Kemampuan Membaca Al Qur'an Dengan Metode Tatbiqi Siswa Kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 20152016
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE TATBIQI
SISWA KELAS VII SMP ANNIDA JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Magister
Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
W A H Y U D I
NPM : 1422010027
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH
KOSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2016 M / 1437 H
i
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE TATHBIQI
SISWA KELAS VII SMP ANNIDA JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister
Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
W A H Y U D I
NPM : 1422010027
PEMBIMBING I :Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag.
PEMBIMBING II :Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2016 M / 1437 H
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: W A H Y U D I
NPM
:1422010027
Program Studi : Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi
: PendidikanAgamaIslam
menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul:
”kemampuan
membaca Al-Qur’an dengan metode tathbiqi siswa kelas VII SMP Annida Jati
Agung Lampung Selatan Tahun pelajaran 2015/2016” adalah benar-benar karya
asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan
kekeliruan di dalamnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Bandar Lampung, Februari 2016
Yang Menyatakan,
WAHYUDI
NPM 1422010027
iii
ABSTRAK
Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan yang dimiliki
siswa dalam membaca dengan baik dan benar berdasarkan tajwid dan tartiluntuk
memperoleh pesan dari Al-Qur’an.
Metode tatbiqi adalah metodologi pembelajaran bahasa Al-Qur’an yang
menghantarkan siswa ke tingkat tadabur (kajian dan tafsir),metode ini menitik
beratkan pada tatbiq (penerapan langsung) kata yang menjadi nama dari metode
itu sendiri. Metode Tatbiqi adalah metodologi belajar dan mengajarkan Al-Quran
yang menitikberatkan pada praktik dan langsung pada sumbernya Al Quran, yang
dibutuhkan umat Islam saat ini. Adapun kata Tatbiqi diambil dari kata bahasa arab
yang artinya bersifat terapan. Begitu urgensinya metodologi ini sebagai
sarana pengembangan SDM dan dakwah kita keseluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data dilapanganGuru sudah menjadwalkan membaca Al-Qur’an
dalam kurikulum sekolah secara rutin setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu
namun masih terdapat siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan
baik, guru sudah menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk lebih
mudah melakukan pengawasan aktifitas kegiatan membaca Al-Qur’an namun
masih terdapat beberapa siswa yang tidak sungguh-sungguh atau bersendaugurau
di dalam proses kegiatan belajar, siswa sudah memiliki perangkat pembelajaran
Al-Qur’an yaitu kitab Al-Qur’an namun tidak semua Al-Qur’an memiliki standar
yang sama, proses kegiatan belajar mengajar dilakukan secara bersamaan dan
serentak sesuai jadwal dengan tujuan untuk menyelesaikan target belajar secara
bersama-sama namun terdapat beberapa santri namun tidak semua santri memiliki
kemampuan daya serap yang sama sehingga kecepatan membaca dan target
penyelesaian materipun berbeda.
Berbagai metode mengajar membaca Al-Qur’an sudah diterapkan di sekolahsekolah namun, pengembangan metode mengajar membaca Al-Qur’an harus terus
dilakukan.
Oleh
karenanya
masalah
dalam
penelitian
ini
adalah
:Bagaimanakahkemampuan siswa membaca Al-Qur’an dengan metode Tathbiqi
pada siswa kelas VII SMP Annida Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif dimana hasil penelitian disajikan secara deskripsi. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
kemudian dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data dan
kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwakemampuan
membaca Al-Qur’an dengan metode tathbiqi siswa kelas VII SMP Annida
Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016 tergolong baik.
iv
PERSETUJUAN
Judul Tesis
: KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN
METODE TATHBIQI SISWA KELAS VII SMP ANNIDA
JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN
2015/2016.
Nama Mahasiswa
:W A H Y U D I
NPM
:1422010027
Program Studi
:Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi
:Pedidikan Agama Islam
Telah disetujui dalam ujian terbuka, pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan
Lampung.
Bandar Lampung, 2 Maret 2016
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag
NIP. 195904161987031002
Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.
NIP.196904052009011003
.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Tarbiyah
Dr. H. Achmad Asrori, M.A.
NIP.195507101985031003
v
PENGESAHAN
Tesis yang berjudul :KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN
METODE TATHBIQI SISWA KELAS VII SMP ANNIDA JATI AGUNG
LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016, disusun oleh
WAHYUDI, NPM 1422010027, telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada
Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Tim Penguji
Ketua
: Prof. Dr. H. Sulthan Syahril, MA.
.........................................
Sekretaris
: Dr. M. Akmansyah, MA.
.........................................
Penguji I
:Dr. H. Subandi, MM.
.........................................
Penguji II
:Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.
.........................................
Direktur Program Pascasarjana
IAIN Raden Intan Lampung
Prof.Dr. Idham Kholid, M.Ag.
NIP.19601020 198803 1 005
Tanggal Lulus Ujian Terbuka : 27 Maret 2016.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan tesis ini secara utuh
mengacu pada pedoman transliterasi yang ditetapkan dalam pedoman penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi
Huruf
Arab
Huruf Latin
Huruf Arab
Huruf Latin
Tidak dilambangkan
t
B
z
T
„
s
G
J
F
h
.
Q
Kh
K
D
L
.
z
R
M
Z
W
S
H
Sy
`
s
Y
.
.
N
.
d
.
vii
Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
tranliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:
Harkat dan Huruf
--
a
Huruf dan tanda
i
u
Pedoman transliterasi ini dimodifikasi dari: Tim Puslitbang Lektur
Keagamaan,
Pedoman
Tranliterasi,
Arab-Latin,
Proyek
Pengkajian
dan
Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat
Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta, 2003.
viii
MOTTO
Artinya
:
“Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
Tuhanmu
yang
menciptakan.”1
Artinya : “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih
besar keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”2
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang
yang mengajarkannya.” 3
Qs. Al-„Alaq [96] : 1.
Qs. Al-„Ankabut [29] : 45.
3
HR. Bukhari dari Usman bin Affan Ra.
1
2
ix
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orangtuaku Ayahanda Sutrisnodan Ibunda Marsiyem yang selalu
berdoa demi keberhasilan dan kesuksesan putra-putrinya.
2. Mertuaku dan guruku Ayahanda KH. Ahmad Zuhri dan Ibunda Siti
Fatimahyang selalu berdoa demi keberhasilan dan kesuksesan putraputrinya.
3. Istriku tercinta, Nurjayanti, S.Pd.dan anakku terkasih Aulia „Izzatunnisa
yang memberikan semangat dan setia mendampingiku setiap saat.
4. Almamaterku Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung yang
telah mendewasakanku dalam berpikir dan betindak.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Puji syukur senantiasa penulis persembahkan kehadirat Allah, Swt,atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Sholawat dan
salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad, Saw., sebagai suri tauladan
yang memiliki kepribadian sempurna dan pengajar Al-Qur’an terbaik.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan Islam pada program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Kemampuan membaca Al-Qur’an
dengan metode tatbiqi siswa SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan tahun
pelajaran 2015/2016.
Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada pembaca dan semoga dapat menginspirasi dalam
upaya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.
Atas dukungan dan bantuan semua pihak dalam penyelesaian tesis, penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., selaku Rektor IAIN Raden Intan
Lampung sekaligus pembimbing satu.
2. BapakProf. Dr. Idham Kholid, M.Ag. selaku Direktur Program
Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
3. Bapak Dr. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, M.A, selakuketua jurusan
program studi ilmu tarbiyah .
4. Bapak Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd., selakusekretaris jurusan program studi
ilmu tarbiyahsekaligus sebagai pembimbing dua.
5. Kepala Sekolah dan Guru Al-Qur’an serta anak didikku di SMP Annida
xi
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi
sumbangan pemikiran dalam rangka mewujudkan siswa yang berkpribadian AlQur’an. Amiin yaa robbal ‘aalamiin.
Bandar Lampung,
Februari 2016
Penulis,
WAHYUDI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI..................................................................... v
PENGESAHAN ............................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... vii
MOTTO ......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................ 14
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 15
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................. 15
E. Kerangka Pikir ............................................................................. 16
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an .......................... 19
B. Metode Tatbiqi ........................................................................... 22
1. Pengertian Metode Tatbiqi ................................................... 22
2. Visi dan Misi ....................................................................... 23
3. Arah dan Tujuan .................................................................. 23
4. Tujuan Pembelajaran Metode Tatbiqi .................................. 24
xiii
5. Program Pembelajaran ........................................................ 25
6. Materi Pembelajaran .............................................................26
7. Prosedur Pelaksanaan ............................................................27
8. Tolok Ukur Keberhasilan Membaca Al-Qur’an .................. 27
9. Program Metode Tatbiqi ...................................................... 27
C. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1. Tajwid ................................................................................... 28
a. Makharijul Huruf.............................................................. 30
b. Sifatul Huruf..................................................................... 30
c. Hukum-hukum Huruf ....................................................... 30
b. Mad dan Qashr ................................................................. 31
2. Tartil ..................................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35
B. Sumber Data ............................................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
D. Teknik Analisis Data .................................................................. 37
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data ........................................................................... 43
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 43
2. Sejarah Berdirinya ................................................................. 46
3. Struktur Organisasi ............................................................... 47
4. Visi SMP Annida .................................................................. 49
5. Misi SMP Annida ................................................................. 49
6. Tujuan SMP Annida ............................................................. 49
B. Analisis Data ............................................................................... 50
C. Bahasan Penelitian ..................................................................... 73
xiv
BAB V. PENUTUP
A Kesimpulan .................................................................................. 107
B. Rekomendasi ................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan perkara besar yang Rasulullah SAW wariskan
kepada kita jika kita berpegang pada Al-Qur’an dan sunnahnya maka kita tidak
akan tersesat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan
sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku.
(HR. Al-Hakim dan Malik).1
Hadis tersebut menjelaskan bahwa seseorang tidak akan tersesat apabila
selama hidupnya berpegang teguh atau berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah.
Nabi tidak pernah memerintahkan, kecuali apa yang diperintahkan Allah SWT
karena apa yang disampaikan Rasul atas dasar wahyu bukan kehendak nafsu.
SebagaimanaAllah SWT jelaskan dalam firman-Nya :
Artinya : (3) Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut
keinginannya (4) tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”.2
Allah SWT menjelaskan bahwa nabi Muhammad SAW merupakan
manusia biasa yang diberi wahyu. Allah SWT berfirman :
1
2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta : Amzah, 2012 ), h. 29.
Qs. An-Najm [53] : 3 - 4.
2
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap
pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan
janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.”3
Al-Qur’an menyatakan tentang pribadi Nabi SAW. Beliau adalah
manusia biasa, tapi tidak seperti manusia lainnya. Sebab beliau telah menerima
wahyu dari Allah dan telah dipilih-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya. Dan
barang siapa yang taat kepada nabi berarti ia taat kepada Dzat yang
memerintahkan kepadanya yaitu Allah SWT. Jika kita mencintai Allah berarti kita
harus mengikuti nabi karena mengikuti nabi merupakan bukti kita mencintai
Allah. Hal ini Allah SWT jelaskan di dalam firmannya :
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”4
Al-Qur’an
menyebutkan
bahwa
Nabi
Muhammad
SAW
tidak
mempunyai ilmu sebelumnya, tidak dapat menulis, tidak pernah belajar dan
3
4
Qs. Al-Kahfi [18] : 110.
Qs. Ali-Imran [3] : 31.
3
diajari, tapi beliau langsung diberi ilmu pengetahuan oleh Allah dan langsung
diajari-Nya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Dan kalau bukan karena karunia Allah dan Rahmat-Nya
kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras
untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan
tidak membahayakanmu sedikitpun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan
kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan
kepadamu itu sangat besar.”5
Dalam hal yang sama Allah berfirman :
Artinya : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad)
roh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui
apakah kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu
cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia)
kepada jalan yang lurus.”6
5
6
Qs. Annisa [4] : 113.
Qs. Asy-Syura [42[ : 52.
4
Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengatakan bahwa beliau telah
mempelajari suatu ilmu, beliau menyampaikan dakwah hanya karena beliau
sebagai Rasul (utusan). Dan orang-orang tidak meragukannya lagi, sebab mereka
tahu bahwa tugas seorang utusan adalah menyampaikan apa-apa yang
diperintahkan oleh yang mengutusnya. Menurut Muhammad Raffat Said dalam
bukunya Rasulullah saw seorang profil pendidik, mengatakan bahwa ; “Suatu
keharusan bagi manusia untuk mengakui bahwa sifat kebenaran adalah
kepribadiannya, kemudian mengakui bahwa ilmunya bukan merupakan hasil dari
ijtihadnya atau hasil belajarnya baik dengan membaca, mendengar atau lainnya
dari seseorang.7
Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik. Akhlak mulia melekat
pada diri beliau. Beliau adalah seorang pemimpin di segala bidang di antaranya
beliau adalah sebagai pendidik dan pengajar Al-Qur’an. Berkenaan dengan hal ini
Al-Hafizh As-Suyuti telah mengatakan sebagai berikut :
“Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu hal
pokok dalam Islam agar anak-anak didik dibesarkan dalam nuansa fitrah yang
putih lagi bersih dan kalbu mereka telah diiisi terlebih dahulu oleh cahaya hikmah
sebelum hawa nafsu menguasai dirinya yang akan menghitamkannya karena
pengaruh kekeruhan kedurhakaan dan kesesatan”.8
Pengajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada anak-anak telah dibuktikan dalam sejarah. Disebutkan dalam suatu hadis
dari Ibnu „Abbas bahwa Rasulullah SAW meletakkan tangannya pada punggung
Ibnu „Abbas atau pundaknya kemudian beliau berdo’a :
Muhammad Ra’fat Said, Rasulullah saw Profil Seorang Pendidik (Metodologi
Pendidikan dan Pengajarannya), Penerjemah : Amir Hamzah Fachruddin dan Zaenal Arif
Fachruddin RM, (Jakarta : CV. Firdaus 1994) h. 23.
8
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah Saw, penerjemah
: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi, (Bandung : Irsyad Baitussalam 2005) h. 410-411.
7
5
Artinya : “Ya Allah, berikanlah kepadanya pemahaman yang mendalam
tentang agama dan ajarilah ia takwil (Al-Qur’an).’9
Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW wafat, sedang usia
Ibnu „Abbas menginjak 10 tahun dan dia telah mempelajari ayat-ayat muhkam.
Ibnu „Abbas telah mengatakan pula kepada Sa’id bin Jubair (muridnya) : “Aku
telah menghimpun semua ayat-ayat muhkam pada masa Rasulullah SAW.” Sa’id
bertanya kepadanya : “Apakah ayat-ayat muhkam itu?” Ibnu „Abbas menjawab :
“Surat-surat yang mefashshal (yang pendek-pendek).”10
Ibnu Katsir telah mengatakan bahwa dengan interpretasi apa pun makna
hadis ini menunjukkan kebolehan mengajari anak-anak untuk membaca AlQur’an meskipun dalam usia dini, bahkan adakalanya disunnahkan atau
diwajibkan.11 Hal ini karena sesungguhnya seorang anak apabila telah belajar AlQur’an sejak kecilnya, maka saat menginjak usia baligh dia mengetahui apa yang
harus dibaca dalam shalatnya. Menghafal Al-Qur’an sejak kecil lebih utama dari
pada menghafalnya setelah besar.
Memiliki kemampuan menghafal Al-Qur’an secara lengkap, jelas
merupakan harapan yang-paling tidak- pernah melintas di hati setiap muslim.
Betapa tidak, selain memiliki kemuliaan sebagai „penjaga’ Kalamullah, ternyata
para penghafal Al-Qur’an juga mendapatkan berbagai anugerah. Mulai dari
jaminan syafa’at di akhirat kelak, hingga derajat sebagai Ahlullah, yakni mereka
yang memiliki kedudukan sangat dekat di sisi Allah Swt. Oleh karena itu, Yahya
Abdul Fattah Al-Zawawi, seorang syaikh sekaligus pembimbing para penghafal
Al-Qur’an di Mesir mengatakan dari anugerah yang Allah berikan kepada para
hafidz, ada dorongan untuk selalu memperbanyak membaca Al-Qur’an,
menghafal,
mempelajari, dan mengajarkannya sebagaimana Allah
telah
menjadikan para pembaca, penghafal al-Qur’an sebagai keluarga-Nya dan
9
Hadis riwayat Ahmad dan Thabarani. Menurut Jamal Abdur Rahman, dalam kitab
shahih disebutkan selain “ajarilah takwil”, tetapi dalam riwayat Al-Bazzar dan Thabarani
disebutkan : “Ya Allah, ajarilah dia takwil Al-Qur’an.” Demikianlah menurut Al-Kaitsami dalam
Majma’uz Zawaidnya jilid 9/276.
10
Jamal „Abdur Rahman, Ibid, h. 391.
11
Ibid,
6
memiliki kedudukan khusus di sisinya.12 Hal ini telah disampaikan oleh
Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya : Dari Anas RA, dia berkata, Rasulullah
SAW bersabda :13
Artinya : “Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari kalangan
manusia,” Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah keluarga Allah dari kalangan
manusia itu?”Nabi Muhammad SAW menjawab “Ahli (pembaca dan pengamal)
Al-Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.”14
Syaikh bin Baz Rahimahullah berkata “Salah satu pelajaran yang dapat
diambil yaitu mempelajari Al-Qur’an. Disunnahkan bagi seorang Mukmin untuk
membaca Al-Qur’an di hadapan orang-orang yang bisa memberikan pelajaran dan
manfaat baginya. Sebab Nabi Muhammad SAW membacanya pada Jibril
„Alaihissalam untuk memperoleh manfaat.15
Sesungguhnya sebagian ulama salaf ada yang berpendapat bahwa
hendaknya sang anak diberi kesempatan dalam usia dininya untuk sedikit
bermain, kemudian baru diarahkan untuk belajar, agar sejak usia dini tidak
ditekankan untuk langsung belajar tanpa diberi kesempatan buat bermain, karena
pada akhirnya anak akan merasa bosan dan lebih menyukai bermain dari pada
belajar karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang mau belajar dan
mengajarkan Al-Qur’an. Dari Usman RA, Rasulullah SAW bersabda :
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, penerjemah, Dinta
(Surakarta : 2013), h.8.
13
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya, 3/127; Ibnu Majah, no. 215; al-Hakim
dalam al-Mustadrak, 1/556; dan Shahih al-Jami’, no. 2161.
14
Hammud bin Abdulah al-Mathar, Keutamaan dan Pahala Besar Membaca AlQur’an, penerjemah, Izzudin Karimi, (Jakarta : Darul haq 2015), h. 8.
15
Haifa Abdullah Ar-Rasyid, Agar Anda Dicintai Nabi, penerjemah, Fachruddin,
(Jakarta : 2004) h. 128.
12
7
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang
yang mengajarkannya.” (HR. Bukhari) 16
Dalam hadits di atas, terdapat amalan yang dapat membuat seorang
muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim
lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik belajar
ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini,
tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri.17
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya,
kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang
mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak
mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum
lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).18
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti
buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang
mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau
sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca AlQur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan
perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti
hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim).19
Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca
Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh
16
Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim, Konseop Hidup Ideal dalam Isla m,
penerjemah Musthofa „Aini, dkk, (Jakarta : Darul Haq 2008) h. 30-31.
17
Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang
muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan
lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang
tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah
dipelajarinya. Dan, dari hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an
harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an
sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani
mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak
kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya
18
Imam Nawawi, Riyadhusshalihin, penerjemah, Arif Rahman Hakim, (Solo : Insan
Kamil 2011) h. 489.
19
Ibid.
8
mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun
ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadits ini menyebutkan
bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama.
Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain
cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya
mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang
dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari
Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama.
Sehubungan dengan uraian dan kenyataan di atas, “mengajar” dalam
kegiatan mengajar harus diterjemahkan secara konseptual, disinkronisasikan
dengan pengertian “mendidik”. Oleh karena itu, Raka Joni dalam Sardiman
memberikan batasan mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang
merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar anak didik untuk memeperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan
tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi.20
Pembelajaran Al-Qur’an di sekolah kini tampak semakin melesu dan
kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung
tidak antusias saat pembelajaran Al-Qur’an berlangsung. Banyak siswa yang
mengeluh apabila disuruh tampil untuk membacakan Al-Qur’an apalagi menulis
ayatnya. Mereka cenderung tidak percaya diri atau merasa malu untuk tampil
membaca Al-Qur’an di hadapan jama’ah atau teman-temannya.
Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan manfaat pembelajaran
Al-Qur’an. Selain itu, pembelajaran Al-Qur’an seringkali dikemas tidak menarik
dan membosankan serta ditangani oleh guru-guru yang kurang ahli di bidang AlQur’an sehingga siswa merasa kegiatan bimbingan baca Al-Qur’an tidak perlu
mereka lakukan. Masih banyak orang yang beranggapan mempelajari dan
memahami Al-Qur’an di sekolah dapat dilakukan hanya dengan membaca dan
mengerjakan soal-soal yang ada dalam buku pelajaran pendidikan agama Islam
tanpa adanya praktik penuh penghayatan. Akibatnya siswa cenderung pasif dan
20
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , (Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada 2012) h.54.
9
tidak produktif di bidang Al-Qur’an yang tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hal ini berdampak pada psikologis siswa, siswa menjadi
manusia yang tidak peka atau tidak sensitif dengan lingkungannya karena belajar
Al-Qur’an berarti mengajarkan rasa sensitivitas atau kepekaan seseorang terhadap
sesuatu.
Pembelajaran Al-Qur’an di sekolah bertujuan untuk menghidupkan hati,
pikiran dan melatih kreativitas siswa, seperti yang diungkapan Rasulullah SAW :
“Sungguh Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka kalian terimalah jamuan-Nya
itu semampu kalian. Sungguh, Al-Qur’an ini tali Allah, cahaya terang dan obat
yang bermanfaat, merupakan penjaga bagi orang yang berpegang kepadanya,
penyelamat bagi orang yang mengikutinya, tidak menyimpang sehingga tidak
menyebabkan tercela, lurus sehingga menghendaki pembetulan, tak pernah habis
keajaiban-keajaibannya, tidak akan lenyap keagungan dan keindahannya lantaran
banyak diulang. Bacalah dia (Al-Qur’an) Sungguh, Allah akan membalas kalian
atas pembacanya: setiap huruf dibalas dengan sepuluh kebaikan. Ingat! Aku tidak
mengatakan kepada kalian alief laam miem sebgai satu huruf, melainkan alif satu
huruf, lam satu huruf dan miem satu huruf”.21
Al-Qur’an juga berfungsi menjadi petunjuk, pedoman hidup, pembeda
yang benar dan yang salah, menjadi obat hati, penenang hati di kala hati resah,
menjadi isyarat dalam menggali ilmu pengetahuan.22 Pemahaman terhadap AlQur’an tidak cukup hanya dengan membaca terjemah, tetapi harus diimbangi
dengan membaca kitab-kitab tafsir para ulama atau ahli-ahli Al-Qur’an di
manapun.
Al-Qur’an diyakini oleh ummat Islam sebagai kalamullah (firman Allah)
yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan
petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia
ini dan di akhirat nanti.23 Ajaran dan petunjuk Al-Qur’an tersebut berkaitan
21
Ahmad Suenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap , (Jakarta :Bintang Terang,
2005),h. 79.
22
Choeroni, dkk, Pendidikan Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta : Erlangga, 2013 ), h. 67.
23
Di dalam al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menunjukkan tentang peran dan
fungsi diturunkannya al-Qur’an. Di antaranya ayat yang berbunyi : Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah, 2:2); sesungguhnya al-
10
dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi
kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak.
Peran Al-Qur’an dalam kehidupan dan kesadaran muslim memancarkan
dengan kecerahan khusus suatu aspek penting dari kitab suci yang telah menerima
sedikit atau tidak sama sekali perhatian dalam keilmuan modern, yaitu karakter
oral dan auralnya serta fungsinya sebagai kata yang diucapkan.24
Ditinjau dari bahasa, kata Al-Qur’an diambil dari kata kerja”qara’a” yang
artinya ia telah membaca, maka perkataan Al-Qur’an itu berarti bacaan atau “yang
dibaca”, Al-Qur’an adalah isim masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul
yaitu “maqro’u” artinya “yang dibaca”. Artinya dalam pengungkapan suatu
keindahan
membaca
Al-Qur’an
memerlukan
bahasa
untuk
mengungkapkannya.Pengungkapan berarti adanya tindakan yang dilakukan
sehubungan dengan praktik membaca Al-Qur’an yaitu mengungkapkan apa yang
dirasakan melalui gerakan dan tuturan. Kegiatan praktek
menghubungkan
langsung antara teori dengan praktik yang mampu menjadikan pemahaman siswa
lebih mendalam sehingga pengalaman yang didapatkan juga semakin banyak.
Kegiatan mempraktikkan membaca Al-Qur’anyang disampaikan guru dengan
melibatkan siswa secara langsung dapat membuat pembelajaran Al-Qur’an
menjadi menarik.
Guru dalam menggali kemampuan siswa memerlukan beragam
pengetahuan, teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
karakteristik siswa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Zamroni“Proses
globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkindihindari, dengan
segala berkah dan madhorotnya, bangsa dannegaraakan dapat memasuki era
Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan anak shalih bahwa mereka ada pahala yang besar,
(Q.S. Al-Isra’, 17:9); dan kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim kecuali kerugian. (Q.S. Al-Isra’, 17:82). Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi
bagi menusia dalam al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. (Q.S. Al-Kahfi, 18-54).
24
Ricard C. Martin, Pendekatan terhadap Islam dalam Studi Agama , penerjemah
Zakiyuddin Baidhawy, (Yogyakarta : Suka-press 2010), h. 26.
11
globalisasi dengan tegar apabila memilikipendidikan yang berkualitas, terutama
ditentukan oleh proses belajarmengajar yang berlangsung” 25.
GuruAl-Qur’an harus menjadi teladan, pelopor, penggagas, memiliki
jiwa kepemimpinan, melindungi, mengayomi, sebagai khalifah yang mampu
menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT karena posisi guru
agama yang sebagai pentarbiyah derajatnya sejajar dengan para Nabi Muhammad
SAW.Dengan demikian pendidikan merupakan sarana untuk menanamkan
kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan Al-Qur’an
mempunyai kedudukan dan peranan yang penting.
Filsafat Pendidikan Islam menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam
yaitu menginternalisasikan (menanamkan) nilai-nilai ajaran agama Islam,
mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengalaman nilai-nilai
secara dinamis dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini
berarti bahwa pendidikan agama Islam secara optimal harus mampu mendidik
anak didiknya agar memiliki kedewasaan dan kematangan dalam beriman dan
bertakwa serta mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh sehingga menjadi
pemikir yang sekaligus mengamalkan ajaran Islam yang dialogis terhadap
perkembangan zaman.26
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar untuk mencapai tujuan.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi
pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar
sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan
siswa.27Peran guru dalam proses pendidikan, diantaranya: guru sebagai pendidik,
guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing dan guru sebagai pelatih.28
25
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001),
h. 29.
26
HM. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bima Aksara, 1987), h. 122.
Slamet, Belajar & faktor-faktor yang Mempengaruhinya , (Jakarta: PT.Renika Cipta,
2010), h. 97.
28
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 37.
27
12
Peranan
guru dalam
pendidikan sebagai
subjek dalam
proses
pembelajarandi sekolah, guru secara langsung ikut serta dalam proses pendidikan
dan memegang peran penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar
untukmencapai tujuan pendidikan, untuk itu guru harus ahli agar dapat
melaksanakantugas dan tanggung jawabnya dengan baik termasuk dalam
pendidikan agamaIslam khususnya Al-Qur’an. Dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur’an tidak lepas dari kontribusi suatu metode.
Salah satu metode membaca Al-Qur’an yang menarik serta dapat melatih
kreativitas siswa adalah metode tatbiqi. Tatbiqi adalah metodologi pembelajaran
bahasa Al-Qur’an yang menghantarkan siswa ketingkat tadabur (kajian dan
tafsir),metode ini menitik beratkan pada tatbiq (penerapan langsung) kata yang
menjadi nama dari metode itu sendiri.29
Alasan penelitian inibertolak dari program unggulan di sekolah,siswa
mampu membaca Al-Qur’an dengan empat kemampuan yaitu tahsin, tilawah,
tahfizh, dan tadabur dengan lima bagian yaitu tartil, kosakata, tata bahasa, alih
bahasa, dan tafsir ikhtisar dengan target 1 tahun empat juz.30Hal ini membuat
peneliti
ingin
mengetahui
bagaimana
siswa
di
sekolah
SMP
Annidamampumembaca Al-Qur’an sesuai dengan tujuan kurikulum atau program
unggulan tersebut. Peneliti meneliti tentang kemampuan membaca Al-Qur’an
karena penelitian ini mengacu pada objek yang bergerak.
Kemampuan membaca Al-Qur’an yang dimaksud adalah kemampuan
membaca berdasarkan tajwid yang meliputi makhrajul huruf (tempat keluarnya
huruf), sifat-sifatnya serta bacaan-bacaannya (hukum bacaan)karenamembaca
berdasarkan ilmu tajwid merupakan unsur sentral yang menghidupkan bacaan AlQur’an.31Mengamalkan ilmu tajwid bertujuan supaya siswa dapat membaca ayatayat Al-Qur’an dengan fashih (terang dan jelas) dan cocok dengan ajaran-ajaran
Nabi Muhammad saw serta dapat menjaga lisannya dari kesalahan-kesalahan
29
Hidayaturrohman, Guru Tatbiqi SMP Annida Lampung Selatan, Wawancara, 15
Desember 2015.
30
Hidayaturrohman, Guru Tatbiqi SMP Annida Lampung Selatan, Wawancara, 15
Desember 2015.
31
Ahmad Suenarto, Ibid, h. 6.
13
ketika membaca Al-Qur’an. Tanpa tajwid dalam membaca Al-Qur’an tidak dapat
dinikmati oleh pendengar umumnya dan pembaca itu sendiri, jika tidak dapat
dinikmati maka bacaan yang dibaca tentu kurang berpengaruh.
Kemampuan membaca Al-Qur’an ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama kelas VIItahun pelajaran 2015/2016 pada standar kompetensi
Menerapkan Hukum bacaan ”Al” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah. Selanjutnya,
dijelaskan juga bahwa pembelajaran Al-Qur’an dilakukan dengan program
metode tatbiqi ini dibentuk dengan rancangan yang bisa memenuhi segala
kebutuhan masyarakat dan generasi kita ke depan akan pemahaman Al-Qur’an
oleh karena itu target kemampuan siswa dalam metode ini yaitu: kemampuan
mendengar (
(
), kemampuan mengucapkan (
), dan kemampuan membaca (
), kemampuan menulis
). Agar penelitian ini fokus pada satu
masalah, maka penulis meneliti tentang kemampuan membaca.
Metode tatbiqi lahir dari sebuah ide penulis yang muncul melalui
pengalaman, pengkajian dan penghayatannya selama sembilan tahun menjadi
pengajar dan pembimbing Al-Qur’an di tingkat Anak-anak, remaja dan kalangan
dewasa di masyarakat setelah penulis menyelesaikan studinya di LIPIA Jakarta
tingkat Diploma jurusan metodologi pengajaran Bahasa Arab, dari hasil materi
yang ia peroleh dan pengalaman yang ada maka penulis terdorong untuk membuat
sebuah metodologi pengajaran Bahasa Arab bagi siswa dan masyarakat non Arab,
mengingat prioritas dan kebutuhan yang mendesak bagi generasi dan masyarakat
muslim saat ini adalah memahami bahasa Al-Qur’an, faktor inilah yang
mendorong penulis mengarahkan metodologinya pada pemahaman bahasa AlQur’an.Metode ini sesuai dengan yang diajarkan kepada siswa SMP Annida.32
SMP Annida terletak di Jl. Budaya No. 90 Dusun Tegal Lega Karang
Anyar Jati Agung Lampung Selatan sebagai tempat penelitian didasari atas
pertimbangan, yaitu (1) SMP AnnidaLampung Selatan mendapat pembelajaran
32
Hidayaturrohman, Guru Tatbiqi SMP Annida Lampung Selatan, Wawancara, 15
Desember 2015.
14
Al-Qur’an
sesuai
kurikulum
yang
berlaku,
(2)
SMP
AnnidaLampung
Selatanmemiliki visi yaitu terciptanya insan yang memiliki KAS (knowledge,
attitude, and skill)) agama dan skill iptek dengan bahasa Internasional serta jiwa
kewirausahaan dalam rangka pembekalan menjadi generasi bangsa mandiri sesuai
dengan ajaran Islam. Kegiatan membaca Al-Qur’an menjadi sarana yang efektif
untuk mengembangkan dan melatihketerampilantersebut, (3) Peneliti ingin
mengetahui potensi siswa kelas VIISMP AnnidaLampung Selatandalam membaca
Al-Qur’an.
Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis mengadakan penelitian tentang
kemampuan membaca Al-Qur’andengan metode tatbiqi siswa kelas VIISMP
AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Setiap pelaksanaan penelitian selalu berawal dari adanya masalah, pada
hakikatnya masalah itu sendiri merupakan segala bentuk pertanyaan yang perlu
dicari jawabannya.
Dari latar belakang masalah diatas, dalam penelitian ini penulis
mengidentifikasi masalah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode tatbiqi
siswa kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan adalah sebagai berikut
:
a. Guru sudah menjadwalkan membaca Al-Qur’an dalam kurikulum sekolah
secara rutin setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu namun masih terdapat
siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.
b. Guru sudah menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk lebih
mudah melakukan pengawasan aktifitas kegiatan membaca Al-Qur’an namun
masih
terdapat
beberapa
siswa
yang
tidak
sungguh-sungguh
atau
bersendaugurau di dalam proses kegiatan belajar.
c. Siswa sudah memiliki perangkat pembelajaran Al-Qur’an yaitu kitab AlQur’an namun tidak semua Al-Qur’an memiliki standar yang sama.
15
d. Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan secara bersamaan dan serentak
sesuai jadwal dengan tujuan untuk menyelesaikan target belajar secara
bersama-sama namun terdapat beberapa santri namun tidak semua santri
memiliki kemampuan daya serap yang sama sehingga kecepatan membaca
dan target penyelesaian materipun berbeda.
e. Berbagai metode mengajar membaca Al-Qur’an sudah diterapkan di sekolah
namun, pengembangan metode mengajar membaca Al-Qur’an harus terus
dilakukan.
2. Batasan Masalah
Untuk lebih spesifiknya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah
dalam penelitain ini pada : Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Metode
Tatbiqi Siswa Kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan tahun
pelajaran 2015/2016.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana kemampuan siswa membaca
Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi pada siswa kelas VIISMP AnnidaLampung
Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa
membaca Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi pada siswa kelas VII SMP
AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
2.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis bagi kepentingan
pendidikan dan pembelajaran, di antaranya dapat menambah wawasan dan
pengetahuan guru Al-Qur’an tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi
siswa ataupun pencapaian target dari metode tatbiqi serta keterampilan
16
berekspresi siswaSMP AnnidaLampung Selatan tentang kemampuan siswa
membaca Al-Qur’an dan memberikan informasi kepada guru tentang tingkat
kemampuan siswa membaca Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi” pada siswa kelas
VII SMP AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016 serta motivasi bagi
siswa untuk meningkatkan kesungguhan mempelajari Al-Qur’an.
E. Kerangka Pikir
Al-Qur’an dimaknakan sebagai Kalam Allah Swt yang merupakan
mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw., dan
yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir, serta membacanya
dinilai ibadah.
Al-Qur’an sebagai kitab suci memang memiliki
keistimewaan
tanpa banding. Kitab ini disebut kitabullah (kitab Allah) mengandung makna
bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah atau kalam Allah (firman-Nya), dan
bukan kumpulan dari perkataan manusia.
Kemampuan membaca Al-Qur’an terkait dalam perkataan dalam
shalat, yaitu berupa bacaan surat dan ayat Al-Qur’an serta bacaan-bacaan
lainnya dalam bahasa arab. Sungguh perkara yang tidak dikehendaki apabila
seorang muslim sampai sama sekali tidak mampu mengenal dan membaca
kitab suci agamanya. Apabila hal itu terjadi, maka muncul pertanyaan besar,
yaitu : dapatkah ia menjadi seorang muslim yang baik? Padahal indikator
kebaikan ditentukan oleh intensitas dari pengalaman nilai-nilai ajaran Islam itu
sendiri, sedangkan indikator utamanya adalah shalat.33 Shalat dan bacaan ayat
suci Al-Qur’an tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana Allah Swt
berfirman :
33
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Ibid, h. 9.
17
Artinya : “Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat)
itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”34
Al-Qur’an sangatlah mudah untuk dipelajari kuncinya adalah
kesungguhan. Dengan bersungguh-sungguh maka setiap orang yang mau
belajar maka akan mampu. Dalam hal Al-Qur’an tidak sulit untuk dipelajari
maka Allah Swt memberikan jawabannya. Empat kali Allah Swt mengulangulang ayat ini. Allah Swt berfirman
Ayat tersebut memiliki arti yang sama yaitu : “Dan sungguh telah
Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau
mengambil pelajaran?.”35
Secara tekstual ayat tersebut meyakinkan diri kita bahwa AlQur’an itu mudah dipelajari bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Untuk belajar Al-Qur’an tidak bergantung oleh umur. Tidak ada
istilah terlambat dalam belajar. Rentang waktu belajar adalah seumur hidup,
selama 24 jam setiap hari. Oleh karena itu jika ada keinginan, sesibuk apapun
QS. Al-„Ankabut [29] :45.
Qs. Al-Qamar [54] : 17, 22, 32, 40.
34
35
18
seorang pasti dapat membagi waktunya untuk belajar. Untuk membantu siswa
khususnya dan siapa saja yang ingin memiliki kemampuan belajar Al-Qur’an
pada umumnya maka metode tatbiqi ini membuka peluang kepada siswa atau
siapa saja yang butuh untuk belajar membaca Al-Qur’an dari tingkat I’dad
sampai tingkat tadabur untuk belajar membaca Al-Qur’an karena berawal dari
membaca maka langkah-langkah berikutnya akan mudah diikuti.36
Berdasarkan teori di atas, dapat dibuat kerangka pikir sebagai
berikut :
Kemampuan Membaca AlQur’an
Indikatornya:
1. Tajwid
2. Tartil
Sumber : As’ad Humam, Cara
Cepat Belajar tajwid Praktis,
(Yogyakarta : Balai Litbang LPTQ
Nasional Team Tadarus “AMM”,
2005), h. 4.
36
Metode tatbiqi
Target:
1. Kemampuan Mendengar
2. Kemampuan
Mengucapkan
3. Kemampuan Membaca
4. Kemampuan Menulis
Sumber : Hidayaturrohman, Alternatif
Baru Memahami Al-Qur’an, Metode
Tatbiqi, (Bandar Lampung : Qyoz
Graphic, 2011), h. 3.
Hidayaturrohman, Alternatif Baru Memahami Al-Qur’an, Metode Tatbiqi, h. 1.
19
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa
siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu
yang diamatinya.1.
Kemampuan memiliki unsur yaitu skill (keterampilan). keterampilan
merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur
penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk
jangka panjang.2
Keterampilan
membaca
pada
umumnya
diperoleh
dengan
cara
mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan formal walaupun faktor-faktor
pendukung khususnya kemampuan membaca Al-Qur’an berawal dari pendidikan
non formal maupun informal. Keterampilan membaca ini merupakan suatu
keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan
pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang
akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
baru dengan cara membaca. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan
memungkinkan
orang
tersebut
mampu
mempertinggi
dayapikirannya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dalam hal ini penulis
berpendapat sumber bacaan terdahsyat adalah Al-Qur’an.
Menurut Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan, membacaadalah proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual
akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan
1
Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum. (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 70.
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional,(Jogjakarta, PrismasophieCet. I,
2004), h. 144.
2
20
tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik.3
Berdasarkan firman Allah Swt, membaca Al-Qur’an merupakan
kewajiban, karena Allah SWT yang memerintahkan. Wahyu yang pertama turun
adalah perintah membaca. Allah SWT berfirman :
Artinya
:
“Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
Tuhanmu
yang
menciptakan.”4
Wahyu pertama yang disampaikan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad
Saw.melalui perantara malaikat Jibril adalah perintah membaca karena dengan
membaca, Allah Swt. mengajarkan tentang ilmu pengetahuan. Negara-negara
maju berawal dari semangat membaca. Membaca di sini menurut penulis adalah
membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur’an) dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam
semesta).
Di ayat lain Allah Swt. berfirman :
Artinya : “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu menceg
SISWA KELAS VII SMP ANNIDA JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Magister
Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
W A H Y U D I
NPM : 1422010027
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH
KOSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2016 M / 1437 H
i
KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN METODE TATHBIQI
SISWA KELAS VII SMP ANNIDA JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister
Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
W A H Y U D I
NPM : 1422010027
PEMBIMBING I :Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag.
PEMBIMBING II :Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2016 M / 1437 H
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: W A H Y U D I
NPM
:1422010027
Program Studi : Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi
: PendidikanAgamaIslam
menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul:
”kemampuan
membaca Al-Qur’an dengan metode tathbiqi siswa kelas VII SMP Annida Jati
Agung Lampung Selatan Tahun pelajaran 2015/2016” adalah benar-benar karya
asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan
kekeliruan di dalamnya menjadi tanggung jawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Bandar Lampung, Februari 2016
Yang Menyatakan,
WAHYUDI
NPM 1422010027
iii
ABSTRAK
Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan yang dimiliki
siswa dalam membaca dengan baik dan benar berdasarkan tajwid dan tartiluntuk
memperoleh pesan dari Al-Qur’an.
Metode tatbiqi adalah metodologi pembelajaran bahasa Al-Qur’an yang
menghantarkan siswa ke tingkat tadabur (kajian dan tafsir),metode ini menitik
beratkan pada tatbiq (penerapan langsung) kata yang menjadi nama dari metode
itu sendiri. Metode Tatbiqi adalah metodologi belajar dan mengajarkan Al-Quran
yang menitikberatkan pada praktik dan langsung pada sumbernya Al Quran, yang
dibutuhkan umat Islam saat ini. Adapun kata Tatbiqi diambil dari kata bahasa arab
yang artinya bersifat terapan. Begitu urgensinya metodologi ini sebagai
sarana pengembangan SDM dan dakwah kita keseluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data dilapanganGuru sudah menjadwalkan membaca Al-Qur’an
dalam kurikulum sekolah secara rutin setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu
namun masih terdapat siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan
baik, guru sudah menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk lebih
mudah melakukan pengawasan aktifitas kegiatan membaca Al-Qur’an namun
masih terdapat beberapa siswa yang tidak sungguh-sungguh atau bersendaugurau
di dalam proses kegiatan belajar, siswa sudah memiliki perangkat pembelajaran
Al-Qur’an yaitu kitab Al-Qur’an namun tidak semua Al-Qur’an memiliki standar
yang sama, proses kegiatan belajar mengajar dilakukan secara bersamaan dan
serentak sesuai jadwal dengan tujuan untuk menyelesaikan target belajar secara
bersama-sama namun terdapat beberapa santri namun tidak semua santri memiliki
kemampuan daya serap yang sama sehingga kecepatan membaca dan target
penyelesaian materipun berbeda.
Berbagai metode mengajar membaca Al-Qur’an sudah diterapkan di sekolahsekolah namun, pengembangan metode mengajar membaca Al-Qur’an harus terus
dilakukan.
Oleh
karenanya
masalah
dalam
penelitian
ini
adalah
:Bagaimanakahkemampuan siswa membaca Al-Qur’an dengan metode Tathbiqi
pada siswa kelas VII SMP Annida Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif dimana hasil penelitian disajikan secara deskripsi. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
kemudian dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data dan
kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwakemampuan
membaca Al-Qur’an dengan metode tathbiqi siswa kelas VII SMP Annida
Lampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016 tergolong baik.
iv
PERSETUJUAN
Judul Tesis
: KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN
METODE TATHBIQI SISWA KELAS VII SMP ANNIDA
JATI AGUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN
2015/2016.
Nama Mahasiswa
:W A H Y U D I
NPM
:1422010027
Program Studi
:Ilmu Tarbiyah
Konsentrasi
:Pedidikan Agama Islam
Telah disetujui dalam ujian terbuka, pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan
Lampung.
Bandar Lampung, 2 Maret 2016
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag
NIP. 195904161987031002
Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.
NIP.196904052009011003
.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Tarbiyah
Dr. H. Achmad Asrori, M.A.
NIP.195507101985031003
v
PENGESAHAN
Tesis yang berjudul :KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN
METODE TATHBIQI SISWA KELAS VII SMP ANNIDA JATI AGUNG
LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016, disusun oleh
WAHYUDI, NPM 1422010027, telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada
Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Tim Penguji
Ketua
: Prof. Dr. H. Sulthan Syahril, MA.
.........................................
Sekretaris
: Dr. M. Akmansyah, MA.
.........................................
Penguji I
:Dr. H. Subandi, MM.
.........................................
Penguji II
:Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.
.........................................
Direktur Program Pascasarjana
IAIN Raden Intan Lampung
Prof.Dr. Idham Kholid, M.Ag.
NIP.19601020 198803 1 005
Tanggal Lulus Ujian Terbuka : 27 Maret 2016.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan tesis ini secara utuh
mengacu pada pedoman transliterasi yang ditetapkan dalam pedoman penulisan
Skripsi, Tesis dan Disertasi
Huruf
Arab
Huruf Latin
Huruf Arab
Huruf Latin
Tidak dilambangkan
t
B
z
T
„
s
G
J
F
h
.
Q
Kh
K
D
L
.
z
R
M
Z
W
S
H
Sy
`
s
Y
.
.
N
.
d
.
vii
Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
tranliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:
Harkat dan Huruf
--
a
Huruf dan tanda
i
u
Pedoman transliterasi ini dimodifikasi dari: Tim Puslitbang Lektur
Keagamaan,
Pedoman
Tranliterasi,
Arab-Latin,
Proyek
Pengkajian
dan
Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat
Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta, 2003.
viii
MOTTO
Artinya
:
“Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
Tuhanmu
yang
menciptakan.”1
Artinya : “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih
besar keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”2
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang
yang mengajarkannya.” 3
Qs. Al-„Alaq [96] : 1.
Qs. Al-„Ankabut [29] : 45.
3
HR. Bukhari dari Usman bin Affan Ra.
1
2
ix
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua orangtuaku Ayahanda Sutrisnodan Ibunda Marsiyem yang selalu
berdoa demi keberhasilan dan kesuksesan putra-putrinya.
2. Mertuaku dan guruku Ayahanda KH. Ahmad Zuhri dan Ibunda Siti
Fatimahyang selalu berdoa demi keberhasilan dan kesuksesan putraputrinya.
3. Istriku tercinta, Nurjayanti, S.Pd.dan anakku terkasih Aulia „Izzatunnisa
yang memberikan semangat dan setia mendampingiku setiap saat.
4. Almamaterku Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung yang
telah mendewasakanku dalam berpikir dan betindak.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Puji syukur senantiasa penulis persembahkan kehadirat Allah, Swt,atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Sholawat dan
salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad, Saw., sebagai suri tauladan
yang memiliki kepribadian sempurna dan pengajar Al-Qur’an terbaik.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Magister
Pendidikan Islam pada program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Kemampuan membaca Al-Qur’an
dengan metode tatbiqi siswa SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan tahun
pelajaran 2015/2016.
Penulis berharap mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada pembaca dan semoga dapat menginspirasi dalam
upaya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa.
Atas dukungan dan bantuan semua pihak dalam penyelesaian tesis, penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., selaku Rektor IAIN Raden Intan
Lampung sekaligus pembimbing satu.
2. BapakProf. Dr. Idham Kholid, M.Ag. selaku Direktur Program
Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.
3. Bapak Dr. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, M.A, selakuketua jurusan
program studi ilmu tarbiyah .
4. Bapak Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd., selakusekretaris jurusan program studi
ilmu tarbiyahsekaligus sebagai pembimbing dua.
5. Kepala Sekolah dan Guru Al-Qur’an serta anak didikku di SMP Annida
xi
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi
sumbangan pemikiran dalam rangka mewujudkan siswa yang berkpribadian AlQur’an. Amiin yaa robbal ‘aalamiin.
Bandar Lampung,
Februari 2016
Penulis,
WAHYUDI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI..................................................................... v
PENGESAHAN ............................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... vii
MOTTO ......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ................................................ 14
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 15
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................. 15
E. Kerangka Pikir ............................................................................. 16
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an .......................... 19
B. Metode Tatbiqi ........................................................................... 22
1. Pengertian Metode Tatbiqi ................................................... 22
2. Visi dan Misi ....................................................................... 23
3. Arah dan Tujuan .................................................................. 23
4. Tujuan Pembelajaran Metode Tatbiqi .................................. 24
xiii
5. Program Pembelajaran ........................................................ 25
6. Materi Pembelajaran .............................................................26
7. Prosedur Pelaksanaan ............................................................27
8. Tolok Ukur Keberhasilan Membaca Al-Qur’an .................. 27
9. Program Metode Tatbiqi ...................................................... 27
C. Indikator Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1. Tajwid ................................................................................... 28
a. Makharijul Huruf.............................................................. 30
b. Sifatul Huruf..................................................................... 30
c. Hukum-hukum Huruf ....................................................... 30
b. Mad dan Qashr ................................................................. 31
2. Tartil ..................................................................................... 31
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 35
B. Sumber Data ............................................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
D. Teknik Analisis Data .................................................................. 37
BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Penyajian Data ........................................................................... 43
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 43
2. Sejarah Berdirinya ................................................................. 46
3. Struktur Organisasi ............................................................... 47
4. Visi SMP Annida .................................................................. 49
5. Misi SMP Annida ................................................................. 49
6. Tujuan SMP Annida ............................................................. 49
B. Analisis Data ............................................................................... 50
C. Bahasan Penelitian ..................................................................... 73
xiv
BAB V. PENUTUP
A Kesimpulan .................................................................................. 107
B. Rekomendasi ................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan perkara besar yang Rasulullah SAW wariskan
kepada kita jika kita berpegang pada Al-Qur’an dan sunnahnya maka kita tidak
akan tersesat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan
sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku.
(HR. Al-Hakim dan Malik).1
Hadis tersebut menjelaskan bahwa seseorang tidak akan tersesat apabila
selama hidupnya berpegang teguh atau berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah.
Nabi tidak pernah memerintahkan, kecuali apa yang diperintahkan Allah SWT
karena apa yang disampaikan Rasul atas dasar wahyu bukan kehendak nafsu.
SebagaimanaAllah SWT jelaskan dalam firman-Nya :
Artinya : (3) Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut
keinginannya (4) tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”.2
Allah SWT menjelaskan bahwa nabi Muhammad SAW merupakan
manusia biasa yang diberi wahyu. Allah SWT berfirman :
1
2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta : Amzah, 2012 ), h. 29.
Qs. An-Najm [53] : 3 - 4.
2
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya
seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap
pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan
janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.”3
Al-Qur’an menyatakan tentang pribadi Nabi SAW. Beliau adalah
manusia biasa, tapi tidak seperti manusia lainnya. Sebab beliau telah menerima
wahyu dari Allah dan telah dipilih-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya. Dan
barang siapa yang taat kepada nabi berarti ia taat kepada Dzat yang
memerintahkan kepadanya yaitu Allah SWT. Jika kita mencintai Allah berarti kita
harus mengikuti nabi karena mengikuti nabi merupakan bukti kita mencintai
Allah. Hal ini Allah SWT jelaskan di dalam firmannya :
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”4
Al-Qur’an
menyebutkan
bahwa
Nabi
Muhammad
SAW
tidak
mempunyai ilmu sebelumnya, tidak dapat menulis, tidak pernah belajar dan
3
4
Qs. Al-Kahfi [18] : 110.
Qs. Ali-Imran [3] : 31.
3
diajari, tapi beliau langsung diberi ilmu pengetahuan oleh Allah dan langsung
diajari-Nya. Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an :
Artinya : “Dan kalau bukan karena karunia Allah dan Rahmat-Nya
kepadamu (Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras
untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan
tidak membahayakanmu sedikitpun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan
kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunnah) kepadamu dan telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan
kepadamu itu sangat besar.”5
Dalam hal yang sama Allah berfirman :
Artinya : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad)
roh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui
apakah kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu
cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia)
kepada jalan yang lurus.”6
5
6
Qs. Annisa [4] : 113.
Qs. Asy-Syura [42[ : 52.
4
Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengatakan bahwa beliau telah
mempelajari suatu ilmu, beliau menyampaikan dakwah hanya karena beliau
sebagai Rasul (utusan). Dan orang-orang tidak meragukannya lagi, sebab mereka
tahu bahwa tugas seorang utusan adalah menyampaikan apa-apa yang
diperintahkan oleh yang mengutusnya. Menurut Muhammad Raffat Said dalam
bukunya Rasulullah saw seorang profil pendidik, mengatakan bahwa ; “Suatu
keharusan bagi manusia untuk mengakui bahwa sifat kebenaran adalah
kepribadiannya, kemudian mengakui bahwa ilmunya bukan merupakan hasil dari
ijtihadnya atau hasil belajarnya baik dengan membaca, mendengar atau lainnya
dari seseorang.7
Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik. Akhlak mulia melekat
pada diri beliau. Beliau adalah seorang pemimpin di segala bidang di antaranya
beliau adalah sebagai pendidik dan pengajar Al-Qur’an. Berkenaan dengan hal ini
Al-Hafizh As-Suyuti telah mengatakan sebagai berikut :
“Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu hal
pokok dalam Islam agar anak-anak didik dibesarkan dalam nuansa fitrah yang
putih lagi bersih dan kalbu mereka telah diiisi terlebih dahulu oleh cahaya hikmah
sebelum hawa nafsu menguasai dirinya yang akan menghitamkannya karena
pengaruh kekeruhan kedurhakaan dan kesesatan”.8
Pengajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada anak-anak telah dibuktikan dalam sejarah. Disebutkan dalam suatu hadis
dari Ibnu „Abbas bahwa Rasulullah SAW meletakkan tangannya pada punggung
Ibnu „Abbas atau pundaknya kemudian beliau berdo’a :
Muhammad Ra’fat Said, Rasulullah saw Profil Seorang Pendidik (Metodologi
Pendidikan dan Pengajarannya), Penerjemah : Amir Hamzah Fachruddin dan Zaenal Arif
Fachruddin RM, (Jakarta : CV. Firdaus 1994) h. 23.
8
Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak, Teladan Rasulullah Saw, penerjemah
: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi, (Bandung : Irsyad Baitussalam 2005) h. 410-411.
7
5
Artinya : “Ya Allah, berikanlah kepadanya pemahaman yang mendalam
tentang agama dan ajarilah ia takwil (Al-Qur’an).’9
Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW wafat, sedang usia
Ibnu „Abbas menginjak 10 tahun dan dia telah mempelajari ayat-ayat muhkam.
Ibnu „Abbas telah mengatakan pula kepada Sa’id bin Jubair (muridnya) : “Aku
telah menghimpun semua ayat-ayat muhkam pada masa Rasulullah SAW.” Sa’id
bertanya kepadanya : “Apakah ayat-ayat muhkam itu?” Ibnu „Abbas menjawab :
“Surat-surat yang mefashshal (yang pendek-pendek).”10
Ibnu Katsir telah mengatakan bahwa dengan interpretasi apa pun makna
hadis ini menunjukkan kebolehan mengajari anak-anak untuk membaca AlQur’an meskipun dalam usia dini, bahkan adakalanya disunnahkan atau
diwajibkan.11 Hal ini karena sesungguhnya seorang anak apabila telah belajar AlQur’an sejak kecilnya, maka saat menginjak usia baligh dia mengetahui apa yang
harus dibaca dalam shalatnya. Menghafal Al-Qur’an sejak kecil lebih utama dari
pada menghafalnya setelah besar.
Memiliki kemampuan menghafal Al-Qur’an secara lengkap, jelas
merupakan harapan yang-paling tidak- pernah melintas di hati setiap muslim.
Betapa tidak, selain memiliki kemuliaan sebagai „penjaga’ Kalamullah, ternyata
para penghafal Al-Qur’an juga mendapatkan berbagai anugerah. Mulai dari
jaminan syafa’at di akhirat kelak, hingga derajat sebagai Ahlullah, yakni mereka
yang memiliki kedudukan sangat dekat di sisi Allah Swt. Oleh karena itu, Yahya
Abdul Fattah Al-Zawawi, seorang syaikh sekaligus pembimbing para penghafal
Al-Qur’an di Mesir mengatakan dari anugerah yang Allah berikan kepada para
hafidz, ada dorongan untuk selalu memperbanyak membaca Al-Qur’an,
menghafal,
mempelajari, dan mengajarkannya sebagaimana Allah
telah
menjadikan para pembaca, penghafal al-Qur’an sebagai keluarga-Nya dan
9
Hadis riwayat Ahmad dan Thabarani. Menurut Jamal Abdur Rahman, dalam kitab
shahih disebutkan selain “ajarilah takwil”, tetapi dalam riwayat Al-Bazzar dan Thabarani
disebutkan : “Ya Allah, ajarilah dia takwil Al-Qur’an.” Demikianlah menurut Al-Kaitsami dalam
Majma’uz Zawaidnya jilid 9/276.
10
Jamal „Abdur Rahman, Ibid, h. 391.
11
Ibid,
6
memiliki kedudukan khusus di sisinya.12 Hal ini telah disampaikan oleh
Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya : Dari Anas RA, dia berkata, Rasulullah
SAW bersabda :13
Artinya : “Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari kalangan
manusia,” Rasulullah SAW ditanya, “Siapakah keluarga Allah dari kalangan
manusia itu?”Nabi Muhammad SAW menjawab “Ahli (pembaca dan pengamal)
Al-Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.”14
Syaikh bin Baz Rahimahullah berkata “Salah satu pelajaran yang dapat
diambil yaitu mempelajari Al-Qur’an. Disunnahkan bagi seorang Mukmin untuk
membaca Al-Qur’an di hadapan orang-orang yang bisa memberikan pelajaran dan
manfaat baginya. Sebab Nabi Muhammad SAW membacanya pada Jibril
„Alaihissalam untuk memperoleh manfaat.15
Sesungguhnya sebagian ulama salaf ada yang berpendapat bahwa
hendaknya sang anak diberi kesempatan dalam usia dininya untuk sedikit
bermain, kemudian baru diarahkan untuk belajar, agar sejak usia dini tidak
ditekankan untuk langsung belajar tanpa diberi kesempatan buat bermain, karena
pada akhirnya anak akan merasa bosan dan lebih menyukai bermain dari pada
belajar karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang mau belajar dan
mengajarkan Al-Qur’an. Dari Usman RA, Rasulullah SAW bersabda :
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an, penerjemah, Dinta
(Surakarta : 2013), h.8.
13
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya, 3/127; Ibnu Majah, no. 215; al-Hakim
dalam al-Mustadrak, 1/556; dan Shahih al-Jami’, no. 2161.
14
Hammud bin Abdulah al-Mathar, Keutamaan dan Pahala Besar Membaca AlQur’an, penerjemah, Izzudin Karimi, (Jakarta : Darul haq 2015), h. 8.
15
Haifa Abdullah Ar-Rasyid, Agar Anda Dicintai Nabi, penerjemah, Fachruddin,
(Jakarta : 2004) h. 128.
12
7
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan orang
yang mengajarkannya.” (HR. Bukhari) 16
Dalam hadits di atas, terdapat amalan yang dapat membuat seorang
muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim
lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an. Tentu, baik belajar
ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik di sini,
tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri.17
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya,
kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang
mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak
mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum
lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).18
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti
buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang
mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau
sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca AlQur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan
perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti
hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim).19
Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari cara membaca
Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya, nasikh
16
Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim, Konseop Hidup Ideal dalam Isla m,
penerjemah Musthofa „Aini, dkk, (Jakarta : Darul Haq 2008) h. 30-31.
17
Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an adalah sebaik-baik orang
muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan
lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang
tersebut belajar cara membaca Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah
dipelajarinya. Dan, dari hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an
harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al-Qur`an
sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca Al-Qur`an, tetapi dia berani
mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa yang diajarkannya akan banyak
kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya
18
Imam Nawawi, Riyadhusshalihin, penerjemah, Arif Rahman Hakim, (Solo : Insan
Kamil 2011) h. 489.
19
Ibid.
8
mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an. Meskipun
ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadits ini menyebutkan
bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama.
Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari orang lain
cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid. Sekiranya
mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang
dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari
Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama.
Sehubungan dengan uraian dan kenyataan di atas, “mengajar” dalam
kegiatan mengajar harus diterjemahkan secara konseptual, disinkronisasikan
dengan pengertian “mendidik”. Oleh karena itu, Raka Joni dalam Sardiman
memberikan batasan mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang
merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar anak didik untuk memeperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan
tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi.20
Pembelajaran Al-Qur’an di sekolah kini tampak semakin melesu dan
kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung
tidak antusias saat pembelajaran Al-Qur’an berlangsung. Banyak siswa yang
mengeluh apabila disuruh tampil untuk membacakan Al-Qur’an apalagi menulis
ayatnya. Mereka cenderung tidak percaya diri atau merasa malu untuk tampil
membaca Al-Qur’an di hadapan jama’ah atau teman-temannya.
Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan manfaat pembelajaran
Al-Qur’an. Selain itu, pembelajaran Al-Qur’an seringkali dikemas tidak menarik
dan membosankan serta ditangani oleh guru-guru yang kurang ahli di bidang AlQur’an sehingga siswa merasa kegiatan bimbingan baca Al-Qur’an tidak perlu
mereka lakukan. Masih banyak orang yang beranggapan mempelajari dan
memahami Al-Qur’an di sekolah dapat dilakukan hanya dengan membaca dan
mengerjakan soal-soal yang ada dalam buku pelajaran pendidikan agama Islam
tanpa adanya praktik penuh penghayatan. Akibatnya siswa cenderung pasif dan
20
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , (Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada 2012) h.54.
9
tidak produktif di bidang Al-Qur’an yang tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hal ini berdampak pada psikologis siswa, siswa menjadi
manusia yang tidak peka atau tidak sensitif dengan lingkungannya karena belajar
Al-Qur’an berarti mengajarkan rasa sensitivitas atau kepekaan seseorang terhadap
sesuatu.
Pembelajaran Al-Qur’an di sekolah bertujuan untuk menghidupkan hati,
pikiran dan melatih kreativitas siswa, seperti yang diungkapan Rasulullah SAW :
“Sungguh Al-Qur’an ini adalah jamuan Allah, maka kalian terimalah jamuan-Nya
itu semampu kalian. Sungguh, Al-Qur’an ini tali Allah, cahaya terang dan obat
yang bermanfaat, merupakan penjaga bagi orang yang berpegang kepadanya,
penyelamat bagi orang yang mengikutinya, tidak menyimpang sehingga tidak
menyebabkan tercela, lurus sehingga menghendaki pembetulan, tak pernah habis
keajaiban-keajaibannya, tidak akan lenyap keagungan dan keindahannya lantaran
banyak diulang. Bacalah dia (Al-Qur’an) Sungguh, Allah akan membalas kalian
atas pembacanya: setiap huruf dibalas dengan sepuluh kebaikan. Ingat! Aku tidak
mengatakan kepada kalian alief laam miem sebgai satu huruf, melainkan alif satu
huruf, lam satu huruf dan miem satu huruf”.21
Al-Qur’an juga berfungsi menjadi petunjuk, pedoman hidup, pembeda
yang benar dan yang salah, menjadi obat hati, penenang hati di kala hati resah,
menjadi isyarat dalam menggali ilmu pengetahuan.22 Pemahaman terhadap AlQur’an tidak cukup hanya dengan membaca terjemah, tetapi harus diimbangi
dengan membaca kitab-kitab tafsir para ulama atau ahli-ahli Al-Qur’an di
manapun.
Al-Qur’an diyakini oleh ummat Islam sebagai kalamullah (firman Allah)
yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan
petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia
ini dan di akhirat nanti.23 Ajaran dan petunjuk Al-Qur’an tersebut berkaitan
21
Ahmad Suenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap , (Jakarta :Bintang Terang,
2005),h. 79.
22
Choeroni, dkk, Pendidikan Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta : Erlangga, 2013 ), h. 67.
23
Di dalam al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat yang menunjukkan tentang peran dan
fungsi diturunkannya al-Qur’an. Di antaranya ayat yang berbunyi : Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah, 2:2); sesungguhnya al-
10
dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi
kehidupannya di dunia dan di akhirat kelak.
Peran Al-Qur’an dalam kehidupan dan kesadaran muslim memancarkan
dengan kecerahan khusus suatu aspek penting dari kitab suci yang telah menerima
sedikit atau tidak sama sekali perhatian dalam keilmuan modern, yaitu karakter
oral dan auralnya serta fungsinya sebagai kata yang diucapkan.24
Ditinjau dari bahasa, kata Al-Qur’an diambil dari kata kerja”qara’a” yang
artinya ia telah membaca, maka perkataan Al-Qur’an itu berarti bacaan atau “yang
dibaca”, Al-Qur’an adalah isim masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul
yaitu “maqro’u” artinya “yang dibaca”. Artinya dalam pengungkapan suatu
keindahan
membaca
Al-Qur’an
memerlukan
bahasa
untuk
mengungkapkannya.Pengungkapan berarti adanya tindakan yang dilakukan
sehubungan dengan praktik membaca Al-Qur’an yaitu mengungkapkan apa yang
dirasakan melalui gerakan dan tuturan. Kegiatan praktek
menghubungkan
langsung antara teori dengan praktik yang mampu menjadikan pemahaman siswa
lebih mendalam sehingga pengalaman yang didapatkan juga semakin banyak.
Kegiatan mempraktikkan membaca Al-Qur’anyang disampaikan guru dengan
melibatkan siswa secara langsung dapat membuat pembelajaran Al-Qur’an
menjadi menarik.
Guru dalam menggali kemampuan siswa memerlukan beragam
pengetahuan, teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
karakteristik siswa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Zamroni“Proses
globalisasi merupakan keharusan sejarah yang tidak mungkindihindari, dengan
segala berkah dan madhorotnya, bangsa dannegaraakan dapat memasuki era
Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan anak shalih bahwa mereka ada pahala yang besar,
(Q.S. Al-Isra’, 17:9); dan kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim kecuali kerugian. (Q.S. Al-Isra’, 17:82). Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi
bagi menusia dalam al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. (Q.S. Al-Kahfi, 18-54).
24
Ricard C. Martin, Pendekatan terhadap Islam dalam Studi Agama , penerjemah
Zakiyuddin Baidhawy, (Yogyakarta : Suka-press 2010), h. 26.
11
globalisasi dengan tegar apabila memilikipendidikan yang berkualitas, terutama
ditentukan oleh proses belajarmengajar yang berlangsung” 25.
GuruAl-Qur’an harus menjadi teladan, pelopor, penggagas, memiliki
jiwa kepemimpinan, melindungi, mengayomi, sebagai khalifah yang mampu
menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT karena posisi guru
agama yang sebagai pentarbiyah derajatnya sejajar dengan para Nabi Muhammad
SAW.Dengan demikian pendidikan merupakan sarana untuk menanamkan
kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan Al-Qur’an
mempunyai kedudukan dan peranan yang penting.
Filsafat Pendidikan Islam menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam
yaitu menginternalisasikan (menanamkan) nilai-nilai ajaran agama Islam,
mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengalaman nilai-nilai
secara dinamis dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini
berarti bahwa pendidikan agama Islam secara optimal harus mampu mendidik
anak didiknya agar memiliki kedewasaan dan kematangan dalam beriman dan
bertakwa serta mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh sehingga menjadi
pemikir yang sekaligus mengamalkan ajaran Islam yang dialogis terhadap
perkembangan zaman.26
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar untuk mencapai tujuan.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi
pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar
sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan
siswa.27Peran guru dalam proses pendidikan, diantaranya: guru sebagai pendidik,
guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing dan guru sebagai pelatih.28
25
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001),
h. 29.
26
HM. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bima Aksara, 1987), h. 122.
Slamet, Belajar & faktor-faktor yang Mempengaruhinya , (Jakarta: PT.Renika Cipta,
2010), h. 97.
28
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 37.
27
12
Peranan
guru dalam
pendidikan sebagai
subjek dalam
proses
pembelajarandi sekolah, guru secara langsung ikut serta dalam proses pendidikan
dan memegang peran penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar
untukmencapai tujuan pendidikan, untuk itu guru harus ahli agar dapat
melaksanakantugas dan tanggung jawabnya dengan baik termasuk dalam
pendidikan agamaIslam khususnya Al-Qur’an. Dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur’an tidak lepas dari kontribusi suatu metode.
Salah satu metode membaca Al-Qur’an yang menarik serta dapat melatih
kreativitas siswa adalah metode tatbiqi. Tatbiqi adalah metodologi pembelajaran
bahasa Al-Qur’an yang menghantarkan siswa ketingkat tadabur (kajian dan
tafsir),metode ini menitik beratkan pada tatbiq (penerapan langsung) kata yang
menjadi nama dari metode itu sendiri.29
Alasan penelitian inibertolak dari program unggulan di sekolah,siswa
mampu membaca Al-Qur’an dengan empat kemampuan yaitu tahsin, tilawah,
tahfizh, dan tadabur dengan lima bagian yaitu tartil, kosakata, tata bahasa, alih
bahasa, dan tafsir ikhtisar dengan target 1 tahun empat juz.30Hal ini membuat
peneliti
ingin
mengetahui
bagaimana
siswa
di
sekolah
SMP
Annidamampumembaca Al-Qur’an sesuai dengan tujuan kurikulum atau program
unggulan tersebut. Peneliti meneliti tentang kemampuan membaca Al-Qur’an
karena penelitian ini mengacu pada objek yang bergerak.
Kemampuan membaca Al-Qur’an yang dimaksud adalah kemampuan
membaca berdasarkan tajwid yang meliputi makhrajul huruf (tempat keluarnya
huruf), sifat-sifatnya serta bacaan-bacaannya (hukum bacaan)karenamembaca
berdasarkan ilmu tajwid merupakan unsur sentral yang menghidupkan bacaan AlQur’an.31Mengamalkan ilmu tajwid bertujuan supaya siswa dapat membaca ayatayat Al-Qur’an dengan fashih (terang dan jelas) dan cocok dengan ajaran-ajaran
Nabi Muhammad saw serta dapat menjaga lisannya dari kesalahan-kesalahan
29
Hidayaturrohman, Guru Tatbiqi SMP Annida Lampung Selatan, Wawancara, 15
Desember 2015.
30
Hidayaturrohman, Guru Tatbiqi SMP Annida Lampung Selatan, Wawancara, 15
Desember 2015.
31
Ahmad Suenarto, Ibid, h. 6.
13
ketika membaca Al-Qur’an. Tanpa tajwid dalam membaca Al-Qur’an tidak dapat
dinikmati oleh pendengar umumnya dan pembaca itu sendiri, jika tidak dapat
dinikmati maka bacaan yang dibaca tentu kurang berpengaruh.
Kemampuan membaca Al-Qur’an ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama kelas VIItahun pelajaran 2015/2016 pada standar kompetensi
Menerapkan Hukum bacaan ”Al” Syamsiyah dan ”Al”Qomariyah. Selanjutnya,
dijelaskan juga bahwa pembelajaran Al-Qur’an dilakukan dengan program
metode tatbiqi ini dibentuk dengan rancangan yang bisa memenuhi segala
kebutuhan masyarakat dan generasi kita ke depan akan pemahaman Al-Qur’an
oleh karena itu target kemampuan siswa dalam metode ini yaitu: kemampuan
mendengar (
(
), kemampuan mengucapkan (
), dan kemampuan membaca (
), kemampuan menulis
). Agar penelitian ini fokus pada satu
masalah, maka penulis meneliti tentang kemampuan membaca.
Metode tatbiqi lahir dari sebuah ide penulis yang muncul melalui
pengalaman, pengkajian dan penghayatannya selama sembilan tahun menjadi
pengajar dan pembimbing Al-Qur’an di tingkat Anak-anak, remaja dan kalangan
dewasa di masyarakat setelah penulis menyelesaikan studinya di LIPIA Jakarta
tingkat Diploma jurusan metodologi pengajaran Bahasa Arab, dari hasil materi
yang ia peroleh dan pengalaman yang ada maka penulis terdorong untuk membuat
sebuah metodologi pengajaran Bahasa Arab bagi siswa dan masyarakat non Arab,
mengingat prioritas dan kebutuhan yang mendesak bagi generasi dan masyarakat
muslim saat ini adalah memahami bahasa Al-Qur’an, faktor inilah yang
mendorong penulis mengarahkan metodologinya pada pemahaman bahasa AlQur’an.Metode ini sesuai dengan yang diajarkan kepada siswa SMP Annida.32
SMP Annida terletak di Jl. Budaya No. 90 Dusun Tegal Lega Karang
Anyar Jati Agung Lampung Selatan sebagai tempat penelitian didasari atas
pertimbangan, yaitu (1) SMP AnnidaLampung Selatan mendapat pembelajaran
32
Hidayaturrohman, Guru Tatbiqi SMP Annida Lampung Selatan, Wawancara, 15
Desember 2015.
14
Al-Qur’an
sesuai
kurikulum
yang
berlaku,
(2)
SMP
AnnidaLampung
Selatanmemiliki visi yaitu terciptanya insan yang memiliki KAS (knowledge,
attitude, and skill)) agama dan skill iptek dengan bahasa Internasional serta jiwa
kewirausahaan dalam rangka pembekalan menjadi generasi bangsa mandiri sesuai
dengan ajaran Islam. Kegiatan membaca Al-Qur’an menjadi sarana yang efektif
untuk mengembangkan dan melatihketerampilantersebut, (3) Peneliti ingin
mengetahui potensi siswa kelas VIISMP AnnidaLampung Selatandalam membaca
Al-Qur’an.
Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis mengadakan penelitian tentang
kemampuan membaca Al-Qur’andengan metode tatbiqi siswa kelas VIISMP
AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Setiap pelaksanaan penelitian selalu berawal dari adanya masalah, pada
hakikatnya masalah itu sendiri merupakan segala bentuk pertanyaan yang perlu
dicari jawabannya.
Dari latar belakang masalah diatas, dalam penelitian ini penulis
mengidentifikasi masalah kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode tatbiqi
siswa kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan adalah sebagai berikut
:
a. Guru sudah menjadwalkan membaca Al-Qur’an dalam kurikulum sekolah
secara rutin setiap selesai melaksanakan shalat 5 waktu namun masih terdapat
siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.
b. Guru sudah menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk lebih
mudah melakukan pengawasan aktifitas kegiatan membaca Al-Qur’an namun
masih
terdapat
beberapa
siswa
yang
tidak
sungguh-sungguh
atau
bersendaugurau di dalam proses kegiatan belajar.
c. Siswa sudah memiliki perangkat pembelajaran Al-Qur’an yaitu kitab AlQur’an namun tidak semua Al-Qur’an memiliki standar yang sama.
15
d. Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan secara bersamaan dan serentak
sesuai jadwal dengan tujuan untuk menyelesaikan target belajar secara
bersama-sama namun terdapat beberapa santri namun tidak semua santri
memiliki kemampuan daya serap yang sama sehingga kecepatan membaca
dan target penyelesaian materipun berbeda.
e. Berbagai metode mengajar membaca Al-Qur’an sudah diterapkan di sekolah
namun, pengembangan metode mengajar membaca Al-Qur’an harus terus
dilakukan.
2. Batasan Masalah
Untuk lebih spesifiknya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah
dalam penelitain ini pada : Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Metode
Tatbiqi Siswa Kelas VII SMP Annida Jati Agung Lampung Selatan tahun
pelajaran 2015/2016.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana kemampuan siswa membaca
Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi pada siswa kelas VIISMP AnnidaLampung
Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa
membaca Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi pada siswa kelas VII SMP
AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
2.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara praktis bagi kepentingan
pendidikan dan pembelajaran, di antaranya dapat menambah wawasan dan
pengetahuan guru Al-Qur’an tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi
siswa ataupun pencapaian target dari metode tatbiqi serta keterampilan
16
berekspresi siswaSMP AnnidaLampung Selatan tentang kemampuan siswa
membaca Al-Qur’an dan memberikan informasi kepada guru tentang tingkat
kemampuan siswa membaca Al-Qur’an dengan metode Tatbiqi” pada siswa kelas
VII SMP AnnidaLampung Selatan tahun pelajaran 2015/2016 serta motivasi bagi
siswa untuk meningkatkan kesungguhan mempelajari Al-Qur’an.
E. Kerangka Pikir
Al-Qur’an dimaknakan sebagai Kalam Allah Swt yang merupakan
mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw., dan
yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir, serta membacanya
dinilai ibadah.
Al-Qur’an sebagai kitab suci memang memiliki
keistimewaan
tanpa banding. Kitab ini disebut kitabullah (kitab Allah) mengandung makna
bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah atau kalam Allah (firman-Nya), dan
bukan kumpulan dari perkataan manusia.
Kemampuan membaca Al-Qur’an terkait dalam perkataan dalam
shalat, yaitu berupa bacaan surat dan ayat Al-Qur’an serta bacaan-bacaan
lainnya dalam bahasa arab. Sungguh perkara yang tidak dikehendaki apabila
seorang muslim sampai sama sekali tidak mampu mengenal dan membaca
kitab suci agamanya. Apabila hal itu terjadi, maka muncul pertanyaan besar,
yaitu : dapatkah ia menjadi seorang muslim yang baik? Padahal indikator
kebaikan ditentukan oleh intensitas dari pengalaman nilai-nilai ajaran Islam itu
sendiri, sedangkan indikator utamanya adalah shalat.33 Shalat dan bacaan ayat
suci Al-Qur’an tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana Allah Swt
berfirman :
33
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Ibid, h. 9.
17
Artinya : “Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat)
itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”34
Al-Qur’an sangatlah mudah untuk dipelajari kuncinya adalah
kesungguhan. Dengan bersungguh-sungguh maka setiap orang yang mau
belajar maka akan mampu. Dalam hal Al-Qur’an tidak sulit untuk dipelajari
maka Allah Swt memberikan jawabannya. Empat kali Allah Swt mengulangulang ayat ini. Allah Swt berfirman
Ayat tersebut memiliki arti yang sama yaitu : “Dan sungguh telah
Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau
mengambil pelajaran?.”35
Secara tekstual ayat tersebut meyakinkan diri kita bahwa AlQur’an itu mudah dipelajari bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Untuk belajar Al-Qur’an tidak bergantung oleh umur. Tidak ada
istilah terlambat dalam belajar. Rentang waktu belajar adalah seumur hidup,
selama 24 jam setiap hari. Oleh karena itu jika ada keinginan, sesibuk apapun
QS. Al-„Ankabut [29] :45.
Qs. Al-Qamar [54] : 17, 22, 32, 40.
34
35
18
seorang pasti dapat membagi waktunya untuk belajar. Untuk membantu siswa
khususnya dan siapa saja yang ingin memiliki kemampuan belajar Al-Qur’an
pada umumnya maka metode tatbiqi ini membuka peluang kepada siswa atau
siapa saja yang butuh untuk belajar membaca Al-Qur’an dari tingkat I’dad
sampai tingkat tadabur untuk belajar membaca Al-Qur’an karena berawal dari
membaca maka langkah-langkah berikutnya akan mudah diikuti.36
Berdasarkan teori di atas, dapat dibuat kerangka pikir sebagai
berikut :
Kemampuan Membaca AlQur’an
Indikatornya:
1. Tajwid
2. Tartil
Sumber : As’ad Humam, Cara
Cepat Belajar tajwid Praktis,
(Yogyakarta : Balai Litbang LPTQ
Nasional Team Tadarus “AMM”,
2005), h. 4.
36
Metode tatbiqi
Target:
1. Kemampuan Mendengar
2. Kemampuan
Mengucapkan
3. Kemampuan Membaca
4. Kemampuan Menulis
Sumber : Hidayaturrohman, Alternatif
Baru Memahami Al-Qur’an, Metode
Tatbiqi, (Bandar Lampung : Qyoz
Graphic, 2011), h. 3.
Hidayaturrohman, Alternatif Baru Memahami Al-Qur’an, Metode Tatbiqi, h. 1.
19
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu indikasi bahwa
siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu
yang diamatinya.1.
Kemampuan memiliki unsur yaitu skill (keterampilan). keterampilan
merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur
penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk
jangka panjang.2
Keterampilan
membaca
pada
umumnya
diperoleh
dengan
cara
mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan formal walaupun faktor-faktor
pendukung khususnya kemampuan membaca Al-Qur’an berawal dari pendidikan
non formal maupun informal. Keterampilan membaca ini merupakan suatu
keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan
pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang
akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
baru dengan cara membaca. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan
memungkinkan
orang
tersebut
mampu
mempertinggi
dayapikirannya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dalam hal ini penulis
berpendapat sumber bacaan terdahsyat adalah Al-Qur’an.
Menurut Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan, membacaadalah proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual
akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan
1
Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum. (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 70.
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional,(Jogjakarta, PrismasophieCet. I,
2004), h. 144.
2
20
tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik.3
Berdasarkan firman Allah Swt, membaca Al-Qur’an merupakan
kewajiban, karena Allah SWT yang memerintahkan. Wahyu yang pertama turun
adalah perintah membaca. Allah SWT berfirman :
Artinya
:
“Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
Tuhanmu
yang
menciptakan.”4
Wahyu pertama yang disampaikan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad
Saw.melalui perantara malaikat Jibril adalah perintah membaca karena dengan
membaca, Allah Swt. mengajarkan tentang ilmu pengetahuan. Negara-negara
maju berawal dari semangat membaca. Membaca di sini menurut penulis adalah
membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur’an) dan membaca ayat-ayat kauniyah (alam
semesta).
Di ayat lain Allah Swt. berfirman :
Artinya : “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu menceg