PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR.

(1)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN

AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO,

JAKARTA TIMUR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

Muhamad Affandi 1103233

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN

AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO,

JAKARTA TIMUR

Oleh Muhamad Affandi S.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Muhamad Affandi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN MUHAMAD AFFANDI

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M.Pd. NIP. 196111091987031001

Pembimbing II,

Dr. Ayi Olim, M.Pd. NIP. 195109141975011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah,

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 195908261986031003


(4)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

ABSTRAK

MUHAMAD AFFANDI. Penerapan Model Blended Learning Dalam Meningkatkan Kemampuan Menyusun Bahan Ajar pada Tutor PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tesis, Bandung: Jurusan Pendidikan

Luar Sekolah, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membantu para tutor dalam meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar bagi para tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Melalui penelitian penerapan model blended learning ini diharapkan para tutor mampu meningkatkan kapasitas serta kemampuannya dalam menyusun bahan ajar, baik yang berbasis elektronik maupun konvensional. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini yaitu terkait dengan upaya peningkatan kemampuan menyusun bahan ajar melalui penerapan model blended

learning pada tutor PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Teori yang dipergunakan sebagai dasar penelitian ini ialah teori Andragogi, yaitu suatu pendidikan pendekatan orang dewasa yang menempatkan individu sebagai subjek dari sistem pendidikan. Penelitian ini juga ditunjang dengan teori blended

learning, yaitu sebagai suatu model pembelajaran yang menggabungkan metode

tatap muka dengan komunikasi virtual berbasis digital. Sedangkan teori lain yang menjadi landasan pada penelitian ini adalah teori terkait penyusunan bahan ajar, dimana bahan ajar dikatakan sebagai seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian riset aksi yang dilakukan dengan pendekatan one-group, pretes-psttest design, dimana perlakuan yang dilakukan terdiri atas dua siklus dengan menerapkan model blended learning yang telah dirancang oleh peneliti. Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari bulan Juni sampai dengan September 2013. Obyek pada penelitian ini ialah para tutor yang berjumlah 10 orang.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen angket, observasi, serta tes hasil belajar, atau yang biasa disebut dengan multi instruments. Teknik analisis data yang digunakan jenis penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan data serta kuantitatif yaitu penyajian secara persentase.

Hasil dari penelitian ini diperoleh melalui hasil pre test dan post test terhadap para tutor tersebut, maka diperoleh nilai rata-rata uji pemahaman dan penguasaan materi meningkat sebesar 39,42% antara sebelum perlakuan dengan siklus 1, serta mengalami kenaikan dari 52% menjadi 72,5% pada siklus 2. Secara praktek pun para tutor telah mampu menunjukkan kemajuan yang signifikan, yaitu dengan mampu menyusun bahan ajar baik konvensional maupun yang berbasis komputer. Melalui penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model

blended learning terbukti mampu meningkatkan kemampuan menyusun bahan

ajar pada tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Hal ini berarti bahwa tujuan dari penelitian ini telah “tercapai”.


(5)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

MUHAMAD AFFANDI. The Implementation of Blended Learning Models to Improve Tutors Capacity in Developing Learning Materials at Tunas Mulia Early Childhood Education Center, Pasar Rebo, East Jakarta. Thesis,

Bandung: Departement Of Out Of School Education, School of Postgraduate, Educational University of Indonesia, 2013.

This study aims at helping tutors improve their ability to prepare learning materials at Tunas Mulia Early Childhood Education Center (ECE-C) in Pasar Rebo, East Jakarta. Through this implementation of blended learning model study, it is expected that the tutors would be able to increase their capacity and ability in preparing both electronic and conventional learning materials. The problem formulated in this study is related to efforts of improving ability to prepare learning materials through the implementation of blended learning model at Tunas Mulia ECE-C in Pasar Rebo, East Jakarta.

The theory used as the basis of the study is the theory of Andragogy, which is an adult education approach placing individuals as the subjects of education system. In addition, the study was supported by blended learning theory; a learning model that combines face-to-face method with digital-based virtual communication. Besides, other theories used in the study are theories related to learning materials preparation, in which learning materials are mentioned to be a set of materials systematically arranged either in writing or not that could create an environment/atmosphere that allows students to learn.

The study was conducted with action research method carried out with the approach of one-group, pretest-posttest design, in which the given-treatment consisted of two cycles by applying blended-learning model that has been designed by the researcher. This study was conducted commencing from June to September 2013. The objects of the study were 10 tutors in total.

Data collection was accomplished through questionnaires, observations, and learning test results, or commonly called multi-instruments. The technique of data analysis used is qualitative analysis technique by describing quantitative data; the percentage presentation.

The results of the study were obtained through the pretest and posttest given to the tutors. It was shown that the average score of comprehension and mastery of materials increased by 39.42% between the pre-treatment with cycle 1 and there was also an increase from 52% to 72, 5% in 2nd cycle. Moreover, at practical level, the tutors have been able to show significant progress; able to prepare learning materials, both conventional and computer-based.

The study concluded that the implementation of blended learning model has been proven to be able to increase the tutors’ ability in preparing learning materials as Tunas Mulia ECE-C in Pasar Rebo, East Jakarta. In other words, the objectives of the study have been successfully achieved.


(6)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ….…….……….…...………..……. i

ABSTRACT …….……….…...………..……. ii

KATA PENGANTAR ….……….…...………..…….iii

DAFTAR ISI ….……….…...………..……. iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian……….……….1

B. Identifikasi Masalah ……….……….……….7

C. Pembatasan & Perumusan Masalah ……..……….7

D. Tujuan Penelitian ………...……….……….7

E. Manfaat Penelitian ……….……….……….8

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kerangka Teori ………….……….……….10

1. Hakekat Pendidikan Luar Sekolah……….………….………10

2. Hakekat Pendidikan Orang Dewasa …….………14

3. Hakekat Blended Learning……….………22

4. Hakekat Bahan Ajar……….32

5. Hakekat Tutor PAUD……….……….34

B. Kerangka Berpikir ……….………..36

C. Penelitian Relevan ……..……….………..40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………...………43

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan..…………..………43

C. Data dan Sumber Data……….. 47

D. Definisi Operasional………..………..48

E. Instrumen Pengumpul Data yang Digunakan………..………...49

F. Partisipan Dalam Penelitian………..………..53

G. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian………..………..53

H. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan………..…………....53

I. Teknik Pengumpulan data ……….……….54

J.Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness Study) ……….………55

K. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ……….………56

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan……….58

1. Deskripsi Data Pra Penelitian……….………….………58


(7)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Deskripsi Data Penerapan Blended Learning Siklus 2…….………96 …….… …….… …

B. Pembahasan……….……….121

C. Keterbatasan Penelitian……….132

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ……….133

B. Implikasi……….……….138

C. Saran ……….……….139

DAFTAR PUSTAKA ………...141

LAMPIRAN …...……...………....143

DAFTAR TABEL ….……….…...………..…….vi

DAFTAR GAMBAR ….……….…...………..…….ix


(8)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Data Tenaga Pendidik (Tutor) di PAUD Tunas Mulia, Pasar

Rebo, Jakarta Timur ...4 Tabel II.1. Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah ...12 Tabel III.1. Daftar Nilai Skala Likert ... 50 Tabel IV.1. Data Tenaga Pendidik (Tutor) di PAUD Tunas Mulia, Pasar

Rebo, Jakarta Timur ...60 Tabel IV.2. Hasil Pre Test Materi Penyusunan Bahan Ajar Pada Tutor di

PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur ...62 Tabel IV.3. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Model Blended Learning ...69 Tabel IV.4. Kesulitan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Model

Blended Learning ...70 Tabel IV.5. Efektivitas Penerapan Model Blended Learning ...71 Tabel IV.6. Tutor Sudah Pernah Membuat Bahan Ajar Elektronik

Sebelumnya ...72 Tabel IV.7. Peningkatan Kapasitas Tutor Selama Berlangsungnya

Aktivitas Pembelajaran ...73 Tabel IV.8. Kemudahan Mendiskusikan Materi Model Blended Learning ...74 Tabel IV.9. Tutor Membuat Bahan Ajar Sendiri dalam Setiap Kegiatan

Pembelajaran ...75

Tabel IV.10. Penerapan Media Elektronik Mampu Mendukung

Pembelajaran Konvensional ...76 Tabel IV.11. Model Blended Learning ini Telah Memberikan Informasi

tentang Pemanfaatan Media Elektronik dalam Menyusun

Bahan Ajar ...77 Tabel IV.12. Penggunaan Media Berbasis Komputer yang Terdapat pada

Model ini Mampu Memperkuat Pembelajaran Konvensional ...78 Tabel IV.13. Kemudahan Melihat Jadwal Pembelajaran melalui Media Web

Portal ...79 Tabel IV.14. Kemenarikan Tampilan pada Web Portal ...80 Tabel IV.15. Susunan Materi dalam Media yang Dipergunakan dalam

Model Blended Learning ... 81

Tabel IV.16. Penerapan Model Blended Learning ini Mampu

Mempermudah Pembelajaran Mandiri ...82 Tabel IV.17. Peningkatan Intensitas Komunikasi Dengan Memanfaatkan

Media Web Portal ...83 Tabel IV.18. Tutor dapat Mengetahui Kompetensi yang Ingin Dicapai

dengan Memanfaatkan Media dalam Blended Learning ini ...84 Tabel IV.19. Mendiskusikan Kemajuan Belajar dengan Memanfaatkan Web

Portal yang Terdapat pada Model Blended Learning ...85

Tabel IV.20. Pengukuran Tingkat Pemahaman Materi dengan

Memanfaatkan Penggunaan Model Blended Learning ...86 Tabel IV.21. Model Blended Learning ini Mampu Mendorong Kemandirian


(9)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel IV.22. Peningkatan Kemampuan Menyusun Bahan Ajar melalui

Model Blended Learning ... 88 Tabel IV.23. Data hasil observasi ...89 Tabel IV.24. Tabel Kriteria Penilaian ...92 Tabel IV.25. Tabel Perkembangan Hasil Belajar Meteri Penyusunan Bahan

Ajar pada Tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta

Timur (Tes Teori Siklus 1) ...92 Tabel IV.26. Tabel Perkembangan Hasil Belajar Meteri Penyusunan Bahan

Ajar pada Tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta

Timur (Tes Praktek Siklus 1) ...94 Tabel IV.27. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Model Blended Learning ...96 Tabel IV.28. Kesulitan dalam Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Model

Blended Learning ...97 Tabel IV.29. Efektivitas Penerapan Model Blended Learning ...98 Tabel IV.30. Tutor Sudah Pernah Membuat Bahan Ajar Elektronik

Sebelumnya ...99 Tabel IV.31. Peningkatan Kapasitas Tutor Selama Berlangsungnya

Aktivitas Pembelajaran ...100 Tabel IV.32. Kemudahan Mendiskusikan Materi Model Blended Learning ...101 Tabel IV.33. Tutor Membuat Bahan Ajar Sendiri dalam Setiap Kegiatan

Pembelajaran ...102

Tabel IV.34. Penerapan Media Elektronik Mampu Mendukung

Pembelajaran Konvensional ...103 Tabel IV.35. Model Blended Learning ini Telah Memberikan Informasi

tentang Pemanfaatan Media Elektronik dalam Menyusun

Bahan Ajar ...104 Tabel IV.36. Penggunaan Media Berbasis Komputer yang Terdapat pada

Model ini Mampu Memperkuat Pembelajaran Konvensional ...105 Tabel IV.37. Kemudahan Melihat Jadwal Pembelajaran melalui Media Web

Portal ...106 Tabel IV.38. Kemenarikan Tampilan pada Web Portal...107 Tabel IV.39. Susunan Materi dalam Media yang Dipergunakan dalam

Model Blended Learning ...108

Tabel IV.40. Penerapan Model Blended Learning ini Mampu

Mempermudah Pembelajaran Mandiri ...109 Tabel IV.41. Peningkatan Intensitas Komunikasi Dengan Memanfaatkan

Media Web Portal ...110 Tabel IV.42. Tutor dapat Mengetahui Kompetensi yang Ingin Dicapai

dengan Memanfaatkan Media dalam Blended Learning ini ...111 Tabel IV.43. Mendiskusikan Kemajuan Belajar dengan Memanfaatkan Web

Portal yang Terdapat pada Model Blended Learning ...112

Tabel IV.44. Pengukuran Tingkat Pemahaman Materi dengan

Memanfaatkan Penggunaan Model Blended Learning ...113 Tabel IV.45. Model Blended Learning ini Mampu Mendorong Kemandirian


(10)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Tabel IV.46. Peningkatan Kemampuan Menyusun Bahan Ajar melalui

Model Blended Learning ...115 Tabel IV.47. Data Hasil Observasi ...116 Tabel IV.48. Tabel Perkembangan Hasil Belajar Meteri Penyusunan Bahan

Ajar pada Tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta

Timur (Tes Teori Siklus 2) ...118 Tabel IV.49. Tabel Perkembangan Hasil Belajar Meteri Penyusunan Bahan

Ajar pada Tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta


(11)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Alur Kerangka Berpikir ...39 Gambar III.1. Siklus Riset Aksi ...45 Gambar III.2 Rancangan Siklus Penelitian Riset Aksi ...46 Gambar IV.1. Daftar Peserta Didik di PAUD Tunas Mulia Berdasarkan

Kelompok Usia ...59 Gambar IV.2. Perencanaan Model Blended Learning ...64 Gambar IV.3. Alur Peta Kompetensi ...67 Gambar IV.4. Grafik Pernyataan Model Blended Learning Menggabungkan

antara Tatap Muka dengan Komunikasi Virtual ...69 Gambar IV.5. Grafik Pernyataan Tutor Mengalami Kesulitan Saat

Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran Berbasis Model

Blended Learning ...70 Gambar IV.6. Grafik Pernyataan Efektivitas Penerapan Model Blended

Learning ...71 Gambar IV.7. Grafik Pernyataan Tutor Sudah Pernah Membuat Bahan Ajar

Elektronik Sebelumnya ...72 Gambar IV.8. Grafik Pernyataan Peningkatan Kapasitas Tutor Selama

Berlangsungnya Aktivitas Pembelajaran ...73 Gambar IV.9. Grafik Pernyataan Tutor Mengalami Kemudahan dalam

Berdiskusi dan Memahami Materi Penyusunan Bahan Ajar ...74 Gambar IV.10. Grafik Pernyataan Tutor Membuat Bahan Ajar Sendiri dalam

Setiap Kegiatan Pembelajaran ...75 Gambar IV.11. Grafik Pernyataan Penerapan Media Elektronik Mampu

Mendukung Pembelajaran Konvensional ...76 Gambar IV.12. Grafik Pernyataan Model Blended Learning ini Telah

Memberikan Informasi Tentang Pemanfaatan Media

Elektronik dalam Menyusun Bahan Ajar ...77 Gambar IV.13. Grafik Pernyataan Penggunaan Media Berbasis Komputer

yang Terdapat pada Model ini Mampu Memperkuat

Pembelajaran Konvensional ...78 Gambar IV.14. Grafik Pernyataan Kemudahan Melihat Jadwal Pembelajaran

melalui Media Web Portal ...79 Gambar IV.15. Grafik Pernyataan Kemenarikan Tampilan pada Web Portal ...80 Gambar IV.16. Grafik Pernyataan Materi yang Terdapat pada Booklet, e-book,

serta Web Portal Pada Model ini Disusun Secara Sistematis ...81 Gambar IV.17. Grafik Pernyataan Penerapan Model Blended Learning ini

Mampu Mempermudah Pembelajaran Mandiri ...82 Gambar IV.18. Grafik Pernyataan Peningkatan Intensitas Komunikasi dengan

Memanfaatkan Media Web Portal ...83 Gambar IV.19. Grafik Pernyataan Tutor dapat Mengetahui Kompetensi yang

Ingin Dicapai dengan Memanfaatkan Media dalam Blended


(12)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Gambar IV.20. Grafik Pernyataan Para Tutor dapat Mendiskusikan Kemajuan Belajar Yang Telah Dicapai Melalui Web Portal yang

Terdapat pada Model Blended Learning ...85 Gambar IV.21. Grafik Pernyataan Pengukuran Tingkat Pemahaman Materi

dengan Memanfaatkan Penggunaan Model Blended Learning ...86 Gambar IV.22. Grafik Pernyataan Model Blended Learning Mampu

Mendorong Kemandirian Tutor dalam Memahami Materi ...87 Gambar IV.23. Grafik Pernyataan Peningkatan Kemampuan Menyusun Bahan

Ajar melalui Model Blended Learning ...88 Gambar IV.24. Grafik Perkembangan Hasil Belajar Materi Penyusunan Bahan

Ajar pada Tutor di PAUD Tunas Mulia (Tes Teori Siklus 1) ...93 Gambar IV.25. Grafik Pernyataan Model Blended Learning Menggabungkan

antara Tatap Muka dengan Komunikasi Virtual ...97 Gambar IV.26. Grafik Pernyataan Tutor Mengalami Kesulitan Saat

Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran Berbasis Model

Blended Learning ...

98 Gambar IV.27. Grafik Pernyataan Efektivitas Penerapan Model Blended

Learning ...99 Gambar IV.28. Grafik Pernyataan Tutor Sudah Pernah Membuat Bahan Ajar

Elektronik Sebelumnya ...100 Gambar IV.29. Grafik Pernyataan Peningkatan Kapasitas Tutor Selama

Berlangsungnya Aktivitas Pembelajaran ...101 Gambar IV.30. Grafik Pernyataan Tutor Mengalami Kemudahan dalam

Berdiskusi dan Memahami Materi Penyusunan Bahan Ajar ...102 Gambar IV.31. Grafik Pernyataan Tutor Membuat Bahan Ajar Sendiri dalam

Setiap Kegiatan Pembelajaran ...103 Gambar IV.32. Grafik Pernyataan Penerapan Media Elektronik Mampu

Mendukung Pembelajaran Konvensional ...104 Gambar IV.33. Grafik Pernyataan Model Blended Learning ini Telah

Memberikan Informasi Tentang Pemanfaatan Media

Elektronik dalam Menyusun Bahan Ajar ...105 Gambar IV.34. Grafik Pernyataan Penggunaan Media Berbasis Komputer

yang Terdapat pada Model ini Mampu Memperkuat

Pembelajaran Konvensional ...106 Gambar IV.35. Grafik Pernyataan Kemudahan Melihat Jadwal Pembelajaran

melalui Media Web Portal ...107 Gambar IV.36. Grafik Pernyataan Kemenarikan Tampilan pada Web Portal ...108 Gambar IV.37. Grafik Pernyataan Materi yang Terdapat pada Booklet, e-book,

serta Web Portal Pada Model ini Disusun Secara Sistematis ...109 Gambar IV.38. Grafik Pernyataan Penerapan Model Blended Learning ini

Mampu Mempermudah Pembelajaran Mandiri ...110 Gambar IV.39. Grafik Pernyataan Peningkatan Intensitas Komunikasi dengan

Memanfaatkan Media Web Portal ...111 Gambar IV.40. Grafik Pernyataan Tutor dapat Mengetahui Kompetensi yang

Ingin Dicapai dengan Memanfaatkan Media dalam Blended


(13)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar IV.41. Grafik Pernyataan Para Tutor dapat Mendiskusikan Kemajuan Belajar Yang Telah Dicapai Melalui Web Portal yang

Terdapat pada Model Blended Learning ...113 Gambar IV.42. Grafik Pernyataan Pengukuran Tingkat Pemahaman Materi

dengan Memanfaatkan Penggunaan Model Blended Learning ...114 Gambar IV.43. Grafik Pernyataan Model Blended Learning Mampu

Mendorong Kemandirian Tutor dalam Memahami Materi ...115 Gambar IV.44. Grafik Pernyataan Peningkatan Kemampuan Menyusun Bahan

Ajar melalui Model Blended Learning ...116 Gambar IV.45. Grafik Perkembangan Hasil Belajar Materi Penyusunan Bahan

Ajar Pada Tutor di PAUD Tunas Mulia (Tes Teori Siklus 2) ...119 Gambar IV.46. Grafik Perkembangan Hasil Tes Teori Materi Penyusunan


(14)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...143

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...144

Lampiran 3 Instrumen Penelitian ...148

Lampiran 4 Storyboard & Site Map Media Dalam Model Blended Learning ...154

Lampiran 5 Lembar & Surat Pernyataan Expert Judgment ...161

Lampiran 6 Fotokopi SK Dosen Pembimbing ...165

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian ...167

Lampiran 8 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ...168


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu aspek penting yang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan manusia. Aktivitas pendidikan yang digeluti memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Pada dasarnya, proses pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan manusia dalam membentuk pribadi yang berkompeten dan memiliki daya saing secara global.

Di Indonesia, konsepsi tentang pendidikan itu sendiri tercantum pada Undang-Undang No.20 Tahun 2003 yaitu:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Konsepsi pendidikan secara garis besar mengindikasikan suatu usaha pencapaian hasil belajar yang optimal, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Berdasarkan fungsinya, maka pendidikan memiliki tiga subsistem, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.

Pendidikan nonformal atau yang juga disebut dengan pendidikan luar sekolah merupakan suatu lingkup pendidikan yang kepemilikannya terfokus pada masyarakat, menyangkut kemandirian, pendanaan, pengelolaan dan aspek-aspek lainnya, yang kegiatannya dari, oleh dan untuk masyarakat. (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003) Pendidikan luar sekolah itu sendiri dikatakan sebagai pelengkap, penambah, serta pengganti jalur pendidikan formal.

Berbagai satuan pendidikan nonformal saat ini telah banyak diterapkan di Indonesia, baik oleh masyarakat, swasta, maupun perorangan. Pendirian berbagai satuan pendidikan nonformal tersebut tidak hanya didasari oleh filosofi pendidikan nonformal di atas, tetapi lebih karena kebutuhan yang dirasakan (felt


(16)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

2

need) oleh masyarakat. Kebutuhan akan satuan pendidikan tersebut tidak hanya

dimiliki oleh orang dewasa dengan prinsip andragogis, melainkan juga kebutuhan akan lembaga pendidikan anak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu satuan pendidikan nonformal sebagai tahap pendidikan yang tidak dapat diabaikan karena ikut menentukan perkembangan dan keberhasilan anak. Seiring dengan perkembangan pemikiran tersebut, tuntutan dan kebutuhan layanan PAUD pada saat ini cenderung semakin meningkat. Sebagai dampak dari dari kecenderungan ini, banyak lembaga PAUD dan lembaga penyiapan guru anak usia dini dalam berbagai bentuknya mulai bermunculan di berbagai daerah, baik yang diprakarsai oleh mayarakat lokal maupun yang berbasis internasional. Satu diantara lembaga satuan PAUD tersebut, sekaligus yang menjadi lokasi pada penelitian ini adalah PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

PAUD Tunas Mulia merupakan sebuah lembaga satuan pendidikan anak usia dini yang berlokasi di Jl. Kobangdiklat, RW. 07, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Latar belakang dari pendirian PAUD ini adalah sebagai upaya pencapaian visi misi tim PKK RW. 07 serta kader TP PKK DKI Jakarta Tahun 2006 telah menetapkan bahwa program unggulan yang menjadi tanggung jawab Pokja II ialah BKB-PAUD. PAUD Tunas Mulia didirikan atas dasar pentingnya pendidikan dasar yang dapat ditempuh sejak dini. PAUD Tunas Mulia memiliki target agar masyarakat sekitar yang memiliki ekonomi menengah ke bawah mendapatkan pendidikan sejak dini untuk anak sehingga dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Saat ini PAUD Tunas Mulia memiliki total 49 peserta didik yang dibagi menjadi 3 kelompok usia, yaitu kelompok Apel (3-4 tahun) sebanyak 18 orang, kelompok Mangga (4-5 tahun) sebanyak 18 orang, serta kelompok Nanas (5-6 tahun) yang berjumlah 13 orang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Retty Ernawati selaku ketua pelaksana, PAUD Tunas Mulia menggunakan bangunan rumah Ketua RW. 07 sebagai sebagai tempat untuk kegiatan pembelajaran. Alasan pemilihan tempat tersebut lebih didasarkan pada lokasinya yang strategis sehingga mudah diketahui dan ditempuh bagi masyarakat sekitar. Selain berfungsi sebagai tempat aktivitas


(17)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

pembelajaran, PAUD ini juga difungsikan sebagai lokasi kegiatan imunisasi dan perkumpulan ibu PKK.

Sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya, tentunya PAUD Tunas Mulia juga memiliki perencanaan, proses, serta komponen pendidikan yang harus saling menunjang dalam rangka optimalisasi proses pembelajaran yang berlangsung di PAUD tersebut. Salah satu komponen yang dirasa sangat penting keberadaannya adalah komponen pendidik atau tutor.

Tutor sebagai ujung tombak bagi suatu lembaga pendidikan memiliki peran yang cukup signifikan dalam proses pembelajaran. Berbagai pihak pun menyadari urgenitas peran tutor dalam pendidikan, tak terkecuali pemerintah. Pemerintah melalui Permen No. 16 Tahun 2007 memaparkan kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Adapun kompetensi tersebut antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, serta kompetensi profesional.

Sedangkan melalui PP No. 19 tahun 2005, pemerintah memaparkan beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi oleh calon pendidik PAUD, antara lain: memiliki latar belakang pendidikan DIV atau S1, memiliki latar belakang tinggi dibidang PAUD ataupun psikologi, serta memiliki sertifikasi pendidik untuk PAUD.

Beberapa kompetensi dan kualifikasi tersebut merupakan ”modal” penting yang harus dimiliki seorang tutor sebagai pemberi materi. Akan tetapi pada fakta dilapangan, justru terdapat beberapa penyimpangan. Seiring dengan perkembangan pemikiran tersebut, tuntutan dan kebutuhan layanan PAUD pada saat ini cenderung semakin meningkat. Sebagai dampak dari dari kecenderungan ini, banyak lembaga PAUD dan lembaga penyiapan guru anak usia dini dalam berbagai bentuknya mulai bermunculan di berbagai daerah, bahkan beberapa diantaranya diselenggarakan secara kurang layak. Proses kaderisasi yang dilakukan oleh beberapa lembaga PAUD justru tidak mengacu pada Permen No. 16 Tahun 2007 tersebut. Dimana para pengelola merekrut tutor hanya berdasarkan faktor kedekatan dan sangat mengedepankan unsur subyektivitas.


(18)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

4

Hasil identifikasi awal peneliti menunjukkan bahwa PAUD Tunas Mulia memiliki tutor yang diambil dari masyarakat sekitar atau warga RW.07 yang bersedia menjalankan tugas secara sukarela serta siap atau sanggup untuk mendapatkan pelatihan setiap saat. PAUD Tunas Mulia memiliki 10 pendidik dan kependidikan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda yang melaksanakan tugas kegiatan di BKB PAUD Tunas Mulia sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Adapun spesifikasi dan latar belakang pendidikannya adalah sebagai berikut.

Tabel I.1.

Data Tenaga Pendidik (Tutor) di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur

NO NAMA PENDIDIKAN JABATAN

1 Retty Ernawati D3 Ketua Pelaksana

2 Holilah D-1 PGTK Tutor Inti

3 Nubaechah SPG-TK Tutor Inti

4 Dian Ayuningtyas D-1PGTK Tutor Inti

5 Nani Rohayati D-1PGTK Tutor Inti

6 Ida Sri Purwanti Handayani SMEA Akuntansi Tutor Pendamping

7 Mastiyah SMEA

Administrasi

Tutor Pendamping

8 Sainem SMA Tutor Pendamping

9 Suci Puspita SMA Tutor Pendamping

10 Rida SMA Tutor Pendamping

11 Suhaemi D-1PGTK Tutor Pendamping

Sumber: Profil PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa mayoritas tutor di PAUD Tunas Mulia belum mengacu pada pemenuhan kualifikasi yang tercantum dalam peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Para tutor di PAUD Tunas Mulia memiliki latar belakang yang berbeda dan cenderung tidak sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005. Kesenjangan tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan permasalahan, jika tidak diimbangi dengan kompetensi yang mumpuni sebagaimana tercantum dalam Permen No. 16 Tahun 2007.

Berdasarkan hasil observasi awal, sumber daya manusia di PAUD Tunas Mulia terdiri dari tutor dengan pendidikan D1 PGTK, SMEA serta SMA. Para


(19)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

tutor juga telah mengikuti pelatihan dan pembinaan yang diadakan kelurahan, HIMPAUDI yang memberikan bantuan dalam menambahan fasilitas APE dan pembinaan untuk tutor. Pelatihan dan pembinaan yang diikuti oleh para tutor sebagai pengajar diharapkan dapat menambah pemahaman pengajar tentang PAUD. Hal ini belum sesuai dengan standar kualifikasi akademik pendidik di Pos PAUD karena masih ada pendidik yang berlatar pendidikan SMA. Dalam proses pembelajaran pengajar sudah membuat perencanaan materi pembelajaran, akan tetapi dalam mempersiapkan alat dan bahan terlihat pengajar masih sibuk mempersiapkan disaat pembelajaran berlangsung. Hal ini kurang efektif, karena perhatian anak didik menjadi terbagi dan anak terlihat bingung.

Dalam hal penggunaan metode pembelajaran, tutor di PAUD Tunas Mulia cenderung untuk menggunakan metode yang monoton. Dimana pada kegiatan inti, tutor menggunakan metode tanya jawab dan pemberian tugas yang kegiatannya meliputi menebalkan huruf, membaca serta menghitung. Metode tanya jawab dilakukan dengan bertanya mengenai tugas anak bukan tema yang akan dibahas pada kegiatan belajar mengajar tersebut. Kurangnya keberagaman metode tersebut membuat anak cepat bosan.

Pada aspek penyiapan bahan ajar, masih terdapat beberapa hal yang belum optimal. Hal ini terlihat dari keterbatasan bahan ajar yang tersedia. Penyiapan bahan ajar juga belum mengacu pada fase-fase perkembangan anak sebagaimana tercantum dalam Permen No. 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini. Pada akhirnya, permasalahan ini berdampak pada ketidakjelasan indikator keberhasilan perkembangan dari si anak itu sendiri. Berdasarkan hasil temuan awal ditemukan bahwa bahan ajar yang disiapkan hanya berupa poster dan alat peraga saja. Aspek bahan ajar menjadi permasalahan yang dirasa penting untuk diselesaikan mengingat hal tersebut merupakan media serta sarana komunikasi edukatif antara tutor dengan anak sebagai peserta didik.

Fakta tersebut diatas tentunya perlu dicarikan solusi yang komprehensif dan mengacu pada kemandirian tutor sebagai orang dewasa. Oleh karena itu perlu dirancang sebuah model pembelajaran yang tidak hanya berorientasi penuh pada pengelola PAUD Tunas Mulia, tetapi juga memperhatikan kebutuhan dan potensi


(20)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

6

tutor. Hal tersebut dimaksudkan agar timbul situasi belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi para tutor untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian para tutor tersebut dalam merencanakan dan diterapkan dalam proses pembelajaran. Peneliti tertarik untuk meneliti model pembelajaran mandiri dengan berbasis pada berbagai media yang dapat memacu meningkatnya mutu proses pembelajaran sehingga lebih menghidupkan suasana pembelajaran dan meningkatkan intensitas komunikasi diantara tutor, peserta didik, maupun orangtua.

Pada penelitian ini, peneliti mencoba merancang suatu model pembelajaran bagi para tutor di PAUD Tunas Mulia dengan strategi yang tepat, yaitu dengan merancang sebuah desain pembelajaran yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga selama proses belajar tutor sebagai peserta didik tidak terhambat oleh kendala akses penerimaan materi. Strategi pelatihan yang sesuai dengan pertimbangan tersebut adalah strategi pelatihan blended learning (pembelajaran bauran).

Blended learning adalah metode pelatihan yang memadukan pertemuan

tatap muka dengan pembelajaran secara mandiri secara komprehensif harmonis. Perpaduan antara pelatihan konvensional dimana fasilitator dan tutor bertemu langsung dengan pembelajaran mandiri yang sangat mengedepankan aspek kemandirian tutor sebagai orang dewasa. Pemilihan media ini didasarkan atas Program UNESCO (APEID, 1973) yang mendeklarasikan penguatan pada bidang pendidikan dengan berbagai inovasi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Pelaksanaan penelitian ini merupakan penerapan peran pendidikan luar sekolah sebagai penambah (suplement) jalur pendidikan formal. Pada pelaksanaannya, PAUD Tunas Mulia merupakan suatu alternatif untuk mempersiapkan anak usia dini sebagai usia emas (golden age) dalam menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik secara fisik maupun mental. Melalui penelitian ini, diharapkan akan membantu para tutor di PAUD Tunas Mulia untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal penyusunan bahan ajar yang variatif serta mengacu pada perkembangan si anak itu sendiri.


(21)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran yang terjadi di PAUD Tunas Mulia? 2. Seperti apakah pemahaman tutor di PAUD Tunas Mulia tentang pentingya

menyusun bahan ajar?

3. Bagaimana cara penerapan model blended learning bagi tutor di PAUD Tunas Mulia?

4. Seperti apakah situasi pembelajaran yang dapat dibangun melalui penerapan model blended learning bagi tutor di PAUD Tunas Mulia? 5. Apakah penerapan model Blended learning mampu memenuhi kebutuhan

tutor di PAUD Tunas Mulia dalam meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar?

C. Pembatasan & Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada bagaimana penerapan blended learning dalam meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar pada tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah tersebut di atas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan model

blended learning dapat meningkatkan kemampuan tutor dalam menyusun bahan

ajar secara relevan, konsisten, serta interaktif?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan secara umum yaitu menyajikan suatu hasil yang ingin dicapai setelah berakhirnya suatu penelitian terkait dengan:

1. Memaparkan kondisi awal terkait dengan proses pembelajaran yang terjadi di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.


(22)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

8

2. Menjelaskan permasalahan yang ingin dibahas pada penelitian ini, yaitu tentang upaya peningkatan kemampuan tutor dalam menyusun bahan ajar. 3. Menggambarkan tentang model blended learning itu sendiri.

4. Memaparkan tentang implementasi model blended learning terhadap para Tutor di PAUD Tunas Mulia.

5. Memaparkan temuan yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran menggunakan model blended learning.

6. Mendeskripsikan hasil penelitian terkait dengan peningkatan yang dialami oleh para tutor pascapembelajaran melalui penerapan model blended

learning tersebut.

E. Manfaat Penelitian 1. Teoritik

Mengadakan pengkajian terhadap penerapan model blended learning dalam merangsang kemandirian dalam rangka memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian para tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penerapan model ini bertujuan untuk mendapat gambaran yang faktual dan komprehensif mengenai efektivitas penerapan model blended learning tersebut terhadap peningkatan kemampuan tutor dalam menyusun bahan ajar.

2. Praktis

Penelitian ini dapat menghasilkan satu rekomendasi penting, khususnya terkait dengan penerapan pelatihan tutor dengan menggunakan model blended

learning yang akhirnya berdampak pada peningkatan kemampuan tutor di

PAUD Tunas Mulia dalam menyusun dan mengembangkan bahan ajar. Penerapan model blended learning ini diharapkan pula mampu mendorong kemandirian tutor dalam menggali potensinya sebagai seorang pendidik.


(23)

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lembaga PAUD Tunas Mulia, yang berlokasi di Jl. Kobangdiklat, RW. 07, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Kota Administrasi Jakarta Timur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan terhitung dari bulan Juni sampai dengan September 2013.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan / Rancangan Siklus Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan penerapan model blended

learning dalam meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar bagi para tutor

di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur sekaligus mengungkap serta menganalisa kebermanfaatan penerapan model blended learning terhadap peningkatan kemampuan menyusun bahan ajar bagi para tutor di PAUD Tunas Mulia tersebut.

Dalam setiap penelitian, tentunya diperlukan adanya suatu metode yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dikaji. Adapun dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah riset aksi atau yang disebut juga penelitian tindakan. Pemilihan metode ini didasarkan pada beberapa pertimbangan terkait dengan permasalahan yang diteliti serta alternatif solusi yang ingin diterapkan peneliti.

Riset aksi merupakan sebuah penelitian yang berfungsi sebagai alternatif pemecahan masalah yang didasarkan pada intreraksi antara peneliti dengan sasaran itu sendiri. Penelitian ini mengedepankan adanya suatu tindakan nyata dan pengembangan kemampuan dalam merumuskan dan memecahkan masalah yang


(24)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

44

diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti yang berkolaborasi dengan pengelola PAUD Tunas Mulia beseta tutor sebagai sasaran berupaya mengumpulkan fakta-fakta serta merumuskan alternatif solusi untuk meningkatkan kemampuan pendidik dalam menyusun bahan ajar sebagai salah satu upaya penjaminan mutu pembelajaran (quality insurance).

Menurut Adang Rukhiyat (2003: 8), pada hakekatnya riset aksi merupakan suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan pembuat keputusan tentang variabel-variabel atau masalah-masalah yang dapat dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan.

Salah satu pendapat yang cukup dikenal mengenai riset aksi adalah definisi yang disampaikan oleh Kemmis dan Carr (Kasbolah, 1998: 13). Mereka berpendapat bahwa:

Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial yang bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini, serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan riset aksi di PAUD Tunas Mulia ini, peneliti diharuskan untuk ikut berperan serta dalam melakukan tindakan pada lingkup sasarannya, terutama dalam mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah serta membuat rancangan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Perubahan yang diharapkan oleh tidak akan terjadi dengan cepat, akan tetapi berlangsung sejalan dengan proses pembelajaran dengan menerapkan solusi yang telah dirancang bersama.

Sedangkan konsep riset aksi itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin (Kasbolah, 1998: 13). Ia berpendapat bahwa cara terbaik untuk memecahkan suatu permasalahan orang lain adalah dengan melibatkan mereka sendiri dalam penelitian mengenai permasalahan yang ada pada kesehariannya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang melakukan suatu rangkaian langkah-langkah (spiral of steps). Setiap langkah terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan


(25)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

45

(observasi), dan refleksi. Hubungan keempat langkah tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Model Kurt Lewin ini merupakan acuan pokok dari berbagai model riset aksi. Penelitian yang akan diterapkan dalam meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar pada tutor di PAUD Tunas Mulia ini pun tidak terlepas dari keempat komponen dasar yang dikemukakan oleh Kurt Lewin di atas. Adapun rancangan siklus penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar III.1. Siklus Riset Aksi


(26)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

46

Rancangan siklus penelitian di atas merupakan suatu deskripsi umum mengenai konsep riset aksi yang akan diterapkan pada tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dalam pelaksanaannya, konsep ini akan diterapkan dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara

Gambar III.2.


(27)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

47

peneliti dengan pengelola serta tutor itu sendiri, terutama dalam merumuskan alternatif solusi untuk meningkatkan kemampuan penyusunan bahan ajar.

C. Data dan Sumber Data

Data pada penelitian ini merupakan data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran berbasis blended learning melalui observasi peneliti di lapangan, serta data angket yang dilakukan saat berakhirnya proses pembelajaran. Sedangkan data yang menunjukkan perubahan kemampuan tutor dalam menyusun bahan ajar diperoleh berdasarkan hasil pre-post test teori dan praktek yang dilakukan setelah berakhirnya proses pembelajaran pada tiap siklus. Adapun untuk mengukur peningkatan kemampuan tutor dalam menyusun bahan ajar, maka peneliti menggunakan pendekatan One Group Pretest-Posttest Design. Metode ini digunakan dengan pertimbangan bahwa hasil dari penelitian dapat diketahui secara akurat, karena dapat langsung dibandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Desain ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

O1 = Nilai pre test (sebelum diberikan treatment)

X = Pemberian perlakuan (treatment)

O2 = Nilai post test (setelah diberikan treatment)

Peningkatan kemampuan penyusunan bahan ajar melalui model blended

learning = (O2 - O1).

Adapun sumber data penelitian ini adalah partisipan yang tidak lain merupakan tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.


(28)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

48

D. Definisi Operasional

Secara teoritis, National Center for Vocational Education Research

Ltd/National Center for Competency Based Training menyatakan bahan ajar

sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Sedangkan Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot.

Secara konseptual, kemampuan menyusun bahan ajar merupakan suatu kompetensi mutlak dari seorang pendidik untuk mengkonstruksi seperangkat substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, sehingga mampu merefleksikan gambaran kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik dalam suatu lingkup aktivitas pembelajaran. Bahan ajar yang tersusun secara baik akan mampu menjadi pedoman bagi si pendidik dan peserta didik untuk mengarahkan bentuk-bentuk aktivitas pembelajaran, serta juga dapat dijadikan sebagai alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.

Peningkatan kemampuan menyusun bahan ajar itu sendiri dapat dilakukan melalui berbagai cara, akan tetapi yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah bagaimana para tutor di PAUD Tunas Mulia mampu meningkatkan kemampuannya dalam menyusun bahan ajar dengan memanfaatkan model

blended learning. Sebagaimana disampaikan oleh Soekartowi, Blended learning

itu sendiri didefinisikan sebagai kombinasi atau penggabungan pendekatan aspek komputerisasi yang berupa web-based instruction, video streaming, audio,

komunikasi synchronous dan asynchrounous dengan pembelajaran konvensional

yang berupa tatap muka. Pemilihan model ini juga didasari pada prinsip andragogi, dimana kondisi tutor sebagai orang dewasa yang mempunyai pengalaman hidup yang beragam, memiliki otonomi dalam belajar, serta memiliki kebutuhan yang didasari pada permasalahan mendesak yang mereka alami.

Berdasarkan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh para tutor, peneliti menggunakan beberapa media pembelajaran dalam penerapan model blended


(29)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

pertemuan tatap muka, kemudian e-book yang akan digunakan oleh tutor yang ingin belajar secara mandiri baik itu dirumah maupun di tempat lain yang memiliki akses untuk menjalankan e-book tersebut. Kemudian media yang selanjutnya adalah Portal Belajar Bersama Virtual yang merupakan sebuah media

online yang lebih fleksibel diantara media-media yang sebelumnya. Portal Belajar Bersama Virtual selain berisi materi pembelajaran, juga dilengkapi

dengan berbagai fasilitas diantaranya failitas forum diskusi, chatting, messanger yang dapat digunakan tutor untuk berkonsultasi baik secara perorangan maupun kelompok. Berikut ini merupakan alur kerangka berpikir peneliti dalam menerapkan model blended learning bagi para tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Definisi operasional peningkatan kemampuan menyusun bahan ajar adalah penilaian secara kuantitatif dan konkrit dimana kemampuan para tutor diamati melalui komponen relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Melalui komponen tersebut, peningkatan kemampuan tutor tersebut kemudian akan terukur melalui indikator: 1) menganalisis kebutuhan kesesuaian materi dengan perkembangan dan potensi anak, 2) menentukan tujuan pembelajaran yang dapat diukur, 3) menganalisis sumber belajar, 4) menyusun pola bahan ajar, 5) menyusun struktur bahan ajar, 6) menyusun alat evaluasi dan refleksi pada anak, dan 7) mampu menghasilkan bahan ajar yang menarik, interaktif, serta menstimulasi perkembangan anak. Penilaian tersebut diperoleh dengan menggunakan instrumen

pre-post test, dimana semakin tinggi peningkatan nilai yang didapat oleh tutor

tersebut, maka semakin meningkat pula kemampuannya dalam menyusun bahan ajar.

E. Instrumen Pengumpul Data yang Digunakan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen sebagai alat pengumpulan data yang disesuaikan dengan variabel penelitian itu sendiri. Untuk mengukur proses pembelajaran berbasis blended learning digunakan instrumen observasi atau pengamatan serta data angket yang dilakukan saat berakhirnya proses pembelajaran. Sedangkan untuk mengukur variabel hasil belajar digunakan


(30)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

50

format evaluasi materi (teori dan praktek) yang dilakukan setelah berakhirnya proses pembelajaran pada tiap siklus.

Proses penggunaan beberapa intrumen tersebut ditunjang dengan beberapa temuan peneliti pada saat pelaksanaan tindakan, baik berupa catatan lapangan maupun dokumentasi foto.

Melalui observasi/pengamatan, akan diperoleh data kualitatif seputar pelaksanaan tindakan. Sedangkan melalui format evaluasi materi dan angket, data yang diperoleh berupa data kuantitatif dalam bentuk angka. Adapun untuk memperoleh data yang valid melalui angket, maka peneliti menggunakan beberapa langkah sebagai berikut.

1. Menyusun Konsep

Instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada tutor. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang di buat didasarkan pada indikator dari penelitian itu sendiri, lalu dibagikan kepada para tutor sebagai respondennya.

Dalam pengukurannya, Instrumen ini memakai skala Likert dalam bentuk daftar check list () dengan 5 pilihan jawaban. Setiap pendapat yang diberikan responden melalui angket selanjutnya diberikan nilai sesuai dengan skala Likert, yang terdapat pada tabel berikut:

Tabel III.1. Daftar Nilai Skala Likert

Nilai Positif Kategori Jawaban Nilai Negatif

5 Sangat setuju 1

4 Setuju 2

3 Ragu-ragu 3

2 Tidak setuju 4

1 Sangat tidak setuju 5

Sumber: Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.


(31)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51

2. Uji Coba Instrumen a. Validitas Instrumen

Peneliti juga melakukan uji validitas yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengumpul data dapat mengukur peningkatan kemampuan tutor dalam menyusun bahan ajar. Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara expert judgment dan uji coba instrumen.

Expert judgment dilakukan dengan meminta pendapat dari para ahli untuk

menganalisa instrument agar mendapat kelayakan untuk digunakan dalam penelitian. Peneliti dalam hal ini meminta seseorang seseorang yang mengerti dibidang penyusunan bahan ajar anak usia dini sebagai bentuk pengujian kelayakan instrumen penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini.

Uji validitas pada penelitian ini juga dilakukan dengan cara menganalisis butir instrumen dan membandingkan rhitung dengan rtabel. Untuk

itu, dalam menguji validitas pada penelitian ini maka perlu dilakukan analisa pada tiap butir instrumen dengan menggunakan teknik product moment dengan rumus sebagai berikut.

=

Keterangan:

= Koefisien korelasi product moment

= Banyaknya responden = Skor item

= Skor total

= Jumlah seluruh skor item = Jumlah seluruh skor item total

= Jumlah perkalian antar skor x dan skor y

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam tiap butir

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam tiap responden

Sumber: Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.


(32)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

52

Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada α = 0,05. Syarat bahwa

butir soal dikatakan valid adalah rhitung> rtabel. Namun, jika rhitung< rtabel maka

butir dinyatakan drop atau tidak valid. Butir soal yang valid akan digunakan atau dimasukkan dalam instrumen yang akan diberikan kepada sampel. Butir soal yang drop atau tidak valid tidak akan digunakan atau dimasukkan ke dalam instrumen.

b. Reliabilitas Instrumen

Sebelum angket dan format evaluasi materi diisi oleh responden, terlebih dahulu dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reabilitas sebagai alat pengumpul data. Kegiatan uji coba instrumen angket dan soal dilakukan terhadap 10 responden yang memiliki ciri sama sebagai populasi penelitian.

Hasil uji coba instrumen kemudian di analisis untuk diketahui apakah setiap butir angket dan format evaluasi materi terdapat kesesuaian dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain, instrumen memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung tujuan dari instrumen secara keseluruhan.

Perhitungan reliabilitas merupakan perhitungan terhadap ketetapan atau konsistensi dari angket dengan menggunakan rumus Alpha. Penggunaan rumus ini disesuaikan dengan teknik scoring yang dilakukan pada setiap item dalam instrumen. Rumus Alpha yang dimaksud adalah:

 

            t b k k r 2 2 11 1 1   Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b

2

= Jumlah varians butir

t

2

= varians total

Sumber: Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. h. 136


(33)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53

F. Partisipan Dalam Penelitian

Partisipan pada penelitian ini adalah tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur yang berjumlah 10 orang. Nantinya kemampuan mereka dalam menyusun bahan ajar diharapkan akan mengalami peningkatan setelah melalui model blended learning yang diterapkan, penggunaan media dapat dimanfaatkan sebagai katalisatornya.

G. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Peneliti berposisi sebagai fasilitator yang bertugas untuk memfasilitasi proses pelatihan, mengarahkan, serta memberikan informasi kepada para tutor, berkaitan dengan penggunaan blended learning sebagai model pembelajaran alternatif.

H. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan

Keberhasilan dari setiap tindakan yang dilakukan dalam proses penerapan

blended learning pada tutor di PAUD Tunas Mulia, dilihat menggunakan

pendekatan realistik. Maksudnya, keberhasilan tersebut dilihat melalui ketercapaian kompetensi berupa peningkatan kemampuan menyusun bahan ajar.

Melalui penerapan model blended learning ini, diharapkan mampu memberikan alternatif sumber belajar bagi para tutor, khususnya terkait dengan upaya peningkatan kompetensi pendidik. Melalui penerapan pembelajaran mandiri ini, para tutor diharapkan mampu melakukan proses pembimbingan tanpa ketergantungan dari fasilitator. Fasilitator juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menentukan kompetensi apa yang ingin ia capai selama proses pembelajaran.

Keberhasilan penerapan model pembelajaran ini diindikasikan dengan meningkatnya kemampuan tutor dalam menyusun bahan ajar sesuai dengan potensi beserta fase perkembangan anak sesuai dengan Permen No. 58 Tahun 2009.


(34)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

54

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara menggunakan angket yang berisi berbagai pernyataan yang relevan dengan tujuan penelitian. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh informasi dari peserta kursus mengenai dampak penerapan model blended learning terhadap hasil pembelajaran yang mereka lakukan. Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup agar terdapat kesamaan jawaban masing-masing tutor sebagai responden sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data.

2. Observasi/Pengamatan

Observasi yaitu memperlihatkan sesuatu dengan mempergunakan mata. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1996: 146) memaparkan konsep observasi sebagai berikut:

Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi pengobservasian dapat dilakukan melalui pengamatan, pendengaran, pencium, peraba, dan pengecap.

Berdasarkan pendapat Arikunto di atas, maka dapat dipahami bahwa metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara cermat dan sistematis. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kondisi tutor di PAUD Tunas Mulia dalam rangka meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar melalui penerapan model blended learning.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data berupa catatan, foto, serta penginderaan lainnya secara subyektif berdasarkan sudut pandang peneliti. Teknik ini digunakan untuk mengungkap data tentang situasi pembelajaran sebelum, saat, dan setelah diadakannya riset aksi.


(35)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

4. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini merupakan data mengenai hasil perlakuan berupa peningkatan kemampuan menyusun bahan ajar yang diperoleh melalui format pre-post test yang diberikan pada tiap pelaksanaan siklus.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness Study) 1. Credibility

Hasil penelitian dalam riset aksi ini memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta yang ada lapangan selama proses pembelajaran berlangsung, untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya sebagai berikut guna memperoleh informasi yang faktual:

a. Peneliti harus terus berperan aktif dalam penelitian, karena untuk memperoleh data dari peserta kursus sebagai sasaran memerlukan waktu yang cukup lama.

b. Peneliti harus mendalami fenomena yang diteliti seperti apa adanya melalui observasi yang fokus dan berkesinambungan. c. Triangulasi data yang didapat menggunakan beberapa model

seperti triangulasi metode (lintas metode pengumpulan data), triangulasi sumber data (memilih berbagai sumber data yang sesuai), dan triangulasi pengumpulan data (beberapa peneliti yang mengumpulkan data secara terpisah), dengan teknik triangulasi ini memungkinkan diperoleh variasi informasi selengkap-lengkapnya. (Suharsimi Arikunto, 1996: 146).

d. Melakukan analisis atau mengkaji data-data yang didapat untuk mempermudah penggambaran mengenai fenomena seputar penelitian.

e. Melacak kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis data.

2. Transferability

Standar ini merupakan pertanyaan empiris yang tidak dapat dijawab oleh peneliti sendiri, tetapi dapat dijawab dan dinilai oleh para pembaca


(36)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

56

laporan dan pihak yang terkait dalam penelitian. Hasil penelitian riset aksi memiliki transferability yang tinggi, dimana para pembaca laporan penelitian ini akan memperoleh pemahaman yang jelas terkait dengan konteks dan fokus penelitian.

3. Dependability

Dependability yaitu kegiatan pengecekan atau penilaian akan

ketepatan penelitian dalam mengkonseptualisasikan apa yang diteliti merupakan cerminan dari kemantapan dan ketetapan menurut standar reliabilitas penelitian. Makin konsisten peneliti dalam keseluruhan proses penelitian, baik dalam kegiatan pengumpulan data, interpretasi data atau temuan maupun dalam melaporkan hasil penelitian, akan semakin memenuhi standar dependability yakni dengan melakukan audit dan dengan melakukan kaji ulang terhadap seluruh hasil penelitian.

4. Confirmability

Standar ini lebih terfokus pada pemeriksaan kualitas dan kepastian hasil penelitian, apa benar berasal dari pengumpulan data di lapangan.

Confirmability juga mencakup pemeriksaan dengan instrumen apa data

tersebut diperoleh dan disajikan.

K. Tindak Lanjut / Pengembangan Perencanaan Tindakan

1. Latar Penelitian

Latar penelitian riset aksi ini adalah PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan terhitung dari bulan April sampai dengan Agustus 2013.

2. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi peneliti di lapangan, sedangkan data kuantitatif didapat berdasarkan hasil angket dan post test yang dilakukan setelah berakhirnya proses pembelajaran


(37)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

pada tiap siklus. Adapun sumber data penelitian ini adalah partisipan yang tidak lain merupakan tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

3. Prosedur Pengumpulan dan Perekam Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan pada riset aksi ini antara lain:

a. Angket, merupakan metode pengumpulan data dengan cara menggunakan angket yang berisi berbagai pernyataan yang relevan dengan tujuan penelitian. Angket dalam penelitian ini bersifat tertutup mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data.

b. Observasi/pengamatan, merupakan suatu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara cermat dan sistematis.

c. Metode dokumentasi, yaitu mencari data berupa catatan, foto, serta pengamatan penginderaan subyektif lainnya.

d. Tes, merupakan data mengenai hasil pelatihan yang diperoleh melalui format evaluasi materi (test) yang diberikan pada tiap pelaksanaan siklus.


(38)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR 133

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penerapan model blended learning dalammeningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar telah berlangsung dengan baik. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Kondisi Awal Pra Penelitian

Sumber daya manusia di PAUD Tunas Mulia terdiri dari tutor dengan pendidikan D1 PGTK, SMEA serta SMA. Para tutor juga telah mengikuti pelatihan dan pembinaan yang diadakan kelurahan, HIMPAUDI yang memberikan bantuan dalam menambahan fasilitas APE dan pembinaan untuk tutor. Akan tetapi temuan di lapangan menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran, tutor sudah membuat perencanaan materi pembelajaran, akan tetapi dalam mempersiapkan alat dan bahan terlihat tutor masih sibuk mempersiapkan disaat pembelajaran berlangsung. Hal ini kurang efektif, karena perhatian anak didik menjadi terbagi dan anak terlihat bingung.

Dalam hal penggunaan metode pembelajaran, tutor di PAUD Tunas Mulia cenderung untuk menggunakan metode yang monoton. Dimana pada kegiatan inti, tutor menggunakan metode tanya jawab dan pemberian tugas yang kegiatannya meliputi menebalkan huruf, membaca serta menghitung. Metode tanya jawab dilakukan dengan bertanya mengenai tugas anak bukan tema yang akan dibahas pada kegiatan belajar mengajar tersebut. Kurangnya keberagaman metode tersebut membuat anak cepat bosan.

Pada aspek penyiapan bahan ajar, masih terdapat beberapa hal yang belum optimal. Hal ini terlihat dari keterbatasan bahan ajar yang tersedia. Penyiapan bahan ajar juga belum mengacu pada fase-fase perkembangan anak sebagaimana tercantum dalam Permen No. 58 Tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini.


(39)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

134

2. Permasalahan yang Ingin Dibahas

Melalui penelitian ini, permasalahan mendesak yang ingin dibahas sekaligus dicarikan solusinya yaitu mencakup bagaimana meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar pada tutor di PAUD Tunas Mulia tersebut. Masalah penyusunan bahan ajar menjadi suatu hal yang dianggap penting karena komponen ini berdampak langsung pada ketidakjelasan indikator keberhasilan perkembangan dari si anak itu sendiri.

Kondisi tersebut ditunjang pula dengan temuan bahwa bahan ajar yang disiapkan hanya berupa poster dan alat peraga saja. Aspek bahan ajar menjadi permasalahan yang dirasa penting untuk diselesaikan mengingat hal tersebut merupakan media serta sarana komunikasi edukatif antara tutor dengan anak sebagai peserta didik.

3. Deskripsi Model Blended Learning

Model blended learning itu sendiri merupakan model yang mengkombinasikan pertemuan tatap muka dengan pembelajaran online. Peneliti mengembangkan model blended learning ini dengan menggunakan pendekatan partisipatif dimana tutor sebagai peserta didik peserta didik tidak hanya menerima materi, tetapi juga mendapatkan ruang untuk berkonsultasi terkait dengan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami khususnya pada kompetensi menyusun dan mengembangkan bahan ajar.

Berdasarkan kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh para tutor, peneliti menggunakan beberapa media pembelajaran, diantaranya booklet (modul teks) yang akan digunakan pada saat pertemuan tatap muka, kemudian e-book yang akan digunakan oleh tutor yang ingin belajar secara mandiri baik itu dirumah maupun di tempat lain yang memiliki akses untuk menjalankan e-book tersebut. Kemudian media yang selanjutnya adalah Portal Belajar Bersama Virtual yang merupakan sebuah media online yang lebih fleksibel diantara media-media yang sebelumnya. Portal Belajar Bersama Virtual selain berisi materi pembelajaran, juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas diantaranya failitas forum diskusi,


(40)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

135

chatting, messanger yang dapat digunakan tutor untuk berkonsultasi baik secara

perorangan maupun kelompok.

Melalui penerapan model blended learning ini, diharapkan mampu membantu para tutor di PAUD Tunas Mulia dalam meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar bagi para tutor di PAUD Tunas Mulia, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

4. Implementasi Model Blended Learning

Hasil pembelajaran yang dapat dirasakan langsung oleh para tutor sebagai responden ialah meningkatnya kemampuan menyusun bahan ajar secara relevan, konsisten, serta interaktif. Hasil tersebut diperoleh melalui dua siklus penelitian yang dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus 1, peneliti merasa pemahaman terkait penyusunan bahan ajar yang diperoleh para tutor di PAUD Tunas Mulia masih bisa ditingkatkan, sehingga peneliti memtuskan untuk melanjutkan ke siklus 2. Penyusunan bahan ajar yang dilakukan oleh tutor sebagai responden masih belum optimal. Selain melalui data tes praktek yang dipaparkan di atas, secara persentase tes teori-pun perolehan nilai dari para responden masih belum mencapai 75%. Peneliti dan kolaborator melakukan refleksi dengan memperhatikan instrumen pemantau tindakan. Hal ini terlebih dahulu diajukan dan diselenggarakannya diskusi antara peneliti, observer, juga dengan meminta masukan dari para tutor sebagai responden. Adapun masukan dari para tutor tersebut antara lain agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menyenangkan, perlunya peningkatan komunikasi diantara komponen pembelajaran, serta adanya pembimbingan pada beberapa tutor yang belum mampu menyusun bahan ajar secara mumpuni.

Penerapan pembelajaran ini mencapai suatu hasil yang memuaskan pada pelaksanaan siklus 2, dimana keseluruhan peserta terlihat telah mampu menyusun bahan ajar, baik yang konvensional, sederhana, maupun yang berbasis komputer. Kekurangan yang terdapat pada siklus 1 telah mampu diminimalisir secara baik pada pelaksanaan siklus 2 ini. Peningkatan yang cukup signifikan antara pre test,


(1)

a. Model ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan partisipatif dimana tutor sebagai peserta didik peserta didik tidak hanya menerima materi, tetapi juga mendapatkan ruang untuk berkonsultasi terkait dengan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami khususnya pada kompetensi menyusun dan mengembangkan bahan ajar.

b. Model blended learning ini memberikan otoritas penuh (self authority) terhadap para tutor dalam memilih materi mana yang ingin terlebih dahulu ingin ia kuasai, sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing. Model ini juga memberikan keleluasaan terkait dengan waktu pembelajaran, tempat belajar, serta keterpahaman materi yang ingin dicapai.

c. Meskipun tergolong baru, akan tetapi model blended learning ini tergolong mudah dan cepat diadaptasi oleh para tutor. Hal ini terjadi karena selain mereka memang sudah terbiasa dengan pertemuan tatap

muka, mereka juga tergolong “akrab” dengan dunia digital. Mereka biasa

menggunakan komputer sebagai hiburan maupun pusat informasi. Sehingga peneliti hanya perlu mengarahkan dan menjelaskan secara singkat tentang pedoman penggunaan media serta skenario model blended learning ini.

d. Menurut data dan fakta yang diamati, penggunaan model blended learning ini dirasa efektif karena dapat langsung dirasakan kebermanfaatannya. Selama aktivitas dan pascapembelajaran, tutor dapat langsung menerapkan hasil dari kegiatan belajarnya kedalam aktivitas pembelajaran sungguhan di kelas. Selain itu, tutor juga dapat berkomunikasi setiap saat dengan sesama tutor maupun fasilitator terkait dengan pengalaman, permasalahan yang dihadapi, maupun produk yang ia hasilkan.


(2)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

138

B. Implikasi

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model blended learning ini menggunakan pendekatan individu dengan konsep andragogy tentunya, karena pada prinsipnya pembelajaran ini dilakukan oleh masing-masing individu para tutor, bukannya berkelompok. Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pembelajaran berbasis model blended learning, terutama berkaitan dengan penyusunan bahan ajar dari masing-masing tutor.

Asumsi dari pemaparan di atas adalah pemahaman dan pengembangan diri seseorang terhadap suatu materi dilandasi oleh kematangan dan waktu, serta tidak lepas dari pengaruh yang didapatnya. Kematangan karena adanya perkembangan reaksi emosional dalam diri setiap individu memang memerlukan waktu yang tidak sedikit, namun dimensi waktu tidak dapat dijadikan alasan untuk dapat mengembangkan reaksi emosional secara positif, justru reaksi emosional merefleksikan tingkat maturitas seseorang dalam memberikan respon atau reaksi terhadap adanya fenomena baru di lingkungan sekitarnya.

Efektifitas hasil pembelajaran ini benar-benar akan terjadi apabila ada konsensus dari masyarakat untuk menerapkan hasil yang didapat dari penelitian karena dengan konsensus maka akan menjamin penerapan dalam aktivitas pembelajaran keseharian. Hal ini kiranya patut dijaga mengingat tujuan dari pembelajaran ini ialah untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sinergi antara berbagai komponen pendidikan di PAUD Tunas MUlia dalam aplikasi pembelajaran ini mutlak diperlukan. Hal ini ditunjukkan terhadap implikasi bahwa efektivitas pembelajaran berbasis model blended learning ini akan terwujud manakala adanya perhatian dan penerapan dari hasil pembelajaran tersebut diterapkan secara komprehensif dalam aktvitas pembelajaran. Artinya, tetap harus ada upaya berkelanjutan untuk lebih meningkatkan kompetensi tutor dalam menyusun bahan ajar.


(3)

B. Saran

Saran dari peneliti dalam rangka peningkatan kemampuan menyusun bahan ajar dengan menerapkan model blended learning ini adalah sebagai berikut. Bagi PAUD Tunas Mulia

1. Membuat suatu konsensus diantara komponen pembelajaran untuk senantiasa meningkatkan kemampuan menyusun bahan ajar, terutama apabila dilaksanakan secara fungsional dalam keseharian aktivitas pembelajaran.

2. Mengadakan komunikasi dengan orangtua terkait dengan perkembangan sosial dan emosional anak. Hal tersebut diperlukan untuk menyelaraskan antara perkembangan anak dengan bahan ajar serta pembelajaran yang dilaksanakan.

3. Mengadakan komunikasi dengan stakeholders setempat untuk mensinergikan antara proses pembelajaran dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mewujudkan suatu lembaga PAUD yang holistik dan integratif.

Bagi pemerintah

1. Agar lebih mensosialisasikan strandar kualifikasi dan kompetensi pendidik 2. Lebih memonior pengkaderan pendidik pada satu satuan pendidikan, baik

itu formal, noformal, maupun informal.

3. Mengadakan suatu treatment yang serupa untuk lebih meningkatkan kompetensi pendidik di Indonesia.

Untuk Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

1. Mengingat pentingnya masalah yang dibahas dalam penelitian ini, maka perlu kiranya melakukan kaji aksi seperti ini pada wilayah dengan skala


(4)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

140

Adapun kontribusi bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah adalah

1. Sebagai kajian akademis mengenai problematika di satuan pendidikan berkaitan dengan masalah peningkatan kompetensi pendidik nonformal. 2. Sebagai bentuk program pengabdian kepada masyarakat dalam bidang

pendidikan.

3. Sebagai bentuk referensi dalam pemberdayaan masyarakat sebagaimana tertuang dalam tridharma perguruan tinggi.


(5)

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Asnawir, H. dan Usman, M.B. (2002). Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press

Azhar, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chief. (2003). Karakteristik Pendidikan Orang Dewasa. [Online]. Tersedia:

http://www.indosdm.com/training-of-trainer-karakteristik-pendidikan-orang-dewasa. [30 Juni 2013].

Creswell.J. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Third ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press.

Kasbolah E.S.K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Leonard, C.D. (2002). Learning theories. California: Greenwood publishing

group.

Nur Shobah. (2006). Aplikasi Andragogi dalam Pembelajaran Pendidikan Nonformal. [Online]. Tersedia:

http://kurtekdik06.blogspot.com/2008/05/aplikasi-andragogi-dalam-pembelajaran.html [1 Juli 2013]

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007. Tentang Kompetensi Pendidik.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009. Tentang Fase Perkembangan Anak Usia Dini.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Tentang Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Pont, Tony. (1996). Developing Effecitve Training Skills. Berkshire, GB: McGraw Hill.


(6)

Muhamad Affandi, 2014

PENERAPAN MODEL BLENDED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN BAHAN AJAR PADA TUTOR PAUD TUNAS MULIA, PASAR REBO, JAKARTA TIMUR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

142

Soedomo, M. (2000). Pendidikan Luar Sekolah ke Arah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Sudjana, H.D, Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Production, 2004. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 1 Tentang Pendidik.

UNESCO. (2012) Program Inovasi Pendidikan Asia Pasifik Untuk Pembangunan. [Online]. Tersedia:

http://www.unescobkk.org/id/about-us/asia-pacific-regional-bureau-for-education/program-unesco/. [20 Juli 2013]

Wibawa, B. (2002). Media Pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Widodo, C. (2005). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Wikipedia. (2009). Teori belajar. [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori belajar [1 Juli 2013]

________. (2010). Media. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/media/ [30 Juni 2013]