PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh Teti Haryati
1101481
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2015
(2)
PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
Oleh Teti Haryati
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Teti Haryati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagiannya, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau dengan cara lain tanpa izin penulis.
(3)
(4)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Belajar adalah suatu proses tingkah laku berdasarkan pengalaman, latihan dan pengetahuan seseorang yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Menurut Sudjana (2010, hlm. 6) menyatakan bahwa belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Sejalan dengan itu menurut Mouly (dalam Sudjana, 2010, hlm. 5) mengemukakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Dalam belajar terdapat beberapa proses di dalamnya termasuk proses melihat, mengamati, serta memahami seusuatu yang dipelajarinya sehingga pada pengalaman tersebut seseorang dapat mengubah tingkah laku. Dalam mengubah tingkah laku tersebut terdapat beberapa faktor, baik faktor yang ada pada diri individu tersebut yang disebut dengan faktor internal maupun faktor dari luar individu atau faktor eksternal. Faktor internal merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu berupa minat dan perhatiannya, kebiasaan, usaha dan motivasi serta faktor-faktor lain. Sedangkan faktor eskternal dalam proses pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan, yakni lingkungan keluarga (informal), lingkungan sekolah (formal), dan lingkungan masyarakat (nonformal).
Dari ketiga lingkungan tersebut yang paling berpengaruh besar terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam proses belajar adalah lingkungan sekolah atau dapat dikatakan dengan lingkungan belajar formal. Dalam lingkungan sekolah siswa mendapatkan pengetahuan baru melalui pengalaman belajar yang berlangsung, karena pada hakekatnya sekolah berfungsi sebagai lingkungan belajar siswa, yakni lingkungan tempat berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada dirinya dalam proses perubahan tingkah laku.
(5)
2
Pada lingkungan sekolah, kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru. Kegiatan belajar-mengajar tersebut menjadi terpadu manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Agar terjadi interaksi tersebut siswa dituntut untuk aktif dalam belajar-mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat mudah dicapai karena siswa menemukan serta memahami sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dengan cara bertanya, mengemukakan pendapat, serta mencari tahu apa-apa saja yang belum mereka ketahui.
Pada proses belajar-mengajar khususnya dalam pembelajaran IPS terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa. Guru bukan hanya sekedar mampu menguasai materi yang akan diajarkan, tetapi guru pun berperan dalam menguasai seluruh aspek yang ada di kelas salah satunya dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Kondisi belajar yang aktif ini mengharuskan guru membangun pembelajaran yang memusatkan pada siswa atau disebut dengan
Student Center agar siswa dapat aktif dalam mengemukakan pendapat atau
bertanya dan menggali pengetahuannya sendiri sehingga pengalaman belajarnya pun dapat dipahami betul oleh siswa.
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang melibatkan fisik maupun mental, untuk dapat berbuat dan berfikir dalam proses pembelajaran, berbuat dan berpikir tersebut sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan pembelajaran yang aktif dapat meningkatkan keingintahuan siswa dalam mendapatkan informasi mengenai ilmu-ilmu baru atau materi pelajaran yang dipelajarinya.
Menurut Sudjana (2010, hlm. 20), menyatakan bahwa keaktifan belajar siswa adalah suatu proses kegiatan belajar-mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
(6)
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Siswa aktif untuk membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan belajar perlu ditingkatkan untuk melatih siswa dalam memahami materi pelajaran yang dipelajarinya khususnya mata pelajaran IPS yang senantiasa siswa dituntut untuk lebih aktif.
Pembelajaran IPS mengharuskan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran mengenai materi yang sedang dibahasnya, karena jika metode yang digunakan guru hanya menugaskan siswa untuk menulis serta menugaskan siswa untuk menghapal, maka kemungkinan terbesar siswa kurang memahami tentang materi tersebut. IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang sekolah dasar dan menengah serta mata pelajaran intergrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial. Sehingga dalam pembelajaran IPS siswa diharuskan untuk lebih aktif agar dapat memahami materi yang dipelajarinya dalam proses pembelajaran.
Menurut Sapriya (2013, hlm. 6) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi, serta mata pelajaran sosial lainnya.
Sedangkan tujuan dari mata pelajaran IPS menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (dalam Depdiknas, 2006, hlm. 575), agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Seyogianya guru mampu membimbing siswa lebih aktif dalam pembelajaran, akan tetapi fakta yang terjadi di lapangan saat ini pembelajaran yang berlangsung masih saja konvensional dalam artian bahwa kondisi belajar saat ini guru kurang mampu menciptakan siswa untuk dapat aktif dalam
(7)
4
berinteraksi langsung antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam pembelajaran, karena faktanya guru hanya menugaskan siswa untuk mengisi soal, menyalin tulisan yang ditulis guru di papan tulis, serta menugaskan siswa untuk menulis dari buku sumber sehingga guru kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran. Jika pembelajaran terus menerus berlangsung seperti itu, maka kecil kemungkinan siswa untuk dapat aktif pada saat pembelajaran. Rasa ingin tahu siswa khususnya tingkat rendah sangat besar, ia memiliki keinginan untuk mengetahui yang belum dipahami dengan cara siswa mampu aktif dalam bertanya serta mengemukakan pendapat. Akan tetapi hal itu jarang sekali terjadi dalam proses pembelajaran di kelas III B Sekolah Dasar Kota Bandung ini karena cara atau metode yang digunakan guru belum mampu untuk menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas III B Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung, bahwa pembelajaran yang berlangsung sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran IPS masih satu arah, yaitu guru menjelaskan dan siswa
mendengarkan.
2. Dalam proses pembelajaran IPS guru kurang memberikan stimulus kepada
siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran.
3. Kurangnya komunikasi yang terjalin antara siswa dengan guru dalam
pembelajaran, sehingga pemahaman mengenai pembelajaran IPS kurang dikuasai oleh siswa.
Hal ini sejalan dengan data yang dihasilkan peneliti pada saat observasi dari sumber atau subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas III B yang berjumlahkan 27 orang. Data yang telah di analisis bahwa hampir 92% siswa memiliki minat atau menyukai mata pelajaran IPS, akan tetapi dalam pembelajaran yang berlangsung belum menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dilihat dari data bahwa hanya 66% saja siswa yang merasa senang dengan pembelajaran IPS. Serta data yang dihasilkan pada saat pra-siklus mengenai keaktifan belajar siswa yang hanya mendapatkan persentase sebesar 59%.
(8)
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan atau metode yang digunakan guru belum mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa serta kondisi belajar yang menyenangkan, sedangkan minat anak untuk belajar khususnya pada pembelajaran IPS sangat baik. Sejatinya para siswa khususnya siswa Sekolah Dasar harus sudah dibiasakan untuk aktif dalam dalam proses belajar-mengajar, aktif disini maksudnya siswa diharuskan untuk aktif dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan guru atau dengan siswa lainnya dengan cara memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat dan tidak malu untuk bertanya. Karena pembelajaran yang akan melekat atau dapat dipahami adalah pembelajaran yang memusatkan siswa untuk lebih aktif dalam menggali informasi mengenai materi pelajaran yang dibahas (Student
center).
Untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS ini adalah dengan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran yang lebih efektif. Inovasi pembelajaran yang dipakai oleh guru meliputi aspek strategi, pendekatan, model, serta metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan atau tujuan instruksional. Pendekatan pembelajaran juga disebut sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar terciptanya kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa maka peneliti menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual yang bertujuan untuk menciptakan kondisi belajar yang aktif dengan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya dengan mengaitkan pada situasi dunia nyata.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dirasa cocok untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa karena dengan metode ini siswa diharuskan untuk lebih aktif dalam menemukan dan memahami materi pelajaran dengan cara bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat serta melatih siswa untuk giat belajar. Meskipun metode ini dikatakan telah berhasil membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa namun pada kelas rendah
(9)
6
khususnya kelas III B ini masih belum mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, efektif dan menyenangkan serta minimnya guru dalam menerapkan suatu pendekatan pembelajaran, sehingga pada penelitian kali ini peneliti menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS.
Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meneliti
keaktifan belajar siswa dalam “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPS”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah penelitian ini yaitu “bagaimana bentuk penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di
kelas III B Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung pada pembelajaran IPS ?”
Secara khusus masalah yang akan diteliti meliputi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa di kelas III B SD Negeri Kota Bandung?
2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS
dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas III B SD Negeri Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui “penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas III B SD
Negeri Kota Bandung pada pembelajaran IPS”.
(10)
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran IPS dalam menerapkan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa di kelas III B SD Negeri Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran
IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas III B SD Negeri Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak tentang teori-teori baru mengenai penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga menjadi
aktif, efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, serta dapat bermanfaat bagi pihak yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dalam bidang pendidikan, khususnya pada satuan Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPS.
2. Manfaat Praksis
Dalam penelitian ini akan menghasilkan suatu pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan serta meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), sehingga diharapkan pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi aspek pendukung, diantaranya:
a) Bagi siswa, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa pada
pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL).
b) Bagi guru, dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan untuk kajian lebih lanjut dalam memgevaluasi pembelajaran.
c) Bagi LPTK, diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran
(11)
101
DAFTAR PUSTAKA
Noor, J. (2010). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ahmadi, A. (2003). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sapriya. (2013). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKN UPI
Sapriya., Sundawa, D. & Masyitoh, S. (2006). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil
Belajar IPS. Bandung: UPI Press.
Wahyuni, A. (2014). Penerapan Model Jigsaw Dalam Pembelajaran IPS Materi
Perkembangan Teknologi Komunikasi Kelas IV SD Negeri 4 Cibodas.
[Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014]: Tidak diterbitkan
Arikunto, S., Suhardjono. & Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Martinis Y, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suprijono, A. (2009). Cooverative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, N. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Usman, M, U. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Grimaldi, R. (2012). Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi Komunikasi. Skripsi, Universitas
(12)
Carmi. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Pada Pokok Bahasan Kenampakan Alam. Skripsi, Universitas
Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan
Andriani, I.Y. (2012). Implementasi Pendekatan Inquiry Untuk Meningkatkan
Partisipasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak
(1)
berinteraksi langsung antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam pembelajaran, karena faktanya guru hanya menugaskan siswa untuk mengisi soal, menyalin tulisan yang ditulis guru di papan tulis, serta menugaskan siswa untuk menulis dari buku sumber sehingga guru kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran. Jika pembelajaran terus menerus berlangsung seperti itu, maka kecil kemungkinan siswa untuk dapat aktif pada saat pembelajaran. Rasa ingin tahu siswa khususnya tingkat rendah sangat besar, ia memiliki keinginan untuk mengetahui yang belum dipahami dengan cara siswa mampu aktif dalam bertanya serta mengemukakan pendapat. Akan tetapi hal itu jarang sekali terjadi dalam proses pembelajaran di kelas III B Sekolah Dasar Kota Bandung ini karena cara atau metode yang digunakan guru belum mampu untuk menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas III B Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung, bahwa pembelajaran yang berlangsung sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran IPS masih satu arah, yaitu guru menjelaskan dan siswa mendengarkan.
2. Dalam proses pembelajaran IPS guru kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran.
3. Kurangnya komunikasi yang terjalin antara siswa dengan guru dalam pembelajaran, sehingga pemahaman mengenai pembelajaran IPS kurang dikuasai oleh siswa.
Hal ini sejalan dengan data yang dihasilkan peneliti pada saat observasi dari sumber atau subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas III B yang berjumlahkan 27 orang. Data yang telah di analisis bahwa hampir 92% siswa memiliki minat atau menyukai mata pelajaran IPS, akan tetapi dalam pembelajaran yang berlangsung belum menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dilihat dari data bahwa hanya 66% saja siswa yang merasa senang dengan pembelajaran IPS. Serta data yang dihasilkan pada saat pra-siklus mengenai keaktifan belajar siswa yang hanya mendapatkan persentase sebesar 59%.
(2)
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan atau metode yang digunakan guru belum mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa serta kondisi belajar yang menyenangkan, sedangkan minat anak untuk belajar khususnya pada pembelajaran IPS sangat baik. Sejatinya para siswa khususnya siswa Sekolah Dasar harus sudah dibiasakan untuk aktif dalam dalam proses belajar-mengajar, aktif disini maksudnya siswa diharuskan untuk aktif dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan guru atau dengan siswa lainnya dengan cara memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat dan tidak malu untuk bertanya. Karena pembelajaran yang akan melekat atau dapat dipahami adalah pembelajaran yang memusatkan siswa untuk lebih aktif dalam menggali informasi mengenai materi pelajaran yang dibahas (Student
center).
Untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS ini adalah dengan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran yang lebih efektif. Inovasi pembelajaran yang dipakai oleh guru meliputi aspek strategi, pendekatan, model, serta metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan atau tujuan instruksional. Pendekatan pembelajaran juga disebut sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar terciptanya kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa maka peneliti menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual yang bertujuan untuk menciptakan kondisi belajar yang aktif dengan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya dengan mengaitkan pada situasi dunia nyata.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini dirasa cocok untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa karena dengan metode ini siswa diharuskan untuk lebih aktif dalam menemukan dan memahami materi pelajaran dengan cara bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat serta melatih siswa untuk giat belajar. Meskipun metode ini dikatakan telah berhasil membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa namun pada kelas rendah
(3)
khususnya kelas III B ini masih belum mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, efektif dan menyenangkan serta minimnya guru dalam menerapkan suatu pendekatan pembelajaran, sehingga pada penelitian kali ini peneliti menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS.
Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meneliti keaktifan belajar siswa dalam “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPS”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum
masalah penelitian ini yaitu “bagaimana bentuk penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di
kelas III B Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung pada pembelajaran IPS ?”
Secara khusus masalah yang akan diteliti meliputi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa di kelas III B SD Negeri Kota Bandung?
2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas III B SD Negeri Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui “penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas III B SD
Negeri Kota Bandung pada pembelajaran IPS”.
(4)
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran IPS dalam menerapkan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa di kelas III B SD Negeri Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas III B SD Negeri Kota Bandung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak tentang teori-teori baru mengenai penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga menjadi
aktif, efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, serta dapat bermanfaat bagi pihak yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dalam bidang pendidikan, khususnya pada satuan Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPS.
2. Manfaat Praksis
Dalam penelitian ini akan menghasilkan suatu pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan serta meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), sehingga diharapkan pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi aspek pendukung, diantaranya:
a) Bagi siswa, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL).
b) Bagi guru, dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk kajian lebih lanjut dalam memgevaluasi pembelajaran.
c) Bagi LPTK, diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran IPS di lembaga yang diteliti tersebut.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Noor, J. (2010). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ahmadi, A. (2003). Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sapriya. (2013). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKN UPI
Sapriya., Sundawa, D. & Masyitoh, S. (2006). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil
Belajar IPS. Bandung: UPI Press.
Wahyuni, A. (2014). Penerapan Model Jigsaw Dalam Pembelajaran IPS Materi
Perkembangan Teknologi Komunikasi Kelas IV SD Negeri 4 Cibodas.
[Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014]: Tidak diterbitkan
Arikunto, S., Suhardjono. & Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Martinis Y, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suprijono, A. (2009). Cooverative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, N. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Usman, M, U. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Grimaldi, R. (2012). Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi Komunikasi. Skripsi, Universitas
(6)
Carmi. (2011). Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Pada Pokok Bahasan Kenampakan Alam. Skripsi, Universitas
Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan
Andriani, I.Y. (2012). Implementasi Pendekatan Inquiry Untuk Meningkatkan
Partisipasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak