Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda :Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan Di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung.

(1)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

INTERNALISASI NILAI KEBERSAMAAN

MELALUI PEMBELAJARAN SENI GAMELAN SUNDA

(Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan Di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Dalam Bidang Pendidikan Umum dan Nilai Konsentrasi Pendidikan Nilai

Promovendus: SUHENDI AFRYANTO

0907776

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM DAN NILAI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

INTERNALISASI NILAI KEBERSAMAAN

MELALUI PEMBELAJARAN SENI GAMELAN SUNDA

(Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan Di Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung)

Oleh Suhendi Afryanto

S.Kar., STSI Surakarta, 1989 MM, Unwim Bandung 2002

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai

© Suhendi Afryanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Lembar Persetujuan Disertasi

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua

Prof. DR. H. A. Chaedar Alwasilah, M.A. NIP. 195303301980021001

Ko-promotor Merangkap Sekretaris

Prof. DR. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 196203161988031003

Anggota

DR. Sukanta, S.Kar., M.Hum. NIP. 196209171989031002

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Umum

Prof. DR. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP. 196203161988031003


(4)

iii

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

“Internalisasi Nilai K

ebersamaan Melalui Pembelajaran Seni

Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi

Mahasiswa Jurusan Karawitan Di Sekolah Tinggi Seni Indonesia

Bandung)”.

Disertasi ini merupakan hasil penelitian tentang nilai kebersamaan dalam pembelajaran Seni Gamelan Sunda (SG Sunda) yang dilakukan di Jurusan Karawitan STSI Bandung (JKSB) dengan melibatkan 10 orang dosen dan 30 orang mahasiswa dari berbagai angkatan. Masalah pokok yang diangkat dilatarbelakangi oleh adanya ketimpangan perilaku di kalangan generasi muda yang sudah berada pada titik yang sangat mengkhawatirkan, seperti: (1) sering terjadi tawuran massal antar pelajar bahkan tawuran massal antar mahasiswa, (2) terdistorsinya nilai kebersamaan, serta (3) hilangnya karakter atau jati-diri bangsa secara meluas yang mengakibatkan terjadinya krisis multi dimensi. Oleh karena alasan tersebut, maka perlu adanya solusi alternatif untuk mengembalikan ke dalam kehidupan yang damai dan menjunjung tinggi semangat kebersamaan sebagai bagian dari karakter bangsa Indonesia melalui dimensi pendidikan formal.

Sebagai landasan untuk mencapai hasil penelitian yang optimal, maka dalam pembahasannya didekatkan dengan beberapa teori, di antaranya: (1) teori belajar Konstruktivisme dari Vygotsky salah satunya penggunaan metode Cooperative Learning, (2) Educating for Character dari Lickona, (3) teori olah gending dari Ki Hadjar Dewantara, (4) teori harmoni polyphonic dari Yaap Kunts, (5) Estetika dan Filosofi Budaya dari Jakob Sumarjo, (6) teori fungsi seni Allan P. Merriam, serta (7) Semiotik dan Hermeneutik dari Habermas. Proposisi teori yang dirujuk dimaksudkan untuk memahami pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) apa saja nilai-nilai kebersamaan dalam SG Sunda, (2) bagaimana persepsi dosen JKSB tentang pembelajaran SG Sunda, (3) bagaimana persepsi mahasiswa JKSB tentang pembelajaran SG Sunda, (4) bagaimana proses internalisasi nilai kebersamaan dalam SG Sunda, serta (5) bagaimana proses pendidikan karakter melalui pembelajaran SG Sunda diupayakan.

Penelitian dilaksanakan dengan mempergunakan metode kualitatif di mana data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, serta analisis dokumen. Untuk mencapai kesimpulan yang diharapkan, proses analisis data dilakukan dengan mempergunakan tiga cara, yaitu: reduksi data, display data, dan konklusi. Adapun hasilnya ditemukan beberapa hal, di antaranya: (1) nilai kebersamaan dalam SG Sunda dapat memunculkan sikap disiplin, tanggungjawab, toleransi, kepekaan, menghargai perbedaan, kerjasama, dan melatih menjadi pemimpin, (2) SG Sunda dapat membelajarkan etika, memberikan terapi yang mampu mempengaruhi perilaku, melatih kesabaran, serta membangkitkan persaudaraan, (3) melalui


(5)

iv

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pembelajaran kooperatif, SG Sunda dapat menginternalisasikan nilai untuk saling menolong, saling mengoreksi, serta saling menghormati, dan (4) implikasi dari pembelajaran SG Sunda membiasakan para mahasiswa untuk mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab sebagai bagian dari pembentukan karakter.

Berdasarkan hasil di atas, direkomendasikan agar SG Sunda dapat dibelajarkan di semua satuan pendidikan formal, mulai tingkat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi non seni, bahkan di masyarakat melalui pendidikan non formal sebagai salah satu model pendidikan karakter berbasis estetika dan etika.

ABSTRACT

“Internalization of Togetherness Value through Seni Gamelan

Sunda Learning (An Effort of Character Education for

Students of Karawitan Department in Indonesian Art Higher

School Bandung)”.

The dissertation is resulted from a research about togetherness value in Seni Gamelan Sunda (SG Sunda) Learning which conducted in Karawitan Department of Indonesian Art Higher School Bandung (JKSB) involving 10 lecturers and 30 students from different class. The research is motivated by imbalance behaviors among the younger generation as the responsible generation for continuing the national aspiration which has been in very alarming point. These imbalance behaviors are (1) gang fight between students (2) distortion of togetherness value, and (3) widespread loss of national character or identity that caused multi dimension crisis. Consequently, it is necessary to provide an alternative solution to restore peaceful life and uphold togetherness value as a part of Indonesian national character through formal education dimension.

The research uses several theories in its discussion as a foundation to achieve optimal results. These theories are (1) the use of Cooperative Learning method from Vygotsky’s Constructivism Learning Theory, (2) Lickona’s Educating for Character, (3) Ki Hadjar Dewantara’s Olah Gending Theory, (4) Yaap Kunts’ Polyphonic Harmony Theory, (5) Jakob Sumarjo’s Aesthetics and Philosophy of Culture, (6) Allan P. Merriam’s Art Purpose Theory, and Habermas’ Semiotics and Hermeneutics. These referred theoretical proposition are aimed to comprehend following research question: (1) what are the togetherness values in SG Sunda, (2) How JKSB Lecturers’ perception toward SG Sunda learning, (3) How JKSB students’ perception toward SG Sunda learning, (4) How internalization process of togetherness value in SG Sunda and (5) how character education process through SG Sunda are implemented.

This research employs qualitative methods and the data are collected through observations, interviews, and document analysis. In order to achieve expected conclusion, the data analysis was done by using three schemes, such as: data reduction, data display, and conclusion. The research found that (1) togetherness value in SG Sunda brings attitude such as discipline, responsibility,


(6)

v

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tolerance, sensitivity, diversity respect, team work, and leadership, (2) SG Sunda can teaches ethics, functioned as a therapy which affect behavior, patience, and evokes togetherness (3) SG Sunda through its cooperative learning internalized value to help, correct and respect others, and (4) the implications of SG Sunda learning are accustom students to develop their respect and responsibility as a part of character establishment.

According to the findings above, it is recommended that SG Sunda can be taught in all formal education units, from elementary school, junior high school, senior high school, non art University, furthermore, in the society through non formal education as a model of aesthetics and ethics-based character education.


(7)

ix

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL……… i

PERSETUJUAN PROMOTOR DAN KETUA PROGRAM STUDI …. ii SURAT PERNYATAAN……….. iii

ABSTRAK………. iv

ABSTRACT……….. v

KATA PENGANTAR……….. vi

UCAPAN TERIMA KASIH……….... vii

DAFTAR ISI………. ix

DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR ……… xii xiii BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……….. 15

C. Tujuan Penelitian……… 15

D. Kegunaan Penelitian……….. 16

E. Metode Penelitian……….. 17

F. Lokasi dan Sumber Penelitian………. 20

BAB II KERANGKA TEORETIS……….. 23

A. Studi-studi Terdahulu Ihwal Karawitan Gamelan…. 23 B. Internalisasi Nilai Kebersamaan………... 31

1. Internalisasi………. 31

2. Nilai………. 33

3. Kebersamaan………...

C. Pembelajaran ……….

1. Beberapa Pengertian ………..

2. Teori Belajar ………..

3. Metode Cooperative Learning untuk Pembelajaran

34 37 37 39


(8)

x

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ensambel ………. 4. Pembelajaran Karawitan Dengan Rumus 3 W …....

D. Seni Gamelan ……….

1. Definisi Seni ……….. 2. Fungsi Seni ………

3. Gamelan ………

E. Sejarah Gamelan………. F. Gamelan Pelog/Salendro ………

1. Tangga Nada atau Laras ……… 2. Sistem Notasi ………. 3. Instrumen ……… 4. Nama Waditra ………. 5. Fungsi dan Peran Tiap Waditra ……….. 6. Irama dan Tempo ……… 7. Pemain Gamelan di Sunda ………. 8. Seni Pertunjukan Yang Mempergunakan Gamelan Pelog/Salendro ……… 9. Setting dan Penempatan Waditra Gamelan Sunda..

G. Estetika Gamelan Sunda (Filosofi Budaya) ………… H. Pendidikan Karakter ………

I. Keterkaitan Pendidikan Umum dan Nilai dengan Pembelajaran SG Sunda ……….

43 46 50 50 53 58 60 65 65 70 75 80 96 97 99 101 102 104 116 122

BAB III METODE PENELITIAN………... 126

A. Kerangka Penelitian……… 126

1. Pendekatan penelitian………. 126

2. Studi Pendahuluan………. 130

3. Langkah-langkah Penelitian Kualitatif………….. 134

B. Pengumpulan Data………. 139

1. Sumber Data……….. 142


(9)

xi

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Instrumen Penelitian……….. 151

4. Teknik Penentuan Jenis Dasar Penelitian……….. 154

5. Sumber dan Satuan Kajian……… 157

6. Koding……….. 158

7. Validitas……… 160

8. Reliabilitas………. 163

C. Metode Analisis Data ……… 164

1. Analisis Internalisasi Nilai Kebersamaan……….. 166

2. Analisis Pendidikan Karakter……… 170

D. Sistematika Penyajian……… 171

E. Tahap Pelaporan………. 172

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 174

A. Hasil Penelitian ... 174

1. Nilai Kebersamaa Dalam SG Sunda ... 174

2. Persepsi Dosen Tentang Pembejalaran SG Sunda 227 3. Persepsi Mahasiswa Tentang Pembelajaran SG Sunda ... 240

4. Proses Internalisasi Nilai Kebersamaan Dalam SG Sunda ... 246

5. Upaya Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran SG Sunda ... 249

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 251

1. Nilai Kebersamaan Dalam SG Sunda……… 251

2. Persepsi Dosen dan Mahasiswa Tentang Pembelajaran SG Sunda ... 257

3. Proses Internalisasi Nilai Kebersamaan Dalam SG Sunda ... 265

4. Upaya Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran SG Sunda ... 270

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……….. 284

A. Kesimpulan Umum……….. 284


(10)

xii

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

C. Rekomendasi……… 288

DAFTAR PUSTAKA……… 293

Lampiran 1: KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN……….. 301

Lampiran 2: TRANSLITERASI HASIL WAWANCARA………… 305

Lampiran 3: NOTASI LAGU-LAGU………. 376

Lampiran 4: RANCANGAN PEMBELAJARAN (RP)………. 391

Lampiran 5: BEBERAPA GAMBAR BENTUK RASA HORMAT PARA MAHASISWA JKSB TERHADAP DOSENYA 397 Lampiran 6: FOTO-FOTO KEGIATAN SEMINAR UNTUK VALIDASI DATA………. 398

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1 Data Gamelan Sunda Berbentuk Renteng ……….. 62

Tabel 2.2 Data Gamelan Sunda Berlaras Pelog/Salendro ……….. 63

Tabel 2.3 Lambang Notasi Laras Salendro ……… 72

Tabel 2.4 Lambang Notasi Laras Pelog ………. 72

Tabel 2.5 Nama Surupan Dalam Laras Pelog ……… 73

Tabel 2.6 Fungsi dan Peran Waditra dalam Gamelan Pelog/Salendro…... 96

Tabel 2.7 Penyajian Karawitan Dengan Medium Gamelan Pelog/Salendro……… 102

Tabel 2.8 Waditra dalam Gamelan Sunda dengan Pemaknaannya………. 115

Tabel 2.9 Pembelajaran Estetika dan Pendidikan Karakter……… 121

Tabel 3.1 Uraian Domain Apektif dari Bloom dan Krathwohl…………. 167

Tabel 4.1 Tabuh Saron 1 Gamelan Salendro………. 186

Tabel 4.2 Tema Lagu Pada SG Sunda yang dibelajarkan di JKSB…….. 211

Tabel 4.3 Sistem Giliran Menabuh SG Sunda di JKSB dengan 10 Orang/kelompok……….. 224

Tabel 4.4 Sistem Giliran Menabuh SG Sunda di JKSB dengan 11 Orang/kelompok……….. 226

Tabel 4.5 Persepsi Dosen dan Mahasiswa JKSB tentang Pembelajaran SG Sunda………. 262


(11)

xiii

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.6 Tema-tema Sastra Lagu yang mengungkap Kebersamaan……. 268

Tabel 4.7 Kebersamaan dan Dampak Nilai yang Ditimbulkan………….. 276

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 Simbol Wilahan Gamelan dan Anggota Tubuh………….. 26

Gambar 2.2 Pola Circle Pembelajaran Seni secara Tradisonal……... 48

Gambar 2.3 Perbandingan Tangga Nada di Dunia ……… 67

Gambar 2.4 Skema Interval laras Salendro………... 68

Gambar 2.5 Skema Interval laras Pelog ………... 68

Gambar 2.6 Skema Interval laras Degung ………... 70

Gambar 2.7 Kelompok wilahan dalam Gamelan Pelog/Salendro ……. 75

Gambar 2.8 Posisi Nada Kelompok Wilahan pada Gamelan Salendro 76

Gambar 2.9 Kelompok penclon dalam Gamelan Pelog/Salendro ……. 77

Gambar 2.10 Gambar 2.11 Posisi Nada Kelompok penclon pada Gamelan Salendro Pola Berpasangan/Jodoh antara Wilahan dan Penclon…. 78 79 Gambar 2.12 Waditra Saron ……… 80

Gambar 2.13 Posisi Nada pada Wilah Saron Salendro ……… 81

Gambar 2.14 Waditra Peking ……….. 81


(12)

xiv

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.16 Waditra Demung ……… 82

Gambar 2.17 Posisi Nada pada Wilah Demung Salendro ………... 83

Gambar 2.18 Waditra Selentem ………... 84

Gambar 2.19 Posisi Nada pada Wilah Selentem Salendro ……….. 84

Gambar 2.20 Waditra Bonang………. 85

Gambar 2.21 Posisi Nada pada Penclon Bonang Salendro………. 85

Gambar 2.22 Waditra Rincik………... 86

Gambar 2.23 Posisi Nada pada Penclon Rincik Salendro……… 86

Gambar 2.24 Waditra Kenong………. 87

Gambar 2.25 Posisi Nada pada Penclon Kenong Salendro………. 88

Gambar 2.26 Waditra Ketuk……….... 89

Gambar 2.27 Posisi Nada pada Penclon Ketuk……… 89

Gambar 2.28 Waditra Gambang………. 90

Gambar 2.29 Waditra Kempul dan Gong……… 91

Gambar 2.30 Waditra Rebab……… 93

Gambar 2.31 Waditra Kendang……… 94

Gambar 2.32 Penempatan Waditra Gamelan Pelog/Salendro…………. 103

Gambar 2.33 Sistem Colotomy dalam Seni Gamelan……….. 108

Gambar 2.34 Macapat dan Tritangtu………... 109

Gambar 2.35 Struktur Musik Gamelan Berdasarkan Siklus Waktu…… 110

Gambar 2.36 Pola Tabuh Gamelan Berdasarkan Siklus Waktu dari Spiller……….. 111

Gambar 2.37 Sistem Harmoni bentuk Nucleus Pada Seni Gamelan Sunda……….. 113

Gambar 2.38 Gambar 2.39 Komponen Karakter Yang Baik ……….... ‘Tritangtu’ Gamelan Sunda ………... 119 122 Gambar 3.1 Model Cetak Biru Penelitian Kualitatif……….. 134

Gambar 3.2 Konsep Musik Berdimensi Pendidikan……….. 155

Gambar 3.3 Proses Internalisasi Nilai melalui Metode Cooperative Learning………. 169 Gambar 3.4 Praktek Pendidikan Karakter melalui Cooperative


(13)

xv

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

171 Gambar 3.5 Pemetaan Proses Penelitian……….... 173 Gambar 4.1 Struktur Musik berdasarkan Peran Tiap Waditra………... 180 Gambar 4.2

Gambar 4.3

Peran Tiap Waditra berdasarkan ‘Alur Melodis’………... Pola Circle Struktur Musik dan Peran Waditra Berdasar-

kan ‘Alur Melodis’ ………

181

182 Gambar 4.4 Teknik ‘Carukan’ pada Waditra Saron 1 dan 2………… 184 Gambar 4.5 Kebersamaan dalam SG Sunda………. 256 Gambar 4.6 Bagan Alur Berpikir dari Sensasi Menuju Evaluasi…….. 261 Gambar 4.7 Cara-cara mereka saling Menolong di antara sesama…… 267 Gambar 4.8 Proses Internalisasi Nilai……… 267 Gambar 4.9 Pemetaan Pembahasan Hasil Penelitian………. 281


(14)

1

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perguruan Tinggi (PT) merupakan suatu wadah di mana tugas utamanya menyelenggarakan sistem pendidikan formal yang dikenal oleh banyak kalangan sebagai pusat pembentukan serta penghasil tenaga-tenaga terdidik yang mampu memberikan perubahan bagi lingkungan serta kehidupan masyarakatnya (UU nomor 12 tahun 2012). Fungsi dan peran PT sebagai change of agent mengandung konsekuensi yang cukup berat untuk tetap bertahan dan dapat dipercaya di tengah-tengah perubahan masyarakat yang terus berlanjut dari waktu ke waktu. Akibat logis dari itu semua, berbagai cara harus dilakukan oleh PT melalui peningkatan yang terus menerus (continous improvement) sesuai dengan disiplin yang diembannya agar eksistensinya tetap terjaga.

Secara faktual, sejalan dengan bergulirnya waktu di masa-masa yang lalu, fungsi dan peran perguruan sebagai agen perubahan tak dapat dipungkiri telah banyak menampakkan hasilnya dan bahkan telah menjawab harapan yang disampaikan oleh masyarakat. Hasil dari PT tidak saja berupa makin meningkatnya pengetahuan (cognitif) serta keterampilan (psychomotor) para peserta didiknya sebagai bagian dari anggota masyarakat, melainkan penajaman sikap yang dilandasi oleh etika yang berbasis pada norma-norma yang ada sebagai peningkatan afeksinya. Namun di balik keberhasilan tersebut, akhir-akhir ini justru kondisinya menjadi paradoksal peran PT kembali dipertanyakan sekaitan dengan perubahan perilaku moralitas yang tidak lagi sesuai lagi dengan tuntutan norma yang berlaku.


(15)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hal-hal yang dianggap sebagai perilaku menyimpang yang harus diperhatikan oleh kalangan PT adalah telah terjadi krisis kejujuran serta pergaulan bebas di kalangan pelajar, tawuran massal antar pelajar bahkan tawuran massal antar mahasiswa sebagai kaum intelektual yang seharusnya memberi teladan bagi masyarakat, terdistorsinya nilai kebersamaan, serta hilangnya karakter atau jati-diri bangsa secara meluas yang mengakibatkan terjadinya krisis multi dimensi yang mengarah pada proses terjadinya desintegrasi. Kalau hal tersebut dianggap sebagai sesuatu kondisi yang mengkhawatirkan, Lickona (2012: 20-29) menyebutnya dengan istilah

„kekhawatiran terhadap tren anak muda‟ yang digambarkannya melalui 10 indikasi

yang harus mendapatkan perhatian dari semua elemen masyarakat. Ke sepuluh indikator yang dimaksudkan Lickona, di antaranya; 1) kekerasan dan tindakan anarki, 2) pencurian, 3) tindakan curang, 4) pengabaian terhadap peraturan yang berlaku, 5) tawuran antara siswa/mahasiswa, 6) ketidaktoleran, 7) penggunaan bahasa yang tidak baik, 8) kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya, 9) sikap perusakan diri, serta 10) penyalahgunaan narkoba. Kekhawatiran yang terjadi semakin hari semakin meluas, sehingga pada saat Mendikbud melakukan kunjungan ke salah satu universitas di Makasar setelah terjadinya tawuran masal yang mengakibatkan salah seorang mahasiswanya tewas menyatakan akan memberikan sanksi tegas bagi mahasiswa yang terlibat dalam tawuran tersebut (Burhani, http://www.antaranews.com./berita).

Sejujurnya hal itu merupakan suatu ketimpangan, dan penyebab lahirnya ketimpangan tersebut beberapa pengamat pendidikan telah menyimpulkan bahwa pendidikan hari ini hanya menghasilkan peserta didik yang cerdas nalarnya serta terampil tanggannya saja, akan tetapi tumpul rasanya (Soetrisno, 2001: 3). Padahal


(16)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menurut Ki Hajar Dewantara (1962: 303) bahwa usaha pendidikan itu harus ditujukan kepada halusnya budi, cerdasnya otak dan sehatnya badan, sehingga ketiga usaha tersebut akan menjadikan lengkap dan larasnya hidup manusia di dunia. Dalam posisi seperti itu, PT sudah harus melihat ke dalam dirinya sendiri serta perlu menegaskan kembali betapa pentingnya makna penyelenggaraan pendidikan yang telah menjadi tugas pokoknya. Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, bahwa dalam ketentuan umum yang disebut dengan pendidikan adalah;

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ada cukup alasan ketika mayarakat mempertanyakan kembali fungsi dan peran PT, pada saat situasi dan kondisi hari ini tidak lagi sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Berangkat dari alasan itulah, maka PT dituntut untuk lebih pro-aktif mencari solusi alternatif guna mengeliminasi serta mengelaborasi setiap permasalahan yang muncul. Sejumlah persoalan yang kini harus dihadapi PT, salah satunya adalah bagaimana mengembalikan nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai kebersamaan untuk saling mempercayai dan saling membutuhkan, serta membangun karakter yang sesuai dengan jati-diri budaya bangsa yang kini telah hilang melalui dimensi pendidikan.

Secara konsepsi, kini telah mengemuka bahwa pendidikan harus bersifat utuh dalam rangka membentuk manusia yang memiliki karakter yang unggul serta tetap manusiawi, di mana perpaduan antara nalar, rasa, dan karsa menjadi bagian


(17)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang tak terpisahkan. Nalar (kognisi), rasa (afeksi), dan karsa (psikomotor) yang seimbang merupakan perwujudan dari manusia seutuhnya yang dipandang ideal sebagai perwujudan dari karakteristik bangsa yang berkualitas. Oleh karenanya, mengedepankan pendidikan karakter sebagai bagian dari pendidikan pada umumnya harus dilakukan guna menghadapi situasi dan kondisi yang kini tengah menggejala. Pendidikan karakter yang kini sedang dirancang oleh Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI) mengarah kepada pendidikan karakter yang menyangkut perilaku yang amat luas, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai kerja keras, kejujuran, disiplin mutu, etika dan estetika, komitmen, dan rasa kebangsaan yang kuat. Pendidikan karakter merupakan sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process) selama sebuah bangsa ada dan ingin tetap eksis (Lickona, 2012: 32).

Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung adalah salah satu PT seni di

Jawa Barat yang menyelenggarakan pendidikan seni berbasis „Budaya Sunda‟.

Karena domain kegiatan pendidikannya merujuk pada kebudayaan yang berkembang di masyarakat Sunda, maka STSI Bandung secara prinsip lebih mengedepankan pembangunan karakter berdasarkan etika dan estetika „Budaya

Sunda‟. Masyarakat dalam konteks Budaya Sunda dalam percaturan karakter

budaya Indonesia memiliki trilogi yang seolah-olah menjadi pegangan hidupnya, yakni Silih Asih, Silih Asah, dan Silih Asuh (www.wordpress.com). Adapun penjelasan konsep dimaksud dapat dilihat pada uraian berikut ini:

Konsep Silih Asih, memberikan pemahaman bahwa manusia itu harus saling menghormati di antara sesama, karena menurut hematnya tidak ada manusia yang lebih unggul, mengingat hal tersebut akan bertentangan dengan semangat


(18)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kemanusiaan. Dalam pengertian lain, konsep Silih Asih menempatkan manusia dalam posisi sejajar antara manusia yang satu dengan lainnya atau dalam

peribahasan Sunda disebut dengan istilah; “rekep dendeng papak sarua”. Kalau semangat kesejajaran diaplikasikan ke dalam dimensi kehidupan, maka masyarakat yang Silih Asih memiliki tiga dimensi sikap, yaitu: 1) masyarakat yang membangun dirinya untuk selalu melakukan kerjasama dalam setiap kegiatan, 2) bermusyawarah untuk mencapai mufakat ketika dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menghinggapi dirinya, serta 3) segala tindakannya selalu diorientasikan untuk menghasilkan tidakan yang adil. Dengan prinsip seperti itu, maka masyarakat Sunda yang menganut konsep Silih Asih merupakan masyarakat yang harmonis, masyarakat yang dinamis, sekaligus masyarakat yang teratur yang mampu bersinergi dengan masyarakat budaya manapun.

Konsep Silih Asah memberikan pemahaman bahwa manusia itu harus mampu mengembangkan semangat saling berinteraksi antara sesama demi memperkaya pengetahuan yang berada di dalam dirinnya masing-masing. Alasan tersebut dilandasi oleh suatu fakta bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi terus bergulir berdasarkan dinamika perkembangannya dari waktu ke waktu. Maka dari itu, mewarisi semangat Silih Asah menempatkan masyarakat Sunda dalam posisi harus memiliki otonomi, disiplin, serta mengarahkan dirinya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang tengah berkembang di dalam kehidupannya. Dalam kehidupan yang lebih luas, masyarakat Sunda yang Silih Asah adalah masyarakat yang bertanggung jawab terhadap lingkungannya dengan mengedepankan sikap etis serta tindak angkuh sekalipun penguasaan ilmu pengetahun serta teknologi telah didapatkannya.


(19)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Konsep Silih Asuh memberikan pemahaman bahwa manusia harus memiliki kesadaran di mana kepentingan kolektif atau kepentingan pribadi ditempatkan pada posisi yang cukup penting serta mendapatkan perhatian yang serius. Implikasi dari konsep Silih Asuh membiasakan manusia untuk saling mengontrol, saling bertegur sapa, dan saling memberi nasehat demi menjaga kerukunan di dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat Sunda yang Silih Asuh adalah masyarakat yang senantiasa memperkuat ikatan emosional di antara komunitasnya untuk mengindari terjadinya konflik dan berbagai kericuhan. Namun demikian, ketika terjadi gangguan dari kelompok lain yang mengusik komunitasnya, mereka dengan berlandaskan semangat kebersamaan akan bangkit untuk melawannya. Ketiga konsep yang telah diutarakan di atas, akan memampukan masyaraakat Sunda beradaptasi dengan bangsa Indonesia yang multikultur. Hal itu dilandasi oleh suatu kepentingan di mana masyarakat Sunda senantiasa hadir sebagai penyimbang di antara budaya-budaya yang lain seraya mengedepankan sikap untuk saling menjaga. Dalam pelaksanaan kegiatannya, STSI Bandung di samping memberikan pengetahuan dan keterampilan seni Sunda pada peserta didiknya, yang tidak kalah pentingnya adalah membentuk sikap dan karakter yang berbasis pada etika dan estetika Budaya Sunda yang santun, ramah, tidak angkuh serta tidak berupaya menonjolkan diri. Melalui keempat jurusan yang ada, yaitu 1) jurusan Tari, 2) jurusan Karawitan, 3) jurusan Teater, dan 4) jurusan Seni Rupa, STSI Bandung menyelenggarakan proses pendidikan yang mengutamakan pembentukan karakter peserta didik dengan dilandasi oleh kearifan-kearifan Budaya Sunda. Kearifan yang dimaksud dalam tataran filosofi merupakan standar normatif yang berangkat dari sistem nilai moral yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.


(20)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Seperti telah disinggung di atas, jurusan Karawitan merupakan salah satu jurusan yang ada di STSI Bandung yang mengkhususkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) nya pada disiplin seni musik daerah dan atau Karawitan. Substansi yang paling dominan dalam kegitan KBM tersebut, jurusan Karawitan hampir sebagian besar mata kuliahnya bersifat praktik menabuh instrumen, baik mandiri (sendiri) maupun bersama (kelompok). Karena jurusan karawitan memiliki fokus terhadap pembelajaran seni musik daerah, maka penelitian ini secara disengaja mengarahkan kajiannya terhadap fenomena pembelajaran musik daerah (Karawitan) yang dapat memberi pengaruh terhadap sikap dan atau karakter peserta didiknya terutama yang berkaitan dengan kehalusan budi pekerti atau rasanya. Alasan lain yang menguatkan penelitian ini dilakukan adalah proses pembelajaran seni musik daerah (salah satunya seni gamelan) yang secara tidak langsung dipandang sebagai proses pendidikan nilai, terutama nilai-nilai kebersamaan. Seperti yang dikatakan oleh Meriam (1964: 224-5) bahwa ; “setiap masyarakat hendaknya mempunyai peristiwa yang ditandai oleh musik yang dapat

membangkitkan kebersamaan warganya dan mengingatkan kesatuan mereka.”

Pandangan Merriam lebih didasarkan pada norma-norma budaya, sementara penelitian ini juga ingin memposisikan di mana pendidikan seni yang memiliki peranan penting dalam menopang kebudayaan suatu masyarakat, kini cenderung terabaikan karena berbagai alasan. Kalau boleh dikatakan dengan jujur, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai kepada Sekolah Menengah Atas (SMA), pendidikan yang mengarah pada pembelajaran seni masih setengah hati. Tentu saja fakta ini dapat dibuktikan dengan sangat jarangnya ekspose tentang seni (berbasis tradisi lokal) yang dipertunjukkan oleh


(21)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kalangan pelajar, sekalipun ada jumlah penyelenggara (sekolahnya) bisa dihitung dengan jari.

Hal tersebut di atas boleh jadi merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja terhadap kelangsungan keberadaan budaya yang ada, melainkan dampaknya terhadap perilaku yang diakibatkan adanya kekurang-seimbangan. Salah seorang

profesor dari Kakatiya University India mengatakan: ”bahwa bangsa yang

menggusur pendidikan seni dari kurikulum sekolahnya akan menghasilkan generasi yang berbudaya kekerasan di masa depan, karena kehilangan kepekaan untuk membedakan nuansa baik/indah dari buruk dan jelek, dan berkurang kemampuannya berfikir secara integral” (Tabrani, 2002: 17). Deangan demikian, kalau hari ini wajah kehidupan masyarakat kita kerap diwarnai dengan aksi kekerasan dari kalangan generasi muda, maka sebagai jawabannya sudah dapat diprediksi dengan berbagai keterangan yang telah disampaikan di atas.

Terlepas dari itu semua, penelitian ini sebenarnya secara khusus ingin mengarahkan sasarannya pada suatu fokus bahwa pendidikan seni musik memiliki keterikatan yang kuat dalam rangka pendidikan nilai dan karakter, terutama nilai-nilai kebersamaan dalam pembelajaran seni gamelan yang dilakukan secara kelompok. Manfaat dari nilai kebersamaan memiliki beberapa parameter yang cenderung positif untuk dapat dilakukan, semisal pendapat yang disampaikan oleh Mustofa Bisri (2006: 1) : “Kebersamaan bilamana dilakukan secara disengaja bukan saja akan meringankan beban, tetapi juga di dalamnya mempunyai nilai ukhrawi yang besar. Lebih lanjut Bisri menegaskan; „Banyak sekali pelaksanaan ibadah yang sesungguhnya dapat dilaksanakan secara bersama-sama, mulai kegiatan


(22)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menunaikan ibadah haji, melaksanakan shalat iedul fitri, implementasi dalam shalat jumat, sampai kepada pelaksanaan shalat fardu.

Berdasarkan keterang dalam Al qur‟an, bilamana shalat fardu dilakukan secara berjamaah dan atau bersama-sama, maka siapapun yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat dibanding salat fardu yang dilaksanakan secara sendiri-sendiri.” Sementara itu kalangan sosiolog mengatakan bahwa: kebersamaan yang dilakukan dalam suatu masyarakat, maka selanjutnya akan menghasilkan apa yang disebut dengan ketenangan dalam masyarakat itu sendiri, sedangkan bilamana dalam masyarakat tersebut saling bermusuhan, sebaliknya akan menyebabkan seluruh kegiatan itu terhenti."(Badiuzzaman, 2010: 1). Dari hal-hal positif yang telah disampaikan tersebut, setidaknya penilitan ini berupaya untuk mendapatkan data dan informasi bahwa esensi nilai-nilai kebersamaan dapat dicapai melalui pembelajaran seni gamelan. Oleh karena itu, pada kajian ini penulis ingin membahas pendekatan nilai kebersamaan melalui pembelajaran seni yang dispesifikasikan kepada pembelajaran praktik gamelan. Untuk memberikan dorongan dan pemahaman sikap kebersamaannya, penulis menawarkan suatu pendekatan praksis dalam memotivasi perubahan sikap melalui penanam jiwa kebersamaan, yaitu dengan mengedepankan topik penelitian seputar internalisasi nilai kebersamaan melalui pembelajaran seni gamelan di lingkungan jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Proses internalisasi nilai yang dimaksud juga sebagai bagian dari upaya pendidikan karakter bagi para mahasiswanya.

Seni Gamelan atau selanjutnya disebut SG merupakan seni yang tingkat pencapaian musikalitasnya dilakukan secara kolektif. Karena sifatnya kolektif,


(23)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

maka untuk menentukan harmoni dalam SG perlu dilakukan secara bersama-sama dan terpusat. Pencapaian terpusat dimaksud oleh Kunst (1973: 200-202) disebut pula dengan suatu peristilahan “nuclear theme” sebagai sebutan lain dan bersinonim

dengan istilah “cantus firmus”. “Nuclear” atau “nucleus” adalah istilah yang biasa

dipakai dalam ilmu fisika atau biologi yang menunjuk pada apa saja yang merupakan bagian pusat, dasar, atau biji darimana bagian yang lain berkembang atau tumbuh serta melingkarinya. Konsep menabuh gamelan dalam SG yakni setiap waditra (istilah lain dari instrumen/alat) berkembang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, kemudian membentuk satuan harmoni menuju pada satu titik yang telah ditentukan (biasanya berbentuk nada). Hal demikian berlaku di hampir sebagian wilayah yang memiliki SG sebagai salah satu wujud ekpresi budayanya.

SG berkembang di wilayah Nusantara dan tersebar ke dalam beberapa pulau, di antaranya adalah: pulau Jawa (bagian Barat, Tengah, dan Timur), pulau Bali (termasuk NTB dan NTT), serta pulau Sumatera (bagian Barat, Selatan dan Utara). Beberapa SG yang berada di wilayah-wilayah tersebut dibedakan dalam

setiap penyajiannya dengan dua sistem tangga nada dan atau “laras” (istilah Sunda

untuk sebutan tangga nada), yaitu laras Salendro dan laras Pelog yang selanjutnya disebut tangga nada pentatonik (sistem tangga nada musik Timur). Di wilayah Jawa

Barat sendiri terdapat satu lagi „laras‟ yakni laras Degung, sementara untuk wilayah Sumatera lebih banyak mempergunakan tangga nada diatonik (sistem tangga nada musik Barat). Dari sisi penyajiannya, di samping dibedakan dalam wilayah penggunaan tangga nada, namun secara umum tampilannya cenderung sama dan disebut pula dengan istilah seni ensambel. Bagi sebagian besar kalangan musisi


(24)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Barat, SG diidentikkan dengan “orchestra gamelan” dan menyerupai orkestra yang

mereka miliki, yaitu “orchestra music” dan atau “philharmonic orchestra”.

Keberagaman instrumen yang menyamai orkestrasi musik Barat, menimbulkan kekaguman tersendiri bagi kalangan musisi Barat dan akhirnya tidak sedikit dari mereka yang ikut mempelajari SG secara bertahap dan berkelanjutan. Dengan demikian, SG yang pada awalnya merupakan musik yang berlatar tradisi daerah di Indonesia, kini faktanya telah menyebar tidak saja di wilayah Nusantara, bahkan beberapa negara seperti: Amerika, Eropa, serta beberapa negara Asia lainnya telah menjadikan SG sebagai musik yang memiliki nilai-nilai prestisus. Beberapa catatan penting yang perlu disampaikan dalam tulisan ini adalah hampir di sebagian besar universitas-universitas di Amerika dan Eropa dianggap tidak bergengsi bilamana tidak memiliki seperangkat Gamelan (Soedarsono, 1999: 20). Dari sisi jumlah terdapat kurang-lebih 93 kelompok SG yang sampai hari ini masih aktif melakukan kegiatan seninya (terutama di Amerika dan Eropa), sementara di Jepang gamelan berlaras “Degung” dari Jawa Barat cukup dominan (www.gamelan.com ). Tumbuh suburnya kegiatan SG di luar negeri terasa sangat kontradiktif dengan kehidupan SG di tempat asalnya. Hal ini yang menjadi keprihatinan tersendiri di mana faktanya telah terbalik. Kalau di Amerika, SG tidak sebatas dipraktekkan untuk kepentingan pemuasan rasa estetik semata, akan tetapi dijadikan sebagai lahan penelitian dan bahkah terdapat beberapa disertasi untuk meraih gelar Doctor of Philosophy yang mengambil objek penelitian tentang SG di Indonesia. Dengan kondisi seperti itu, artinya SG memiliki informasi yang cukup penting sebagai wacana keilmuan, baik secara tekstual maupun kontekstual.


(25)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Mereka beranggapan, bahwa SG mampu menumbuhkan kegairahan tersendiri sebagai seni yang intinya mengembangkan nilai kebersamaan.

Mengenai hal tersebut, Anderson (1984: 210) menjelaskan, karena permainan gamelan bersifat kolektif, maka setiap orang yang terlibat di dalam musik gamelan memiliki peran yang cukup penting untuk membangun keindahan musik tersebut. Kolektifitas SG yang di dalamnya mengandung nilai kebersamaan merupakan salah satu refleksi dari hasil kebudayaan masyarakat Indonesia yang sudah berlangsung secara mentradisi dan atau turun-temurun. Dalam kebudayaan manapun, setiap masyarakat memiliki kegiatan yang sering diikuti dengan bentuk bunyi-bunyian, yang bisa membangkitkan semangat kebersamaan, serta menyadarkan pada posisi kelompok mereka (Sumarsam, 2003:2).

Budaya atau kebudayaan sebagai hasil budi dan daya masyarakat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupannya yang dijadikan milik diri manusia melalui proses belajar (Koentjaraningrat, 1989: 5). Masyarakat Sunda sebagai bagian dari komunitas kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia, telah melahirkan sejumlah gagasan kreatif yang berwujud salah satunya melalui dimensi kesenian. Karena kesenian Sunda merupakan wujud ekspresi dari masyarakatnya, tentu saja dalam sosialaisasinya tidak terlepas dari nilai-nilai normatif yang senantiasa harus dirujuk. Khususnya dalam kehidupan kesenian Sunda, Suparli (2010: 2) menunjukkan ada enam sifat manusia Sunda yang terdapat dalam Seni Gamelan Sunda atau SG Sunda berbentuk peribahasa, di antaranya : 1) dépé-depe handap asor hadé semu ka sasama yang mengandung makna tidak sombong, 2) leuleus


(26)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bobot pangayom timbang taraju, abot énténg aya di salira yang mengandung

makna menerima terhadap segala keputusan, 4) nyanggakeun sadaya-daya yang mengandung pasrah sambil terus berupaya, 5) landung kandungan laer aisan yang mengandung makna memiliki pikiran yang jauh ke depan dan memberi peluang kepada siapapun untuk berlindung di dalam dirinya, serta 6) rempug jukung sauyunan - gotong royong babaréngan yang mengandung makna setiap persoalan

harus dihadapi secara bersama-sama. Lebih lanjut Suparli menegaskan, keenam sifat manusia Sunda tersebut secara konsep musikal dalam SG Sunda banyak didapatkan, terutama dalam teknik dan cara menabuhnya.

Keenam sifat manusia Sunda yang juga merupakan salah satu bagian dari payung besar trilogi (silih asih, silih asah, silih asuh) masyarakat Sunda sebagai landasan filosofisnya, secara tidak langsung merupakan karakter yang khas yang dimiliki manusia Sunda dalam mengarungi kehidupannya. Apabila karakteristik

yang “nyunda” tersebut mampu hidup secara berdampingan dengan komunitas

budaya lainnya yang berbeda tanpa menimbulkan konflik yang membahayakan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara, bukanlah suatu keniscayaan bilamana dibelajarkan secara terus menerus melalui lembaga-lembaga pendidikan (formal maupun non formal). Mengenai hal tersebut, Rosidi (2011: 24) mengatakan bahwa kesenian tradisional Sunda sebenarnya dapat menjadi salah satu penguat tercapainya integrasi bangsa, akan tetapi sayangnya karena apresiasi terhadap kesenian tradisional tersebut tidak ada, maka dengan sendirinya proses integrasi bangsa-pun menjadi tidak ada. Keadaan ini sudah bukan lagi menjadi rahasia umum, mengingat pada kondisi kekinian belajar kesenian tradisional bukanlah sesuatu yang membanggakan, bahkan ada yang mengatakan dengan nyaring


(27)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(terutama kalangan generasi muda) belajar kesenian tradisional sama dengan kemunduran dan tidak moderen. Oleh karena itu, perlu jalan ke luar yang proporsional di mana membelajarkan seni atau pendidikan seni harus bertujuan untuk membina perkembangan emosi siswa sejak dini. Perkembangan emosi yang sehat sangat terkait dengan kualitas kehidupan ekspresifnya. Anak-anak seyogyanya harus memiliki rasa percaya diri dan memberi bentuk terhadap persaannya itu, bukankah tanpa perasaan hidup itu tiada berarti (Alwasilah, 2006: 120). Sampai saat ini memang masih dikesankan belum terjadi proses internalisasi unsur-unsur seni tradisi secara wajar, secara berkesinambungan dan secara sistemik di kalangan remaja usia dini.

Alasan yang menguatkan hal tersebut di atas, Waridi (2008 dalam www.yogyes.com.) menyampaikan beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian, yaitu: 1) seni tradisi yang sekarang ada cenderung tampil dalam kondisi yang kurang menggairahkan, atau dengan kata lain tengah berada dalam kondisi yang lesu darah, 2) telah semakin memudarnya patron-patron yang dulu menjadi salah satu payung bagi seni tradisi untuk terus dapat melakukan kreativitasnya, 3) telah

muncul kekuatan baru yang disebut „kapitalis‟ terutama yang bergerak di bidang

industri budaya di mana efeknya cenderung memberi dampak yang sangat luas terhadap tumbuh suburnya jenis-jenis seni populer yang tidak berbasis pada nilai, serta 4) kekuatan industri budaya tersebut sangat sulit dihindari dan diperlukan kesadaran bersama untuk mengupayakan yang terus menerus agar terjadi keseimbangan.

Hal inilah yang menjadi faktor pendorong yang kuat penelitian ini dilakukan, paling tidak ada suatu harapan ke depan bilamana kesenian khususnya


(28)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

SG Sunda yang mengandung nilai kebersamaan dapat dibelajarkan, tidak menutup keungkinan proses desintegrasi bangsa dapat dihindari. Membelajarkan sambil membinakan nilai kebersamaan melalui SG Sunda, boleh jadi merupakan salah satu solusi alternatif dalam mencegah terjadinya proses desitegrasi yang telah diutarakan pada bagian awal tulisan ini. Dalam posisi seperti itu, pembelajaran seni sesungguhnya bukan hanya terletak pada persoalan nilai-nilai estetika (keindahan) semata, melainkan lebih dalam membelajarkan nilai-nilai etika (norma) yang ada di dalamnya. Hasil pengamatan yang telah dilakukan, beberapa di antaranya telah mengindikasikan adanya pendidikan nilai yang sekaligus mengarah pada upaya pendidikan karakter, terutama yang terjadi pada mahasiswa di lingkungan jurusan Karawitan STSI Bandung.

Harapan ke depan, penelitian ini dapat pula dimaksudkan untuk mewujudkan hal-hal yang paling mendasar dengan apa yang dimaksud Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PDKB), khususnya yang dilakukan oleh Program Studi Pendidikan Umum dan Nilai Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disampaikan identifikasi

masalah dalam penelitian sebagai berikut; “Bagaimana menanamkan makna

kebersamaan melalui pembelajaran seni gamelan sebagai upaya pendidikan karakter

bagi mahasiswa jurusan Karawitan di STSI Bandung”. Adapun masalah yang

mengemuka dalam penelitian ini adalah:


(29)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana menurut persepsi dosen jurusan Karawitan STSI Bandung tentang pembelajaran SG Sunda ?

3. Bagaimana menurut persepsi mahasiswa jurusan Karawitan STSI Bandung tentang pembelajaran SG Sunda?

4. Bagaimana proses internalisasi nilai kebersamaan seni gamelan yang dilaksanakan di jurusan Karawitan STSI Bandung?

5. Bagaimana proses pendidikan karakter melalui pembelajaran SG Sunda sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh jurusan Karawitan STSI Bandung terhadap para mahasiswanya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk ;

1. mengidentifikasi nilai-nilai kebersamaan dalam SG Sunda.

2. mengetahui persepsi yang disampaikan oleh dosen dan mahasiswa untuk mendapatkan gambaran tentang nilai-nilai yang secara langsung maupun tidak langsung dirasakan melalui proses pembelajaran gamelan yang telah dilakukannya.

3. mendeskripsikan proses internalisasi nilai-nilai melalui metode pembelejaran yang dipakai dengan langkah-langkah internalisasinya melalui suatu kegaiatan pembiasaan yang terprogram serta terrencana sehingga yang melahirkan aksi dari internalisasi tersebut.

4. mengetahui beberapa indikator yang dapat mempengaruhi perilaku pada proses internalisasi nilai-nilai kebersamaan melalui praktik pembelajaran SG Sunda.


(30)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. mendapatkan hubungan antara materi pembelajaran, suasana belajar, serta penggunaan metode pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai dimensi praktik pendidikan karakter bagi peserta didiknya.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan kontribusi dan solusi alternatif bagi pengembangan dunia pendidikan seni, khususnya di UPI Bandung. Melalui pembelajaran seni musik (SG Sunda sebagai objek) diharapkan dapat mendidik orang secara psikis atau kejiwaan, sehingga pembelajaran SG Sunda dapat dijadikan langkah-langkah alternatif kajian guna menemukan solusi yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan nilai.

b. Mengajukan solusi alternatif melalui internalisasi musik berdimensi pendidikan yang sejalan dengan arah penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang menjujung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila serta ke-Bhineka Tunggal Ika-an. Dari kondisi faktual tersebut diharapkan munculnya bahan perumusan secara praksis untuk mendorong pendidikan kepribadian bangsa kita yang sarat dengan nilai-nilai kebersamaan.

2. Secara Praktis

a. Membantu menyelesaikan problematika masyarakat yang sedang terjebak ke dalam pola hidup yang bersifat individulistik, padahal hasil budaya


(31)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tradisional (khususnya melalui kegiatan seni) terdapat kecenderungan untuk belajar memahami kebersamaan dari perbedaan yang ada.

b. Memberikan tuntunan terhadap proses pembelajaran SG Sunda yang dapat memunculkan pendidikan nilai sekaligus sebagai upaya pendidikan karakter. c. Memberikan dampak secara praksis bagi operasionalisasi pendidikan formal

dengan mengedepankan kerja kolektif, saling menolong, saling memberikan perhatian, serta saling bertoleransi untuk menumbuhkan sikap terpuji yang akan terrefleksikan di dalam kehidupan masyarakatnya. Selama ini, sikap tersebut makin memudar sejalan dengan terdistrosinya nilai-nilai yang berkembang dalam kondisi kekinian sebagai akibat dari berbagai pengaruh. E. Metode Penelitian

Metode yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Adapun langkah-langkah penelitian yang disusun serta direncanakan didasarkan pada salah satu jenis musik ensambel yang mengembangkan serta bersifat kolektif atau disajikan secara bersama-sama. Jenis musik ensambel perlu dieksplorasi, diklarifikasi, diformulasikan dan diinternalisasi sehingga hasil penelitian ini dapat dijelaskan manfaatnya untuk kepentingan kehidupan masyarakat. Karena hasil penelitian ini harus dijelaskan secara rinci, maka penelitian ini juga bersifat eksplanasi.

Untuk mendapatkan data dan informasi sebagai bagian dari hasil penelitian ini, diperlukan kajian teoritik dan kajian deskriptif mengenai musik ensambel, khususnya SG Sunda. Kemudian masuk pada tahapan reduksi musik ensambel tersebut, yakni menentukan fokus dan melakukan kegiatan eksplorasi melalui tahap seleksi; sebagai upaya mengurai fokus menjadi komponen yang lebih rinci dari


(32)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sudut pandang musik secara ensambel. Selanjutnya dilakukan sintesis sehingga nilai kebersamaan tersebut dapat terformulasikan sebagai salah satu bentuk nilai pembinaan dari proses musikalisasi dan atau sistem harmoni yang terdapat dalam SG Sunda itu.

Dengan langkah tersebut di atas, maka penerapan internalisasi ini dapat diketahui secara jelas dalam suatu proses secara menyeluruh. Tidak hanya sebatas itu, penelitian ini sekaligus dapat mengetahui proses terjadinya perubahan sikap mental kepribadian, baik yang berkenaan dengan proses pembelajaran nilai-nilai etika masyarakat maupun perkembangan nilai-nilai kebersamaan yang bersinggungan dengan kehidupan yang seharusnya dijalankan di masyarakatnya, khsusnya melalui pembelajaran SG Sunda.

Yang menjadi titik berat dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji suatu proses dan fenomena secara menyeluruh dan saling terkait dan bukan terletak pada produk. Proses dan fenomena yang dimaksud diarahkan untuk membahas perilaku yang sangat kompleks, di antaranya: tujuan, alat untuk mencapai tujuan; bagaimana proses interaksi antara sesama pemain, serta sejumlah variabel lainnya yang berpengaruh terhadap kepribadian maupun tingkah laku, yang tidak mungkin dapat direduksi ke dalam sudut pandang atau satu realitas. Oleh karena itu, fenomena nilai kebersamaan melalui SG Sunda selayaknya didekati dengan berbagai perspektif, sehingga penelitian ini berkarakter eksploratif, induktif dan menekankan pada proses.

Sejalan dengan apa yang telah diutarakan pada bagian terdahulu, bahwa penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif, maka Alwasilah (2011: 103) memberikan penjelasan di mana penelitian kualitatif meyakini bahwa realitas


(33)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sesungguhnya merupakan sebuah konstruksi sosial ketika individu atau kelompok menemukan atau memperoleh sejumlah makna dalam suatu kesatuan yang spesifik, seperti dari beberapa peristiwa, orang, proses atau tujuan. Pendekatan kualitatif lebih melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam satu kesatuan yang saling terkait dan lebih menekankan pada proses bukannya produk, atau dengan perkataan lain lebih mengutamakan usaha daripada dampak yang terjadi maupun hasil yang telah dicapai (Creswell, 2010: 290).

Dengan mempergunakan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan utama dalam penelitian ini, maka setiap fenomena atau peristiwa yang terjadi dan temuan-temuan dalam penelitian akan diuraikan secara rinci dan mendalam. Langkah tersebut dipandang penting, mengingat dengan uraian yang rinci, spesifik, dan jelas, pencapaian objektivitas dalam penelitian dapat diwujudkan. Di samping itu, melalui perspektif kualitatif, penelitian memiliki tujuan yang sangat mendasar, yaitu peneliti berhasil mendapatkan sejumlah data dan informasi yang lengkap dan rinci berkaitan dengan partisipasi dirinya sebagai observer dengan responden.

Setiap fenomena yang ditemukan berdasarkan perspektif partisipan memiliki arti yang sangat penting untuk memperoleh justifikasi bagai kelayakan aplikasi dalam proses pembelajaran sebagai upaya perbaikan dan pengembangan serta proses pembinaan nilai (Ainusyamsi, 2008: 23). Dengan demikian, proses pembinaan nilai melalui pendekatan SG Sunda secara lebih detil akan didapatkan, dan atas dasar tersebut kerangka berpikir yang akan digunakan lebih menekankan kepada kerangka pikir induktif. Dengan kerangka pikir induktif tersebut, maka kajian dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai keseluruhan yang utuh.


(34)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sebagaimana yang dipersyaratkan dalam penelitian kualitiatif, keberadaan peneliti di lapangan menjadi penting dan secara langsung harus banyak terlibat dalam lingkungan penelitian untuk memahami secara mendalam setiap peristiwa serta fenomena yang sedang diteliti (Bogdan & Bliken 1992: 25; Eisner, 1991: 76). Kaitannya dengan hal itu, peneliti ditempatkan dan berperan sebagai instrumen utama untuk secara aktif melakukan pengamatan langsung dari berbagai peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama melakukan penelitian di lapangan. Peneliti harus mengetahui dan menguasai semua aspek termasuk permainan praktis yang akan dipraktikkan dalam penelitian. Kemudian, keberadaan perangkat lain seperti pengamatan, pengalaman dan praktik dari berbagai perangkat insturmen SG Sunda dapat digunakan untuk membantu serta mendukung kelancaran pengkajian data secara praksis guna mendapatkan data dan informasi penelitian. Berdasarkan pandangan seperti itu, menurut hematnya peneliti juga harus mengetahui dan fasih dalam memainkan perabot-perabot yang akan dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan apa yang diharapkan dari hasil penelitiannya. Kriteria fasih dapat diartikan tidak saja mampu memainkan alat-alat dan atau instrumen yang ada dalam SG Sunda, akan tetapi mengetahui fungsi dari setiap instrumen tersebut guna memberikan penajaman dalam proses analisa, terutama dihubungkan dengan tujuan penelitian.

F. Lokasi dan Sumber Penelitian

Lokaksi penelitian bertempat di Jurusan Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung yang selanjutnya disingkat dengan sebutan JKSB dan beralamat di Jalan Buahbatu Nomor 212 Bandung. Adapun teknis pelaksanaannya dilakukan di ruang-ruang kelas yang membelajarkan SG Sunda.


(35)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

SG Sunda yang dibelajarkan di JKSB berdasar pada kurikulum tahun 2008/2009 dimulai pada semester II sampai dengan semester VII dengan berbagai nama mata kuliah, di antaranya: 1) Gamelan Pelog/Salendro I semester II, 2) Gamelan Degung I dan Gamelan Pelog/Salendro II semester III, 3) Gamelan Degung II dan Gamelan Pelog/Salendro III semester IV, 4) Gamelan Cirebon semester V, serta 5) Menabuh Bersama semester VII. Dari sejumlah SG Sunda yang dibelajarkan, agar fokus pada masalah yang akan diteliti, maka SG Sunda yang akan diamati yaitu SG Sunda yang ada di mata kuliah Gamelan Pelog/Salendro I s.d III serta Menabuh Bersama.

Isi dalam mata kuliah Menabuh Bersama adalah gamelan yang sering dipergunakan dalam pertunjukkan Wayang Golek Purwa Sunda atau seni Kiliningan. Gamelan dalam seni Wayang Golek dan Kiliningan memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi, mengingat di dalamnya ada dua arah pembinaan nilai, yaitu: 1) melalui Gending (instrumentalia) dan 2) melalui Sekar (Vocal). Untuk itu, kedua arah yang terdapat dalam mata kuliah Menabuh Bersama akan dieksplorasi sesuai dengan kebutuhan data dan informasi, artinya dalam penelitian yang dilakukan proses internalisasi yang dimaksud dapat melalui gending atau juga melalui Sekar termasuk metode pembelajaran yang digunakan oleh para pengajarnya. Beberapa arah yang dimaksudkan akan menjadi lengkap, mengingat baik gending, Sekar, bilamana dibelajarkan dengan metode yang tepat dipandang akan memiliki pengaruh terhadap perubah sikap dari pembelajarnya.

Sekalipun pengamatan ditujukan pada proses pembelajaran pada SG Sunda melalui tingkatan semester yang ada, untuk melengkapi data akan dilakukan wawancara terhadap sumber primer, yaitu: 1) delapan orang dosen yang terlibat


(36)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dalam pembelajaran SG Sunda, 2) 10 orang mahasiswa semester III tahun berjalan, 3) 10 orang mahasiswa semester V tahun berjalan, dan 4) 10 orang mahasiswa semester VII tahun berjalan. Dengan demikian, jumlah responden yang akan dijadikan sebagai sumber primer sebanyak 38 orang yang melakukan proses pembelajaran SG Sunda, ditambah wawancara terhadap dua orang dosen yang mengajar SG Jawa dan SG Bali untuk menguatkan argumentasi tentang nilai kebersamaan dalam permainan ensambel musik. Keseluruhan jumlah responden menjadi 40 orang (dosen dan mahasiswa), dan kesemuanya diharapkan akan memperkuat tingkat pencapaian kesimpulan yang akan dideskripsikan melalui tulisan disertasi ini.

Guna mendapatkan hasil pembahasan yang memadai, pada praktik di lapangan, peneliti pun mencoba mengambil kesempatan untuk mendapatkan informasi di luar pembelajaran SG Sunda di JKSB yakni pembelajaran SG Sunda di Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN 10 Bandung), SG Sunda yang berkembang di masyarakat (kelompok Seniman Wayang Golek Sunda), serta SG Sunda yang dipelajari oleh beberapa PT Seni lainnya (dalam hal ini Institut Seni Indonesia Surakarta dan Yogyakarta). Teknik yang dilakukan dalam kegiatan termaksud, adalah melakukan diskusi kecil dengan beberapa pengajar, mahasiswa, serta seniman tradisi tentang apa yang dipelajari melalui SG serta mencatatkannya sebagai informasi tambahan.


(37)

126

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian disertasi ini mempergunakan pendekatan kualitatif, di mana menurut Guba dan Lincoln dalam Alwasilah (2011: 60-64) disebutkan bahwa penelitian kualitatif memiliki 14 karakteristik di antaranya; 1) latar alamiah; 2) manusia sebagai instrumen; 3) pemanfaatan pengetahuan n on-proporsional; 4) metoda-metoda kualitatif; 5) sampel purposif; 6) analisis data secara induktif; 7) teori dilandaskan pada data di lapangan; 8) desain penelitian mencuat secara alamiah; 9) hasil penelitian berdasarkan negosiasi; 10) cara pelaporan bersifat kasus; 11) interpretasi idiografik; 12) aplikasi tentatif; 13) batas penelitian ditentukan oleh fokus, serta 14) keterpercayaan dengan kriteria khusus.

Latar alamiah dimaksudkan bahwa secara ontologis suatu objek mesti

dilihat dalam konteksnya yang alamiah, dan pemisahan anasir-anasirnya akan mengurangi derajat keutuhan dan makna kesatuan objek itu. Hal ini dikarenakan makna objek itu tidak identik dengan jumlah keseluruhan bagian-bagian tadi. Pengamatan juga akan mempengaruhi apa yang diamati, karena itu untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal, maka yang harus dilakukan oleh peneliti adalah keseluruhan objek itu sendiri.

Manusia sebagai instrumeni dimaksudkan bahwa cakupan teritorial

penelitian yang luas itu mempertontonkan interaksi saling mempengaruhi dengan tingkatan yang berbeda. Instrumen konvensional yang a priori dan disiapkan


(38)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

terlebih dahulu oleh peneliti atau pesanan tidak akan sanggup beradaptasi secara fleksibel dengan realitas yang bermacam ragam itu. Hanya manusialah yang akan sanggup menyesuaikan diri dan berinteraksi secara tuntas dengan fenomena yang sedang dipelajari.

Pemanfaatan pengetahuan non-proporsional dimaksudkan bahwa peneliti

naturalistik akan melegitimasi penggunaan intuisi, perasaan, firasat dan pengetahuan lain yang tak terbahaskan (tacit konowledge) selain pengetahuan proporsional (proporsional knowledge). Alasan ini dikemukan, karena pengetahuan jenis pertama itu banyak dipergunakan dalam proses interaksi antara peneliti dan responden, yaitu para mahasiswa jurusan Karawitan STSI Bandung semester III sampai dengan semester VII yang berjumlah 30 orang serta para pengajar gamelan (dari berbagai semester) sebanyak 10 orang. Pengetahuan itu juga banyak diperoleh dari responden terutama sewaktu peneliti mengintip nilai-nilai, kepercayaan dan sikap yang tersembunyi pada responden.

Metode-metode Kualitatif dimaksudkan bahwa peneliti kualitatif memilih

metode-metode kualitatif karena metode-metode inilah yang lebih mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam dan saling berinteraksi. Mereka juga dinilai lebih sensitif terhadap segala aspek dan perubahan yang saling mempengaruhi yang bakal dihadapi, terutama dalam pembelajaran seni gamelan yang menuntut kebersamaan. yang dimaksud dengan berinteraksi di sini adalah adanya kesinambungan dan keterhubungan antara peneliti dengan responden, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sampel purposif dimaksdukan bahwa pemilihan sampel secara purposif


(39)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ingin meningkatkan cakupan dan jarak data yang dicari untuk mendapatkan realitas yang berbagai-bagai, sehingga segala temuan akan terlandaskan secara lebih mantap karena prosesnya melibatkan kondisi dan nilai lokal yang semuanya saling mempengaruhi.

Analisis data secara induktif artinya metode induktif dipilih karena metode

ini lebih memungkinkan peneliti mengidentifikasi realitas yang berbagai-bagai di lapangan, membuat interaksi antara peneliti dan responden lebih eksplisit, nampak, dan mudah dilakukan dan memungkinkan identifikasi aspek-aspek yang saling mempengaruhi.

Teori dilandaskan pada data di lapangan atau dengan kata lain peneliti

naturalistik mencari teori yang muncul dari data. Mereka tidak berangkat dari teori a priori, karena teori ini tidak akan mampu menjelaskan berbagai macam temuan

(realitas dan nilai) yang akan dihadapi di lapangan, yaitu beberapa kelas yang mempelajari seni gamelan Pelog/Salendro yang dibelajarkan di jurusan Karawitan STSI Bandung dimungkinkan ditemukan hal-hal menarik yang bisa saja diteorikan.

Desain penelitian mencuat secara alamiah diartikan bahwa peneliti

memilih desain penelitian yang muncul, mencuat, mengalir secara bertahap, bukan dibangun di awal penelitian. Hal ini akan menjadi tidak masuk akal sebab bagaimana mungkin desain yang telah dibuat kaku itu bisa mewadahi berbagai realitas yang saling berinteraksi di lapangan. Desain yang muncul itu justru merupakan akibat dari fungsi interaksi antara peneliti dan responden; dan kecenderungan ini memang tidak dapat diprediksi di awal penelitian.

Hasil penelitian berdasarkan negosiasi diartikan peneliti maturalistik ingin


(40)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mereka ihwal data yang memang didapat dari mereka. Dalam hal ini, penulis mempergunakan teknik wawancara yang berpedoman pada kisi-kisi pertanyaan (terlampir) dengan maksud untuk memahami dan menginterpretasi mereka ihwal data yang memang akan diperoleh dari mereka.

Cara pelaporan kasus dim aksudkan bahwa gaya pelaporan ini lebih cocok

ketimbang cara pelaporan saintifik yang lazim pada penelitian kuantitatif. Begitupun dengan cara pelaporan kasus akan lebih memudahkan diadaptasikan terhadap deskripsi realitas di lapangan yang dihadapi oleh peneliti. Di samping iut, cara pelaporan ini mudah diadaptasi untuk menjelaskan hubungan antara peneliti dan responden. Dengan pelaporan ini, peneliti dengan mudah dapat menggambarkan posisi peneliti, teori yang dianut, paradigma metodologi, dan nilai-nilai kontekstual di seputar fenomena yang ditelaah.

Interpretasi idiografik dimaksudkan bahwa data yang terkumpul termasuk

kesimpulannya akan diberi tafsir secara idiografik, yaitu secara kasus, khusus, dan kontekstual. Interpretasi idiografik tidak seperti cara nomotetis yang berdasarkan hukum-hukum generalisasi, akan tetapi interpretasi yang akan memberikan makna berdasarkan realitas dan nilai-nilai lokal serta kontekstual.

Aplikasi tentatif dimaksudkan bahwa peneliti naturalistik kurang berminat

(ragu-ragu) untuk membuat klaim-klaim aplikasi besar dari temuannya karena realitas yang dihadapinya bermacam-macam. Setiap temuan adalah hasil interaksi peneliti dengan responden dengan memperhatikan nilai-nilai dan kekhususan lokal, yang mungkin sulit direplikasi dan diduplikasi; jadi memang sulit untuk ditarik generalisasinya.


(1)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hurlock, E.B. (1974). Personality Development. New York: McGraw-Hill Book Company.

Kaelan, (2009). Filsafat Bahasa: Semiotik dan Hermeneutika. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

Kartono, (2000), Pintar Mendidik Anak. Jakarta: Lentera

Kavlan, D dan Manners, R. (1999). Theory Of Culture, terjemahan Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kayam, U. (1995). Fungsi Kesenian Dalam Masyarakat:Perjalanan Fungsi Seni Dalam Masyarakat Kita- makalah pada Kongres Kesenian I di Jakarta.

Khan, H.I. (2002). The Mysticism Of Sound And Music, alih bahasaa oleh Subagijono dan Kusnaendy Timur: Dimensi Mistik Musik dan Bunyi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Sufi.

Ki Hadjardewantara (1962). Ki Hadjardewantara, Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta:Percetakan Taman Siswa.

Koentjaraningrat,(1989). Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: PT. Balai Pustaka

Kunts, J. (1973). Music In Java: Its Theory and Its Technique. 2 jilid. Edisi ketiga yang diperluas oleh EL.Heins. The Hague:Martinus Nijhoff.

Langer, S.K. (t.t.). Problems of Art terjemahalan Widaryanto. Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia Tahun 1988.

Lasyo. (1999). Nilai-nilai Pancasila sebagai Sistem Metafisika. Dirjen Dikti, Jakarta

Lickona, T. (2012). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility: terjemahan Wamaungo. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Machlis, J. (1955). The Enjoyment of Music: An Introduction to Perceptive Listening. New York: W.W. Norton & Company. Inc.

Machyar, R. (1969). Ilmu Seni Raras. Djakarta: Pradjna Paramita.

Malm, W.P. (1977). Music Cultures The Pasific, The Near East, and Asia, terjemahan Takari Fakultas Etnomusikologi USU Medan.


(2)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Merriam, A.P. (1964). The Anthropoly of Music. Evantion, III. Northwestern: University Press.

Merril, T. (1991), Merril’s Component Display Theory. Hilsdale, New Jersey: Lawrence Eribaum.

Moleong, (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Muhadjir, N. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi III. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Muhaimin, Y. (1996). Srategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.

Mulyana, A.,dkk., (2002). Komunikasi Musik dalam Pertunjukan Gamelan, “Gong” Media, Seni dan Pendidikan Seni-edisi nomor 36/V/2002.

Mulyana, E. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, cetakan ke-1. Bandung: Alfabeta.

Mulyana, R., dkk., (1999). Cakrawala Pendidikan Umum. Bandung: Ikatan Mahasiswa dan Alumni Pendidikan Umum (IMA-PU) PPS IKIP

Muslich, M. (2010). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Nalan, A.S. (2012). Gaya Mendalang Murid-murid Asep Sunandar Sunarya; Studi Fenomenologi Komunikasi Dalang Wayang Golek Purwa- Disertasi Doktor pada Fikom Unpad.

Nandarsa, A.U. dkk., (1994). Proses Pembuatan Waditra Karawitan Sunda:Cara-cara Pembuatan Gambang, Kacapi, Kendang, Rebab, dan Suling-Laporan Penelitian Ilmiah ASTI Bandung.

Ngalagena, U. (1975). Penuntun Pengajaran Karawitan. Bandung: PT. Pelita Masa

Nucci, L dan Narvarez, D. (2008). Handbook of Moral and Character Education. New York and London: Routledge –Taylor&Friend‟s Group.

Pakuningrat, P.M. (1995). Perkembangan Islam dan Kebudayaan Jawa Cirebon-makalah pada Festival Istiqlal II di Jakarta.


(3)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Phenix, P.H. (1964). Realm of Meaning; A Philosophy of the Curriculum for General Education. New York: McGraw-Hill Book Company. Philips, J. (2000). What Makes Schools Effetive? A Comparison of The

Relationships of Communitarian Climate and Academic climate to Mathematics Achievement and Attendance During Midlle School. American Educational Research Journal, 34, 633-634.

Rodisi, A. (2010). Perspektif Kebudayaan Sunda dalam Kesatuan Bangsa Indonesia: Kumpulan Esai-seri Sundalalana. Bandung: Pusat Studi Sunda

Saini, (2001), Taksonomi Seni. Bandung: STSI Press.

Samani, (2011). Sifat dan Perilaku Manusia: Menuju Kepada Karakter Bangsa. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Saryoto, (1996). Gamelan dan Persitilahnnya, tulisan dalam jurnal ilmiah Seni “Panggung” STSI Bandung edisi nonor XXIII-april-Tahun 1996. Sauri, S. (2009). Membangun Akhlak Mulia Bagi Tenaga Pendidik, Makalah pada

Seminar Forum Guru di Nusa Tenggara Barat.

Sharan, S. (2012). The Handbook of Cooperative Learning, Wespot Connection London terjemahan Prawoto. Yogyakarta: Penerbit Familia.

Shihab, A. (1996). Memahami Pendidikan Karakter di Sekolah dan Di Lingkungan Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto, A. (1991). Belajar dan Faktor-fator Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedarsono, R.M. (1999). Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Yogyakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia bekerjasama dengan The Ford Foundation.

Soepandi, A. (1981), Teori Dasar Karawitan. Buku Ajar di Jurusan Karawitan ASTI Bandung.

Soepandi, A. (1988). Kamus Istilah Karawitan Sunda. Bandung: CV. Pustaka Buana.

Soetrisno, L. (2001). Krisis Perilaku dalam Kehidupan Pelajar,Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


(4)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Spiller, H. (2004). Gamelan: The Traditional Sounds of Indonesia. Santa Barbara-California: ABC-CLIO.Inc.

Sugiyono, (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suharto, (1992). Bermain Musik: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Primada Media

Sukmadinata. (2004). Landasan Psikologi: Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sumardjo, J. (2001). Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press.

Sumadrjo, J. (2003). Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda: Tafsir-tafsi Pantun Sunda. Bandung : Kelir.

Sumarsam. (2003). Gamelan:Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di Jawa.Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Suparli, L. (2010). Gamelan Pelog Salendro:Induk Teori Karawitan Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press.

Sutrisno, M dan Verhaak, J. (1993). Estetika: Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Pustaka Filsafat – Penerbit Kanisius.

Sutrisno, M. (1999). Kisi-kisi Estetika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sutton, C. A. (1982). Variations in Javanese Gamelan Music: Dinamics of A Steady State. Disertation: University of Michigan.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tabrani, P. (2002). Pendidikan Seni dan Pembentukan Manusia, „Gong” Media, Seni, dan Pendidikan Seni-Edisi 39/VII/2002.

Upandi, P. (2011). Gamelan Salendro: Gending dan Kawih Kepesindenan Lagu-lagu Jala., Bandung: Penerbit Lubuk Agung.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

UUSPN Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 200., Jakarta: Kemdikdas.


(5)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Wiardi, D. (2005). Menelusuri Perkembangan Gamelan Sunda di Sunda Jawa Barat, makalah yang dipulikasikan di internet.

Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

B. Website

Burhani, R. (2010), Mendikbud Siapkan Sanksi Pelaku Tawuran Antar Mahasiswa. [Online].

Tersdia:http://www.antaranews.com/berita/…[11 Oktober 2012]

Waridi (2008), Seni Tradisi Di Tengah-tengah Perubahan Masyarakat Indonesia. [Online[

Tersdia:http://www.yogyes.com. [17 September 2008].

http://www.gamelan.com/links.html. [Online][15 Desember 2010].

http://www.ki-demang.com/galeria256/index.php/gambar gamelan. [20 Oktober 2010].

http://www.wordpress.com/makna-silih asih-silih asah-silih asuh/ [Online][13 Juni 2010]

http://www.sinodegbi.org/berita/154-kebersamaan.html. [13 Maret 2009]

http://www.ptlnkompak.150m.com/kompak.htm. [19 Mei 2013]

http://www.scribd.com. [19 mei 2013]

C. Daftar Nara Sumber:

1. Prof. Iyus Ruliana, SST. - Jabatan Guru Besar Tari Wayang di STSI Bandung - wawancara tanggal 13 Desember 2012.

2. Prof. Drs. Yakob Sumarjo - Jabatan Guru Besar Sejarah Teater Indonesia di STSI Bandung - wawancara tanggal 24 Juni 2013.

3. Nara Sumber lainnya berjumlah 40 orang terdiri dari 10 orang dosen dan 30 orang mahasiswa dapat dilihat dalam transliterasi (lampiran 2, hal 305 - 375).


(6)

Suhendi Afryanto, 2013

Internalisasi Nilai Kebersamaan Melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda (Sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung)