Media Pembelajaran Fisika ( 9 Files )
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Profil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
LENI MARLINA1), LILIASARI2,*), BAYONG TJASYONO2), SUMAR HENDAYANA3)
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.
Email : [email protected]
Email : [email protected]
2) Institut Teknologi Bandung. Jl. Ganesa No. 10 Bandung.
Email : [email protected]
3) Universitas Sriwijaya. Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Inderalaya Ogan Ilir. Sumatera
Selatan
Email : [email protected]
1) Sekolah
Abstrak Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan
merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal yang
bermutu dan efisien. Guru IPA di SMP yang mengajar materi IPBA kebanyakan dari jurusan
selain pendidikan fisika, seperti pendidikan kimia dan biologi. Hal ini menyebabkan terjadinya
mismatch (ketidaksesuaian) baik ditinjau dari kualifikasi guru maupun dari penguasaan materi.
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
mengkaji tentang Kebumian dan Antariksa. Pelajaran IPBA sudah menjadi bagian dari
kurikulum pendidikan di Indonesia mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
Namun sayangnya kemampuan guru untuk mentransfer ilmu ini kepada siswa masih rendah.
Rendahnya kemampuan guru sains/IPBA tidak terlepas dari proses penyiapan guru itu sendiri
oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian disertasi dengan desain penelitian mixed method (campuran). Dari hasil studi
pendahuluan terhadap 18 orang guru IPA SMP di salah satu MGMP di Provinsi Sumatera
Selatan, latar belakang pendidikan guru IPA berasal dari pendidikan fisika 56%, biologi 39%,
dan pertanian 5%. Sebagian besar guru memiliki pengalaman mengajar 6-10 tahun (67%), 11-15
tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Sedangkan pengalaman guru IPA yang pernah mengikuti
kegiatan pelatihan IPA sebanyak 33% sedangkan 67% belum pernah mengikuti kegiatan
pelatihan. Adapun materi IPBA yang dianggap sulit menurut guru adalah gerak edar matahari,
bumi, dan satelit; proses di litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses di litosfer dan atmosfer
dengan lingkungan.
Kata-kata Kunci: Profil, Kemampuan Guru, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
PENDAHULUAN
Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.
Karena itu, profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Pendidikan bermutu hanya akan diperoleh melalui proses
pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh guru yang profesional dan
mempunyai komitmen terhadap mutu. Guru sebagai tenaga profesional mempunyai
fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan
2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.
Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan
merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal
yang bermutu dan efisien. Berbagai penelitian tentang guru IPA dan hasil belajar siswa
memberikan sejumlah implikasi pentingnya berbagai strategi, sistem pembinaan
profesionalitas guru untuk peningkatan mutu dalam rangka memperbaiki proses
pembelajaran (Susilawati, 2014).
Sains termasuk di dalamnya Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA),
dikembangkan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami gejala alam (National
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-1
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Research Council, 1996; Btotosiswoyo, 2000). Menurut Hungerford dalam Pujani (2011)
sains mengandung tiga pengertian, yaitu (1) proses memperoleh informasi melalui
metode empiris, (2) informasi yang diperoleh melalui penyelidikan yang telah di tata
secara logis dan sistematis, dan (3) suatu kombinasi proses berpikir kritis yang
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid. Lebih lanjut Hungerford
dalam Pujani (2011) menjelaskan bahwa sains mengandung tiga unsur utama yaitu
produk, proses dan sikap. Sains sebagai produk meliputi fakta, konsep, prinsip, teori
dan hukum. Sains sebagai proses merupakan rangkaian kegiatan ilmiah terhadap
fenomena alam yang menghasilkan pengetahuan ilmiah. Sedangkan sains sebagai sikap
dapat berkembang karena adanya rasa ingin tahu, kerendahan hati, keraguan, tekad,
terbuka, tekun, teliti, dan jujur.
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan salah satu mata
pelajaran yang mengkaji tentang Kebumian dan Antariksa. Pelajaran IPBA sudah
menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia mulai jenjang SD hingga
Perguruan Tinggi. Namun sayangnya kemampuan guru untuk mentransfer ilmu ini
kepada siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan guru sains/IPBA tidak terlepas
dari proses penyiapan guru itu sendiri oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK).
Dalam rangka menyiapkan siswa sebagai masyarakat yang memiliki literasi
sains, guru sains juga harus dipersiapkan dengan baik. Karena sains memiliki dasar
pengetahuan yang cepat berubah dan memperluas relevansinya pada permasalahan
sosial, guru perlu terus diberikan kesempatan untuk membangun pemahaman dan
kemampuan mereka serta harus terus up to date terhadap permasalahan sains yang
perlu diketahui siswa (National Research Council, 1996).
Guru IPA SMP di salah satu MGMP di Provinsi Sumatera Selatan yang
mengajar materi IPBA kebanyakan dari jurusan selain pendidikan fisika, seperti
pendidikan kimia dan biologi. Hal ini menyebabkan terjadinya mismatch (tidak sesuai)
baik ditinjau dari kualifikasi guru maupun dari penguasaan materi. Hasil observasi
lebih lanjut terhadap cakupan materi IPBA dalam kurikulum SMP dan SMA
menemukan bahwa IPBA sebagai bagian konten dari kurikulum di sekolah menengah
mengalami pergeseran orientasi yang cukup signifikan. Hal ini terindikasi dari cakupan
materi IPBA dalam kurikulum fisika mengalami pengurangan porsi cukup besar dari
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004 ke KTSP 2006, begitu juga di dalam
Kurikulum 2013.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Liliawati (2009), bahwa pengurangan
porsi materi IPBA di kurikulum fisika SMP dan SMA disebabkan oleh adanya integrasi
sebagian materi IPBA ke kurikulum IPS dan Geografi. Di sisi lain, materi IPBA seperti
Astronomi dan Kebumian sangat sering dikompetisikan bagi siswa SMP dan SMA, baik
tingkat nasional maupun internasional.
Dari hasil wawancara dengan salah satu ketua MGMP di Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera Selatan, sebagian besar SMP masih menerapkan kurikulum KTSP, hanya
beberapa sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Disamping itu juga, guru IPA
SMP dituntut untuk lebih inovatif dalam merancang dan menerapkan kurikulum IPA
khususnya materi IPBA dalam pembelajaran. Adapun tujuan dari studi pendahuluan
ini adalah untuk mengetahui profil kemampuan guru IPA SMP dalam memahami
konsep atau materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode campuran (Mixed
Method). Dengan desain penelitian Embedded Design seperti gambar 1. Dengan
pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving). Adapun sampel penelitian adalah
guru IPA dan siswa SMP kelas VIII tahun ajaran 2016/2017 Salah Satu MGMP di
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-2
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Provinsi Sumatera Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner, dan tes.
Kualitatif
sebelum
intervensi
: gambaran
awal sikap
guru dan
siswa
terhadap
pembelajar
an IPBA
Intervensi
ii
Kuantita
tif
Pretest
(konsepkonsep
IPBA)
Kuantit
atif
Postest
(konsepkonsep
IPBA)
Skor N-gain PK dan KBK
Rancangan
pembelajar
an IPBA:
Materi, RPP,
LKS, Media
Metode dan
asesmen.
Kualitatif
selama
intervensi:
penerapan PPGI
untuk
meningkatkan
PK dan KBK
Kualitatif
setelah
intervensi
:
Gambaran
akhir sikap
guru dan
siswa
terhadap
pembelajar
an IPBA
Interpretasi
data kualitatif
dan
kuantitatif:
memberikan
makna hasil
implementasi
berdasarkan uji
statistik
(penguasaan
konsep dan
KBK Siswa).
Persepsi dan
sikap guru
terhadap
penyusunan
desain dan
implementasi
instruksional
IPBA, persepsi
dan sikap siswa
terhadap
pembelajaran
IPBA
Gambar 1. Desain Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang Pendidikan Guru IPA
Dari hasil studi pendahuluan, latar belakang pendidikan guru IPA SMP di salah
satu MGMP di kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan berbeda-beda.
Diantaranya pendidikan Fisika, Biologi, dan Pertanian. Adapun persentasenya dapat
dilihat pada gambar 2.
Latar belakang keilmuan
5%
Fisika
Biologi
39%
56%
Pertanian/Biologi
Gambar 2. Latar Belakang Pendidikan Guru IPA
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-3
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa latar belakang pendidikan guru IPA SMP
adalah Sarjana S1 sebanyak 44% yang berasal dari Biologi dan Pertanian bukan dari
pendidikan IPA atau fisika. Dari hasil wawancara dan angket Sebanyak 18 orang guru
yang berasal dari 13 SMP, ada beberapa guru yang berasal dari fakultas MIPA Biologi
dan fakultas Pertanian yang mengambil akta mengajar (angta IV) untuk menjadi guru
IPA SMP. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja mereka sebagai guru IPA SMP
khususnya dalam mengajarkan materi IPBA, dimana mereka dituntut untuk lebih
inovatif dalam merancang dan membelajarkan kepada siswa.
Pengalaman Mengajar Guru IPA
Adapun pengalaman mengajar guru IPA SMP MGMP Kabupaten Ogan Ilir
seperti terlihat pada gambar 3.
Pengalaman mengajar
0-5 tahun
0%
16-20 tahun
17%
11-15 tahun
16%
6-10 tahun
67%
Gambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPA
Dari gambar 3 di atas, pengalaman mengajar guru IPA SMP kabupaten Ogan Ilir
adalah 6-10 tahun (67%), 11-15 tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengalaman mengajar guru IPA sebagian besar 10 tahun hanya
beberapa orang yang di atas 10 tahun.
Pelatihan Yang Pernah diikuti Guru
Pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA SMP kabupaten
Ogan Ilir seperti Gambar 4.
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-4
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Pengalaman pelatihan
2x
17%
3x
5%
1x
11%
0x
67%
Gambar 4. Pengalaman Pelatihan Guru IPA
Pengalaman pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA sebanyak 33%, dengan
rincian pelatihan yang diikuti adalah pelatihan kepala laboratorium, instruktur
nasional kurikulum 2013, pembuatan media ajar, implementasi kurikulum 2013, TOT
IN Guru Pembelajar. Sedangkan sebanyak 67% guru IPA belum pernah mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Tingkat Kesulitan dalam Memahami Konsep Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa (IPBA).
Materi IPBA yang dianggap sulit menurut guru IPA SMP Kabupaten Ogan Ilir
seperti gambar 5.
Tingkat kesulitan dalam memahami konsep
100%
Sangat sulit
80%
Sulit
60%
Sedang
40%
Mudah
20%
0%
Tata surya
Matahari sbg
Gerak edar
bintang, bumi matahari, bumi,
sbg planet
satelit
Proses di
litosfer &
atmosfer
Hub. proses di
litosfer &
atmosfer dgn
lingkungan
Gambar 5. Tingkat kesulitan Guru IPA dalam memahami konsep IPBA
Dari gambar 5 di atas, konsep atau materi IPBA yang dianggap sulit dipahami
oleh guru IPA sebagian besar adalah gerak edar matahari, bumi, dan satelit; proses di
litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses di litosfer dan atmosfer dengan
lingkungan.
KESIMPULAN
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-5
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan
merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal
yang bermutu dan efisien. Dari hasil studi pendahuluan terhadap profil guru IPA SMP
di salah satu MGMP kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera sebanyak 18 orang guru
yang berasal dari 13 SMP, latar belakang pendidikan guru IPA adalah Pendidikan
fisika (56%), Biologi (39%), dan pertanian (5%). Dengan pengalaman mengajar guru IPA
sebagian besar 6-10 tahun, sedangkan 11-20 tahun hanya beberapa guru. Pengalaman
pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA sebanyak 33%, Sedangkan sebanyak 67%
guru IPA belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Konsep atau
materi IPBA yang dianggap sulit dipahami oleh guru IPA sebagian besar adalah gerak
edar matahari, bumi, dan satelit; proses di litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses
di litosfer dan atmosfer dengan lingkungan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing disertasi Ibu Prof.
Dr. Liliasari, M.Pd selaku promotor, Bapak Prof. Dr. Bajong Tjasyono HK., DEA selaku
ko-promotor, dan Bapak Dr. Sumar Hendayana, M.Sc selaku anggota promotor atas
bimbingan dan motivasinya selama ini. Anggota MGMP, siswa SMP dan pihak terkait
atas dukungan dan partisipasinya dalam penelitian ini.
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-6
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
DAFTAR RUJUKAN
Atkin, J. M., & Black, P. 2003. Inside science education reform: A history of curricular
and policy change. New York, NY: Teachers College Press.
Brahmantyo, B. dkk. 2009. Pengantar Ilmu dan Teknologi Kebumian. Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian ITB. Bandung
Berwald, J. dkk. 2007. Focus on Life Science Grade 7. Ohio : McGraw-Hill Companies.
Borrero, F., Hess, F., Hsu, J., Kunze, G., Leslie, S., et al. 2008. Earth Science: Geology,
the Environment, and the Universe. USA: Glenco.
Brotosiswoyo, B.S. 2000. Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi dalam
Hakekat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan
Nasional.
Creswell. W.J. & Clark. P.V. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Sage Publications. Thousand Oaks, London, New Delhi.
Depdiknas. 2005-a. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Fokus Media.
Depdiknas. 2005-b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Fokus Media.
Liliasari, Agus Setiawan, Ari Widodo. 2007. Pembelajaran Berbasis TI untuk
Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar.
Laporan Penelitian Hibah Pascasarjana, Jakarta DIKTI.
NSTA (National Science Teacher Association). 2003. Standards for Science Teacher
Preparation.
National Research Council (NRC). 1996. National
Science Education Standard.
Washington DC: National Press.
National Research Council (NRC). 2007. Taking science to school: Learning and teaching
science in grades K 8. Washington, DC: National Academies Press.
Penuel, W. R., Gallagher, P.L., & Moorthy, S., 2011. Preparing teacher to design
sequences of instruction in earth systems science: A comparison of three professional
development program. Am Educ Res J. Vol:96 p.996-1025
Pujani, M.N. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis
Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung:
SPs. Universitas Pendidikan Indonesia.
Pujani, dkk. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium untuk Meningkatkan
Kemampuan Generik Sains Calon Guru pada Bidang Astronomi. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas
Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.
Sofiraeni, R. 2011. Model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA Melalui
Lesson Study Berbasis MGMP. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: SPs Universitas
Pendidikan Indonesia.
Susilawati. E. Sistem Pembinaan Profesional Guru IPA https://www.google.com
/#q=sistem+pembinaan+profesional+guru+IPA. Diakses tanggal 19 April 2014.
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-7
Profil Kemampuan Guru IPA SMP dalam Memahami Materi Ilmu
Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
LENI MARLINA1), LILIASARI2,*), BAYONG TJASYONO2), SUMAR HENDAYANA3)
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.
Email : [email protected]
Email : [email protected]
2) Institut Teknologi Bandung. Jl. Ganesa No. 10 Bandung.
Email : [email protected]
3) Universitas Sriwijaya. Jl. Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Inderalaya Ogan Ilir. Sumatera
Selatan
Email : [email protected]
1) Sekolah
Abstrak Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan
merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal yang
bermutu dan efisien. Guru IPA di SMP yang mengajar materi IPBA kebanyakan dari jurusan
selain pendidikan fisika, seperti pendidikan kimia dan biologi. Hal ini menyebabkan terjadinya
mismatch (ketidaksesuaian) baik ditinjau dari kualifikasi guru maupun dari penguasaan materi.
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
mengkaji tentang Kebumian dan Antariksa. Pelajaran IPBA sudah menjadi bagian dari
kurikulum pendidikan di Indonesia mulai jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi.
Namun sayangnya kemampuan guru untuk mentransfer ilmu ini kepada siswa masih rendah.
Rendahnya kemampuan guru sains/IPBA tidak terlepas dari proses penyiapan guru itu sendiri
oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian disertasi dengan desain penelitian mixed method (campuran). Dari hasil studi
pendahuluan terhadap 18 orang guru IPA SMP di salah satu MGMP di Provinsi Sumatera
Selatan, latar belakang pendidikan guru IPA berasal dari pendidikan fisika 56%, biologi 39%,
dan pertanian 5%. Sebagian besar guru memiliki pengalaman mengajar 6-10 tahun (67%), 11-15
tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Sedangkan pengalaman guru IPA yang pernah mengikuti
kegiatan pelatihan IPA sebanyak 33% sedangkan 67% belum pernah mengikuti kegiatan
pelatihan. Adapun materi IPBA yang dianggap sulit menurut guru adalah gerak edar matahari,
bumi, dan satelit; proses di litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses di litosfer dan atmosfer
dengan lingkungan.
Kata-kata Kunci: Profil, Kemampuan Guru, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
PENDAHULUAN
Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.
Karena itu, profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang
bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Pendidikan bermutu hanya akan diperoleh melalui proses
pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh guru yang profesional dan
mempunyai komitmen terhadap mutu. Guru sebagai tenaga profesional mempunyai
fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan
2025 yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.
Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan
merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal
yang bermutu dan efisien. Berbagai penelitian tentang guru IPA dan hasil belajar siswa
memberikan sejumlah implikasi pentingnya berbagai strategi, sistem pembinaan
profesionalitas guru untuk peningkatan mutu dalam rangka memperbaiki proses
pembelajaran (Susilawati, 2014).
Sains termasuk di dalamnya Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA),
dikembangkan oleh manusia dengan tujuan untuk memahami gejala alam (National
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-1
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Research Council, 1996; Btotosiswoyo, 2000). Menurut Hungerford dalam Pujani (2011)
sains mengandung tiga pengertian, yaitu (1) proses memperoleh informasi melalui
metode empiris, (2) informasi yang diperoleh melalui penyelidikan yang telah di tata
secara logis dan sistematis, dan (3) suatu kombinasi proses berpikir kritis yang
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid. Lebih lanjut Hungerford
dalam Pujani (2011) menjelaskan bahwa sains mengandung tiga unsur utama yaitu
produk, proses dan sikap. Sains sebagai produk meliputi fakta, konsep, prinsip, teori
dan hukum. Sains sebagai proses merupakan rangkaian kegiatan ilmiah terhadap
fenomena alam yang menghasilkan pengetahuan ilmiah. Sedangkan sains sebagai sikap
dapat berkembang karena adanya rasa ingin tahu, kerendahan hati, keraguan, tekad,
terbuka, tekun, teliti, dan jujur.
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) merupakan salah satu mata
pelajaran yang mengkaji tentang Kebumian dan Antariksa. Pelajaran IPBA sudah
menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia mulai jenjang SD hingga
Perguruan Tinggi. Namun sayangnya kemampuan guru untuk mentransfer ilmu ini
kepada siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan guru sains/IPBA tidak terlepas
dari proses penyiapan guru itu sendiri oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK).
Dalam rangka menyiapkan siswa sebagai masyarakat yang memiliki literasi
sains, guru sains juga harus dipersiapkan dengan baik. Karena sains memiliki dasar
pengetahuan yang cepat berubah dan memperluas relevansinya pada permasalahan
sosial, guru perlu terus diberikan kesempatan untuk membangun pemahaman dan
kemampuan mereka serta harus terus up to date terhadap permasalahan sains yang
perlu diketahui siswa (National Research Council, 1996).
Guru IPA SMP di salah satu MGMP di Provinsi Sumatera Selatan yang
mengajar materi IPBA kebanyakan dari jurusan selain pendidikan fisika, seperti
pendidikan kimia dan biologi. Hal ini menyebabkan terjadinya mismatch (tidak sesuai)
baik ditinjau dari kualifikasi guru maupun dari penguasaan materi. Hasil observasi
lebih lanjut terhadap cakupan materi IPBA dalam kurikulum SMP dan SMA
menemukan bahwa IPBA sebagai bagian konten dari kurikulum di sekolah menengah
mengalami pergeseran orientasi yang cukup signifikan. Hal ini terindikasi dari cakupan
materi IPBA dalam kurikulum fisika mengalami pengurangan porsi cukup besar dari
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004 ke KTSP 2006, begitu juga di dalam
Kurikulum 2013.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Liliawati (2009), bahwa pengurangan
porsi materi IPBA di kurikulum fisika SMP dan SMA disebabkan oleh adanya integrasi
sebagian materi IPBA ke kurikulum IPS dan Geografi. Di sisi lain, materi IPBA seperti
Astronomi dan Kebumian sangat sering dikompetisikan bagi siswa SMP dan SMA, baik
tingkat nasional maupun internasional.
Dari hasil wawancara dengan salah satu ketua MGMP di Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera Selatan, sebagian besar SMP masih menerapkan kurikulum KTSP, hanya
beberapa sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Disamping itu juga, guru IPA
SMP dituntut untuk lebih inovatif dalam merancang dan menerapkan kurikulum IPA
khususnya materi IPBA dalam pembelajaran. Adapun tujuan dari studi pendahuluan
ini adalah untuk mengetahui profil kemampuan guru IPA SMP dalam memahami
konsep atau materi Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode campuran (Mixed
Method). Dengan desain penelitian Embedded Design seperti gambar 1. Dengan
pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving). Adapun sampel penelitian adalah
guru IPA dan siswa SMP kelas VIII tahun ajaran 2016/2017 Salah Satu MGMP di
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-2
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Provinsi Sumatera Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner, dan tes.
Kualitatif
sebelum
intervensi
: gambaran
awal sikap
guru dan
siswa
terhadap
pembelajar
an IPBA
Intervensi
ii
Kuantita
tif
Pretest
(konsepkonsep
IPBA)
Kuantit
atif
Postest
(konsepkonsep
IPBA)
Skor N-gain PK dan KBK
Rancangan
pembelajar
an IPBA:
Materi, RPP,
LKS, Media
Metode dan
asesmen.
Kualitatif
selama
intervensi:
penerapan PPGI
untuk
meningkatkan
PK dan KBK
Kualitatif
setelah
intervensi
:
Gambaran
akhir sikap
guru dan
siswa
terhadap
pembelajar
an IPBA
Interpretasi
data kualitatif
dan
kuantitatif:
memberikan
makna hasil
implementasi
berdasarkan uji
statistik
(penguasaan
konsep dan
KBK Siswa).
Persepsi dan
sikap guru
terhadap
penyusunan
desain dan
implementasi
instruksional
IPBA, persepsi
dan sikap siswa
terhadap
pembelajaran
IPBA
Gambar 1. Desain Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang Pendidikan Guru IPA
Dari hasil studi pendahuluan, latar belakang pendidikan guru IPA SMP di salah
satu MGMP di kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan berbeda-beda.
Diantaranya pendidikan Fisika, Biologi, dan Pertanian. Adapun persentasenya dapat
dilihat pada gambar 2.
Latar belakang keilmuan
5%
Fisika
Biologi
39%
56%
Pertanian/Biologi
Gambar 2. Latar Belakang Pendidikan Guru IPA
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-3
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Dari gambar 1 di atas, terlihat bahwa latar belakang pendidikan guru IPA SMP
adalah Sarjana S1 sebanyak 44% yang berasal dari Biologi dan Pertanian bukan dari
pendidikan IPA atau fisika. Dari hasil wawancara dan angket Sebanyak 18 orang guru
yang berasal dari 13 SMP, ada beberapa guru yang berasal dari fakultas MIPA Biologi
dan fakultas Pertanian yang mengambil akta mengajar (angta IV) untuk menjadi guru
IPA SMP. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja mereka sebagai guru IPA SMP
khususnya dalam mengajarkan materi IPBA, dimana mereka dituntut untuk lebih
inovatif dalam merancang dan membelajarkan kepada siswa.
Pengalaman Mengajar Guru IPA
Adapun pengalaman mengajar guru IPA SMP MGMP Kabupaten Ogan Ilir
seperti terlihat pada gambar 3.
Pengalaman mengajar
0-5 tahun
0%
16-20 tahun
17%
11-15 tahun
16%
6-10 tahun
67%
Gambar 3. Pengalaman Mengajar Guru IPA
Dari gambar 3 di atas, pengalaman mengajar guru IPA SMP kabupaten Ogan Ilir
adalah 6-10 tahun (67%), 11-15 tahun (16%), dan 16-20 tahun (17%). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengalaman mengajar guru IPA sebagian besar 10 tahun hanya
beberapa orang yang di atas 10 tahun.
Pelatihan Yang Pernah diikuti Guru
Pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA SMP kabupaten
Ogan Ilir seperti Gambar 4.
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-4
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Pengalaman pelatihan
2x
17%
3x
5%
1x
11%
0x
67%
Gambar 4. Pengalaman Pelatihan Guru IPA
Pengalaman pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA sebanyak 33%, dengan
rincian pelatihan yang diikuti adalah pelatihan kepala laboratorium, instruktur
nasional kurikulum 2013, pembuatan media ajar, implementasi kurikulum 2013, TOT
IN Guru Pembelajar. Sedangkan sebanyak 67% guru IPA belum pernah mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Tingkat Kesulitan dalam Memahami Konsep Ilmu Pengetahuan Bumi dan
Antariksa (IPBA).
Materi IPBA yang dianggap sulit menurut guru IPA SMP Kabupaten Ogan Ilir
seperti gambar 5.
Tingkat kesulitan dalam memahami konsep
100%
Sangat sulit
80%
Sulit
60%
Sedang
40%
Mudah
20%
0%
Tata surya
Matahari sbg
Gerak edar
bintang, bumi matahari, bumi,
sbg planet
satelit
Proses di
litosfer &
atmosfer
Hub. proses di
litosfer &
atmosfer dgn
lingkungan
Gambar 5. Tingkat kesulitan Guru IPA dalam memahami konsep IPBA
Dari gambar 5 di atas, konsep atau materi IPBA yang dianggap sulit dipahami
oleh guru IPA sebagian besar adalah gerak edar matahari, bumi, dan satelit; proses di
litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses di litosfer dan atmosfer dengan
lingkungan.
KESIMPULAN
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-5
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan
merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan formal
yang bermutu dan efisien. Dari hasil studi pendahuluan terhadap profil guru IPA SMP
di salah satu MGMP kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera sebanyak 18 orang guru
yang berasal dari 13 SMP, latar belakang pendidikan guru IPA adalah Pendidikan
fisika (56%), Biologi (39%), dan pertanian (5%). Dengan pengalaman mengajar guru IPA
sebagian besar 6-10 tahun, sedangkan 11-20 tahun hanya beberapa guru. Pengalaman
pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA sebanyak 33%, Sedangkan sebanyak 67%
guru IPA belum pernah mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan. Konsep atau
materi IPBA yang dianggap sulit dipahami oleh guru IPA sebagian besar adalah gerak
edar matahari, bumi, dan satelit; proses di litosfer dan atmosfer; serta hubungan proses
di litosfer dan atmosfer dengan lingkungan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing disertasi Ibu Prof.
Dr. Liliasari, M.Pd selaku promotor, Bapak Prof. Dr. Bajong Tjasyono HK., DEA selaku
ko-promotor, dan Bapak Dr. Sumar Hendayana, M.Sc selaku anggota promotor atas
bimbingan dan motivasinya selama ini. Anggota MGMP, siswa SMP dan pihak terkait
atas dukungan dan partisipasinya dalam penelitian ini.
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-6
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
DAFTAR RUJUKAN
Atkin, J. M., & Black, P. 2003. Inside science education reform: A history of curricular
and policy change. New York, NY: Teachers College Press.
Brahmantyo, B. dkk. 2009. Pengantar Ilmu dan Teknologi Kebumian. Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian ITB. Bandung
Berwald, J. dkk. 2007. Focus on Life Science Grade 7. Ohio : McGraw-Hill Companies.
Borrero, F., Hess, F., Hsu, J., Kunze, G., Leslie, S., et al. 2008. Earth Science: Geology,
the Environment, and the Universe. USA: Glenco.
Brotosiswoyo, B.S. 2000. Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi dalam
Hakekat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan
Nasional.
Creswell. W.J. & Clark. P.V. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Sage Publications. Thousand Oaks, London, New Delhi.
Depdiknas. 2005-a. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Fokus Media.
Depdiknas. 2005-b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Fokus Media.
Liliasari, Agus Setiawan, Ari Widodo. 2007. Pembelajaran Berbasis TI untuk
Mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar.
Laporan Penelitian Hibah Pascasarjana, Jakarta DIKTI.
NSTA (National Science Teacher Association). 2003. Standards for Science Teacher
Preparation.
National Research Council (NRC). 1996. National
Science Education Standard.
Washington DC: National Press.
National Research Council (NRC). 2007. Taking science to school: Learning and teaching
science in grades K 8. Washington, DC: National Academies Press.
Penuel, W. R., Gallagher, P.L., & Moorthy, S., 2011. Preparing teacher to design
sequences of instruction in earth systems science: A comparison of three professional
development program. Am Educ Res J. Vol:96 p.996-1025
Pujani, M.N. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis
Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung:
SPs. Universitas Pendidikan Indonesia.
Pujani, dkk. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium untuk Meningkatkan
Kemampuan Generik Sains Calon Guru pada Bidang Astronomi. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas
Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.
Sofiraeni, R. 2011. Model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA Melalui
Lesson Study Berbasis MGMP. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: SPs Universitas
Pendidikan Indonesia.
Susilawati. E. Sistem Pembinaan Profesional Guru IPA https://www.google.com
/#q=sistem+pembinaan+profesional+guru+IPA. Diakses tanggal 19 April 2014.
ISBN 978-602-71279-1-9
PPG-7