HUBUNGAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN DENGAN KEBERHASILAN USAHA PADA PETERNAK BURUNG PUYUH : Survey Pada Peternak Burung Puyuh Di Kabupaten Sukabumi.

(1)

PUYUH

(Survey Pada Peternak Burung Puyuh Di Kabupaten Sukabumi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Manajemen Bisnis

Oleh:

Fahima Aulia Putri 0807056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN BISNIS

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

Fahima Aulia Putri, 2014

(Survey Pada Peternak Burung Puyuh Di Kabupaten Sukabumi)

Oleh

Fahima Aulia Putri 0807056

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikaan Ekonomi dan Bisnis.

©Fahima Aulia Putri Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HUBUNGAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN DENGAN KEBERHASILAN USAHA PADA PETERNAK BURUNG PUYUH

(SURVEY PADA PETERNAK BURUNG PUYUH DI KABUPATEN SUKABUMI)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing

Prof. Dr. H. Agus Rahayu, MP. NIP. 19620607 198703 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas

Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Edi Suryadi, M. Si.

NIP. 19600412 198603 1 002 Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis

Dr. Lili Adi Wibowo, S.Pd, S.Sos, M.M. NIP. 19690404 199903 1 001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada masa pertengahan 1997, memberikan pelajaran yang berharga kepada bangsa Indonesia betapa mahalnya harga yang harus dibayar untuk model ekonomi kapitalistik yang pada dasarnya mengejar pertumbuhan tinggi tanpa diimbangi oleh pemerataan yang memadai. Terjadinya krisis ekonomi telah menyadarkan bangsa Indonesia bahwa pengelolaan ekonomi tidak boleh diserahkan sepenuhnya pada usaha-usaha skala besar. Strategi pembangunan ekonomi pada masa lalu yang mengutamakan pertumbuhan dan mengesampingkan pemerataan tertentu hanya menghasilkan sosok ekonomi yang rapuh. Masalah tersebut diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih parah dan panjang serta mengganggu ekonomi negara maju. (Sumber:www.komoditasindonesia.com).

Sementara itu, untuk menangkal krisis global, Kementerian Perindustrian memilih menggalakkan pertumbuhan industri kecil dan menengah terbukti mampu tahan terhadap krisis ekonomi. Total investasi yang telah terbentuk oleh industri ini mencapai Rp 244 triliun dengan jumlah tenaga kerja sebesar 3,8 juta pada 2010. (Majalah Bloomberg Businessweek/40 22 Desember-11 Januari 2012).

Pemerintah mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) untuk terus tumbuh sehingga bisa lebih banyak menyerap tenaga kerja. UKM diharapkan semakin berperan dalam menekan angka pengangguran. Menteri Koperasi dan


(5)

UKM Syarif Hasan mengungkapkan, pertumbuhan UMKM di Indonesia meningkat dua tahun terakhir. Bila dua tahun lalu jumlah UKM berkisar 52,8 juta unit usaha, di tahun 2010 berjumlah 53,8 juta dan pada 2011 sudah bertambah menjadi 55,2 juta unit. Jumlah UKM yang terus meningkat ini diharapkan bisa sebanding dengan penyerapan tenaga kerja.Sebagai catatan, rata-rata UKM bisa menyerap 3–5 tenaga kerja. Dengan adanya penambahan sekitar 3 juta unit UKM, dalam dua tahun terakhir, jumlah tenaga yang terserap bertambah 15 juta orang. (www.depkop.go.id,19:50, 19 Desember 2012).

Usaha kecil dan mengengah (UKM) merupakan kelompok usaha yang paling dapat bertahan ketika krisis ekonomi melanda negeri ini. Perkembangan jumlah unit usaha kecil menengah yang terus meningkat, tentunya akan dapat membuka lapangan kerja yang besar. Namun demikian usaha kecil ini masih dipandang sebagai usaha yang lemah kinerjanya..

Menurut Ardiana Brahmawanti dalam jurnal Manajemen dan kewirausahaan (2010;12) Usaha kecil dan menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomidan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya. Ketersediaan bahan baku lokal bagi industri kecil dan menengah merupakan keunggulan tersendiri yang memungkinkan dapat beroperasi secara efisien. Pada sisi lain modal kerja yang dibutuhkan relatif kecil, sehingga memberi peluang kepada masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha


(6)

untuk mendirikan unit-unit usaha dengan kadar kecanggihan teknik produksi yang terjangkau. Dalam batas-batas tertentu kegiatan industri kecil dan menengah dapat mengurangi sebagian beban import sehingga dalam kerangka strategis, hal ini dapat menghemat devisa.

Menurut Siti Nursyamsiah dalam jurnal Kajian Bisnis dan Manajemen (2005;17) Selaras dengan program pembangunan ekonomi pemerintah Indonesia, dimana titik tolak diarahkan pada peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi rakyat, maka diperkirakan Indonesia memerlukan tambahan sekitar 20 juta unit usaha baru di luar sektor pertanian, dalam 15 tahun mendatang dalam rangka meningkatkan daya dukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja bagi penduduk Indonesia. Hal ini berarti harus menumbuh kembangkan 1,3 juta unit usaha baru di Indonesia setiap tahunnya, padahal infrastruktur untuk mewujudkannya relatif sangat terbatas.

Menurut Marliana Budhiningtias dalam jurnal majalah ilmiah (2008;14) untuk periode tahun 2005 - 2009 dicanangkan untuk menumbuhkan 6 juta unit usaha UMKM baru di Indonesia. Pengembangan wirausaha baru terkait dengan upaya menumbuhkan lingkungan usaha yang kondusif, menumbuhkan kemauan masyarakat untuk berwirausaha, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berwirausaha.

Namun demikian pengembangan UKM harus disertai dengan pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam berbagai aspek. Salah satu hasil survei menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengusaha UKM di Indonesia


(7)

adalah SLTA (44,1%), D-3 (7,4%), dan S-1 (17,9%) dan sisanya dibawah SLTA. Fakta ini sebenarnya menepis pandangan bahwa pendidikan UKM di Indonesia relatif rendah. Namun peningkatan kualitas SDM sangat diperlukan terutama di bidang kompetensi SDM seperti knowledge, skill dan ability serta attitude dalam berwirausaha. Pengembangan SDM harus dilakukan tidak hanya kepada UKM sebagai pemilik usaha, tetapi juga para pekerjanya.

Usaha Kecil Menengah (UKM) saat ini memiliki peran yang sangat besar terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional, hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.

TABEL 1.1

PRODUK DOMESTIK BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2013 (MILIAR RUPIAH)

NO LAPANGAN USAHA TAHUN 2013

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 322.805.20

2 Pertambangan dan penggalian 245.667.60

3 Industri Penglahan 506.258.20

4 Listrik, Gas dan Air bersih 17.744.40

5 Konstruksi 218.495.70

6 Perdagangan Hotel dan Restoran 302.913.10

7 Pengangkutan dan Komunikasi 145.968.40

8 Keuangan, Real estate dan Jasa perusahaan 162.706.80

9 Jasa jasa 223.811.60

PDB 2.146.381.00

PDB Tanpa Migas 1.986.574.10

Sumber: www.bps.go.id/pdb.php


(8)

agrobisnisnya, karena negara kita negara agraris yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah banyaknya serta mudah untuk diperbaharui berbeda dengan sumber daya lainnya yang tidak dapat diperbaharui. Untuk itu diperlukan wirausaha-wirausaha yang tangguh untuk dapat memaksimalkan potensi atau peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, sehingga kita dapat merasakan hasilnya.Kekuatan ekonomi suatu negara memiliki korelasi yang positif dengan kontribusi UKM) terhadap perekonomian suatu negara.Semakin besar kontribusi UKM terhadap perekonomian maka makin kuat ekonomi tersebut.

Sektor Usaha Kecil dan Menengah di Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto Jawa Barat yakni mencapai 62,3 persen. Menurut Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat Wawan Hermawan Jumlah UKM di Jawa Barat mencapai 8,2 juta, terbesar di Indonesia. Dan berkontribusi ke PDRB secara keseluruhan mengungguli usaha berskala besar,.(Sumber : http://www.antarajawabarat.com, 09.00, 2 Maret 2013)

Tahun 2009 ketika krisis global yang belum berlalu ketika terjadi penurunan daya beli yang kemudian mendorong substitusi pangan ke produk unggas, industri peternakan masih mampu bertahan.

Di indonesia sendiri, khususnya peternakan unggas. Produk unggas yang tetap bertahan ditengah krisis salah satunya adalah burung puyuh, yang termasuk sebagai protein hewani yang harganya relatif murah dibandingkan dengan harga daging sapi.

Provinsi Jawa Barat sebagai mitra terdepan dari ibukota menghadapi sejumlah tantangan sekaligus peluang untuk mengambil peran didalam


(9)

mengembangkan sektor industri pangan, mengingat wilayah Jawa Barat masih memiliki potensial sumberdaya yang relatif cukup mendukung bagi tumbuhnya sektor hulu, budidaya, hingga industri hilir. Dilain pihak posisi geografis yang menarik mendorong masuk dan tumbuhnya peluang bagi sektor-sektor ekonomi lainnya yang berpengaruh terhadap penggunaan sumberdaya di sejumlah wilayah menjadi kompetitif. Di sejumlah wilayah kabupaten, sektor pertanian termasuk peternakan mampu diandalkan menjadi tujuan investasi dan dalam perekonomian sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah, sehingga pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk kebijakan yang memadai terhadap perkembangan sektor ini.

Selain itu Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memilki peluang yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi.Jawa Barat memiliki potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang besar serta ditunjang dengan tersedianya sarana dan prasarana informasi dan kelembagaan serta informasi yang relatif lengkap.

Besaran potensi kontribusi dari sektor pertanian di Jawa Barat terhadap pembangunan ekonomi tidak terlepas dari kontribusi sub sektor peternakan di dalam struktur perekonomian. Kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor peternakan terhadap pertanian dan regional menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat antar waktu, dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Hal ini dapat dilihat pada periode tahun 1900-an kontribusi pembentukan PDB peternakan terhadap pertanian masih berkisar antara 3% dan 5% dari total PDB, sementara pada periode tahun 2000 mencapai 15% dari total PDB pertanian.


(10)

Secara relatif pangsa output sektor peternakan terbilang masih cukup rendah, namun laju pertumbuhan ekonomi yang dimiliki merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya di dalam sektor pertanian di Jawa Barat. Tinggi laju pertumbuhan PDB peternakan tersebut, antara lain ditunjang oleh peluang dan potensi pengembangan subsektor peternakan yang masih luas.Kecenderungan laju pertumbuhan yang selalu meningkat merupakan indikasi yang menunjukkan bahwa sektor peternakan dapat berperan sebagai komponen pengungkit (leverage) yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomiaan Jawa Barat.

TABEL 1.2

POPULASI TERNAK (EKOR) DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

No Jenis Ternak Jumlah Populasi (ekor)

1 Sapi Potong 429,637

2 Sapi Perah 136,054

3 Kerbau 121,854

4 Kuda 14,418

5 Kambing 2,303,256

6 Domba 8,249,844

7 Babi 7,620

8 Ayam Buras 27,224,219

9 Ayam Ras Petelur 12,271,938

10 Ayam Ras Pedaging 101,739,384

11 Itik 8,773,043

12 Kelinci 282,553

13 Merpati 135,966

14 Puyuh 394,937

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

Dari Tabel 1.2, jumlah persebaran populasi ternak di dominasi dengan peternakan ayam, khususnya untuk ayam ras pedaging. Jumlah tersebut mampu menyaingi jumlah populasi ternak lainnya seperti sapi, kambing, kerbau, dan lainnya.Persebaran ternak di Provinsi Jawa Barat ini tersebar luas di 17 Kabupaten dan 9 Kota.


(11)

Memasuki periode pembangunan tahun 2013 di Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat menyusun Rencana Kerja (Renja) yang merupakan perencanaan pembangunan peternakan di Jawa Barat. Mengacu kepada kebutuhan dan permasalahan pembangunan peternakan di Jawa Barat yang sesuai dengan potensi sumber daya tersedia dengan tetap menjaga kesinambungan pembangunan sesuai yang di arahkan didalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan Renstra (Rencana Strategi) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013.

Berdasarkan RPJMD Provinsi Jawa Barata tahun 2008-2013. Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada sub sektor peternakan, program janji gubernur pada bidang peternakan yang dilaksanakan melalui peningkatan nilai produksi dan nilai tambah hasil pertanian. Kebijakan pembangunan kewilayahan berdasarkan kawasan andalan pada subsektor peternakan yang difokuskan pada peningkatan produsi dan distribusi pangan (protein hewani) yaitu pada kawasan-kawasan andalan Bodebekpunjur, Sukabumi, Ciayumajakuning, Priangan Timur - Pangandaran, Purwasuka.

Kondisi pembangunan peternakan di Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu Kabupaten yang memiliki jumlah peternak yang dominan, mendukung Kabupaten Sukabumi menjadi kawasan agribisnis berbasis peternakan. Target utama pembangunan pertanian dan peternakan 2010-2014 terdiri dari Empat hal, yakni :

1. Pencapaian swasesembada berkelanjutan 2. Peningkatan diversifikasi pangan


(12)

3. Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor 4. Peningkatan kesejahteraan petani.

Keempat sasaran program di atas bertujuan pada perkembangan agribisnis untuk membangun daya saing tinggi dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki jumlah penduduk 237.600.000 jiwa dengan konsumsi daging masyarakat Kabupaten Sukabumi menurut data tahun 2011 adalah 2,09kg/kapita/tahun maka kebutuhan daging mencapai 3.575.175 kg per tahun.

Sebagai salah satu pemasok hasil peternakan tertinggi ke Jakarta, selain dikarenakan jarak tempuh yang dekat, Kabupaten Sukabumi memiliki 482 jumlah lokasi peternak yang tersebar di beberapa kecamatan sehingga mampu mencukupi kebutuhan lokal dan luar (sumber : www.republika.co.id, 16:56, 16 juni 2013). Hal ini menunjukkan besarnya potensi ternak di wilayah Kabupaten Sukabumi.

TABEL 1.3

DATA POPULASI TERNAK DAN PRODUKSI DAGING KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2012

Jenis Ternak Populasi Produksi Daging

Sapi Lokal / Potong 20.074 1.404.688 kg

Sapi Perah 6.636 64.435 kg

Kerbau 12.014 72.120 kg

Kambing 82.335 128.778,53 kg

Domba 468.569 604.566,47 kg

Ayam Broiler 8.247.290 43.875.583 kg

Puyuh 131.763 3.623 kg

Itik 107.400 94.244 kg

Ayam Breeder 2.373.118 1.860.525 kg

Ayam Buras 1.184.469 -

Ayam Ras 2.294.347 1.284.834 kg

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Tabel 1.3, Jumlah populasi ayam di Kabupaten Sukabumi sangat tinggi dibandingkan dengan sapi, kambing, domba, dan lainnya. Sehingga menghasilkan jumlah produksi daging yang sangat tinggi. Sedangkan untuk


(13)

burung puyuh, jumlah produksi daging terbilang rendah, di karenakan burung puyuh masih di manfaatkan untuk produksi telur dan produksi daging puyuh hanya di lakukan pada saat puyuh mencapai usia afkir.

Ketika terjadi penurunan daya beli mendorong subtitusi pangan ke produk unggas. Produk unggas yang masih bertahan selain ayam adalah burung puyuh sebagai pengganti protein hewani yang harganya relatif murah dibandingkan dengan daging sapi.

Burung puyuh yang mempunyai nama latin Coturnix-coturnix Japonica dan termasuk dalam keluarga Phasianidae ini, aslinya adalah burung liar yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat tahun 1870. Di Indonesia Puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Selain dapat dinikmati telur dan dagingnya, banyak yang sudah memanfaatkan bulu burung puyuh ini sebagai bahan aneka kerajinan. Satu manfaat lagi yang diperoleh dari ternak burung puyuh ini adalah kotoran yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pupuk kandang ataupun pupuk kompos. Dengan tingkat kebutuhan pasar yang tinggi menjadikan peternakan burung puyuh ini sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Di Indonesia, telur puyuh bisa didapatkan dengan mudah dengan harga yang relatif murah. Sedangkan di kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara, telur puyuh dianggap sebagai makanan mewah.

Selain dagingnya yang dapat di konsumsi, burung puyuh juga memproduksi telur yang memiliki manfaat segudang banyaknya. Dengan berat 10 gram hingga 12 gram, satu butir telur puyuh memiliki berbagai unsur yang dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh menjadi sehat. Nilai gizi telur puyuh tiga hingga


(14)

empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam, yang memiliki berat 50 hingga 70 gram per butir. Telur puyuh mengandung 13 persen protein, telur ayam hanya 11 persen. Selain itu, telur puyuh mengandung 140 mu-g vitamin B1, bandingkan dengan 50 mu-g yang ada di telur ayam. Kandungan vitamin A dan B2 telur puyuh dua kali telur ayam. Telur puyuh memiliki zat besi dan potasium lima kali lebih banyak daripada telur ayam. Karena kandungan tersebut, telur puyuh masuk dalam kategori dietary food. Telur puyuh tidak memiliki kolesterol jahat (LDL) dan sangat kaya dengan kolesterol baik (HDL). Tidak seperti telur ayam, telur puyuh tidak menyebabkan alergi bila di konsumsi dalam jumlah banyak. Telur puyuh bisa membantu mengatasi gejala alergi. Telur puyuh mengandung protein ovomucoid, yang dipakai untuk produksi obat anti alergi.

TABEL 1.4

KONTRIBUSI KANDUNGAN TELUR UNGGAS

Jenis Unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)

Ayam Ras 12.7 11.3 0.9 1.0

Ayam Buras 13.4 10.3 0.9 1.0

Itik 13.3 14.5 0.7 1.1

Angsa 13.9 13.3 1.5 1.1

Merpati 13.8 12.0 0.8 0.9

Kalkun 13.1 11.8 1.7 0.8

Puyuh 13.1 11.1 1.0 1.1

Sumber : CV. Slamet Quail Farm

Berdasarkan Tabel 1.4 kontribusi kandungan telur puyuh terbilang cukup baik. Telur puyuh memiliki kandungan protein yang cukup tinggi di bandingkan telur unggas lainnya, Sedangkan kandungan lemak pada telur puyuh terbilang cukup rendah di bandingkan telur itik yang memiliki kandungan lemak 14.5%. Kandungan karbohidrat pada telur puyuh pun mampu mengungguli dari telur ayam dan itik.


(15)

Burung Puyuh mempunyai siklus hidup relatif singkat dengan laju metabolisme yang tinggi. Seekor Puyuh sudah mencapai dewasa dan mulai bertelur pada umur 41 hari. Dalam setahun, seekor Puyuh dapat menghasilkan telur 250-350 butir. Setelah itu tingkat produktifitas telurnya akan turun, dan Puyuh akan diafkir dan dijual ke pasar. Dengan demikian, jika memelihara puyuh 1000 ekor, minimal 80% dari populasi akan bertelur setiap hari, berarti setiap hari paling tidak akan terdapat sekitar 800 butir. Guna menghasilkan produksi burung puyuh yang baik, penempatan dan perawatan puyuh pun perlu di perhatikan. Habitat yang ideal, jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk, mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak (sarana produksi peternakan) dan jalur pemasaran. Bebas dari wabah penyakit, bukan merupakan daerah sering banjir, selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sedangkan untuk perkandangan, temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C, kelembaban kandang berkisar 30-80%, penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan), tata letak kandang diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Hal ini perlu di terapkan untuk menjaga kualitas dari burung puyuh tersebut.

Di Sukabumi sendiri, peternakan burung puyuh berkembang sekitar tahun 1992, Pada mulanya hanya berbentuk usaha rumahan yang di kelola oleh peternak-peternak setempat. Pada tahun 2010 di bentuk kelompok tani, salah satunya Kelompok Tani Cilangkap yan bergerak di bidang peternakan burung puyuh (produksi daging dan telur puyuh), pembibitan (produksi anak puyuh /


(16)

DOQ, bibit GPS, bibit PS, dan Final Stock), penyedia sarana produksi peternakan bagi anggota Inti-Plasma. Pembentukan Kelompok Tani Cilangkap sendiri sebagai Sub Kelompok dibina oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, Penyuluh Pendamping dan Kepala BP3K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertaninan Perikanan). Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Wirausaha Budidaya Burung Puyuh, yakni :

1. Harga telur puyuh belum pernah dijual di bawah modal

2. Antara Supply dan Demand tidak seimbang, sehingga mencipitakan banyak peluang

3. Dibandingkan dengan usaha ternak unggas lainnya, penyakit pada burung puyuh lebih sedikit.

4. Sistem pembayaran dalam penjualan hasil burung puyuh selalu tunai / cash 5. Konglomerasi belum masuk dalam usaha burung puyuh (masih dibudidayakan

UMKM)

6. Sangat mini dalam penggunaan lahan dan waktu kerja

7. Kotoran burung puyuh bisa di gunakan sebagai pupuk organik dan pakan alternatif di bidang perikanan

TABEL 1.5

JUMLAH KELOMPOK TERNAK BURUNG PUYUH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2009–2012

Tahun 2009 2010 2011 2012

Jumlah

Peternak 7 17 15 14

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Tabel 1.5, jumlah kelompok ternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi meningkat tiap tahunnya. Sempat terjadi penurunan


(17)

peternak pada tahun 2011 menjadi 15 peternak, dikarenakan banyaknya peternak puyuh yang beralih menjadi peternak ayam arab.

TABEL 1.6

DAFTAR PETERNAK BURUNG PUYUH KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT TAHUN 2012

NO. NAMA

1 Karang Taruna Karya Guna

2 Kelompok Tani Cilangkap Farm

3 Makmur

4 At-Tijarah (Pondok Pesantren)

5 Sangkar Maju

6 Mandiri Sejahtera

7 Hudzaifah Foundation

8 AKMAL

9 Rahayu Farm

10 Mitra Ternak

11 Daya Karya 2

12 Bina Usaha Sub 3

13 Barokah

14 Bina Sejahtera Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Tabel 1.6, jumlah peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi berjumlah 14 kelompok yang di bawahi Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi dan Diskoperindag.

TABEL 1.7

DATA VOLUME PRODUKSI DAN PENJUALAN TELUR BURUNG PUYUH KABUPATEN SUKABUMI

TAHUN 2009 2010 2011 2012

JUMLAH PRODUKSI

178.202 kg 462.541 kg 232.721kg 252.491 kg

JUMLAH PENJUALAN

150.325kg 450.211 kg 222.321 kg 250.701 kg

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Tabel 1.7, jumlah volume produksi dan penjualan telur burung payuh dapat di katakan mencapai pada titik tertinggi pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah volume produksi dan penjualan mengalami


(18)

penurunan. Hal ini di karenakan jumlah peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi pada tiap tahunnya mengalami penurunan.

Peluang bisnis burung puyuh tak sebatas pada telurnya. Daging dan kotorannya pun menawarkan rupiah. Bulu burung puyuh pun juga sudah banyak di gunakan dalam bentuk kerajinan.

Prospek Telur, sampai kini belum ada angka statistik populasi puyuh yang akurat. Namun, menurut Totok Setyarto, Direktur pemasaran PT Cargill Indonesia, salah satu produsen pakan puyuh di Jakarta.Berdasarkan jumlah pakan yang beredar, populasi puyuh diperkirakan hanya sekitar 10 juta ekor dengan penyebaran terbanyak di Jawa Tengah dan Yogyakarta sekitar 50%, Jawa Timur 30%, Jawa Barat 15% dan lokasi lain 5%, (Sumber: http://www.agrina-online.com). Permintaan terhadap produk puyuh, yaitu telur dan daging, cukup tinggi. Menurut Slamet Wuryadi, Pemilik CV. Slamet Quail Farm dan Ketua Pusat Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI) periode 2010-2015, besarnya permintaan 8 juta butir/minggu atau 32 juta butir/bulan, sementara baru mampu di pasok 9 juta butir/bulan, berarti baru 28% pelanggan. Masih ada peluang sebanyak 72% belum mampu di penuhi. Sementara pasar nasional, menurut perhitungan pihak PT Peksi, sebanyak 30 juta butir/minggu atau 120 juta butir/bulan. Sedangkan pasar internasional mencakup Uni Emirat Arab, Bahrain, Jepang, dan Malaysia. Untuk Jepang sendiri memerlukan 30 ton telur/bulan.

Kondisi tersebut membuat harga telur cenderung tinggi. Slamet menegaskan, sejak awal berkenalan dengan puyuh pada 1992, harga telur tidak pernah di bawah titik impas (BEP), minimal Rp165/butir. Pramono, Manajer


(19)

Kemitraan PT Peksi menjelaskan, BEP telur sekitar Rp150/butir. Harga jual telur akhir Agustus 2011 di peternak berkisar Rp 200 - Rp210/butir dan di tingkat konsumen mencapai Rp230/butir atau Rp250/butir dalam bentuk matang.

Tidak hanya telur dan daging, kotoran puyuh pun bisa diuangkan. Kotoran puyuh difermentasikan itu protein kasarnya bisa 28,8%. Kalau tidak diapa-apakan 17,51% sama dengan pakan pabrikan untuk ikan. Menurut Denden Ihsan Rahmatulloh, pengurus Koperasi Tani Sejahtera (KTS) yang beroperasi di daerah Kalapanunggal, Sukabumi, harganya yang di pasarkan sendiri cukup lumayan, 1 karung (40 kg) di beri harga Rp10 ribu rupiah.

Kotoran puyuh sangat baik digunakan sebagai pupuk. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB Bogor, kotoran mengandung kalsium dan fosfor sebesar 3,54% dan 0,73%. Sedangkan bila telah difermentasi, kandungan kalsium dan fosfornya menjadi 7,1% dan 1,61%.Kebun jagung yang menggunakan pupuk ini hasilnya sangat bagus. Tanaman sayuran yang dipupuk dengan kotoran puyuh pun tumbuh subur. Lahan KTS seluas 4,5 ha, baru tergarap 1,7 ha. Untuk memupuk 4,5 ha perlu kotoran dari 90 ribu ekor.

TABEL 1.8

ANALISA USAHA BUDIDAYA BURUNG PUYUH

Jumlah Burung Puyuh 1.000 ekor @Rp. 8750,-

Produksi 80%

Umur Afkir 18 Bulan

Harga Kandang Rp. 500.000,-/unit

Pakan Rp. 5.500,-/kg (22gr/ekor/hari)

Harga Obat, Vitamin Rp. 1.500,-/hari/1.000 ekor

Harga Kotoran Rp. 250,-/kg

Telur Konsumsi Rp. 250,-/butir

Afkir Rp. 3.000,-/ekor

Listrik Rp. 20.000,-/bln


(20)

Berdasarkan Tabel 1.8 , ternak burung puyuh terbilang cukup menjanjikan dengan jumlah produksi sekitar 80%. Selain penggunaan modal yang ringan, biaya operasional yaitu pemberian pakan, perawatan, dan pemeliharaan terbilang cukup murah di bandingkan dengan keuntungan yang di dapatkan.

Cara yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi ini adalah dengan cara melakukan peningkatan supply guna memenuhi demand yang cukup tinggi, salah satunya adalah pada fungsi manajemen operasi (produksi). Salah satu faktor pemicu perkembangan manajemen produksi dan operasi pada dewasa ini adalah tuntutan konsumen/pelanggan.

Permintaan (demand) yang cukup tinggi, mengharuskan suatu industri untuk meningkatkan jumlah produksi (supply). Isu bisnis global dewasa ini marak membicarakan hal yangberkaitan dengan keamanan produk (product safety), kesinambungan produksi (production sustainibility), manajemen mutu terpadu (total quality management), persaingan dan kerjasama (Co-opetion), serta semakin disadari jika konsumen telah berkembang menjadi pemilik. Persaingan di bidang kesinambungan produksi berubah semakin tinggi dan semakin canggih, hal ini diakibatkan karena pentingnya kesinambungan produksi (production

sustainibility) dalam memenangkan persaingan di saat ini. Hal tersebut

menyebabkan banyak perusahaan menerapkan cara-cara baru di bidang manajemen persediaan (inventory management) serta mengharuskan pihak personalia untuk memahami dan menjiwai konsep manajemen yang diadopsi tersebut.


(21)

Keharusan untuk mencapai kesinambungan produksi (production

sustainibility) telah disadari semakin kritis oleh peternak, oleh karena itu peternak

melakukan suatu metode baru untuk mencapainya yang kemudian berimbas pada bagaimana mengelola persediaan perusahaan dengan lebih baik dan menghasilkan produktivitas yang tinggi, sehingga mampu memenuhi permintaan dan bersaing di dalam pasar.

Sumber : Disnak Kabupaten Sukabumi

GAMBAR 1.1

SUPPLY DAN DEMAND TELUR PUYUH KABUPATEN SUKABUMI JANUARI 2013 - JUNI 2013

Berdasarkan Gambar 1.1, Supply dan Demand telur puyuh tidak stabil. Permintaan (demand) yang tinggi tidak sebanding dengan produksi (supply).Ini terjadi di karenakan kurangnya pemasok / peternak burung puyuh. Menurut Slamet Wuryadi, sepanjang tahun 2013 baru sekitar 28% permintaan telur puyuh yang baru di penuhi. Sisanya masih ada 72% peluang usaha yang belum terpenuhi.

Definisi sistem pengelolaan persediaan oleh pemasok menurut American

Production and Inventory Control Society (APICS) tahun 2005 dalam Vincent

Gaspersz (2007:506) adalah : 0

2 4 6 8 10 12 14

Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13

Demand Supply Dalam Jutaan


(22)

Sistem pengelolaan persediaan oleh pemasok adalah sistem optimisasi kinerja supply chain, dimana pemasok mempunyai akses ke data inventori pelanggan dan bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat Inventori pelanggan.

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi dalam pengelolaan Supply & Demand, yaitu masih adanya ketidaksesuaian pada beberapa sektor bagian persediaan. Masalah terbesar dapat terlihat dari tingginya jumlah permintaan pasar sedangkan untuk produksi sendiri masih belum mampu menutupi jumlah permintaan, hal ini diakibatkan karena kurangnya SDM. Budidaya puyuh sendiri memerlukan perlakuan yang khusus untuk menjaga kualitas dari telur puyuh tersebut, dikarenakan burung puyuh rentan akan stress baik itu dari faktor lingkungan dan pemeliharaan seperti suara gaduh, memiliki pencahayaan yang cukup, kandang harus bebas dari hama seperti kecoa, tikus, dan serangga lainnya yang mengakibatkan burung puyuh menjadi stress, serta perlakuan khusus seperti pemberian pakan harus dengan orang yang sama dan menggunakan warna pakaian yang sama. Hal tersebut menyebabkan permasalahan kepada peternak yang secara langsung akan mengganggu proses kegiatan produksinya. Salah satu permasalahan lainnya, masih kurangnya peternak burung puyuh di karenakan kurangnya minat dan pengetahuan, serta banyaknya peternak burung puyuh beralih ke unggas lainnya seperti ayam arab dan ayam boiler.


(23)

Dengan gambaran permasalahan hal yang telah diuraikan , maka penulis perlu untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Sikap Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Usaha Pada Peternak Burung Puyuh (Survey Pada Peternak Burung Puyuh Di Kabupaten Sukabumi)”

1.2 Identifikasi Masalah

Budidaya burung puyuh merupakan salah satu usaha yang menjanjikan dan berkembang di Kabupaten Sukabumi. Untuk mewujudkan kelompok tani yang berdaya guna dengan melestarikan sumber bibit puyuh lokal yang unggul, dengan cara memanfaatkan usaha berbasis peternakan burung puyuh guna menghasilkan keuntungan dan menjamin keutuhan kelompok tani secara berkelanjutan. Akan tetapi terdapat penurunan jumlah peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi, di karenakan sikap kewirausahaan yang belum mampu menanggung resiko kegagalan sehingga banyak yang berhenti atau beralih ke budidaya ayam ras dan ayam arab.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan kewirausahaan,menurut Tulus Tambunan (2004:11), bahwa keberhasilan usaha atau kegagalan usaha suatu perusahaan pada umumnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kekuatan dari dalam peternak sendiri untuk tumbuh berkembang mandiri secara berkesinambungan, dan faktor eksternal adalah kekuatan dari luar peternak yang dapat membantu perusahaan dapat berkembang secara berkesinambungan.


(24)

Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi usaha yang di lakukan para peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi dalam mencapai keberhasilan usaha dengan memperhatikan pada sikap kewirausahaan pengusaha. Dengan membangun sikap kewirausahaan yang baik para pengusaha dapat mengatasi hambatan usaha. Sehingga pengusaha dapat menghasilkan volume produksi dan penjualan sehingga dapat bersaing dengan pesaing dan dapat memenuhi permintaan pasar serta menghasilkan pendapatan yang berkesinambungan bagi keberhasilan perusahaan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap kewirausahaan pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi

2. Bagaimana keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi

3. Seberapa Besar hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi


(25)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh hasil temuan mengenai :

1. Untuk mengetahui sikap kewirausahaan pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi

2. Untuk mengetahui keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi

4. Untuk mengetahui hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi

1.5 Kegunaan Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan-kegunaan sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu manajemen bisnis dan juga dapat sebagai bahan masukan pagi pengembangan ilmu kewirausahaan. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk meneliti mengenai permasalahan yang sama.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk sumber masukan kepada peternak burung puyuh dalam upaya meningkatkan jumlah dan kualitas hasil produksi dari telur burung puyuh tersebut.


(26)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kewirausahaan khususnya mengenai hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha. Adapun yang menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas atau independent variabel (X) adalah sikap kewirausahaan yang terdiri dari Percaya diri, Berorientasikan tugas dan hasil, Pengambil resiko, Kepemimpinan, Keorisinilan. Kemudian yang menjadi variabel terikat atau dependent variabel (Y) keberhasilan usaha yang terdiri dari laba dan produktivitas.

Pada penelitian ini objek yang dijadikan responden adalah para peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi, maka hal-hal yang akan dianalisis adalah yang berhubungan dengan hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari objek penelitian yang didalam pengumpulan data dilakukan dengan cara mengedarkan angket dan wawancara terstruktur.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode

Metode penelitian merupakan prosedur dan cara melakukan pengolahan data yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah penelitian


(27)

termasuk pengujian hipotesis sehingga memudahkan membuat kesimpulan. Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa :

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cari ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada saatnya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

Sesuai dengan masalah yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan verifikatif. Sedangkan untuk mempermudah penafsiran data, penulis menggunakan metode statistik non parametrik. Untuk menganalisis hubungan antara kedua variabel yang diteliti, menggunakan analisis rank spearman.

Metode deskriptif adalah suatu metode penilaian yang mencari gambaran tentang sifat individu, keadaan gejala suatu objek dengan mencari masalah-masalah baru untuk mengisi kekurangan ilmu pengetahuan atau bersifat induktif.

Adapun ciri-ciri dari metode deskriptif adalah sebagai berikut :

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diolah, dijelaskan, dan kemudian dianalisis.

Metode verikatif adalah metode penelitian yang menguji ilmu pengetahuan yang masih diragukan kebenarannya. Mengumpulkan informasi mengenai fakta-fakta, gejala faktual dari sebagian populasi serta bertujuan untuk menentukan


(28)

pengaruh antara variabel dengan menggunakan statistik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Hubungan Sikap Kewirausahaan Dengan Keberhasilan Usaha adalah metode explanatory survey .

Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Menurut Sugiyono (2010:11) yang dimaksud dengan metode survei adalah:

Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan desain penelitian dalam pengertian yang lebih luas, desain penelitiannya mencakup proses-proses adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi dan pemilihan masalah.

b. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan, luas jangkauan (scope) dan hipotesa untuk diuji.

c. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuram variabel-variabel. d. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan.

e. Menyusun alat serta teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket atau kuesioner.


(29)

f. Menganalisis data serta pemilihan prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik.

g. Pelaporan hasil penelitian termasuk proses penelitian dan interprestasi data.

Dan penelitian ini pada dasarnya adalah ingin menguji seberapa besar hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, satu variabel X (Independen Variabel) yaitu sikap kewirausahaan dan satu variabel terikat (Dependen Variabel) keberhasilan usaha.

Jonathan Sarwono (2005;5) mendefinisikan : 1. Variabel bebas (Independen Variable)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).Variabel dalam penelitian ini adalah sikap kewirausahaan (variabel X).

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi (respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan usaha


(30)

(variabel Y) yang dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu sikap kewirausahaan (variabel X).

Penjabaran operasionalisasi dari variabel-variabel yang diteliti tergambarkan pada Tabel 3.1 di bawah ini.

TABEL 3.1

OPERASIONAL VARIABEL Variabel/Su

b Variabel

Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

Sikap Kewirausaha an (X) Sikap kewirausahaan tergambar dalam

percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambilan resiko,

kepemimpinan, keorisinilan. (Buchari Alma 2009) Percaya diri  Tingkat keyakinan Ordinal  Tingkat ketidaktergant ungan Ordinal  Tingkat individualitas Ordinal  Tingkat optimisme Ordinal Berorientasi kan tugas dan hasil  Tingkat Kebutuhan akan prestasi Ordinal  Berorientasi laba Ordinal  Tingkat ketekunan Ordinal

 Tekad kerja keras

Ordinal

 Mempunyai dorongan kuat

Ordinal

 Energik dan inisiatif


(31)

Pengambila n resiko  Tingkat Kemampuan mengambil resiko Ordinal

 Tingkat suka pada tantangan Ordinal kepemimpin an  Tingkat Bertingkah laku sebagai pemimpin

Ordinal

 Tingkat dapat berlaku

sebagai orang lain Ordinal  Tingkat menanggapi saran-saran dan kritik Ordinal keorisinilan

 Inovatif dan kreatif

Ordinal

 Tingkat fleksibel

Ordinal

 Punya banyak sumber

Ordinal

 Serba bias Ordinal

 Mengetahui banyak Ordinal Keberhasilan Usaha (Y) Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya. Henry Faizal Noor (2007:397) Laba

 Tingkat laba Rasio

 Tingkat target laba

Rasio

Produktivitas

Tingkat Jumlah produksi barang

Rasio

Tingkat penggunaan bahan baku sesuai dengan kebutuhan produksi

Rasio

Tingkat pandangan bahwa mutu kehidupan hari


(32)

ini lebih baik

dari pada

kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini

Tingkat penggunaan mesin pembuatan produk yang baik

Rasio

Tingkat manajemen tenaga kerja yang baik

Rasio

3.2.3 Jenis Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survey lapangan dengan menggunakan alat pengumpulan data tertentu yang dibuat secara khusus untuk itu data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127).

1. Data Primer

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah seluruh data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah responden yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili seluruh populasi data penelitian, yaitu semua pembudidaya ternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi dimana dalam penelitian ini penulis mengadakan survey pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi.


(33)

2. Data Sekunder

Data sekunder ini berfungsi sebagai pelengkap data primer.Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai literatur, situs internet, buku-buku dan catatan yang berkaitan erat dengan masalah yang sedang diteliti.

Data primer diperoleh dari jumlah seluruh peternak ternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi, yaitu sebanyak 14 peternak, mengenai sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usahanya, berupa angket.

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Jenis Data Jenis Data Sumber Data

1. Pertumbuhan industri budidaya ternak burung puyuh

Sekunder Dinas Peternakan Sukabumi 2. Sektor usaha kecil dan

menengah di Jawa Barat Sekunder www.antarajawabarat.com 3. Data Industri Peternakan

Kabupaten Sukabumi Sekunder Dinas Peternakan Sukabumi 4. Jumlah pengusaha budidaya

ternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi

Primer Pra Penelitian

5. Data tentang keberhasilan usaha budidaya ternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi

Primer Pra Penelitian

Sumber : diolah dari berbagai data 2013

3.2.4 Populasi dan Sampel 3.2.4.1 Populasi

Populasi merupakan sasaran (objek) umum penelitian. Sebagaimana Menurut Sugiyono (2010:115) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


(34)

atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah para peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi yang berjumlah 14 peternak berdasarkan pra penelitian tahun 2013. Karena jumlah populasinya kurang dari 100, maka penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1998:120) yang

menyatakan bahwa: “untuk sekedar memperkirakan, maka apabila subjeknya

kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.

Dengan berpatokan pendapat Suharsimi Arikunto tersebut, maka peneliti bermaksud menjadikan seluruh populasi sebagai objek penelitian karena jumlah populasi yang akan diteliti kurang dari 100, yaitu sebanyak 14 pengusaha atau responden. Jumlah tersebut berdasarkan hasil Pra Penelitian yang dilakukan.

3.2.4.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:131) “Sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti”. Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Berdasarkan hasil Pra Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, jumlah populasi 14 pengusaha, maka sampel jenuhnya yaitu sebanyak 14 responden.


(35)

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik penelitian seperti berikut :

1. Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Pada penelitian ini, teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi partisipatif dimana pengamat terlibat langsung pada kegiatan. Dan melalui kegiatan observasi ini pula penulis melakukan studi pendahuluan dimana melaluiteknik ini dapat melihat, mengenal, mengidentifikasikan masalah yang diteliti.

2. Angket

Angket adalah alat pengumpul data yang berisi sejumlah pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Suharsimi Arikunto (2010:151) yang menyatakan bahwa ”Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.” 3. Studi Literatur

Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mencari informasi serta data baik berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai landasan teoritis khususnya mengenai masalah dan variabel


(36)

yang diteliti yaitu sikap kewirausahaan dan keberhasilan usaha. Studi literatur tersebut didapat dari berbagai sumber, yaitu:

a. Perpustakaan UPI, Widyatama b. Skripsi, Tesis

c. Jurnal Kewirausahaan

d. Media cetak dan media elektronik (internet). 4. Wawancara

Metode pengumpulan data melalui wawancara ditujukan langsung oleh peneliti kepada pihak perusahaan yang bersangkutan yaitu peternak dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai :

1.Laba

2. Sikap pengusaha dalam menghadapi hambatan usaha 3. Jumlah tenaga kerja dan lain-lain.

3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.2.6.1 Pengujian Validitas

Menurut Sugiyono (2010:172), “Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas yang rendah. (Suharsimi Arikunto, 2010:168).


(37)

Dapat diketahui rumus yang dapat digunakan adalah rumus korelasi

product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

(Sugiyono, 2012:248)

Keterangan:

r = Koefisien validitas item yang dicari

X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item

Y = Skor total

X = Jumlah skor dalam distribusi X

Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

2

X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

2

Y = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

n = Banyaknya responden

Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini adalah teknik korelasi biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang divalidasikan dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama. Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf kesalahan tertentu, artinya adanya koefisien validitas tersebut bukan karena faktor kebetulan, diuji dengan rumus statistik sebagai berikut:


(38)

Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Nilai t dibandingkan dengan harga rtabel dengan dk = n-2 dan taraf signifikasi

α = 0,05.

2. Jika rhitung> rtabel maka soal tersebut valid.

3. Jika rhitung rtabel maka soal tersebut tidak valid.

Berdasarkan jumlah angket yang diuji sebanyak 14 dengan tingkat kesalahan 5% dan derajat kebebasan (dk) n-2 (14-2=12), maka didapati nilai rtabel sebesar

0,576.

Hasil uji coba instrumen penelitian untuk sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usahanya berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 21 for windows.

Tabel 3.3 menunjukan nilai hasil pengujian validitas tahap pertama dari masing-masing indikator.

TABEL 3.3

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS Percaya Diri

No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

1. Dalam kegiatan usaha perlu

keyakinan yang tinggi 0,790 0,576 Valid

2. Tidak mudah terombang ambing

pendapat orang lain. 0,901 0,576 Valid

3. Mengutamakan Pemikiran sendiri

dibanding orang lain 0,901 0,576 Valid

4. Memiliki jiwa sosial yang tinggi. 0,970 0,576 Valid

5.

Optimisme merupakan sikap yang penting dalam pengambilan


(39)

Sumber : Hasil pengolahan data

6. Prestasi merupakan kebutuhan

dalam sikap kewirausahaan. 0,901 0,576 Valid

7. Energik dan memiliki inisiatif

dalam bersikap kewirausahaan. 0,790 0,576 Valid

Pengambilan Resiko

8.

Mempersiapkan diri dalam menghadapi resiko dalam berwirausaha.

0,901 0,576 Valid

9.

Mampu untuk menilai resiko dalam pengambilan sikap kewirausahaan.

0,901 0,576 Valid

Kepemimpinan

10.

Menerima segala bentuk saran dalam membentuk suatu kewirausahaan.

0,790 0,576 Valid

11. Mampu menghadapi dan

menanggapi segala bentuk kritik. 0,901 0,576 Valid

Keorisinilan

12. Memiliki sikap yang inovatif dan

kreatif dalam berwirausaha. 0,673 0,576 Valid

13.

Seorang pengusaha wajib memiliki sumber yang lebih baik dalam bentuk infomrasi.

0,901 0,576 Valid

14.

Memiliki kemampuan untuk melakukan lebih dari satu hal dalam berbagai situasi.

0,790 0,576 Valid

15. Mengetahui berbagai

perkembangan yang membangun. 0,901 0,576 Valid

16.

Pencapaian laba yang tinggi merupakan salah satu bentuk dalam keberhasilan suatu usaha.

0,901 0,576 Valid

17.

Seorang pengusaha wajib untuk memiliki kemampuan untuk menargetkan suatu laba.

0,790 0,576 Valid

18.

Pemikiran, kedisiplinan dan sikap yang baik mempengaruhi

tingginya laba.

0,901 0,576 Valid

Berorientasi Tugas dan Hasil

19. Jumlah pegawai atau man power

mempengaruhi hasil 0,901 0,576 Valid

20. Suatu manajemen yang baik


(40)

Sumber : Hasil pengolahan data

Item-item pernyataan dalam angket valid merupakan indikator yang skor rhitung lebih besar jika dibandingkan dengan rtabel yang bernilai 0,576. Berdasarkan

tabel 3.3 diketahui bahwa terdapat pada variabel x, 20 item merupakan item-item yang valid. Pada variabel y, 6 item merupakan item-item yang valid.

3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpulan data yang digunakan. Realibitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Laba

No Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

1. Peningkatan laba selalu tercapai

disetiap tahun 0,873 0,576 Valid

2. Target laba selalu tercapai

selama tiga tahun 0,886 0,576 Valid

3.

Penggunaan bahan baku digunakan sesuai dengan kebutuhan produksi

0,873 0,576 Valid

4.

Mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

0,886 0,576 Valid

Produktifitas dan Efisiensi

6.

Penggunaan mesin digunakan untuk memaksimalkan produksi telur

0,873 0,576 Valid

7. Manajemen tenaga kerja sudah


(41)

Menurut Sugiyono (2012:172) “Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan

sesuatu”.

Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus Cronboach Alpha. Rumus Cronboach Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.

               

2

2 11 1 1 t b k k r  

(Husein Umar, 2008:170)

Keterangan:

11

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal

2

t

 = varians total

2

b

 = jumlah varians butir

Jumlah varian butir ditetapkan dengan cara mencari nilai varian tiap butir, kemudian jumlahkan seperti yang dipaparkan berikut ini. Rumus deviasi standar yang digunakan adalah sebagai berikut :


(42)

 

1

2 2

2

  

n N

x X

s

(Husein Umar, 2008:172)

Keterangan: N = Jumlah sampel n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih

2

s

= Nilai varians

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika koefisian internal seluruh item rhitungrtabel dengan tingkat kesalahan 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2) Jika koefisian internal seluruh item rhitung<rtabel dengan tingkat kesalahan 5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

TABEL 3.4

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS

No VARIABEL rhitung rtabel KET

1. Sikap Kewirausahaan 0,960 0,576 Reliabel

2. Keberhasilan usaha 0,930 0,576 Reliabel

Sumber : Hasil pengolahan data

3.2.7 Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah pengolahan data dilakukan, selanjutnya hasil pengolahan itu dianalisis untuk memahami dan menjelaskan hasil pengolahan secara statistik. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket ini disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian, yaitu memberikan keterangan dan data mengenai hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha peternak burung puyuh Kabupaten Sukabumi


(43)

Pengolahan data yang terkumpul dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan setelah seluruh data responden terkumpul. Kegiatan analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu:

1. Menyusun data, kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan identitas responden, kelengkapan data serta isian data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Tabulasi data, dengan langkah sebagai berikut: a. Pemberian skor pada setiap item

b. Menjumlahkan skor pada setiap item

c. Menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian

3. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan verifikatif.

3.2.7.1 Rancangan Analisis

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah diinterpretasikan. Analisis data diperlukan agar peneliti dapat memperoleh hasil yang dapat dipercaya. Data yang dihimpun dari hasil penelitian akan peneliti bandingkan antara data yang ada di lapangan dengan teori yang relevan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan.

1. Rancangan Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif serta digunakan untuk melihat faktor penyebab. Penelitian ini


(44)

menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain:

1. Analisis deskriptif sikap kewirausahaan (X).

Variabel X terfokus pada penelitian terhadap sikap kewirausahaanyang terdiri dari percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, keorisinilan.

2. Analisis deskriptif keberhasilan usaha(Y)

Variabel Y terfokus pada penelitian terhadap keberhasilan usaha yang meliputi laba dan produktivitas

Untuk mengkategorikan hasil perhitungan, digunakan kriteria penafsiran yang diambil dari 0% sampai 100%. Penafsiran pengolahan data berdasarkan batas-batas disajikan pada Tabel 3.5 sebagai berikut:

TABEL 3.5

KRITERIA DESKRIPTIF HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN No Kriteria Penafsiran Keterangan

1 0% Tidak Seorangpun

2 1% - 25% Sebagian Kecil

3 26% - 49% Hampir Setengahnya

4 50% Setengahnya

5 51% - 75% Sebagian Besar

6 76% - 99% Hampir Seluruhnya

7 100% Seluruhnya

Sumber: Moch. Ali (1985:184)

3.2.7.2Rancangan Analisis Verfikatif Menggunakan Korelasi Rank Spearman

Analisis verifikatif dipergunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik dan menitikberatkan pada pengungkapan sikap variabel


(45)

penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan korelatif dalam penelitian ini yaitu teknik Rank Spearman.

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Rank Spearman, dengan alasan penggunaan teknik pengujian ini merupakan ukuran asosiasi yang membentuk kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek-objek atau individu-individu yang dipelajari dapat diranking. Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

rs = 1 –6 ∑ bi2

n ( n2– 1 )

Keterangan:

rs =koefisien korelasi spearman’s rank

n = jumlah sampel

bi =selisih rank X dan rank Y

Jika data yang dianalisis memiliki rank kembar cukup banyak, maka rumus yang digunakan yaitu: 2 2 2 2 2 s Y . X Z bi Y X r         Keterangan:

rs =Koefisien korelasi spearman’s rank

∑ X2

=Jumlah ranking yang sama pada variabel X

∑ Y2

=Jumlah ranking yang sama pad variabel Y

∑ bi2

=Jumlah hasil pengurangan antara ranking yang terdapat pada variabel X dan Variabel Y

Sugiyono (2010:357)


(46)

Rumus yang digunakan untuk mencari ∑ X2 dan ∑ Y2 :

∑ X2

= n ( n2– 1 )

12

∑ Y2

= n ( n2– 1 )

12

Rumus untuk mencari Tx dan Ty adalah:

12 t t TX

-3 

12 t t TY

-3 

Di mana:

Tx = Jumlah ranking yang sama dalam variabel X Ty = Jumlah ranking yang sama dalam variabel

Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y maka digunakan klasifikasi koefisien korelasi yang disajikan pada Tabel 3.6 berikut:

TABEL 3.6

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2010:250)

Selanjutnya untuk menafsirkan sejauh mana sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha digunakan pedoman interpretasi koefisien penentu dalam

–∑ T


(47)

tabel. Nilai koefisien penentu berada di antara 0-100%. Jika nilai koefisien semakin mendekati 100% berarti semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin mendekati 0 berarti semakin lemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3.2.7.3 Pengujian Hipotesis

Rancangan analisis untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan harus menggunakan uji statistik yang tepat. Hipotesis penelitian dapat diuji dengan mendeskripsikan hasil analisis regresi linier. Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh (korelasi) antara variabel X dan Y digunakan rumus student (tstudent).

Adapun rumusnya adalah:

Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah : Jika thitungttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

Jika thitung>ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak

Taraf kesalahan 0,05 dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta pada uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan. Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut:

Ho:ρ = 0, artinya tidak terdapat hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi.

Keterangan :

t = distribusi student

r = koefisien korelasi product moment n = banyaknya data

2

1 2 r n r t

  


(48)

Ha:ρ ≠ 0, terdapat hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi.

Adapun untuk membantu dalam pengolahan data dan pengujian hipotesis, dapat menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Product for


(49)

Alfabeta. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatifd an R&D. Bandung: Alfabeta.

Ahmad Noor Hazlina, Ramayah .T, Wilson Carlene, Kummerow Liz. 2010. "Is

entrepreneurial competency and business success relationship

contingent upon business environment: A study of Malaysian SMEs".

International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 16 Iss: 3 pp. 182 – 203

Anwar Herson. 2009. Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal pelangi ilmu volume 2 No.5, Mei 2009

Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Callaghan. C, Venter. R. 2011. An investigation of the entrepreneurial orientation,

context and entrepreneurial performance of inner-city Johannesburg street traders. Southern African Business Review Volume 15 Number 1

Campos Hector Montiel. 2012. The Entrepreneurial Orientation-Dominant

Logic-Performance Relationship in New Ventures: an Exploratory Quantitative Study. BAR Rio de Janeiro. v. 9, Special Issue, art. 4, pp. 60-77

Casson, Mark and Godley, Andrew. 2005. Entrepreneurship and historical

explanation. New York. Palgrave macmilan

Chen Kuo-Hsiung. 2011. Performance and its Link to Entrepreneurial Behavior. American Journal of Applied Sciences 8 (7): 703-707

De Pillis, Emmeline, K. Reardon, Kathleen. 2007. Influence of personality traits

and persuasive messages on entrepreneurial intention: A cross-cultural comparison. Journal motivation to become an entrepreneurNo.1 Hawaii

and California, USA

Dr. Brinda Kalyani. P. R. 2011. Motivational factors, entrepreneurship and

education: Study with reference to women in SMEs. Jurnal Psychology and

Business Vol 3 No 3.Oman.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan

Manajemen, Cetakan Pertama USU Press. Medan.

H.A.R. Tilaar. 2009. Kekuasaandan Pendidikan: Kajian Menejemen Pendidikan


(50)

Gunarakswati, Made. 2009. Teologi Kewirausahaan. Taman Pustaka Kristen dan

Centre for Business Ethics and Profesionalism ,Universitas Kristen Duta

wacana.

Fillis, Ian. Rentschler. 2011. The Role Of Creativity In Entrepreneurship. Lambing. Charles. 2007. Entreprenership. Pearson, Prentice Hall.

L. Greene, Cynthia. 2012. Entrepreneurship Ideas In Action. South-Western Cengage Learning.

Lee D Y and Tsang E W K. 2001.The Effect of Entrepreneurial Personality,

Background and Network Activities on Venture Growth. Journal of

Management Studies, 38-4 pp 583 – 602.

HC, R. Heru Kristanto. 2009. Kewirausahaan Entrepreneurship : Pendekatan

Manajemen dan Praktik.Jakarta : Graha Ilmu

Hendro. 2011. Dasar-dasar kewirausahaan :Panduan bagi mahasiswa untuk

Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta :Erlangga

Herdaningtias. 2012. The Description Of Intention To The Achievement On The

Student Of Online Learning Program In Jakarta Bina Nusantara

University Which Is Viewed By Using Theory Of Planned Behavior.

Jakarta : Jakarta Bina Nusantara University.

Kotler, Philib. Amstorng, Gary. 2009. Principles of Marketing. Prentice Hall Kotler, Philib. Lane, Kewin. Brady Mairead. & dkk. 2009. Marketing

Management :European Edition. Prentice Hall

Morris, Michael. 2009. Economic Growth and Social Equity in Developing

Countries. Standford University Press, Stanford.

M.M, Zulkarnain. 2010. Kewirausahaan, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil

dan Penduduk Miskin. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Noersasongko Edi. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu,

Kewirausahaan Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Batik Di Jawa Tengah. Malang : Universitas Merdeka Malang

Noor,Henry Faizal. 2007. Ekonomi manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(51)

Russel, Edwar. 2010. 50 Terobosan Manajemen. Esensi

Ruth, McNeil. 2005. Business to business Market Research Understanding and

Measuring Business Markets. London: Kogan Page and Sterling, VA. Mitchelmore Siwan and Rowley Jennifer. 2010. "Entrepreneurial competencies: a literature review and development agenda". International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. Vol. 16 Iss: 2 pp. 92 – 111

Munajat Ajat.2007. Hubungan Perilaku Kewirausahaan Dengan Keberhasilan

Usaha Pada Pembudidaya Ikan Jaring Apung Di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Bandung : UPI

Mutaqin Gugi. 2009. Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan

Terhadap Pendapatan Pengusaha Counter Pulsa Elektronik (Study Kasus Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung). Bandung : UPI

Saefuddin Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sardiman AM. 2011. Interaksidan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Siti Irene Astuti D. 2009. Desentralisasi dan Partisipasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: UNY.

Stefanovic, Ivan. Prokic, Sloboda et al. 2010. Motivational and Success Factors

Of Entrepreneurs: The Evidence from A Developing Country. Journal.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogayakarta: Bina Aksara.

Suharyadi, Arissetyanto N, Purwanto S.K, Maman F. 2011. Kewirausahaan

Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.

Suparyanto. 2012. Kewirausahaan Konsep dan Realita pada Usaha Kecil


(52)

Kecil Sepatu di Jawa Timur). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,

Vol.12, No. 2, September 2010: 177-184

Rachbini, D.J. 2001. Pengembangan Ekonomi& Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo

Rahardjo, Pambudi. 2010. Hubungan Karakteristik Individu Dengan Keputusan

Menjadi Wirausaha Baru Di Purwokerto (Studi Tentang Alternatif Karir Lulusan PT).Purwokerto. Psycho Idea, Tahun 8 No.1, Feb 2010 ISSN

1693- 1076

Rahmayani Dwisani.2011. Pengaruh Kompetensi Pengusaha Terhadap

Keberhasilan Usaha (Studi Kasus Sentra Industri Rajut Binong Jati Bandung). Bandung : UPI

Rante Yohanes. 2011. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Dan Peran Pemerintah

Terhadap Kinerja UMK Agribisnis Di Provinsi Papua . Jurnal Mitra

Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.2, No. 1, April 2011, 1-17 Sekaran, Umar and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business: A Skill

Building Approach.John Wiley & Sons, Limited. Academic Internet

Publishers Incorporated

Suci Rahayu Puji. 2009. Peningkatan Kinerja Melalui Orientasi Kewirausahaan,

Kemampuan Manajemen, dan Strategi Bisnis (Studi pada Industri Kecil Menengah Bordir di Jawa Timur). Universitas Widyagama. Jurnal

Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.11, No. 1: 46-58

Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Genesis. Waluya Jati. 2009. Analisis Motivasi Wirausaha Perempuan (Wirausahawati) Di

Kota Malang.Jurnal Humanity Vol 4, No 2. Malang.

Wawan Setiawan, Munir. 2007. Pedoman Skripsi. Bandung. Program Studi Ilmu Komputer dan Pendidikan Ilmu Komputer UPI.

Yana Septiana. 2010. Partisipasi Santri Dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup Di Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Yusof, Mohar. Singh Sandhu, Majit. Prof.Dr. Kamal Kishore Jain. 2007.

Relationship Between Psychological Characteristics And Entrepreneurial Inclination: A Casestudy Of StudentsAt University Tun Abdul Razak(Unitar). Jurnal Asia Entrepreneurship and Sustainability. Malaysia.


(53)

Sukses Edisi Pertama Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana.

Zampetakis A. Leonidas, Moustakis Vassilis. 2007. Entrepreneurial behaviour in

the Greek public sector. International Journal of Entrepreneurial Behaviour

& Research, Vol. 13 Iss: 1 pp. 19 – 38

Zimmerer, Thomas. 2008. Essential Of Entrepreneurship And Small

BusinessManagement. New Jersey: Pearson Education.

Zimmerer, Scarborough. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha kecil Edisi

ke-5. Jakarta :Salemba Empat

Literatur Majalah, dan Sumber Lain.

http://www.disnak.jabarprov.go.id http://www.disnak.sukabumikab.go.id

http://www.disnakkabsukabumi.blogspot.com

http://mahendra-s-n-fpsi05.web.unrai.ac.id/artikel_detail-46433-umum- entrepreneur;%20keberhasilan%20usaha.html

http://mahmuddin.wordpress.com/2010/12/15/faktor-faktor-pendorong- kewirausahawan/

http://ierckhampkreativity101.files.wordpress.com/2011/06/bar-matrik.docx http://teddywirawan.wordpress.com/

http://kumpulanbungamawarku.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-yang- mempengaruhi_22.html

http://dkoor.wordpress.com/2007/11/28/memahami-9-aspek-penting-sebelum- memulaiusaha/

http://www.pengusahamuslim.com/kewirausahaan/entrepreneurship/366- bagaimana-mengawali-keberhasilan-usaha.html

http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan


(1)

89

Ha:ρ ≠ 0, terdapat hubungan sikap kewirausahaan dengan keberhasilan usaha pada peternak burung puyuh di Kabupaten Sukabumi.

Adapun untuk membantu dalam pengolahan data dan pengujian hipotesis, dapat menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Product for


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Alfabeta. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatifd an R&D. Bandung: Alfabeta.

Ahmad Noor Hazlina, Ramayah .T, Wilson Carlene, Kummerow Liz. 2010. "Is

entrepreneurial competency and business success relationship contingent upon business environment: A study of Malaysian SMEs".

International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 16 Iss: 3 pp. 182 – 203

Anwar Herson. 2009. Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal pelangi ilmu volume 2 No.5, Mei 2009

Buchari Alma. 2010. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.

Callaghan. C, Venter. R. 2011. An investigation of the entrepreneurial orientation,

context and entrepreneurial performance of inner-city Johannesburg street traders. Southern African Business Review Volume 15 Number 1

Campos Hector Montiel. 2012. The Entrepreneurial Orientation-Dominant

Logic-Performance Relationship in New Ventures: an Exploratory Quantitative Study. BAR Rio de Janeiro. v. 9, Special Issue, art. 4, pp. 60-77

Casson, Mark and Godley, Andrew. 2005. Entrepreneurship and historical

explanation. New York. Palgrave macmilan

Chen Kuo-Hsiung. 2011. Performance and its Link to Entrepreneurial Behavior. American Journal of Applied Sciences 8 (7): 703-707

De Pillis, Emmeline, K. Reardon, Kathleen. 2007. Influence of personality traits

and persuasive messages on entrepreneurial intention: A cross-cultural comparison. Journal motivation to become an entrepreneurNo.1 Hawaii

and California, USA

Dr. Brinda Kalyani. P. R. 2011. Motivational factors, entrepreneurship and

education: Study with reference to women in SMEs. Jurnal Psychology and

Business Vol 3 No 3.Oman.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan

Manajemen, Cetakan Pertama USU Press. Medan.

H.A.R. Tilaar. 2009. Kekuasaandan Pendidikan: Kajian Menejemen Pendidikan


(3)

Halladay Coughlin, Jeanne. 2002. The Rise of Women Entrepreneurs: People,

Processes, and Global Trends. Unites States.Praeger.

Gunarakswati, Made. 2009. Teologi Kewirausahaan. Taman Pustaka Kristen dan

Centre for Business Ethics and Profesionalism ,Universitas Kristen Duta

wacana.

Fillis, Ian. Rentschler. 2011. The Role Of Creativity In Entrepreneurship. Lambing. Charles. 2007. Entreprenership. Pearson, Prentice Hall.

L. Greene, Cynthia. 2012. Entrepreneurship Ideas In Action. South-Western Cengage Learning.

Lee D Y and Tsang E W K. 2001.The Effect of Entrepreneurial Personality,

Background and Network Activities on Venture Growth. Journal of

Management Studies, 38-4 pp 583 – 602.

HC, R. Heru Kristanto. 2009. Kewirausahaan Entrepreneurship : Pendekatan

Manajemen dan Praktik.Jakarta : Graha Ilmu

Hendro. 2011. Dasar-dasar kewirausahaan :Panduan bagi mahasiswa untuk

Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta :Erlangga

Herdaningtias. 2012. The Description Of Intention To The Achievement On The

Student Of Online Learning Program In Jakarta Bina Nusantara University Which Is Viewed By Using Theory Of Planned Behavior.

Jakarta : Jakarta Bina Nusantara University.

Kotler, Philib. Amstorng, Gary. 2009. Principles of Marketing. Prentice Hall Kotler, Philib. Lane, Kewin. Brady Mairead. & dkk. 2009. Marketing

Management :European Edition. Prentice Hall

Morris, Michael. 2009. Economic Growth and Social Equity in Developing

Countries. Standford University Press, Stanford.

M.M, Zulkarnain. 2010. Kewirausahaan, Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil

dan Penduduk Miskin. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Noersasongko Edi. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu,

Kewirausahaan Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha Serta Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Batik Di Jawa Tengah. Malang : Universitas Merdeka Malang

Noor,Henry Faizal. 2007. Ekonomi manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(4)

Nugroho Taufik, Rizal. 2011. Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Universitas

Trunojoyo Madura. Madura : Universitas Trunojoyo Madura

Russel, Edwar. 2010. 50 Terobosan Manajemen. Esensi

Ruth, McNeil. 2005. Business to business Market Research Understanding and

Measuring Business Markets. London: Kogan Page and Sterling, VA. Mitchelmore Siwan and Rowley Jennifer. 2010. "Entrepreneurial competencies: a literature review and development agenda". International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research. Vol. 16 Iss: 2 pp. 92 – 111

Munajat Ajat.2007. Hubungan Perilaku Kewirausahaan Dengan Keberhasilan

Usaha Pada Pembudidaya Ikan Jaring Apung Di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Bandung : UPI

Mutaqin Gugi. 2009. Pengaruh Persaingan dan Perilaku Kewirausahaan

Terhadap Pendapatan Pengusaha Counter Pulsa Elektronik (Study Kasus Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung). Bandung : UPI

Saefuddin Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sardiman AM. 2011. Interaksidan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Siti Irene Astuti D. 2009. Desentralisasi dan Partisipasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: UNY.

Stefanovic, Ivan. Prokic, Sloboda et al. 2010. Motivational and Success Factors

Of Entrepreneurs: The Evidence from A Developing Country. Journal.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogayakarta: Bina Aksara.

Suharyadi, Arissetyanto N, Purwanto S.K, Maman F. 2011. Kewirausahaan

Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.

Suparyanto. 2012. Kewirausahaan Konsep dan Realita pada Usaha Kecil


(5)

Purnama Chamdan, Suyatno. Motivasi dan Kemampuan Usaha Dalam

meningkatkan Keberhasilan Usaha Industri Kecil (Studi Pada Industri Kecil Sepatu di Jawa Timur). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,

Vol.12, No. 2, September 2010: 177-184

Rachbini, D.J. 2001. Pengembangan Ekonomi& Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo

Rahardjo, Pambudi. 2010. Hubungan Karakteristik Individu Dengan Keputusan

Menjadi Wirausaha Baru Di Purwokerto (Studi Tentang Alternatif Karir Lulusan PT).Purwokerto. Psycho Idea, Tahun 8 No.1, Feb 2010 ISSN

1693- 1076

Rahmayani Dwisani.2011. Pengaruh Kompetensi Pengusaha Terhadap

Keberhasilan Usaha (Studi Kasus Sentra Industri Rajut Binong Jati Bandung). Bandung : UPI

Rante Yohanes. 2011. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Dan Peran Pemerintah

Terhadap Kinerja UMK Agribisnis Di Provinsi Papua . Jurnal Mitra

Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.2, No. 1, April 2011, 1-17 Sekaran, Umar and Roger Bougie. 2009. Research Methods for Business: A Skill

Building Approach.John Wiley & Sons, Limited. Academic Internet

Publishers Incorporated

Suci Rahayu Puji. 2009. Peningkatan Kinerja Melalui Orientasi Kewirausahaan,

Kemampuan Manajemen, dan Strategi Bisnis (Studi pada Industri Kecil Menengah Bordir di Jawa Timur). Universitas Widyagama. Jurnal

Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.11, No. 1: 46-58

Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Penerbit Genesis. Waluya Jati. 2009. Analisis Motivasi Wirausaha Perempuan (Wirausahawati) Di

Kota Malang.Jurnal Humanity Vol 4, No 2. Malang.

Wawan Setiawan, Munir. 2007. Pedoman Skripsi. Bandung. Program Studi Ilmu Komputer dan Pendidikan Ilmu Komputer UPI.

Yana Septiana. 2010. Partisipasi Santri Dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup Di Pesantren Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Yusof, Mohar. Singh Sandhu, Majit. Prof.Dr. Kamal Kishore Jain. 2007.

Relationship Between Psychological Characteristics And Entrepreneurial Inclination: A Casestudy Of StudentsAt University Tun Abdul Razak(Unitar). Jurnal Asia Entrepreneurship and Sustainability. Malaysia.


(6)

Yuyus Suryana. 2011. Kewirusahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan

Sukses Edisi Pertama Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana.

Zampetakis A. Leonidas, Moustakis Vassilis. 2007. Entrepreneurial behaviour in

the Greek public sector. International Journal of Entrepreneurial Behaviour

& Research, Vol. 13 Iss: 1 pp. 19 – 38

Zimmerer, Thomas. 2008. Essential Of Entrepreneurship And Small

BusinessManagement. New Jersey: Pearson Education.

Zimmerer, Scarborough. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha kecil Edisi

ke-5. Jakarta :Salemba Empat Literatur Majalah, dan Sumber Lain.

http://www.disnak.jabarprov.go.id http://www.disnak.sukabumikab.go.id

http://www.disnakkabsukabumi.blogspot.com

http://mahendra-s-n-fpsi05.web.unrai.ac.id/artikel_detail-46433-umum- entrepreneur;%20keberhasilan%20usaha.html

http://mahmuddin.wordpress.com/2010/12/15/faktor-faktor-pendorong- kewirausahawan/

http://ierckhampkreativity101.files.wordpress.com/2011/06/bar-matrik.docx http://teddywirawan.wordpress.com/

http://kumpulanbungamawarku.blogspot.com/2011/04/faktor-faktor-yang- mempengaruhi_22.html

http://dkoor.wordpress.com/2007/11/28/memahami-9-aspek-penting-sebelum- memulaiusaha/

http://www.pengusahamuslim.com/kewirausahaan/entrepreneurship/366- bagaimana-mengawali-keberhasilan-usaha.html

http://viewcomputer.wordpress.com/kewirausahaan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan