T1 232011136 Full text
1
PENDAHULUAN
Mulai tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merencanakan untuk melakukan konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Dengan digunakannya standar yang sama pada laporan keuangan, diharapkan agar laporan keuangan menjadi lebih mudah untuk diperbandingkan. Harmonisasi dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan merevisi beberapa standar dalam PSAK agar sesuai dengan standar internasional. Salah satu standar yang direvisi adalah PSAK 48 (penurunan nilai aset) dengan mengacu pada IAS 36 dan berlaku efektif mulai 1 Januari 2011. BAPEPAM-LK juga mensyaratkan agar PSAK 48 (revisi 2009) diberlakukan secara bertahap oleh entitas-entitas bisnis yang memiliki akuntabilitas publik, termasuk di dalamnya adalah perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan dalam Bursa Efek Indonesia (go public) mulai tahun 2011 (Kementerian Keuangan RI 2010).
Dengan diterbitkannya PSAK 48 (revisi 2009), perusahaan harus melakukan penyesuaian apabila nilai tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aset lebih kecil dari nilai tercatat, maka nilai tercatat harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aset dan harus segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi. Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aset lebih besar dari nilai tercatat aset, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan dalam PSAK lain. Setelah kerugian penurunan nilai aset diakui, beban depresiasi (amortisasi) aset untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa periode depresiasi (amortisasi) (PSAK 48 Revisi 2009). Tujuan dari uji penurunan nilai adalah agar aset-aset yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencerminkan sisa potensi dari aset secara wajar. Penyajian yang wajar (fair presentation) unsur-unsur dan pos-pos dalam laporan keuangan adalah salah satu karakteristik kualitatif informasi keuangan yang diutamakan IFRS (Yohanes 2011). Oleh karena itu pengungkapan penurunan nilai aset dalam laporan keuangan perusahaan diperlukan agar laporan
(2)
2 keuangan memberikan informasi yang menggambarkan realitas ekonomi yang sebenarnya kepada para pengguna laporan keuangan yang akan mengambil keputusan. PSAK 48 (revisi 2009) menerapkan penurunan nilai untuk jenis aset selain persediaan, aset kontrak konstruksi, aset imbalan kerja, aset keuangan dalam lingkup PSAK 55 (revisi 2006), properti investasi metode revaluasi, biaya tangguhan dan aset tak berwujud dalam kontrak asuransi, serta aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada penurunan nilai goodwill sebagai salah satu aset tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan non-keuangan yang go public. Peneliti berfokus pada aspek goodwill karena mulai tahun 2011, goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis tidak lagi boleh diamortisasi melainkan harus diuji penurunan nilainya sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009). Selain itu, goodwill juga merupakan aset yang tidak boleh dilakukan pembalikan rugi penurunan nilai meskipun nilai terpulihkannya lebih besar daripada nilai tercatatnya (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 119).
Dengan semakin ketatnya persaingan usaha yang dihadapi perusahaan-perusahaan menuntut perusahaan-perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi agar dapat bertahan dan berkembang menjadi lebih besar. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan ekspansi (Swandari 1992 dalam Widjanarko 2014). Ekspansi dibagi menjadi ekspansi internal melalui pertumbuhan divisi-divisi dalam perusahaan dan ekspansi eksternal yang dilakukan dengan cara bergabung dengan perusahaan lain (Widjanarko 2014). Ekspansi eksternal yang dilakukan perusahaan akan menghasilkan goodwill apabila jumlah yang dibayarkan atas aktiva dalam rangka ekspansi tersebut melebihi nilai pasar aktiva.
Perusahaan non-keuangan di Indonesia pun menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dan banyak pula yang melakukan ekspansi eksternal seperti akuisisi dan merger yang akan menghasilkan goodwill. Sesuai PSAK 48 (revisi 2009), perusahaan non-keuangan tersebut juga harus melakukan uji penurunan nilai atas goodwill yang dimiliki agar nilai yang terdapat dalam laporan keuangan dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan melaporkan rugi penurunan nilai sebagai beban dalam laporan laba/ rugi. Rugi penurunan nilai ini tentu akan mempengaruhi nilai laba perusahaan tersebut. Semakin besar nilai rugi
(3)
3 penurunan nilai yang dilaporkan dapat diartikan semakin besar pula beban perusahaan yang akan berdampak pula pada angka laba perusahaan yang terlihat semakin kecil. Angka laba ini menjadi salah satu indikator yang menunjukkan kinerja perusahaan dan rugi penurunan nilai yang dilaporkan dalam laporan laba/ rugi merupakan informasi yang tidak menguntungkan (unfavorable) bagi perusahaan dan besarnya nilai rugi penurunan nilai ini ditentukan berdasarkan judgement perusahaan. Oleh karena itu diperlukan tingkat kepatuhan (compliance level) perusahaan yang tinggi dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang berkualitas. Terlebih lagi, tidak seperti perusahaan keuangan yang secara umum memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi karena mendapat pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BAPEPAM, perusahaan non-keuangan tidak memperoleh pengawasan seketat pengawasan pada perusahaan keuangan. Penilaian tingkat kepatuhan perusahaan non-keuangan go public dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill dalam penelitian ini didasarkan pada kesesuaiannya dengan kriteria yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009).
Sebelum penelitian ini, penelitian mengenai penurunan nilai goodwill juga pernah dilakukan oleh Tyrone M. Carlin, Nigel Finch, dan Guy Ford pada tahun 2007 dengan objek perusahaan-perusahaan besar Australia yang telah go public. Secara mengejutkan, hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa telah terjadi tingkat ketidakpatuhan yang besar oleh perusahaan-perusahaan besar Australia terhadap peraturan AASB 136. Selain itu ada juga penelitian mengenai implikasi dari pengungkapan penurunan nilai goodwill sesuai dengan FAS 142 yang dilakukan oleh Wolfgang Schultze pada tahun 2005. Namun sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 dengan mengacu pada PSAK 48 (revisi 2009).
PSAK 48 (revisi 2009) berlaku mulai tahun 2011 dengan syarat transisi prospektif. Sehingga pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki goodwill seharusnya telah melakukan pengungkapan penurunan nilai goodwill sesuai ketentuan yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009). Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan audited
(4)
4 perusahaan non-keuangan tahun 2012 yang terdapat dalam www.idx.co.id untuk membahas masalah seberapa besar tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan non-keuangan dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang dimiliki sesuai ketentuan PSAK 48 (revisi 2009) dan syarat pengungkapan mana yang banyak dilakukan dan tidak dilakukan oleh perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai penerapan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan nilai goodwill pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Dalam penelitian yang terkait dengan penerapan PSAK 48 (revisi 2009) ini akan mendeskripsikan industri dan sub sektor mana yang mengungkapkan kepemilikan goodwill, bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pengungkapan tentang ketentuan umum terkait goodwill dan penurunan nilai goodwill, serta kelengkapan pengungkapan opsi yang digunakan perusahaan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill yang dimiliki.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan penjelasan kepada perusahaan-perusahaan non-keuangan yang telah go public mengenai seberapa besar penerapan PSAK 48 (revisi 2009) yang telah mereka lakukan dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang dimilikinya. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para investor dalam mengambil keputusan agar tidak hanya melihat dari nilai aset perusahaan non-keuangan yang besar, tetapi harus mempertimbangkan jenis aset yang dimiliki perusahaan non-keuangan tersebut karena akan berimplikasi pada penurunan nilai aset yang dialami perusahaan.
LANDASAN TEORI
Beberapa teori yang dapat digunakan untuk mengkaji penerapan PSAK 48 (revisi 2009) :
(5)
5 2.1Goodwill
Menurut pengertian PSAK 19, goodwill diartikan sebagai aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah. Goodwill adalah aset jangka panjang yang dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Setidaknya terdapat tiga PSAK yang mengatur tentang goodwill dan saling terkait, yaitu PSAK 19 (Aktiva Tetap Tak Berwujud), PSAK 22 (Kombinasi Bisnis), dan PSAK 48 (Penurunan Nilai Aset).
Goodwill akan muncul ketika sebuah perusahaan melakukan akuisisi perusahaan lain secara keseluruhan. Nilai goodwill diperoleh dari biaya untuk melakukan akuisisi dikurangi dengan nilai pasar wajar aset berwujud, aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi, dan kewajiban yang diperoleh dalam akuisisi. Sejalan dengan PSAK 19, PSAK 48 (revisi 2009) juga mendefinisikan goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis sebagai aset yang mewakili manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak teridentifikasi secara individual dan diakui secara terpisah (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 81).
2.2Penurunan Nilai
PSAK 48 (revisi 2009) mendefinisikan rugi penurunan nilai sebagai jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Mulai tahun 2011, goodwill yang muncul dari akuisisi berdasarkan PSAK 22 tidak lagi boleh diamortisasi melainkan harus dilakukan uji penurunan nilai setiap tahunnya dengan cara pengujian yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009).
Untuk melakukan uji penurunan nilai, sejak tanggal akuisisi goodwill harus dialokasikan ke dalam Unit Penghasil Kas (Cash Generating Unit – CGU) terkecil di dalam perusahaan pengakuisisi yang mendapatkan dampak positif dari akuisisi tersebut (PSAK 48 (revisi 2009)Paragraf 80). Jika alokasi awal goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak dapat diselesaikan
(6)
6 sebelum berakhirnya periode tahunan ketika kombinasi bisnis telah terjadi, alokasi awal tersebut harus diselesaikan sebelum akhir dari periode tahunan pertama setelah tanggal akuisisi (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 84). Setiap tahun Unit Penghasil Kas yang telah mendapatkan alokasi goodwill diukur apakah terjadi penurunan nilai atau terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai dengan melakukan perbandingan antara jumlah tercatat dengan jumlah terpulihkannya. Jika jumlah terpulihkan melebihi jumlah tercatatnya, unit dan goodwill yang dialokasikan ke unit tersebut harus dianggap tidak mengalami penurunan nilai (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 90). PSAK 48 (revisi 2009) juga tidak mengijinkan adanya pembalikan rugi penurunan nilai atas goodwill meskipun nilai terpulihkannya lebih besar daripada nilai tercatatnya (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 119).
Uji tahunan penurunan nilai untuk Unit Penghasil Kas yang telah menerima alokasi goodwill dapat dilakukan setiap waktu selama suatu periode tahunan, sepanjang pengujian dilakukan pada waktu yang sama setiap tahun (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 91).
Kriteria pengungkapan penurunan nilai goodwill yang disyaratkan dalam PSAK 48 (revisi 2009) adalah :
Tabel 1. Kriteria Pengungkapan Penurunan Nilai
KETENTUAN UMUM
Ketentuan pengungkapan penurunan nilai :
1. Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill (Paragraf 80)
2. Jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit (kelompok dari unit) (Pargraf 129)
3. Peristiwa atau kondisi yang mengarah pada pengakuan rugi penurunan nilai (Paragraf 125 a)
4. Waktu pengujian penurunan nilai (Paragraf 90)
5. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui (Paragraf 125 b) 6. Estimasi/ dasar yang digunakan untuk mengukur jumlah
terpulihkan suatu Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill (Paragraf 129)
(7)
7 OPSI 1
Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai pakai
a. Suatu uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 d)
b. Gambaran pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 d) c. Periode proyeksi arus kas dan penjelasannya (Paragraf 129
d)
d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan (Paragraf 129 d) e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 d)
OPSI 2
Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
a. Metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya penjualan (Paragraf 129 e)
b. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e)
c. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 e)
OPSI 3
Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang ditentukan dengan menggunakan proyeksi arus kas terdiskonto
a. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e)
b. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 e)
c. Periode arus kas yang diproyeksikan manajemen (Paragraf 129 e)
d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas (Paragraf 129 e)
e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 e) Sumber: PSAK 48 (Revisi 2009).
2.3Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian ini, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang juga membahas mengenai penurunan nilai, di antaranya :
(8)
8 Tabel 2. Beberapa Penelitian Terdahulu
No. Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1.
Schultze (2005)
The
Information Content of Goodwill – Impairments Under FAS 142:
Implications for External Analysis and Internal Control Goodwill, Penurunan Nilai, Pengendalian Internal, Pengukuran Kinerja
FAS 142 menyatakan bahwa goodwill adalah non-wasting asset. Tetapi,goodwill merupakan konsekuensi dari kelebihan pengembalian di masa depan yang didapat dari keunggulan kompetitif yang terkadang bersifat permanen, sehingga menurut peneliti, goodwill adalah wasting asset.
Untuk wasting asset, amortisasi dan penurunan nilai memiliki implikasi yang berbeda, sehingga umumnya dipisahkan. Menurut FAS 142, baik komponen maupun perubahan nilai dari amortisasi dan penurunan nilai ditunjukkan secara terpisah.
Menurut peneliti, hasil dari kerugian penurunan nilai tidak dapat diinterpretasikan sebagai beban dan harus dieliminasi. Sementara FAS 142 menghendaki perusahaan mengukur kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai wajar dan mengidentifikasi aset dengan menghilangkan kapitalisasi mereka yang membuat penyesatan akuntansi dan sebagai konsekuensi dari implementasi penggunaan akuntansi nilai wajar penuh yang setengah hati.
(9)
9 No. Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
2.
Carlin, Finch, dan Ford (2007) Goodwill Impairment – An Assessment of Disclosure Quality and Compliance Levels by Large Listed Australian Firms Goodwill, Akuntansi Penurunan Nilai, Tingkat Kepatuhan, Kualitas Pengungkapan
Tingkat ketidakpatuhan terhadap peraturan AASB 136 secara mengejutkan tinggi, dan kasus di mana tipe pengungkapan yang sangat spesifik didiskusikan dalam suatu standar yang sebenarnya diproduksi dengan luar biasa mencolok.
3. Aryanto (2011)
Kajian Penerapan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset di Perusahaan Migas
Unit Penghasil Kas, Penurunan Nilai
Penentuan Unit Penghasil Kas perlu memperhatikan faktor agregasi unit yang menggunakan infrastruktur yang sama dalam menghasilkan kas. Jika penentuan Unit Penghasil Kas terlalu kecil, maka selain berdampak pada kurang efisien dan efektif untuk tujuan perhitungan uji penurunan nilai, dampak lainnya adalah risiko pengakuan penurunan nilai menjadi semakin tinggi.
4.
Gordon dan Hsu (2012)
Long – Lived Asset Impairments and Future Performance under US GAAP and IFRS
Penurunan Nilai Aset Tetap, Kinerja Masa Depan Berdasarkan GAAP, Kinerja Masa Depan Berdasarkan IFRS
Penurunan nilai berpengaruh negatif terhadap arus kas masa depan dan laba masa depan, tetapi hubungannya tergantung dari tipe aset yang diturunkan nilainya dan standar yang digunakan. Berdasarkan IFRS, total penurunan nilai secara konsisten berhubungan dengan arus kas masa depan dan laba masa depan, tetapi tidak untuk GAAP. Penurunan nilai aset berwujud dan goodwill
(10)
10
No.
Peneliti dan Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
seringkali berpengaruh terhadap kinerja ke depan perusahaan yang berpedoman pada IFRS. Penurunan nilai aset menggunakan GAAP memberikan informasi yang lebih sedikit daripada menggunakan IFRS, penggunaan standar yang berbeda menghasilkan kegunaan yang berbeda untuk pengguna laporan keuangan.
Sumber: Dari Berbagai Jurnal.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012. Metode pemilihan sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria perusahaan non-keuangan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit (audited) tahun 2012, perusahaan non-keuangan tersebut memiliki jenis goodwill positif yang bernilai lebih dari 0, dan perusahaan non-keuangan tersebut mengungkapkan nilai goodwill positif yang dimiliki dalam laporan keuangannya.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui www.idx.co.id. Data penelitian ini berupa laporan keuangan audited perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012.
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi. Dalam penelitian ini, fenomena yang diamati adalah penurunan nilai dari goodwill
(11)
11 yang merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan non-keuangan dan tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang dikuasainya sesuai PSAK 48 (revisi 2009).
Setelah data diperoleh dari www.idx.co.id, peneliti melakukan seleksi perusahaan non-keuangan yang mengungkapkan nilai goodwill dalam laporan keuangannya. Dari seleksi tersebut akan diperoleh sampel yang diperlukan peneliti untuk menjawab persoalan penelitian. Selanjutnya dilakukan pengidentifikasian kriteria pengungkapan penurunan nilai yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009). Peneliti akan membandingkan kriteria tersebut dengan pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dilakukan oleh perusahaan sampel dalam catatan atas laporan keuangannya. Setelah pembandingan tersebut selesai dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan untuk menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada bab pertama.
ANALISIS DAN BAHASAN ANALISIS
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran dari sampel penelitian, pembandingan pengungkapan yang telah dilakukan oleh masing-masing perusahaan sampel dengan kriteria pengungkapan penurunan nilai goodwill dalam PSAK 48 (revisi 2009), dan pembahasan mengenai hasil dari penelitian tersebut.
4.1Gambaran Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan yaitu seluruh perusahaan kecuali lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Setelah dilakukan analisis terhadap sampel maka diperoleh sampel penelitian sebagai berikut:
(12)
12 Tabel 3. Pengambilan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012 456 Jumlah perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2012 (72)
Jumlah perusahaan yang belum mempublikasikan Laporan
Keuangan tahun 2012 (3)
Jumlah perusahaan yang hanya mempunyai jenis goodwill
negative (5)
Jumlah perusahaan yang nilai goodwillnya 0(null) pada tahun
2012 (18)
Jumlah perusahaan yang tidak mengungkapkan nilai goodwill (241)
Jumlah perusahaan sampel 117
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Dari hasil seleksi sampel, diketahui masih terdapat beberapa perusahaan yang mengungkapkan nilai goodwill negatif yang dimilikinya. Sesuai PSAK 22 (revisi 2010) tentang kombinasi bisnis, goodwill negatif yang diperoleh sebelum 1 Januari 2011 harus dihentikan pengakuannya dan dilakukan penyesuaian terhadap saldo laba. Perusahaan yang masih mengungkapkan nilai goodwill negatif yang dimilikinya di Laporan Keuangan tahun 2012 adalah PT. Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA), PT. Modernland Realty Tbk (MDLN), PT. Nirvana Development (NIRO), PT. Pikko Land Development (RODA), dan PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). Diduga perusahaan-perusahaan tersebut belum siap untuk menghentikan pengakuan goodwill negatif yang dimilikinya karena penghentian pengakuan goodwill negatif ini akan disertai dengan penyesuaian saldo laba. Apabila goodwill negatif dihentikan pengakuannya, maka saldo laba yang dimiliki perusahaan juga akan berkurang. Semakin tinggi saldo goodwill negatif yang dihentikan pengakuannya, maka saldo laba perusahaan tersebut juga akan berkurang semakin banyak.
(13)
13 Gambar 1. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Sektornya
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Berdasarkan klasifikasi industri yang ditetapkan oleh NEJ yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification), perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 sektor, yaitu Sektor Utama (Industri Penghasil Bahan Baku), Sektor Kedua (Industri Pengolahan atau Manufaktur), dan Sektor Ketiga (Industri Jasa). Pada penelitian ini, sampel sebanyak 117 perusahaan didominasi dari sektor industri jasa yang berjumlah 65 perusahaan. Hal ini menunjukkan 56% perusahaan sampel berasal dari sektor industri jasa. Menurut peneliti, kondisi tersebut dikarenakan sub sektor yang tergabung dalam industri jasa adalah sub sektor yang terdiri dari perusahaan-perusahaan besar dan perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan yang masih terus bertumbuh karena pangsa pasarnya yang luas dan semakin meningkat sehingga perusahaan-perusahaan tersebut juga banyak melakukan kombinasi bisnis yang akan menghasilkan goodwill sebagai salah satu bentuk ekspansi yang dilakukan agar tetap dapat bertahan dan berkembang menjadi semakin besar di tengah persaingan yang juga semakin ketat.
(14)
14 Gambar 2. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Sektor Berdasarkan
Kelompok Industrinya
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Apabila dilihat dari sektor berdasarkan kelompok industri, 32 perusahaan sampel berasal dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Hal ini diduga karena sektor perdagangan, jasa, dan investasi adalah sektor yang aktif dalam mengembangkan bisnisnya, salah satunya melalui kombinasi bisnis yang akan menghasilkan goodwill. Sektor perdagangan, jasa, dan investasi ini juga banyak diminati investor. Saat ini, sektor perdagangan, jasa, dan investasi memiliki pangsa pasar yang semakin meningkat serta target masyarakat yang semakin besar, misalnya PT. Hero Supermarket Tbk (HERO) yang banyak membuka cabang di berbagai kota, PT. Media
Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT. Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang telah dikenal publik sebagai salah satu stasiun televisi di Indonesia serta PT. Global Mediacom Tbk (BMTR) yang juga telah dikenal publik dengan nama
(15)
15 MNC Media. Sektor ini dipandang sektor yang menjanjikan di mata investor. Selain itu, sektor perdagangan, jasa, dan investasi memiliki anggota yang cukup banyak, yakni 102 perusahaan yang terbagi menjadi delapan sub sektor (32 perusahaan dari sub sektor perdagangan grosir/ perdagangan besar barang produksi, 21 perusahaan dari sub sektor perdagangan eceran, 20 perusahaan dari sub sektor hotel, restoran, dan pariwisata, 11 perusahaan dari sub sektor advertising, printing, dan media, 1 perusahaan dari sub sektor kesehatan, 4 perusahaan dari sub sektor jasa komputer dan perangkat lainnya, 9 perusahaan dari sub sektor perusahaan investasi, dan 4 perusahaan dari sub sektor lainnya).
Terdapat pula sektor berdasarkan kelompok industri yang kebanyakan sub sektornya tidak dapat digunakan sebagai sampel, di antaranya adalah sektor pertanian dan sektor aneka industri. Empat sub sektor dari masing-masing sektor berdasarkan kelompok industri tersebut memiliki jumlah sampel nol. Berdasarkan dugaan peneliti, pertumbuhan kedua sektor tersebut untuk saat ini kurang menjanjikan bagi para investor. Diduga juga terdapat faktor-faktor konglomerasi untuk perusahaan yang memiliki goodwill pada sektor ini, misalnya pada sub sektor perkebunan, perusahaan yang memiliki nilai goodwill di antaranya adalah PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).
Berdasarkan kategori sub sektor perusahaan non-keuangan, sampel terbesar berasal dari sub sektor property dan real estate dengan jumlah sampel sebesar 12 perusahaan (lihat lampiran, tabel jumlah sampel per sektor). Selain dikarenakan sub sektor property dan real estate memiliki perusahaan anggota terbanyak dibandingkan dengan sub sektor lainnya, yaitu 44 perusahaan, sub sektor property dan real estate sebagian besar terdiri dari perusahaan-perusahaan besar, seperti PT. Sentul City Tbk (BKSL), PT. Cowell Development Tbk (COWL), PT. Intiland Development Tbk (DILD), PT. Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT. MNC Land Tbk (KPIG), dan PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
(16)
16 4.2Deskripsi Perusahaan Sampel Dalam Pengungkapan Ketentuan
Umum
Dalam mengungkapkan poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009) seperti yang telah disebutkan pada bagian landasan teori, terdapat perusahaan sampel yang memiliki pengungkapan yang lengkap, tetapi ada juga perusahaan sampel yang memiliki pengungkapan yang tidak lengkap atau tidak memenuhi keenam poin yang disyaratkan PSAK 48 (revisi 2009).
Gambar 3. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Pengungkapan Ketentuan Umum
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Hanya sebagian kecil saja dari perusahaan sampel yang mengungkapkan poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009) secara lengkap. Dari 22 perusahaan yang mengungkapkan poin-poin ketentuan umum secara lengkap, empat perusahaan berasal dari sub sektor perdagangan eceran yang termasuk dalam sektor berdasarkan kelompok industri perdagangan, jasa, dan investasi serta tiga perusahaan berasal dari sub sektor batu bara yang termasuk dalam sektor berdasarkan kelompok industri pertambangan dan juga tiga perusahaan berasal dari sub sektor property dan real estate yang termasuk dalam sektor berdasarkan kelompok industri property dan real estate. Sedangkan 95 perusahaan sampel
(17)
17 (81%) memilih untuk tidak mengungkapkan sebagian atau seluruh poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan. Menurut peneliti, perusahaan sampel yang memilih untuk tidak mengungkapkan seluruh poin-poin ketentuan umum dikarenakan perusahaan tersebut memiliki nilai goodwill yang sangat kecil jika dibandingkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan, sehingga manajer menganggap bahwa biaya untuk melakukan pengujian penurunan nilai atas goodwill yang dimiliki akan lebih besar daripada manfaat yang akan diterima perusahaan ketika melakukan pengungkapan, oleh karena itu perusahaan tidak melakukan pengungkapan persyaratan ketentuan umum karena perusahaan tidak melakukan pengujian penurunan nilai. Rata-rata persentase goodwill terhadap total aset perusahaan yang memiliki pengungkapan ketentuan umum yang tidak lengkap adalah sebesar 3,68%. Contoh perusahaan yang tidak mengungkapkan seluruh poin-poin ketentuan umum adalah PT. Toba Bara Sejahtera Tbk, diperkirakan karena goodwill yang dimiliki hanya sebesar 0,01% dari keseluruhan aset yang dimiliki.
Tabel 4. Rata-Rata Pengungkapan Ketentuan Umum Perusahaan Sampel
Persyaratan Ketentuan Umum
Tidak
Ungkap % Ungkap % Total 1. Unit Penghasil Kas yang
mendapat alokasi goodwill
(Paragraf 80) 23 19% 94 80% 117
2. Jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit (kelompok dari unit)
(Pargraf 129) 30 25% 87 74% 117
3. Peristiwa atau kondisi yang mengarah pada pengakuan rugi penurunan nilai
(Paragraf 125 a) 77 65% 40 34% 117 4. Waktu pengujian
penurunan nilai (Paragraf
90) 65 55% 52 44% 117
5. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui (Paragraf
(18)
18
Persyaratan Ketentuan Umum
Tidak
Ungkap % Ungkap % Total 6. Estimasi/ dasar yang
digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan suatu Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill
(Paragraf 129) 59 50% 58 49% 117
Rata-Rata 48,33 41% 68,67 58% 117
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Poin ketentuan umum yang banyak diungkapkan oleh perusahaan sampel adalah ketentuan umum poin kesatu (Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill), poin kedua (jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit), dan poin kelima (jumlah rugi penurunan nilai yang diakui). Jumlah perusahaan sampel yang mengungkapkan poin-poin tersebut berada di atas rata-rata pengungkapan keseluruhan ketentuan umum (58%). Karena apabila perusahaan telah mengalokasikan nilai goodwill yang dimiliki ke dalam Unit Penghasil Kas, biasanya mereka juga akan memerinci jumlah yang dialokasikan ke dalam masing-masing Unit Penghasil Kas serta menyebutkan jumlah penurunan nilai yang diakui perusahaan. Namun, sebagian besar perusahaan sampel yang melakukan pengungkapan poin ketentuan umum yang kelima mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai.
(19)
19 Gambar 4. Jumlah Perusahaan Sampel Berdasarkan Pengungkapan
Jumlah Penurunan Nilai Goodwill
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Dari 117 perusahaan sampel, 70 perusahann (60%) mengungkapkan jumlah penurunan nilai atas goodwill yang mereka miliki sebesar 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai. Diduga karena sebagian besar perusahaan sampel mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null), sehingga mereka merasa tidak perlu untuk mengungkapkan poin ketentuan umum yang ketiga. Dari 117 perusahaan sampel di atas, hanya 40 perusahaan yang memiliki pengungkapan ketentuan umum poin ketiga. Perusahaan yang tidak mengungkapkan poin ketiga adalah perusahaan yang tidak melakukan pencadangan penurunan nilai. Diduga perusahaan tidak melakukan cadangan penurunan nilai karena sebagian besar perusahaan sampel memiliki nilai goodwill yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan total aset yang dimiliki, sehingga manajer berpendapat tidak ada penurunan nilai untuk goodwill yang dimiliki dan mereka tidak melakukan cadangan penurunan nilai. Sedangkan perusahaan yang mengungkapkan adanya penurunan nilai goodwill, ada kemungkinan untuk memperoleh efisiensi pajak sebagai akibat dari penurunan laba karena pengungkapan rugi penurunan nilai goodwill.
(20)
20 4.3Deskripsi Perusahaan Sampel Dalam Memilih Opsi/ Metode Untuk
Menghitung Nilai Terpulihkan Goodwill
Dalam mengukur jumlah terpulihkan untuk menentukan penurunan nilai goodwill, terdapat tiga opsi yang dapat digunakan seperti yang telah disebutkan pada bagian landasan teori. Perusahaan dapat memilih untuk menggunakan salah satu opsi atau lebih dalam menetapkan jumlah terpulihkan goodwill yang dimilikinya sesuai dengan masing-masing kriteria dari Unit Penghasil Kas yang memperoleh alokasi goodwill.
Gambar 5. Jumlah Perusahaan Sampel Untuk Masing-Masing Opsi Jumlah Terpulihkan
(21)
21 Enam puluh lima perusahaan sampel (55% dari keseluruhan perusahaan sampel) memilih untuk tidak mengungkapkan dasar yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill (tanpa opsi). Dari 65 perusahaan tersebut, 6 perusahaan tidak mengungkapkan opsi yang digunakan karena mereka menggunakan jasa penilai independen untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill dan 59 perusahaan sisanya tidak melakukan pengungkapan apapun tentang opsi yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Hal ini sejalan dengan tabel 4 (Rata-Rata Pengungkapan Ketentuan Umum Perusahaan Sampel). Diduga karena sebagian besar perusahaan sampel mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null), sehingga mereka juga merasa tidak perlu untuk menyebutkan dasar yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Sementara itu 52 perusahaan sampel yang lain mengungkapkan pengunaan salah satu opsi atau lebih yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Opsi yang banyak dipilih oleh perusahaan sampel adalah opsi 1 yang mengukur jumlah terpulihkan goodwill dengan didasarkan atas nilai pakai, yaitu sebanyak 31% dari keseluruhan perusahaan sampel.
Tabel 5. Rata-Rata Pengungkapan Perusahaan Sampel Untuk Tiap Opsi
Opsi 1 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan Atas Nilai Pakai)
Tidak
Ungkap % Ungkap %
a. Suatu uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh
manajemen (Paragraf 129 d) 7 17% 33 80% b. Gambaran pendekatan manajemen
untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama
(Paragraf 129 d) 27 66% 13 32%
c.
Periode proyeksi arus kas dan
penjelasannya (Paragraf 129 d) 29 71% 11 27% d.
Tingkat pertumbuhan yang digunakan
(Paragraf 129 d) 29 71% 11 27%
e.
Tingkat diskonto untuk proyeksi arus
kas (Paragraf 129 d) 23 56% 17 41%
(22)
22
Opsi 2 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan Atas Nilai Wajar Dikurangi Biaya Untuk
Menjual)
Tidak
Ungkap % Ungkap %
a. Metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar dikurangi biaya
penjualan (Paragraf 129 e) 0 0% 3 100% b. Penjelasan dari setiap asumsi utama
yang digunakan sebagai dasar oleh
manajemen (Paragraf 129 e) 1 33% 2 67% c. Penjelasan dari pendekatan manajemen
untuk menetapkan nilai yang
ditentukan untuk setiap asumsi utama
(Paragraf 129 e) 1 33% 2 67%
Rata-Rata 0,67 22% 2,33 78%
Opsi 3 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan Atas Nilai Wajar Dikurangi Biaya Untuk
Menjual yang Ditentukan Dengan Menggunakan Proyeksi Arus Kas
Terdiskonto)
Tidak
Ungkap % Ungkap %
a. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e)
b. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 e)
c. Periode arus kas yang diproyeksikan manajemen (Paragraf 129 e)
d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk mengekstrapolasi proyeksi arus kas (Paragraf 129 e)
e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 e)
4 31% 9 69%
6 46% 7 54%
4 31% 9 69%
4 31% 9 69%
2 15% 11 85%
Rata-Rata 4 31% 9 69%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Untuk opsi 1 dan opsi 3, syarat pengungkapan poin a, yaitu tentang penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh manajemen, lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan sampel dikarenakan syarat poin a ini berhubungan dengan poin-poin pengungkapan lainnya untuk setiap opsi. Sedangkan poin-poin lainnya tidak saling berhubungan sehingga
(23)
23 terdapat variasi perbandingan jumlah perusahaan yang mengungkapkan poin-poin tersebut dan yang tidak mengungkapkannya.Untuk opsi 1 poin-poin b, c, d, dan e, lebih banyak perusahaan sampel yang memilih untuk tidak mengungkapkan poin-poin tersebut. Menurut dugaan peneliti, sebagian besar perusahaan yang memilih menggunakan opsi 1 mengungkapkan bahwa jumlah penurunan nilai goodwill yang mereka miliki adalah 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai goodwill sehingga mereka tidak menjelaskan secara rinci metode yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Sedangkan untuk opsi 3 poin b, c, d, dan e, jumlah perusahaan sampel yang memilih untuk melakukan pengungkapan lebih banyak daripada yang tidak melakukan pengungkapan.
Untuk opsi 2 poin a, b, dan c lebih banyak perusahaan sampel yang memilih untuk melakukan pengungkapan karena pesyaratan pengungkapan untuk opsi 2 ini saling berhubungan sehingga lebih banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan semua poin-poin persyaratan opsi 2.
KESIMPULAN
Dari uraian pada bab analisis dan bahasan analisis, maka masalah penelitian seperti yang telah disampaikan pada bab pendahuluan dapat terjawab. Sebagian besar perusahaan sampel yang mengungkapkan memiliki goodwill berasal dari sektor industri jasa (sektor ketiga). Sedangkan apabila dilihat berdasarkan kategori sub sektor, sampel terbanyak berasal dari sub sektor property dan real estate yang juga merupakan sub sektor dari sektor industri jasa. Sebagian besar perusahaan sampel memiliki jumlah penurunan nilai goodwill 0 (null). Dari 117 perusahaan sampel, 60% di antaranya memiliki jumlah penurunan nilai goodwill 0 (null). Dalam melakukan pengungkapan ketentuan umum sesuai PSAK 48 (revisi 2009), hanya 18% perusahaan sampel yang memiliki pengungkapan ketentuan umum yang lengkap dan 74% lainnya memiliki pengungkapan ketentuan umum yang tidak lengkap. Poin ketentuan umum yang paling banyak diungkapkan (80%) oleh perusahaan sampel adalah poin ketentuan umum Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill. Sedangkan poin
(24)
24 ketentuan umum yang paling sedikit diungkapkan (34%) oleh perusahaan sampel adalah poin ketentuan umum peristiwa atau kondisi yang mengarah pada pengakuan rugi penurunan nilai.
Untuk pengungkapan opsi yang digunakan oleh perusahaan sampel guna mengukur jumlah terpulihkan goodwill, 55% perusahaan sampel tidak mengungkapkan opsi yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan. Banyak perusahaan sampel yang tidak mengungkapkan opsi karena adanya perusahaan yang menggunakan jasa penilai independen untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill serta karena sebagian besar perusahaan sampel mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai, sehingga mereka juga merasa tidak perlu untuk menyebutkan dasar yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill.
Dari hasil analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2012 telah mematuhi peraturan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan nilai goodwill. Adanya poin-poin pengungkapan sesuai PSAK 48 (revisi 2009) yang tidak diungkapkan oleh perusahaan tidak dapat diartikan bahwa perusahaan tidak patuh terhadap ketentuan PSAK 48 (revisi 2009), namun dapat dikarenakan banyaknya variasi yang terjadi di lapangan yang menyebabkan perusahaan tidak mengungkapkan poin-poin pengungkapan yang ditentukan oleh PSAK 48 (revisi 2009) secara keseluruhan.
Implikasi Teori dan Terapan
Kesimpulan dalam penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Carlin, dkk (2007) yang melakukan penelitian mengenai tingkat kepatuhan dan kualitas pengungkapan informasi penurunan nilai goodwill sesuai AASB 136 yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan go public di Australia. Carlin, dkk (2007) memberikan kesimpulan bahwa terjadi tingkat ketidakpatuhan yang tinggi terhadap peraturan AASB 136. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti memberikan kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 telah patuh terhadap peraturan
(25)
25 PSAK 48 (revisi 2009) dalam melakukan pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dimiliki. Dalam hal perusahaan-perusahaan non-keuangan tersebut tidak mengungkapkan kriteria-kriteria yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009) adalah dikarenakan suatu kondisi yang dialami perusahaan dan atas dasar pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti cost and benefit. Namun, dalam penelitian ini, peneliti tidak mempertimbangkan aspek kualitas pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan.
Karena perusahaan-perusahaan non-keuangan yang menjadi objek penelitian ini telah patuh terhadap ketentuan PSAK 48 (revisi 2009), maka perusahaan-perusahaan tersebut disarankan untuk tetap melanjutkan pengungkapan penurunan nilai goodwill seperti yang telah dilakukan dalam laporan keuangannya pada tahun 2012. Sementara itu, para investor juga diharapkan agar tidak hanya melihat pada nilai goodwill yang merupakan salah satu aset perusahaan saja, tetapi investor juga harus melihat pada penurunan nilai yang terjadi atas goodwill yang dimiliki oleh perusahaan karena rugi penurunan nilai yang terjadi pada goodwill perusahaan juga dapat berpengaruh pada laba perusahaan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, di mana dalam penelitian ini tidak memperhatikan kualitas dari pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Peneliti hanya berfokus pada aspek ada atau tidaknya poin-poin pengungkapan yang sesuai dengan ketentuan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan nilai goodwill. Selain itu, dalam penelitian ini juga tidak memperhatikan hubungan antara pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dilakukan perusahaan dengan kinerja perusahaan tersebut.Untuk penelitian mendatang sebaiknya memperhatikan juga aspek kualitas dari pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang telah go public. Selain itu juga perlu dipertimbangkan untuk
(26)
26 meneliti bagaimana pengaruh dari pengungkapan penurunan nilai goodwill terhadap kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanto, Yohanes Handoko. 2011. ―A Theoretical Review On the Accounting
Standards About Non-Depreciable Assets.‖ (n.d.). http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1863823.
———. ―Kajian Penerapan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset di
Perusahaan Migas.‖ 2011 (n.d.).
Carlin, Tyrone M., Finch Nigel, and Ford Guy.2007. ―Goodwill Impairment- An
Assessment of Disclosure Quality and Compliance Levels by Large Listed
Australian Firms.‖ MGSM Working Papers in Management, (n.d.).
http://ssrn.com/abstract=963078.
Gordon, Elizabeth A., and Hsu, Hsiao-Tang. 2012. ―Long-Lived Asset Impairments and Future Performance under US GAAP and IFRS.‖Temple University, (n.d.). http://ssrn.com/abstract=2127868.
Ikatan Akuntan Indonesia.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.48 (revisi
2009): Penurunan Nilai Aset, n.d.
http://www.docstoc.com/docs.124467413/PSAK-48-Penurunan-Nilai-Aset. Ikatan Akuntan Indonesia.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.19 (revisi
2009):Aktiva Tak Berwujud, n.d.
http://www.docstoc.com/docs.124467413/PSAK-19-Aktiva-Tak-Berwujud. International Accounting Standards Board.International Accounting Standards
No. 36: Impairment of Assets, n.d.
http://www.iasplus.com/en/standards/ias/ias36.
JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Sektor BEI (Bursa
Efek Indonesia), September 28, 2014, n.d.
(27)
27 Kementerian Keuangan RI. Bapepam-LK: PSAK Dan ISAK Diberlakukan Secara
Bertahap, July 30, 2010, n.d. http://www.kemenkeu.go.id/en/node/14565.
Schultze, Wolfgang. ―The Information Content of Goodwill-Impairments Under
FAS 142: Implications for External Analysis and Internal
Control.‖Schmalenbach Business Review 57. July 2005 (n.d.): 276–297.
Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal.2002. Pedoman Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik Industri Real Estate.
Widjanarko, Hendro.2014. ‗Merger, Akuisisi, Dan Kinerja Perusahaan (Studi
Atas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)‘, Universitas
Pembangunan Nasional ‘Veteran’
(28)
28
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Evelyn Cindy Harsoyo
NIM : 232011136
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 25 Maret 1993
Alamat : Perumahan Griya Kencana 1 No. 7 Pati
Judul Skripsi : TINGKAT PENGUNGKAPAN PENURUNAN NILAI GOODWILL PERUSAHAAN NON-KEUANGAN
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1997 – 1998 : TK CAHAYA NUR KUDUS 2. 1998 – 1999 : TK KANISIUS PATI
3. 1999 – 2005 : SD KANISIUS PATI 4. 2005 – 2008 : SMP NEGERI 3 PATI 5. 2008 – 2011 : SMA NEGERI 1 PATI
PENGALAMAN
1. Asisten dosen ―Matematika Bisnis‖ Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Gasal 2013/2014.
2. Asisten Dosen ―Akuntansi Keuangan Menengah 1‖ Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Genap 2013/ 2014.
3. Asisten Dosen ―Laboratorium Perpajakan‖ Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Genap 2013/ 2014 - Semester Antara 2013/ 2014.
4. Panitia Kegiatan ―Salatiga Film Festival 2013‖, tanggal 11 April 2013, tempat
di Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
5. Panitia Kegiatan ―Visit Plan 2012‖, tanggal 30 April - 3 Mei 2012, acara
(29)
29
6. Peserta Seminar ―Management by Touch‖, tanggal 14 April 2014, pembicara
C.K. Song (CEO dari KMK Global Sport Group).
7. Peserta Acara Accounting Week 2014 Program Studi Akuntansi Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, dengan tema ―Let’s Find The Passion of Accounting‖,
tanggal 19 – 22 Maret 2014, penyelenggara Himpunan Mahasiswa Program Studi Akuntansi, tempat di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
8. Peserta Seminar Nasional ―Hypno Selling‖, tanggal 15 Januari 2014.
9. Peserta Seminar Nasional ―Peran Akuntansi Dalam Perekonomian Global dan
Borderless Economy‖, tanggal 4-5 April 2012, penyelenggara Kelompok
Studi Akuntansi, tempat di Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
10. Peserta Seminar Nasional Kewirausahaan ―Inspire, Instruct, Improve: Other
Side of Business‖, tanggal 7 Maret 2012, pembicara Anne Avantie dan Tung
Desem Waringin, penyelenggara Kelompok Studi Manajemen.
11. Peserta Seminar ―Welcome to The Work World‖, tanggal 18 Januari 2012,
(30)
30 Lampiran 1. Jumlah Sampel Per Sektor
SEKTOR Jumlah Sampel
SEKTOR UTAMA (SEKTOR INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Sub Sektor Perikanan 1
Sub Sektor Perkebunan 10
Sub Sektor Tanaman Pangan 0
Sub Sektor Peternakan 0
Sub Sektor Kehutanan 0
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Pertanian 11
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Batu-Batuan 0
Sub Sektor Batu Bara 10
Sub Sektor Logam dan Mineral 3
Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi 3
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Pertambangan 16
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Sub Sektor Kayu dan Pengolahannya 1
Sub Sektor Keramik, Porselen, dan Kaca 0
Sub Sektor Kimia 1
(31)
31
SEKTOR Jumlah Sampel
Sub Sektor Pakan Ternak 3
Sub Sektor Plastik dan Kemasan 3
Sub Sektor Pulp dan Kertas 1
Sub Sektor Semen 2
Sub Sektor Lainnya 0
12 Jumlah Sektor Industri Dasar dan Kimia
Sektor Aneka Industri
Sub Sektor Alas Kaki 0
Sub Sektor Elektronilka 0
Sub Sektor Kabel 0
Sub Sektor Otomotif dan Komponen 4
Sub Sektor Tekstil dan Garmen 1
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Aneka Industri 5
Sektor Industri Barang Konsumsi
Sub Sektor Farmasi 2
Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga Sub Sektor Makanan dan Minuman
1 3
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 0
Sub Sektor Rokok 2
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Industri Barang Konsumsi 8
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Property dan Real Estate
(32)
32
SEKTOR Jumlah Sampel
Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan 1
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Property dan Real Estate 13
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Sub Sektor Energi 1
Sub Sektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya 2
Sub Sektor Telekomunikasi 4
Sub Sektor Transportasi
Sub Sektor Konstruksi Non-Bangunan
9 4
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 20
Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi
Sub Sektor Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi 9
Sub Sektor Perdagangan Eceran 6
Sub Sektor Hotel, Restoran, dan Pariwisata 4
Sub Sektor Advertising, Printing, dan Media 6
Sub Sektor Kesehatan 0
Sub Sektor Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya 1
Sub Sektor Perusahaan Investasi 5
Sub Sektor Lainnya 1
Jumlah Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi 32
Jumlah Perusahaan Sampel 117
(33)
33 Lampiran 2. Daftar Perusahaan Sampel Menurut Pengungkapan Ketentuan Umum
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
Perusahaan Sampel dengan Pengungkapan Ketentuan Umum yang Lengkap SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
SIMP BORN BRAU BSSR
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk
PT. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk PT. Berau Coal Energy Tbk
PT. Baramuli Suksessarana Tbk Sektor Pertanian
Perkebunan
Sektor Pertambangan Batu Bara
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Pakan Ternak CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
Sektor Industri Barang Konsumsi
Makanan dan Minuman ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk
(34)
34
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Energi RAJA PT. Rukun Raharja Tbk
Telekomunikasi TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
Transportasi BLTA PT. Berlian Laju Tanker Tbk
Konstruksi Non Bangunan TBIG PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Eceran CENT PT. Centrin Online Tbk
ERAA PT. Erajaya Swasembada Tbk
GLOB PT. Global Teleshop Tbk
TRIO PT. Trikomsel Oke Tbk
Advertising, Printing, dan Media ABBA PT. Mahaka Media Tbk
EMTK PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk
Perusahaan Investasi ABMM PT. ABM Investama Tbk
Perusahaan Sampel dengan Pengungkapan Ketentuan Umum yang Tidak Lengkap
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perikanan CPRO PT. Central Proteinaprima Tbk
Perkebunan BWPT PT. BW Plantation Tbk
GZCO PT. Gozco Plantations Tbk
JAWA PT. Jaya Agra Wattie Tbk
LSIP
PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia
(35)
35
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
SGRO PT. Sampoerna Agro Tbk
SMAR
PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
UNSP PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk
Sektor Pertambangan
Batu Bara ADRO PT. Adaro Energy Tbk
ARII PT. Atlas Resources Tbk
BUMI PT. Bumi Resources Tbk
DOID PT. Delta Dunia Makmur Tbk
GEMS PT. Golden Energy Mines Tbk
SMMT PT. Golden Eagle Energy Tbk
Logam dan Mineral ANTM PT. Aneka Tambang Tbk
DKFT PT. Central Omega Resources Tbk
PSAB PT. J Resources Asia Pasifik Tbk
Minyak dan Gas Bumi BIPI PT. Benakat Petroleum Energy Tbk
ESSA PT. Surya Esa Perkarsa Tbk
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk
Kimia ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk
Logam dan Sejenisnya CTBN PT. Citra Tubindo Tbk
Pakan Ternak JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
(36)
36
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
Plastik dan Kemasan BRNA PT. Berlina Tbk
FPNI PT. Titan Kimia Nusantara Tbk
IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Tbk
Pulp dan Kertas TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
Semen SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk
SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen BRAM PT. Indo Kordsa Tbk
Tekstil dan Garmen PBRX PT. Pan Brothers Tbk
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk
Makanan dan Minuman AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Rokok HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate BKSL PT. Sentul City Tbk
COWL PT. Cowell Development Tbk
DILD PT. Intiland Development Tbk
ELTY PT. Bakrieland Development Tbk
EMDE PT. Megapolitan Developments Tbk
GWSA PT. Greenwood Sejahtera Tbk
(37)
37
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
KPIG PT. MNC Land Tbk
SCBD PT. Danayasa Arthatama Tbk
Konstruksi dan Bangunan WIKA PT. Wijaya Karya Tbk
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya JSMR PT. Jasa Marga Tbk
META PT. Nusantara Infrastructure Tbk
Telekomunikasi INVS PT. Inovisi Infracom Tbk
ISAT PT. Indosat Tbk
FREN PT. Smartfren Telecom Tbk
Transportasi CASS PT. Cardig Aero Services Tbk
KARW PT. ICTSI Jasa Prima Tbk
MIRA PT. Mitra International Resources Tbk
PTIS PT. Indo Straits Tbk
TAXI PT. Express Transindo Utama Tbk
TRAM PT. Trada Maritime Tbk
WEHA PT. Panorama Transportasi Tbk
Konstruksi Non Bangunan INDY PT. Indika Energy Tbk
SUPR PT. Solusi Tunas Pratama Tbk
TOWR PT. Sarana Menara Nusantara Tbk
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang
Produksi AKRA PT. AKR Corporindo Tbk
BMSR PT. Bintang Mitra Semestaraya Tbk
(38)
38
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
GREN PT. Evergreen Invesco Tbk
JKON
PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
OKAS PT. Ancora Indonesia Resources Tbk
SQMI PT. Renuka Coalindo Tbk
TGKA PT. Tigaraksa Satria Tbk
Perdagangan Eceran MAPI PT. Mitra Adiperkasa Tbk
Hotel, Restoran, dan Pariwisata BUVA PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk
JIHD
PT. Jakarta International Hotels & Development Tbk
PANR PT. Panorama Sentrawisata Tbk
INPP PT. Indonesian Paradise Property Tbk
Advertising, Printing, dan Media LPLI PT. Star Pacific Tbk
MNCN PT. Media Nusantara Citra Tbk
SCMA PT. Surya Citra Media Tbk
VIVA PT. Visi Media Asia Tbk
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya ASGR PT. Astra Graphia Tbk
Perusahaan Investasi BHIT PT. Bhakti Investama Tbk
BNBR PT. Bakrie & Brothers Tbk
BMTR PT. Global Mediacom Tbk
Lainnya SUGI PT. Sugih Energy Tbk
Perusahaan Sampel yang Tidak Melakukan Pengungkapan Ketentuan Umum
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
(39)
39
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
Perkebunan AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk
Sektor Pertambangan
Batu Bara TOBA PT. Toba Bara Sejahtra Tbk
Minyak dan Gas Bumi ARTI PT. Ratu Prabu Energi Tbk
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen ASII PT. Astra International Tbk
AUTO PT. Astra Otoparts Tbk
Sektor Industri Barang Konsumsi
Rokok RMBA PT. Bentoel Internasional Investama Tbk
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Transportasi CMPP PT. Centris Multipersada Pratama Tbk
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang
Produksi ASIA PT. Asia Natural Resources Tbk
Perdagangan Eceran HERO PT. Hero Supermarket Tbk
Perusahaan Investasi MLPL PT. Multipolar Tbk
(40)
40 Lampiran 3. Jumlah Pengungkapan Perusahaan Sampel yang Mengungkapkan Ketentuan Umum Secara Tidak Lengkap
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan (Poin)
Jumlah Pengungkapan
(%)
1 2 3 4 5 6
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN
BAKU)
Sektor Pertanian
Perikanan
CPRO 1 1 0 0 0 0 2 33%
Perkebunan
BWPT 1 1 0 0 0 1 3 50%
GZCO 1 1 1 1 1 0 5 83%
JAWA 1 1 1 0 1 0 4 67%
LSIP 1 1 0 0 0 0 2 33%
PALM 0 0 0 0 1 0 1 17%
SGRO 1 1 0 0 1 0 3 50%
SMAR 1 1 0 0 1 1 4 67%
UNSP 1 0 0 0 1 0 2 33%
Sektor Pertambangan
Batu Bara
ADRO 1 1 1 0 1 1 5 83%
ARII 1 1 0 0 1 1 4 67%
BUMI 0 0 1 1 1 0 3 50%
DOID 1 1 0 0 0 0 2 33%
GEMS 1 0 1 1 1 1 5 83%
Perusahaan
(41)
41
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan (Poin)
Jumlah Pengungkapan
(%)
1 2 3 4 5 6
SMMT 1 1 0 1 1 1 5 83%
Logam dan Mineral
ANTM 1 1 0 1 1 1 5 83%
DKFT 0 0 0 0 0 1 1 17%
PSAB 1 1 1 0 1 1 5 83%
Minyak dan Gas Bumi
BIPI 1 1 0 1 1 1 5 83%
ESSA 1 0 0 0 1 0 2 33%
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya
SULI 1 1 0 0 1 0 3 50%
Kimia
ETWA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Logam dan Sejenisnya
CTBN 1 1 0 1 0 0 3 50%
Pakan Ternak
JPFA
1
1 0 1 1 1 5 83%
SIPD 1 1 0 0 1 1 4 67%
Plastik dan Kemasan
BRNA 0 0 0 0 1 0 1 17%
Perusahaan
(42)
42
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan (Poin)
Jumlah Pengungkapan
(%)
1 2 3 4 5 6
FPNI 0 0 0 0 1 0 1 17%
IGAR 1 1 0 1 1 1 5 83%
Pulp dan Kertas
TKIM 1 1 0 0 1 0 3 50%
Semen
SMCB 1 1 0 1 1 0 4 67%
SMGR 1 1 0 0 0 0 2 33%
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
BRAM 0 0 0 0 0 1 1 17%
Tekstil dan Garmen
PBRX 1 1 0 0 1 1 4 67%
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi
DVLA 1 1 0 0 0 0 2 33%
KLBF 0 0 1 1 1 1 4 67%
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
UNVR 1 1 0 0 0 1 3 50%
Makanan dan Minuman
AISA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Rokok
HMSP 0 0 1 0 1 0 2 33%
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Perusahaan
(43)
43
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan (Poin)
Jumlah Pengungkapan
(%)
1 2 3 4 5 6
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
BKSL 1 1 0 0 0 0 2 33%
COWL 1 0 0 1 1 0 3 50%
DILD 1 1 1 0 1 1 5 83%
ELTY 0 0 1 1 1 1 4 67%
EMDE 1 1 0 0 1 1 4 67%
GWSA 1 1 0 0 0 0 2 33%
KIJA 1 1 1 1 1 0 5 83%
KPIG 1 1 0 0 0 0 2 33%
SCBD 1 0 0 1 1 1 4 67%
Konstruksi dan Bangunan
WIKA 1 1 0 0 1 1 4 67%
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya
JSMR 1 1 0 0 0 0 2 33%
META 1 1 0 0 0 0 2 33%
Telekomunikasi
INVS 1 1 0 0 0 0 2 33%
ISAT 1 1 0 1 1 1 5 83%
FREN 1 1 1 0 1 1 5 83%
Transportasi
CASS 1 1 0 0 1 1 4 67%
Perusahaan
(44)
44
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan (Poin)
Jumlah Pengungkapan
(%)
1 2 3 4 5 6
KARW 1 1 0 1 1 0 4 67%
MIRA 0 0 0 1 1 0 2 33%
PTIS 0 0 0 0 0 1 1 17%
TAXI 1 1 0 0 1 0 3 50%
TRAM 1 1 0 0 0 0 2 33%
WEHA 1 1 0 0 1 1 4 67%
Konstruksi Non Bangunan
INDY 1 1 0 1 1 1 5 83%
SUPR 1 1 0 0 0 0 2 33%
TOWR 1 1 0 0 0 0 2 33%
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar
Barang Produksi
AKRA 1 1 0 1 1 0 4 67%
BMSR 1 1 1 0 1 0 4 67%
DSSA 1 1 0 0 0 1 3 50%
GREN 0 0 0 0 1 0 1 17%
JKON 1 1 0 1 1 0 4 67%
OKAS 1 1 1 1 1 0 5 83%
SQMI 1 1 0 0 0 0 2 33%
TGKA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Perdagangan Eceran
MAPI 1 1 0 0 0 1 3 50%
Perusahaan
(45)
45
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan (Poin)
Jumlah Pengungkapan
(%)
1 2 3 4 5 6
Hotel, Restoran, dan Pariwisata
BUVA 1 1 0 1 1 0 4 67%
JIHD 1 0 0 1 1 1 4 67%
PANR 1 1 0 0 1 0 3 50%
INPP 1 1 0 0 1 0 3 50%
Advertising, Printing, dan Media
LPLI 1 1 0 0 0 0 2 33%
MNCN 1 1 0 0 1 1 4 67%
SCMA 1 0 1 1 1 1 5 83%
VIVA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya
ASGR 0 0 0 0 1 0 1 17%
Perusahaan Investasi
BHIT 1 1 1 0 1 1 5 83%
BNBR 1 1 1 0 1 0 4 67%
BMTR 1 1 1 0 1 1 5 83%
Lainnya
SUGI 1 1 0 1 1 1 5 83%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Perusahaan
(46)
46 Lampiran 4. Persentase Goodwill Terhadap Total Aset
Perusahaan yang Memiliki Pengungkapan Ketentuan Umum yang Tidak Lengkap
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perikanan
1 CPRO 0.008%
Perkebunan
1 AALI 0.450%
2 BWPT 0.382%
3 GZCO 8.254%
4 JAWA 0.802%
5 LSIP 1.429%
6 PALM 0.011%
7 SGRO 0.186%
9 SMAR 0.137%
10 UNSP 4.565%
Sektor Pertambangan
Batu Bara
1 ADRO 15.274%
2 ARII 0.636%
(47)
47
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
7 DOID 0.357%
8 GEMS 0.253%
9 TOBA 0.010%
10 SMMT 0.274%
Logam dan Mineral
1 ANTM 0.941%
2 DKFT 1.440%
3 PSAB 5.484%
Minyak dan Gas Bumi
1 ARTI 1.242%
2 BIPI 29.460%
3 ESSA 29.262%
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya
1 SULI 0.000%
Kimia
1 ETWA 0.357%
Logam dan Sejenisnya
1 CTBN 1.282%
Pakan Ternak
2 JPFA 0.639%
(48)
48
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
Plastik dan Kemasan
1 BRNA 1.542%
2 FPNI 2.454%
3 IGAR 0.288%
Pulp dan Kertas
1 TKIM 0.238%
Semen
1 SMCB 0.988%
2 SMGR 0.461%
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
1 ASII 0.764%
2 AUTO 0.069%
3 BRAM 0.674%
Tekstil dan Garmen
1 PBRX 1.337%
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi
1 DVLA 0.957%
2 KLBF 3.170%
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
1 UNVR 0.517%
(49)
49
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
3 AISA 2.141%
Peralatan Rumah Tangga
Rokok
1 HMSP 0.230%
2 RMBA 0.287%
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
1 BKSL 0.003%
3 COWL 38.752%
4 DILD 0.102%
6 ELTY 0.228%
7 EMDE 0.238%
8 GWSA 0.000%
9 KIJA 0.118%
10 KPIG 0.053%
12 SCBD 0.541%
Konstruksi dan Bangunan
1 WIKA 0.044%
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Energi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya
(50)
50
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
2 META 0.756%
Telekomunikasi
1 INVS 6.949%
2 ISAT 2.398%
4 FREN 6.289%
Transportasi
2 CASS 2.093%
3 KARW 48.469%
4 MIRA 2.528%
5 PTIS 0.415%
6 TAXI 3.168%
7 CMPP 1.160%
8 TRAM 0.027%
9 WEHA 0.020%
Konstruksi Non Bangunan
1 INDY 4.929%
2 SUPR 2.293%
4 TOWR 1.034%
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi
1 AKRA 0.484%
2 ASIA 2.046%
(51)
51
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
4 DSSA 0.081%
5 GREN 1.476%
6 JKON 0.983%
7 OKAS 0.244%
8 SQMI 0.648%
9 TGKA 0.041%
Perdagangan Eceran
4 HERO 0.187%
5 MAPI 0.968%
Hotel, Restoran, dan Pariwisata
1 BUVA 0.912%
2 JIHD 0.432%
4 PANR 0.007%
5 INPP 0.032%
Advertising, Printing, dan Media
3 LPLI 5.085%
4 MNCN 2.780%
5 SCMA 15.288%
6 VIVA 20.068%
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya
1 ASGR 1.476%
Perusahaan Investasi
(52)
52
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
3 BNBR 0.024%
4 MLPL 0.939%
5 BMTR 15.033%
Lainnya
1 SUGI 11.314%
Rata-Rata 3.679%
(53)
53 Lampiran 5. Pengungkapan Jumlah Penurunan Nilai Goodwill Perusahaan Sampel
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor
Pertanian
Lainnya
Perikanan
1 CPRO Tidak Ungkap
Perkebunan
1 AALI Tidak Ungkap
2 BWPT Tidak Ungkap
3 GZCO 0
4 JAWA 0
5 LSIP Tidak Ungkap
6 PALM 0
7 SGRO 0
8 SIMP 0
9 SMAR 0
10 UNSP 0
Sektor Pertambangan
Batu Bara
1 ADRO 0
(54)
54 Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
3 BORN 0
4 BRAU $4.924
Dalam dollar Amerika
5 BSSR 0
6 BUMI 0
7 DOID Tidak Ungkap
8 GEMS 0
9 TOBA Tidak Ungkap
10 SMMT 0
Logam dan Mineral
1 ANTM 0
2 DKFT Tidak Ungkap
3 PSAB $4.463.906
Dalam dollar Amerika
Minyak dan Gas Bumi
1 ARTI Tidak Ungkap
2 BIPI 0
3 ESSA 0
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya
1 SULI Rp14.842.140.887 Dalam rupiah penuh
Kimia
(55)
55 Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
Logam dan Sejenisnya
1 CTBN Tidak Ungkap
Pakan Ternak
1 CPIN Rp7.438 Dalam jutaan rupiah
2 JPFA 0
3 SIPD 0
Plastik dan Kemasan
1 BRNA 0
2 FPNI 0
3 IGAR 0
Pulp dan Kertas
1 TKIM 0
Semen
1 SMCB 0
2 SMGR Tidak Ungkap
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
1 ASII Tidak Ungkap
2 AUTO Tidak Ungkap
3 BRAM Tidak Ungkap
4 MASA 0
Tekstil dan Garmen
1 PBRX 0
(56)
56 Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
Farmasi
1 DVLA Tidak Ungkap
2 KLBF 0
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
1 UNVR Tidak Ungkap
Makanan dan Minuman
1 ICBP 0
2 INDF 0
3 AISA 0
Rokok
1 HMSP 0
2 RMBA Tidak Ungkap
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
1 BKSL Tidak Ungkap
2 BSDE 0
3 COWL 0
4 DILD 0
5 DUTI 0
6 ELTY 0
7 EMDE 0
(1)
65
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
BRNA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
FPNI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
IGAR 1 1 1 1 1
Pulp dan Kertas
TKIM Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Semen
SMCB Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SMGR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
BRAM 1 0 0 0 0
Tekstil dan Garmen
PBRX 1 1 1
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi
DVLA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
KLBF 0 0 0 0 0
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
UNVR 1 0 0 0 0
Makanan dan Minuman
AISA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan
(2)
66
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
Rokok
HMSP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
BKSL Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
COWL Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
DILD 1 1 0 0 1
ELTY Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
EMDE Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
GWSA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
KIJA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
KPIG Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SCBD 1 0 0 0 0
Konstruksi dan Bangunan
WIKA 0 0 1 0 0
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya
JSMR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
META Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Telekomunikasi
Perusahaan
(3)
67
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
INVS Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
ISAT 1 1 1 1 1
FREN 1 1 0 0 1
Transportasi
CASS 0 0 0 0 0
KARW Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
MIRA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
PTIS 0 0 0 0 0
TAXI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
TRAM Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
WEHA 0 0 0 0 0
Konstruksi Non Bangunan
INDY 1 0 0 0 0
SUPR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
TBIG 1 1 1 1 1
TOWR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi
AKRA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
BMSR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
DSSA 1 0 0 0 0
GREN Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan
(4)
68
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
JKON Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
OKAS Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SQMI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
TGKA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perdagangan Eceran
MAPI 1 0 0 0 0
Hotel, Restoran, dan Pariwisata
BUVA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
JIHD 1 0 0 0 0
PANR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
INPP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Advertising, Printing, dan Media
LPLI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
MNCN 1 0 0 0 0
SCMA Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
VIVA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya
ASGR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan Investasi
BHIT 1 0 0 0 0
BNBR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
BMTR 1 0 0 0 0
Lainnya
Perusahaan
(5)
69
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
SUGI 0 0 0 0 0
Tidak Melakukan Pengungkapan Ketentuan Umum
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perkebunan
AALI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Pertambangan
Batu Bara
TOBA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Minyak dan Gas Bumi
ARTI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
ASII Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
AUTO Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Industri Barang Konsumsi
Rokok
RMBA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Transportasi
Perusahaan
(6)
70
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
CMPP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi
ASIA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perdagangan Eceran
HERO Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan Investasi
MLPL Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014 Perusahaan