PENGARUH MODEL POE (PREDICT OBSERVE EXPLAIN) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI GAYA (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Karangsari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur).

(1)

PENGARUH MODEL POE (PREDICT OBSERVE EXPLAIN) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI GAYA (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN Karangsari Kecamatan

Haurwangi Kabupaten Cianjur)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

RESNA KOESPITARINI 0903918

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas IV SDN

Karangsari Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur)

Oleh

Resna Koespitarini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Resna Koespitarini 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Bagi Siswa ... 4

2. Manfaat Bagi Guru ... 4

3. Manfaat Bagi Sekolah ... 4

4. Manfaat Bagi Peneliti ... 5

5. Batasan Istilah ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A.Hakikat Pembelajaran IPA ... 6

B. Pengertian IPA ... 6

1. Pembelajaran IPA Di SD ... 6

2. Materi Gaya ... 7

3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 10

4. Model POE (Predict Observe Explain)... 12

a. Kelebihan Model POE ... 14

b. Kelemahan ... 14

5. Teori Yang Mendukung Model POE ... 15

a. Teori Jean Piaget ... 15

b. Teori Ausubel ... 15

C.Hasil Penelitian Yang Relevan ... 16

D.Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A.Populasi Dan Sampel ... 18

1. Populasi ... 18

2. Sampel ... 19

B.Desain Penelitian ... 19

C.Metode Penelitian ... 20

D.Instrumen Penelitian ... 20


(4)

2. Lembar Observasi ... 25

E. Prosedur Penelitian ... 26

1. Tahap Persiapan ... 26

2. Tahap Pelaksanaan ... 26

3. Tahap Penyelesaian ... 28

F. Pengolahan Dan Analisis Data ... 28

1. Data Kuantitaif ... 28

2. Data Kualitatif ... 32

G.Alur Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A.Pengujian Persyaratan Analisis ... 34

1. Data Pretest ... 34

2. Data Posttest... 37

3. Data N-gain ... 39

B.Hasil Penelitian ... 42

1. Gambaran Pembelajaran Konvensional ... 42

a. Deskripsi Pembelajaran ... 42

b. Uji Hipotesis ... 43

2. Gambaran Pembelajaran Model Poe ... 44

a. Deskripsi Pembelajaran ... 44

b. Uji Hipotesis ... 46

3. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Di Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen ... 48

a. Uji Normalitas Data ... 48

b. Uji Nonparametrik ... 49

C.Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A.Kesimpulan ... 54

B.Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 58


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran yang diajarkan di jalur pendidikan formal yaitu sekolah dasar, guna mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan global dan teknologi di masa yang akan mendatang salah satunya adalah mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA melibatkan unsur pengetahuan alam, tekhnologi, lingkungan dan masyarakat. Dalam hal ini, menjadikan motivasi dan membangkitkan rasa keingintahuan siswa dalam mempelajari IPA, mengikutsertakan siswa dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan, menumbuhkan kesadaran siswa agar lebih menghargai alam. Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas, 2006: 848) mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari tujuan mata pelajaran IPA di atas, pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung, sehingga siswa perlu diberi bekal untuk mengembangkan sejumlah kemampuan yang akan timbul dalam kehidupan sehari-hari.


(6)

Kemampuan yang dapat dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Semua orang mempunyai kemampuan berpikir kritis, namun kemampuan ini ada yang berkembang dan tidak berkembang. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pembinaan yang tepat, pendidikan, pembelajaran dan pengamatan sehingga dapat berkembang dengan baik. Perkembangan kemampuan ini dapat dilakukan sejak dini terutama pada siswa sekolah dasar. Kemampuan ini harus dimiliki siswa karena dengan berpikir kritis seseorang dapat mengolah informasi yang ditemukannya dan digunakan untuk memecahkan masalahnya baik informasi bersifat positif maupun negatif sehingga dapat mempengaruhi sifat mental siswa dimasa mendatang, menjauhkan seseorang dari keputusan yang keliru. Berpikir kritis melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang pasif akan membuat siswa menjadi jenuh, bosan, dan malas belajar bahkan dapat mengalihkan perhatian siswa pada kegiatan lain seperti mengobrol dengan temannya, mengganggu teman disekelilingnya, bahkan ada yang memainkan mainannya di bawah meja sehingga pembelajaraan menjadi tidak berkualitas. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang yang dimiliki guru dalam menyampaikan pembelajaran IPA.

Untuk menjembatani keterbatasan kemampuan guru dalam menyampaikan pembelajaran IPA di Sekolah dasar, berikut ditawarkan model pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong siswa belajar aktif, menarik, dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model POE. POE adalah singkatan dari predict, observe, explain. POE pertama kali diperkenalkan oleh White dan Gustone pada tahun 1992. Berdasarkan pendapat Joyce (2006) menyebutkan bahwa POE yaitu :

POE is a strategy often used in science. It work best with demonstrations that allow immediate observation, and suits Physical and Material World contexts. A similiar strategy also works well in mathematics, particularly in statisticcs.

POE adalah strategi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan. Strategi POE bekerja sangat baik dengan metode demonstrasi yang


(7)

3

memungkinkan pengamatan langsung dan pemakaian konteks Dunia Fisik dan Materi. Strategi POE juga bekerja dengan baik dalam matematika, khususnya dalam statistik.

Prosedur POE meminta siswa memprediksi apa yang menjadi prediksinya, kemudian melakukan observasi atau pengamatan untuk mencari tahu atas prediksinya, dan akhirnya siswa menjelaskan kecocokan atau ketidakcocokan dari hasil pengamatan dengan prediksinya. Melalui model POE ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan model POE ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali sendiri pengetahuanya, melakukan prediksi, melakukan pengamatan serta mengkomunikasikan antara hasil pengamatan dan diskusinya sehingga siswa lebih memahami dan menguasai materi yang diajarkan.

Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukanlah penelitian ini dengan judul “Pengaruh Model POE (Predict Observe Explain) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gaya”. Penelitian ini akan mencoba dengan menggunakan dua pembelajaran, yang pertama menggunakan pembelajaran konvensional dan yang kedua menggunakan model pembelajaran POE.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh model POE terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV pada gaya?”. Agar penelitian lebih terarah, rumusan masalah tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi gaya?

2. Apakah pembelajaran model POE dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi gaya?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapat pembelajaran konvensional dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model POE pada materi gaya di kelas IV?


(8)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan umum dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh model POE terhadap kemampuan berpikir siswa di kelas IV pada materi gaya?”. Agar penelitian lebih terarah, rumusan masalah tersebut diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran konvensional dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IVpada materi gaya.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran model POE dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV pada materi gaya.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapat pembelajaran konvensional dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model POE pada materi gaya di kelas IV.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, yaitu: 1. Manfaat bagi siswa

a. Meningkatnya aktivitas belajar di kelas IV pada materi gaya dengan menggunakan model POE.

b. Meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa serta motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA.

2. Manfaat bagi guru

Memberikan manfaat bagi guru dalam mengajar agar lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan proses pembelajaran.

3. Manfaat bagi sekolah

Dapat menggunakan hasil penelitian sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar.


(9)

5

4. Manfaat bagi peneliti

a. Dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan mata pelajaran IPA serta lebih kreatif dan inovatif lagi dalam melakukan penelitian berikutnya.

b. Dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran. c. Dapat memberikan imbas kepada rekan kerja.

E. Batasan Istilah

Untuk memperjelas fokus penelitian ini maka peneliti memberikan batasan istilah secara definitif yang berkaitan dengan judul penelitian, yaitu sebagai berikut.

1. Model POE (Predict Observe Explain) adalah model pembelajaran yang menggali pemahaman siswa melalui tiga tahap yaitu melakukan dugaan sementara, kemudian melakukan observasi atau pengamatan untuk mencari tahu atas prediksinya, dan akhirnya siswa menjelaskan kecocokan atau ketidakcocokan dari hasil pengamatan dengan prediksinya. (Joyce, 2006) 2. “Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan

menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. (Ennis dalam Hassoubah, 2007: 87).

3. Semua bentuk tarikan dan dorongan adalah gaya. (Haryanto, 2006: 135) 4. Pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran yang dipakai oleh

guru dengan metode ceramah, dengan urutan pembelajarannya yaitu menyajikan materi, memberikan contoh dan memberi latihan soal berdasarkan contoh. Guru lebih mendominasi dalam pembelajaran dan siswa hanya menerima informasi dari guru tanpa dapat menemukan sendiri konsep pembelajarannya. (Azizah, 2012: 34).


(10)

(11)

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini populasi dan sampel yang digunakan adalah: 1. Populasi

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur. Populasi yang akan digunakan adalah seluruh siswa SD kelas IV pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 Kecamatan Haurwangi Kabupaten Cianjur yang termasuk kelompok rendah. Berikut data siswa kelas IV di Kecamatan Haurwangi.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas IV

1 SDN Santosa 51

2 SDN Karangsari 63

3 SDN Sindangsari 20

4 SDN Rawasirna 35

5 SDN Sariwangi 38

6 SDN Cipeuyeum 5 19

Jumlah Total Siswa 226

Sumber: Puspindik Kec. Haurwangi 2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah salah satu SD di Kecamatan Haurwangi yang termasuk kelompok sedang dan mempunyai dua kelas. SD yang diambil adalah SDN Karangsari yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas IV A yang terdiri dari 30 siswa dan kelas IV B yang terdiri dari 33 siswa. Dua kelas ini mempunyai prestasi yang hampir sama. Kelas eksperimen adalah kelas IV A dan kelas kontrol adalah kelas IV B.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh model POE terhadap peningkatan berpikir kritis siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi


(12)

eksperimen. Penelitian ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen (Sugiyono 2012). kelompok kontrol tidak diberi perlakuan model POE dan kelompok eksperimen diberi perlakuan model POE.

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah nonequivalent control group design karena sampel pada kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak dipilih secara random. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya sebelum dan sesudah diberi perlakuan, maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi pretes dan postes dengan soal yang sama. Desain penelitian yang digunakan menurut Sugiyono (2010: 79) sebagai berikut.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

O1 dan O3 : kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama diberi pretes untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.

X : perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model POE pada kelompok eksperimen.

O2 : postes pada kelompok eksperimen setelah diberi model POE O4 : postes pada kelompok kontrol yang tidak diberi model POE

D. Instrumen penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan ini untuk mengukur kemempuan berpikir kritis siswa pada materi pengaruh gaya terhadap bentuk benda dengan 12 indikator berpikir kritis siswa yang meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya

O1 X O2


(13)

20

dan menjawab pertanyaan tentang suatu pertanyaan atau tantangan, mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, membuat induksi dan mempertimbangkan hasil innduksi, membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, mengidentifikasi asumsi, merumuskan suatu tindakan, berinteraksi dengan orang lain (Maulana, 2008: 8). Dari 12 indikator ini hanya empat indikator yang diambil untuk digunakan dalam penelitian.

Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat sebelum pembelajaran (tes awal) dan sesudah pembelajaran (tes akhir). Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang telah berlangsung selama pembelajaran. Tes yang digunakan berupa soal uraian sebanyak delapan soal dengan skor maksimal 12. Berikut kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Keterampilan Berpikir

Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis No soal Elementary clarification

(memberikan penjelasan sederhana)

1. Menganalisis argumen 7

2. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan

1, 2

basic support

(membangun keterampilan dasar)

3. Mempertimbangkan kredibilitas

suatu sumber. 6

4. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi

5

inference (menyimpulkan) 5. Membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

3, 4, 8

Sebelum beberapa instrumen diujikan, terlebih dahulu dilakukan pengujian dengan menggunakan uji coba instrumen. Menguji cobakan instrumen yang telah dibuat, tentunya setelah melalui pertimbangan dari dosen ahli yang kemudian


(14)

diuji cobakan kepada siswa yang telah diberi materi pelajaran. Uji coba ini dilakukan untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda pada setiap butir soal untuk mengetahui soal tersebut sudah termasuk kriteria soal yang baik atau belum.

a. Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih memiliki validitas tinggi sedangkan suatu instrumen dikatakan tidak valid atau tidak sahih memiliki validitas yang rendah. Tinggi rendahnya validitas istrumen mengukur sejauh mana data yang terkumpul dari gambaran validitas yang dibuat. Untuk menghitung validitas instrumen ini maka digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arifin, 2009:254).

rxy =

N ΣXY − ΣX (ΣY)

N ΣX2 – ΣX 2 N ΣY2(ΣY)2

(3.1)

Keterangan: X = nilai dari soal yang diujucobakan

Y = nilai dari ujian atau tes lain yang dibandingkan N = banyaknya siswa

Setelah dihitung, angka koefisien korelasinya diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut (Arifin, 2009:257).

Tabel 3.3

Kriteria Korelasi Koefisien Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan 1, hasil uji coba soal yang telah dilakukan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0, 88 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa soal yang telah diujikan memiliki validitas sangat tinggi


(15)

22

dan instrumen layang untuk digunakan. Berikut analisis validitas perbutir soal dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Analisis Validitas Perbutir Soal Nomor

Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

1 0,73 Tinggi

2 0,75 Tinggi

3 0,50 Cukup

4 0,71 Tinggi

5 0,68 Tinggi

6 0,66 Tinggi

7 0,13 Rendah

8 0,40 Rendah

b. Reliabilitas

“Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan” (Arikunto, 2010:221). Apabila data sudah benar sesuai dengan kenyataan maka beberapa kali pun data diambil akan sama. Instrumen dalam penelitian ini berbentuk uraian, sehingga untuk menghitung reliabilitasnya digunakan formula Koefisien Alfa. “Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.” (Arikunto, 2010:239).

Rumus Alpha:

11 = k

k−1 . 1−

Σ�2

�2 (3.2)

Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen/koefisien alfa k = Banyaknya butir soal

∑�2 = Jumlah varians butir

�2 = Varians total

Setelah dihitung, angka koefisien korelasinya diinterpretasikan dengan kriteria koefisien korelasi reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).


(16)

Tabel 3.5

Kriteria Korelasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah 0,40 < r11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,60 < r11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan perhitungan dengan persamaan 2, hasil uji coba soal yang telah dilakukan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,65 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa soal yang telah diujikan memiliki reliabilitas tinggi dan instrumen layang untuk digunakan.

c. Tingkat Kesukaran

Analisa tingkat kesukaran ini dilakukan untuk memperoleh kualitas soal yang baik serta kesimbangan dalam setiap soal. Keseimbangan disini dimaksudkan untuk mengetahui soal mana yang termasuk tingakatan mudah, sedang dan sukar secara proposional. Berikut rumus untuk menentukan tingkat kesukaran pada butir-butir soal (Arifin, 2012:133).

Tingkat Kesukaran = � � − � �

� � � (3.3)

Dengan:

Rata-rata = � ℎ � � �

� ℎ �

Dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.6

Kriteria Korelasi Koefisien Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan persamaan 3, tingkat kesukaran uji coba soal dapat dilihat pada Tabel 3.7.


(17)

24

Tabel 3.7

Analisis Tingkat Kesukaran Perbutir Soal Nomor

soal

Tingkat

kesukaran Interpretasi

1 0,34 Sedang

2 0,37 Sedang

3 0,29 Sukar

4 0,31 Sedang

5 0,22 Sukar

6 0,49 Sedang

7 0,10 Sukar

8 0,09 Sukar

d. Daya Pembeda

Analisa daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam prestasinya, siswa mana yang memiliki prestasi yang tinggi dan rendah. Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut (Arifin, 2012:133).

DP = � � −� � (3.4)

Keterangan: DP = Daya pembeda

� � = Rata-rata skor kelompok atas � � = Rata-rata skor kelompok bawah

Tabel 3.8

Kriteria Korelasi Koefisien Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

0,40 ke atas Sangat baik

0,30 – 0,39 Baik

0,20 – 0,29 Cukup, soal perlu perbaikan 0,19 ke bawah Kurang baik, soal harus dibuang

Berdasarkan rumus dipersamaan 4, hasil perhitungan daya pembeda uji coba soal dapat dilihat pada Tabel 3.9.


(18)

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan Daya Pembeda Uji Coba Soal

No Soal Nilai Daya Pembeda Tafsiran

1 0.75 baik sekali

2 0.80 baik sekali

3 0.40 cukup

4 0.70 baik

5 0.43 baik

6 0.65 baik

7 0.00 rendah

8 0.30 cukup

Berdasarkan analisis hasil uji coba soal, dari soal yang berjumlah delapan terdapat satu soal yang dibuang yaitu nomor tujuh. Nomor tujuh tidak dipergunakan karena tidak valid. Jadi, terdapat tujuh soal yang dapat digunakan dalam melakukan pretes dan postes yaitu soal nomor satu, dua, tiga, empat, lima, enam dan delapan.

2. Lembar Observasi

Observasi disebut juga pengamatan, kegiatan ini memusatkan perhatian pada suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran digunakan lembar observasi kinerja guru. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran digunakan lembar aktivitas siswa. Lembar observasi kinerja guru digunakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen begitu juga pada lembar aktivitas siswa digunakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Tahap Persiapan

a. Meminta izin kepada pihak sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. b. Merancang instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian.


(19)

26

c. Mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk melakukan validitas isi, apakah instrumen tersebut sudah layak atau tidak untuk digunakan dalam penelitian.

d. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen.

e. Melakukan pengolahan terhadap instrumen. f. Revisi dan penyempurnaan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan Tes Awal (Pretest)

Pelaksanaan tes awal (Pretest) bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa pada materi gaya. Tes ini dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai. b. Pelaksanaan Pembelajaran

1) Tahap pelaksanaan di kelas kontrol

a) Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan metode yang akan digunakan.

b) Guru menentukan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

c) Guru melakukan tanya jawab untuk memberi motivasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

d) Guru mengarahkan siswa dengan melakukan apersepsi

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang mudah dimengerti siswa.

f) Guru memberikan penjelasan materi tentang gaya. g) Guru mengarahkan siswa untuk duduk berkelompok. h) Siswa melakukan percobaan.

i) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

j) Guru memberikan evaluasi terhadap materi pembelajaran yang sudah diberikan.


(20)

2) Tahap pelaksanaan di kelas eksperimen

Pelaksanaan pembelajaran ini diberi perlakuan model pembelajaran POE pada materi gaya yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Secara garis besar dapat digambarkan pembelajaran dikelas eksperimen dengan menggunakan model POE yaitu sebagai berikut:

a) Membuat dugaan atau predict

(1) Guru membuat permasalahan tentang materi pengaruh gaya terhadap bentuk benda.

(2) Siswa diminta membuat dugaan sementara disertai alasan yang menjadi dugaan atau prediksinya.

b) Melakukan observasi

(1) Siswa diajak melakukan pengamatan berkaitan dengan masalah yang disajikan mengenai pengaruh gaya terhadap bentuk benda.

(2) Siswa melakukan pengamatan sekaligus mencari jawaban atas dugaan yang telah mereka buat.

c) Menjelaskan

(1) Jika dugaan atau prediksi siswa terjadi pada saat melakukan pengamatan, maka guru hanya merangkum dan menguatkan hasil pengamatan yang telah dilakukan.

(2) Jika dugaan atau prediksi siswa tidak terjadi pada saat melakukan pengamatan, maka guru membantu siswa mencari penjelasan mengapa dugaannya tidak benar.

(3) Guru membantu siswa mengubah dugaanya dan membenarkan dugaannya yang tidak benar.

c. Pelaksanaan Tes Akhir (posttest)

Pelaksanaan tes akhir ini dilakukan setelah pembelajaran selesai. Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan berpikir kritis siswa pada materi pengaruh gaya terhadap bentuk benda dengan menggunakan model pembelajaran POE.


(21)

28

3. Tahap penyelesaian

a. Mengumpulkan data yang diperoleh b. Mengolah data

c. Menganalisis dan membahas hasil penelitian

d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua kelompok yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari tes kemampuan berpikir kritis dan lembar observasi.

1. Data Kuantitatif a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang normal. Uji normalitas dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan menggunakan bantuan microsoft excel dan software SPSS versi 16.0 for windows.

Rumusan hipotesis pengujian normalitas data, yaitu:

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Pelaksanaan uji normalitas yaitu dengan menentukan tingkat keberartian α (taraf signifikasi) sebesar 0,05. Jika kedua data kelas normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji normalitas dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for windows adalah sebagai berikut.

1) Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelompok kemudian enter.

2) Pada kolom label isi dengan kelompok yang diteliti. 3) Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.


(22)

4) Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add.

5) Tulis pretes pada kolom nama baris kedua.

6) Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol. 7) Masukan hasil pretes di kolom kedua.

8) Klik analyze descriptive statistics eksplore kelompok yang diteliti pindahkan ke factor list, pretes pindahkan ke dependent list plots,

normality test with plots continue ok.

9) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig di Kolmogorov-Smirnov apabila >α sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, apabila α< sampel tersebut bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya data sampel yang diambil dari populasi yang sama. Jika data tersebut homogen maka bisa dilakukan uji t (dilakukan untuk menghitung beda rata-rata). Sedangkan jika datanya tidak homogen, maka uji beda rata-rata menggunakan uji t’. Untuk menentukan homogenitas suatu sampel digunakan rumus hipotesis sebagai berikut.

H0 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau homogen.

H1 : Data sampel berasal dari popolasi yang mempunyai varians yang tidak sama atau tidak homogen.

Taraf signifikansi pada uji Levene’s dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut.

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji homogenitas melalui SPSS 16.0 for windows sebagai berikut.


(23)

30

1) Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelompok kemudian enter.

2) Pada kolom label isi dengan kelompok yang diteliti. 3) Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.

4) Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add. Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol.

5) Masukan hasil pretes di kolom kedua.

6) Klik analyze compare means independent-samples T-test pretes pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variable define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua continue ok.

7) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig di

Levenes’s Test for Equality of Variance apabila >α variansi setiap sampel sama (homogen), apabila α< maka variansi sampel tidak sama (tidak homogen).

c. Uji Beda Rata-Rata

Normalitas dan homogenitas jika telah terpenuhi, maka langkah selanjutnya yaitu uji beda rata-rata (uji t). Rumusan hipotesis untuk pengujian kesamaan nilai rata-rata pretes dan nilai rata-rata postes kelas eksperimen dan kelas kelas kontrol adalah sebagai berikut.

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen dan kelompok kontrol.

H1 : terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen dan kelompok kontrol.

Taraf signifikansi pada uji independent sample t-test dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut.

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.


(24)

Jika data dari kedua kelas normal tetapi tidak homogen, maka dilakukan uji independent sample t-test tetapi untuk membaca hasil pengujiannya yaitu pada kolom Equal Varians Not Asumed (diasumsikan varians tidak sama). Jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya menggunakan uji non parametik Mann-Whitney U. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Mann-Mann-Whitney U adalah sebagai berikut.

1) Buka SPSS kemudian masuk ke variabel view, masukan pada kolom nama di baris kesatu dengan nama kelompok kemudian enter.

2) Pada kolom label isi dengan kelompok yang diteliti. 3) Ganti decimals pada kolom keempat dengan angka nol.

4) Pada kolom values masukan pada value angka satu dan pada label tulis kelas eksperimen kemudian add, masukan lagi pada value angka dua dan pada label tulis kelas kontrol kemudian add . Klik data view, masukkan angka satu di kolom pertama sebanyak siswa kelas eksperimen, kemudian lanjutkan dengan angka dua sebanyak kelas kontrol.

5) Masukan hasil pretes di kolom kedua.

6) Klik analyze nonparametric test 2-independent-samples T-test pretes pindahkan ke test variable, kelompok yang diteliti pindahkan ke grouping variable define group, use specified values, grup satu diisi dengan angka satu dan grup dua diisi dengan angka dua exact monte carlo ganti confidence level 95% continue lihat test type dan beri tanda √ pada tulisan Mann Whitney lalu ok.

7) Setelah melakukan langkah-langkah tersebut, kemudian lihat nilai sig (2-tailed) pada tabel test statistics apabila >α kemampuan siswa sama (homogen), apabila α< maka kemampuan siswa berbeda (tidak homogen).

d. Menghitung N-Gain

Menghitung N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis. Menurut Hake (Yulianti, 2012:43) untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:

− �� = skor tes akhir−skor tes awal


(25)

32

Interpretasi nilai N-Gain dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel 3.10

Interpretasi Nilai N-Gain

Kategori Perolehan N-Gain Interpretasi

N-Gain < 0,30 Rendah

0,30 ≤ N-Gain ≥ 0,70 Sedang

N-Gain > 0,70 Tinggi

2. Data Kualitatif

Pengolahan data kualitatif pada tes kemampuan berpikir kritis siswa yang berupa uaraian sebanyak tujuh butir soal dengan cara penskoran yang kemudian diolah sebagai berikut.

a. Soal diperiksa dan diberikan skor pada setiap butir soal b. Menghitung total skor yang didapat oleh setiap siswa

c. Data diolah untuk mengetahui presentase kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

NP = R

SM x 100 (3.6)

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap


(26)

G. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian Merumuskan masalah

Mengumpulkan data dan kajian pustaka

Menyusun proposal penelitian, seminar proposal dan revisi proposal

Menyusun instrumen penelitian dan RPP pembelajaran

Melakukan judgement instrumen

Revisi istrumen

Tes awal

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan

model POE

Tes akhir

Pengumpulan data

Pengolahan data dan analisis data

Hasil dan kesimpulan Penerapan pembelajaran

dengan menggunakan konvensional


(27)

53 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV pada materi gaya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretes sebesar 27,53 dan rata-rata hasil postes sebesar 45,20. Selain itu, dari uji Mann-Whitney U diperolehan nilai signifikansi sebesar 0.011. Hal ini α < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV pada materi gaya.

2. Model pembelajaran Predict Observe Explain (POE) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretes sebesar 31,94 dan nilai rata-rata hasil postes sebesar 60,83. Selain itu, dari hasil uji Mann-Whitney U diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini α <0,05 maka H0 ditolak atau H2 diterima. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model pembelajaran POE dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya. 3. Perbandingan pembelajaran konvensional dan model pembelajaran POE

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV dilihat dari nilai pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dilihat dari N-Gain dengan menggunakan uji Mann-Whitney U yang diperoleh gain sebesar 0,003 dengan taraf signifikansi < 0,05 maka H0 tidak ditolak. Sehingga dalam perbedaan pembelajaran konvensional dan model pembelajaran POE, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran POE. Kedua pembelajaran tersebut sama-sama dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa namun kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol.


(28)

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih kritis dalam menanggapi semua materi pelajaran, lebih memahami materi pelajaran baik dalam pelajaran IPA maupun materi selain IPA dan tidak jenuh, tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu dapat mengaplikasikan pembelajaran yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Guru

a. Guru perlu mempertimbangkan materi yang akan digunakan jika ingin menggunakan model pembelajaran POE, karena tidak semua materi pembelajaran bisa menggunakan model pembelajaran POE.

b. Guru harus benar-benar siap ketika akan menggunakan model pembelajaran POE baik dalam penguasaan materi maupun alat dan bahan yang akan digunakan.

c. Guru dapat mengambil hasil evaluasi pembelajaran dari soal-soal kemampuan berpikir kritis sebagai acuan dalam penilaiannya.

3. Bagi Sekolah

Berdasarkan penelitian ini, bahwa pengaruh model pembelajaran POE dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk mencoba menggunakan model pembelajaran POE ini sebagai alternatif pembelajaran di sekolah khususnya pada materi IPA. Sehingga dalam memberikan materi pelajaran tidak terpaku pada buku paket, serta dengan menggunakan model POE ini sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar.


(29)

55

Bagi peneliti lain dapat dijadikan inspirasi dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan namun jika ingin menggunakan model pembelajaran POE dapat dikorelasikan dengan kemampuan yang lain dan materi yang berbeda.


(30)

56

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, S. D. 2012. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunaakan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dan Pembelajaran konvensional Pada Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Tidak diterbitkan.

Dahar. R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Haryanto. 2006. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Hassoubah, Z. I. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.

Hidayat, D. T. (2012). Penerapan Model POE (Prediction-Observation-Explanation) Pada Konsep Energi Bunyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Indrawati dan Setiawan, W .(2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan Untuk Guru SD. Pusat pengmbangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependididkan ilmu pengetahuan alam (PPPPTK IPA).

Joyce, Chris. (2006). Predict, Observe, Explain. Tersedia online: http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php [15 November2012].

Maulana. (2008). Dasar-Dasar Keilmuan Matematika. Subang: Royyan Press.

Sagala, S. (2005). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.


(31)

57

Yulianti. (2012). Penerapan Model POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Sub konsep Pencemaran Air. Bandung: tidak diterbitkan.

Dokumen

Depdiknas. (2006). Kurikulum Pendidikan satuan Pendidikan (KTSP) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI Kelas IV. Jakarta: Depdiknas.


(1)

33

G. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian Merumuskan masalah

Mengumpulkan data dan kajian pustaka

Menyusun proposal penelitian, seminar proposal dan revisi proposal

Menyusun instrumen penelitian dan RPP pembelajaran

Melakukan judgement instrumen

Revisi istrumen

Tes awal

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan

model POE

Tes akhir

Pengumpulan data

Pengolahan data dan analisis data

Hasil dan kesimpulan Penerapan pembelajaran

dengan menggunakan konvensional


(2)

53 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV pada materi gaya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretes sebesar 27,53 dan rata-rata hasil postes sebesar 45,20. Selain itu, dari uji Mann-Whitney U diperolehan nilai signifikansi sebesar 0.011. Hal ini α < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV pada materi gaya.

2. Model pembelajaran Predict Observe Explain (POE) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretes sebesar 31,94 dan nilai rata-rata hasil postes sebesar 60,83. Selain itu, dari hasil uji Mann-Whitney U diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini α < 0,05 maka H0 ditolak atau H2 diterima. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model pembelajaran POE dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya. 3. Perbandingan pembelajaran konvensional dan model pembelajaran POE

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV dilihat dari nilai pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dilihat dari N-Gain dengan menggunakan uji Mann-Whitney U yang diperoleh gain sebesar 0,003 dengan taraf signifikansi < 0,05 maka H0 tidak ditolak. Sehingga dalam perbedaan pembelajaran konvensional dan model pembelajaran POE, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran POE. Kedua pembelajaran tersebut sama-sama dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa namun kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol.


(3)

54

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih kritis dalam menanggapi semua materi pelajaran, lebih memahami materi pelajaran baik dalam pelajaran IPA maupun materi selain IPA dan tidak jenuh, tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu dapat mengaplikasikan pembelajaran yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Guru

a. Guru perlu mempertimbangkan materi yang akan digunakan jika ingin menggunakan model pembelajaran POE, karena tidak semua materi pembelajaran bisa menggunakan model pembelajaran POE.

b. Guru harus benar-benar siap ketika akan menggunakan model pembelajaran POE baik dalam penguasaan materi maupun alat dan bahan yang akan digunakan.

c. Guru dapat mengambil hasil evaluasi pembelajaran dari soal-soal kemampuan berpikir kritis sebagai acuan dalam penilaiannya.

3. Bagi Sekolah

Berdasarkan penelitian ini, bahwa pengaruh model pembelajaran POE dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi gaya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk mencoba menggunakan model pembelajaran POE ini sebagai alternatif pembelajaran di sekolah khususnya pada materi IPA. Sehingga dalam memberikan materi pelajaran tidak terpaku pada buku paket, serta dengan menggunakan model POE ini sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar.


(4)

55

Bagi peneliti lain dapat dijadikan inspirasi dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan namun jika ingin menggunakan model pembelajaran POE dapat dikorelasikan dengan kemampuan yang lain dan materi yang berbeda.


(5)

56

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Online tersedia: http://re-searchengimes.com/1007arief3.html. [02 Desember 2012].

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, S. D. 2012. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunaakan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dan Pembelajaran konvensional Pada Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Tidak diterbitkan.

Dahar. R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Haryanto. 2006. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Hassoubah, Z. I. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis Disertai Ilustrasi dan Latihan. Bandung: Nuansa.

Hidayat, D. T. (2012). Penerapan Model POE (Prediction-Observation-Explanation) Pada Konsep Energi Bunyi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Indrawati dan Setiawan, W .(2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan Untuk Guru SD. Pusat pengmbangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependididkan ilmu pengetahuan alam (PPPPTK IPA). Joyce, Chris. (2006). Predict, Observe, Explain. Tersedia online:

http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php [15 November2012].

Maulana. (2008). Dasar-Dasar Keilmuan Matematika. Subang: Royyan Press. Sagala, S. (2005). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alpabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.


(6)

57

Yulianti. (2012). Penerapan Model POE (Predict-Observe-Explain) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Sub konsep Pencemaran Air. Bandung: tidak diterbitkan.

Dokumen

Depdiknas. (2006). Kurikulum Pendidikan satuan Pendidikan (KTSP) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI Kelas IV. Jakarta: Depdiknas.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE ( PREDICT – OBSERVE – EXPLAIN) BERBANTUAN LKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

6 37 168

Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan

24 88 194

Analisis keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran predict, observe, explain (poe) pada materi asam basa

3 12 218

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) PADA MATERI KOLOID UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

1 25 156

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 34

PENERAPAN STRATEGI “POE” (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA.

0 0 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DANKETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA SUBKONSEP PENCEMARAN AIR.

0 7 36

PENGARUH MODEL POE PADA MATERI KOLOID TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 0 9

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

0 0 8

1 PENGARUH MODEL PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI BAKTERI PADA SISWA KELAS X DI SMA SRIGUNA PALEMBANG SKRIPSI

0 1 31