Gambaran Penurunan Demam Pada Pasien Demam Tifoid Dewasa Setelah Pemberian Fluoroquinolone di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari - Desember 2007.

(1)

iv

ABSTRAK

GAMBARAN PENURUNAN DEMAM PADA PASIEN DEMAM

TIFOID DEWASA SETELAH PEMBERIAN FLUOROQUINOLONE

DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

PERIODE JANUARI – DESEMBER 2007

Angelina, 2009. Pembimbing I : Budi Widyarto Lana, dr. Pembimbing II : Lisawati Sadeli, dr., M. Kes

Demam tifoid merupakan salah satu jenis penyakit endemis di Indonesia, dan merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Diagnosis pasti ditegakkan melalui GAL kultur +.

Maksud penelitian ini untuk mengetahui efektivitas Fluoroquinolone pada pasien demam tifoid dewasa melalui penurunan demam yang permanen.

Tujuan penelitian ini yaitu meneliti gambaran penurunan demam pada pasien demam tifoid dewasa yang mendapat terapi dengan Fluoroquinolone..

Penelitian ini dilakukan secara retrospektif, dengan metode deskriptif, terhadap data rekam medik pasien dewasa yang didiagnosis pasti demam tifoid di Rumah Sakit Immanuel Bandung, periode Januari - Desember 2007. Parameter penyembuhan adalah penurunan demam secara permanen, yaitu tetap afebris sampai pasien pulang.

Jumlah pasien demam tifoid dewasa pada periode tersebut hanya 31 orang (GAL kultur +). Pada penelitian ini semua pasien menjadi afebris setelah pemberian

Fluoroquinolone. Suhu tubuh menjadi normal dengan persentase terbanyak, yaitu 25,8% pada hari keempat terapi, sedangkan lainnya bervariasi antara hari pertama sampai hari kedelapan

Kesimpulan, pada penelitian ini Fluoroquinolone menyembuhkan semua pasien demam tifoid dewasa yang diteliti, dengan persentase 25,8%, suhu tubuh menjadi afebris permanen setelah hari keempat terapi.


(2)

ABSTRACT

THE REDUCTION PATTERN OF FEVER IN TYPHOID FEVER

ADULT PATIENT AFTER TREATED WITH FLUOROQUINOLONE

IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG

IN THE PERIODE OF JANUARY TO DECEMBER 2007

Angelina, 2009. Tutor I : Budi Widyarto Lana, dr. Tutor II : Lisawati Sadeli, dr., M. Kes

Typhoid fever is one of the endemic diseases in Indonesia. It is easily spread and diagnosed by positive GAL culture.

The purpose of this study is to determine the effectivity of Fluoroquinolone in typhoid fever adult patients through normalization of body temperature.

The aim of the study is to observe the convertion of fever to normal body temperature permanently.

The study is performed retrospectively,using descriptive methode. In the periode of January to December 2007, there were thirty-one typhoid fever patients found in the medical records of Immanuel Hospital Bandung, who were treated with Fluoroquinolone. Cured patients were indicated by body temperature return to normal permanently. That is the patients remain afebrile till they discharge from the hospital and the body temperature remain normal when they got home..

The result is all the patient become afebrile within one until eight days after treatment, while most of them become afebrile (25,8 %) in the fourth day after treatment.

Conclusion: in this study, Fluoroquinolone cured all the adult typhoid fever patients and most of them became afebrile in the fourth day of treatment.


(3)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL………...……… i

LEMBAR PERSETUJUAN………... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Identifikasi Masalah... 1

1.3Maksud dan Tujuan... 2

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 2

1.5Kerangka Pemikiran... 2

1.6Metodologi Penelitian... 2

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi... 4

2.2 Etiologi... 4

2.3 Epidemiologi... 5

2.4 Masa Inkubasi... 5

2.5 Patogenesis... 5


(4)

2.6.1 Demam... 8

2.7 Diagnosis... 10

2.8 Pemeriksaan Laboratorium... 10

2.9 Penatalaksanaan... 12

2.9.1 Istirahat dan Perawatan... 12

2.9.2 Diet dan Terapi Penunjang... 13

2.9.3 Pemberian Antimikroba... 13

3.1 Quinolone... 14

3.1.1 Mekanisme Kerja... 15

3.1.2 Spektrum Antibakteri... 16

3.1.3 Farmakokinetik... 16

3.1.4 Efek Samping dan Interaksi Obat... 17

3.2 Penggunaan Ciprofloxacine yang Dianjurkan untuk Demam Tifoid 18 2.10 Pencegahan... 19

2.11 Vaksinasi... 21

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian... 22

3.2 Metode Penelitian... 22

3.3 Rancangan Penelitian... 22

3.4 Pengumpulan Data... 22

3.4.1 Sumber Data... 22

3.4.2 Populasi... 22

3.4.3 Kriteria Inklusi... 23

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian... 23

3.6 Penyajian Data... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 24


(5)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 28

5.2 Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA...29

LAMPIRAN...31


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Penurunan Demam pada Pasien Demam Tifoid Dewasa setelah

Pemberian Fluoroquinolone……….24

Tabel 4.1.2 Suhu Awal dan Suhu Akhir setiap Pasien Demam Tifoid Dewasa (sebelum dan sesudah terapi)……… 25


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Salmonella typhi...4

Gambar 2.2 Salmonella typhi (Gram stain)... 4

Gambar 2.3 Patogenesa Salmonella... 7

Gambar 2.4 Grafik Suhu Tubuh Pasien Demam Tifoid... 9

Gambar 4.1.1 Diagram Suhu Awal dan Suhu Akhir setiap Pasien Demam Tifoid Dewasa (sebelum dan sesudah terapi)... 26


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Penelitian Data Rekam Medik Pasien Demam Tifoid Dewasa (GAL kultur +) di Rumah Sakit Immanuel………... 30


(9)

Lampiran 1

No. Demam sebelum masuk RS Diagnosis Quinolone Hilangnya demam GAL kultur suhu suhu

(hari) (hari) awal akhir

1 7 demam tifoid Ciprofloxacin 4 S. paratyphi A + 39.4 36.4

2 7 demam tifoid Levofloxacin 4 S. typhi + 38.7 36

3 3 demam tifoid Levofloxacin 4 S. typhi + 39.6 36

4 4 demam tifoid Levofloxacin 4 S. typhi + 38.8 37

5 5 demam tifoid Levofloxacin 3 S. typhi + 37.5 36

6 9 demam tifoid Levofloxacin 3 S. typhi + 40.8 37

7 3 demam tifoid Levofloxacin 3 S. typhi + 39.4 36.2

8 10 demam tifoid Levofloxacin 3 S. paratyphi A + 38.3 36

9 5 demam tifoid Levofloxacin 3 S. typhi + 38 36.4

10 4 demam tifoid Ofloxacin 2 S. typhi + 39 36.1

11 2 demam tifoid Ciprofloxacin 2 S. typhi + 37.6 36

12 30 demam tifoid Levofloxacin 4 S. typhi + 38.6 36.9

13 5 demam tifoid Levofloxacin 5 S. typhi + 38 36.2

14 5 demam tifoid Levofloxacin 5 S. typhi + 38.5 36

15 3 demam tifoid Levofloxacin 5 S. paratyphi A + 38 36

16 5 demam tifoid Levofloxacin 5 S. typhi + 38.8 36.5

17 3 demam tifoid Levofloxacin 5 S. typhi + 39.2 35.9

18 7 demam tifoid Levofloxacin 6 S. typhi + 38 36.6

19 7 demam tifoid Levofloxacin 6 S. typhi + 37.5 36

20 5 demam tifoid Ciprofloxacin 6 S. typhi + 38 36.5

21 4 demam tifoid Ciprofloxacin 6 S. typhi + 39.4 36

22 4 demam tifoid Ciprofloxacin 6 S. typhi + 39 36.6

23 7 demam tifoid Levofloxacin 6 S. typhi + 39.4 36

24 6 demam tifoid Levofloxacin 8 S. typhi + 38.7 36.1

25 8 demam tifoid Levofloxacin 2 S. typhi + 38 36

26 5 demam tifoid Levofloxacin 4 S. typhi + 37.8 36.8

27 7 demam tifoid Levofloxacin 4 S. paratyphi A + 38 36

28 10 demam tifoid Levofloxacin 6 S. paratyphi A + 38.3 36.3

29 4 demam tifoid Levofloxacin 5 S. paratyphi A + 38.2 36.7

30 21 demam tifoid Levofloxacin 4 S. typhi + 38 36


(10)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi:

1. Nama : Angelina

2. Nomor Pokok Mahasiswa : 0510100

3. Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 1 Juli 1987

4. Alamat : Jl. Suria Sumantri No. 91 Bandung

Riwayat Pendidikan:

• 1999 lulus SD Katolik Santa Theresia, Balikpapan

• 2002 lulus SMP Katolik Santo Mikael, Balikpapan

• 2005 lulus SMU Negeri 1, Balikpapan

• 2005 – sekarang Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Demam Tifoid merupakan masalah kesehatan global. Diperkirakan terdapat 17 juta kasus dan 600.000 kematian per tahun yang berhubungan dengan demam tifoid. Di Indonesia, penyakit ini masih endemis. Oleh karena itu, pengobatan yang efektif sangat diperlukan. Antimikroba yang pada saat ini diakui sebagai obat pilihan pertama untuk penyakit demam tifoid dewasa adalah

Fluoroquinolone (WHO,2003). Ada Fluoroquinolone yang relatif tidak mahal, yaitu ciprofloxacine generik. Obat ini ditoleransi dengan baik, efeknya lebih cepat dan lebih terpercaya daripada chloramphenicol, ampicillin, amoxicillin, dan

trimethoprim – sulfametoxazole. Bakteri yang berhasil diisolasi hampir semuanya sensitif terhadap Fluoroquinolone.

Fluoroquinolone masuk ke dalam jaringan dengan baik, membunuh

Salmonella typhi pada stadium statis di dalam sel (intracellular stationary stage) monosit atau makrofag dan mempunyai aktivitas lebih tinggi di dalam kandung empedu daripada obat-obat lain. Fluoroquinolone mempunyai respon pengobatan yang cepat, menghilangkan demam dan gejala lain dalam 3-5 hari, dan rendahnya angka karier pasca pengobatan (WHO,2003).

Di Indonesia, Fluoroquinolone juga sudah banyak digunakan untuk mengobati penyakit demam tifoid. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui efektivitas Fluoroquinolone dan gambaran penurunan suhu tubuh secara permanen pada pasien demam tifoid dewasa yang dirawat di Rumah Sakit Immanuel Bandung pada periode Januari - Desember 2007.

1.2Identifikasi Masalah

Bagaimana penurunan demam pada pasien demam tifoid dewasa setelah pemberian Fluoroquinolone.


(12)

2

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud:

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas Fluoroquinolone

pada pasien demam tifoid dewasa melalui penurunan demam yang permanen. Tujuan:

Meneliti gambaran penurunan demam pada pasien demam tifoid dewasa yang mendapat terapi dengan Fluoroquinolone.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademik:

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tentang

Fluoroquinolone sebagai obat yang dapat menyembuhkan pasien demam tifoid dewasa, dengan indikator penurunan suhu tubuh secara permanen. Manfaat Praktis:

Penelitian ini akan menambah informasi bahwa Fluoroquinolone dapat digunakan sebagai obat utama dalam penatalaksanaan demam tifoid dewasa.

1.5Kerangka Pemikiran

Banyak peneliti yang melaporkan bahwa Fluoroquinolone efektif sebagai penyembuh pasien demam tifoid dengan indikator penurunan suhu tubuh secara permanen. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk konfirmasi kebenaran laporan-laporan tersebut.

1.6Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari data rekam medik pasien dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, yang berumur ≥ 15 tahun, yang menderita demam tifoid, yang setelah diterapi dengan Fluoroquinolone suhu tubuhnya turun dan tetap normal sampai


(13)

3

pasien keluar dari rumah sakit, di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2007.

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medik Rumah Sakit Immanuel Bandung, dengan waktu penelitian sejak Februari - Desember 2008.


(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Fluoroquinolone dapat menyembuhkan semua pasien demam tifoid dewasa yang diteliti, yang didiagnosis pasti dengan GAL kultur +, dengan indikator penurunan suhu tubuh secara permanen, yaitu suhu tubuh tetap normal (<37,2 °C) sampai pasien keluar dari rumah sakit. Suhu tubuh pasien terbanyak (25,8 %) menjadi normal (<37,2 °C) pada hari keempat setelah terapi.

5.2 Saran

Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai pemberian

Fluoroquinolone pada penderita demam tifoid dewasa yang didiagnosis pasti dengan GAL kultur +, maka:

1. Diperlukan penelitian secara prospektif, dengan tujuan mendapatkan jenis

Fluoroquinolone yang paling efektif terhadap penyakit demam tifoid.

2. Dapat juga dengan membandingkan efektivitas berbagai antibiotika pada demam tifoid, misalnya dengan antibiotika-antibiotika yang sebelumnya digunakan, misal: Chloramphenicol.

3. Melakukan penelitian mengenai gambaran penurunan demam pada pasien demam tifoid dewasa yang didiagnosis pasti dengan GAL kultur + setelah pemberian Fluoroquinolone untuk dibandingkan dengan di rumah sakit lain dalam periode waktu yang sama, contoh: RSUD Hasan Sadikin atau rumah sakit di daerah lain.


(15)

29

DAFTAR PUSTAKA

Brusch, John L. Ciprofloxacin. http://www.emedicine.com/MED/topics2331.htm

Brusch JL, Garvey T, Corales R, Schmitt SK. 2006. Typhoid Fever. eMedicine. http://www.patient.co.uk. July 2006.

Curtis, Theodore. 2006. Typhoid Fever.

http://www.emedicine.com/OPH/topics686.html

Djoko Widodo. 2006. Demam Tifoid. Dalam: Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV, Jakarta: Pusat Penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 1752-1756.

HTA Indonesia. 2005. Penggunaan Siprofloksasin di Indonesia. h. 4, 7-8.

Juniastuti, Kuntaman, Eddy Mudihardi, Debora K, Purwanta M. 2005. Bacterial Isolates causing UTI and the Resistance Patterns in Departement of Clinical Microbiology, Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya. [Free Papers]. Disampaikan pada Simposium Evidence Based Use of Antimicrobials in the Era of Alarming Resistance, Jakarta.

Lesser, Cammie F. and Samuel I. Miller. 2005. Salmonellosis. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume I. 16th ed, McGraw-Hill Companies,Inc. p. 897-900.R. Setiabudy. 2004. Antimikroba Lain : Golongan Kuinolon. Dalam: Sulistia G. Ganiswarna, Rianto Setiabudy, Frans D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, eds. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4, Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 682-685.

Mc Phee, Stephen J. and Maxine A. Papadakis. 2008. Enteric Fever. In: Current Medical Diagnosis and Treatment. 47th ed, Mc Graw Hill Companies,Inc Lange. p. 1250-1252.

Parry, Christopher M. 2005. Epidemiological and Clinical Aspects of Human Typhoid Fever. Chapter I. p. 7. http://assets.cambridge.org Thomas, Rolla L. 1907. The Eclectic Practice of Medicine.


(16)

Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Tropik dan Menular : Demam Tifoid. Dalam: Rachmat Juwono,ed. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi Kedua, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 32-38.

Thomas, Rolla L. 1907. The Eclectic Practice of Medicine. http://www.henriettesherbal.com/eclectic/thomas/typhoid.html

WHO. 2003. Background document: The Diagnosis, Treatment and Prevention of

Typhoid Fever.

http://www.who.int/vaccine_research/documents/en/typhoid_diagnosis.pdf

Wikipedia. 2008 Typhoid Fever. http://en.wikipedia.org/wiki/Typhoid. 5 Oktober 2008.


(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Tifoid merupakan masalah kesehatan global. Diperkirakan terdapat 17 juta kasus dan 600.000 kematian per tahun yang berhubungan dengan demam tifoid. Di Indonesia, penyakit ini masih endemis. Oleh karena itu, pengobatan yang efektif sangat diperlukan. Antimikroba yang pada saat ini diakui sebagai obat pilihan pertama untuk penyakit demam tifoid dewasa adalah

Fluoroquinolone (WHO,2003). Ada Fluoroquinolone yang relatif tidak mahal, yaitu ciprofloxacine generik. Obat ini ditoleransi dengan baik, efeknya lebih cepat dan lebih terpercaya daripada chloramphenicol, ampicillin, amoxicillin, dan

trimethoprim – sulfametoxazole. Bakteri yang berhasil diisolasi hampir semuanya sensitif terhadap Fluoroquinolone.

Fluoroquinolone masuk ke dalam jaringan dengan baik, membunuh

Salmonella typhi pada stadium statis di dalam sel (intracellular stationary stage) monosit atau makrofag dan mempunyai aktivitas lebih tinggi di dalam kandung empedu daripada obat-obat lain. Fluoroquinolone mempunyai respon pengobatan yang cepat, menghilangkan demam dan gejala lain dalam 3-5 hari, dan rendahnya angka karier pasca pengobatan (WHO,2003).

Di Indonesia, Fluoroquinolone juga sudah banyak digunakan untuk mengobati penyakit demam tifoid. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui efektivitas Fluoroquinolone dan gambaran penurunan suhu tubuh secara permanen pada pasien demam tifoid dewasa yang dirawat di Rumah Sakit Immanuel Bandung pada periode Januari - Desember 2007.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana penurunan demam pada pasien demam tifoid dewasa setelah pemberian Fluoroquinolone.


(2)

2

1.3 Maksud dan Tujuan Maksud:

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas Fluoroquinolone

pada pasien demam tifoid dewasa melalui penurunan demam yang permanen. Tujuan:

Meneliti gambaran penurunan demam pada pasien demam tifoid dewasa yang mendapat terapi dengan Fluoroquinolone.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat Akademik:

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tentang

Fluoroquinolone sebagai obat yang dapat menyembuhkan pasien demam tifoid dewasa, dengan indikator penurunan suhu tubuh secara permanen. Manfaat Praktis:

Penelitian ini akan menambah informasi bahwa Fluoroquinolone dapat digunakan sebagai obat utama dalam penatalaksanaan demam tifoid dewasa.

1.5 Kerangka Pemikiran

Banyak peneliti yang melaporkan bahwa Fluoroquinolone efektif sebagai penyembuh pasien demam tifoid dengan indikator penurunan suhu tubuh secara permanen. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk konfirmasi kebenaran laporan-laporan tersebut.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari data rekam medik pasien dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, yang berumur ≥ 15 tahun, yang menderita demam tifoid, yang setelah diterapi dengan Fluoroquinolone suhu tubuhnya turun dan tetap normal sampai


(3)

3

pasien keluar dari rumah sakit, di Rumah Sakit Immanuel periode Januari – Desember 2007.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medik Rumah Sakit Immanuel Bandung, dengan waktu penelitian sejak Februari - Desember 2008.


(4)

28 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Fluoroquinolone dapat menyembuhkan semua pasien demam tifoid dewasa yang diteliti, yang didiagnosis pasti dengan GAL kultur +, dengan indikator penurunan suhu tubuh secara permanen, yaitu suhu tubuh tetap normal (<37,2 °C) sampai pasien keluar dari rumah sakit. Suhu tubuh pasien terbanyak (25,8 %) menjadi normal (<37,2 °C) pada hari keempat setelah terapi.

5.2 Saran

Untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai pemberian

Fluoroquinolone pada penderita demam tifoid dewasa yang didiagnosis pasti dengan GAL kultur +, maka:

1. Diperlukan penelitian secara prospektif, dengan tujuan mendapatkan jenis

Fluoroquinolone yang paling efektif terhadap penyakit demam tifoid.

2. Dapat juga dengan membandingkan efektivitas berbagai antibiotika pada demam tifoid, misalnya dengan antibiotika-antibiotika yang sebelumnya digunakan, misal: Chloramphenicol.

3. Melakukan penelitian mengenai gambaran penurunan demam pada pasien demam tifoid dewasa yang didiagnosis pasti dengan GAL kultur + setelah pemberian Fluoroquinolone untuk dibandingkan dengan di rumah sakit lain dalam periode waktu yang sama, contoh: RSUD Hasan Sadikin atau rumah sakit di daerah lain.


(5)

29

DAFTAR PUSTAKA

Brusch, John L. Ciprofloxacin. http://www.emedicine.com/MED/topics2331.htm

Brusch JL, Garvey T, Corales R, Schmitt SK. 2006. Typhoid Fever. eMedicine. http://www.patient.co.uk. July 2006.

Curtis, Theodore. 2006. Typhoid Fever.

http://www.emedicine.com/OPH/topics686.html

Djoko Widodo. 2006. Demam Tifoid. Dalam: Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV, Jakarta: Pusat Penerbitan Departement Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 1752-1756.

HTA Indonesia. 2005. Penggunaan Siprofloksasin di Indonesia. h. 4, 7-8.

Juniastuti, Kuntaman, Eddy Mudihardi, Debora K, Purwanta M. 2005. Bacterial Isolates causing UTI and the Resistance Patterns in Departement of Clinical Microbiology, Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya. [Free Papers]. Disampaikan pada Simposium Evidence Based Use of Antimicrobials in the Era of Alarming Resistance, Jakarta.

Lesser, Cammie F. and Samuel I. Miller. 2005. Salmonellosis. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume I. 16th ed, McGraw-Hill Companies,Inc. p. 897-900.R. Setiabudy. 2004. Antimikroba Lain : Golongan Kuinolon. Dalam: Sulistia G. Ganiswarna, Rianto Setiabudy, Frans D. Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, eds. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4, Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 682-685.

Mc Phee, Stephen J. and Maxine A. Papadakis. 2008. Enteric Fever. In: Current Medical Diagnosis and Treatment. 47th ed, Mc Graw Hill Companies,Inc Lange. p. 1250-1252.

Parry, Christopher M. 2005. Epidemiological and Clinical Aspects of Human Typhoid Fever. Chapter I. p. 7. http://assets.cambridge.org Thomas, Rolla L. 1907. The Eclectic Practice of Medicine.


(6)

30

Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Tropik dan Menular : Demam Tifoid. Dalam: Rachmat Juwono,ed. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi Kedua, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. h. 32-38.

Thomas, Rolla L. 1907. The Eclectic Practice of Medicine. http://www.henriettesherbal.com/eclectic/thomas/typhoid.html

WHO. 2003. Background document: The Diagnosis, Treatment and Prevention of

Typhoid Fever.

http://www.who.int/vaccine_research/documents/en/typhoid_diagnosis.pdf

Wikipedia. 2008 Typhoid Fever. http://en.wikipedia.org/wiki/Typhoid. 5 Oktober 2008.