UPAYA PENERAPAN MODEL BLENDED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH.

(1)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UPAYA PENERAPAN MODEL BLENDED-LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Kuliah Problematika Dalam Pembelajaran Sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh:

Tarunasena

1010274

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UPAYA PENERAPAN MODEL BLENDED-LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

Oleh

Tarunasena

Drs IKIP Bandung, 1992

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pasca UPI

© Tarunasena 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah


(4)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah


(5)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

ABSTRACT

The thesis is titled “The Attempts of Implementing Blended Learning Model to Improve Critical Thinking Ability in History Teaching and Learning”. The issue put forward in this thesis centers on “How Are the Attempts of Implementing Blended Learning Model to Improve Critical Thinking Ability in the Teaching and Learning of History?”. This

focus was prompted by the researcher’s experience and preliminary observations that

showed the teaching and learning process using discussion only or assignment through e-learning with essay as the end product without any discussion failed to improve the critical thinking ability of students. The discussion developed tended to merely improve cooperation between students and did not affect the critical thinking ability. The same is true for assignment through e-learning; even though it seemed to be compact, it gave an

impression of merely “copy and paste”.Consequently, the originality of the assignment is questionable. Therefore, the researcher attempted to find the answers to the following questions: 1) How to plan blended-learning to improve the critical thinking ability in the teaching and learning of History?; 2) How is the conduct of blended learning model in an attempt of improving the critical thinking ability in the teaching and learning of History?; and 3) How to solve problems that emerge in the implementation of blended-learning model to improve the critical thinking ability? This research employed qualitative approach with Classroom Action Research method. The outcomes of the research can be concluded as follows: first, in the planning stage, syllabus, course unit, field notes, observatory checklists, and learning management system (LMS) using moodle software made available by the Directorate of ICT of Indonesia University of Education were all prepared beforehand. In addition to functioning as a tool of evaluation, LMS serves as a tool for observation of e-learning instruction. Second, the implementation of blended learning model was proven to significantly improve the critical thinking ability in the teaching and learning of History through three cycles. Third, the obstacles emerged in this research that were ultimately technical in nature in terms of essay assignment that had to be submitted online could be handled by the use of CD. Meanwhile, for the issue of time allocation, towards the end of the research, it could not be solved. Through this research, the researcher recommends: First, for the Department of History Education, the subject of ICT should be made compulsory, instead of elective. Second, college students should make use of e-learning as one of the alternative of resources and teaching media

that will develop their own and their future students’ critical thinking. The same is

applicable for fellow lecturers; the researcher highly recommends the use of Blended

Learning in each subject they teach, because in addition to improving students’ critical

thinking ability, it can also reduce the dehumanizing process in the internet-based lectures. Third, for other researchers interested in further research, it is suggested that investigation on the weaknesses of this research can be conducted, both the ones the researcher is aware of and the ones he is not. The researcher also recommends that future interested researchers conduct research and development for this Blended Learning model.


(6)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

ABSTRAK

Tesis ini berjudul ”Upaya Penerapan Model Blended Learning Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah.”. Masalah yang

diangkat dalam tesis ini berkaitan tentang ”Bagaimana Upaya Penerapan Model Blended Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah?”. Fokus masalah yang diangkat dalam tesis ini dilatarbelakangi oleh pengalaman peneliti yang berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi saja, ataupun penugasan melalui e-learning yang menghasilkan essay saja tanpa didiskusikan, terbukti tidak berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Diskusi yang dikembangkan lebih cenderung hanya meningkatkan kerjasama di antara mahasiswa, kurang menyentuh kemampuan berpikir kritis. Demikian juga dengan penugasan melalui e-learning, walaupun apa yang dihasilkan tampak bernas, tapi terkesan “copy and paste”. Jadi menimbulkan kesangsian terhadap orisinalitas tugas yang dimaksud. Dengan demikian peneliti berusaha menjawab pertanyaan penelitian berikut ini: 1) Bagaimana merencanakan blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah? 2) Bagaimana pelaksanaan model blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah ? 3)Bagaimana mengatasi kendala-kendala yang muncul pada penerapan model blended-learning dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Hasil penelitian menyimpulkan beberapa hal: pertama pada tahap perencanaan dipersiapkan secara matang silabus, satuan acara perkuliahan, format catatan lapangan, ceklist pengamatan, serta learning management system(LMS) dengan memanfaatkan software moodle yang disediakan Direktorat TIK UPI. LMS selain berfungsi sebagai alat evaluasi juga berfungsi sebagai alat observasi proses pembelajaran melalui e-learning. Kedua, pelaksanaan penerapan model blended learning terbukti secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah yang dilakukan melalui tiga siklus. , Ketiga,. kendala-kendala yang muncul dalam penelitian ini terutama kendala teknis pada tugas esai yang harus dikumpulkan secara online dapat diatasi dengan menggunakan CD. Sedangkan kendala alokasi waktu, hingga akhir penelitian tidak berhasil diatasi. Melalui penelitian ini, penulis merekomendasikan pertama, bagi pihak jurusan Pendidikan Sejarah agar dapat menjadikan mata kuliah TIK dalam Pembelajaran Sejarah yang sekarang merupakan mata kuliah pilihan, menjadi mata kuliah wajib. Kedua, bagi mahasiswa sebaiknya pemanfaatan e-learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber dan media pembelajaran yang akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa itu sendiri, dan untuk siswa-siswa di sekolah tempat yang bersangkutan mengabdikan diri. Demikian juga untuk dosen-dosen lainnya, peneliti sangat menganjurkan penggunaan Blended Learning ini pada masing-masing perkuliahan yang diampunya, karena selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, juga dapat mereduksi proses


(7)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii

dehumanisasi pada perkuliahan berbasis internet. Keempat, bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan, agar dilakukan identifikasi terhadap kelemahan-kelemahan penelitian ini baik yang disadari peneliti maupun yang tidak. Peneliti menganjurkan bagi yang berminat melakukan penelitian lanjutan, agar melakukan penelitian pengembangan (R&D) pada model Blended Learning ini.


(8)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i

DAFTAR ISI

ABSTRACT... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Thesis... 8

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Belajar ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Model Belajar Jarak Jauh ... 10

a. Model Belajar Jarak Jauh Synchronous ... 10


(9)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii

B. Metode Pembelajaran ... 11

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 11

2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran... 12

a. Metode Tugas ... 12

b. Metode Diskusi ... 13

C. Blended Learning ………. 16

1. E-learning ………. 16

2. Fasilitas di Internet yang dapat digunakan untuk Pembelajaran … 17 D. Berpikir Kritis ……… 21

1. Pengertian Berpikir Kritis ……… 21

2. Berpikir Kritis level di atas 17 tahun ……… 21

3. Berpikir Kritis bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah …… 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 24

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22

B. Pendekatan Penelitian ... 25

C. Metode Penelitian ... 26

D. Prosedur Penelitian ... 29

1. Perencanaan (plan) ... 30

2. Tindakan (act) ... 31

3. Pengamatan (observe) ... 32


(10)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii

E. Definisi Operasional ... 34

1. Model Blended-Learning... 35

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data... 39

H. Validasi Data... 40

I. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 43

A. HASIL PENELITIAN ……… 43

1. Profil Jurusan Pendidikan Sejarah ……… 43

a. Visi ………... 44

b. Misi ……… 44

c. Sasaran ………. 44

d. Tujuan ... 44

e. Struktur Organisasi Jurusan Pendidikan Sejarah ………. 45

f. Deskripsi Jurusan Pendidikan Sejarah ……….. 46

g. Fasilitas ... 47

h. Daftar Dosen ... 49

B. Profil Mata Kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah 50 C. Model Blended Learning yang Dikembangkan ... 51

Langkah-langkah pengembangan Model blended-learning……. 51


(11)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv

b. Tahap Presentasi/Diskusi ……… 51

c. Tahap Evaluasi Akhir ………. 51

D. Penerapan Model Blended Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah ….. 52 1. Siklus ke-1 ... 52

a. Plan ... 52

b. Act ... 52

c. Observe ... 56

d. Reflect ... 57

2. Siklus Ke-2 ... 58

a. Plan ... 58

b. Act ... 58

c. Observe ... 62

d. Reflect ... 65

3. Siklus Ke-3 ... 68

a. Plan ... 68

b. Act ... 68

c. Observe ... 71

d. Reflect ... 72

E. PEMBAHASAN 73

1. Langkah-langkah Penerapan Model Blended Learning dalam upaya meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa


(12)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

pada Mata Kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah 2. Hasil pelaksanaan (tiga siklus) penerapan blended learning

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada Mata Kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah………

80

3. Kendala-kendala yang Muncul dan upaya mengatasinya……… 95

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 97

a. Kesimpulan ... 97

b. Rekomendasi ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105

Silabus ……… 105

Satuan Acara Perkuliahan ……….. 108

Catatan Lapangan ……….. 116

Form Ceklist ... 124

Data Statistik ... 126

Frekuensi bimbingan ... 131 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(13)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Indikator Berpikir Kritis ... 33 Tabel 4.1 Ceklist Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa siklus ke-1 tindakan ke-2 56 Tabel 4.2 Ceklist Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa siklus ke-2 tindakan ke-1 63 Tabel 4.3 Ceklist Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa siklus ke-2 tindakan ke-2 64 Tabel 4.4 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa siklus ke-2 tindakan

ke-1……….

66

Tabel 4.5 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa siklus ke-2

tindakan ke-2……….

67

Tabel 4.6 Ceklist Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa siklus ke-3 tindakan ke-1 71 Tabel 4.7 Dinamika Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa ... 73 Tabel 4.8 Perkembangan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis... 80 Tabel 4.9 Skoring Level Berpikir Kritis... 80


(14)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

Tabel 4.10 Rekapitulasi Ceklist Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa... 82

Tabel 4.11 Rekapitulasi Data yang dapat diolah... 83

Tabel 4.12 Test of Normality Tindakan ke-2 ... 84

Tabel 4.13 Normalitas Data ... 85

Tabel 4.14 Paired Samples Test ... 87

Tabel 4.15 Paired Samples Correlations... 89

Tabel 4.16 Test of Normality Tindakan ke-1 ... 90

Tabel 4.17 Normalitas Data ... 91

Tabel 4.18 Paired Samples Test ... 93

Tabel 4.19 Paired Samples Correlations... 94

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Blended Learning yang dikembangkan ………. 20

Gambar 3.1 Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)………. 29

Gambar 4.1 Tugas yang ditayangkan melalui Blog Dosen Pengampu Mata Kuliah ……… 71 Gambar 4.2 LMS Mata Kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah 77 Gambar 4.3 Daftar Mahasiswa Peserta Perkuliahan Problematika ………. 78

Gambar 4.4 Soal Ujian Akhir Semester Problematika dalam Pembelajaran Sejarah……….. 79 Gambar 4.5 Daftar Jawaban Ujian Akhir yang masuk melalui LMS…….. 79

Gambar 4.6 Grafik Q.Q Plot Data Siklus ke-1………. 85

Gambar 4.7 Grafik Q.Q Plot Data Siklus ke-2………... 86


(15)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii


(16)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses pembelajaran komprehensif bersifat multidimensional dan kompleks untuk membimbing peserta didik memperoleh pengetahuan, berbagai keterampilan, sikap, dan nilai, yang dapat membantu mereka mengalami kehidupan yang secara pribadi lebih menyenangkan dan secara sosial konstruktif (Zuchdi, 2008:113-114). Hal tersebut senada seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

Pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara berjenjang dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Untuk pendidikan usia dini diserahkan pada institusi Taman Kanak-Kanak dan yang setara dengannya. Pendidikan Dasar meliputi sekolah dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Pendidikan Menengah meliputi Sekolah Menengah Atas dan yang setara dengannya. Pendidikan Tinggi ditangani oleh institusi Perguruan Tinggi. Hal tersebut diamanatkan dalam UU No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11 seperti berikut: “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”

Pendidikan Tinggi sebagai jenjang tertinggi pendidikan formal di Indonesia merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang meliputi


(17)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 pendidikan tingkat diploma sampai dengan tingkat doktor. Sebagaimana dijelaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 pasal 19 ayat 1 berikut ini: “Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.”

Pendidikan tinggi selanjutnya disebut sebagai perguruan tinggi dikenal dalam beberapa bentuk. Hal ini diperinci dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 20 ayat 1, yaitu “Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.” Dalam hal, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) selaku lembaga pendidikan tenaga kependidikan mengemban misi seperti tercantum dalam pasal 3 ayat a Kurikulum UPI 2011, berikut ini,“… menyelenggarakan pendidikan disiplin ilmu pendidikan , pendidikan disiplin ilmu, dan disiplin ilmu lainnya yang berkualitas, berdaya saing global, dan relevan dengan tujuan pendidikan nasional;” (Kurikulum UPI. 2011:4)

Hal tersebut sesuai dengan fungsi UPI yang tercantum dalam pasal 5 ayat b Kurikulum UPI 2011, seperti berikut ini:

“menghasilkan sumber daya manusia terdidik yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, ilmu pendidikan, ilmu sosial, humaniora, ilmu kesehatan, olahraga, agama, dan disiplin ilmu lain;”

Berdasarkan hal tersebut di atas UPI mengembangkan tujuan yang mengarahkan pada pembentukan manusia yang beriman, bertaqwa, bermoral, berakhlak mulia, berilmu, profesional, religius, memiliki integritas kepribadian, dan cinta terhadap bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta pengembangan ilmu yang berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat. Secara umum tujuan UPI tersebut sebagaimana tercantum dalam Kurikulum UPI 2011 pasal 6 ayat a adalah “membina dan


(18)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 mengembangkan mahasiswa untuk menjadi ilmuwan, tenaga kependidikan dan tenaga non kependidikan yang beriman, bertakwa, profesional, berkompetensi tinggi, dan berwawasan kebangsaan.”(2011:5)

Guru sebagai salah satu tenaga pendidik profesional yang dihasilkan UPI mempunyai tugas yang meliputi langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, pembimbingan dan pelatihan, juga melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal itu diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 ayat 2, yaitu“Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,...”

( 2003:19)

Demikian halnya dengan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia yang memiliki sasaran seperti berikut ini:

1. Menghasilkan calon-calon guru untuk jenjang SLTP, SLTA, dan dosen perguruan tinggi yang profesional dalam bidang pendidikan sejarah 2. Mengembangkan penelitian dalam pendidikan sejarah dan sejarah

pendidikan untuk menghasilkan teori, prosedur, kurikulum, sumber, dan alat pembelajaran sejarah

3. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang menghasilkan tenaga-tenaga kependidikan akademik professional dalam bidang Pendidikan Sejarah (Winarti, 2010:14)

Berdasarkan kajian terhadap ketiga poin di atas, peneliti cenderung lebih fokus pada pencapaian sasaran nomor satu dan tiga. Untuk mendukung pencapaian ke dua sasaran tersebut perlu diadakan kajian yang lebih mendalam terhadap kompetensi-kompetensi mahasiswa sebagai calon guru yang relevan dengan keduanya. Salah satu kompetensi yang berkaitan dengan


(19)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 profesionalitas tenaga pendidik harus dimiliki adalah kemampuan berpikir kritis melalui penerapan berbagai teknik pembelajaran.

Beberapa teknik pembelajaran pernah dikembangkan oleh peneliti pada mata kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah ini. Setidaknya dalam beberapa tahun belakang ini ada dua teknik yang dikembangkan dalam proses perkuliahan ini untuk membentuk kemampuan berpikir kritis. Pertama, teknik diskusi dengan pemikiran bahwa melalui teknik tersebut akan merangsang dan memotivasi para mahasiswa untuk lebih terlibat dan berperan serta dalam melakukan analisis kritis. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Davies (1981:302):

“As an instructional strategy, discussion serves the following purposes. It:Informs the people taking part

Stimulates and motivate them

Encourages critical analysis of assumptions and attitudes Stimulates creative solutions

Develops sharing and cooperatives skills”

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada kenyataannya mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada beberapa mata kuliah, terutama dalam mata kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah menunjukkan kemampuan memanfaatkan sumber yang kurang optimal . Hal itu dapat terlihat dari penggunaan sumber literatur yang terbatas pada proses diskusi, tugas-tugas yang dikerjakan dan dikumpulkan oleh para mahasiwa. Selain terbatas dalam hal kuantitas dan ragam sumber yang dikutip, juga tampak kurang kritis dalam pembahasannya. Hal yang sangat berpengaruh pada kemampuan analisis yang ditampilkan, khususnya dalam mata kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah terlihat jelas sebagian besar tugas berupa esai maupun makalah yang dikumpulkan mahasiswa menunjukkan hal tersebut.

Kedua, menggunakan teknik penugasan. Untuk menutupi kekurangan tersebut di atas, dan juga sejalan dengan perkembangan teknologi, informasi yang diperlukan mahasiswa tidak hanya didapatkan melalui buku teks, tetapi


(20)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 juga dapat diakses melalui internet. Sumber-sumber belajar atau pengetahuan menjadi sangat mudah untuk diperoleh. Inovasi ini mengubah paradigma pendidikan dari perolehan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang konstan setelah selesai mengikuti pendidikan, menjadi paradigma pengetahuan dan keterampilan selalu diperbaharui dalam waktu singkat. Kamarga (2002:56) menjelaskan :

Terminologi memperluas wawasan tidak hanya diartikan sebagai menambah pengetahuan, melainkan juga menyangkut persoalan solusi terhadap tantangan pembaharuan (updates). Dalam hal ini dosen tidak hanya memberikan materi sejarah sebagai bagian dari menyelesaikan konten kurikulum, tetapi mencoba mengembangkan pola berpikir kesejarahan mahasiswa melalui berbagai informasi tentang sejarah yang selalu berkembang dalam jaringan internet.”

Pengalaman peneliti yang berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi saja, ataupun penugasan melalui e-learning yang menghasilkan essay saja tanpa didiskusikan, terbukti tidak berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Diskusi yang dikembangkan lebih cenderung hanya meningkatkan kerjasama di antara mahasiswa, kurang menyentuh kemampuan berpikir kritis. Demikian juga dengan penugasan melalui e-learning, walaupun apa yang dihasilkan tampak bernas, tapi terkesan “copy and paste”. Jadi menimbulkan kesangsian terhadap orisinalitas tugas yang dimaksud.

Penelitian-penelitian terdahulu telah menginspirasi penulis, antara lain Boyle, T [et al] (2003, October). Using blended learning to improve student success rates in learning to program. Journal of Educational Media, 28(2-3), 165-178. Dziuban, C. [et al](2004, March 30) Blended Learning. ECAR Research Bulletin. Available online at http://www.educause.edu/ecar/ . Garrison, D.R & Kanuta, H.(2004) Blended Learning: Uncovering its transformative potential in higher education. The Internet and Higher Education. 7(2), 95-105.


(21)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, tampak bahwa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah khususnya pada mata kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah adalah proses pembelajaran yang kurang memberikan penekanan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis tersebut, penulis memandang bahwa model blended learning dapat memadukan kekuatan dari metode penugasan berbasis internet dengan metode diskusi, sehingga diharapkan mampu mengembangkan kemampuan yang dimaksud.

Atas identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah berikut ini: bagaimana upaya Penerapan Model Blended-Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah

Melalui fokus masalah tersebut dikembangkan rumusan permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana merencanakan blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah?

a. Model blended-learning yang bagaimana yang akan dikembangkan ? b. Bagaimana langkah-langkah pengembangan model tersebut ?

2. Bagaimana pelaksanaan model blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah ?

a. Bagaimana tahapan pelaksanaan model blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah? b. Apakah penerapan model blended-learning mampu meningkatkan


(22)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 3. Bagaimana mengatasi kendala-kendala yang muncul pada penerapan

model blended-learning dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa di kelas melalui blended-learning, dalam rangka peningkatan kualitas implementasi kurikulum sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah.

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : a. Memahami perencanaan blended-learning untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah

b. Memahami dan memperoleh keterampilan pelaksanaan model blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah

c. Memahami dan memperoleh keterampilan mengatasi kendala-kendala yang muncul pada penerapan model blended-learning dalam upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis.

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

a. Bagi peneliti, berupaya untuk mengkaji keterkaitan di antara model Blended Learning dengan kemampuan berpikir kritis.

b. Bagi mahasiswa, memperkaya khazanah pengetahuan dan keterampilan dalam Proses Pembelajaran Sejarah yang menggunakan model Blended-Learning.


(23)

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 c. Bagi dosen, menghasilkan profil proses pembelajaran sejarah yang selama

ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Sejarah dan upaya peningkatannya. d. Bagi jurusan, memperkaya model pembelajaran sejarah di Jurusan

Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

e. Bagi peneliti, agar dapat melanjutkan dan lebih mengembangkan model pembelajaran ini berdasarkan temuan dalam proses penelitian.

D. Struktur Organisasi Thesis

Sebagai struktur organisasi dalam penelitian ini, peneliti menyusunnya sebagai berikut:

Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah dilakukannya penelitian di kelas mata kuliah Problematika dalam pembelajaran sejarah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi thesis.

Bab II, merupakan landasan teoritis mengenai pembelajaran sejarah yang berbasis blended-learning yang dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa akan akses informasi dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara komprehensif dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis kesejarahan

Bab III, merupakan metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian yaitu lokasi dan subjek penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV, merupakan hasil temuan dalam penelitian, yang terdiri dari perencanaan penerapan model blended-learning dalam pembelajaran sejarah, pelaksanaan tindakan, deskripsi hasil pelaksanaan tindakan, dan peningkatan berpikir kritis.

Bab V, merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran-saran atau rekomendasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.


(24)

24

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan untuk mengaplikasikan model pembelajaran blended-learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah. Adapun sub-sub yang akan dijabarkan dalam bab ini, yaitu: A) Lokasi dan Subjek Penelitian, B) Pendekatan Penelitian, C) Metode Penelitian, D) Desain Penelitian, E) Definisi Operasional, F) Instrumen Penelitian, G) Teknik Pengumpulan Data dan H) Analisis Data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamat di Jalan dr. Setiabudhi No 229 Bandung. Subjek atau sasaran penelitian adalah Mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah pada semester ganjil 2012-2013 sebanyak 34 orang terdiri dari 16 orang mahasiswa putra dan 18 orang mahasiswa putri.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti melihat bahwa kelas ini termasuk kelas yang memiliki potensi belajar dengan kualitas yang baik, tetapi sayangnya potensi ini kurang dapat dimunculkan dan dikembangkan dengan maksimal. Hal tersebut terjadi karena terbatas dan seragamnya sumber literatur yang dijadikan acuan pembelajaran oleh mahasiswa. Kelas ini sudah memperlihatkan semangatnya dalam belajar, namun jika didukung dengan optimalisasi penggunaan fasilitas e-learning yang dipadu metode yang digunakan dosen lebih bervariasi maka fenomena proses perkuliahan yang “kering” diharapkan dapat dihindarkan.


(25)

25

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pengamatan lapangan tersebut maka peneliti berkeyakinan pendekatan model Blended-learning ini akan dapat membantu dosen dan mahasiswa mengembangkan materi sejarah yang bermakna dan lebih kaya melalui eksplorasi materi kesejarahan dengan memanfaatkan fasilitas e-learning dalam mata kuliah yang dimaksud. Sementara itu aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Proses perkuliahan yaitu proses belajar mengajar yang berlangsung pada mata kuliah Problematika dalam pembelajaran sejarah yang di dalamnya terdapat interaksi antara dosen dan mahasiswa, mahasiswa dengan sesama mahasiswa yang lain serta antara mahasiswa dengan sumber literaturnya. 2. Dosen yaitu berhubungan dengan kemampuan dosen dalam meningkatkan

kemampuannya untuk mengarahkan mahasiswa pada keterampilan mengelola perkuliahan melalui tatap muka dan sarana online..

3. Mahasiswa yaitu khususnya menyangkut kemampuan mahasiswa untuk mengeksplor sumber sejarah dalam menambah wawasan kesejarahan, serta keterampilan berkomunikasi melalui sarana online.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan melalui pendekatan gabungan atau kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang bersifat komplementer dan memperkuat satu kepada yang lainnya.

Menurut Creswell dalam Wiyanarti (2011:2) bahwa pemikiran tentang pendekatan gabungan mulai populer dikembangkan sekitar tahun 1959, yakni pada penelitian yang dilakukan oleh Campbell dan Fisk yang kemudian dikenal dengan multimethod- multitrait approach. Lebih lanjut dipaparkan bahwa pada tahun 1978 Denzin , dari sumber yang sama, melakukan penelitian dengan pendekatan kombinasi metodologi dalam studi tentang fenomena yang sama, dan kemudian dari penelitiannya tersebut dikenal strategi triangulation; tahun 1992,


(26)

26

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grant dan Fine melakukan penelitian dengan perpaduan pendekatan ethnografi dan eksperimen, dan berhasil menggabungkan penelitian survei dengan prosedur kualitatif. Sementara pada tahun 1979 Jick melakukan penelitian dengan prosedur pengumpulan data gabungan, yakni survei dan wawancara yang mendalam. Prosedur kerjanya tersebut kemudian melahirkan apa yang disebut “ between method “ ( Creswell, 1994). Penggabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian semakin dilihat sebagai pendekatan yang komplementaris daripada antagonistis (Thomas,2003,6). Paradigma pemikiran tersebut telah memberikan ruangan yang lebih luas bagi masuknya azas manfaat ( pragmatis) dari adanya perbedaan karakter dari dua pendekatan tersebut daripada mempertajam perbedaannya.

Selain pertimbangan epistemologis dan teoritis yang mendorong peneliti memilih pendekatan gabungan pada penelitian ini, aspek terbatasnya cakupan penelitian dan pendanaan penelitianpun menjadi dasar pertimbangan yang lainnya. Dua hal tersebut seperti yang dikatakan baik oleh Creswell ( 1994:173) maupun Branen (2002:10 ) seringkali menjadi kelaziman yang mendasar pertimbangan untuk memilih pendekatan penelitian gabungan.

Creswell (1994) dalam bukunya menawarkan tiga model desain penelitian dengan pendekatan penelitian gabungan, model - model yang dimaksud adalah (1) two phase design; (2) dominant – less dominant design; dan (3) mixed- methodology design (Creswell ,1994:177). Sehubungan dengan penelitian ini, peneliti setelah mengkaji dengan seksama tujuan penelitian, sifat data yang akan dikumpulkan dan konsultasi dengan para pembimbing, akan menggunakan model dominant – less dominant design.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode PenelitianTindakan Kelas yang dikenal dengan Classroom Action Research yang merujuk pada model


(27)

27

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran sejarah secara berkesinambungan dan diharapkan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran sejarah.

Penelitian tindakan menurut Kemmis (1983) dalam Wiriaatmadja (2005:12) adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksana kegiatan praktek ini.

Penelitian tindakan kelas (classroom research), dijabarkan oleh Hopkins dalam Wiriaatmadja (2002:124) sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru / pendidik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya atau kualitas mengajar sejawatnya, atau menguji asumsi-asumsi dalam teori-teori pendidikan dalam praktek atau kenyataannya di kelas, atau juga untuk mengimplementasikan, atau mengevaluasi kebijakan-kebijakan sekolah. Dengan melakukan penelitian kelas, guru/dosen melengkapi lagi perannya sebagai pendidik dengan melakukan refleksi kritis terhadap tugas mengajarnya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitasnya.

Ada juga beberapa pendapat dari para ahli yang turut melengkapi pendapat di atas, seperti pendapat dari Supriatna (2007:190) menyatakan bahwa:

penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan terjemahan dari Classroom Action Research(CAR) dapat didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru secara individual atau kelompok terhadap masalah pembelajaran yang dihadapinya guna memecahkan masalah tersebut atau menghasilkan model dan prosedur tertentu yang paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar dan kultur yang sedang berlaku di lingkungan setempat.”

Menurut Ebbutt (1983) dalam Supriatna (2007:191), PTK merupakan “sebuah kajian yang sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kerjasama kolaborasi, melalui tindakan praktis, serta melalui tindakan


(28)

28

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

refleksi.” Pendapat lain mengenai Penelitian Tindakan Kelas dikemukakan oleh Sukardi dalam Metodologi Penelitian Pendidikan ; Kompetensi dan Praktiknya (2003:211) yaitu “cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.”

Dari beberapa uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dengan penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, diharapkan guru/dosen mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Guru/dosen bertanggung jawab dalam mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya karena yang bersangkutanlah yang mengetahui masalah yang dihadapinya secara detail sehingga pada akhirnya dapat tercapai suatu peningkatan kualitas dalam pembelajarannya.

Penelitian tindakan kelas mempunyai beberapa karakteristik penting di dalamnya, yaitu:

1. Masalah yang dijadikan objek penelitian muncul dari dunia kerja peneliti 2. Bertujuan memecahkan masalah guna peningkatan kualitas

3. Menggunakan data yang beragam

4. Langkah-langkah yang merupakan siklus 5. Mengutamakan kerja kelompok

(Prayono dalam Sukidin (2002:23)

Menurut Mulyasa (2005:155), secara umum penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:

a. memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas;

b. meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas, khususnya layanan kepada peserta didik;

c. memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas; dan

d. memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

Menurut Hopkins (1996) dalam Wiriaatmaja (2005:44), penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memberikan kontribusi praktis kepada mereka


(29)

29

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang menghadapi persoalan dan membutuhkan penyelesaian segera, untuk mencapai sasaran pendidikan dengan kolaborasi dan bekerjasama dalam kerangka etis yang digunakan.

Adapun tujuan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas. Terutama dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode diskusi yang selama ini berlangsung kurang dinamis, karena sumber-sumber kajian mahasiswa yang terbatas pada buku teks yang diwajibkan di dalam silabus. Melalui metode penugasan berbasis e-learning yang dipadukan dengan kegiatan diskusi yang dimaksud di atas diharapkan mahasiswa sebagai calon guru sejarah dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya. Di dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan dosen pemegang matakuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah (Prof.Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd.) sebagai teman sejawat, dan mitra lainnya (Teuku Bahagia Kesuma, S.Pd) yang membantu peneliti dalam melakukan observasi dalam setiap tindakan yang telah direncanakan. Kolaborasi tersebut bertujuan untuk lebih mempermudah pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan peneliti adalah Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988) yang memiliki serangkaian tindakan (siklus) yang terdiri dari perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi sesuai dengan hasil pengamatan sebelumnya. Dengan demikian kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya dapat diatasi dan diperbaiki dan diharapkan pada siklus selanjutnya proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik sesuai yang diharapkan. Seperti yang digambarkan sebagai berikut:


(30)

30

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)

Sumber : Wiriaatmadja, 2005:66

Dari gambar di atas prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa tahap. Setiap siklus dilaksanakan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus pada penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan, apabila hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan maka penelitian atau siklus bisa dihentikan. Gambar di atas akan dijelaskan sesuai dengan prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Perencanaan (plan)

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan preleminary dengan melakukan observasi awal. Dari hasil observasi awal tersebut peneliti menemukan permasalahan seperti (1) proses pembelajaran pada saat penugasan kurang dinamis, karena pengetahuan yang dikuasai para mahasiswa relatif sama yang disebabkan keterbatasan dan kesamaan Buku teks yang dimiliki mahasiswa sebagai sumber literatur (2) proses diskusi yang berlangsung masih bersifat penyampaian materi (knowledge/pengetahuan) yang didominasi oleh penyaji,


(31)

31

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedangkan kemampuan berpikir kritis kurang tergali. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan oleh peneliti, maka bersama kolaborator, peneliti menentukan langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan model pembelajaran blended-learning yang berusaha memadukan proses pembelajaran berbasis e-learning dengan model tatap muka yaitu menggunakan metode diskusi. Sebelum peneliti melaksanakan tindakan kelas, terlebih dahulu peneliti melakukan penyusunan perencanaan tindakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan kelas penelitian dan melakukan pengamatan ke kelas yang akan digunakan sebagai subjek penelitian dalam pengembangan model pembelajaran blended-learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah..

b. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator untuk menentukan kapan penelitian akan dimulai dan meminta kesediaan kolaborator untuk mengamati proses belajar mengajar yang menggunakan model pembelajaran blended-learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah..

c. Menentukan metode dan langkah-langkah yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar serta menyusun rencana perkuliahan.

d. Menyusun alat observasi, seperti:

1) Menyusun silabus dan Satuan Acara Perkuliahan model pembelajaran blended-learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah. yang sifatnya teknis, dan tugas individual yang harus dipresentasikan di kelas.

2) Menyusun alat evaluasi

e. Melakukan diskusi dengan kolaborator tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap jalannya proses pembelajaran yang telah berlangsung, meliputi aktivitas mahasiswa, aktivitas dosen, dan suasana perkuliahan atau situasi kelas.


(32)

32

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Apabila terdapat kekurangan-kekurangan terhadap tindakan kelas yang telah dilakukan, maka peneliti membuat rencana untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam mengatasi kekurangan-kekurangan yang telah ditemukan.

2. Tindakan (act)

Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan September 2012 sampai dengan Desember 2012. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah:

a. Melaksanakan perencanaan pengembangan e-learning dalam pembelajaran sejarah melalui aktivasi learning management system (LMS) dan browsing sumber melalui berbagai teknik (search engine dan directory) pada siklus awal.

b. Melaksanakan tindakan dalam hal ini adalah proses pembelajaran sejarah berupa diskusi di dalam kelas perkuliahan yang telah direncanakan dan disusun dalam rencana pengajaran yang telah direncanakan di setiap awal siklus.

c. Mengembangkan blended-learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah.:

1) Mencari masalah untuk bahan diskusi 2) Mempertajam analisis

3) Mencari informasi untuk mengembangkan isu kontroversial

d. Melakukan pengamatan terhadap jalannya proses belajar mengajar sejarah yang menggunakan model blended-learning baik melalui keaktifan mahasiswa dalam LMS maupun di dalam ruang perkuliahan oleh peneliti bersama kolaborator.


(33)

33

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Melakukan refleksi terhadap proses pelaksanaan tindakan untuk mengetahui pengaruh, kendala atau masalah-masalah yang timbul selama proses pembelajaran sejarah yang menggunakan pendekatan e-learning.

3. Pengamatan (observe)

Observasi dilakukan pada saat melakukan tindakan di ruang kuliah. Peneliti melakukan kerjasama dengan kolaborator dalam melakukan observasi. Peranan kolaborator sangat membantu peneliti dalam mengamati dan mencatat semua peristiwa yang terjadi di ruang perkuliahan selama proses belajar mengajar berlangsung. Adapun yang diamati dan dicatat oleh kolaborator adalah:

a. Pengamatan terhadap kegiatan mengajar dosen

Pengamatan terhadap kegiatan mengajar dosen mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Melaksanakan apersepsi yang dapat memotivasi mahasiswa dan membuat mahasiswa tertarik untuk belajar.

2) Mengembangkan kajian problematika dalam pembelajaran melalui kegiatan:

a) Menuliskan topik problematika yang akan dibahas berdasarkan kajian materi dalam mata kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah.

b) Memberikan penjelasan materi yang cukup dapat dipahami mahasiswa.

c) Membagi topik-topik problematika tersebut kepada setiap mahasiswa

d) Mendorong dan mengarahkan mahasiswa untuk menjawab pertanyaan dari dosen.


(34)

34

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Memberikan waktu yang cukup bagi mahasiswa untuk menelaah pertanyaan yang diberikan dosen maupun dari mahasiswa lainnya. 4) Menggunakan media yang sesuai dengan pembahasan.

5) Memberikan reward kepada mahasiswa yang memperlihatkan kemampuan berfikir dalam menjawab pertanyaan dosen.

b. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mahasiswa

1) Respon mahasiswa terhadap topik yang ditulis /dikembangkan oleh dosen.

2) Kesiapan mahasiswa mengikuti pembelajaran dalam perkuliahan Problematika dalam Pembelajaran Sejarah melalui pendekatan model blended-learning yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah..

3) Banyaknya mahasiswa yang menyimak saat proses pembelajaran berlangsung.

4) Respon mahasiswa terhadap materi yang dikembangkan dosen. 5) Respon mahaiswa terhadap pertanyaan teknis yang diberikan dosen 6) Respon mahasiswa terhadap pertanyaan praktis yang diberikan dosen. 7) Respon mahasiswa terhadap pertanyaan emansipatoris yang diberikan

dosen

8) Keaktifan mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan yang sifatnya emansipatoris.

9) Respon mahasiswa terhadap pendapat dosen atau mahasiswa lain

c. Pengamatan terhadap proses belajar mengajar 1) Keadaan Ruang Perkuliahan

2) Situasi belajar


(35)

35

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Refleksi (reflect)

Refleksi merupakan tahap untuk mendiskusikan hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. Aktifitas dosen/peneliti dan aktifitas mahasiswa selama proses pembelajaran yang diamati dan dicatat oleh kolaborator dibahas pada tahap refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk membahas kekurangan-kekuarangan yang ditemukan sehingga peneliti mempunyai bahan untuk perbaikan pada tindakan selanjutnya, selain itu tahap refleksi juga digunakan untuk membicarakan keberhasilan yang telah diraih sebagai upaya untuk meningkatkan mutu dalam tindakan berikutnya.

Keempat kegiatan tersebut di atas yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) merupakan satu siklus dan bila dalam satu siklus penelitian ini belum berhasil, maka dilaksanakan siklus selanjutnya. Siklus dalam penelitian ini tidak dibatasi jumlahnya sehingga siklus bisa terus dilaksanakan sampai penelitian ini berhasil.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan atau salah tafsir dalam penelitian ini maka berikut ini peneliti akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Model Blended-Learning

Dalam penelitian ini blended-learning yang dimaksud.adalah penerapan yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Seperti yang dikemukakan oleh Watson (2008 :6 ) berikut ini: “The integration of face to face and online learning to help enhance the classroom


(36)

36

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

experience and extend learning through the innovative use of information and communications technology.”

Blended learning yang dikembangkan penulis pada penelitian ini adalah dengan memadukan metode penugasan berbasis online dengan metode diskusi pada bagian tatap muka. Keberhasilan penerapannya ditandai dengan tercapainya tujuan pembelajaran, serta terpenuhinya indikator berpikir kritis.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir analisis dalam ranah kognitif yang diperkenalkan Bloom pada tahun 1956 yang terdiri atas kemampuan ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, synthesis, dan evaluasi. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan berpikir kritis bertujuan menganalisis idea atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna . Ennis mengemukakan seperti berikut ini, “Critical thinking is reasonable reflective thinking that is

focused on deciding what to believe or do…”(Fisher, 2001:7)

Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh Ennis dalam Mutaqin(2004: 41) menyatakan bahwa “berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis idea atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.”

Dalam penelitian ini sebagaimana diadaptasi dari pikiran Ennis (1998:17-18), indikator-indikator berpikir kritis tersebut ditunjukkan berupa perilaku-perilaku berikut ini:

1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) 2. Membangun ketrampilan dasar (basic support)


(37)

37

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Membuat inferensi (inferring)

4. Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarrification) 5. Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics)

Karena pertimbangan dana, waktu dan tenaga, maka peneliti memutuskan untuk hanya menggunakan dua indicator berpikir kritis, yaitu: a. Memberikan penjelasan sederhana

b. Membuat inferensi atau kesimpulan

Untuk lebih jelasnya, indikator berpikir kritis yang dioperasionalisasikan dalam penelitian ini seperti terdapat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Tabel Indikator Berpikir Kritis

INDIKATOR DESKRIPTOR SUBDESKRIPTOR KODE

1. Memberikan penjelasan sederhana

a. Memfokuskan pertanyaan

1) Mengidentifikasi atau merumuskan masalah 2) Mengidentifikasi

kriteria-kriteria kemungkinan jawaban

1

2

b. Menganalisis argument

1) Mengidentifikasi kesimpulan

2) Mengidentifikasi alasan 3) Mengidentifikasi

kesesuaian 4) Mengidentifikasi

perbedaan

3

4 5


(38)

38

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Merangkum 7

c. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi

1) Mengapa 2) Apa intinya 3) Bagaimana

menerapkannya pada konteks 8 9 10 2. Inferensi (menyimpul kan) a. Membuat induksi dan mempertimba ngkannya

1) Membuat hipotesis 2) Membuat kesimpulan 3) Membuat generalisasi

11 12 13

b. Membuat keputusan dan mempertimba ngkannya

1) Latar belakang fakta 2) Penerapan prinsip-prinsip

14 15

F. Instrumen Penelitian

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung (Arikunto, 1998:146).


(39)

39

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati proses kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan. Untuk mendapatkan gambaran mengenai proses belajar mengajar dari awal hingga akhir dalam pembelajaran sejarah, peneliti melakukan kegiatan observasi atau pengamatan langsung di kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Dalam kegiatan observasi ini, peneliti harus mempunyai ketajaman dalam meneliti ataupun memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di kelas selama proses kegiatan belajar mengajar tersebut berlangsung.

Adapun hal-hal yang diobservasi adalah: 1. Pengamatan terhadap aktivitas dosen

2. Pengamatan terhadap aktivitas belajar mahasiswa 3. Pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas

4. Pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa di learning management system (LMS).

Untuk dapat mengamati empat hal tersebut di atas, peneliti menggunakan dan mengembangkan instrumen berikut ini:

a. Fieldnotes atau catatan lapangan

Melalui catatan lapangan ini dapat dihimpun berbagai informasi mengenai proses pembelajaran yang berlangsung selama tindakan. Catatan lapangan yang bersifat terbuka ini dilakukan oleh peneliti bersama mitra dengan tujuan mendapatkan gambaran utuh yang dapat dijadikan pertimbangan pada saat refleksi.

b. Berpikir Kritis

Checklist yang dimaksud diikembangkan dari indikator berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis (1998:17) berikut: (elementary clarification), basic support, inferring, advanced clarification, dan strategies and tactics. Melalui


(40)

40

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi, Peneliti bersama mitra memutuskan untuk menggunakan dua indikator saja.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya analisa data hasil penelitian tindakan kelas berdasarkan rancangan kualitatif yang dikenal dengan inductive analysis. Menurut Mc Millan dan Schumacher (2010:367): “Inductive analysis is the process through which qualitative researchers synthesize and make meaning from the data, starting with the specific data and ending with categories and patterns.”

Pada tahap ini dikumpulkan data-data yang diperoleh dari berbagai metode pengumpulan data (observasi, dokumentasi, refleksi) ditulis dalam format data. Data-data temuan yang terkumpul, selanjutnya diinterpretasi untuk menyusun sejumlah kategorisasi. Kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada tiga aspek, yaitu:

a. Latar atau konteks kelas (proses pembelajaran). Berupa informasi umum dan khusus tentang latar fisik di dalam dan di luar kelas dan latar belakang para pelaku (dosen dan mahasiswa)

b. Proses pembelajaran berupa informasi tentang interaksi sosial antara dosen dengan mahasiswa, antar mahasiswa dan perubahan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung setelah menggunakan model blended learning. c. Aktifitas berupa informasi tentang tindakan para pelaku tindakan yaitu

tindakan dosen dan tindakan mahasiswa.

Analisis terhadap data yang diperoleh, dilaksanakan dengan melakukan tahapan pengumpulan data, kemudian melakukan pengujian terhadap validasi dari data tersebut meliputi triangulasi, member chek dan audit trail.


(41)

41

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Validasi Data

Validasi data merupakan salah satu syarat penting dalam pelaksanaan seluruh jenis penelitian, termasuk penelitian tindakan kelas didalamnya. Validasi data yang digunakan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah practical validity, yaitu validitas praktis yang bersyarat seluruh anggota kelompok penelitian tindakan mengakui dan meyakini bahwa alat yang digunakan dalam PTK ini layak digunakan(Wiriaatmadja. 2005: 161-171). Adapun validasi yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Triangulasi, di mana peneliti melakukan pemeriksaan data yang didapat oleh peneliti kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil mitra peneliti yang hadir dan menyaksikan situasi dimana penelitian sedang berlangsung. Dengan dibandingkannya hasil analisis peneliti dengan mitra peneliti maka peneliti mempunyai kesempatan untuk melakukan perubahan berdasarkan data yang baru dan lengkap.

b. Member Check, di mana peneliti memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara mengkonfirmasikan kepada responden (dalam hal ini mahasiswa) pada setiap akhir tindakan dengan cara mengemukakan keadaan atau kuantitas keaktifan mahasiswa saat mengikuti proses pembelajaran.

c. Audit Trail, di mana peneliti menngecek kebenaran data yang telah dikumpulkan dengan cara membicarakan dan mendiskusikan dengan dosen atau para ahli.

d. Expert opinion

Expert opinion, di mana peneliti meminta nasihat kepada pembimbing penelitian dimana pembimbing akan memeriksa semua tahapan kegiatan


(42)

42

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu pembimbing juga memberikan arahan terhadap masalah-masalah yang dikemukan oleh peneliti.

I. Analisis Data

Untuk analisis data kuantitatif yang mencakup data hasi penilaian pada tiap siklus yang didapat dari penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa.. Analisis ini dilakukan setelah semua data terkumpul, maka pengolahan data dimulai dengan memberi skor terhadap hasil setiap siklusnya untuk kedua tindakan tersebut. Langkah berikutnya adalah menghitung normalitas dan uji-t berpasangan (Paired samples test).. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 10.0 for windows. Pengolahan data ini dilakukan untuk data ceklist hasil pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Pengolahan data selengkapnya adalah sebagai berikut:

1. Uji Nomalitas

Uji Normalitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak dan ini dilakukan terhadap data tindakan 1 dan tindakan 2 untuk setiap siklusnya. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-smirnov dengan taraf signifikansi (α) 0.05, untuk menguji hipotesisnya dapat dibuat pemisalan bahwa:

Ho = Data tidak berdistribusi normal H1 = Data berdistribusi normal

Apabila nilai sig > α dengan α = 0.05, maka H1 diterima, atau Ho ditolak

dengan kata lain bahwa data tersebut berdistribusi normal. 2. Uji-t Berpasangan (Paired sample t-test)


(43)

43

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji-t berpasangan yang dipakai adalah uji-t berpasangan satu sisi untuk sisi atas. Uji-t ini adalah salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan (meyakinkan) dari dua buah mean sampel (dua buah variabel yang dikomparasikan). (Uyanto.2009). Uji-t bepasangan di lakukan karena kedua data tersebut berdistribusi normal, dan uji-t berpasangan satu sisi untuk sisi atas bertujuan untuk menguji salah satu data yang lebih baik dari data lawannya. Analisis ini digunakan untuk melihat peningkatatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa menggunakan model blended learning untuk setiap siklusnya.

3. Korelasi Peningkatan pada setiap siklus

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan atau tidak, maka dapat dicari melalui analisis signifikansi koefisien korelasi. Apabila data tersebut bersistribusi normal maka menggunakan rumus product moment pearson, sedangkan apabila data tersebut berdistribusi tidak normal maka uji selanjutnya adalan uji nonparametrik yaitu dengan uji koefisien korelasi formula spearman.

Formula pearson adalah sebagai berikut:

r =

  

 

2

 

2

2 2

N XY X Y

N X X N Y Y

            

 

Formula Spearman adalah sebagai berikut:

n n

d

rs i

 

3

6 1

Keterangan:

r = Koefisien korelasi

di = Disparitas atau selisih antara dua variabel


(44)

44

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu X = Penerapan model blended learning


(45)

97

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, berikut ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan yang mengacu pada rumusan masalah yang dituangkan dalam Bab I yaitu bagaimana merencanakan, melaksanakan blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah, serta upaya mengatasi kendala yang muncul. Berdasarkan refleksi yang dilakukan, mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya melalui penggunaan e-learning dalam pencarian sumber yang dipadukan dengan teknik diskusi, serta mengunggahnya melalui Learning Management System. Selain itu peneliti juga mengungkapkan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas mengenai upaya penerapan model blended learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah selama tiga siklus telah menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, pada tahap perencanaan peneliti berdiskusi dengan kolaborator mengenai rancangan proses pembelajaran yang akan diselenggarakan. Berkaitan dengan penerapan blended learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah. Selain itu, dipersiapkan juga silabus, satuan acara perkuliahan, format catatan lapangan, ceklist pengamatan, serta learning management system(LMS) dengan memanfaatkan software moodle yang disediakan Direktorat TIK UPI. LMS selain berfungsi sebagai alat evaluasi juga berfungsi sebagai alat observasi proses pembelajaran melalui e-learning.

Kedua, setelah melalui tiga siklus, pelaksanaan upaya penerapan model blended learning telah terbukti berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam mata kuliah Problematika dalam pembelajaran sejarah secara . signifikan. Hal itu terlihat peningkatannya dari Tindakan satu ke tindakan berikutnya yang selalu meningkat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.


(46)

98

Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perpaduan penugasan berbasis internet dengan metode diskusi telah terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Ketiga, kendala-kendala yang muncul dalam penelitian ini terutama kendala teknis pada tugas esai yang harus dikumpulkan secara online dapat diatasi dengan menggunakan CD. Sedangkan kendala aklokasi waktu, hingga akhir penelitian tidak berhasil diatasi.

B. Rekomendasi

Berikut ini peneliti akan memaparkan beberapa saran kepada beberapa pihak berkaitan dengan hasil penelitian mengenai penerapan blended-learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Sejarah pada mata kuliah Problematika dalam pembelajaran sejarah..

Pertama, bagi pihak jurusan Pendidikan Sejarah agar dapat menjadikan mata kuliah TIK dalam Pembelajaran Sejarah yang sekarang merupakan mata kuliah pilihan, menjadi mata kuliah wajib. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam aksesibilitas yang efektif dan efisien terhadap sumber informasi. Dengan demikian, akan sangat mendukung kelancaran perkuliahan mahasiswa pada mata kuliah lainnya, dan dunia kerja di kemudian hari. Hal itu perlu dilakukan karena berhubungan dengan kesiapan para calon guru ini di tengah persaingan global, dan deras serta pesatnya gelombang arus teknologi dan informasi

Kedua, bagi mahasiswa sebaiknya pemanfaatan e-learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber dan media pembelajaran yang akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa itu sendiri, dan untuk siswa-siswa di sekolah tempat yang bersangkutan mengabdikan diri.

Ketiga, bagi Dosen pengampu mata kuliah Problematika dalam Pembelajaran Sejarah agar menggunakan model blended learning ini untuk proses perkuliahannya sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Demikian juga untuk dosen-dosen lainnya, peneliti sangat menganjurkan penggunaan Blended Learning ini pada masing-masing perkuliahan yang diampunya, karena


(1)

99 Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, juga dapat mereduksi proses

dehumanisasi pada perkuliahan berbasis internet.

Keempat, bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan, agar dilakukan

identifikasi terhadap kelemahan-kelemahan penelitian ini baik yang disadari peneliti maupun yang tidak. Peneliti menganjurkan bagi yang berminat melakukan penelitian lanjutan, agar melakukan penelitian pengembangan (Research and Development) pada model Blended

Learning ini. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan suatu model blended learning yang ajeg


(2)

100 Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Sumber Jurnal:

Boyle, T [et al] (2003, October). Using blended learning to improve student success rates in learning to program. Journal of Educational Media, 28(2-3), 165-178.

Garrison, D.R & Kanuta, H.(2004) Blended Learning: Uncovering its transformative potential in higher education. The Internet and Higher Education. 7(2), 95-105.

Komalasari, K. [et al] (2008) “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam PKn Melalui Penerapan Model Controversial Issues”. Jurnal Penelitian. 8 (1). 406-416.

Sumber Buku:

Arikunto, S (1989) Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S, dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Banks, J. A. (1985) Teaching Strategis for the Social Studies. New York: Longman.

Beyer, B K. (1989) Teaching Thinking in Social Studies. London: A Bell & Howell Company.

Beyer, B. K. (1990) Developing A Thinking Skills Program. Boston: Allyn & Bacon.

Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. (1982) Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Clark, R. C. and Mayer, R. E. (2003) E-Learning and The Science of Instruction. San Fransisco: Jossey-Bass/Pfeiffer.


(3)

101 Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Creswell, J. W. (1994) Research Design: Qualitatitative and Quantitative

Approaches. Thousand Oaks-London-New Delhi: Sage Publications.

Davies, I. K. (1981) Instructional Technique. Washington: McGraw Hill, Inc.

Dimiyati dan Mudjiono (1995). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, S.B.dan Zain, A. (2002) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ennis, R. H. (1996) Critical Thinking (University of Illinois), New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Feldman, R. S. (1975) Essentials of Understanding Psychology. New York: Mc Graw-Hill.

Gay, LR. (1985) Educational Research: Competencies for Analysis and Application. Ohio: Charles E Merril Publishing.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan S. H. (1997) Pengembangan Teori dan Metodologi Serta Orientasi

Pendidikan Sejarah: Kurikulum dan Buku Teks Sejarah. Jakarta:

Depdikbud.

Hasan, S. H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Hatimah, J. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira

Hopkins. (1996). A Teacher’s Guide to Classroom Research: Second Edition.

Buckingham-Philadelphia: Open University Press.

Jarkey, N. (2012) Blended (E) Learning. Sidney:The University of Sidney-FYE Working Group.

Kamarga, H. (2002) Belajar Sejarah Melalui e-learning: Alternatif Mengakses

Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: PT Intimedia

Kemmis, S and Mc Taggart, R. (1990) The Action Research Planner. Geelong, Victoria: Deakin University


(4)

102 Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

McMillan, J.H. and Schumacher, S. (2010) Research in Education, Evidence-Based

Inquiry (Seventh edition). New Jersey: Pearson Education. Inc.

Moleong, L. J. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Rosdakarya

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional ; Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmawati, F. (Tanpa tahun). Model Belajar e-Learning untuk Meningkatkan

Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Teknik Boga

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. [15 Januari 2013]

Reece, I. and Walker, S. (2003) Teaching, Training and Learning: a Practical Guide. Sunderland: Business Education Publishers.

Reiser, R. A. and Dempsey, J. V. [ed] (2002) Trends and Issues in Instructional

Design and Technology. Upper Sadlle River: Merril Prentice Hall.

Rusyan, T. (1993). Evaluasi dalam Proses BelajarMengajar. Bandung: Bina Budhaya

Salisbury, D. F. (2000) Five Technologies for Educational Change. Englewood Cliffs-New Jersey: Educational Technology Publications.

Sudjana, N. (1998). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, N dan Ibrahim, R. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sukidin [et al] (2002) Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Penerbit Insan Cendekia.

Sukmadinata, N. S. (1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sukmadinata. N. S. (2005) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Suryosubroto, B. (2002) Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Syah, M. (2006). Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya


(5)

103 Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tomei, L. A. [ed.] (2003) Challenges of Teaching with Technology Across The

Curriculum: Issues and Solutions.

Hershey-London-Melbourne-Singapore-Beijing: Information Science Publishing.

Tn. (2011). Teacher Manual: Learning Management System. Bandung:Direktorat Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Widja, I. G. (1991) Pendidikan Sejarah dan Tantangan Masa Depan. Singaraja: FKIP Universitas Udayana.

Wiriaatmadja, R. (1996). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press.

Wiriaatmadja, R. (1998) Simposium Pengajaran Sejarah: Landasan Filosofis

Kurikulum Pengajaran Sejarah (SMU) Tantangan dan Harapan. Jakarta

Depdikbud.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wiyanto, A. (2000). Seni Terampil Diskusi. Jakarta: Gramedia.

Zuchdi, D.(2008) Humanisasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber selain Jurnal dan Buku:

Hasan, S. H. (1991). Model Pengajaran Untuk IPS. Makalah dalam Penataran Dosen PGSD.

Hasan, S. H. (2008) Pengembangan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah. Makalah pada Seminar IKAHIMSI, 8 April 2008 di UPI, Bandung.

Sugandi, D. dkk (2000) Peningkatan Kemampuan Historical Thinking Mahasiswa

dengan Menggunakan Metode Inquiry pada Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, Penelitian Hibah


(6)

104 Tarunasena, 2013

Upaya Penerapan Model Blended-Leaning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suriadinata, S. (1991).Upaya Dosen Pancasila Membina Pribadi Mahasiswa

Sebagai Warga Negara Yang Bertanggung Jawab Melalui Kegiatan Diskusi Kelas Pendidikan Pancasila. Tesis, FPIPS, IKIP: tidak

diterbitkan.

Wiyanarti, E. (2011) Program Pembelajaran IPS sebagai Wahana Pengembangan

Nilai Empatik Peserta Didik. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung:

tidak diterbitkan

Sumber Internet:

Dwiyogo, W.D. (tanpa tahun) Pembelajaran Berbasis Blended Learning [Online] Tersedia:

http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning Dziuban, C. [et al](2004, March 30) Blended Learning. ECAR Research Bulletin.

Available online at http://www.educause.edu/ecar/

Sukarno (2011) Blended Learning. Sebuah Alternatif Model Pembelajaran

Mahasiswa Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru dalam Jabatan. jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/download/77/52 [26 Februari 2013]

Wahono, R.S. (2005) Pengantar e-Learning dan Pengembangannya.[ONLINE] Ilmu Komputer.com

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. [on line]

available at: http://www.dikti.org/Uuno20th2003-Sisdiknas.htm (diakses: 8 April 2007)

Watson, J. (2008). Blending Learning: The Convergence of Online and Face-to-Face

Education. Tersedia:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd= 5&sqi=2&ved=0CGwQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.inacol.org% 2Fresearch%2Fpromisingpractices%2FNACOL_PP-BlendedLearning-lr.pdf&ei=czWrT9_PF8bNrQfpw6nfAQ&usg=AFQjCNHW52P4Gyj4S _q3ReFgTumcWIreXA [diakses: 10 Mei 2012]