PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS PADA KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG.

(1)

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS PADA KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Deti Kusmayati NIM 1004112

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014


(2)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS PADA KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG

Oleh Deti Kusmayati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Deti Kusmayati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DETI KUSMAYATI

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS PADA KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Hj. Epon Nur’aeni L, M.Pd. NIP. 19571013 198303 2 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Momoh Halimah, M.Pd. NIP. 19530706 197403 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Program S1 PGSD UPI Tasikmalaya

Drs. Rustono WS, M.Pd NIP. 19520628 198103 1 001


(4)

ii

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS PADA KONSEP LUAS DAERAH LAYANG

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh cara pandang siswa yang memandang konsep-konsep matematika sebagai bagian terpisah yang tidak memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya, sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa. Metode penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran untuk membimbing siswa mengolah kembali pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya sehingga mampu menemukan keterkaitan pada konsep-konsep matematika. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan kemampuan koneksi matematis siswa kelas V SDN 2 Sukajadi dan SDN 5 Sukajadi, menjelaskan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, dan menguji keunggulan metode penemuan terbimbing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep luas daerah layang-layang. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen dengan desain kuasi eksperimen Nonequivalent Control Group Design. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes kemampuan koneksi matematis dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) rata-rata kemampuan awal koneksi matematis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori rendah dengan rata-rata skor secara berturut-turut adalah 7,20 dan 7,00. Sedangkan rata-rata kemampuan akhir koneksi matematis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol secara berturut-turut berada pada kategori sangat tinggi dan sedang dengan rata-rata skor 15,12 dan 11,36; 2) pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di SDN 5 Sukajadi telah mengaktifkan siswa sehingga berhasil menemukan keterkaitan konsep luas daerah layang-layang dengan luas daerah bangun datar lain dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari; 3) kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik jika dibandingkan dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.


(5)

ii ABSTRACT

Background of this research is caused by the viewpoints of students who looked at the concepts of mathematics as a separate section that do not have the link between one concept with another concept, thus causing the low student’s ability mathematical connections.Guided discovery method can be one of learning method to guide students to processing returns knowledge and experience that has been previously owned, so it is able to find link on the concept of mathematics. The purpose of this research are to describe the ability of mathematical connection fifth grade SDN 2 Sukajadi and SDN 5 Sukajadi, explain the process of mathematics learning by using guided discovery method, and testing guided discovery method as compare to conventioanal learning in improving student’s ability of mathematical connections on the concept area of a kite. The method of this research is experiment with quasi experimental design with Nonequivalent Control Group Design. The instrument used is the mathematical connections test and observation sheets. The research showed that: 1). The average of student’s prior ability of mathematical connections in the experiment class and control class are at low category with an average of score 7,20 and 7,00; 2). mathematics learning by using guided discovery method in SDN 5 Sukajadi have enabled students to succesfully find the interconnectedness of the concept area of a kite with an area of another shape, and dependencies with daily activity; 3). the ability of mathematical connections of student who learn to use guided discovery method better than with the ability of mathematical connections of student who learn to use conventional learning.


(6)

v

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9 A. Kajian Pustaka ...

1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 2. Metode Penemuan Terbimbing ... 3. Kemampuan Koneksi Matematis ... 4. Pembelajaran Konvensional ... 5. Materi Luas Daerah Layang-layang ... 6. Penelitian yang Relevan ...

9 9 12 19 22 24 29 B. Kerangka Pemikiran ... C. Hipotesis Penelitian ...

30 30


(7)

vi

Halamam BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 1. Lokasi Penelitian ... 2. Populasi Penelitian ... 3. Sampel Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian ... D. Definisi Opersional Variabel ... 1. Metode Penemuan Terbimbing ... 2. Kemampuan Koneksi Matematis ... E. Instrumen Penelitian ... 1. Tes ... 2. Observasi ... F. Proses Pengembangan Instrumen ... 1. Uji Validitas ... 2. Uji Reliabilitas ... 3. Daya Pembeda ... 4. Tingkat Kesukaran ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Analisis Data ...

31 31 31 31 32 32 33 33 34 34 34 36 37 38 39 41 42 43 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Kemampuan Koneksi Matematis ... 2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Metode Penemuan Terbimbing ...

48 48

64 B. Pembahasan ...

1. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ... 2. Proses Pembelajaran Penemuan Terbimbing ...

74 74 76


(8)

vii 3.

yang Belajar Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan siswa yang Belajar Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 77 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

79 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 83 RIWAYAT HIDUP PENULIS


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tahapan Metode Penemuan Terbimbing ... 17

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen ... 35

Tabel 3.2. Kriteria Skor Kemampuan Koneksi Matematis ... 35

Tabel 3.3. Lembar Observasi ... 36

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 38

Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Item Soal ... 39

Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 40

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Item Soal ... 40

Tabel 3.8 Interpretasi Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.9. Hasil Penghitungan Daya Pembeda Soal ... 41

Tabel 3.10. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 42

Tabel 3.11 Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Soal ... 43

Tabel 3.12. Pedoman Interval Kategori ... 44

Tabel 3.13 Interval Kategori Kemampuan Koneksi Matematis 45 Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Awal Koneksi Matematis ... 48

Tabel 4.2. Kemampuan Awal Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 49

Tabel 4.3. Kemampuan Awal Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 51

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 53

Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56

Tabel 4.7. Deskripsi Kemampuan Akhir Koneksi Matematis ... 57

Tabel 4.8. Kemampuan Akhir Koneksi Matematis Kelas Eksperimen .... 57


(10)

ix

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60 Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 62 Tabel 4.12. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor Postes Kelas


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pola Pembelajaran Tradisional Pertama ... 22

Gambar 2.2. Pola Pembelajaran Tradisional Kedua ... 23

Gambar 2.3 Layang-layang Utuh ... 25

Gambar 2.4 Layang-layang Dipotong Sesuai Diagonal Panjang ... 26

Gambar 2.5. Layang-layang Dipotong Sesuai Diagonal Pendek ... 27

Gambar 2.6. Layang-layang Dipotong Sesuai Diagonal Panjang dan Pendek ... 27

Gambar 2.7. Layang-layang Dibentuk Menjadi Persegi Panjang ... 28

Gambar 2.8. Layang-layang Dibentuk Menjadi Jajar Genjang ... 29

Gambar 4.1. Kemampuan Awal Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 50

Gambar 4.2. Kemampuan Awal Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 52

Gambar 4.3. Histogram Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 53

Gambar 4.4. Histogram Skor Pretes Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 54

Gambar 4.5. Kemampuan Akhir Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 58

Gambar 4.6. Kemampuan Akhir Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 60

Gambar 4.7. Histogram Skor Postes Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Eksperimen ... 61

Gambar 4.8. Histogram Skor Postes Kemampuan Koneksi Matematis Kelas Kontrol ... 61

Gambar 4.9. Tahap Orientasi Siswa pada Masalah Pertemuan Pertama .... 65

Gambar 4.10. Tahap Mengorganisasikan Siswa dalam Belajar Pertemuan Pertama ... 66

Gambar 4.11. Tahap Membimbing Penyelidikan Individual Maupun Kelompok Pertemuan Pertama ... 67

Gambar 4.12. Tahap Menyajikan atau Mempresentasikan Hasil Kegiatan Pertemuan Pertama ... 68


(12)

xi

Gambar 4.14. Tahap Orientasi Siswa pada Masalah Pertemuan Kedua ... 70 Gambar 4.15. Tahap Mengorganisasikan Siswa dalam Belajar

Pertemuan Kedua ... 71 Gambar 4.16. Tahap Membimbing Penyelidikan Individual Maupun

Kelompok Pertemuan Kedua... 72 Gambar 4.17. Tahap Menyajikan atau Mempresentasikan Hasil

Kegiatan Pertemuan Kedua ... 73 Gambar 4.18. Tahap Mengevaluasi Kegiatan Pertemuan Kedua... 74


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halamam

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 84

A.1. Soal & Kunci Jawaban Pretes ... 85

A.2. Soal & Kunci Jawaban Postes ... 90

A.3. RPP Kelas Eksperimen ... 95

A.4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Pertama ... 103

A.5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Kedua ... 109

A.6. Lembar Observasi ... 113

A.7. RPP Kelas Kontrol ... 115

LAMPIRAN B DATA HASIL UJI COBA INSTRUMEN ... 123

B.1. Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen ... 124

B.2. Uji Validitas Instrumen ... 125

B.3. Uji Reliabilitas Instrumen ... 126

B.4. Daya Pembeda ... 127

B.5. Indeks Kesukaran ... 128

LAMPIRAN C HASIL PENGUMPULAN DATA ... 129

C.1. Contoh Hasil Pengerjaan LKS Pertemuan Pertama ... 130

C.2. Contoh Hasil Pengerjaan LKS Pertemuan Kedua ... 136

C.3. Hasil Observasi Pertemuan Pertama ... 140

C.4. Hasil Observasi Pertemuan Kedua ... 142

C.5. Contoh Hasil Pretes Siswa Kelas Eksperimen ... 144

C.6. Contoh Hasil Pretes Siswa Kelas Kontrol ... 146

C.7. Contoh Hasil Postes Siswa Kelas Eksperimen ... 148

C.8. Contoh Hasil Postes Siswa Kelas Kontrol ... 150

C.9. Data Skor Pretes Kelas Eksperimen & Kelas Kontrol ... 152

C.10. Data Skor Postes Kelas Eksperimen & Kelas Kontrol ... 155

LAMPIRAN D PENGOLAHAN DATA ... 158

D.1. Hasil Uji Statistik Pretes Kelas Eksperimen & Kelas Kontrol ...159


(14)

xiii

D.2. Hasil Uji Statistik Postes Kelas Eksperimen & Kelas

Kontrol ...161

LAMPIRAN E PROFIL SEKOLAH DAN ADMINISTRASI PENELITIAN ...163

E.1. Profil SDN 5 Sukajadi ... 164

E.2. Profil SDN 2 Sukajadi ... 166


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian

Keberadaan matematika dipandang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia, karena konsep-konsep yang ada pada matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari hal-hal sederhana seperti membilang banyak benda, sampai menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang membutuhkan penghitungan-penghitungan matematika yang mendalam seperti menghitung laba atau rugi suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep-konsep yang ada pada matematika memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Selain digunakan dalam kehidupan sehari-hari, konsep-konsep yang ada pada matematika juga banyak ditemukan menjadi dasar penghitungan dalam mencari suatu konsep atau prinsip pada ilmu-ilmu pengetahuan lain. Sebagaimana diketahui banyak rumus-rumus dalam ilmu Fisika, Kimia, Ekonomi, Biologi pada dasarnya menggunakan konsep-konsep penghitungan matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman, dkk. (2003, hlm. 25) yang menyatakan bahwa matematika adalah ratunya ilmu. Sehingga tidak heran jika rumus yang ada dalam ilmu-ilmu pengetahuan tersebut pasti tidak terlepas bahkan bersumber dari konsep-konsep yang ada pada matematika. Artinya konsep yang ada pada matematika memiliki keterkaitan dengan konsep yang ada pada ilmu pengetahuan lain.

Konsep-konsep yang ada pada matematika juga merupakan satu kesatuan dimana antar konsep satu dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini bisa terbukti jika seorang guru akan mengajarkan konsep C, maka konsep A dan konsep B yang telah dipelajari sebelumnya oleh siswa turut terkait dalam konsep C yang akan dipelajari. Siswa tidak akan memahami konsep C jika konsep A dan konsep B belum dipahami secara optimal. Sebagai contoh, siswa tidak akan bisa menghitung luas daerah layang-layang jika belum mengenal bentuk, sifat-sifat, dan cara mencari luas daerah dari bangun


(16)

datar segi empat lain yang telah dipelajari sebelumnya, belum menguasai operasi hitung perkalian, serta belum mengenal satuan panjang dan satuan luas. Keterkaitan-keterkaitan antar konsep matematika, matematika dengan ilmu lain, dan matematika dengan kehidupan sehari-hari itu disebut dengan koneksi matematis.

Adapun tujuan mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut Depdiknas (2006) adalah agar siswa mampu:

1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,

2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,

3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan

5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

NCTM (2000, hlm. 29) juga menetapkan lima standar proses kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).

Berdasarkan uraian tersebut, terlihat kemampuan koneksi matematis tercantum dalam kemampuan standar yang harus dikuasai siswa menurut Depdiknas dan NCTM. Artinya, kemampuan koneksi matematis menjadi salah satu dari beberapa kemampuan yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh siswa dalam mata pelajaran matematika. Sehingga hasil dari belajar matematika itu siswa mampu mengaitkan konsep-konsep baik yang ada dalam matematika itu sendiri, konsep matematika dengan ilmu lain, serta konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.


(17)

3

Kemampuan koneksi matematis perlu dimiliki sejak dini agar siswa tidak memandang konsep-konsep dalam matematika sebagai bagian yang terpisah dan mampu melihat adanya keterkaitan-keterkaitan antara konsep matematika dengan ilmu lain, dan konsep matematika dengan masalah yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari. NCTM (2000, hlm. 64) menyatakan bahwa “when students can connect mathematical ideas, their understanding is deeper and more lasting.” Artinya ketika siswa mampu menghubungkan ide-ide atau konsep-konsep matematika, pemahaman mereka lebih dalam dan lebih kekal. Siswa dapat melihat interaksi yang luas dalam matematika, dalam konteks yang berhubungan antara konsep matematika dengan konsep matematika lain, konsep matematika dengan ilmu lain, dan konsep matematika dalam kepentingan atau pengalaman siswa itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang sudah memiliki kemampuan koneksi matematis tinggi tidak akan merasa kesulitan ketika dihadapkan pada suatu masalah atau persoalan yang bersifat non rutin karena mampu menghubungkannya dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

Namun pada kenyataannya kemampuan koneksi matematis belum sepenuhnya dimiliki oleh seluruh siswa. Hal ini disebabkan karena cara pandang siswa terhadap konsep-konsep yang ada pada matematika masih terpisah. Siswa masih menganggap konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari tidak memiliki keterkaitan dengan konsep matematika lain, dengan ilmu lain, atau dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, umumnya guru hanya fokus memberikan suatu konsep dengan cara yang rutin, tanpa memberi penegasan bahwa konsep yang sedang dipelajari itu mempunyai keterkaitan dengan konsep lain yang telah dipelajari sebelumnya, keterkaitannya dengan ilmu lain, atau kegunaan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran geometri misalnya pada materi menghitung luas daerah layang-layang, guru terbiasa langsung memberikan rumus baku yang harus dihafal oleh siswa, memberikan contoh soal-soal rutin, kemudian meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada buku sumber. Akibatnya ketika siswa dihadapkan pada soal dalam bentuk lain meskipun dalam lingkup materi serta indikator yang sama, siswa akan merasa kesulitan karena kurangnya


(18)

kemampuan koneksi matematis. Penyajian dalam bentuk soal-soal rutin yang guru lakukan menghambat kemampuan koneksi matematis siswa. Padahal dalam menghitung luas daerah layang-layang tersebut berkaitan dengan konsep lain, karena dapat dicari dengan menggunakan luas daerah segitiga, luas daerah persegi panjang, atau luas daerah jajar genjang.

Dari pemaparan fakta ini, perlu adanya pembelajaran yang mampu membawa siswa menemukan keterkaitan-keterkaitan yang ada pada matematika. Jika permasalahan ini dibiarkan, pemikiran siswa tidak akan berkembang, hanya statis pada suatu konsep yang dianggapnya terpisah dan tidak mempunyai keterkaitan dengan konsep lain, ilmu lain, atau kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya kemampuan koneksi matematis bagi siswa, maka sebaiknya dalam pembelajaran di kelas, koneksi matematis didiskusikan dan ditemukan sendiri oleh siswa,sehingga perlu dicari jalan penyelesaian untuk mengelola pembelajaran matematika di SD agar siswa mampu menemukan keterkaitan-keterkaitan konsep yang ada pada matematika.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi yaitu dengan metode penemuan terbimbing (guided discovery)yakni metode pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk menemukan suatu konsep baru.Sebagaimana diungkapkan oleh Hiebet dan Carpenter yang dirangkum oleh Bergeson (dalam Sugiman 2008, hlm. 2) yang menyatakan bahwa sebaiknya koneksi atau keterkaitan yang ada antar konsep-konsep dalam matematik itu didiskusikan sendiri oleh siswa agar pemahaman siswa lebih bermakna. Jangan sampai pengkoneksian antar ide matematik diajarkan secara eksplisit oleh guru karena tidak akan membuat siswa memahaminya secara bermakna.

Pendapat tersebut sesuai dengan karakteristik pembelajaran metode penemuan terbimbing, karena dalam melaksanakan metode penemuan terbimbing pembelajaran dapat dilakukan secara berkelompok untuk saling bertukar pikiran, bekerja sama melakukan suatu percobaan, siswa aktif menghubungkan ide-ide yang telah dimiliki sebelumnya untuk menemukan suatu konsep baru dengan bimbingan guru. Bimbingan yang diberikan guru akan membantu siswa merepresentasikan informasi, data, pengetahuan ataupun pengalaman yang telah


(19)

5

dimiliki sehingga mampu menghubungkan konsep-konsep lama yang telah dipelajari sebelumnya dengan konsep yang sedang dipelajari sebagai bentuk kemampuan koneksi matematis.

Aktivitas siswa yang berusaha sendiri mencari jalan penyelesaian dari suatu permasalahan dapat menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Kerangka pengetahuan bermakna yang dihasilkan dapat digunakan untuk melihat hubungan-hubungan dalam bidang studi sehingga dapat memahami hal-hal secara terperinci atau mendetail. Sebagaimana diungkapkan Bruner (dalam Dahar, hlm. 80) yang menyatakan bahwa “mengerti struktur suatu bidang studi ialah memahami bidang studi itu sedemikian rupa, hingga dapat menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara bermakna”. Pendapat Bruner mengisyaratkan bahwa dengan belajar penemuan siswa dapat memahami hubungan-hubungan yang terdapat pada suatu bidang studi, termasuk hubungan-hubungan antar konsep matematika yang disebut koneksi matematik.

Penggunaan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika di SD diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan koneksi matematis siswa, sehingga siswa mampu menemukan keterkaitan-keterkaitan yang ada pada konsep matematika. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis pada Konsep Luas Daerah Layang-layang.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul di lapangan, diantaranya:

1. siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran;

2. pada pembelajaran matematika khususnya geometri, siswa cenderung hanya menghafal rumus, bukan memahami bagaimana rumus itu terjadi sehingga apa yang dipelajarinya mudah terlupakan; dan


(20)

3. siswa masih memandang konsep-konsep matematika sebagai bagian yang terpisah sehingga belum mampu mengaitkan konsep-konsep yang ada dalam matematika.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan koneksi matematis siwa kelas V pada konsep luas daerah layang-layang di SDN 2 Sukajadi dan SDN 5 Sukajadi?

2. Bagaimana proses pembelajaran matematika yang menggunankan metode penemuan terbimbing pada materi konsep luas daerah layang-layang di kelas V SDN 5 Sukajadi?

3. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep luas daerah layang-layang yang belajar dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan dengan yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. menjelaskan kemampuan koneksi matematis siwa kelas V pada konsep luas daerah layang-layang di SDN 2 Sukajadi dan SDN 5 Sukajadi;

2. menjelaskan proses pembelajaran matematika yang menggunakan metode penemuan terbimbing pada materi konsep luas daerah layang-layang di kelas V SDN 5 Sukajadi; dan

3. menguji keunggulan metode penemuan terbimbing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep luas daerah layang-layang.

E. Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.


(21)

7

1. Manfaat Teoretis

Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai metodepenemuan terbimbing. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep luas daerah layang-layang dan dapat memperoleh pengalaman belajar secara aktif dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. b. Bagi guru

Dapat dijadikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa yaitu dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.

c. Bagi sekolah

Dapat memberikan informasi dan masukan tentang metode penemuan terbimbing untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. d. Bagi peneliti

Peneliti dapat memiliki pengetahuan tentang metode penemuan terbimbing dan memiliki pengalaman untuk mengaplikasikannya dalam pembelajaran matematika.

F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah Penelitian C. Rumusan Masalah Penelitian D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka


(22)

2. Metode Penemuan Terbimbing 3. Kemampuan Koneksi Matematis 4. Pembelajaran Konvensional

5. Materi Luas Daerah Layang-layang 6. Penelitian yang Relevan

B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

D. Definisi Opersional Variabel E. Instrumen Penelitian

F. Proses Pengembangan Instrumen G. Teknik Pengumpulan Data H. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


(23)

31 BAB III

METODE PENELITIAN 1. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukajadi dan SD Negeri 5 Sukajadi, Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis.

b. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 117) menyebutkan bahwa populasi adalah obyek atau subyek dengan karakteristik dan kualitas tertentu yang terkumpul menjadi wilayah generalisasi untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus1 Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis.

c. Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2012, hlm. 118). Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 5 Sukajadi sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas V SDN 2 Sukajadi sebagai kelas kontrol.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 124) menjelaskan bahwa pada sampling purposive sampel ditetapkan atau dipilih atas dasar pertimbangan tertentu.Adapun pertimbangan pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Rekomendasi dari pihak UPTD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Sadananya yang berasumsi bahwa SDN 2 Sukajadi dan SDN 5 Sukajadi memiliki kemampuan yang hampir seimbang sehingga dianggap dapat mewakili seluruh SD yang terdapat di gugus 1 Kecamatan Sadananya.

b. SDN 2 Sukajadi dan SDN 5 Sukajadi dapat dikatakan memiliki karakteristik siswa dan fasilitas sekolah yang hampir sama.

c. Letak geografis kedua SDcukup dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga dapat memudahkan proses penelitian.


(24)

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design yang melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dimana menurut Sugiyono (2012, hlm. 114) pada desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Bentuk desain quasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Pada desain ini kelas eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Rancangan desain penelitiannya adalah sebagai berikut.

Keterangan :

E : KelasEksperimen

K : Kelas Kontrol

O1 dan O3 : Pretes Kemampuan Koneksi Matematis O2 dan O4 : Postes Kemampuan Koneksi Matematis

X : Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen untuk mencari pengaruh metode penemuan tebimbing terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Sugiyono (2012, hlm. 107) bahwa metode penelitian eksperimen itu digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang sengaja dikontrol ataudikendalikan.

Penelitian ini menggunakan dua kelas, satu kelas sebagai kelas eksperimen, dan satu kelas lain sebagai kelas kontrol. Kedua kelas diberi pretes dan postes dengan instrumen yang sama untuk mengukur kemampuan koneksi matematis

E O1 X O2


(25)

33

pada konsep luas daerah layang-layang. Namun dalam pembelajarannya kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda. Pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, sedangkan pada kelas kontrol dilakukan dengan pembelajaran konvensional.

4. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari, dicari informasi, kemudian dibuat kesimpulan dari informasi-informasi yang didapat (Sugiyono, 2012, hlm. 60). Dalam penelitian ini peneliti menetapkan dua variabel yaitu kemampuan koneksi matematis sebagai variabel terikat, dan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing sebagai variabel bebas.

Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai varabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Metode penemuan terbimbing

Pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing berusaha mengaktifkan siswa dalam pembelajaran untuk merangsang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki demi menemukan konsep baru. Peran guru pada pengajaran metode penemuan terbimbing adalah membimbing atau mengarahkan siswa dalam menjalankan proses penemuan. Bentuk bimbingan yang diberikan guru berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog secara lisan, dan petunjuk atau arahan secara tertulis dalam bentuk LKS.Di akhir pembelajran diharapkan siswa dapat menemukan konsep baru dan menyimpulkan sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan oleh guru

Tahap-tahap pembelajarannya dimulai dari tahap orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siwa dalam belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelas, menyajikan/mempersentasikan hasil kegiatan, sampai mengevaluasi kegiatan. Dalam pelaksanaannya, siswa belajar dengan menggunakan LKS secara berkelompok, berdiskusi antar anggota kelompok untuk melakukan setiap tahapan yang diperintahkan dalam LKS sehingga mampu memcahkan masalah yang diberikan, tugas guru membimbing siswa dalam


(26)

menemukan penemuan dan siswa mempresentasikan hasil diskusi kelasnya di depan kelas.

2. Kemampuan Koneksi Matematis

Menurut NCTM(2000, hlm. 274) koneksi matematika merupakan bagian penting yang harus mendapat penekanan di setiap jenjang pendidikan. Artinya, kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan pemahaman konsep matematika. Dengan memiliki kemampuan koneksi matematis, konsep-konsep matematika yang telah dipelajari tidak ditinggalkan begitu saja sebagai bagian yang terpisah, tetapi digunakan sebagai pengetahuan dasar untuk memahami konsep yang baru.

NCTM (2000, hlm. 64) menyatakan apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari. Tanpa adanya kemampuan koneksi matematis siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000, hlm. 275).

Kemampuan koneksi matematis yang digunakan pada penelitian ini ditekankan pada kemampuan koneksi matematis antar konsep matematika, dan koneksi antara konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari khususnya pada materi luas daerah layang-layang.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010, hlm. 53). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa. Tes diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitupretes dan postes. Tujuan dilakukan pretes adalah untuk


(27)

35

mengetahui kemampuan awal koneksi matematis siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen, sedangkan postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir koneksi matematis yang dimiliki siswa setelah dilakukan pembelajaran yang berbeda pada materi konsep luas daerah layang-layang.

Instrumen dibuat peneliti dalam bentuk soal uraian dengan jumlah lima item. Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan variabel koneksi matematis yang telah ditetapkan dengan mengacu pada NCTM dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen No. Indikator Koneksi

Matematis Indikator Soal

No. Soal

Tingkat Kesukaran 1. Menjelaskan hubungan

antar topik matematika

Menghitung luas daerah layang-layang dari luas daerah segitiga yang diketahui.

1 Mudah

4 Sukar

Menghitung luas daerah layang-layang dari luas daerah persegi panjang yang diketahui.

2 Sedang

Menentukan ukuran diagonal pendek layang-layang dari luas daerah jajar genjang yang diketahui.

5 Sedang

2. Menjelaskan hubungan antara topik matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan luas daerah layang-layang

3 Sedang

Adapun kriteria skor untuk setiap item tes kemampuan koneksi matematis disusun oleh peneliti sebagai berikut.

Tabel 3.2.

Kriteria Skor Kemampuan Koneksi Matematis

Skor Kriteria

4

Semua tahapan penyelesaian soal diikuti secara lengkap serta melakukan perhitungan dengan benar sehingga sampai pada jawaban akhir yang diharapkan.


(28)

Tabel 3.2. (Lanjutan)

Skor Kriteria

3

Tahapan penyelesaian lengkap namun jawaban akhir salah karena kesalahan perhitungan.

Sebagian besar tahapan penyelesaian soal diikuti secara lengkap dan benar, namun belum sampai pada jawaban akhir yang diharapkan.

2

Hanya sebagian kecil tahapan penyelesaian soal diikuti secara lengkap dan benar, serta belum sampai pada jawaban akhir yang diharapkan.

Jawaban akhir tepat, tetapi tahapan penyelesaian kurang sesuai.

1 Hanya menyelesaikan satu tahap awal dengan benar.

Hanya memberikan jawaban akhir yang benar tanpa penyelesaian.

0 Tidak ada jawaban.

Penyelesaian dan jawaban salah.

2. Observasi

Penelitian ini menggunakan instrumen observasi untuk menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Menurut Musfiqan (2012, hlm. 120) dijelaskan bahwa “observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas gejala, fenomena, dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian”.

Lembar observasi merupakan lembar pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observer harus memberikan catatan pada setiap aktivitas yang dilakukan. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diamati selama proses pembelajaran sesuai dengan tahapan pembelajaran penemuan terbimbing menurut Ibrahim dan Nur (dalam Hariyani, dalam Astuti, 2013, hlm.11):

Tabel 3.3. Lembar Observasi

No Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

1. Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran.

Menyimak penjelasan guru.

Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.

Mempersiapkan logistik yang dibutuhkan.


(29)

37

Tabel 3.3. (Lanjutan)

No Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas masalah yang diberikan guru.

Termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

2. Mengorgani-sasikan siswa dalam belajar

Membagi siswa kedalam beberapa kelompok.

Duduk sesuai kelompok yang telah ditentukan. Memberikan LKS yang

berisi lembar penemuan kepada setiap kelompok.

Setiap kelompok

menerima LKS yang berisi lembar penemuan.

Memberikan arahan tentang tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Menyimak arahan dari guru tentang tugas yang harus dikerjakan. 3. Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok Mempersilakan siswa melakukan kegiatan penemuan sesuai petunjuk LKS bersama

kelompoknya masing-masing.

Melakukan kegiatan sesuai petunjuk LKS bersama kelompoknya masing-masing.

Membimbing siswa ketika mengalami kesulitan dalam melakukan

penemuan baik perorangan maupun kelompok.

Bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan dalam melakukan penemuan.

4 Menyajikan atau

mempresentasi kan hasil kegiatan

Menunjuk perwakilan dari setiap kelompok untuk melaporkan hasil penemuannya.

Perwakilan dari setiap kelompok melaporkan hasil penemuannya.

Membimbing siswa merumuskan kesimpulan dari hasil penemuan.

Merumuskan kesimpulan dari hasil penemuan yang dilakukan

5 Mengevaluasi kegiatan

Membantu siswa merefleksi proses penemuan yang telah dilakukan.

Merefleksi dan

mengevaluasi kegiatan penemuan yang telah dilakukan.

6. Proses Pengembangan Instrumen

Pengujian instrumen dilakukan di SDN 4 Sukajadi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis dengan jumlah siswa 22 orang. Pengujian dilakukan sebelum melakukan pretes untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal yang akan diujikan.


(30)

1. Uji Validitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian haruslah valid artinya tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012, hlm. 173) yang mengemukakan bahwa jika suatu instrumen dinyatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Arikunto, (2010, hlm.72) untuk menguji validitas item instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar yaitu:

= ∑ − (∑ )(∑ )

∑ − (∑ ) ∑ − (∑ )

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

N = jumlah siswa

X = skor item yang akan dikorelasikan Y = skor total

Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikkan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Adapun interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto (2010, hlm.75) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4.

Interpretasi Koefisien Korelasi

Nilai rxy Kriteria

0,800 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,600 < rxy ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < rxy ≤ 0,600 Cukup

0,200 < rxy ≤ 0,400 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,200 Sangat Rendah

Dalam penentuan valid tidaknya suatu item yang akan digunakan, dilakukan penafsiran harga koefisien korelasi dengan cara melihat harga rxy kemudian diinterpretasikan, dan dengan melihat nilai rtabel pada signifikansi 0,05 sesuai


(31)

39

dengan jumlah siswa yang digunakan. Nilai rtabel signifikansi 0,05 dengan N=22 adalah 0,423. Jika rxy > rtabel maka item instrumen dapat dinyatakan valid, sedangkan jika rxy ≤ rtabel maka item instrumen dinyatakan tidak valid.

Hasil analisis terhadap validitas soal tes koneksi matematis disajikan pada tebel 3.5. berikut.

Tabel 3.5.

Hasil Uji Validitas item Soal

No.Item rxy rtabel Kriteria Keterangan

1. 0,688

0,423

Tinggi Valid

2. 0,647 Tinggi Valid

3. 0,606 Tinggi Valid

4. 0,713 Tinggi Valid

5. 0,814 Sangat Tingggi Valid

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat disimpulkan kelima item soal dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan taraf kepercayaan. Suatu instrumen yang memiliki reliabilitas tinggi dapat dengan tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyaaan yang sebenarnya. Sebagaimana Arikunto (2010, hlm.86) menyatakan bahwa “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap”. Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan rumusCronbach Alpha karena jenis instrumen berbentuk essay. Rumus koefisien reliabilitas Cronbach Alphamenurut Arikunto (2010, hlm. 109) sebagai berikut:

= ( − 1) 1 −∑ Keterangan:

= reliabilitas yang dicari = banyaknya item

∑ = jumlah variand skor tiap-tiap item = varians total


(32)

Penghitungan reliabilitas soal koneksi matematis siswa dilakukan dengan menggunakan bantuan progran SPSS 16.0 sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Reliabilitas Soal

Berdasarkan tabel 3.6. dapat dijelaskan bahwa nilai Cronbach’s Alpha dari lima item yang diujikan kepada 22 siswa diperoleh sebesar 0,730. nilai Cronbach’s Alpha yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan rtabel signifikansi 0,05 dengan N=22 sebesar 0,423. Hasil analisis diperoleh nilai Cronbach’s Alpha >rtabel maka instrumen secara keseluruhan dapat dinyatakan reliabel.

Berikut adalah hasil penghitungan uji reliabilitas item jika item tertentu dihapus atau tidak digunakan pada penelitian ini.

Tabel 3.7.

Hasil Uji Reliabilitas Item Soal

No. Item Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha if Item

Deleted

Keterangan 1

0,730

0,677 Reliabel

2 0,724 Reliabel

3 0,717 Reliabel

4 0,675 Reliabel

5 0,614 Reliabel

Berdasarkan tabel 3.7. terlihat nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted lebih keci jika dibandingkan dengan nilai Cronbach’s Alpha, namun masih mempunyai nilai lebih besar daripada nilai rtabel=0,423, artinya jika ada salah satu item dihapus, instrumen masih dapat dinyatakan reliabel.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 22 100.0

Excludeda 0 .0

Total 22 100.0

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(33)

41

3. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2010, hlm. 211), “Daya pembeda soal adalah sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Cara menentukan daya pembeda soal uraian adalah menggunakan rumus berikut.

Daya Pembeda (DP) = – Keterangan:

DP = Koefisien daya pembeda yang dicari = Rata- rata siswa kelas atas

! = Rata- rata siswa kelas bawah SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun interpretasi daya pembeda menurut Arikunto (2010, hlm. 218) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8.

Interpretasi Daya Pembeda Koefisien Daya pembeda

(DP) Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

Hasil penghitungan daya pembeda soal tes kemampuan koneksi matematis yang dihitung dengan bantuan Microsoft Excel 2007 dapat dilihat pada tabel 3.9. berikut.

Tabel 3.9.

Hasil Penghitungan Daya Pembeda Soal No.

Item

Rata-rata Kelompok Atas

Rata-rata Kelompok Bawah

Daya

Pembeda Keterangan

1. 4 2,55 0,36 Cukup

2. 3,45 1,36 0,52 Baik

3. 3,64 2,18 0,36 Cukup

4. 3,45 1,09 0,59 Baik


(34)

Berdasarkan tabel 3.9. dapat dijelaskan bahwa dari lima item instrumen yang diuji coba, terdapat dua item soal mempunyai berada dalam kategori daya pembeda cukup, dan tiga item soal berada pada kategori daya pembeda baik.

4. Tingkat Kesukaran

Indeks kesukaran merupakan bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2010: 207). Pemberian soal yang terlalu mudah tidak akan membantu mengembangkan daya pikir siswa, sedangkan pemberian soal yang terlalu sulit bisa menyebabkan siswa merasa putus asa karena karena apa yang diberikan diluar jangkauan kemampuan berpikirnya. Cara menentukan indeks kesukaran soal uraian adalah menggunakan rumus sebagai berikut.

IK = " #$% Keterangan:

IK = Indeks Kesukaran

x

= Rata- rata Skor SMI = Skor Maksimal Ideal

Besarnya indeks kesukaran suatu item berada antara 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran menunjukkan taraf atau tingkatan kesukaran item. Jika indeks kesukaran semakin mendekati 0,00 maka item instrumen tersebut termasuk dalam kategori sukar, sebaiknya jika indeks kesukaran semakin mendekati 1,00 maka item instrumen tersebut berada pada kategori mudah.

Penjelasan lebih lengkap mengenai klasifikasi indeks kesukaran menurut Arikunto (2010, hlm. 210) disajikan pada tabel 3.10. berikut.

Tabel 3.10.

Klasifikasi Indeks Kesukaran Koefisien Indeks Kesukaran

(IK) Kriteria

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang


(35)

43

Penghitungan indeks kesukaran dilakukan peneliti dengan bantuan Microsoft Excel 2007, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.11. berikut.

Tabel 3.11.

Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran Soal

No. Item Rata-rata Skor Indeks Kesukaran Keterangan

1. 3,27 0,82 Mudah

2. 2,41 0,60 Sedang

3. 2,91 0,73 Mudah

4. 2,27 0,57 Sedang

5. 2,73 0,68 Sedang

Berdasarkan tabel 3.11. dapat disimpulkan bahwa dari lima item instrumen yang diujikan terdapat dua item pada kategori mudah, dan tiga item lainnya berada pada kategori sedang.

7. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes dan observasi. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Tes diberikan sebanyak dua kali yakni pretes dan postes kepada kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing (kelas eksperimen) dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Tes yang diberikan adalah tes tertulis dengan bentuk uraian.

Sedangkan observasi yang dilaksanakan adalah pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas eksperimen. Data yang diperoleh dari observasi akan menjadi data pendukung dan memberi gambaran tentang proses pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing.

8. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data atau sumber lain dari seluruh responden terkumpul yakni setelah diperoleh data dari hasil jawaban siswa terhadap soal tes yang diberikan. Data yang diperoleh dari hasil tes kemudian diolah melalui tiga tahapan yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai pendekatan


(36)

penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006, hlm. 235) yang menyatakan terdapat tiga tahap menganalisis data, yakni sebagai berikut.

a. Persiapan

Pada tahap persiapan, kegaiatan yang dialakukan yaitu pengecekan kelengkapan siswa, kelengkapan data, dan pengecekan macam isisan data.

b. Tabulasi

Pada tahap tabulasi dilakukan kegiatan seperti memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor, mengubah jenis data disesuaikan dengan teknik analisis yang akan digunakan, memberi kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika menggunakan komputer.

c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen, maka untuk pengolahan data akan menggunakan rumus-rumus statistik. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran umum variabel. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Program Microsoft Excel 2007digunakan untuk mengolah data dengan tujuan mengetahui gambaran umum variabel berdasarkan kategori tertentu sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Sedangkan program SPSS 16.0digunakan untuk mengolah data dengan tujuan untuk mengetahui data deskriptif variabel dan untuk mempermudah pada proses uji hipotesis.

Pedoman interval kategori yang digunakan pada proses pengolahan data penelitian ini sesuai dengan interval kategori menurut Rakhmat dan Solehudin (2006, hlm.65) sebagai berikut.

Tabel 3.12.

Pedoman Interval Kategori

No. Interval Kategori

1. X ≥ 'ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi


(37)

45

Tabel 3.12. (Lanjutan)

No. Interval Kategori

3. (ideal −0,5 Sideal≤ X <(ideal + 0,5 Sideal Sedang

4. (ideal − 1,5 Sideal ≤ X <(ideal − 0,5 Sideal Rendah

5. X <(ideal − 1,5 Sideal Sangat Rendah

Keterangan:

Xideal = skor maksimal yang diperoleh sampel

(ideal = Xideal Sideal =

) (ideal

Adapun hasil pengolahan data dari lima item instrumen dengan skor terndah pada setiap soal adalah nol dan skor tertinggi adalah empat, maka diperoleh:

Xideal = 20

(ideal = × 20 = 10

Sideal =

)× 10 = 3,33

Sehingga jika mengacu pada pedoman penentuan interval kategori yang telah ditetapkan, maka diperoleh interval kategori kemampuan koneksi matematis sebagai berikut.

Tabel 4.13.

Interval Kategori Kemampuan Awal Koneksi Matematis

Kategori Interval

Sangat Tinggi X ≥ 14,95

Tinggi 11,65 ≤ X <14, 95

Sedang 8,35 ≤ X < 11,65

Rendah 5,05 ≤ X < 8,35

Sangat Rendah X < 5,05

b. Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen, maka langkah analisis statistiknya menggunakan uji statistik komparasi yaitu uji t dua variabel bebas. Analisis komparasi (uji t) digunakan untuk memprediksi perbandingan atau perbedaan antara dua variabel bebas. Untuk menentukan uji statistik,


(38)

langkah-langkah pengujian yang harus ditempuh untuk data pretes dan postes adalah sebagai berikut.

1) Uji Normalitas

Salah satu syarat untuk menggunakan uji statistik parametrik adalah data terdistribusi normal. Oleh karena itu harus dilakukan uji normalitas, tujuannyauntuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak.Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik. Pada penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dengan menggunakan Uji Liliefors dengan Kolmogrov-Smirnov pada Test of Normality. Dengan kriteria jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi secara normal.

2) Uji Homogenitas

Disamping uji normalitas, dilakukan juga uji homogenitas untuk melihat seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas sampel dilakukan dengan uji F dengan uji statistik Levene’s Test dengan kriteria pengujian jika signifikansi > 0,05 maka data memiliki varian yang sama (homogen) sedangkan jika signifikansi < 0,05 maka data memliki varians yang berbeda (tidak homogen).

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran. Apabila data berdistribusi normal dan sampel homogen, selanjutnya dilakukan uji t dengan uji statistik Independent-Sample T Test. Hipotesis uji perbedaan rata-rata pretes sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor hasil pretes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha = Terdapat perbedaan rata-rata skor pretes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1≠ µ2


(39)

47

Kriteria pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel, jika thitung> ttabelmaka H0 ditolak, sebaliknya jika thitung< ttabelmaka H0 diterima.

Sedangkan untuk mengetahui perbedaan rata-rata postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka apabila data berdistribusi normal dan sampel homogen, selanjutnya dilakukan uji t dengan uji statistik Independent-Sample T Test. Dalam penelitian ini digunakan uji pihak kanan dengan hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut.

H0 = Kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan metode penemuan terbimbing tidak lebih baik dibandingkan dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Ha = Kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan metode

penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. H0 : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1> µ2

Kriteria pengambilan keputusannya yaitu jika hasil analisis adata didapat nilai thitung> ttabel maka H0 ditolak. Sebaliknya jika nilaithitung< ttabelmaka keputusannya H0diterima.

Namun jika data tidak berdistribusi normal, uji statistik yang digunakan adalah uji non parametrik dengan model Two Independent Samples Tests. Two Independent Samples Tests digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua kelas data yang independen dan tidak mensyaratkan data berdistribusi normal. Adapun uji yang digunakan yaitu Uji Man Whitney U.


(40)

79

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, diperoleh beberapa kesimpulan terkait dengan penggunaan metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep luas daerah layang-layang di kelas V sebagai berikut.

1. Kemampuan koneksi matematis siswa sebelum diberi perlakuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol hampir sama, berada pada kategori kemampuan koneksi matematis yang sama yaitu tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Setelah kedua kelas diberi perlakuan berbeda, hasil postes menunjukkan kemampuan koneksi matematis di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional berbeda. Meskipun berada pada kategori kemampuan koneksi yang sama, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Namun rata-rata skor postes di kelas eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata skor postes di kelas kontrol.

2. Proses pembelajaran matematika pada materi luas daerah layang-layang dengan menggunakan metode penemuan terbimbing telah mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga berhasil menemukan koneksi atau keterkaitan konsep luas daerah layang-layang dengan luas daerah bangun datar lain dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas kontrol yang belajar dengan metode konvensional.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.


(41)

80

1. Metode penemuan terbimbing berpengaruh pada kemampuan koneksi matematis siswa. Oleh karena itu metode penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika yang mampu mengaktifkan siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan awal yang dimiliki untuk menemukan suatu pengetahuan yang baru.

2. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, guru harus merancang tujuan yang jelas mengenai hal yang harus ditemukan oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan petunjuk-petunjuk yang jelas untuk melakukan penyelidikan sehingga apa yang ditemukan siswa dapat sesuai dengan yang diharapkan guru.

3. Pemberian bimbingan oleh guru kepada siswa harus disesuaikan dengan kemampuan siswa itu sendiri. Bentuk bimbingan bisa berupa tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa mengolah pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada saat proses penemuan.

4. Keterbatasan waktu dalam pembelajaran jangan dijadikan hambatan untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan penemuan terbimbing. Perencanaan pembelajaran harus disusun sedemikian rupa agar proses pembelajaran penemuan terbimbing dapat berjalan secara optimal.


(42)

81

Amelia, M.M. (2010). Pengaruh pembelajaran generatif terhadap kemampuan koneksi matematika siswa. (Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, F. (2013). Pengaruh penggunaan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman matematis pada konsep luas daerah bangun datar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. Tasikmalaya.

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hernawan, dkk. (2007). Belajar dan pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.

Markaban. (2006). Model pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan terbimbing. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Musfiqan. (2012). Panduan lengkap metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standards school mathematics. NCTM.


(43)

82

Purwasi, C. (2013). Peningkatan hasil belajar menggunakan metode penemuan terbimbing pada pembelajaran matematika kelas V SDN 49. (Skripsi). Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Rakhmat, C danSolehudin. (2006). Pengukuran dan penilaian hasil belajar. Bandung: CV Andira.

Sani, R.A. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sapti, M. (2009). Kemampuan koneksi matematis (tinjauan terhadap pendekatan pembelajaran SAVI). FKIP Universitas Muhammadiyah. Purworejo.

Sugiman. (2008). Koneksi matematik dalam pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama. FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, dkk. (2003). Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: JICA.

Susanti, E. (2012). Meningkatkan penalaran siswa melalui koneksi matematis. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Suwangsih, E. dan Tiurlina. (2006). Model pembelajaran matematika. Bandung: UPI Press.

Suyono dan Haryanto. (2012). Belajar dan pembelajaran.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Uno, B.H. dan M. Nurdin. (2011). Belajar dengan pendekatan pailkem: pembelajaran, aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, menarik. Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

langkah pengujian yang harus ditempuh untuk data pretes dan postes adalah sebagai berikut.

1) Uji Normalitas

Salah satu syarat untuk menggunakan uji statistik parametrik adalah data terdistribusi normal. Oleh karena itu harus dilakukan uji normalitas, tujuannyauntuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak.Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik. Pada penelitian ini uji normalitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 dengan menggunakan Uji Liliefors dengan

Kolmogrov-Smirnov pada Test of Normality. Dengan kriteria jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi secara normal.

2) Uji Homogenitas

Disamping uji normalitas, dilakukan juga uji homogenitas untuk melihat seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas sampel dilakukan dengan uji F dengan uji statistik Levene’s Test

dengan kriteria pengujian jika signifikansi > 0,05 maka data memiliki varian yang sama (homogen) sedangkan jika signifikansi < 0,05 maka data memliki varians yang berbeda (tidak homogen).

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan setelah dilakukan pembelajaran. Apabila data berdistribusi normal dan sampel homogen, selanjutnya dilakukan uji t dengan uji statistik Independent-Sample T Test. Hipotesis uji perbedaan rata-rata pretes sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor hasil pretes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ha = Terdapat perbedaan rata-rata skor pretes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1≠ µ2


(2)

47

Kriteria pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai thitung dan ttabel, jika thitung> ttabelmaka H0 ditolak, sebaliknya jika thitung< ttabelmaka H0 diterima.

Sedangkan untuk mengetahui perbedaan rata-rata postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka apabila data berdistribusi normal dan sampel homogen, selanjutnya dilakukan uji t dengan uji statistik Independent-Sample T Test. Dalam penelitian ini digunakan uji pihak kanan dengan hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut.

H0 = Kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan metode penemuan terbimbing tidak lebih baik dibandingkan dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Ha = Kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan metode

penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan dengan kemampuan koneksi matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. H0 : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1> µ2

Kriteria pengambilan keputusannya yaitu jika hasil analisis adata didapat nilai thitung> ttabel maka H0 ditolak. Sebaliknya jika nilaithitung< ttabelmaka keputusannya H0diterima.

Namun jika data tidak berdistribusi normal, uji statistik yang digunakan adalah uji non parametrik dengan model Two Independent Samples Tests. Two Independent Samples Tests digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua kelas data yang independen dan tidak mensyaratkan data berdistribusi normal. Adapun uji yang digunakan yaitu Uji Man Whitney U.


(3)

79

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, diperoleh beberapa kesimpulan terkait dengan penggunaan metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada konsep luas daerah layang-layang di kelas V sebagai berikut.

1. Kemampuan koneksi matematis siswa sebelum diberi perlakuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol hampir sama, berada pada kategori kemampuan koneksi matematis yang sama yaitu tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Setelah kedua kelas diberi perlakuan berbeda, hasil postes menunjukkan kemampuan koneksi matematis di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional berbeda. Meskipun berada pada kategori kemampuan koneksi yang sama, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Namun rata-rata skor postes di kelas eksperimen lebih besar dibandingkan rata-rata skor postes di kelas kontrol.

2. Proses pembelajaran matematika pada materi luas daerah layang-layang dengan menggunakan metode penemuan terbimbing telah mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga berhasil menemukan koneksi atau keterkaitan konsep luas daerah layang-layang dengan luas daerah bangun datar lain dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas kontrol yang belajar dengan metode konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.


(4)

80

1. Metode penemuan terbimbing berpengaruh pada kemampuan koneksi matematis siswa. Oleh karena itu metode penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika yang mampu mengaktifkan siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan awal yang dimiliki untuk menemukan suatu pengetahuan yang baru.

2. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, guru harus merancang tujuan yang jelas mengenai hal yang harus ditemukan oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan petunjuk-petunjuk yang jelas untuk melakukan penyelidikan sehingga apa yang ditemukan siswa dapat sesuai dengan yang diharapkan guru.

3. Pemberian bimbingan oleh guru kepada siswa harus disesuaikan dengan kemampuan siswa itu sendiri. Bentuk bimbingan bisa berupa tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa mengolah pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada saat proses penemuan.

4. Keterbatasan waktu dalam pembelajaran jangan dijadikan hambatan untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan penemuan terbimbing. Perencanaan pembelajaran harus disusun sedemikian rupa agar proses pembelajaran penemuan terbimbing dapat berjalan secara optimal.


(5)

81 Jakarta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, F. (2013). Pengaruh penggunaan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman matematis pada konsep luas daerah bangun datar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. Tasikmalaya.

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hernawan, dkk. (2007). Belajar dan pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.

Markaban. (2006). Model pembelajaran matematika dengan pendekatan

penemuan terbimbing. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Musfiqan. (2012). Panduan lengkap metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standards school mathematics. NCTM.


(6)

82

Purwasi, C. (2013). Peningkatan hasil belajar menggunakan metode penemuan terbimbing pada pembelajaran matematika kelas V SDN 49. (Skripsi). Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Rakhmat, C danSolehudin. (2006). Pengukuran dan penilaian hasil belajar. Bandung: CV Andira.

Sani, R.A. (2013). Inovasi pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sapti, M. (2009). Kemampuan koneksi matematis (tinjauan terhadap pendekatan

pembelajaran SAVI). FKIP Universitas Muhammadiyah. Purworejo.

Sugiman. (2008). Koneksi matematik dalam pembelajaran matematika di Sekolah

Menengah Pertama. FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, dkk. (2003). Strategi pembelajaran matematika kontemporer.

Bandung: JICA.

Susanti, E. (2012). Meningkatkan penalaran siswa melalui koneksi matematis.

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Suwangsih, E. dan Tiurlina. (2006). Model pembelajaran matematika. Bandung: UPI Press.

Suyono dan Haryanto. (2012). Belajar dan pembelajaran.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Uno, B.H. dan M. Nurdin. (2011). Belajar dengan pendekatan pailkem: pembelajaran, aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, menarik. Jakarta: Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematis siswa

1 8 197

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII.

15 51 43

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SERTA SELF CONFIDENCE SISWA SMP.

0 5 58

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI LAYANG-LAYANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE.

0 2 44

Implementasi Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Dasar.

0 0 44

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING.

0 0 44

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN GEOMETRI DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS BELAH KETUPAT DAN LAYANG-LAYANG | Kantohe | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 3096 9573 1 PB

0 0 14

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 TORIBULU PADA MATERI KELILING DAN LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG | Ulfiana | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7736 25519 1 PB

0 0 12

Laporan Observasi:Mencari Luas Layang-layang

0 0 11

Penerapan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Kemampuan Komunikasi Matematis, dan Analisis Kemandirian Belajar Siswa SMA - repo unpas

0 0 26