ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI LINGKUNGAN SMP NEGERI 5 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

(1)

iv

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. RumusanMasalah ... 5

E. TujuanPenelitian ... 5

F. ManfaatPenelitian ... 6

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 7

A. LandasanTeoretis ... 7

1. Kajian Pragmatik ... 7

2. Kesantunan Berbahasa ... 9

3. Kesantunan dan Pragmatik ... 10

4. Prinsip Kesantunan Berbahasa ... 11

5. Pendidikan Karakter ... 18

B. KerangkaKonseptual ... 19

C. Pertanyaan Penelitian ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 21

A. Metode Penelitian ... 21

B. Lokasi Penelitianl ... 21

C. Sumber Data ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil Penelitian ... 27

1. Deskripsi Data ... 27

2. Transkip Percakapan ... 27

3. Tuturan Yang Menggambarkan Realisasi Kesantunan Berbahasa Siswa ... 33

4. Tuturan Yang Menggambarkan Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa Siswa ... 35

5. Tuturan Yang Menggambarkan Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa Siswa Yang Paling Dominan ... 37

B. Pembahasan Penelitian ... 47


(2)

v

2. Pelanggaran Prinsip Kesantunan Siswa ... 73 3. Pelanggaran Kesantunan Yang Paling Dominan Yang Dilakukan Siswa ... 107 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 112 DAFTAR PUSTAKA ... 114


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud pembicara kepada pendengar. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan jenis kata, lawan bicara, waktu (situasi) dan tempat (kondisi) diperkuat dengan cara pengungkapan yang menggambarkan nilai-nilai budaya masyarakat. Kenyataan menunjukkan masih banyak orang yang bertutur kata dan berkomunikasi tetapi tanpa memperhatikan hal-hal di atas.

Sekarang ini, masyarakat tengah bergerak ke arah yang semakin maju dan modern. Setiap perubahan masyarakat melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan nilai dan moral. Misalnya, kemajuan bidang komunikasi melahirkan pergeseran budaya belajar anak-anak dan benturan antara tradisi Barat yang bebas dengan tradisi Timur yang penuh keterbatasan norma. Tidak hanya budaya belajar, kemajuan bidang komunikasi juga membuat pergeseran bahasa, dari bahasa santun menuju kepada bahasa yang tidak santun. Seperti pengalaman peneliti ketika melakukan Program Pengalaman Terpadu (PPLT) di SMP Negeri 5 Binjai. Peneliti melihat bahwa siswa masih sering menggunakan kata-kata yang kurang santun ketika melakukan percakapan tidak saja di di luar kelas bahkan ketika berada di dalam kelas siswa juga menggunakan


(4)

kata-kata yang kurang santun. Tentu saja hal ini bukan merupakan contoh yang baik karena ketika berada di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas seharusnya siswa menggunakan bahasa yang santun dalam percakapannya. Kesantunan dalam berbahasa sangat berkaitan dengan karakter berbahasa yang baik. Jika siswa menggunakan bahasa yang santun tentu saja siswa tersebut memiliki karakter yang baik dalam berbahasa. Pendidikan (khususnya sekolah) dituntut untuk memiliki kemampuan mendidik dan mengembangkan etika berbahasa santun agar siswa dapat berkomunikasi dengan lebih baik.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.


(5)

Anak perlu dibina dan dididik untuk memiliki karakter yang baik sebab mereka adalah generasi penerus yang akan hidup pada zamannya. Bila anak dibiarkan dengan bahasa mereka, tidak mustahil bahasa santun yang sudah ada pun bisa hilang dan selanjutnya lahir generasi yang arogan, kasar, dan kering dari nilai-nilai etika dan agama. Akibat dari karakter yang buruk dan bahasa yang tidak santun di kalangan remaja, seringkali menyebabkan perselisihan dan perkelahian antar mereka.

Sekolah adalah institusi pendidikan, yaitu tempat di mana pendidikan berlangsung. Pendidikan sekolah adalah proses belajar mengajar atau proses komunikasi edukatif antara guru dan murid. Dilihat dari pandangan sosial, sekolah merupakan institusi sosial yang tidak berdiri sendiri. Sebagai institusi sosial, sekolah berada dalam lingkungan institusi sosial lainnya dalam masyarakat.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir


(6)

generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Kesantunan berbahasa terkait langsung dengan norma yang dianut oleh masyarakatnya. Jika masyarakat menerapkan norma dan nilai secara ketat, maka berbahasa santun pun menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat. Dalam kaitan dengan pendidikan, maka masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kesantunan akan menjadikan berbahasa santun sebagai bagian penting dari proses pendidikan, khususnya pendidikan persekolahan.

Penelitian mengenai kesantunan telah banyak dilakukan antara lain: Penerapan Kesantunan Berbahasa dalam Komunikasi Verbal dalam pengajaran bahasa bagi Guru SMA oleh Christinawati, Kesantunan Dalam Kehidupan Manusia Yang Berbudaya oleh Zawawi Imron, Tutur Kata Pada Masyarakat Oleh Sofyan Sauri. Hilangnya Kesantunan Bahasa Kita oleh Rohaidah Mashudi dan Revolusi Paradigmatik dengan Kesantunan oleh M. Yamin Panca Setia.

Dari banyaknya penelitian yang dilakukan mengenai kesantunan penulis beranggapan bahwa penelitian mengenai kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah sangat menarik dan perlu untuk dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang msalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Wujud ragam bahasa yang dipakai di lingkungan sekolah.


(7)

3. Pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi dalam percakapan di lingkungan sekolah.

4. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang manakah yang lebih dominan ditemukan pada percakapan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Binjai.

C. Batasan Masalah

Mengacu pada fenomena yang telah dikemukakan di atas, maka perlu ada batasan masalah agar penelitian ini terarah dan mengena pada tujuan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana realisasi kesantunan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Binjai

D. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal berikut:

1. Bagaimana realisasi kesantunan berbahasa dalam percakapan di lingkungan sekolah?

2. Bagaimana pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada percakapan di lingkungan sekolah?

3. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang manakah yang lebih dominan ditemukan pada percakapan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Binjai.


(8)

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan realisasi kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah.

2. Mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada percakapan di lingkungan sekolah.

3. Mendeskripsikan tingkat kesantunan berbahasa siswa yang terjadi di lingkungan sekolah.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk kajian linguistik penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian

penelitian kebahasaan.

2. Sebagai dokumentasi nilai kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah.

3. Memberikan masukan tentang kesantunan di lingkungan sekolah.


(9)

27

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Sekolah SMP Negeri 5 Binjai maka penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Realisasi kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari terpenuhinya maksim skala ketidaklangsungan dengan jumlah 52 tuturan dan skala jarak sosial dengan jumlah 42 tuturan.

2. Pelanggaran prinsip kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari tidak terpenuhinya maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan.

3. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang dominan yang ditemukan adalah pelanggaran maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan.

B. Saran

1. Diharapkan pengembangan penelitian kebahasaan yang dapat menunjang penelitian kajian kebahasaan khususnya mengenai wujud kesantunan berbahasa.


(10)

28

2. Untuk sekolah SMP Negeri 5 Binjai diperlukan minat dan kemampuan berbahasa Indonesia khususnya mengenai kesantunan berbahasa karena masih ada di temukan tuturan yang tidak santun di lingkungan sekolah. 3. Kesantunana berbahasa sangat penting dalam percakapan sehingga

kesalahpahaman dalam berkomunikasi tidak terjadi. Dengan demikian diharapkan kepada penutur dan mitra tutur untuk menggunakan bahasa yang santun dalam berkomunikasi khususnya di lingkungan sekolah.


(11)

114

DAFTAR PUSTAKA

George, Yule. 1996. Pragmatics, New York: oxford university.

Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ohoiwutun, Paul.2007. Sosiolinguistik.Jakarta: Kesain Blanc.

Aunillah Nurla Isna.2011. Pendidikan karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana. Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Jogjakarta: Graha Ilmu. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Unika Atmaja.

Sulhan, Najib. 2011. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. Surabaya: Jaringpena.

Prayitno dan Manullang, Belferik. 2011.Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa. Jakarta: Grasindo

Elfindri, dkk. 2011. Pendidikan Karakter. Baduose Media: Jakarta.

Aqib, Zainal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Yrama Widya: Bandung

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Yrama Widya: Bandung.

Gunawan, Heri. 2011. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Alfabeta: Bandung.

Zabaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Kencana: Jakarta


(12)

115 Bangsa. Kencana: Jakarta.

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara: Jakarta.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djudjun Djaenuddin Supriadi. 2008. Jurnal Pendidikan Penabur. Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK Penabur Jakarta. Nomor 10.

Agus Wijayanto dan Titis Setyabudi. 2007. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Bahasa Kekerasan (Abosive Language) dalam Sinetron anak-anak dan Remaja di Beberapa Stasiun.

Sumber Internet:

http://jurnal-skripsi3.blogspot.com/2011/11/skripsi-bahasa-indonesia-dan-sastra.html

http://www.4skripsi.com/skripsi-pendidikan/realisasi-kesantunan-berbahasa-di-lingkungan-terminal-sebuah-kajian-sosiopragmatik.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19560420198 3011-SOFYAN_SAURI/jurnal2/Jurnal.pdf

http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/11/23/kesantunan-berbahasa-indonesia-sebagai-pembentuk-kepribadian-bangsa/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter%20II.pdf http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/02/urgensi-pendidikan-karakter/ http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia-pendidikan/

http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Penerapan%20Kesantunan%20Berbaha sa%20dalam%20%20%20%20Komunikasi%20Verbal%20dalam%20pengajaran %20bahasa%20bagi%20%20%20%20Guru%20SMA%20%20_1275_387 http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/article/view/35

http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2011/03/06/hilangnya-kesantunan-bahasa-kita/

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19560420198 3011-SOFYAN_SAURI/jurnal2/Jurnal_LPM.pdf


(1)

3. Pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi dalam percakapan di lingkungan sekolah.

4. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang manakah yang lebih dominan ditemukan pada percakapan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Binjai.

C. Batasan Masalah

Mengacu pada fenomena yang telah dikemukakan di atas, maka perlu ada batasan masalah agar penelitian ini terarah dan mengena pada tujuan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana realisasi kesantunan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Binjai

D. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada hal-hal berikut:

1. Bagaimana realisasi kesantunan berbahasa dalam percakapan di lingkungan sekolah?

2. Bagaimana pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada percakapan di lingkungan sekolah?

3. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang manakah yang lebih dominan ditemukan pada percakapan di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Binjai.


(2)

1. Mendeskripsikan realisasi kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah.

2. Mendeskripsikan pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada percakapan di lingkungan sekolah.

3. Mendeskripsikan tingkat kesantunan berbahasa siswa yang terjadi di lingkungan sekolah.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk kajian linguistik penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian

penelitian kebahasaan.

2. Sebagai dokumentasi nilai kesantunan berbahasa di lingkungan sekolah.

3. Memberikan masukan tentang kesantunan di lingkungan sekolah.


(3)

27

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Sekolah SMP Negeri 5 Binjai maka penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Realisasi kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari terpenuhinya maksim skala ketidaklangsungan dengan jumlah 52 tuturan dan skala jarak sosial dengan jumlah 42 tuturan.

2. Pelanggaran prinsip kesantunan di SMP Negeri 5 Binjai dapat dilihat dari tidak terpenuhinya maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan.

3. Peringkat pelanggaran kesantunan bahasa yang dominan yang ditemukan adalah pelanggaran maksim kebijaksanaan dengan jumlah 24 tuturan dan skala ketidaklangsungan dengan jumlah 24 tuturan.

B. Saran

1. Diharapkan pengembangan penelitian kebahasaan yang dapat menunjang penelitian kajian kebahasaan khususnya mengenai wujud kesantunan berbahasa.


(4)

2. Untuk sekolah SMP Negeri 5 Binjai diperlukan minat dan kemampuan berbahasa Indonesia khususnya mengenai kesantunan berbahasa karena masih ada di temukan tuturan yang tidak santun di lingkungan sekolah. 3. Kesantunana berbahasa sangat penting dalam percakapan sehingga

kesalahpahaman dalam berkomunikasi tidak terjadi. Dengan demikian diharapkan kepada penutur dan mitra tutur untuk menggunakan bahasa yang santun dalam berkomunikasi khususnya di lingkungan sekolah.


(5)

114

DAFTAR PUSTAKA

George, Yule. 1996. Pragmatics, New York: oxford university.

Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ohoiwutun, Paul.2007. Sosiolinguistik.Jakarta: Kesain Blanc.

Aunillah Nurla Isna.2011. Pendidikan karakter di Sekolah. Jogjakarta: Laksana. Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Jogjakarta: Graha Ilmu. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Unika Atmaja.

Sulhan, Najib. 2011. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. Surabaya: Jaringpena.

Prayitno dan Manullang, Belferik. 2011.Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa. Jakarta: Grasindo

Elfindri, dkk. 2011. Pendidikan Karakter. Baduose Media: Jakarta.

Aqib, Zainal dan Sujak. 2011. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Yrama Widya: Bandung

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Yrama Widya: Bandung.

Gunawan, Heri. 2011. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Alfabeta: Bandung.

Zabaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Kencana: Jakarta


(6)

Bangsa. Kencana: Jakarta.

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Bumi Aksara: Jakarta.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djudjun Djaenuddin Supriadi. 2008. Jurnal Pendidikan Penabur. Program Pendidikan Karakter di Lingkungan BPK Penabur Jakarta. Nomor 10.

Agus Wijayanto dan Titis Setyabudi. 2007. Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Bahasa Kekerasan (Abosive Language) dalam Sinetron anak-anak dan Remaja di Beberapa Stasiun.

Sumber Internet: http://jurnal-skripsi3.blogspot.com/2011/11/skripsi-bahasa-indonesia-dan-sastra.html http://www.4skripsi.com/skripsi-pendidikan/realisasi-kesantunan-berbahasa-di-lingkungan-terminal-sebuah-kajian-sosiopragmatik.html http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19560420198 3011-SOFYAN_SAURI/jurnal2/Jurnal.pdf http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/11/23/kesantunan-berbahasa-indonesia-sebagai-pembentuk-kepribadian-bangsa/ http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19937/3/Chapter%20II.pdf http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/02/urgensi-pendidikan-karakter/ http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia-pendidikan/ http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Penerapan%20Kesantunan%20Berbaha sa%20dalam%20%20%20%20Komunikasi%20Verbal%20dalam%20pengajaran %20bahasa%20bagi%20%20%20%20Guru%20SMA%20%20_1275_387 http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/article/view/35 http://jurnaltoddoppuli.wordpress.com/2011/03/06/hilangnya-kesantunan-bahasa-kita/ http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19560420198 3011-SOFYAN_SAURI/jurnal2/Jurnal_LPM.pdf