PENGEMBANGAN ASESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM.

(1)

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tentang pengembangan asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains (KPS) terintegrasi siswa pada konsep habitat dalam ekosistem. Proses pengembangan asesmen kinerja dimulai dari penyusunan asesmen kinerja, uji coba perangkat asesmen sehingga diperoleh bagian-bagian yang diperbaiki dan diperoleh perangkat asesmen kinerja yang lebih sempurna. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa instrumen yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk menilai KPS terintegrasi pada konsep habitat dalam ekosistem. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata skor KPS terintegrasi pada uji coba pertama (70,00) dan mengalami peningkatan pada tahap penerapan sebesar (73,11) dengan kategori baik. Selain itu juga asesmen kinerja yang dikembangkan efektif untuk menilai KPS terintegrasi, hal ini dapat dilihat dari validitas asesmen kinerja yang mengalami peningkatan pada setiap uji cobanya. Uji coba pertama memiliki nilai validitas sebesar (0,56), uji coba kedua sebesar (0,81) dan tahap penerapan sebesar (0,86). Dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja yang dikembangkan mampu menilai KPS terintegrasi siswa dengan nilai validitas akhir sangat tinggi.


(2)

ABSTRACT

This study was conducted to analyze about the development of the performance assessment in assessing the integrated science process skills on the concept of habitat in the ecosystem. Performance assessment development process starting from the arranged, then assessment testing in order to obtain the parts repaired, therefore the device of performance assessment more become complete. Descriptive method is used in this research. The study provides information that the instruments developed already proper for use to assess the integrated science process skills on the concept of habitat in the ecosystem. Judging from the achievement test scores on the implementation class development from the previous trials with an average score of integrated KPS by (70.00) and increased at the stage of implementation of (73.11) with good category. It also developed an effective performance assessment to assess the the integrated science process skills with validity of the assessment of performance has increased in every test try. The first trial has the validity number (0,56), the second trials has validity number (0.81) and the last trials has the validity number (0.86). It can be concluded the assessment was developed capable to assessing the integrated science process skills of students with very high the last valdity value.


(3)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II ASESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM A. Pengertian Asesmen dalam Pembelajaran ... 7

B. Asesmen Kinerja ... 8

1. Pengertian Asesmen Kinerja ... 8

2. Komponen dalam Asesmen Kinerja ... 10

3. Kriteria Asesmen Kinerja ... 10

4. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Kinerja ... 11

C. Keterampilan Proses Sains . ... 12

1. Ketrampilan Proses Sains Dasar ... 12

2. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 15

D. Tinjauan Asesmen Pada Pembelajaran Konsep Ekosistem ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Populasi Dan Sampel ... 23

C. Definisi Operasional ... 23

D. Instrumen Penelitian ... 24

E. Tahap Penelitian ... 26

F. Pengumpulan Data ... 30

G. Prosedur Penelitian ... 31


(4)

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan ... 37

1. Hasil Uji Coba Pengembangan Instrumen Asesmen Kinerja ... 37

2. Efektivitas Perangkat Asesmen Kinerja yang Dikembangkan ... 47

3. Kelebihan perangkat Asesmen Kinerja ... 51

4. Kendala perangkat asesmen kinerja ... 52

5. Tanggapan Guru dan Penilai Mengenai Asesmen Kinerja ... 53

B. Pembahasan ... 56

1. Pengembangan Asesmen Kinerja ... 56

2. Efektivitas Perangkat Asesmen Kinerja yang Dikembangkan ... 61

3. Analisis kelebihan perangkat asesmen kinerja ... 62

4. Analisis Kendala perangkat asesmen kinerja ... 65

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 67

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(5)

Tabel 2.1 Kelebihan Dan Kekurangan Asesmen Kinerja ... 11

Tabel 2.2 Aspek Dan Indikator Keterampilan Proses Sains ... 13

Tabel 2.3 Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 16

Tabel 3.1 Aspek Keterampilan Proses Sains Beserta Indikator ... 25

Tabel 3.2 Kategori Validitas Instrumen ... 29

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30

Tabel 3.4 Kategorisasi Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 34

Tabel 3.5 Kategori Hasil Angket Siswa ... 35

Tabel 4.1 Rekapitulasi validitas dan reliabilitas asesmen kinerja tahap uji coba I ... 38

Tabel 4.2 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba I ... 38

Tabel 4.3 Rekapitulasi validitas dan reliabilitas asesmen kinerja tahap uji coba II ... 41

Tabel 4.4 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba II ... 42

Tabel 4.5 Perubahan Asesmen Kinerja ... 43

Tabel 4.6 Rekapitulasi validitas dan reliabilitas asesmen kinerja tahap uji coba III ... 46

Tabel 4.7 Catatan Penting Pelaksanaan Uji Coba III ... 47

Tabel 4.8 Rekapitulasi Validitas Asesmen Kinerja Kategori Siswa Sangat Baik ... 49

Tabel 4.9 Rekapitulasi Validitas Asesmen Kinerja Kategori Siswa Baik ... 50


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rangkuman Prosedur Penelitian ... 33

Gambar 4.1 Presentase KPS terintegrasi siswa uji coba I ... 40

Gambar 4.2 Presentase KPS terintegrasi siswa uji coba II ... 42

Gambar 4.3 Presentase KPS terintegrasi siswa uji coba III ... 47

Gambar 4.4 Hasil validitas reliabilitas uji coba I,II dan III ... 48


(7)

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 73

Lampiran A.2 Kompetensi dan indikator KPSTerintegrasi ... 78

LampiranB.1Rubrik Penilaian Kinerja ... 79

Lampiran B.2 Rubrik penskoran jawaban siswa soal KPS terintegrasi ... 82

Lampiran B.3 Kisi-Kisi Soal Essay ... 84

Lampiran B.4 Kisi-Kisi Angket ... 85

Lampiran C.1 Lembar Kinerja Siswa Tahap Uji Coba I ... 86

Lampiran C.2 Lembar Kinerja Siswa Tahap Uji Coba II ... 89

Lampiran C.3 Lembar Kinerja Siswa Tahap Uji Coba III (Penerapan) ... 92

Lampiran C.4 Lembar Observasi Penilaian Kinerja ... 95

Lampiran C.5 Lembar Soal tes KPS terintegrasi ... 99

Lampiran C.6 Pedoman Wawancara Guru Dan Observer ... 101

Lampiran C.7 Angket Respon Siswa ... 102

Lampiran D.1 Rekapitulasi Data Asesmen Kinerja Tahap Uji Coba I ... 103

Lampiran D.2 Rekapitulasi Data Asesmen Kinerja Tahap Uji Coba II ... 105

Lampiran D.3 Rekapitulasi Data Asesmen Kinerja Tahap Uji Coba III ... 107

Lampiran D.4 Rekapitulasi Data Soal Esai Tahap Uji Coba I ... 109

Lampiran D.5 Rekapitulasi Data Soal Esai Tahap Uji Coba II ... 111

Lampiran D.6 Rekapitulasi Data Soal Esai Tahap Uji Coba III ... 113

Lampiran D.7 Rekapitulasi Angket Siswa ... 115

Lampiran D.8 Hasil Skoring dan Nilai Asesmen Kinerja Uji Coba I ... 116

Lampiran D.9 Hasil Skoring dan Nilai Asesmen Kinerja Uji Coba II ... 117

Lampiran D.10 Hasil Skoring dan Nilai Asesmen Kinerja Uji Coba III ... 118

Lampiran D.11 Hasil Skoring dan Nilai Soal Esai Uji Coba I ... 119

Lampiran D.12 Hasil Skoring dan Nilai Soal Esai Tahap Uji Coba II ... 120

Lampiran D.13 Hasil Skoring dan Nilai Soal Esai Tahap Uji Coba III ... 121

Lampiran D.14 Hasil Analisis Tes (Anates) Kinerja Uji Coba I ... 122

Lampiran D.15 Hasil Analisis Tes (Anates) Kinerja Uji Coba II ... 123

Lampiran D.16 Hasil Analisis Tes (Anates) Kinerja Uji Coba III ... 124

Lampiran D.17 Hasil Analisis Tes (Anates) Soal Esai Uji Coba I ... 125

Lampiran D.18 Hasil Analisis Tes (Anates) Soal Esai Uji Coba II ... 126

Lampiran D.19 Hasil Analisis Tes (Anates) Soal Esai Uji Coba III ... 127

Lampiran D.20 Hasil wawancara Observer Uji Coba I ... 128

Lampiran D.21 Hasil wawancara Observer Uji Coba I ... 129

Lampiran D.22 Hasil wawancara Observer Uji Coba I ... 130

Lampiran D.23 Hasil wawancara Guru Mata Pelajaran... 131

Lampiran E.1 Surat izin Melaksanakan Penelitian ... 132

Lampiran E.2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 133


(8)

(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu sains. Sains banyak dipandang orang sebagai kumpulan pengetahuan. Sains mengandung proses dan produk. Sebagai sebuah produk, sains disebut body of knowledge (Rustaman, 2005). yang berisi kumpulan fakta-fakta sebagai hasil penelitian. Cain dan Evans (1990 dalam Rustaman, 2005) berpendapat mengenai hal yang sama yakni sains sebagai produk mengandung fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori yang sudah diterima kebenaranya. Sedangkan sains sebagai proses merupakan metode atau cara untuk mendapatkan pengetahuan. Proses ini membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan baru.

Proses sains dalam pembelajaran IPA sangat penting untuk dikembangkan karna produk sains merupakan hasil dari proses sains. Kurikulum IPA Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah pun harus lebih ditekankan pada keterampilan proses sains (Rustaman et al., 2005). Namun pada praktiknya, pembelajaran sains pada jenjang sekolah menengah ternyata masih jauh berbeda dengan pembelajaran sains yang diharapkan. Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi (Rustaman et al., 2003). Menurut Gilbert (2011), KPS dapat dibedakan menjadi keterampilan proses sains dasar (Basic skill) dan keterampilan proses sains terintegrasi (Integrated skill).

Rezba (dalam Ramdani, 2012) menyebutkan bahwa KPS terintegrasi yang harus dikuasai siswa pada jenjang SMA diantaranya adalah keterampilan mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis, menganalisis data, menterjemahkan variabel, membuat desain penelitian, dan bereksperimen. Sebelum menguasai KPS terintegrasi siswa harus menguasai KPS dasar. KPS dasar harus dikuasai oleh siswa untuk dapat memahami dan menguasai rangkaian kegiatan seperti mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,


(10)

2

menerapkan konsep, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Rustaman et al., 2003).

KPS dasar merupakan pondasi siswa untuk dapat menguasai KPS terintegrasi. KPS terintegrasi harus sudah dilatihkan pada jenjang sekolah menengah atas (SMA), karena dianggap bahwa pada jenjang sekolah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP) siswa sudah mampu menguasai KPS dasar, namun menurut penelitian Meli et al., (2013) menemukan bahwa siswa masih selalu diarahkan untuk melakukan suatu proses pengamatan sesuai dengan prosedur kerja yang ada, sehingga kurang memberikan pengalaman kepada siswa untuk merancang pengamatan serta menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. Artinya, pengamatan yang ada masih mengedepankan prosedur dan belum mengungkapkan tentang KPS terintegrasi.

Guru dalam pembelajaran sains diharapkan dapat melakukan penilaian atau asesmen proses dan hasil pembelajaran sains secara komprehensif dan benar. Komperhensif artinya asesmen yang dilakukan mencakup berbagai aspek kompetensi. Benar artinya asesmen yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip asesmen yang objektif, valid, reliabel, demokratis dan berkeadilan. Pola asesmen yang baik dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Hal ini sebagaimana pernyataan yang menyatakan bahwa tidak perlu diragukan lagi bahwa pembelajaran yang efektif, efisien dan produktif tidak mungkin ada tanpa asesmen yang baik (Stiggins,1994).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa penilaian pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sains selama ini cenderung lebih difokuskan pada penilaian ranah kognitif saja sehingga ranah afektif dan ranah psikomotoriknya kurang diperhatikan. Padahal kenyataannya pembelajaran sains di sekolah menengah menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dan bertujuan agar penguasaan dari kognitif, afektif, psikomotorik terbentuk pada diri peserta didik. Oleh sebab itu alat ukur hasil belajarnya tidak cukup jika hanya dengan tes kognitif berupa tes obyektif atau subyektif saja (Dimartino & Joe, 2007). Dari permasalahan ini, maka dibutuhkan tes alternatif untuk membantu guru dalam menilai kemampuan


(11)

siswa yang belum bisa terukur dengan tes konvensional. Salah satu tes alternatif yang bisa digunakan adalah penilaian kinerja (Performance Assessment).

Penilaian kinerja merupakan penilaian otentik yang mampu menilai kemampuan real siswa dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dua komponen penting utama dalam asesmen kinerja adalah task (tugas-tugas) dan rubrik. Pemberian tugas (task) merupakan syarat penting untuk dapat dilakukanya penilaian terhadap penampilan atau unjuk kerja siswa, serta pedoman penilaian berbentuk rubrik penilaian skala (rating scale) yang dijadikan sebagai acuan penilai dalam menilai tugas yang dikerjakan oleh siswa Ramli (2011).

Arifin (2011) menampilkan bahwa dari kesekian cara penilaian yang digunakan pada proses pembelajaran, penilaian kinerja (unjuk kerja) memiliki persentase terbesar yaitu 94% yang dapat mengaitkan antara ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan tugas dari penilaian kinerja yang menuntut siswa untuk menggunakan berbagai macam keterampilan, sikap dan pengetahuan.

Keterampilan proses sains sangat sesuai jika dinilai dengan menggunakan penilaian kinerja karena, penilaian kinerja lebih mencerminkan kemampuan siswa yang diperlihatkan langsung di depan guru. Melalui penilaian ini, guru semakin berkesempatan untuk mengamati unjuk kerja siswa dan proses penilaian menjadi semakin reliable, selain itu juga guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran karena guru telah mengetahui secara detail tentang kemampuan apa saja yang belum tercapai oleh siswa.

Materi ekosistem sangat erat kaitannya dengan pembelajaran di luar kelas, siswa harus mengenali langsung berbagai komponen kehidupan yang berada di alam sekitar lalu kemudian menganalisis interaksi yang terjadi di dalamnya. Selain itu siswa harus mampu menggunakan beberapa alat laboratorium di luar kelas (mengaplikasikan) di alam serta mengumpulkan data sesuai yang mereka temukan, sehingga dengan melalui pembelajaran ini diharapkan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dapat menjadi lebih baik, dan hal ini perlu dievaluasi dengan menggunakan asesmen yang tepat.


(12)

4

Merujuk pada latar belakang di atas maka akan dilakukan sebuah penelitian mengenai “Bagaimanakah pengembangan asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada konsep ekosistem?”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah pengembangan asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA pada konsep ekosistem?”

Agar pelaksanaan lebih terarah, permasalahan penelitian dijabarkan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil pengembangan asesmen kinerja untuk mengungkap keterampilan proses sains terintegrasi pada konsep ekosistem?

2. Apakah asesmen kinerja yang dikembangkan efektif untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi?

3. Apa kelebihan yang ditemukan pada asesmen kinerja yang dikembangkan? 4. Apa kendala yang ditemukan pada asesmen kinerja yang dikembangkan? 5. Bagaimana tanggapan siswa, guru, dan observer terhadap penilaian asesmen

kinerja yang dikembangkan?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian tidak terlalu luas, maka ruang lingkupnya dibatasi sebagai berikut:

1. Asesmen kinerja yang digunakan dalam penelitian ini merupakan asesmen non tes yang berupa asesmen alternatif dalam bentuk LKS dengan menggunakan rubrik rating scale untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi.

2. Keterampilan proses sains terintegrasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah keterampilan merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, membuat desain penelitian, eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data. 3. Materi ekosistem dibatasi pada pembelajaran mengenai konsep habitat dalam


(13)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada konsep ekosistem. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hasil pengembangan asesmen kinerja untuk mengungkap keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada konsep ekosistem.

2. Mengetahui asesmen kinerja yang dikembangkan efektif untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi

3. Mengungkap kelebihan asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa.

4. Mendeskripsikan kendala asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa

5. Mengungkap tanggapan guru, dan observer terhadap penilaian asesmen kinerja yang dikembangkan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi guru

a. Memberikan informasi mengenai hasil pengembangan asesmen kinerja sebagai suatu alternatif untuk menilai suatu keterampilan proses sains terintegrasi siswa.

b. Merencanakan perbaikan pembelajaran selanjutnya sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana lebih baik.

2. Bagi siswa

a. Mengetahui tingkat keterampilan proses sains terintegrasi siswa beserta letak kesulitan yang dialami siswa.


(14)

6

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi setiap bagian pada skripsi. Bab kedua berisi tentang tinjauan pustaka yang menjabarkan tentang kerangka konsep dan teori yang relevan. Bab ketiga merupakan metode penelitian yang berisi terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, pengumpulan data, analisis data. Bab keempat merupakan hasil penelitian dan pembahasan meliputi pengembangan asesmen kinerja, mengungkap kelebihan asesmen kinerja, kendala yang dihadapi selama pengembangan asesmen kinerja. Bab kelima berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.


(15)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif (deskriptif research). Peneliti hanya menggambarkan kondisi dilapangan sesuai fakta yang terjadi saat itu tanpa ada perlakuan terhadap variabel. Penelitian ini mendeskripsikan pengembangan asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada konsep ekosistem, khususnya sub konsep habitat.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 1 Lembang-Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Sementara sampel dalam penelitian ini terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas MIA 1, MIA 8, dan kelas MIA 3. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan cluster random sampling, setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk dilakukannya penelitian.

C. Definisi Operasional

1. Pengembangan Asesmen Kinerja

Penilaian terhadap kemampuan mengembangkan perangkat tes yang akan digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains terintegrasi siswa dengan menggunakan task yang dinilai dengan rubrik penilaian berskala (rating scale) yang dimulai dari tahapan penyusunan instrumen, melakukan judgment kepada dosen ahli, melakukan uji coba instrumen, penerapan instrumen dan kemudian dilakukan uji efektivitas instrumen yang digunakan.

2. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

Keterampilan proses sains terintegrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor keterampilan proses sains terintegrasi siswa yang diobservasi menggunakan asesmen kinerja.


(16)

24

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen untuk menilai kinerja siswa berupa task dalam bentuk LKS, rubrik penilaian kinerja, dan instrumen pendukung lain berupa tes esai, angket catatan lapangan (anecdotal record), pedoman wawancara (untuk guru dan observer).

1. Instrumen untuk Menilai Asesmen Kinerja Siswa a. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan pada penelitian ini berupa serangkaian pertanyaan yang mengacu pada keterampilan proses sains terintegrasi serta disajikan dalam bentuk esai, dimana tidak menuntut adanya satu jawaban yang benar (Zainul, 2001) LKS ini merupakan bentuk task yang harus diselesai kan oleh masing-masing siswa dan digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains terintegrasi yang dimiliki oleh siswa. Keterampilan proses sains terintegrasi siswa yang bisa dilihat dari LKS berupa keterampilan merumuskan hipotesis, Identifikasi variabel, desain penelitian, eksperimen, mengumpulkan data serta analisis data.

b. Rubrik Penilaian Kinerja

Rubrik penilaian kinerja digunakan sebagai acuan untuk menilai kinerja siswa baik kinerja dalam bentuk hands on yang terlihat pada tahap pelaksanaan praktikum berupa keterampilan menggunakan alat dan bahan maupun minds on yang terlihat dari jawaban siswa dalam LKS. Rubrik disusun berdasarkan urutan keterampilan proses sains yang dilakukan oleh siswa. Setiap keterampilan proses sains tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator. Rubrik penilaian kinerja yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rubrik penilaian berskala (rating scale).

LKS dan rubrik dalam penelitian ini digunakan untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi yang serupa, dimana diimplementasikan pada tiga praktikum yang dilakukan dikelas yang berbeda. Adapun aspek keterampilan proses sains terintegrasi siswa yang dinilai menggunakan penilaian kinerja ditampilkan pada Tabel 3.1.


(17)

Tabel 3.1 Aspek Keterampilan Proses Sains Beserta Indikator No. Aspek KPS

terintegrasi Soal terstruktur Indikator

1 Merumuskan

hipotesis Rumusan masalah Membuat rumusan masalah berdasarkan fenomena yang telah ditampilkan

Hipotesis Membuat hipotesis berdasarkan penelitian

yang dilakukan

2. Mengidentifikasi

variabel Menentukukan

variabel

Menentukan variabel bebas dan variabel terikat sesuai dengan rumusan yang telah diabuat.

3. Membuat desain

penelitian

Menentukan alat dan bahan

Menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian

Mendesain penelitian Membuat langkah-langkah penelitian berdasarkan diagram alir

4 Melaksanakan

eksperimen

Melakukan eksperimen

Melakukan penelitian sesuai dengan desain penelitian yang telah dibuat

5. Mengumpulkan

data

Mencatat hasil dalam bentuk tabel

Mencatat hasil berdasarkan informasi yang diperoleh dari tabel yang telah disediakan Menyajikan data

dalam bentuk grafik

Mengubah hasil pengamatan dalam bentuk tabel menjadi bentuk grafik dengan benar (Menempatkan sumbu X da Y dengan tepat sehingga dapat menjelaskan hubungan dari keduanya).

6. Menganalisis data Menginterpretasikan

data

Menginterpretasikan data sesuai dengan hasil pengamatan

Kesimpulan Membuat kesimpulan sesuai pengamatan

sehingga dapat menjawab hipotesis.

2. Soal tes esai KPS Terintegrasi

Soal tes esai KPS terintegrasi merupakan data skunder untuk mendukung hasil penelitian ini. Soal yang digunakan disusun dari penjabaran KI dan KD dalam kurikulum dengan kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi. Pemberian tes esai ini bertujuan agar teridentifikasi secara keseluruhan baik aspek keterampilan maupun pengetahuanya.

3. Angket siswa

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon siswa setelah melakukan pembelajaran dan asesmen kinerja materi ekosistem dengan kegiatan inquiri terbimbing yang dinilai menggunakan asesmen kinerja.


(18)

26

Pedoman wawancara guru berupa daftar pertanyaan untuk mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan asesmen untuk menilai ketrampilan proses sains terintegrasi siswa.

Sedangkan pedoman wawancara penilai (observer) untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan penggunaan asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa.

5. Catatan Lapangan (anecdotal record)

Catatan penting lapangan ini berisi catatan kejadian faktual yang penting selama pelaksanaan penelitian. Semua hal yang dianggap penting seperti kendala dalam penelitian dan kelebihan dalam penelitian yang ditemukan dicatat dalam catatan penting lapangan ini. Catatan ini ditujukan untuk merumuskan rekomendasi dari penelitian ini. Pencatatan catatan penting lapangan ini dilakukan dari awal penelitian hingga penelitian berakhir.

E.Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, yaitu sebagai berikut:

1. Menyiapkan dan Menyusun Instrumen

Penyusunan perangkat asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada konsep ekosistem yang dilakukan di SMA diawali dengan mengidentifikasi masalah berupa keterampilan proses sains terintegrasi, melakukan studi literatur tentang keterampilan proses sains terintegrasi. Kemudian melakukan studi kurikulum yang digunakan SMA tentang Kompetensi inti dan kompetensi dasar materi ekosistem pada kurikulum 2013.

Pada tahap penyusunan instrumen diawali dengan mengidentifikasi indikator-indikator yang menjadi dasar asesmen siswa. Setelah menentukan indikator-indikator keterampilan proses sains terintegrasi, kemudian menyusun kisi-kisi.

Instrumen yang dibuat adalah asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa berupa task yang harus dikerjakan siswa dalam bentuk LKS dan kegiatan siswa yang akan dinilai berdasarkan rubrik penilaian asesmen kinerja. Rubrik yang digunakan yaitu rubrik penilaian rating scale,


(19)

didalamnya memuat kriteria penilaian siswa dalam melakukan keterampilan proses sains terintegrasi untuk menyelesaikan permasalahan dari kriteria keterampilan yang tidak sempurna hingga yang paling sempurna.

Penyusunan rubrik penilaian asesmen kinerja berskala diawali dengan menganalisis profil keterampilan proses sains terintegrasi. Analisis profil keterampilan proses sains terintegrasi berupa indikator-indikator yang akan dinilai menggunakan penilaian asesmen kinerja. Setiap indikator keterampilan proses sains terintegrasi dianalisis untuk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, analisis indikator juga merujuk pada indikator keterampilan proses sains terintegrasi, yang terdiri dari mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis, menganalisis data, membuat desain penelitian, mengumpulkan data, eksperimen (Ramdani, 2012), untuk mengidentifikasi kemunculan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dalam proses pengalaman belajar siswa.

Perangkat asesmen tes menggunakan soal esai untuk mendukung respon siswa yang diperoleh melalui asesmen kinerja. Asesmen ini digunakan untuk membandingkan skor kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi siswa dengan skor kemampuan keterampilan proses sains terintegrasi menggunakan asesmen kinerja. Tes esai yang digunakan merupakan hasil adaptasi dari soal keterampilan proses sains terintegrasi yang dibuat oleh Qomariah (2015). Penyusunan soal untuk tes ini dijabarkan berdasarkan indikator keterampilan proses sains terintegrasi pada materi ekosistem. Setelah ditentukan indikator keterampilan proses sains terintegrasi yang harus dicapai oleh siswa maka selanjutnya disusun kisi-kisi soal esai. Kisi-kisi digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan soal atau tes. Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi tes (Suwandi, 2010).

Beberapa instrumen lain yang disiapkan adalah pedoman wawancara untuk guru dan observer. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan-tanggapan guru dan observer mengenai penggunaan asesmen kinerja dan untuk validasi jawaban siswa dalam keterampilan proses sains terintegrasi diperoleh dari asesmen kinerja dan soal esai .


(20)

28

Pembuatan angket diawali dengan penyusunan kisi-kisi angket, angket ini diguanakan untuk mengetahui respon siswa terhadap asesmen yang dikembangkan. Catatan lapangan (anecdotal record) yang dibuat selama penelitian dilapangan berlangsung yang memuat kejadian-kejadian faktual selama penggunaan instrumen.

2. Menguji Perangkat Asesmen

Semua instrumen yang telah dibuat sesuai dengan uraian di atas, kemudian di judgment untuk mengetahui validitas isi, kesesuaian antara indikator dengan soal dan kesesuaian antara soal dengan kunci jawaban. Instrumen yang telah dibuat dan selesai di judgment, kemudian diuji coba untuk menentukan butir soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek.

Saat pelaksanaan uji coba instrumen, peneliti yang berposisi sebagai observer melakukan pencatatan terkait pelaksanaan tes seperti instrumen tes atau soal yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan soal, keadaan kelas dan pengawasan. Task yang harus dikerjakan siswa dalam bentuk LKS diberikan diawal pembelajaran yang sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu tentang apa yang harus mereka kerjakan setelah mendapatkan LKS tersebut. LKS yang diberikan dikerjakan persiswa, sehingga siswa memiliki tanggung jawab masing-masing dalam mengerjakan LKS tersebut. Penilaian tes esai dilakukan diakhir pembelajaran untuk mendukung hasil penilaian menggunakan asesmen kinerja. Uji coba perangkat penilaian dilakukan X MIA 8, XMIA 3 dan X MIA 1. Selama pelaksanaan berlangsung setiap kelompok siswa diawasi oleh satu orang observer yang melakukan pencatatan penting yang terjadi selama uji coba berlangsung sebagai fokus kajian untuk melakukan perbaikan-perbaikan kesalahan serta kekurangan yang ditemukan pada perangkat penilaian.

Hasil pencatatan merupakan data penelitian, selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisis. Analisis data pencatatan dilakukan dengan membaca kembali hasil pencatatan saat pelaksanaan uji coba kemudian kemudian dihubungkan dengan dengan data hasil tes. Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil tes dapat dipengaruhi oleh keadaan saat pelaksanaan tes berlangsung. Seperti yang


(21)

diungkapkan Arikunto (2009) bahwa situasi dan kondisi pelaksanaan tes mempengaruhi siswa dalam proses pengerjaan soal sehingga akan turut memberikan efek terhadap hasil tes.

3. Mengembangkan Perangkat Asesmen

Perangkat penilaian yang digunakan untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa adalah asesmen kinerja, tes esai , wawancara guru dan penilai (obsrever) dan catatan lapangan (anecdotal record). Produk yang dihasilkan dari pengembangan asesmen kinerja ini adalah lembar kerja siswa (LKS) dan rubrik penilaian asesmen kinerja yang akan menilai kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung. Penerapan asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA.

4. Menganalisis Seluruh Perangkat Asesmen

Pada tahap ini, analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan terhadap seluruh perangkat penilaian yang telah digunakan. Analisis kuantitatif meliputi validitas dan reliabilitas asesmen. Pada soal esai dilakukan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Hasil tes penguasaan konsep akan dikorelasikan dengan hasil perangkat asesmen kinerja untuk menguji keterandalan tes yang telah menjadi standar sebagai alat validasi. Semua data selanjutnya diintegrasikan untuk dianalisis secara menyeluruh untuk penyusunan kesimpulan tentang penerapan asesmen kinerja untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi pada materi ekosistem sub konsep habitat.

5. Memvalidasi Perangkat Asesmen (Uji kecocokan)

Validasi perangkat penilaian dilakukan dengan cara menyocokan semua data yang diperoleh dari tes maupun non tes. Tujuan dilakukan validasi untuk mengetahui kesesuaian atau hubungan yang relevan antara tingkat keterampilan sangat baik, baik dan sedang yang diperoleh siswa melalui penilaian kinerja maupun tes esai dengan kemampuan sebenarnya mengenai keterampilan dan pemahaman tentang keterampilan proses sains terintegrasi. Data hasil validasi kecocokan yang terkumpul kemudian ditabulasi dan ditentukan presentasenya.


(22)

30

Secara terperinci validasi perangkat penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus:

Persentase = Jumlah indikator yang cocok

Jumlah total indikator 100%

Hasil presentase validasi yang diperoleh dikelompokan berdasarkan kategori yang dikemukakan oleh Riduwan (Widyastuti, 2012) seperti pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Kategori Validitas Instrumen

Presentase (%) Kategori

0 ≤ x ≤ 20 Tidak Valid

21 ≤ x ≤ 40 Kurang Valid

41 ≤ x ≤ 60 Cukup Valid

61 ≤ x ≤ 80 Valid

81 ≤ x ≤ 100 Sangat Valid

F. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari observasi, pengisian angket oleh siswa, dokumentasi penelitian atau catatan lapangan, wawancara terhadap observer penelitian dan guru mata pelajaran. Adapun rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data

No.

Teknik Pengumpulan

Data

Instrumen Jenis data Sumber

data

1. Observasi Lembar tugas

(task) dalam bentuk LKS Rubrik penilaian berskala (Rating scale), Soal esai

Penilaian aktivitas siswa pada praktikum dengan menggunakan lembar tugas (task) yang dinilai dengan rubrik penilaian kinerja dalam menjawab pertanyaan - pertanyaan (Tes esai )

Siswa

2. Angket Lembar angket Tanggapan siswa mengenai task

yang diberikan, mengenai kelebihan pembelajaran yang dilakukan, serta tanggapan siswa mengenai soal (asesmen yang diberikan).

Siswa

3. Wawancara Pedoman

wawancara

Tanggapan guru mengenai pengembangan dan penerapan asesmen kinerja untuk menilai ketrampilan proses sains terintegrasi siswa.


(23)

Tanggapan Observer mengenai kendala selama menggunakan penilaian asesmen kinerja untuk menilai ketrampilan proses sains terintegrasi siswa.

Penilai (Observer)

4. Dokumentasi Catatan

lapangan

Catatan - catatan penting mengenai gambaran pelaksanaan penilaian kinerja dan kendala yang dihadapi.

Aktivitas pengembang

an semua

perangkat penilaian (instrumen)

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat tahapan utama yaitu tahap persiapan, penyusunan instrumen, uji coba instrumen dan validasi.

1. Tahap pertama : Persiapan

a) Mengidentifikasi masalah berupa keterampilan proses sains terintegrasi pada materi ekosistem.

b) Melakukan studi literatur tentang keterampilan proses sains terintegrasi pada materi ekosistem.

c) Melakukan studi kurikulum yang digunakan SMA tentang Kompetensi inti dan kompetensi dasar materi ekosistem pada kurikulum 2013

2. Tahap Kedua: Penyusunan Instrumen

a) Menyusun kisi-kisi task dan rubrik penilaian kinerja dan membuat tabel spesifikasi aspek penilaian kinerja

b) Membuat task dan rubrik penilaian serta kriteria yang digunakan dalam penelitian kinerja.

c) Memvalidasi atau men-judgment asesmen kinerja yang telah dibuat kepada dosen ahli. Jika terdapat kesalahan dilakukan revisi kemudian judgment hingga instrumen benar-benar layak digunakan.

3. Tahap ketiga: Ujicoba Instrumen

a) Melaksanakan ujicoba I penilaian kinerja kepada siswa kelas X MIA 8. Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti task


(24)

32

yang berupa LKS yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan task yang diberikan, keadaan kelas dan pengawasan.

b) Analisis hasil ujicoba I, dilakukan penilaian menggunakan rubrik yang sudah dibuat sebelumnya, dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan perbaikan intrumen. Untuk ujicoba selanjutnya dan pokok uji setiap butir soal task menggunakan software ANATES untuk mengetahui nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Jika nilai validitas dan reliabilitas rendah maka dilakukan ujicoba kembali agar instrumen yang dikembangkan benar-benar valid.

c) Melaksanakan ujicoba II penilaian kinerja kepada siswa kelas X MIA 3. Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti task yang berupa LKS yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan task yang diberikan, keadaan kelas dan pengawasan.

d) Analisis hasil ujicoba II, dilakukan penilaian menggunakan rubrik yang sudah dibuat sebelumnya, dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan perbaikan intrumen.

e) Melaksanakan ujicoba III penilaian kinerja kepada siswa kelas X MIA 1. Saat pelaksanaan tes, dilakukan pencatatan beberapa aspek kejadian seperti task yang berupa LKS yang dikerjakan siswa, keadaan siswa, waktu pengerjaan task yang diberikan, keadaan kelas dan pengawasan.

f) Analisis hasil ujicoba III dilakukan penilaian menggunakan rubrik yang sudah dibuat sebelumnya, dengan melihat pola-pola jawaban siswa sebagai bahan perbaikan intrumen.

4. Tahap keempat: Validasi

a) Melakukan validasi berupa uji kecocokan, untuk mengetahui kesesuaian atau hubungan yang relevan antara tingkat keterampilan sangat baik, baik dan sedang. Uji kecocokan ini dilakukan melalui LKS dan soal esai kepada perwakilan siswa yang berada pada tingkat keterampilan proses sains terintegrasi sangat baik, baik dan sedang.


(25)

c) Menganalisis kelebihan dan kekurangan perangkat penilaian yang dikembangkan.

d) Melakukan wawancara kepada guru dan penilai (observer) untuk mengetahui tentang perangkat penilaian.


(26)

34

Rangkuman prosedur penelitian diatas dapat dijabarkan pada Gambar 3.1 berikut ini:

Uji kecocokan berupa wawancara Analisis hasil uji kecocokan

Analisis kelebihan dan kekurangan instrumen

Membuat Rekomendasi Wawancara kepada guru dan observer TahapKeempat

Validasi TahapKetiga Ujicoba Instrumen

Pelaksanaan Ujicoba 1

Analisis Hasil Ujicoba1 Pelaksanaan Ujicoba 2 Analisis Hasil Ujicoba 2

Pelaksanaan Ujicoba 3 Analisis Hasil Ujicoba 3 Tahap Kedua

Penyusunan Instrumen

Menyusun kisi-kisi task dan rubrik penilaian kinerja

Membuat task dan rubrik serta kriteria penilaian

Judgement - revisi Tahap Pertama

Persiapan

Identifikasi masalah

Studi Literatur Studi Kurikulum


(27)

H. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dilakukan analisis meliputi analisis materi, analisis rubrik penilaian kinerja, tes penguasaan konsep, analisis angket, analisis kekurangan dan kelebihan instrumen, dan analisis hasil wawancara (guru dan observer).

1. Analisis Materi

Langkah awal analisis materi dengan studi literatur dan studi kurikulum. Tujuan studi literatur adalah untuk mendapatkan referensi tentang keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi ekosistem berbasis inkuiri terbimbing (guided inquiry). Pembelajaran guided inquiry merupakan suatu metode pembelajaran yang diawali dengan mengidentifikasi suatu masalah dengan beberapa pertanyaan yang akan mengarahkan siswa untuk membuat prosedur, serta memberikan bimbingan kepada siswa dengan tujuan agar kegiatan yang akan dilakukan jelas dan tepat (Wenning, 2005). Kegiatan pembelajaran ini dapat membatu siswa dalam membangun keterampilan-keterampilan melalui kegiatan dalam laboratorium karena siswa diminta untuk mengikuti serangkaian pertanyaan yang mengarah untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran di laboratorium. Referensi diperoleh dari berbagai sumber seperti buku dan jurnal penelitian. Studi kurikulum dilakukan pada kurikulum 2013 mata pelajaran Biologi kelas X. Tujuan studi kurikulum ini adalah untuk mengetahui Kompetensi Inti dan Kempetensi Dasar materi ekosistem yang digunakan disekolah. Langkah selanjutnya menganalisis materi ekosistem berdasarkan hasil studi literatur dan studi kurikulum untuk penyusunan kisi-kisi soal.

2. Analisis Rubrik Penilaian Kinerja

Rubrik penilaiaan kinerja yang digunakan pada saat pelaksanaan ketrampilan proses sains terintegrasi dinilai yaitu menggunakan rubrik penilaian berskla (ratingscale) dengan cara memberi skor pada setiap jawaban siswa sesuai dengan kriteria rubrik. Peniliaian berskala tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur (Arifin, 2009). Skala penilaian yang digunakan berdasarkan


(28)

36

skala likert mulai dari 1-4 dilihat dari tingkat kompleksitas jawaban yang diberikan siswa. Skor yang didapat dikonversi dalam bentuk kuantitatif dengan merujuk pada kategori dari Arikunto (2012).

Tabel 3.4 Kategorisasi Keterampilan Proses Sain Terintegrasi Skor Skor konversi Skala 100 Kategori Kualitatif

3,41- 4,00 80-100 Sangat Baik

2,81-3,40 60-79 Baik

2,21-2,80 40-59 Sedang

1,61-2,20 20-39 Kurang

1,00-1,60 0-19 Sangat Kurang

(Arikunto, 2012) Kategori yang terdapat pada Tabel 3.4 digunakan untuk mengkategorikan keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA dalam konsep ekosistem. Skor dikonversi digunakan untuk mendapatkan nilai skala 100 agar semua nilai yang didapat penelitian ini mempunyai nilai dengan skala yang sama.

3. Soal Tes Esai KPS Terintegrasi

Data yang didapat dari tes pengetahuan akan dianalisis secara deskriptif. Data yang didapat berupa transkip nilai siswa, nilai mempresentasikan pemahaman siswa terhadap konsep ekosistem.

4. Analisis Angket

Angket respon siswa terhadap pembelajaran merupakan instrumen non test yang digunakan dalam penelitian ini, angket dibuat oleh peneliti, isi angket berupa kalimat pernyataan yang diberikan kepada siswa, digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang kesulitansiswa dalam mengerjakan task yang diberikan. Angket berisi pertanyaan dan meminta siswa untuk memilih Ya dan Tidak. Pertanyaan dalam angket terdiri dari 10 item soal. Hasil angket siswa dihitung dengan menggunakan perhitungan berdasarkan rumus:

�� ℎ

�� ℎ � � �ℎ 100%

Hasil dari perhitungan tersebut di atas kemudian diinterpretasikan menggunakan kriteria menurut Koentjaraningrat (dalam Ginanjar, 2008 dalam Abdussalam 2010, dalam Hardiansyah, 2011) sebagai berikut:


(29)

Tabel 3.5 Kategorisasi Hasil Angket Siswa

Presentase Kategori

0% Tidak satupun

1%-30% Sebagian kecil

31%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-80% Sebagian besar

81%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

5. Analisis Kelebihan dan kendala Instrumen

Analisis kelebihan dan kendala instrumen dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Peneliti akan mengidentifikasi letak kelebihan dan kendala apa saja yang ditemukan mulai dari pengembangan hingga instrumen yang benar-benar valid. Identifikasi hasil analisis ini akan dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk pengembangan instrumen.

6. Analisis Validasi asesmen kinerja (Uji Kecocokan)

Wawancara yang dilakukan berupa uji kecocokan antara hasil kinerja siswa dengan tes soal esai keterampilan proses sains terintegrasi.

7. Analisis Hasil Wawancara (Guru dan Observer)

Wawancara dilakukan kepada guru dan observer untuk mendapatkan opini mengenai kelebihan dan kekurangan instrumen. Hasil wawancara dilihat kembali kemudian dijadikan sebagai bahan perbaikan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.


(30)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut: pengembangan asesmen kinerja yang dikembangkan dapat menilai keterampilan proses sains terintegrasi dengan kategori baik, hal ini dapat dibuktikan dari perolehan rerata skor keterampilan proses sains terintegrasi pada setiap uji cobanya.

Perangkat asesmen kinerja yang dikembangkan efektif untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi, hal ini dapat dibuktikan dari hasil validitas dan reliabilitas asesmen kinerja yang mengalami peningkatan pada setiap uji cobanya.

Kelebihan dari asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi adalah: 1) Asesmen kinerja yang dikembangkan dapat mengukur keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi ekosistem. 2) Task yang diberikan diangkat dari fenomena alam yang dapat diamati di lingkungan, sehingga siswa dapat melakukan pengamatan secara nyata dan dapat dilakukan penilaian secara otentik. 3) Asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi tidak hanya melihat produk dari hasil capaian kemampuan tetapi melihat bagaimana prosesnya.

Kendala dari asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi adalah: 1) Alat yang digunakan terbatas sehingga pada saat pelaksanaan asesmen kinerja tidak semua siswa dapat melakukan pengamatan dengan menggunakan alat 2) Membutuhkan waktu yang cukup lama, hal ini dikarnakan pada saat pelaksanaan pencarian lokasi habitat cacing susah untuk ditemukan. 3) Membutuhkan banyak observer.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Biologi, beranggapan bahwa asesmen kinerja yang dikembangkan dapat mengukur ketrampilan siswa secara langsung. Selain itu Observer menyatakan bahwa asesmen kinerja yang dikembangkan masih harus


(31)

mempertimbangkan jumlah siswa yang akan dinilai dengan jumlah observer yang akan menilainya, sehingga kinerja siswa dapat dinilai dengan lebih baik. Hampir seluruh siswa memberikan respon positif terhadap asesmen kinerja yang diterapkan.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan seluruh rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diajukan beberapa implikasi dan rekomendasi, antara lain:

1. Asesmen kinerja yang dikembangkan dapat menjadi terobosan baru untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada jenjang SMA karena berdasarkan hasil penelitian asesmen ini dapat direspon positif oleh siswa, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan pembelajaran yang lebih menarik berkenaan langsung dengan objek yang dipelajari. 2. Pada pembelajaran perlu diperhatikan dan dipertimbangkan penyusunan

rencana proses pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di sekolah sehingga pelaksanaan penilaian yang menggunakan asesmen kinerja bisa terlaksana dengan baik.

3. Pembiasaan pembelajaran untuk melatih KPS terintegrasi sangat baik diterapkan dengan pembelajaran inkuairi terbimbing. Sehingga selain siswa memiliki keterampilan yang lebih baik siswa juga memiliki kemampuan menemukan konsep serta prinsip dengan sendirinya.

4. Soal KPS terintegrasi sebaiknya tidak terbebani konsep.

5. Penilaian kinerja pada penelitian ini harus mempertimbangkan jumlah observer dengan jumlah siswa yang diobservasi. Sebaiknya satu observer tidak menilai lebih dari lima siswa agar hasil penilaian yang diperoleh lebih maksimal.


(32)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J. (1995). Teaching children science: A discovery approach. Boston: Allyn & Bacon

Ahiri, J dan Hafid, A. (2011). Evaluasi Pembelajaran Dalam Konteks KTSP. Bandung: Humaniora

Akinbobola, Akinyemi & Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physic Practical Examination in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientic Research, (Online), 5 (4): 234-240, (http://www.idosi.org/aejsr/5(4)10/3.pdf), [30 Juni 2015].

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:

PT Remaja

Anisah. (2013). Pengaruh Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran Pembuatan Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi.Bandung

Aryuliana,D. (2007). Biologi 1 SMA dan MA untuk kelas X. Jakarta: ESIS.

Carin, A. A, and Sund, R.B. (1989). Teaching Science Trough Discovery. Columbus: Merrill Publishing Company.

Coffey, J. E., Hammer, D., Levin, D. M., & Grant, T. (2011). The missing disciplinary substance of formative assessment. Journal of Research in Science Teaching.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dimartino, Joe. (2007). Authentic Asesmen . Journal of Principal‟s Research Review. 2, 2007.

Drake, Frederick. (2000). Using Alternative Assessment To Improve The Teaching and Learning of History. ERIC: Clearinghouse for Social Studies/Social Science Education

Fauziah, E.S.(2011). Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Menilai Kesulitan Siswa SMP dalam Menggunakan Mikroskop. Skripsi Pendidikan Biologi UPI Bandung: Tidak diterbitkan .

Firmanto, dkk. (2014). Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNY: Yogyakarta Firman, N. (2007). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia


(33)

Gilbert, S.W. (2011). Models-Based Science Teaching. National Science Teacher Assotiation Press Book.

Hendrik, P. S. (2000). Pembelajaran Konsep Struktur Tumbuhan dengan Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar melalui Kegiatan Labolatorium. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Hutabarat, O. R. (2004). Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK. Bandung: Bina Media Informasi.

Idrus, M., dkk. (2011). Biologi Cacing Tanah. [Online]. Tersedia:http://www.scribd.com/doc/67838035/-Biologi-Cacing-Tanah Indriyanto. (2008). Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Jinks J. (1997). The Science Process. Illinois State University. [Online]. Tersedia: http://my.ilstu.edu/~jdpeter.

Karamustafaoglu, Sevilay. (2011). Improving The Science Process Skill Apibilty of Science Student Teacher Using Diagram. Eurasian Journal Physic and Chemistry Education. 8(1). 26-38.

Lee, M.-H., Lin, T.-J. & Tsai, C.-C. (2013). Proving or improving science learning? Understanding high school students’ conceptions of science assessment in Taiwan. Science Education.

Majid, A. (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marzano, R.J., Pickering, D, Mctighe, J. (1993). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Alexandria: Association for Supervison and Curriculum Development.

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Meli, S.B, Kurnia dan Yayan S. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri pada Materi Laju Reaksi: Jurnal Riset dan Praktek Pendidikan Kimia 1 (1) 69-75.

Munthe, B. (2011). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Nazarudin, Mohamad Riza (2009). Penggunaan Asesmen Kinerja Terhadap Siswa

Sma KelasX Dalam Praktikum Tik Pada Kompetensi Perangkat Lunak Pengolah Angka. Skripsi strata 1 FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan Nuh, U. 2010. Keterampilan Proses Sains [Online]. Tersedia:


(34)

http://fisikasma-71

Nurgiyantoro, B. (2008). Asesmen Otentik. Cakrawala Pendidikan.

Ohira, Norman. (2013). Pengembangan Rubrik Penilaian Proposal Penelitian Mahasiswa Pada Program Studi Tadris Biologi Jurusan Tarbiyah Kerinci. Tesis Universitas Negeri Padang: tidak diterbitkan

Popham, W. (1995). Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.

Poerwanti, Endang. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dikti-Depdiknas Qomariah, Fatihatul. (2015). Pengaruh hands on-minds on activity terhadap

peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA. S1 Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Ramdani, Deni. (2012). Perbandingan Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dengan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual dan Saingtemas. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia Rezba. J. Richard, et al. (1999). Learning and Assesing: science process skills.

Fourth Ediotion. Kendall/Hunt Publishing Company. Riduwan.(2003). Dasar-dasar statistika. Bandung:Alfabeta

Rustaman, N. (2003).Kemampuan proses ilmiah dalam pembelejaran sains. [Online].http://file.upi.edu/DirekoriFPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19501 2311979032-NURYANI_RUSTAMAN/Keterampilan_Proses.

Rustaman, N. (2006). Penilaian outentik dan penerapanya dalam pendidikan sains. FPMIPA dan Sekolah Pascasarjana : UPI Bandung.

Setiadi, H. (2004). Penilaian Kinerja. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.

Setyono, Budi.(2005). Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Jember.

Siswanto, D. (2012). Efektivitas Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Terhadap Hasil Belajar IPA SD. Skripsi Univeristas Kristen Satya Wacana: tidak diterbitkan

Salter, I.Y. and Atkins, L.J. (2013). What students say versus what they do regarding scientific inquiry. Science education. 89(1), 1-35

Stiggin, R.J.(1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan College Publishing Company.

Sudesti, R. (2013). Penerapan pembelajaran berbasis praktikum untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP pada subkonsep difusi osmosis. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(35)

Sudjana, nana. (1989). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suwandi, B. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutiadi, A. (2013). Analisis Kemampuan Calon Guru Fisika Dalam Membuat Instrumen Tes Pilihan Ganda dan Esai. Dalam: Harto Nuroso, dkk (editor). Prosiding seminar nasional 2nd lontar physics forum 2013. Peranan Fisika dalam membentuk insan berkarakter. ISBN 978-602-8047-80-7. Semarang: FPMIPA IKIP PGRI

Sutiadi, A. (2013). Bahan Ajar Workshop Penyusunan Tan, A-L., & Wong, H-W. (2011). „Didn‟t Get Expected Answer, Rectify It.‟: Teaching science content in an elementary science classroom using hands-on activities. International Journal of Science Education. 34 (2). 197 -222

Suwandi, S.(2010). Model Asesmen dalam pembelajaran. Surakarta:Yuma pustaka

Tan, A-L., & Wong, H-W. (2011). „Didn‟t Get Expected Answer, Rectify It.‟: Teaching science content in an elementary science classroom using hands-on activities. International Journal of Science Education. 34 (2). 197 -222 Wallace, D. (2009). Quantitative Literacy Assessments: An Introduction to

Testing Tests. Scholar Commons.

Wenning, C. J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3), 3-11.

Wren, D (2009). Performance Asesmen: A key Component of a balanced Asesmen System. Virginia: Departemen If Reasearch, Evaluation and

Wulan, A. R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment Kepada Calon Guru Biologi Dalam Menilai Kemampuan Inkuiri. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Wulan, A.R.

(2008). Asesment

otentik.[Online].Tersedia:http://digilib.uinsuka.ac.id/8490/1/BAB%20I,%20V ,%20D

Wulan, A. R. (2010). Penilaian Kinerja Dan Portopolio Pada Pembelajaran Biologi. [Online]. Tersedia di: fileupi.edu/fpmipa/anaratnawulan. Diakses 19 Juni 2014. FTAR%20PUSTAKA.pdf

Wuryadi, Siti Maryam. (2004). Handout Pendidikan Biologi Rencana Kuliah. Yogyakarta: UNY

Zainul. A. (2007). Asesmen Alternatif untuk Mendukung Belajar dan Pembelajaran. Makalah disampaikan dalam Seminar HEPI di Yogyakarta Zainul, Asmawi. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka


(1)

Nurfitriani, 2015

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut: pengembangan asesmen kinerja yang dikembangkan dapat menilai keterampilan proses sains terintegrasi dengan kategori baik, hal ini dapat dibuktikan dari perolehan rerata skor keterampilan proses sains terintegrasi pada setiap uji cobanya.

Perangkat asesmen kinerja yang dikembangkan efektif untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi, hal ini dapat dibuktikan dari hasil validitas dan reliabilitas asesmen kinerja yang mengalami peningkatan pada setiap uji cobanya.

Kelebihan dari asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi adalah: 1) Asesmen kinerja yang dikembangkan dapat mengukur keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi ekosistem. 2) Task yang diberikan diangkat dari fenomena alam yang dapat diamati di lingkungan, sehingga siswa dapat melakukan pengamatan secara nyata dan dapat dilakukan penilaian secara otentik. 3) Asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi tidak hanya melihat produk dari hasil capaian kemampuan tetapi melihat bagaimana prosesnya.

Kendala dari asesmen kinerja dalam menilai keterampilan proses sains terintegrasi adalah: 1) Alat yang digunakan terbatas sehingga pada saat pelaksanaan asesmen kinerja tidak semua siswa dapat melakukan pengamatan dengan menggunakan alat 2) Membutuhkan waktu yang cukup lama, hal ini dikarnakan pada saat pelaksanaan pencarian lokasi habitat cacing susah untuk ditemukan. 3) Membutuhkan banyak observer.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Biologi, beranggapan bahwa asesmen kinerja yang dikembangkan dapat mengukur ketrampilan siswa secara langsung. Selain itu Observer menyatakan bahwa asesmen kinerja yang dikembangkan masih harus


(2)

mempertimbangkan jumlah siswa yang akan dinilai dengan jumlah observer yang akan menilainya, sehingga kinerja siswa dapat dinilai dengan lebih baik. Hampir seluruh siswa memberikan respon positif terhadap asesmen kinerja yang diterapkan.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan seluruh rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diajukan beberapa implikasi dan rekomendasi, antara lain:

1. Asesmen kinerja yang dikembangkan dapat menjadi terobosan baru untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada jenjang SMA karena berdasarkan hasil penelitian asesmen ini dapat direspon positif oleh siswa, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan pembelajaran yang lebih menarik berkenaan langsung dengan objek yang dipelajari. 2. Pada pembelajaran perlu diperhatikan dan dipertimbangkan penyusunan

rencana proses pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di sekolah sehingga pelaksanaan penilaian yang menggunakan asesmen kinerja bisa terlaksana dengan baik.

3. Pembiasaan pembelajaran untuk melatih KPS terintegrasi sangat baik diterapkan dengan pembelajaran inkuairi terbimbing. Sehingga selain siswa memiliki keterampilan yang lebih baik siswa juga memiliki kemampuan menemukan konsep serta prinsip dengan sendirinya.

4. Soal KPS terintegrasi sebaiknya tidak terbebani konsep.

5. Penilaian kinerja pada penelitian ini harus mempertimbangkan jumlah observer dengan jumlah siswa yang diobservasi. Sebaiknya satu observer tidak menilai lebih dari lima siswa agar hasil penilaian yang diperoleh lebih maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J. (1995). Teaching children science: A discovery approach. Boston: Allyn & Bacon

Ahiri, J dan Hafid, A. (2011). Evaluasi Pembelajaran Dalam Konteks KTSP. Bandung: Humaniora

Akinbobola, Akinyemi & Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physic Practical Examination in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientic Research, (Online), 5 (4): 234-240, (http://www.idosi.org/aejsr/5(4)10/3.pdf), [30 Juni 2015].

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:

PT Remaja

Anisah. (2013). Pengaruh Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran Pembuatan Sistem Koloid Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi.Bandung

Aryuliana,D. (2007). Biologi 1 SMA dan MA untuk kelas X. Jakarta: ESIS.

Carin, A. A, and Sund, R.B. (1989). Teaching Science Trough Discovery. Columbus: Merrill Publishing Company.

Coffey, J. E., Hammer, D., Levin, D. M., & Grant, T. (2011). The missing disciplinary substance of formative assessment. Journal of Research in Science Teaching.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dimartino, Joe. (2007). Authentic Asesmen . Journal of Principal‟s Research Review. 2, 2007.

Drake, Frederick. (2000). Using Alternative Assessment To Improve The Teaching and Learning of History. ERIC: Clearinghouse for Social Studies/Social Science Education

Fauziah, E.S.(2011). Penerapan Asesmen Kesulitan Belajar Siswa untuk Menilai Kesulitan Siswa SMP dalam Menggunakan Mikroskop. Skripsi Pendidikan Biologi UPI Bandung: Tidak diterbitkan .

Firmanto, dkk. (2014). Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNY: Yogyakarta Firman, N. (2007). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia


(4)

Gilbert, S.W. (2011). Models-Based Science Teaching. National Science Teacher Assotiation Press Book.

Hendrik, P. S. (2000). Pembelajaran Konsep Struktur Tumbuhan dengan Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar melalui Kegiatan Labolatorium. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Hutabarat, O. R. (2004). Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK. Bandung: Bina Media Informasi.

Idrus, M., dkk. (2011). Biologi Cacing Tanah. [Online]. Tersedia:http://www.scribd.com/doc/67838035/-Biologi-Cacing-Tanah Indriyanto. (2008). Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara

Jinks J. (1997). The Science Process. Illinois State University. [Online]. Tersedia: http://my.ilstu.edu/~jdpeter.

Karamustafaoglu, Sevilay. (2011). Improving The Science Process Skill Apibilty of Science Student Teacher Using Diagram. Eurasian Journal Physic and Chemistry Education. 8(1). 26-38.

Lee, M.-H., Lin, T.-J. & Tsai, C.-C. (2013). Proving or improving science learning? Understanding high school students’ conceptions of science assessment in Taiwan. Science Education.

Majid, A. (2006). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marzano, R.J., Pickering, D, Mctighe, J. (1993). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Alexandria: Association for Supervison and Curriculum Development.

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Meli, S.B, Kurnia dan Yayan S. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri pada Materi Laju Reaksi: Jurnal Riset dan Praktek Pendidikan Kimia 1 (1) 69-75.

Munthe, B. (2011). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Nazarudin, Mohamad Riza (2009). Penggunaan Asesmen Kinerja Terhadap Siswa

Sma KelasX Dalam Praktikum Tik Pada Kompetensi Perangkat Lunak Pengolah Angka. Skripsi strata 1 FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan Nuh, U. 2010. Keterampilan Proses Sains [Online]. Tersedia:


(5)

Nurgiyantoro, B. (2008). Asesmen Otentik. Cakrawala Pendidikan.

Ohira, Norman. (2013). Pengembangan Rubrik Penilaian Proposal Penelitian Mahasiswa Pada Program Studi Tadris Biologi Jurusan Tarbiyah Kerinci. Tesis Universitas Negeri Padang: tidak diterbitkan

Popham, W. (1995). Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.

Poerwanti, Endang. (2008). Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dikti-Depdiknas Qomariah, Fatihatul. (2015). Pengaruh hands on-minds on activity terhadap

peningkatan keterampilan proses sains terintegrasi siswa SMA. S1 Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Ramdani, Deni. (2012). Perbandingan Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi dengan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual dan Saingtemas. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia Rezba. J. Richard, et al. (1999). Learning and Assesing: science process skills.

Fourth Ediotion. Kendall/Hunt Publishing Company. Riduwan.(2003). Dasar-dasar statistika. Bandung:Alfabeta

Rustaman, N. (2003).Kemampuan proses ilmiah dalam pembelejaran sains. [Online].http://file.upi.edu/DirekoriFPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19501 2311979032-NURYANI_RUSTAMAN/Keterampilan_Proses.

Rustaman, N. (2006). Penilaian outentik dan penerapanya dalam pendidikan sains. FPMIPA dan Sekolah Pascasarjana : UPI Bandung.

Setiadi, H. (2004). Penilaian Kinerja. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas.

Setyono, Budi.(2005). Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Jember.

Siswanto, D. (2012). Efektivitas Asesmen Proses dan Asesmen Hasil Terhadap Hasil Belajar IPA SD. Skripsi Univeristas Kristen Satya Wacana: tidak diterbitkan

Salter, I.Y. and Atkins, L.J. (2013). What students say versus what they do regarding scientific inquiry. Science education. 89(1), 1-35

Stiggin, R.J.(1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Mac Millan College Publishing Company.

Sudesti, R. (2013). Penerapan pembelajaran berbasis praktikum untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMP pada subkonsep difusi osmosis. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(6)

Sudjana, nana. (1989). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suwandi, B. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutiadi, A. (2013). Analisis Kemampuan Calon Guru Fisika Dalam Membuat Instrumen Tes Pilihan Ganda dan Esai. Dalam: Harto Nuroso, dkk (editor). Prosiding seminar nasional 2nd lontar physics forum 2013. Peranan Fisika dalam membentuk insan berkarakter. ISBN 978-602-8047-80-7. Semarang: FPMIPA IKIP PGRI

Sutiadi, A. (2013). Bahan Ajar Workshop Penyusunan Tan, A-L., & Wong, H-W. (2011). „Didn‟t Get Expected Answer, Rectify It.‟: Teaching science content in an elementary science classroom using hands-on activities. International Journal of Science Education. 34 (2). 197 -222

Suwandi, S.(2010). Model Asesmen dalam pembelajaran. Surakarta:Yuma pustaka

Tan, A-L., & Wong, H-W. (2011). „Didn‟t Get Expected Answer, Rectify It.‟: Teaching science content in an elementary science classroom using hands-on activities. International Journal of Science Education. 34 (2). 197 -222 Wallace, D. (2009). Quantitative Literacy Assessments: An Introduction to

Testing Tests. Scholar Commons.

Wenning, C. J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3), 3-11.

Wren, D (2009). Performance Asesmen: A key Component of a balanced Asesmen System. Virginia: Departemen If Reasearch, Evaluation and

Wulan, A. R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment Kepada Calon Guru Biologi Dalam Menilai Kemampuan Inkuiri. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Wulan, A.R.

(2008). Asesment

otentik.[Online].Tersedia:http://digilib.uinsuka.ac.id/8490/1/BAB%20I,%20V ,%20D

Wulan, A. R. (2010). Penilaian Kinerja Dan Portopolio Pada Pembelajaran Biologi. [Online]. Tersedia di: fileupi.edu/fpmipa/anaratnawulan. Diakses 19 Juni 2014. FTAR%20PUSTAKA.pdf

Wuryadi, Siti Maryam. (2004). Handout Pendidikan Biologi Rencana Kuliah. Yogyakarta: UNY

Zainul. A. (2007). Asesmen Alternatif untuk Mendukung Belajar dan Pembelajaran. Makalah disampaikan dalam Seminar HEPI di Yogyakarta Zainul, Asmawi. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka