PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON.

(1)

PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA

PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

ENDANG SRI NOVIANTI 1106368

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh

Endang Sri Novianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Endang Sri Novianti Universitas Pendidikan Indonesia

November 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA

PEMBELAJARAN INQUIRY LESSON DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

PEMBIMBING: PEMBIMBING I

Dr. Ana Ratna Wulan. M.Pd NIP. 197404171999032001

PEMBIMBING II

Dra. Yanti Hamdiyati. M.Si NIP. 196611031991012001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Bambang Supriatno. M.Si NIP. 196305211988031002


(4)

asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi pada pembelajaran inquiry lesson‟ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, ata u ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.”

Penulis,

(Endang Sri Novianti) NIM. 1106368


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, Maha pemberi petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengembangan asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi pada pembelajaran inquiry lesson”. Diharapkan melalui skripsi ini dapat diperoleh gambaran tentang pengembangan asesmen autentik

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, masukan, kritik, saran dan semua bantuan kepada:

1. Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran dan ilmu yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

2. Dra. Yanti Hamdiyati M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran dan ilmu yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Suroso Adi Yudianto, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama 4 tahun berkuliah.

4. Dr. Bambang Supriatno, M.Si selaku ketua Departemen Pendidikan Biologi UPI dan Dr. Mimin Nurjani, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi UPI.

5. Seluruh Dosen dan Staff Departemen Pendidikan Biologi yang memberikan ilmu serta dukungan selama penulis menimba ilmu semasa perkuliahan. 6. Siswa-siswi SMAN 1 Lembang kelas X MIA 5 dan X MIA 8 serta Dra.

Noverita Nukman yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

7. Seluruh Mahasiswa Departemen Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang telah bersama-sama melalui masa perkuliahan selama empat tahun.

8. Seluruh pihak yang berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, diantaranya: Yama-chan, Masuda Takahisa, Tegoshi Yuya, Koyama Keiichiro, Kato Shigeaki, Sakurai Sho, Matsumoto Jun, Ninomiya Kazunari, dan Aiba Masaki.


(6)

begitu besar kepada penulis. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya bila dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, serta memohon kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukan.

Bandung, November 2015


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan asesmen autentik untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi pada pembelajaran inquiry lesson. Proses pengembangan asesmen autentik dimulai dari penyusunan perangkat asesmen, uji coba sehingga diperoleh bagian-bagian yang harus diperbaiki, dan diperoleh perangkat asesmen autentik yang lebih sempurna. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode deskriptif. Sebanyak 32 siswa kelas uji coba dan 39 siswa kelas penerapan dipilih secara cluster random dari salah satu SMA negeri di kabupaten Bandung dilibatkan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi selama penelitian berlangsung, angket dan wawancara, serta dokumentasi berupa catatan penelitian. Instrumen yang diteliti dalam penelitian ini berupa task dan rubrik penilaian kinerja, sementara instrumen penelitian terdiri dari soal uraian, angket siswa, pedoman wawancara guru, pedoman wawancara observer, dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil uji coba, pertanyaan pada task yang memiliki validitas tidak signifikan atau banyak ditanyakan siswa dilakukan perbaikan, dan tidak ada perbaikan untuk rubrik penilaian kinerja. Hasil penerapan menunjukan jika asesmen yang dikembangkan sudah baik. Task dan rubrik yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria baik menurut literatur. Tanggapan siswa dan guru mengenai asesmen autentik yang dikembangkan positif. Hasil pengelompokan keterampilan proses sains siswa kelas penerapan, yaitu 23 siswa (58,97%) berkategori tinggi dan 16 siswa (41,02%) sangat tinggi.


(8)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the development of authentic assessment in assessing an integrated science process skills in inquiry learning lesson. Authentic assessment development process started from the preparation of the assessment, the trial in order to obtain the parts to be repaired, and obtained a more authentic assessment tools perfect. The method used is descriptive method. A total of 32 students of trial class and 39 students of research class selected by random cluster from one of the state high school in Bandung district were included in this study. Data was collected through observation during the study, questionnaires and interviews, as well as documentation of research notes. The instruments examined in this study is a performance assessment tasks and rubrics, while the research instrument consisting of essays, student questionnaires, teacher interview guides, observers interview guides, and anecdotal record. Based on trial results, the validity on the question tasks that have no significant or many students asked repaired, and there is no improvement to performance assessment rubrics. Results indicate if the application is already well-developed assessment. Tasks and rubrics developed already satisfied according to the literature criteria. The response of students and teachers about authentic assessment developed positively. Science process skills grouping result in graders application, namely 23 students (58.97%) higher category and 16 students (41.02%) is very high.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 6

F. Strktur Organisasi Skripsi... 6

BAB II INQUIRY LESSON, KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERINTEGRASI, ASESMEN AUTENTIK, PENILAIAN KINERJA, TINJAUAN PEMBELAJARAN DAN ASESNEB AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN... 8 A. Inquiry Lesson... 8

B. Keterampilan Proses Sains... 1. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi... 2. Peran Keterampilan Proses dalam Pembelajara Sains... 13 13 14 C. Asesmen Autentik... 1. Jenis-jenis asesmen autentik... 2. Perbandingan Asesmen Tradisional dan Asesmen Autentik... 3. Pengembangan Asesmen Autentik... 15 16 18 19 D. Penilaian Kinerja... 20


(10)

E. Tinjauan Pembelajaran dan Asesmen Autentik pada Pembelajaran Konsep Pencemaran Lingkungan... F. Penelitian yang Relevan...

22 27

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Desain Penelitian... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

C. Definisi Operasional... 28

D. Populasi dan Sampel... 29

E. Instrumen Penelitian... 1. Instrumen yang diteliti... 2. Instrumen penelitian... 30 30 30 F. Teknik Pengumpulan Data... G. Prosedur Penelitian... 1. Tahap Awal... 2. Tahap Pelaksanaan... 3. Tahap Akhir... H. Analisis Data... 31 32 32 42 46 49 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 54 A. Temuan...

1. Hasil Uji Coba Asesmen Autentik untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasu pada Pembelajaran Inquiry Lesson.... 2. Hasil Penerapan Asesmen Autentik untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasu pada Pembelajaran Inquiry Lesson... 3. Hasil Tanggapan Siswa Mengenai Asesmen Autentik yang

dikembangkan... 4. Keterampilan Proses Sains (KPS) Terintegrasi Siswa Kelas

Penerapan... 54

54

58

61


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hirarki Pembelajaran Berbasis Inquiry... Tabel 2.2 Perbandingan Asesmen Tradisional dan Asesmen Autentik... Tabel 2.3 Sumber dan Bentuk Pencemar pada Pencemaran Air... Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan data... Tabel 3.2 Kompetasi dan Indikator KPS Terintegrasi... Tabel 3.3 Analisis Prosedur Tepat/Kriteria Nilai Tertinggi... Tabel 3.4 Kesalahan Selama Pengembangan Rubrik... Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Uraian... Tabel 3.6 Hasil Analisis Uji Validitas Soal Uraian saat Uji Coba... Tabel 3.7 Hasil Analisis Uji Validitas Soal Uraian saat Penerapan... Tabel 3.8 Kisi-kisi Pertanyaan pada Angket siswa ... Tabel 3.9 Kisi-kisi Pertanyaan pada Pedoman Wawancara Guru...

8 18 27 31 33 34 36 37 37 39 40 41 B. Pembahasan...

1. Hasil Uji Coba Asesmen Autentik untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasu pada Pembelajaran Inquiry Lesson.... 2. Hasil Penerapan Asesmen Autentik untuk Menilai Keterampilan Proses Sains Terintegrasu pada Pembelajaran Inquiry Lesson... 3. Kelebihan dan Kekurangan Perangkat Perangkat Asesmen

Autentik yang Dikembangkan... 4. Tanggapan Siswa Mengenai Asesmen Autentik yang

dikembangkan... 5. Tanggapan Guru Mengenai Asesmen Autentik yang

dikembangkan... 42

65

68

71

73

75

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 79

A. Simpulan... 79

B. Rekomendasi... 80

DAFTAR PUSTAKA... 81


(12)

Tabel 3.9 Kisi-kisi Pertanyaan pada Pedoman Wawancara Penilai

(Observer)... Tabel 3.11 Teknis Pelaksanaan Uji Coba Perangkat Penilaian... Tabel 3.12 Teknis Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian... Tabel 3.14 Kriteria Penafsiran Koefisien Validitas... Tabel 3.14 Kriteria Pefrsiran Koefisien Reliabilitas... Tabel 3.15 Klasifikasi Daya Pembeda... Tabel 3.16 Kategori Tingkat Kesukaran... Tabel 3.17 Aturan Koentjaraningrat... Tabel 3.18 Pengkategorian Level KPS Terintegrasi siswa... Tabel 4.1 Catatan Lapangan (Anecdotal Record) pada Pelaksanaan Uji Coba Perangkat Asesmen Autentik... Tabel 4.2 Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Uji Validitas

Task pada Kelas Uji Coba...

Tabel 4.3 Catatan Lapangan (Anecdotal Record) pada Pelaksanaan

Penerapan Perangkat Asesmen Autentik... Tabel 4.4 Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Uji Validitas

Task pada Kelas Penerapan...

Tabel 4.5 Analisis Kualitas Perangkat Penilaian Kinerja... Tabel 4.6 Persentase Tanggapan Siswa pada Angket... Tabel 4.7 Pengelompokan Siswa Kelas Penerapan Brdasarkan Kategori Level Keterampilan Proses Sains (KPS) Terintegrasi yang Berhasil Dicapai..

41 42 45 50 51 51 52 52 53

55

56

58

59 60 61

63

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perbandingan Asesmen Tradisional dan Asesmen Autentik... 18

Gambar 3.1 Teknis Uji Coba Perangkat Asesmen Autentik... 44

Gambar 3.2 Teknis Penerapan Perangkat Asesmen Autentik... 46

Gambar 3.3 Bagan Alur Penelitian... 48

Gambar 4.1 Jawaban salah seorang Siswa dalamMengerjakan Soal Menyusun Prosedur Percobaan... 57


(13)

Gambar 4.2 Diagram Persentase Jawaban Siswa Pada Angket... 62

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran... Lampiran A.1 RPP Pembelajaran Inquiry Lesson... Lampiran B Instrumen Penelitian...

85 85 90 Lampiran B.1 Lembar Kinerja Siswa (LKS) Uji Coba... 90 Lampiran B.2 Lembar Kinerja Siswa (LKS) Penerapan... Lampiran B.3 Soal Uraian... Lampiran B4 Rubrik Penilaian Kinerja... Lampiran B5 Angket Tanggapan Siswa Beserta Hasil... Lampiran B6 Pedoman Wawancara Guru... Lampiran B7 Pedoman Wawancara Penilai Beserta Hasil Wawancara... Lampiran C Hasil Analisis Data... Lampiran C1 Hasil Analisis Task Penilaian Kinerja Kelas Uji Coba... Lampiran C2 Hasil Analisis Soal Uraian Kelas Uji Coba... Lampiran C3 Hasil Analisis Task Penilaian Kinerja Kelas Penerapan... Lampiran C4 Hasil Analisis Soal Uraian Kelas Penerapan... Lampiran C5 Kecocokan Jawaban Siswa Kelas Penerapan pada Task dan Soal Uraian... Lampiran C6 Keterampilan Proses Sains (KPS) Terintegrasi Siswa Kelas Penerapan... Lampiran D Administrasi dan Dokumentasi Penelitian... Lampiran D1 RPP Pencemaran Lingkungan SMAN 1 Lembang... Lampiran D2 Surat Keterangan Izin Penelitian... Lampiran D3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... Lampiran D4 Surat Keterangan Judgment... Lampiran D5 Dokumentasi...

93 96 99 101 103 104 105 105 113 126 135

142

148 149 149 155 156 157 158


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA (sains) merupakan kombinasi dua unsur utama yaitu proses dan produk yang tidak terpisahkan, sains sebagai proses meliputi keterampilan proses dan sikap ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sedang produk sains meliputi konsep, teori, hukum, prinsip dan dalil (Sigit et al., 2013). Hakikat dari ilmu sains adalah proses penemuan, dan output dari proses itu sendiri adalah kemampuan mengamati, me ngumpulkan data, mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengomunikasikan, dan lain- lain yang diharapkan didapatkan oleh siswa (Suyana dan Siahaan, 2010). Kemampuan mengamati, mengumpulkan data, mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, dan mengomunikasikan tersebut termasuk ke dalam keterampilan proses dasar (Widodo et al., 2013).

Saat ini penyelidikan ilmiah (scientific inquiry) telah menjadi primadona dalam sains dan ilmu- ilmnya, dan seiring dengan perkembangannya proses yang terdapat dalam penyelidikan ilmiah dikemas lebih sistematis berupa keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan penyelidikan secara ilmiah, keterampilan ini disebut sebagai “Keterampilan Proses Sains (KPS)” (Suyana dan Siahaan, 2010). Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dalam pembelajaran sains termasuk Biologi siswa ditutuntut untuk menggunakan proses dan produk sains tersebut, dengan kata lain melibatkan Keterampiran Proses Sains (KPS).

Kurikulum 1984 dan kurikulum 1994 menekankan penggunaan Keter ampilan Proses Sains (KPS) dalam pembelajaran sains pendidikan dasar dan sekolah menengah (Rustaman et al., 2005). Kurikulum 2013 menekankan pada scientific

approach atau pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran, penerapan

pendekatan saintifik dalam pembelajaran sendiri melibatkan keterampian proses seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Berdasarkan ketiga kurikulum yang pernah dan sedang diterapkan di Indonesia jelaslah bahwa Keterampilan Proses Sains (KPS) dituntut


(15)

2

ada dalam pembelajaran sains, dan telah diberlakukan sejak pendidikan dasar, maka sudah sewajarnya jika siswa menengah atas sudah perlu memiliki Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi.

Asesmen dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, hal ini sesuai dengan salah satu prinsip asesmen autentik yaitu proses penilaian harus merupakan bagian yang yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan kegiatan terpisan dari proses pembelajaran (Majid, 2013). Majid (2013) juga berpendapat jika proses penilaian di dalam kelas atau pembelajaran sendiri memiliki fungsi untuk menelusuri agar proses pembelajaran sesuai dengan rencana, mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran, mencari dan menemukan hal- hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran, dan menyimpulkan apakah siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum, karenanya asesmen dan pembelajaran memang dua hal yang saling berketerkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Penilaian yang dapat dilakukan berdasarkan Permen pendidikan dan kebudayaan No.104 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 adalah penilaian autentik dan non-autentik. Sementara pada pasal 2 ayat 2 dikatakan jika penilaian autentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendekatan utama dalam penilaian hasil belajar oleh pendidik. Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No.104 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 mengatatakan jika penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.

Penilaian atau asesmen untuk mengukur Keterampilan Proses Sains (KPS) dapat dilakukan dengan performence assessment atau penilaian kinerja (Rustaman

et al., 2005). Oosterhof (2003) mengemukakan bahwa penialaian autentik

merupakan penilaian kinerja, namun tidak semua penilaian kinerja merupakan penilaian autentik. Mueller (2005) berpendapat jika penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian dimana para siswa diminta untuk menampilkan tugas-tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemostrasikan pene rapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.


(16)

Hasil temuan di lapangan, asesmen atau penilaian yang dilakukan oleh guru pada materi pencemaran lingkungan adalah penilaian tradisional berupa soal-soal pilihan ganda. Soal-soal tersebut hanya memuat aspek kognitif jenjang C1-C3 (bukti berupa RPP pembelajaran dilampirkan dalam Lampiran D1), padahal asesmen abad ke-21 seharusnya lebih difokuskan kepada asesmen autentik yang mengukur baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hariyanto dan Bas uki, 2014)

Pembelajaran yang ditemukan di lapangan sendiri meskipun pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dituliskan latihan keterampilan, discovery (penemuan), kerja individu dan pemecahan masalah sebagai metode pembelajaran, tetapi pada kenyataannya metode tersebut tidak benar-benar dilakukan, terutama jika waktu tidak memungkinkan. Guru akan memilih metode ceramah atau menugaskan siswa untuk membaca, padahal yang seharusnya pembelajaran sains pada kurikulum 2013 tidak dapat terlepas dari pendekatan ilmiah (scientific

approach), hal ini dikarenakan pendekatan ilmiah dipandang paling cocok

digunakan dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik (Nasution, 2013). Sebagaimana yang dijabarkan dalam tujuan pendidikan nasional pada kurikulum 2013 bahwa kompetensi yang harus dicapai oleh siswa mencakup kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Nuh, 2013). Subiantoro (2011) juga berpendapat jika proses pembelajaran IPA (sains) hendaknya menekankan pada pengalaman langsung dan diarahkan pada pembelajaran berbasis inkuiri untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah, pendidikan sains juga hendaknya diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam.

Wenning (2010) mengklasifikasikan level inkuiri berdasarkan sejauh mana peran antara guru dan siswa serta kompleksitas pengalaman intelektual yang didapat siswa dalam pembelajaran, dan salah satu level pembelajaran berbasis inquiry tersebut adalah inquiry lesson. Pada pembelajaran level inquiry lesson, guru mulai menunjukkan proses ilmiah secara eksplisit kepada siswa dengan menekankan pada penjelasan yang dapat membantu siswa untuk memahami bagaimana cara melakukan eksperimen, mengidentifikasi, mengontrol variabel,


(17)

4

dan lainnya, pada tahap ini pula siswa sudah diarahkan pada kegiatan percobaan ilmiah, namun masih terdapat bimbingan langsung dari guru (Wenning, 2004).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka penelitian ini per lu dilakukan, dengan pembelajaran berbasis inkuiri pada level inquiry lesson diharapkan siswa dapat memperoleh keterampilan proses sains dengan baik sehingga integrasinya dapat meningkat. Materi pada penelitian ini adalah mengenai dampak penecemaran bagi lingkungan, karena materi ini telah diajarkan pada siswa sejak SMP. Siswa sudah memiliki pengalaman melakukan percobaan mengenai materi tersebut, oleh karena itu melalui pembelajaran dan penilaian autentik yang dikembangkan dalam penelitian ini siswa diharapkan dapat merancang dan melakukan percobaan mereka sendiri melalui pengembangan dari pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan pada jenjang pendidikan sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada pembelajaran inquiry

lesson?” rumusan masalah ini dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi siswa pada pembelajaran inquiry lesson berdasarkan hasil ujicoba?

2. Bagaimanakah asesmen autentik untuk menilai KPS terintegrasi siswa pada pembelajaran inquiry lesson berdasarkan hasil penerapan?

3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari asesmen autentik yang dikembangkan?

4. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru mengenai asesmen autentik yang dikembangkan?

5. Bagaimanakah Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi yang dimiliki siswa kelas penerapan?


(18)

C. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan-batasan tertentu agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah pada tujuan dan rumusan masalah yang telah ditentukan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran inquiry lesson pada penelitian ini adalah pembelajaran inquiry

lesson menurut Wenning (2010) dengan tahapan yaitu observasi, manipulasi,

generalisasi, verifikasi, dan aplikasi

2. Perangkat asesmen autentik yang dikembangkan adalah asesmen kinerja yang terdiri dari Lembar Kinerja Siswa (LKS) dan rubrik penilaian

3. Mengacu pada kurikulum 2013 sebagaimana silabus yang dikeluarkan oleh Kemendikbud (2013), materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi mengenai perubahan lingkungan/iklim dan daur ulang limbah yang mencakup kerusakan lingkungan/pencemaran lingkungan, pelestaraian lingkungan, limbah dan daur ulang (jenis limbah dan proses daur ulang), sedang materi yang difokuskan dalam penelitian ini adalah mengenai kurusakan lingkungan/pencemaran lingkungan.

4. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian merupakan sekolah menengah atas (SMA) dengan klaster sedang. Artinya bukan sekolah dengan fasilitas memadai juga bukan sekolah dengan fasilitas yang kurang, dengan harapan penelitian dapat digeneralisasikan untuk siswa yang berkarakteristik pada umumnya, yaitu berkemampuan sedang.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana hasil pengembangan asesmen autentik yang sesuai untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada pembelajaran inquiry lesson berdasarkan hasil uji coba dan penerapan, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perangkat asesmen autentik yang dikembangkan, mengetahui tanggapan siswa dan guru mengenai perangkat asesmen autentik yang dikembangkan, serta menganalisis Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa kelas penerapan.


(19)

6

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan sumbangan pemikiran dalam upaya pengembangan dan penerapan asesmen autentik yang merupakan ciri khas dari kurikulum 2013 yang tengah dikembangkan di Indonesia. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengembangan asesmen autentik pada pembelajaran inquiry lesson untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa, baik tahap pengembangan maupun penerapannya. 2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pada siswa dalam melakukan percobaan dimulai dari merancang hingga melaksanakannya secara mandiri melalui pembelajaran inquiry lesson dengan menggunakan asesmen autentik. Penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan penilaian yang dilakukan.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi mengenai pengembangan asesmen autentik, khususnya pada pembelajaran inquiry lesson pada konsep pencemaran lingkungan.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referesi dan bahan pertimbngan untuk penelitian serupa ataupun dikembangkan menjadi penelitian eksperimen.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi pada skripsi ini yaitu, BAB I berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaa t penelitian terkait penelitian mengenai pengembangan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi dalam pembelajaran inquiry lesson.

BAB II berisi tinjauan pustaka mengenai pembelajaran inquiry lesson, Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi, asesmen autentik, asesmen kinerja,


(20)

serta tinjauan pembelajaran dan asesmen autentik pada pembelajaran konsep perubahan lingkungan/ pencemaran lingkungan. BAB III merupakan metode penelitian yang berisi desain penelitian, definisi oprasional, populasi dan sampel, instrumen penelitian, tekhnik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan analisi data penelitian.

BAB IV berisi temuan yang didapatkan selama penelitian berlangsung mencakup hasil ujicoba dan penerapan perangkat asesmen autentik yang dikembangkan yaitu karakteristik dari perangkat asesmen autentik tersebut termasuk kelemahan dan kekuatannya, tanggapan siswa dan guru mengenai perangkat asesmen autentik yang dikembangkan, serta bagaimana Keteramp ilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa kelas penerapan. Terakhir BAB V berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang didapatkan dari penelitian.


(21)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini hanya bertujuan untuk menggambarkan kondisi yang ada di lapangan sesuai dengan fakta tanpa memberikan perlakuan terhadap variabel. Arikunto (2006) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa yang ada dari suatu variabel, gejala, dan keadaan. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah faktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung, peneliti berusaha mendeskripsikan segala peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor, 2013). Penelitian ini mendeskripsikan penyusunan asesmen autentik, pengembangan, dan penerapannya untuk menilai KPS (keterampilan proses sains) terintegrasi siswa SMA melalui pembelajaran inquiry lesson pada materi pembelajaran pencemaran lingkungan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Lembang. Pemilihan sekolah sebagai lokasi penelitian dikarenakan SMAN 1 Lembang merupakan sekolah dengan klaster sedang, bukan sekolah dengan fasilitas kurang atau memadai. Waktu penelitian sendiri berlangsung dari 30 April sampai 23 Mei 2015.

C. Definisi Operasional

1. Asesmen Autentik

Asesmen autentik adalah penilaian kemampuan siswa dalam real-life

situations (situasi nyata) melalui asesmen kinerja dalam merancang dan

melaksanakan percobaan mengenai dampak pencemaran lingkungan. 2. Pengembangan Asesmen Autentik

Pengembangan asesmen autentik yang dimaksud adalah proses pengembangan asesmen autentik yang dimulai dari proses penyusunan task


(22)

dan rubrik penilaian, kemudian diuji cobakan dalam kegiatan pembelajaran, diperbaiki, kemudian diterapkan.

3. Pembelajaran Inquiry Lesson yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang dimulai dengan siswa melakukan observasi terhadap masalah yang ditampilkan guru, kemudian merancang dan melakukan percobaan yang berkaitan dengan masalah tersebut melalui bimbingan guru.

4. Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi

Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari keterampilan mengidentifikasi variabel, membuat data dalam tabel, membuat grafik, mendeskripsikan hubungan antar variabel, mendapatkan dan memproses data, membuat hipotesis, mengidentifikasi variabel secara oprasional, merancang percobaan, dan melakukan eksperimen.

5. Asesmen KPS terintegrasi

Asesmen untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa dalam penelitian ini adalah asesmen autentik berupa asesmen kinerja dengan indikator penilaian berupa KPS terintegrasi yang didapatkan dan digunakan siswa dalam proses pembelajaran inquiry lesson melalui merancang percobaan sederhana untuk membuktikan dampak pencemaran lingkungan.

D. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA tahun ajaran 2014/2015 yang akan mendapatkan pembelajaran mengenai pencemaran lingkungan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas X MIA A dengan jumlah siswa 32 orang untuk kelas tahap uji coba dan X MIA B dengan jumlah siswa 39 orang untuk kelas tahap penerapan perangkat asesmen autentik. Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random

sampling atas dasar alasan setiap kelas yang terlibat dalam pengambilan sampel

mendapatkan peluang yang sama untuk dilakukannya penelitian. Teknik cluster

random sampling ini merupakan teknik pengambilan sampling yang digunakan


(23)

30

Sugiyono (2013) teknik cluster random sampling ini digunakan melalui dua tahap yaitu, pertama menentukan sampel daerah, tahap selanjutnya adalah menentukan orang-orang yang ada di daerah tersebut secara sampling juga, dan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan orang-orang adalah kelas X MIA di SMAN 1 Lembang.

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen yang diteliti

Instrumen yang diteliti dalam penelitian ini adalah perangkat asesmen autentik yang terdiri dari:

a. Lembar tugas (task) berupa Lembar Kinerja Siswa (LKS) yang meminta siswa merancang percobaan sederhana untuk membuktikan dampak pencemran air. Instrumen tersebut termasuk ke dalam asesmen non-tes dan berfungsi untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa. b. Rubrik penilaian kinerja berupa rubrik penilaian berskala (rating scale)

bernilai 4-1 yang digunakan sebagai pedoman penilaian untuk mengukur respon siswa atau jawaban dalam mengerjakan lembar tugas atau task.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Soal uraian digunakan sebagai pembanding (benchmarking) untuk memverifikasi respon atau jawaban siswa dalam mengerjakan task, dengan kata lain soal uraian digunakan untuk memverifikasi Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa pada saat praktikum atau melakukan percobaan. Soal uraian ini digunakan baik dalam tahap uji coba maupun tahap penerapan dengan indikator dan jenis soal yang sama dengan task. Sebagaimana dikatakan jika penilaian yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai seluruh aspek kete rampilan proses dapat dilakukan dengan tes uraian (Departemen Pendidikan Fisika UPI, 2015) 2. Angket siswa digunakan untuk mengungkap tanggapan siswa mengenai


(24)

meliputi kesulitan dalam merancang dan melakukan percobaan sederhana yang diminta, tanggapan siswa mengenai asesmen autentik yang dikembangkan, ketersediaan waktu untuk mengerjakan task, serta pemahaman mengenai penilaian yang dilakukan.

3. Pedoman wawancara guru digunakan untuk mengungkap tanggapan guru mengenai asesmen autentik yang dikembangkan dalam pembelajaran inquiry

lesson di kelas.

4. Pedoman wawancara penilai (observer) digunakan untuk mengungkap tanggapan penilai (observer) mengenai task dan rubrik penilain kinerja yang dikembangkan.

5. Catatan lapangan (anecdotal record) yang dibuat selama pembuatan task dan rubrik dan selama penelitian di lapangan (baik pada tahap uji coba maupun tahap penerapan) untuk mengungkap kejadian-kejadian faktual selama pengembangan dan penerapan instrumen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari observasi pada task berupa LKS beserta rubrik penilaian. Pengisian angket oleh siswa untuk mengungkap tanggapan siswa, wawancara pada guru mata pelajaran yang bersangkutan dan penilai (observer) untuk mengetahui tanggapan guru dan penilai (observer), dan dokumentasi berupa catatan lapangan (anecdotal

record) digunakan sebagai data tambahan. Adapun rincian teknik pengumpulan

data dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data

No Teknik Instrumen Jenis Data Sumber Data

1 Observasi Lembar kinerja siswa (task ) , rubrik

penilaian kinerja, soal uraian

Penilaian rancangan percobaan sederhana siswa sesuai arahan lembar kinerja siswa (task ) yang dinilai dengan rubrik penilaian kinerja dan jawaban siswa dalam menjawab soal uraian yang dinilai dengan rubrik penskoran


(25)

32

No Teknik Instrumen Jenis Data Sumber Data

2 Angket dan wawancara

Lembar angket terbuka dan tertutup, pedoman wawancara

Tanggapan siswa mengenai asesmen autentik yang dikembangkan baik manfaat maupun kesulitan dalam mengerjakan task , tanggapan guru mengenai penerapan asesmen autentik dalam pembelajaran di kelas , tanggapan penilai (observer) mengenai task dan rubrik

Siswa, Guru Mata Pelajaran,

Penilai (Observer)

3 Dokumentasi Catatan penelitian (anecdotal record)

Catatan kejadian-kejadian faktual yang terjadi selama pengembangan dan penggunaan instrumen Aktivitas penggunaan semua perangkat instrumen

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Tahap Awal: Penyusunan Instrumen Penelitian

a. Pengkajian kurikulum, literatur, dan studi lapangan

Penelitian ini diawali dengan melakukan studi lapangan untuk mengetahui kurikulum yang diterapkan di sekolah tempat penelitian akan dilangsungkan. Studi kurikulum dilakukan untuk mengetahui Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa. Studi lapangan beserta studi literatur dilakukan untuk mengetahui penilaia n yang biasanya digunakan oleh para guru untuk menilai pembelajaran di kelas terutama terkait dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang sama dengan penelitian. Selanjutnnya penentuan materi didasarkan atas materi yang dianggap sesuai untuk dilakuakan penilaian autentik dalam pembelajaran dan berdasarkan atas KI dan KD yang telah ditentukan.

b. Penyusun instrumen yang diteliti berupa perangkat asesmen autentik 1) Penyusun task (tugas autentik)

Lembar tugas (task) berupa Lembar Kinerja Siswa (LKS) disusun berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang telah


(26)

kriteria Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi yang dapat d icapai siswa melalui pembelajaran inquiry lesson yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Berikut Kompetensi Dasar (KD), kriteria Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi beserta indikator- indikatornya disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kompetensi dan Indikator KPS Terintegrasi

Kompetensi Dasar Kriteria KPS Terintegrasi Indikator

Menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan lingkungan tersebut bagi kehidupan

Merancang percobaan Siswa mampu menentukan

rumusan masalah percobaan Siswa mampu menentukan alat dan bahan percobaan

Siswa mampu menentukan prosedur percobaan yang relevan dengan rumusan masalah

Merumuskan hipotesis Siswa mampu membuat

hipotesis atau dugaan sementara dari percobaan yang dirancang Mengidentifikasi variabel Siswa mampu mengidentifikasi

variabel-variabel percobaan Mendefinisikan variabel secara

oprasional

Siswa mampu mendefinisikan variabel-variabel percobaan secara oprasional

Eksperimen (melakukan percobaan)

Siswa mampu melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang dirancang

Menganalisis data Siswa mampu menyajikan hasil

percobaan ke dalam tabel pengamatan

Siswa mampu mengubah bentuk data dari tabel ke grafik

Siswa mampu mengubah bentuk penyajian dari tabel dan grafik ke dalam narasi

Siswa mampu

menginterpretasikan data Siswa mampu menyimpulkan hasil pengamatan

(diadaptasi dari Rezba et al., 1999) Mengacu pada indikator- indikator tersebut dan didasarkan pada kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari- hari siswa maka task yang dipilih berupa tugas merancang percobaan sederhana untuk membuktikan dampak pencemaran lingkungan. Alasan pemilihan task juga karena task tersebut sesuai dengan kriteria tugas autentik ataupun tugas kinerja dimana permasalah mendekati atau sesuai dengan dunia nyata, dan task juga memiliki aktivitas yang aman bagi siswa dan dapat dikerjakan.


(27)

34

2) Penyusun rubrik penilain kinerja

Rubrik penilaian kinerja disusun untuk selanjutnya digunakan dalam mengukur apa yang ditampilkan siswa dalam mengerjakan task yang diberikan. Rubrik penilaian yang sama juga digunakan sebagai pedoman penilaian soal uraian yang diberikan kepada siswa. Rubrik penilaian selanjutnya dimuat dalam Lembar Observasi Penilaian yang digunakan oleh penilai (observer).

Rubrik penilaian kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe rubrik penilaian rating scale dengan skala 4-1 dari yang tertinggi sampai yang terendah. Penyusunan rubrik penilaian kinerja rating scale diawali dengan melakukan analisis mengenai indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi yang akan dinilai dari siswa. Selanjutnya indikator- indikator dari Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi yang telah dipilih tersebut dijabarkan ke dalam konteks materi, lalu dilakukan analisis terhadap prosedur tepat atau kriteria nilai tertinggi. Tabel 3.3 menjabarkan analisis prosedur tepat dalam pengisian task (kriteria skor tertinggi dalam rubrik). Sementara analisis kesalahan dilakukan dengan menurunkan standar pada prosedur tepat atau kriteria tertinggi.

Tabel 3.3. Analisis Prosedur Tepat/kriteria Nilai Tertinggi

No KPS terintegrasi Indikator Prosedur tepat/ kriteria nilai tertinggi

1 Merancang

percobaan

Siswa mampu menetukan rumusan masalah percobaan

Dapat membuat rumusan masalah yang relevan dengan tujuan percobaan

Siswa mampu menentukan alat dan bahan percobaan

Dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan tujuan percoban (jumlah alat dan bahan yang akan digunakan tepat) Siswa mampu menentukan

prosedur percobaan yang relevan dengan rumusan masalah

Dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai dengan tujuan percoban (jumlah alat dan bahan yang akan digunakan tepat)

2 Merumuskan

hipotesis

Siswa mampu membuat hipotesis atau dugaan sementara dari percobaan yang dirancang.

Dapat membuat hipotesis yang logis sesuai dengan variabel-variabel percobaan

3 Mengidentifikasi variabel

Siswa mampu

mengidentifikasi variabel-variabel percobaan

Dapat mengidentifikasi hubungan antar variabel sesuai dengan masalah (memenuhi dua variabel), hipotesis dapat diteliti


(28)

No KPS terintegrasi Indikator Prosedur tepat/ kriteria nilai tertinggi

4 Mendefinisikan variabel secara oprasional

Siswa mampu

mendefinisikan variabel-variabel percobaan secara oprasional

Dapat mendefinisikan hubungan antar variabel secara operasional

5 Eksperimen (melakukan percobaan)

Siswa mampu melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang dirancang

Melakukan percobaan dengan benar sesuai dengan prosedur dan hasil yang didapat dapat menjawab rumusan masalah

6 Menganalisis data Siswa mampu menyajikan hasil percobaan ke dalam tabel pengamatan

Dapat menyajikan hasil percobaan ke dalam tabel pengamatan dengan tepat sesuai dengan hasil percobaan Siswa mampu mengubah

bentuk data dari tabel ke grafik

Dapat mengubah bentuk data dari tabel ke grafik dengan tepat

Siswa mampu mengubah bentuk penyajian ke dalam narasi

Mendeskripsikan hasil percobaan berdasaran hasil pengamatan dengan tepat dan jelas

Siswa mampu

menginterpretasikan data

Dapat menemukan banyak pola hubungan dua variabel yang diteliti (3 atau lebih pola)

Siswa mampu menyimpulkan hasil pengamatan

Dapat menyimpulkan hasil

pengamatan berdasarkan data/sesuai fakta dengan tepat

Semua kriteria/prosedur tepat merupakan kriterian yang ‘semuanya sesuai

dengan tuntutan dan bernilai tertinggi 4’. Kriteria/prosedur tepat ini kemudian akan dijabarkan ke dalam kriteria yang lebih rendah (lengkapnya pada Lampiran B4). Kriteria untuk nilai 3 apabila jawaban siswa umumnya sesuai dengan tuntutan tetapi ada bagian yang tidak sesuai, kriteria untuk nilai 2 apabila jawaban siswa umumnya tidak sesuai dengan tuntutan tetapi ada sedikit yang sesuai, dan kriteria nilai 1 apabila jawaban siswa semuanya tidak sesuai dengan tuntutan (diadaptasi dari Firmanto, 2014).

Sebelum didapatkan indikator dan prosedur tepat/kriteria nilai tertinggi, rubrik penilaian yang disusun dan dikembangkan telah banyak mengalami revisi karena masih terdapat banyak kekurangan. Kesalahan ataupun hal- hal yang kurang dalam rubrik selama proses pengembangan disajikan dalam Tabel 3.4 yang memuat cacatan lapangan (anecdotal record) selama proses pengembangan rubrik baik dalam tahap penyusunan maupun uji coba.


(29)

36

Tabel 3.4. Kesalahan Selama Pengembangan Rubrik

No Kesalahan Perbaikan

1 Tidak ada indikator ketera mpilan proses sains (KPS) terintegrasi yang seharusnya, indikator yang disusun masih merupakan ind ikator penila ian kinerja secara umum.

Indikator se muanya diganti menjad i indikator Ketera mp ilan Proses Sains (KPS) terintegrasi.

Terdapat indikator yang sebenarnya bukan merupakan Ketera mpilan Proses Sains (KPS) terintergrasi.

Indikator yang bukan merupakan Ketera mpilan Proses Sains (KPS) terintegrasi tidak dipakai atau dibuang.

Penjabaran krite ria -kriteria indikator masih banyak yang tida k sesuai dengan KPS terintegrasi.

Penjabaran indikator tersebut diperbaiki dengan me mperbaiki kriteria-kriteria KPS te rintegrasi secara lebih khusus.

2 Terdapat keke liruan da la m susunan indikator-indikator.

Penyusunan indikator d isesuaikan berdasarkan langkah-langkah dala m menyusun rancangan percobaan. Terdapat keku rangan keterangan

ataupun hal yang tidak perlu dala m penyusunan indikator prosedur tepat/kriteria nilai tertinggi.

Kekurangan keterangan pada prosedur tepat/kriteria n ila i tert inggi ditambahkan sesuai kebutuhan dan keleb ihan atau hal yang tida k perlu dihapus atau dihilangkan.

3 Berdasarkan hasil judgment kepada dosen ahli rubrik penila ian kinerja

yang disusun masih umu m,

pembobotan atau scoring belum spesifik.

Dita mbahkan keterangan pada

pembobotan agar lebih spesifik.

c. Menyusun Instrumen Penelitian 1) Menyusun Soal Uraian

Soal uraian disusun untuk membandingkan hasil jawaban siswa pada lembar kinerja. Fungsi soal uraian adalah sebagai pemband ing (benchmarking) yang digunakan untuk melihat bagaimana Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa yang sesuangguhnya, ataupun apakah mengalami peningkatan maupun penurunan dari hasil tes kinerja. Penyusunan soal uraian ini disesuaikan dengan lembar kinerja, artinya soal uraian memiliki proporsi dan tipe soal yang sama dengan Lembar Kinerja Siswa (LKS). Soal uraian juga memiliki indikator yang sama dengan task pada penilaian kinerja, jadi kisi-kisi yang disusun didasarkan atas indikator keterampilan proses sains (KPS) terintegrasi yang sama dengan lembar kinerja. Kisi-kisi soal uraian ditampilkan pada Tabel 3.5.


(30)

Tabel 3.5. Kisi-kisi Soal Uraian

No KPS terintegrasi Indikator No Soal Jumlah

1 Merancang percobaan Siswa mampu menetukan rumusan masalah percobaan

1 1

Siswa mampu menetukan alat dan bahan percobaan

3 1

Siswa mampu menentukan prosedur percobaan yang relevan dengan rumusan masalah

4 1

2 Merumuskan hipotesis Siswa mampu membuat hipotesis atau dugaan sementara dari percobaan yang dirancang

2 1

3 Mengidentifikasi variabel

Siswa mampu mengidentifikasi variabel-variabel percobaan

10 1

4 Mendefinisikan

variabel secara

oprasional

Siswa mampu mendefinisikan variabel-variabel percobaan secara oprasional

11 1

5 Menganalisis data Siswa mampu menyajikan hasil percobaan ke dalam tabel pengamatan

5 1

6 Mengomunikasikan Siswa mampu mengubah bentuk data dari tabel ke grafik

6 1

Siswa mampu mengubah bentuk penyajian ke dalam narasi

7 1

Siswa mampu menginterpretasikan data 8 1

Siswa mampu menyimpulkan hasil pengamatan

9 1

TOTAL 11

Soal uraian digunakan saat uji coba ataupun saat penerapan perangkat asesmen autentik. Pemberian soal uraian dilakukan di hari yang berbeda setelah uji coba dilaksanakan di hari sebelumnya. Berdasarkan respons siswa yang ditampilkan dalam soal uraian, maka diperoleh nilai siswa. Nilai siswa itu kemudian digunakan untuk menguji validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran yang dianalisis dengan menggunakan bantuan software AnatesV4. Tabel 3.6 di bawah ini menyajikan hasil uji validitas soal uraian yang digunakan saat uji coba perangkat penilaian asesmen autentik.

Tabel 3.6. Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Uji Validitas Soal Uraian yang Dikerjakan Siswa Kelas Uji Coba

No P Ket D Ket Ket Keterangan

1 0,17 SD 0,22 CK 0,37 TS (rendah) REVISI

2 0,43 SD 0,38 CK 0,61 SS (tinggi) DIPAKAI

3 0,49 SD 0,47 BK 0,67 SS (tinggi) DIPAKAI

4 0,56 SD 0,33 CK 0,62 SS (tinggi) DIPAKAI

5 0,50 SD 0,38 CK 0,68 SS (tinggi) DIPAKAI


(31)

38

No P Ket D Ket Ket Keterangan

7 0,52 SD 0,44 BK 0,65 SS (tinggi) DIPAKAI

8 0,63 SD 0,47 BK 0,70 SS (tinggi) DIPAKAI

9 0,24 SD 0,19 JK 0,53 S (cukup) REVISI

10 0,24 SD 0,19 JK 0,53 S (cukup) REVISI

11 0,40 SD 0,30 CK 0,45 TS (cukup) REVISI

Keterangan: Validitas soal uraian: 0,78 (tinggi)Reliabilitas soal uraian = 0,88 (sangat tinggi), P = tingkat

kesukaran, D = daya pembeda, SK = sukar, SD = sedang, BK = baik, CK= cukup, JK = jelek, =

validitas, SS= sangat signifikan, S = signifikan, TS = tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas didapatkan reabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan validitas yang berbeda dari setiap soal uraian. Tafsiran untuk didapatkan reabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan validitas ini berdasar pada Arikunto (2012). Validitas soal uraian adalah 0,78 dengan tafsiran tinggi, sementara reliabilitas soal uraian adalah 0,88 dengan tafsiran sangat tinggi. Tingkat kesukaran semua butir soal adalah sedang, tidak ada soal dengan tingkat kesukaran mudah ataupun sukar.

Butir soal nomor 1 memiliki daya pembeda dengan tafsiran cukup dan validitas yang tidak signifikan, artinya soal tersebut memiliki validitas rendah. Bedasarkan hasil ini maka soal nomor 1 harus direvisi atau diperbaiki. Perbaikan yang dilakukan untuk butir soal nomor 1 sendiri yaitu dengan mengubah diksi maupun redaksi pada soal. Butir soal nomor 2 memiliki daya pembeda dengan tafsiran cukup, butir soal nomor 3 memiliki daya pembeda baik, butir soal nomor 4 dan 5 memiliki daya pembeda cukup. Uji validitas butir soal nomor 2 sampai butir soal nomor 5 menunjukan jika soal-soal tersebut sangat signifikan, artinya validitas soal-soal tersebut tingi, oleh karenanya tidak dilkukan perbaikan.

Butir soal nomor 6 memiliki daya pembeda dengan tafsiran jelek dan validitas yang tidak signifikan, artinya soal tersebut memiliki validitas rendah. Bedasarkan hasil ini maka soal nomor 6 harus direvisi atau diperbaiki. Perbaikan yang dilakukan untuk butir soal nomor 6 sendiri sama dengan butir soal nomor 1, yaitu dengan mengubah diksi maupun redaksi pada soal.

Butir soal nomor 7 dan 8 memiliki daya pembeda yang baik dan validasi sangat signifikan, artinya validitas kedua butir soal tersebut tinggi. Tidak ada perbaikan untuk kedua soal tersebut. Bertolak belakang dengan sola nomor 7 dan 8, soal nomor 9 sampai 11 memiliki daya pembeda ya ng jelek dan cukup


(32)

dengan validitas signifikan dan tidak signifikan yang berarti validasinya cukup dan rendah. Ketiga butir soal tersebut diperbaiki dengan merubah diksi maupun redaksinya

Soal uraian yang telah diperbaiki digunakan kembali saat penerapan perangkat asesmen autentik. Fungsinya masih sama yaitu memverifikasi respon yang ditampilkan siswa dalam mengerjakan task berupa LKS. Berbeda dengan saat uji coba, saat penerapan soal uraian diberikan setelah siswa selesai mengerjakan task. Hasil jawaban siswa kembali diuji validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukarannya. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki soal uraian tersebut agar layak digunakan sebagai alat verifikasi perangkat asesmen autentik yang dikembangkan. Tabel 3.7 berikut ini menyajikan hasil uji validitas soal uraian yang digunakan saat penerapan perangkat penilaian asesmen autentik.

Tabel 3.7. Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda, dan Uji Validitas Soal Uraian yang Dikerjakan Siswa Kelas Penerapan

No P Ket D Ket Ket

1 0,23 MD 0,50 BK 0,34 TS (rendah)

2 0,25 MD 0,42 BK 0,42 S (cukup)

3 0,46 SD 0,72 SBK 0,67 SS (tinggi)

4 0,63 SD 0,75 SBK 0,70 SS (tinggi)

5 0,55 SD 0,75 SBK 0,80 SS(tinggi)

6 0,48 SD 0,81 SBK 0,70 SS (tinggi)

7 0,51 SD 0,84 SBK 0,77 SS (tinggi)

8 0,95 SD 0,95 SBK 0,76 SS (tinggi)

9 0,28 SD 0,47 BK 0,67 SS (tinggi)

10 0,30 SD 0,38 BK 0,59 S (cukup)

11 0,45 SD 0,59 BK 0,77 SS (tinggi)

Keterangan: Validitas soal uraian 0,84 (sangat tinggi), Reliabilitas soal uraian = 0,91 (sangat tinggi), P =

tingkat kesukaran, D = daya pembeda, SD = sedang, M D = mudah, SBK = sangat baik, BK = baik, JK = jelek, = validitas, SS = sangat signifikan, S = signifikan, TS = tidak signifikan

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan validitas semua butir soal uraian yang digunakan saat penerapan, diperoleh nilai validitas 0,84 dengan tafsitan sangat tinggi, dan nilai reliabiltas sebesar 0,91 dengan tafsiran sangat tinggi berlandaskan Arikunto (2012). Tingkat kesukaran dimulai dari mudah sampai sedang, tidak ada soal yang sukar. Daya pembeda ada yang memiliki tafsiran baik dan sangat baik. Validitas butir soal ada yang memiliki nilai validasi rendah yaitu nomor 1, cukup yaitu nomor 2 dan 10, dan sisanya memiliki nilai validasi yang tinggi.


(33)

40

2) Menyusun angket tanggapan siswa

Angket tertutup dan terbuka disusun untuk mengetahui tanggapan atau respons siswa mengenai perangkat asesmen autentik yang dikembangkan. Setiap pertanyaan dalam angket merupakan pertanyaan untuk angket tertutup maupun angket terbuka. Angket terbuka digunakan untuk mengetahui alasan

siswa menjawab ‘Ya’ atau ‘Tidak’ pada angket tertutup. Pertanyaan -pertanyaan pada angket sendiri ditampilkan pada Tabel 3.8. Kisi-kisi angket tanggapan siswa dan pertanyaan-pertanyaan pada angket tersebut disajikan pada Lampiran B5.

Tabel 3.8. Kisi-kisi Pertanyaan pada Angket Siswa

No Kisi-kisi Pertanyaan Jumlah Pertanyaan Nomor

1 Mengungkap pendapat siswa mengenai pengerjaan LKS 2 1,7

2 Mengungkap pendapat siswa mengenai LKS 1 2

3 Mengungkap pendapat siswa mengenai ca ra pengambilan nilai (penilaian) yang dilakukan

2 3,4

4 Mengungkap pendapat siswa mengenai kendala dala m mengerjakan LKS

1 5,6

5 Mengungkap pendapat siswa mengenai ketersediaan waktu dalam mengerjakan LKS

1 8

6 Mengungkap pendapat siswa mengenai rubrik penila ian yang digunakan

1 9

7 Mengungkap pendapat siswa mengenai kesulitan siswa dalam mencapai kemampuan yang diharapkan

1 10

Angket yang digunakan untuk mengungakap tanggapan siswa terdiri dari 10 buah pertanyaan. Pertanyaan yang sama juga digunakan untuk mengetahui

alasan siswa untuk setiap pernyataan ‘Ya’ atau pernyataan ‘Tidak’. Hal ini

ditujukan agar didapatkan tanggapan-tanggapan yang lebih khusus dari masing- masing siswa.

3) Menyusun pedoman wawancara guru

Pedoman wawancara disusun untuk mengetahui tanggapan atau respons guru mata pelajaran yang bersangkutan mengenai perangkat asesmen autentik yang dikembangkan. Lengkapnya terdapat sepuluh pertanyaan yang diberikan untuk mengetahui pendapat guru mengenai pengembangan asesmen autentik yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas. Adapun pertanyaan-pertanyaan wawancara disajikan pada Lampiran B6. Kisi-kisi pertanyaan wawancara disajikan dalam tabel 3.9.


(34)

Tabel 3.9. Kisi-kisi Pertanyaan pada Pedoman Wawancara Guru

No Kisi-kisi Pertanyaan Jumlah Pertanyaan Nomor

1 Mengungkap pendapat guru mengenai

ke manfaatan penila ian autentik (asesmen autentik)

1 1

2 Mengungkap pendapat guru mengenai

keke liruan dala m pengembangan asesmen autentik

1 4

3 Mengungkap pendapat guru mengenai

keleb ihan dan kekurangan asesmen autentik yang dikembangkan

4 2,3,9,10

4 Mengungkap pendapat guru mengenai kendala yang didapatkan dalam menerap kan asesmen autentik di kelas

3 5,6,7

5 Mengungkap penilaian autentik yang dilaku kan guru di kelas

1 8

Pertanyaan yang diberikan kepada guru tidak hanya mengenai asesmen autentik yang dikembangkan dalam penelitian ini, tetapi juga mengenai asesmen autentik yang pernah guru kembangkan. Selain itu, terdapat pula pertanyaan yang menanyakan kesediaan guru untuk menerapkan asesmen autentik dalam pembelajaran selanjutnya.

4) Menyusun pedoman wawancara pada penilai (observer)

Pedoman wawancara pada penilai (observer) disusun untuk mengungkap pendapat penilai (observer) mengenai task dan juga rubrik penilaian kinerja yang dikembangkan. Wawancara dilakukan untuk mengungkap apakah masih terdapat kekurangan pada rubrik dan task yang telah disusun. Hal ini agar perbaikan pada task dan rubrik tidak hanya didasarkan pada respon siswa, tetapi juga tanggapan penilai (observer). Kisi-kisi pedoman wawancara pada penilai (observer) disajikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kisi-kisi Pertanyaan pada Pedoman Wawancara Penilai (Observer)

No Kisi-kisi Pertanyaan Jumlah Pertanyaan Nomor

1 Mengungkap pendapat penilai (observer) mengenai task dan rubrik penila ian yang dikembangkan

2 1,2

2 Mengungkap pendapat penilai (observer) mengenai kesulitan dalam menilai

1 2

3 Mengungkap pendapat penilai (observer) mengenai le mbar observasi penilaian kinerja yang digunakan

2 3,4

4 Mengungkap pendapat penilai (observer) mengenai keku rangan task dan rubrik penila ian kinerja yang dikembangkan


(35)

42

Pertanyaan yang diajukan hanya menyangkut seputar task dan rubrik yang digunakan. Wawancara sendiri dilakukan kepada tiga orang penilai (observer) yang berpartisipasi dalam penelitian. Pertanyaan-pertanaan yang diberikan beserta jawaban penilai (observer) dapat dilihat pada Lampiran B7.

2. Tahap Pelaksanaan: Menguji cobakan dan Menerapkan Instrumen a. Menguji cobakan perangkat asesmen autentik

Ujicoba dilaksanakan di ruang Laboratorium SMAN 1 Lembang dengan melibatkan 32 siswa kelas X MIA A yang belum mendapatkan pembelajaran mengenai materi pencemaran lingkunagan. Hal pertama yang dilakuakan adalah menginformasikan kepada siswa mengenai materi pembelajaran selanjutnya pada pertemuan sebelumnya. Menyamakan persepsi dengan penilai (observer) lain dilakukan agar penilai (observer) mengetahui aspek apa saja yang harus diukur dari siswa secara individual dan bagaimana ketentuan penilaiannya.

Saat pelaksanaan ujicoba, pembelajaran dilakukan selayaknya penelitian atau penerapan asesmen autentik yang dikembangkan, dimana guru melakukan apersepsi untuk menarik perhatian siswa. Selanjutnya guru menjelaskan apa yang harus dilakukan siswa. Agar mempermudah penilai (observer) siswa diberikan name tag dengan kode tertentu sesuai dengan yang ada pada lembar penilaian yang menjadi pegangan penilai (observer). Uji coba dilakukan dengan menggunakan pembelajaran inquiry lesson. Artinya tidak hanya task dan rubrik yang diuji cobakan melainkan seluruh instrumen, baik instrumen pembelajaran, instrumen penelitian maupun instrumen yang diteliti. Siswa merancang percobaan sederhana untuk membuktikan dampak pencemaran lingkungan, kemudian beberapa hari kemudian soal uraian diberikan sebagai soal untuk ulangan harian. Lebih jelasnya pelaksaan uji coba ini dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Teknis Pelaksanaan Uji Coba Perangkat Penilaian Autentik

No Kegiatan Peralatan Keterangan

1 Mengiformasikan pembelajaran yang kan dilakukan pada pertemuan sebelumnya

Seluruh siswa kelas X MIA A Pra-Uji coba pertama


(36)

No Kegiatan Peralatan Keterangan

2 Melengkapi dan memperbanyak perangkat penilaian

Lembar Kinerja Siswa (LKS), Lembar Observasi Kerja (rubrik penilaian kinerja), dan soal uraian

Pra-Uji coba

3 Mempersiapkan alat dan bahan praktikum

Ikan kecil, beberapa macam polutan, gelas ukur, pipet tetes, gelas plastik

Pra-Uji coba pertama

4 Menata ruangan untuk uji coba Meja dan kursi Pra-Uji coba

pertama 5 Menyamakan persepsi penilaian Lembar Kinerja Siswa (LKS) dan

Lembar Observasi Kerja (rubrik penilaian kinerja), Penilai (Observer)

Pra-Uji coba pertama

6 Melakukan apersepsi pembelajaran

Laptop dan proyektor Pelaksanaan

uji coba pertama 7 Menguji coba task dan rubrik

penilaian kinerja kepada siswa secara individu

Lembar Kinerja Siswa (LKS), Lembar Observasi Kerja (rubrik penilaian kinerja), ikan kecil, beberapa macam polutan, gelas ukur, pipet tetes, gelas plastik

Pelaksanaan uji coba pertama

8 Memberikan soal uraian kepada siswa

Soal uraian Post-Uji coba

pertama

Task berupa Lembar Kinerja Siswa (LKS) diberikan kepada siswa,

kemudian siswa mengerjakan task tersebut sesuai perintah atau arahan yang dimuat dalam task tersebut. Guru juga memberikan penjelasan cara mengerjakan task di awal pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa mengerti maksud task dengan baik.

Sedangkan rubrik penilaian digunakan oleh observer (penilai) untuk mengukur kinerja siswa dalam mengisi task. Rubrik penilaian kinerja dimuat dalam Lembar Observasi Penilaian Kinerja agar memudahkan penilai (observer) dalam menilai kinerja serta jawaban siswa dalam mengerjakan task. Secara ringkas, pelaksaan uji coba perangkat asesmen autentik dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(37)

44

Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Uji Coba Perangkat Asesmen Autentik

b. Menerapkan perangkat asesmen autentik

Penerapan perangkat asesmen autentik yang telah dikembangkan dilakukan di ruang kelas X MIA B SMAN 1 Lembang, hal ini berbeda dengan saat pelaksaan ujicoba yang dilakukan di ruang Labolatorium IPA. Alasan dilakukannya penerapan di ruang kelas sendiri karena ruang Labolatorim IPA sedang digunakan oleh kelas untuk mata pelajaran yang lain, hal ini juga dilakukan karena tidak ada waktu lain yang diizinkan oleh pihak sekolah. Penerapan perangkat asesmen autentik ini melibatkan 39 orang siswa kelas X MIA B yang belum mendapatkan pembelajaran mengenai pencemaran lingkungan.

Sama halnya dengan saat ujicoba, saat penerapan perangkat asesmen autentik siswa dinformasikan mengenai materi pembelajaran selanjutnya pada pertemuan sebelumnya. Sebelum pembelajaran dimulai dilakukan persiapan alat dan bahan serta pengondisian siswa. Siswa diberikan name tag agar memudahkan penilai (observer) dalam melakukan proses penilaian. Pembelajaran dimulai dengan menarik perhatian siswa melalui video mengenai pencemaran lingkungan yang ditayangkan. Kemudian guru mengumumkan materi pembelajaran serta menjelaskan kegiatan yang akan siswa lakukan. Selanjutnya guru dibantu oleh penilai (observer) membagikan Lembar Kinerja


(38)

Siswa (LKS) kepada para siswa. Sebenarnya digunakannya kelas sebagai tempat penerapan asesmen autentik memiliki keuntungan tersendiri seperti memudahkannya pembagian Lembar Kinerja Siswa (LKS) dan penilaian yang dilakukan oleh penilai (observer) saat siswa merancang percobaan.

Rubrik penilaian diterapkan tanpa dilakukan perbaikan karena memang tidak ada keluhan dari observer (penilai). Soal uraian sebagai benchmarking (pembanding) yang telah diperbaiki pun diterapkan. Pelaksaan penerapan perangkat asesmen autentik dilakukan sama seperti pada saat uji coba. Saat pelaksaan penerapan soal uraian diberikan tepat setelah siswa selesai mengerjakan task berupa LKS terkait waktu yang diberikan oleh pihak sekolah untuk melakukan penelitian hanya pada hari itu saja. Teknis pelaksaan penerapan perangkat asesmen autentik secara lebih lengkap disajikan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Teknis Pelaksanaan Penerapan Perangkat Penilaian Autentik

No Kegiatan Peralatan Keterangan

1 Mengiformasikan pembelajaran selanjutnya pada pertemuan sebelumnya

Seluruh siswa kelas X MIA B Pra-Penerapan

2 Melengkapi dan memperbanyak perangkat penilaian

Lembar Kinerja Siswa (LKS), Lembar Observasi Kerja (rubrik penilaian kinerja), dan soal uraian

Pra-Penerapan

3 Mempersiapkan alat dan bahan praktikum

Ikan kecil, beberapa macam polutan, gelas ukur, pipet tetes, gelas plastik

Pra-Penerapan

4 Menata ruangan untuk uji coba pertama kedua

Meja dan kursi Pra-Penerapan

5 Menyamakan persepsi penilaian Lembar Kinerja Siswa (LKS) dan Lembar Observasi Kerja (rubrik penilaian kinerja), Penilai (Observer)

Pra-Penerapan

6 Melakukan apersepsi pembelajran

Laptop dan proyektor Pelaksanaan

Penerapan 7 Menerapkan task dan rubrik

penilaian kinerja kepada siswa secara individu

Lembar Kinerja Siswa (LKS), Lembar Observasi Kerja (rubrik penilaian kinerja), ikan kecil, beberapa macam polutan, gelas ukur, pipet tetes, gelas plastik

Pelaksanaan Penerapan

8 Memberikan soal uraian kepada siswa

Soal uraian Post-Penerapan

9 Memberikan angket Angket tanggapan siswa Post-Penerapan

Task diterapkan pada siswa kelas penerapan secara individual. Siswa


(39)

46

Sebisa mungkin siswa diminta untuk mengerjakan task tidak melebihi waktu yang diberikan. Sedangkan rubrik penilaian digunakan untuk mengukur kinerja yang ditampilkan siswa dalam mengerjakan task yang diberikan. Secara lebih jelas teknis pelaksanaan penerapan perangkat asesmen autentik disajikan pada Gambar 3.2.

3. Tahap Akhir: Memvalidasi Hasil Instrume n yang Diteliti dan Instrumen Penelitian

a. Menganalisis seluruh perangkat penilaian

Pada tahap ini, analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan terhadap seluruh perangkat penilaian yang telah digunakan. Analisis kualitatif meliputi validitas dan reliabilitas perangkat non-tes dan tes, serta tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Soal dengan kualitas baik akan dipertahankan sedangkan soal dengan kualitas yang kurang baik akan diperbaiki kembali.

b. Memverifikasi perangkat penilaian (uji kecocokan)

Verifikasi perangkat penilaian dilakukan dengan menganalisis hasil yang ditampilkan siswa dalam mengisi task dan soal uraian. Tujuan dilakukannya

Informasi pembelajaran selanjutnya

Memperbanyak perangkat penilaian

Mempersiapkan alat dan bahan

Menata ruangan untuk pelaksanaan uji coba

Menyamakan persepsi penilaian

Angket

Post-Penerapan Pra-Penerapan

Pelaksanaan Penerapan

Gambar 3.2. Alur Pelaksanaan Penerapan Perangkat Asesmen Autentik

T es kinerja


(40)

verifikasi ini adalah untuk membandingkan hasil jawaban siswa dalam mengerjakan LKS dan soal uraian, apakah ada kenaikan, penurunan, atau tetap.

c. Rekomendasi perbaikan instrumen

Seluruh perangkat instrumen yang digunakan selama penelitian berlangsung, baik perangkat instrumen yang diteliti maupun perangkat istrumen yang dugunakan dalam penelitian belum dapat dikategorikan sebagai perangkat instrumen yang baik dan memiliki kualitas yang tinggi dan baik pula. Soal pada task dan soal uraian serta rubrik yang sudah memiliki kualitas baik sebaiknya dipertahankan sedangkan yang memiliki kualitas yang kurang baik dapat diperbaiki untuk meningkatkan kualitasnya, sehingga memiliki reliabilitas yang tinggi walaupun diuji cobakan pada kelas ataupun sekolah yang berbeda. Selain itu, hasil yang diperoleh dari tahap uji coba dan penerapan dapat digunakan untuk membuat rekomendasi pelaksanaan teknis pengembangan asesmen autentik secara lebih lanjut.

d. Penyusunan laporan penelitian

Setelah melakukan analisis hasil penelitian terhadap seluruh instrumen penelitian maupun instrumen yang diteliti, melakukan verifikasi jawaban yang ditampilkan siswa dalam mengerjakan task dan soal uraian, serta membuat rekomendasi perbaikan instrumen, penyusunan laporan penelitian dilakukan. Penyusunan laporan penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan baik proses maupun hasil penelitian. Secara singkat, prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 3.3.


(41)

48

Gambar 3.3 Bagan Alur Penelitian

Tahap Pe laksanaan

Tahap Akhir

Benchmark hasil jawaban siswa pada task

dan soal uraian

Analisis hasil penelitian

Penyusunan laporan penelitian (skripsi)

Wawancara guru dan angket siswa Merumuskan masalah

Studi kurikulum Studi literatur

Seminar

Revisi dan pengembangan perangkat penilaian Menentukan indikator

KPS terintegrasi

Menyusun angket tanggagapan siswa dan pedoman wawancara guru Tahap awal

T ahap uji coba

T ahap penerapan Menyusun task, rubrik,

dan soal uraian

Judgment kepada dosen ahli

Revisi Uji coba task dan rubrik

penilaian kinerja

Penerapan task dan rubrik yang telah diperbaiki

Skoring (peilaian)

Skoring (penilaian)

Uji validitas, reliabilitas,

dll

Uji validitas, reliabilitas,

dll Penyusunan


(42)

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Semua data diintegrasikan untuk dianalisis secara menyeluruh bagi penyusunan kesimpulan tentang pengembangan asesmen autentik untuk menilai Keterampilan Proses Sains (KPS) terintegrasi siswa dalam merancang dan melakukan sebuah percobaan sederhana. Sebagaimana yang dikatakan Muhson (2015), analisis data merupakan proses penelitian yang dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap Adapun rinciannya adalah sebagai berikut,

1. Rubrik penilaian kinerja yang digunakan dianalisis validitas, dan reliabilitasnya (validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran task).

2. Rubrik penskoran soal uraian yang digunakan dianalisis validitas dan reliabilitasnya (validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran soal).

3. Jawaban siswa dalam angket tertutup ditabulasi untuk dianalisis persentasenya, sedangkat jawaban siswa dala m angket terbuka dianalisis secara kualitatif untuk melihat tanggapan siswa mengenai perangkat asesmen autentik yang dikembangkan.

a) Validitas task dan soal uraian dihitung dengan menggunakan tekhnik

product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2012).

Rumus korelasi product moment dengan simpangan:

√ ∑ ∑

Keterangan:

= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel

yang dikorelasikan ( dan ∑xy= jumlah perkalian x dengan y

= kuadrat dari x = kuadrat dari y

Koefesian korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00 (Arikunto, 2012). Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka sehingga sangat mungkin didapan koefesien lebih dari 1,00.


(43)

50

Koefesien negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefesien positif menunjukan adanya kesejajaran. Kriterian yang digunakan disajian dalam Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Kriterian Penafsiran Koefesien Validitas (Arikunto, 2012)

Koefesien validitas Tafsiran

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah

Dengan berlandaskan pada tabel harga kritik r product moment dapat diketahui signifikan atau tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan dan sebaliknya, (Arikunto, 2012).

b) Reliabilitas task dan tes uraian pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan rumus Alpha karena baik task maupun tes uraian tidak hanya bernilai 1 atau 0. Sebagaimana yang dikatakan oleh Arikunto (2012), dalam menghitung reliabilitas soal uraian tidak dapat disamakan

dengan menghitung soal objektif ‘Benar’ atau ‘Salah’. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha yaitu:

= Koefisien reliabilitas

= Banyak butir soal

= Jumlah varians skor tiap item = Varians skor total

Cara mencari varias dapat menggunakan rumus:

∑ ∑

Keterangan: = reliabelitas

= jumlah skor semua siswa pada semua butir soal

∑ = jumlah kuadrat skor semua siswa pada semua butir soal N = banyaknya siswa


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil uji coba masih banyak bebe rapa hal yang perlu diperbaiki, terutama task yang dikembangkan. Perbaikan dilakukan dengan mengubah atau memperbaiki redaksi maupun pemilihan diksi pada pertanyaan dalam task yang memiliki validitas tidak signifikan dan banyak ditanyakan siswa. Task yang sudah diperbaiki digunakan pada tahap penerapan. Berdasarkan tanggapan penilai (observer) pada tahap uji coba, tidak terdapat perbaikan terhadap rubrik penilaian kinerja yang dikembangkan.

Berdasarkan hasil penerapan, perangkat asesmen autentik yang dikembangkan sudah efektif untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa. Hal ini dilihat dari perolehan nilai validitas dan reliabilitas task yang dikategorikan baik. Task dan rubrik penilaian juga sudah memenuhi kriteria task dan rubrik yang baik menurut literatur.

Kelebihan perangkat asesmen autentik yang dikembangkan yaitu perangkat penilaian yang dikembangkan sudah ese nsial dan valid, permasalahan dan proses mendekati atau sesuai dengan dunia nyata, mendorong siswa menjadi pemikir yang divergen, aktivitas percoban aman dilakukan, mengikuti keragaman gaya belajar siswa, merangsang proses berpikir individual, kriteria penilaian jelas bagi siswa, dan rukbrik yang dimuat dalam lembar observasi penilaian sudah mudah untuk digunakan. Sedangkan kekurangan perangkat asesme n autentik yang dikembangkan yaitu permasalahan yang ada dalam task belum menuntut siswa untuk memerlukan ketekunan dan siswa tidak memiliki beberapa cara atau pilihan untuk mempresentasikan produk akhir.

Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa, tanggapan siswa terhadap perangkat asesmen autentik yang dikembangkan positif. Menurut siswa

task yang diberikan dapat dikerjakan dengan mudah, dapat membuat siswa

menyalurkan ide- ide baru, dan membantu dalam memahami konsep. Berdasarkan tanggapan guru asesmen autenti yang dikembangkan bermanfaat, namun jawaban


(2)

yang diberikan guru dalam menjawab wawancara tidak dapat mengungkap kelebihan serta kekurangan perangkat asesmen autentik yang dikembangkan.

Kriteria keterampilan proses sains terintegrasi yang dimiliki siswa pada tahap penerapan mencakup kriteria tinggi dan sangat tinggi. Sebanyak 23 orang siswa (58,97%) berkategori tinggi dan 16 orang siswa (41,02%) sangat tinggi.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama penyusunan perangkat asesmen autentik dan pelaksaan penelitian perlu diperhatiakan beberapa saran sebagai beriut:

1. Penelitian berlanjut perlu dilakukan diperoleh task dengan validitas dan reliabilitas yang lebih tinggi ketika diuji cobakan atau digunakan pada kelas yang berbeda, ataupun sekolah yang berbeda.

2. Penelitian lain perlu dilakukan untuk mengungkap dan mengembangkan metode penilaian lain yang dapat digunakan untuk menilai keterampilan proses sains terintegrasi siswa.

3. Hasil penilaian autentik keterampilan proses sains terintegrasi siswa pada materi pencemaran lingkungan dijadikan sebagai bahan untuk tindak lanjut pembelajaran atau umpan balik bagi siswa dan guru.

4. Guru dapat menggunakan atau mengembangkan perangkat asesmen autentik berdarkan perangkat asesmen autentik yang dikembangkan dalam penelitian ini.

5. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan jumlah penilai (observer) yang disesuaikan dengan jumlah siswa yang akan dinilai. Sebaiknya seorang penilai tidak menilai lebih dari empat orang siswa agar penilaian yang dilakukan dapat lebih optimal. 6. Penelitian selanjutnya untuk pembelajaran inquiry lesson pada tahap

observasi haruslah menuntut siswa untuk menggunaan lebh dari satu indera, guru dapat menggunakan metode demostrasi agar siswa dapat melakukan observasi terhadap peristiwa yang ditayangkan oleh guru.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N. W. (2013). Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA siswa SMP.

[Online]. Tersedia:

http://119.252.161.254/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/752. Diakses pada 5 Desember 2015

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Baehr, M dan Staven W. B. (2003). Overview of assessment. Coe College

Ballew, H. 1967.Discovery Learning and Critical Thinking in Alegbra. Alegbra :

The University Of North Carolina Press.

Campbell, Reece, dan Mitchel. (2005). Biologi Jilid 3 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Chan, Y. M, Lian, G, X, dan Tai. (2007). Authentic Assessment Strategies in

Problem based Learning. [online]. Tersedia:

http://www.ascilite.org.au/conferences/singapore07/procs/tai.pdf. Diakses pada 7 Oktober 2014

Choden dan Boonprasert. (2014). The Development of Authentic Assessment Tools

for the Seventh Grade Science Lab-Based Learning at Khasadrupchu

M.S.S, Thimphu, Bhutan. [online]. Tersedia:

http://www.academia.edu/6519639/Development_of_Authentic_Assessme nts_Tools_for_Science_Lab-Based_Learning. Diakses pada 1 November 2014

Departemen Pendidikan Fisika Upi. (2015). Penilaian Keterampilan Proses. Bandung: FPMIPA

Devi, K. P. (2010). Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Gilbert S,W. (2011). Models-based Science Teaching. Virginia: National Science Teachers Association Press

Hadiyana, L. R. (2011). Pengaruh Pedekatan Keterampilan Proses Sains

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Jakarta : UIN

Harimurti, Y. W dan Endrayanto H. Y. (2014). Penilaian Belajar Siswa di


(4)

Hariyanto dan Basuki. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Haryanto dan Warsono. (2012). Pembelajaran Arktif teori dan asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Janesick, V. J.(2001). The Assessment Debate: A Reference Handbook. California: ABC-CLIO Inc.

Kemendikbud. (2013). Asesmen Autentik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Koentjayaningrat. (1997). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pestaka Utama

Majid, A. (2013). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya McDonald, B. (2011). Self assessment and Discovery Learning. West Indies:

University of Trinidad and Tobago

Mueller, J. F. (2005). The Authenthic Assessment Toolbox: Enhanching Student Learning through Online Faculty Development. Journal of Learning and

Teaching. Voume 1, Number 1, July 2005

Mueller, J. F. (2014). How Do You Create Authentic Assessments?. [onlone]. Tersedia: http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/howdoyoudoit.htm. Diakses pada 2 November 2014

Noor. (2011). Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kharisma Putra Utama

NRC (2000). Inquiry and the National Science Education Standards. National

Research Council. Washington, DC:National Academy Press.

Nuh, M. (2013). Kurikulum 2013. [online]. Tersedia: http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel- mendikbud-kurikulum2013. Diakses pada 11 oktober 2014

Oosterhof, Albert. (2003). Developing and Using Clasroom Assessment. New Jery: Pearson Education

Ozgelen, S. (2012). Students’s Science Process Skills Within a Cognitive Domain

Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2012, 8(4), 283-292

Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor


(5)

Rezba, J. R, Sprague C. R, McDonnough J.T, dan Matkins J. J. (1999). Learning and Assessing: Science Process Skills. Fourth Edition. Kendall/Hunt

Publishing Company.

Rustaman, N.Y., et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press

Rustaman, N. (2006). Penilaian Otentik (Authenthic Assessment) dan

penerapannya dalam pendidikan sains. Universitas Pendidikan Indonesia

(FPMIPA)

Salter, I.Y. and Atkins, L.J. (2013). What students say versus what they do regarding scientific inquiry. Science education. 89(1), 1-35.

Semiawan, C, Tangyong A.F, Belen, S, dan Matahelemual Y. (1987). Pendekatan

Keterampilan Proses. Jakarta : Gramedia

Septiana, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Training untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA 6 SMAN 3 Malang. [online]. Tersedia:

http://karya-ilmiah.um.ac.id. Diakses pada 5 Desember 2015

Sigit, D, Yuliati, L, Mahanal, S, dan Zubaidah, S. (2013). Buku Guru Ilmu

Pengetahuan Alam. Jakarta: Kemendikbud

Subiantoro, A. W. (2011). Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA.

[online]. Tersedia:

http://101.203.168.85/sites/defalut/filrs/tmp/PPP_PENTINGNYA%2oPR AKTIKUM.pdf. Diakses pada 18 Januari 2015

Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiharto, B. (2010). Validitas dan Reliabilitas. Surakarta: UNS

Surapranata, S. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil

Tes. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Suyana, I & Siahaan, P. (2010). Hakekat Sains dan Pembelajaranya. UPI: FPMIPA

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Wenning, C. J. (2004). Levels of inquiry: Herarchies of pedagogical practices

and inquiry processes. [Online]. Tersedia: http://www.dlsu. Edu.

Ph/offices/asist/documents/ Level_of_inquiry.pdf. [21 Desember 2014]. Wenning, C. J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices


(6)

Wenning, C. J. (2006). “A generic model for inquiry-oriented labs in

postsecondary introductory physics”. Journal of Physics Teacher

Education Online, 3 (3), 24-33

.

Wenning, C. J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science”. Journal of Physics Teacher Education Online, 5 (4), 11-19.

Wenning, C. J. (2011). “The Levels of Inquiry Model of Science Teaching”.

Journal of Physics Teacher Education Online, 6 (2), 2-9.

Widhy, P. (2013). Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: UNY

Widodo, Suryanti, dan Mintohari. (2013). Pengembangan Pembelajaran IPA. Surabaya: UNESA

Wulan, A. R. (2000). Penilaian Kinerja dan Portofolio pada Pembelajaran