Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi (Studi Kasus PT. Kerta Laksana, Bandung).

(1)

ABSTRAK

PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BARANG JADI

Persediaan merupakan salah satu aktiva yang bagi sebagian perusahaan merupakan jumlah terbesar dari keseluruhan investasi, sehingga kegiatan pengendaliannya perlu diperhatikan. Pengendalian terhadap persediaan barang jadi menjadi hal yang sangat penting karena mempunyai dampak terhadap perkembangan perusahaan. Bagian terpenting dari pengendalian persediaan adalah pengelolaan persediaan baik secara fisik maupun administratif.

Penulis melihat bahwa persediaan barang jadi yang terlalu besar akan mengakibatkan tingginya biaya investasi yang tertanam, yang mengakibatkan berkurangnya dana untuk investasi di bidang yang lainnya. Sebaliknya, merupakan suatu kerugian apabila persediaan barang jadi terlalu kecil, hal ini akan mengakibatkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk memasarkan produknya. Untuk membantu perusahaan dalam menilai dan mengkaji efektivitas dari pengendalian intern persediaan barang jadi, maka dibentuklah suatu tim audit internal independen yang bertujuan untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap objek yang berkaitan. Berdasarkan uraian diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: "Audit internal yang memadai mempunyai peranan dalam menunjang efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi."

Penelitian dilakukan di PT Kerta Laksana yang berlokasi di JL. Industri II No. 10, Kompl. Industri Leuwigajah Cimahi, Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Penulis mencari, mengumpulkan, menyajikan, menginterpretasikan, serta menganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan dengan membandingkan antara teori dan praktek yang sebenarnya.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan pengujian hipotesis, diperoleh nilai koefisien korelasi pearson sebesar 0.342, artinya antara audit internal dan pengendalian intern persediaan terdapat hubungan positif yang rendah sebesar 0.342. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan hasil sebesar 0.011 < 0.05 menunjukan penolakan Ho atau H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka penulis menarik kesimpulan bahwa audit internal di PT. Kerta Laksana telah memadai dan berperan dalam menunjang efektifitas pengendalian intern persediaan barang jadi.


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4

1.4Kegunaan Penelitian ... 4

1.5Rerangka Pemikiran ... 5

1.6Metodologi Penelitian ... 9

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Audit Internal 2.1.1 Pengertian Audit Internal ... 12

2.1.2 Tujuan dan Ruang Lingkup ... 13

2.1.3 Fungsi Audit Internal ... 16

2.1.4 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal ... 18

2.1.5 Independensi Audit Internal ... 20

2.1.6 Kompetensi Audit Internal ... 22


(3)

2.1.8 Laporan dan Tindak Lanjut Audit Internal ... 24

2.2Pengendalian Internal 2.2.1 Pengertian Pengendalian Internal ... 27

2.2.2 Tujuan Pengendalian Internal ... 29

2.2.3 Komponen Pengendalian Internal ... 30

2.3Pengertian Efektivitas ... 36

2.4Persediaan 2.4.1 Pengertian Persediaan ... 37

2.4.2 Kelompok Persediaan ... 37

2.4.3 Sistem Pencatatan Persediaan ... 38

2.4.4 Metode Alokasi Biaya Tradisional ... 39

2.4.5 Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi ... 40

2.5Hubungan Antara Audit Internal dengan Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi ... 46

BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian ... 49

3.1.2 Sejarah Perusahaan ... 49

3.2Struktur Organisasi dan Uraian Tugas 3.2.1 Struktur Organisasi ... 51


(4)

3.3.2 Penetapan Indikator Variabel ... 55

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.4Pengujian Data 3.4.1 Uji Validitas ... 60

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 62

3.5Rancangan Pengujian Hipotesis ... 63

3.6Uji Statistik 3.6.1Penetapan Tingkat Signifikan ... 65

3.6.2Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Penerapan dan Pelaksanan Audit Internal Pengendalian Intern Persediaan Barang Jadi pada KL ... 66

4.2Pembahasan Peranan Audit Internal pada KL ... 68

4.3Pembahasan Efektivitas Pengelolaan Persediaan Barang Jadi pada KL ... 70

4.4Peranan Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Persediaan Barang Jadi ... 72

4.5Analisis Hipotesis ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 76

5.2Saran-saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... x


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penetapan Indikator Variabel Independen (Audit Internal) ... 56

Tabel 3.2 Penetapan Indikator Variabel Dependen (Persediaan) ... 57

Table 3.3 Hasil Pengujian Validitas ... 61


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Lampiran 2 Sales Order

Lampiran 3 Berita Acara Produksi Selesai (BAPS) Lampiran 4 Stok akhir

Lampiran 5 Surat Jalan Lampiran 6 Faktur

Lampiran 7 Jawaban responden Lampiran 8 Hasil pengujian SPSS Lampiran 9 Kuesioner penelitian


(7)

LAMPIRAN 4

pt. KERTA LAKSANA

DAFTAR PERSEDIAAN BARANG JADI PER 31 OKTOBER 2007

No. Uraian Jumlah

1 D'grator Type 1,5 Cb 1

2 Mesin Bricket Npk Kap 800 Kg/Jam 1

3 Ribbon Mixer 85 Liter 1

4 Peredam Getar (Kecil) 8

5 Peredam Getaran U/HMV-50 19

6 Bucket Canting Type 120 331

7 Bucket Canting Type 150 285

8 Torsion Bush 42

9 Separator 1

10 Mesin ACM 7,5 HP 1

11 Mesin Vending (Bahan St 37) 1

12 Rangka Plus Mesin Vending 3 Slot 5

13 Mesin Vending U Kondom 5 Slot (Bahan Stainless Stell) 1

14 Mesin Revolver 1

15 Cyclone 775 1

16 Plant Mesin Giling Batok Kelapa, terdiri dari:

Platform Bawah 1

Collecting Box 1

Screen Shifter 1

Ayakan Getaran 2

Rotary Valve 10" 1

Screw Pembalikan 2 HP 1

Panel Listrik 1

17 Screw tanpa Shifter 1

18 Shoe Sterilizer 1

19 Timbangan 1

20 Tumbler Shifter 1

21 Rotary Shifter 1

22 Euro Bin 1

23 Belt Conveyor 1

24 Rangka Pintu Roaster 1

25 Two Roll Press 1


(8)

Lampiran 8. Hasil Pengujian SPSS

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. .577

Approx. Chi-Square 783.904

df 435

Bartlett's Test of Sphericity

Sig. .000

Uji Validitas

Rotated Component Matrix(a)

Component

1 2

X4 .518

X7 .668

X8 .668

X9 .561

X10 .655

X11 .712

X12 .676

X14 .747

X15 .757

X16 .682

Y2 .437

Y3 .401

Y4 .673

Y5 .614

Y6 .580

Y7 .675

Y8 .651

Y9 .681

Y10 .571

Y11 .547

Y12 .717

Y13 .485

Y14 .545

Y15 .482

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _


(9)

Uji Reliabilitas Variabel X

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases

1. X4 4.0364 .9616 55.0 2. X7 4.2364 .4288 55.0 3. X8 4.2000 .4472 55.0 4. X9 4.2000 .4869 55.0 5. X10 4.2364 .4700 55.0 6. X11 4.2000 .4472 55.0 7. X12 4.3273 .5112 55.0 8. X13 4.0182 .9524 55.0 9. X14 4.2364 .4700 55.0 10. X15 4.3091 .4664 55.0 11. X16 4.2000 .4869 55.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 46.2000 17.3111 4.1607 11

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted X4 42.1636 12.2505 .6145 .8494

X7 41.9636 15.3320 .5347 .8483

X8 42.0000 15.2222 .5413 .8476

X9 42.0000 15.1852 .4978 .8497

X10 41.9636 15.3690 .4671 .8516

X11 42.0000 15.2593 .5300 .8482

X12 41.8727 14.7057 .5979 .8430

X13 42.1818 12.0774 .6536 .8440

X14 41.9636 14.5912 .6960 .8378

X15 41.8909 14.6545 .6831 .8387

X16 42.0000 14.9630 .5605 .8458

Reliability Coefficients N of Cases = 55.0 N of Items = 11 Alpha = .8579


(10)

Variabel Y

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Mean Std Dev Cases

1. Y2 4.0545 .6212 55.0 2. Y3 4.0909 .5860 55.0 3. Y4 3.7455 .9273 55.0 4. Y5 3.7818 .8320 55.0 5. Y6 3.9273 .8997 55.0 6. Y7 3.8909 .7619 55.0 7. Y8 3.8727 .7215 55.0 8. Y9 3.7091 .8090 55.0 9. Y10 3.8909 1.0483 55.0 10. Y11 4.0545 .7050 55.0 11. Y12 3.9455 .8259 55.0 12. Y13 4.2182 .6580 55.0 13. Y14 4.0364 .7445 55.0 14. Y15 4.0909 .7271 55.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables

SCALE 55.3091 42.8471 6.5458 14

Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted Y2 51.2545 40.0081 .3122 .8598

Y3 51.2182 39.9515 .3445 .8584

Y4 51.5636 35.2135 .6155 .8440

Y5 51.5273 36.9205 .5177 .8501

Y6 51.3818 36.3145 .5278 .8497

Y7 51.4182 36.6182 .6126 .8449

Y8 51.4364 37.1764 .5854 .8467

Y9 51.6000 35.7259 .6686 .8412

Y10 51.4182 35.0256 .5418 .8501

Y11 51.2545 38.1192 .4860 .8519

Y12 51.3636 35.9024 .6327 .8432

Y13 51.0909 39.2323 .3860 .8567

Y14 51.2727 38.0909 .4573 .8534

Y15 51.2182 38.5071 .4224 .8551

Reliability Coefficients N of Cases = 55.0 N of Items = 14 Alpha = .8598


(11)

PEARSON

Correlations

TOTALX TOTALY

Pearson

Correlation 1 .342(*)

Sig. (2-tailed) . .011

TOTALX

N 55 55

Pearson

Correlation .342(*) 1

Sig. (2-tailed) .011 .

TOTALY

N 55 55


(12)

LAMPIRAN 9

Daftar Pertanyaan Penelitian

Bapak/Ibu yang terhormat, saya ingin mengetahui tentang peranan audit internal dalam menunjang pengendalian intern atas persediaan barang jadi di PT. Kerta Laksana. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini.

_________________________________________________________________________________________________________

Berilah tanda √ (checklist) untuk menjawab pertanyaan berikut ini:

I. Data tentang Responden:

1. Jenis kelamin: ( ) pria ( ) wanita

2. Jabatan: ————————————————

3. Umur : Th

_______________________________________________________________________________________________________

___

KUESIONER VARIABEL INDEPENDEN (Audit Internal)

Pernyataan Pengambilan keputusan:

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju (1)---(2)---(3)---(4)---(5)

No. Pernyataan STS TS N S SS

I. Independensi

1. Struktur organisasi bagian audit internal saat ini

mencerminkan independensi.

2. Status organisasi audit internal saat ini menunjang

terciptanya independensi dalam pemeriksaan.

3. Audit internal mempunyai akses langsung untuk

mengadakan pemeriksaan atas segala macam aktiva/catatan dalam perusahaan.

II. Kecakapan Profesional

4. Audit internal memiliki kecakapan, pendidikan, dan

keahlian yang memadai.

5. Perusahaan memiliki perhatian terhadap pengembangan keahlian dan keterampilan audit internal.


(13)

No. Pernyataan STS TS N S SS

6. Program tersebut dirasakan sangat bermanfaat bagi

audit internal dalam melaksanakan tugas.

III. Perencanaan dan Program Pemeriksaan

7. Audit internal membuat perencanaan pemeriksaan

sebelum melakukan pemeriksaan.

8. Audit internal melakukan kegiatan pengumpulan bukti-bukti untuk mendukung pemeriksaan.

9. Setiap penugasan selalu dibuat program pemeriksaan.

10. Program pemeriksaan bersifat fleksibel yaitu dapat disesuaikan dengan keadaan objek yang diperiksa dan hasil penilaian atas prosedur manajemen.

IV. Laporan Hasil Pemeriksaan

11. Laporan hasil pemeriksaan memuat dengan jelas ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.

12. Laporan hasil pemeriksaan disajikan secara jelas, ringkas dan tepat waktu.

13. Laporan menyajikan temuan dan kesimpulan secara objektif, lengkap, dan akurat.

14. Audit internal mendiskusikan hasil pemeriksaan serta rekomendasi yang diperlukan dengan pimpinan persediaan sebelum menerbitkan laporan final.

V. Follow Up (Tindak Lanjut)

15. Ada tindak lanjut yang dilakukan terhadap hasil temuan audit internal.

16. Setelah pemeriksaan selesai, saran dan rekomendasi yang diberikan dilaksanakan, terjadi peningkatan dalam efektivitas pengendalian internal atas persediaan.


(14)

KUESIONER VARIABEL DEPENDEN (Pengendalian Internal atas Persediaan Barang Jadi)

No. Pernyataan STS TS N S SS

I. Penetapan Tanggung Jawab dan Kewenangan yang Jelas atas Persediaan

1. Terdapat struktur organisasi yang memuat secara jelas,

garis wewenang, tugas dan kewajiban setiap unit kerja.

2. Terdapat job description secara tertulis yang lengkap

dengan perincian instuksi manual untuk setiap pekerjaan.

3. Terdapat pemisahan fungsi yang jelas untuk pihak yang:

◘ Meminta pembelian

◘ Melakukan pembelian

◘ Menerima barang

◘ Menyimpan barang

◘ Mencatat terjadinya pembelian dan timbulnya

hutang

II. Sasaran dan Kebijaksaan Persediaan

4. Terdapat kebijakan manajemen yang pasti untuk

mengarahkan tindakan pada sasaran pengelolaan persediaan yang konsisten.

5. Terdapat prosedur formal yang jelas sebagai pedoman

aturan bertindak bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas persediaan.

III. Fasilitas Penyimpanan (gudang) dan Penanganan Persediaan yang Memadai

6. Sarana penyimpanan barang cukup memadai dari segi

keamanan secara fisik, sehingga mencegah terjadinya kerusakan dan pencurian.

7. Selalu dilakukan pengamatan dan analisa terhadap

penyimpangan pada pengelolaan persediaan barang jadi.

8. Pintu dan semua lubang lain seperti jendela dapat

ditutup dan dikunci untuk mencegah masuknya orang lain tanpa sepengetahuan petugas gudang.


(15)

No. Pernyataan STS TS N S SS IV. Klasifikasi dan Identifikasi Persediaan yang Memadai.

9. Persediaan barang jadi yang ada telah diklasifikasi

menurut kemasan dan tingkat kelembabannya.

10. Setiap barang jadi yang disimpan di gudang telah disusun secara teratur.

V. Standarisasi dan Simpilikasi Persediaan.

11. Persediaan barang jadi selalu diusahakan dalam jumlah

yang optimal.

12. Selalu diusahakan untuk memiliki persediaan serendah

mungkin namun mengelakkan kemungkinan kelangkaan barang.

VI. Catatan dan Laporan yang Memadai

13. Setiap jenis pencatatan diselenggarakan pencatatan secara perpetual.

14. Laporan mengenai pengelolaan persediaan barang jadi telah disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan sebagai alat bantu manajemen yang bermanfaat.

VII. Tenaga Kerja yang Memuaskan

15. Perusahaan memiliki program pelatihan bagi karyawannya.

16. Penghitungan fisik dilakukan oleh karyawan yang independen dari manajer dan mereka yang bertanggung jawab atas pencatatan persediaan.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring terjadi pembangunan di setiap sektor kehidupan dan perdagangan bebas antar bangsa di dunia serta didukung dengan semakin canggihnya teknologi informasi yang ada menyebabkan tingkat persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Era globalisasi menuntut perusahaan berpikir lebih kritis dalam menghadapi situasi yang semakin kompetitif. Perusahaan harus menggunakan segala kemampuannya, metode-metode, dan alat-alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk mencapai keuntungan atau laba yang setinggi-tingginya dan menekan kerugian seminimal mungkin.

Setiap perusahaan baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil memerlukan pengendalian intern yang baik dan memadai. Dalam perusahaan yang volume kegiatannya masih relatif kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi dan mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas perusahaan, akan tetapi untuk perusahaan yang volume kegiatannya relatif besar atau berkembang pesat, pimpinan perusahaan tidak dapat mengawasi dan mengendalikan secara langsung seluruh aktivitas perusahaan mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki pimpinan perusahaan. Dengan adanya pengendalian intern maka diharapkan dapat mengurangi terjadinya kesalahan atau penyelewengan dalam perusahaan dan membantu manajemen dalam mengelola perusahaan (AICPA, 1995: 320).


(17)

2

Menurut Midjan (1995: 36), pengendalian intern meliputi segala aktivitas untuk mengetahui, apakah pelaksanaan perusahaan sesuai dengan perencanaan, dan telah dilakukannya pengamanan terhadap harta perusahaan. Salah satu kegiatan dari sistem pengendalian intern adalah audit internal, dimana merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu bagian perusahaan yang bersifat independen, yang memeriksa apakah kebijakan perusahaan telah dilaksanakan dengan benar atau belum (Boynton & Kell, 2001: 980).

Perusahaan memerlukan sistem pengendalian intern untuk bagian

persediaan karena persediaan merupakan aktiva yang sangat peka terhadap pencurian, penggelapan, kerusakan dan hal lainnya yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Bagian audit internal yang independen diperlukan agar tujuan struktur pengendalian intern atas persediaan dapat tercapai dan berjalan dengan efektif, dimana adanya pemisahan fungsi pertanggungjawaban atas fungsi-fungsi otorisasi, pencatatan dan penyimpanan dalam semua bidang di perusahaan tersebut. Auditor internal melaksanakan fungsinya atau tugasnya sebagai bagian yang mengawasi dan mengevaluasi efektivitas dari suatu struktur pengendalian intern (Tuanakota, 1982: 95).

Investasi dalam persediaan biasanya merupakan jumlah yang terbesar dari seluruh investasi perusahaan. Oleh karena itu pengelolaan persediaan baik secara fisik maupun administratif sangatlah penting bagi manajemen. Secara fisik perlu


(18)

3

risiko keusangan, kerusakan, dan risiko kehilangan, juga dapat menimbulkan biaya penyimpanan, sedangkan kekurangan persediaan akan memperlambat aktivitas penjualan barang yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat beroperasi dalam kapasitas normal, maka secara administratif harus diadakan suatu sistem pencatatan yang memudahkan dalam pengawasan dan menghindari terjadinya kecurangan dalam pengelolaan persediaan. Oleh karena itu pengendalian intern dalam bidang ini sangat penting dan harus memadai (Wilson dan Campbell 1996: 430).

Bagian terpenting dari pengendalian persediaan adalah pengamatan persediaan, yaitu menentukan apakah penghitungan persediaan secara fisik yang dilakukan sesuai dengan instruksi klien atau tidak. Untuk melakukan ini secara efektif, sangat penting bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan persediaan secara fisik dilakukan. Bilamana pegawai klien tidak mengikuti instruksi ini, maka auditor harus menghubungi atasannya untuk mengatasi masalah ini atau memodifikasi prosedur pengamatan secara fisik. Seorang auditor internal diperlukan untuk melindungi persediaan dari kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan (Arens et al., 2006: 321).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan disajikan dalam skripsi ini dengan judul: “PERANAN AUDIT

INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BARANG JADI (STUDI KASUS PT. KERTA LAKSANA, BANDUNG).”


(19)

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah audit internal atas pengelolaan persediaan barang jadi telah dilaksanakan dengan memadai?

2. Bagaimana peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan dalam penulisan karya ilmiah yang berbentuk skripsi guna memenuhi salah satu syarat mencapai gelar S1 di Universitas Kristen Maranatha. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah audit internal atas pengelolaan persediaan barang jadi telah dilaksanakan dengan memadai.

2. Untuk mengetahui peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi:


(20)

5

1. Perusahaan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan perbaikan, pemecahan masalah, dan pengelolaan perusahaan agar terciptanya efektivitas dalam pengelolaan dan pendistribusian persediaan barang jadi.

2. Penulis.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengendalian intern dan audit internal yang memadai dalam praktek dan untuk melengkapi salah satu syarat dalam menempuh sidang sarjana lengkap pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

3. Pihak Lain.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan sebagai bahan referensi bagi mereka yang ingin melakukan penelitian mengenai pengendalian intern khususnya mengenai pengendalian persediaan barang jadi.

1.5 Rerangka Pemikiran

Perkembangan suatu perusahaan akan menyebabkan semakin sulitnya pengawasan pada kegiatan perusahaan. Untuk mengatasi hal tersebut, pimpinan perusahaan memisahkan sebagian wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya kepada bawahan yang dianggap kompeten dalam bidang yang bersangkutan. Adanya pelimpahan wewenang, tugas dan tanggung jawab tersebut menyebabkan


(21)

6

pimpinan perusahaan memerlukan suatu pengendalian intern yang dapat mengamankan harta perusahaan, memberikan keyakinan bahwa apa yang telah dilaporkan oleh bawahannya itu benar dan dapat dipercaya, dan mendorong adanya usaha yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu diperlukan suatu pengendalian intern memadai yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan pengendalian intern dapat dipenuhi (Adikoesoema, 1984: 40).

Menurut Tugiman (2001: 11), pengertian pemeriksaan (audit) internal adalah sebagai berikut:

“Pemeriksaan (audit) internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan, dengan tujuan membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, auditor internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran.”

lndependensi diperlukan agar hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh pandangan subjektif pihak yang diperiksa. Pentingnya independensi ini karena audit internal merupakan aktivitas profesional yang memerlukan integritas dan objektivitas yang tinggi serta pribadi yang tidak mudah dipengaruhi. Tanpa independensi, hasil audit internal yang diharapkan tidak akan dapat diwujudkan secara optimal (Tugiman, 2001: 12).

Menurut Arens et al. (2003: 732), pelaksanaan audit internal yang


(22)

7

pengambilan keputusan dan dalam melakukan tindakan selanjutnya terutama pengendalian atas operasi perusahaan.

Pengendalian intern atas persediaan merupakan kegiatan yang penting dalam perusahaan karena persediaan merupakan salah satu harta perusahaan yang penting dan memiliki nilai yang signifikan dalam laporan keuangan (Arens, et al., 2003: 598). Pimpinan perusahaan harus melindungi persediaan yang dimiliki dengan sebaik-baiknya, karena jika terjadi kehilangan persediaan baik disengaja maupun tidak disengaja dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan, bahkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Tuanakota (1982: 95), pentingnya pengendalian internal di setiap perusahaan adalah untuk mencegah terjadinya pemborosan dan penyelewengan efisiensi usaha dapat dihindari. Perusahaan juga secara berkala harus menghitung persediaan barang yang ada dan mencocokkannya dengan persediaan menurut kartu persediaan barang. Persediaan barang juga sebaiknya diasuransikan terhadap risiko rusak barang-barang akibat kebakaran, kebanjiran, atau bencana-bencana lainnya.

Arens, et al. (2006: 306) mengatakan bahwa pemeriksaan terhadap persediaan merupakan bagian yang rumit dan memerlukan banyak waktu karena alasan-alasan berikut:

1. Persediaan adalah bagian utama dalam neraca, dan seringkali merupakan akun terbesar yang melibatkan modal kerja.


(23)

8

2. Persediaan dapat tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan penghitungan dan pengendalian fisik. Perusahaan menempatkan persediaannya sedemikian rupa untuk efisiensi produksi dan penjualan, tetapi penyebaran ini sering menimbulkan kesulitan auditor yang besar. 3. Bermacam ragam persediaan juga menyulitkan auditor, seperti suku

cadang elektronik yang menyulitkan pengamatan dan penilaian.

4. Penilaian persediaan juga dipersulit oleh faktor keusangan dan perlunya mengalokasikan biaya manufaktur ke persediaan.

5. Ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima, tapi klien harus memakai metode tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun. Terlebih lagi, sering perusahaan menggunakan metode penilaian persediaan yang berbeda untuk jenis persediaan yang berbeda.

Pelaksanaan pengendalian intern tidak terlepas dari faktor manusia, yang mana ketaatan dan ketelitian dapat berkurang jika tidak diawasi terus menerus. Selain itu faktor pengendalian intern harus diawasi terus menerus untuk mengetahui apakah struktur tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan dimodifikasi sesuai dengan perubahan keadaan. Agar tujuan pengendalian intern dapat tercapai, maka harus diteliti dan diawasi pelaksanaannya, oleh sebab itu diperlukan staf pemeriksa intern untuk mengukur dan mengevaluasi keefektifan pengendalian intern dalam perusahaan tersebut (Tuanakotta, 1982: 99).


(24)

9

keuangan. Pengendalian intern ini bisa bersifat preventif maupun detektif. Pengendalian preventif dirancang untuk mencegah kesalahan atau kekeliruan pencatatan. Pengendalian detektif ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan yang telah terjadi (Warren et al., 2005: 452).

Dengan adanya pengendalian persediaan yang baik maka diharapkan akan menjamin kelancaran, produktivitas, dan operasional serta membantu meningkatkan profit perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian persediaan sangat penting dalam perusahaan karena persediaan merupakan salah satu aktiva perusahaan yang penting dan memiliki nilai yang signifikan dalam laporan keuangan (Arens, et al., 2003: 598).

Berdasarkan rerangka pemikiran diatas serta landasan teori yang telah dikemukakan, maka penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut: “Audit

internal yang dilaksanakan dengan memadai akan menunjang efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi”.

1.6 Metodologi Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan metode studi kasus yang berarti bahwa penelitian tersebut dilakukan dengan pendekatan yang spesifik yang meneliti masalah secara lebih mendalam (Irdiantoro, 1999: 27).

Penulis melaksanakan penelitian ini dengan melakukan kegiatan mengumpulkan, mengelola dan menganalisa data berdasarkan sumbernya yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu (Cooper dan Emory, 1996: 256):


(25)

10

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari pihak-pihak yang berwenang seperti kepala bagian persediaan, dan karyawan lainnya.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan cara mempelajari dan meneliti berbagai bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian.

Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut (Cooper dan Emory, 1996: 289):

1. Penelitian Lapangan (Field Research).

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data primer dengan cara: a. Wawancara.

Yaitu mengumpulkan data penelitian dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang re1evan atau yang berhubungan dengan obyek penelitian.

b. Kuesioner.

Yaitu membuat daftar pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan dan disampaikan kepada pihak perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Observasi.

Yaitu melakukan pengamatan di lapangan secara langsung terhadap aktivitas perusahaan yang diteliti dan hal-hal lain yang berhubungan dengan permasalahan untuk mengetahui pelaksanaan yang sebenarnya. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research).


(26)

11

akan dibahas. Data tersebut diperlukan untuk membandingkan antara teori yang ada dengan keadaan sebenarnya pada perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis sehubungan dengan permasalahan yang akan dibahas (Hasan, 2004: 5).

Setelah data terkumpul yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis ini dilakukan berdasarkan metode Korelasi Pearson karena koefisien ini mengukur keeratan hubungan di antara hasil-hasil pengamatan dari populasi. Perhitungan korelasi ini bisa digunakan untuk mengukur koefisien korelasi pada data interval dan penggunaan asosiasi pada statistik parametrik (Santoso, 2004: 315).

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada PT. Kerta Laksana, Bandung. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri mesin yang beralamat di JL. Industri II No. 10, Kompl. Industri Leuwigajah Cimahi, Bandung. Penelitian ini diadakan pada bulan Oktober 2007 sampai dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini.


(27)

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian pada PT. Kerta Laksana serta pembahasan yang berlandaskan teori, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peranan audit internal pada PT. Kerta Laksana dalam menunjang efektivitas pengendalian intern persediaan barang jadi telah berperan secara memadai. Peranan audit internal yang memadai tersebut digambarkan sesuai dengan unsur-unsurnya yaitu:

a. Independensi.

Struktur organisasi audit internal yang diterapkan pada KL sudah mencerminkan independensi. Audit internal memiliki akses langsung untuk mengadakan pemeriksaan atas aktiva atau catatan perusahaan. Independensi memungkinkan auditor internal untuk dapat melakukan pekerjaannya secara bebas dan objektif.

b. Kecakapan profesional.

Audit internal KL telah memiliki kecakapan profesional yang memadai. Contohnya: audit internal bergelar strata satu, jika tidak, ada supervisi dari auditor yang lebih berpengalaman.


(28)

77

c. Perencanaan dan program pemeriksaan.

Audit internal KL selalu membuat perencanaan dan program pemeriksaan sebelum melaksanakan tugas, sehingga dapat melakukan pemeriksaan secara terarah dan teratur sehingga dapat selesai tepat waktu. Perencanaan tersebut harus disetujui oleh pimpinan baru dapat dilaksanakan.

d. Laporan hasil pemeriksaan.

Audit internal membuat program laporan hasil pemeriksaan selesai melaksanakan program pemeriksaan. Laporan ini memuat ruang lingkup, tujuan pemeriksaan, dan disajikan secara jelas, ringkas, dan tepat waktu. Laporan ini juga menyajikan temuan dan kesimpulan atas pemeriksaan secara objektif, lengkap, dan akurat. Audit internal dapat memberikan saran yang membangun untuk perbaikan perusahaan.

e. Follow up (tindak lanjut).

Saran-saran dan kesimpulan yang diberikan dalam laporan pemeriksaan dilaksanakan sebagai tindak lanjut. Follow up merupakan tahap akhir dari langkah kerja audit internal. Tindak lanjut merupakan keyakinan dari audit internal atas tindakan yang layak dan tepat dari hasil temuannya.

2. Audit internal atas persediaan barang jadi pada PT. Kerta Laksana telah dilaksanakan dengan memadai. Hipotesis penelitian dapat diterima karena tingkat signifikansi menunjukkan hasil 0.011 < 0.05 untuk bagian yang terkait, sehingga dapat disimpulkan “audit internal yang memadai berperan dalam menunjang efektifitas pengendalian intern persediaan barang jadi. Hasil korelasi pearson menunjukkan Ho ditolak sehingga H1 diterima.


(29)

78

Koefisien korelasi antara peranan audit internal dengan pengendalian intern atas persediaan barang jadi pada KL menunjukkan hasil 0.342, berarti antara audit internal dan pengendalian intern persediaan menunjukan hubungan positif yang rendah. Hal ini mungkin dikarenakan tidak terdapat tempat penyimpanan yang memadai untuk barang jadi dan hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena tidak tersedianya lahan untuk membuat gudang barang jadi.

Pengendalian internal persediaan barang jadi pada PT. Kerta Laksana dapat dikatakan efektif karena telah sesuai dengan unsur-unsur:

a. Penetapan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas atas persediaan.

KL telah memiliki struktur organisasi yang jelas disertai dengan pemisahan fungsi dan uraian tugas.

b. Sasaran dan kebijaksaan persediaan.

Sasaran dan kebijaksanaan persediaan ditetapkan dengan maksud untuk mempertahankan jumlah persediaan yang optimal dan kebijaksanaan dalam melakukan stock opname.

c. Standarisasi dan simplikasi persediaan.

KL mengusahakan memelihara kontinuitas persediaan barang jadi untuk selalu menjaga jumlah persediaan yang optimal dan mencegah kelangkaan produk. d. Catatan dan laporan yang memadai.


(30)

79

e. Tenaga kerja yang memuaskan.

Tenaga kerja yang diperoleh sangat efektif dan melalui proses pengujian terlebih dahulu, agar tenaga kerja yang dimiliki berkualitas dalam bidangnya.

5.3 Saran

Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada perusahaan, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya tempat penyimpanan untuk persediaan barang jadi agar pengeluaran dan penerimaan barang lebih dapat diawasi.

2. Pada bengkel sebaiknya ditata ulang agar penempatan mesin atau barang yang ada lebih tersusun secara rapi dan teratur.

3. Mesin sebaiknya ditutupi oleh plastik atau pembungkus lainnya untuk mencegah mesin berkarat.

4. Diadakan program pelatihan karyawan agar dapat meningkatkan kualitas dan kompeten di bidang yang menjadi tanggung jawabnya.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 1999, Auditing oleh Akuntan Publik, Jakarta: LP FEUI Adikoesoema, Soemitra R., 1984, Sistem-sistem Akuntansi, Bandung: Tarsito America Institute of Certified Public Accountants, 1995, Statement Auditing

Standards, New York

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley, 2006, Auditing and

Assurance Services: An Integrated Approach, 11th edition, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2006, Auditing dan

Pelayanan Verifikasi, edisi 9, Jakarta: Indeks

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2003, Auditing dan

Pelayanan Verifikasi, edisi 9, Jakarta: Indeks

Boynton, Johnson and Kell, 2001, Modern Auditing, jilid 2, Jakarta: Erlangga Brink, Victor Z., and Herbert Witt, 1982, Modern Internal Auditing: Appraisal

Operation and Controls, 4th edition, New York: John Willey and Son’s Inc.

Cashin, James A., Paul D. Neuwirth, and, Jhon F. Levy, 1997, Cashin’s

Handbook for Auditors, 2nd edition, Singapore: Mc. Graw Hill Cooper dan Emory, 1996, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Erlangga

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission, 1994,

Internal Control Integrated Framework, AICPA’s Publication Division Handout Materi Praktikum Statistika 2 SPSS versi 11.5, 2002, Bandung:

Universitas Kristen Maranatha

Hartadi, Bambang, 1991, Internal Auditing, Yogyakarta: Andi Offset.


(32)

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat

Irdiantoro, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen, Yogyakarta: BPFE

Komaruddin, 1994, Ensiklopedia Manajemen, Edisi 2, Jakarta: Bina Aksara. Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta:

Erlangga

Maynard, Greg R., Februari 1999, Internal Auditing as a Function of Risk

Management, Journal The Institute of Internal Auditors.

Messier, William F., Steven M. Glover, and Douglas F. Prawitt, 2006, Auditing

and Assurance Services, A Systematic Approach, 4th edition, Jakarta: Salemba Empat

Midjan, La dan Azhar Susanto, 1995, Sistem Informasi I: Pendekatan Manual

Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur, edisi 9, Bandung:

Lembaga Informatika Akuntansi

Santoso, Singgih, 2004, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS

11.5, Jakarta: Elex Media Komputindo

Santoso, Singgih, 2002, SPSS Statistik Multivariat, Jakarta: Elex Media Komputindo

Sawyer, Lawrence B., 2005, Internal Audit, Jakarta: Salemba Empat

Stice, Smith Skousen, dan James W., 2004, Intermediate Accounting, Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta

Tuanakotta, Theodorus M., 1982, Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan

Publik, edisi 3, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Tugiman, Hiro, 2000, Pengenalan Internal Audit, Edisi 5, Yogyakarta: Kanisius Tugiman, Hiro, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Yogyakarta:


(33)

Tugiman, Hiro, 2002, Pandangan Baru Internal Auditing, Yogyakarta: Kanisius

Warren, Carl S., James M. Reeve, dan Philip E. Fess, 2005, Prinsip-Prinsip

Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat

Widjayanto, Nugroho, 1991, Pemeriksaan Operasional Perusahaan, Jakarta: FEUI

Wilson, James D., dan John B. Campbell, 1996, Controllership: Tugas Akuntan

Manajemen, Jakarta: Erlangga

Zain, Badudu, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan


(1)

77

c. Perencanaan dan program pemeriksaan.

Audit internal KL selalu membuat perencanaan dan program pemeriksaan sebelum melaksanakan tugas, sehingga dapat melakukan pemeriksaan secara terarah dan teratur sehingga dapat selesai tepat waktu. Perencanaan tersebut harus disetujui oleh pimpinan baru dapat dilaksanakan.

d. Laporan hasil pemeriksaan.

Audit internal membuat program laporan hasil pemeriksaan selesai melaksanakan program pemeriksaan. Laporan ini memuat ruang lingkup, tujuan pemeriksaan, dan disajikan secara jelas, ringkas, dan tepat waktu. Laporan ini juga menyajikan temuan dan kesimpulan atas pemeriksaan secara objektif, lengkap, dan akurat. Audit internal dapat memberikan saran yang membangun untuk perbaikan perusahaan.

e. Follow up (tindak lanjut).

Saran-saran dan kesimpulan yang diberikan dalam laporan pemeriksaan dilaksanakan sebagai tindak lanjut. Follow up merupakan tahap akhir dari langkah kerja audit internal. Tindak lanjut merupakan keyakinan dari audit internal atas tindakan yang layak dan tepat dari hasil temuannya.

2. Audit internal atas persediaan barang jadi pada PT. Kerta Laksana telah dilaksanakan dengan memadai. Hipotesis penelitian dapat diterima karena tingkat signifikansi menunjukkan hasil 0.011 < 0.05 untuk bagian yang terkait, sehingga dapat disimpulkan “audit internal yang memadai berperan dalam menunjang efektifitas pengendalian intern persediaan barang jadi. Hasil korelasi pearson menunjukkan Ho ditolak sehingga H1 diterima.


(2)

78

Koefisien korelasi antara peranan audit internal dengan pengendalian intern atas persediaan barang jadi pada KL menunjukkan hasil 0.342, berarti antara audit internal dan pengendalian intern persediaan menunjukan hubungan positif yang rendah. Hal ini mungkin dikarenakan tidak terdapat tempat penyimpanan yang memadai untuk barang jadi dan hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena tidak tersedianya lahan untuk membuat gudang barang jadi.

Pengendalian internal persediaan barang jadi pada PT. Kerta Laksana dapat dikatakan efektif karena telah sesuai dengan unsur-unsur:

a. Penetapan tanggung jawab dan kewenangan yang jelas atas persediaan.

KL telah memiliki struktur organisasi yang jelas disertai dengan pemisahan fungsi dan uraian tugas.

b. Sasaran dan kebijaksaan persediaan.

Sasaran dan kebijaksanaan persediaan ditetapkan dengan maksud untuk mempertahankan jumlah persediaan yang optimal dan kebijaksanaan dalam melakukan stock opname.

c. Standarisasi dan simplikasi persediaan.

KL mengusahakan memelihara kontinuitas persediaan barang jadi untuk selalu menjaga jumlah persediaan yang optimal dan mencegah kelangkaan produk. d. Catatan dan laporan yang memadai.

Metode pencatatan yang digunakan secara perpetual. Catatan dan laporan dapat dijadikan dasar laporan mengenai pengelolaan persediaan barang jadi sehingga dapat dipergunakan sebagai alat bantu manajemen yang bermanfaat.


(3)

79

e. Tenaga kerja yang memuaskan.

Tenaga kerja yang diperoleh sangat efektif dan melalui proses pengujian terlebih dahulu, agar tenaga kerja yang dimiliki berkualitas dalam bidangnya.

5.3Saran

Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada perusahaan, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya tempat penyimpanan untuk persediaan barang jadi agar pengeluaran dan penerimaan barang lebih dapat diawasi.

2. Pada bengkel sebaiknya ditata ulang agar penempatan mesin atau barang yang ada lebih tersusun secara rapi dan teratur.

3. Mesin sebaiknya ditutupi oleh plastik atau pembungkus lainnya untuk mencegah mesin berkarat.

4. Diadakan program pelatihan karyawan agar dapat meningkatkan kualitas dan kompeten di bidang yang menjadi tanggung jawabnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 1999, Auditing oleh Akuntan Publik, Jakarta: LP FEUI Adikoesoema, Soemitra R., 1984, Sistem-sistem Akuntansi, Bandung: Tarsito America Institute of Certified Public Accountants, 1995, Statement Auditing

Standards, New York

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley, 2006, Auditing and

Assurance Services: An Integrated Approach, 11th edition, New Jersey:

Prentice Hall, Inc.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2006, Auditing dan

Pelayanan Verifikasi, edisi 9, Jakarta: Indeks

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2003, Auditing dan

Pelayanan Verifikasi, edisi 9, Jakarta: Indeks

Boynton, Johnson and Kell, 2001, Modern Auditing, jilid 2, Jakarta: Erlangga Brink, Victor Z., and Herbert Witt, 1982, Modern Internal Auditing: Appraisal

Operation and Controls, 4th edition, New York: John Willey and Son’s

Inc.

Cashin, James A., Paul D. Neuwirth, and, Jhon F. Levy, 1997, Cashin’s

Handbook for Auditors, 2nd edition, Singapore: Mc. Graw Hill Cooper dan Emory, 1996, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Erlangga

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission, 1994,

Internal Control Integrated Framework, AICPA’s Publication Division Handout Materi Praktikum Statistika 2 SPSS versi 11.5, 2002, Bandung:

Universitas Kristen Maranatha

Hartadi, Bambang, 1991, Internal Auditing, Yogyakarta: Andi Offset.

Hasan, Iqbal, 2002, Pokok-Pokok Materi Statisitik 2 (Statistik Inferensif), Jakarta: Bumi Aksara

Hasan, Iqbal, 2004, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara


(5)

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat

Irdiantoro, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen, Yogyakarta: BPFE

Komaruddin, 1994, Ensiklopedia Manajemen, Edisi 2, Jakarta: Bina Aksara. Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta:

Erlangga

Maynard, Greg R., Februari 1999, Internal Auditing as a Function of Risk

Management, Journal The Institute of Internal Auditors.

Messier, William F., Steven M. Glover, and Douglas F. Prawitt, 2006, Auditing

and Assurance Services, A Systematic Approach, 4th edition, Jakarta:

Salemba Empat

Midjan, La dan Azhar Susanto, 1995, Sistem Informasi I: Pendekatan Manual

Praktika Penyusunan Metode dan Prosedur, edisi 9, Bandung:

Lembaga Informatika Akuntansi

Santoso, Singgih, 2004, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS

11.5, Jakarta: Elex Media Komputindo

Santoso, Singgih, 2002, SPSS Statistik Multivariat, Jakarta: Elex Media Komputindo

Sawyer, Lawrence B., 2005, Internal Audit, Jakarta: Salemba Empat

Stice, Smith Skousen, dan James W., 2004, Intermediate Accounting, Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta

Tuanakotta, Theodorus M., 1982, Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan

Publik, edisi 3, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia.

Tugiman, Hiro, 2000, Pengenalan Internal Audit, Edisi 5, Yogyakarta: Kanisius Tugiman, Hiro, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Yogyakarta:

Kanisius

Universitas Kristen Maranatha xi


(6)

Tugiman, Hiro, 2002, Pandangan Baru Internal Auditing, Yogyakarta: Kanisius

Warren, Carl S., James M. Reeve, dan Philip E. Fess, 2005, Prinsip-Prinsip

Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat

Widjayanto, Nugroho, 1991, Pemeriksaan Operasional Perusahaan, Jakarta: FEUI

Wilson, James D., dan John B. Campbell, 1996, Controllership: Tugas Akuntan

Manajemen, Jakarta: Erlangga

Zain, Badudu, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan