAN PEMAHAMAN NATURE OF SCIENCE (NOS) DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MENGGUNAKAN PENDEKATAN EXPLICIT-REFLECTIVE PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN - repository UPI T IPA 1402103 Title

0 6 3

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA

0 0 8