t ptk 0907778 chapter3

(1)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMKN 6 Bandung yang bertempat di Jalan Soekarno Hatta, Riung Bandung 40295 telp. 022 7563293. Pada Program Studi Keahlian Teknik Mesin, Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. Alasan pemilihan SMKN 6 Bandung sebagai lokasi penelitian adalah karena di SMKN 6 Bandung terdapat kelas siswa Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan sesuai dengan disain penelitian ini. Faktor lainnya adalah SMKN 6 Bandung merupakan sekolah kejuruan dengan fasilitas yang sudah memenuhi standar sarana prasarana. 2. Sampel dan Sumber Data Penelitian

Pengambilan sampel yang sesuai untuk desain penelitian ini adalah tidak secara acak sebagaimana yang disebutkan oleh Gall et al. (2003: 402): “in this design, (non-equivalent control group desin) research participants are not randomly assigned”. Creswell juga menyebutkan bahwa: dalam rancangan ini (nonequivalent pre-test and post-test control-group design), kelompok kontrol dan eksperimen diseleksi tanpa prosedur acak (without random assigment)”.

Pemilihan subjek penelitian (siswa) yang akan dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random. Pemilihan subjek penelitian secara random akan berakibat pada berubahnya susunan subjek penelitian pada tiap-tiap kelas. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena susunan


(2)

subjek penelitian pada tiap-tiap kelas telah dilakukan sebelumnya oleh sekolah yang bersangkutan dalam penentuan anggota rombongan belajar.

Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dari populasi 4 kelas. Satu kelas dipergunakan sebagai kelompok kontrol, yakni kelas XI TP1 sebanyak 34 siswa dan satu kelas lainnya sebagai kelompok eksperimen, yakni kelas XI TP3 sebanyak 34 siswa. Pemilihan sampel ini didasari pada pertimbangan bahwa tim guru yang mengajar pada dua kelas itu adalah sama, sehingga treatment/perlakuan yang dilakukan kepada kedua kelas tersebut akan menunjukan pengaruh yang jelas terhadap perbedaan peningkatan procedural knowledge dan hasil belajar. Selain dari sampel penelitian, digunakan juga data dari sumber data Responden 1(guru observer), Responden 2 dan 3 (siswa kelas kontrol) serta Responden 4 (Wakasek bid Kurikulum).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mengetahui bagaimana langkah-langkah pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa, prasyarat-prasyarat pembelajaran serta persepsi guru dan siswa tentang penerapan model pembelajaran direct instruction dalam meningkatkan

procedural knowledge dan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Desain pada penelitian ini dijabarkan dalam tahap-tahap penelitian pada gambar 3.1 sebagai berikut:


(3)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

1. Survey dilakukan untuk menemukan masalah yang akan diteliti. Masalah yang diambil adalah masalah nyata yang ada dalam dunia pendidikan teknologi dan kejuruan. Dalam penelitian ini, survey dilakukan ke SMK-SMK dan LPTK PTK yang ada di Kota Bandung khususnya dengan Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

2. Studi pendahuluan dilakukan untuk lebih memperdalam permasalahan dan mencari informasi yang diperlukan sehingga didapatkan keputusan bahwa masalah perlu diteliti atau tidak. Studi pendahuluan pada penelitian inin dilakukan dengan melakukan studi literatur dari beberapa buku sumber dan

Feed back Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Memilih Metode Penelitian

Menentukan variabel dan sumber data

Menyusun dan menguji instrumen

Pelaksanaan Pre-Test

Treatment direct instruction untuk kelas eksperimen

Treatment model konvensional untuk kelas kontrol

Pelaksanaan Post-test

Analisis Data

Pembahasan hasil penelitian


(4)

pengambilan data awal penelitian ke SMK-SMK Program Keahlian Teknik Mesin di Kota Bandung.

3. Merumuskan masalah dilakukan setelah didapatkan data awal penelitian melalui studi pendahuluan, kemudian masalah-masalah yang ada tersebut diidentifikasi untuk menperjelas permasalahan. Pada penelitian ini masalah yang dirumuskan terdiri dari rumusan masalah secara umum dan penjabarannya.

4. Langkah selanjutnya adalah memilih metode yang sesuai dengan rumusan masalah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design, hal ini disebabkan rumusan masalah yang ingin mengetahui penerapan suatu treatment terhadap kelas eksperimen dan dibandingkan dengan kelas kontrol.

5. Langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian dan sumber data. Variabel penelitian pada penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu penerapan model direct instruction pada mata pelajaran melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, dan variabel terikat yaitu procedural knowledge (Y1)

dan hasil belajar siswa (Y2). Keduanya diukur setelah mendapatkan treatment

model pembelajaran direct instruction. Sumber data pada penelitian ini meliputi siswa kelas eksperimen sebanyak 34 orang, siswa kelas kontrol sebanyak 34 orang, satu orang guru mata pelajaran dan seorang wakasek bid. Kurikulum.

6. Langkah selanjutnya adalah menyusun dan menguji instrumen. Pada langkah ini instrumen yang disusun adalah: RPP kelas eksperimen, RPP kelas kontrol,


(5)

instrumen untuk mengetahui peningkatan procedural knowledge siswa, instrumen untuk mengetahui hasil belajar siswa, instrumen untuk mengetahui tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran direct instruction, instrumen untuk mengetahui prasyarat, interaksi yang terjadi dan persepsi tentang penerapan model pembelajaran ini. Pengujian instrumen dilakukan dengan uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan taraf kesukaran.

7. Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan pre-test. Pre-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa baik itu kelas eksperimen, maupun kelas kontrol. Aspek yang di pre-testkan adalah procedural knowledge, hasil belajar siswa aspek pengetahuan, test kinerja untuk mengukur keterampilan dan sikap. Setelah diambil data pre-test kemudian diuji homogenitas data untuk mengetahui apakah varian kelas kontrol dan varian kelas ekperimen homogen atau tidak. Jika homogen maka penelitian quasi eksperimen bisa dilanjutkan.

8. Langkah selanjutnya adalah KBM (treatment). Untuk kelas kontrol KBM dilakukan dengan menggunakan model konvensional, sedangkan untuk kelas eksperimen KBM menggunakan model pembelajaran alternatif yaitu direct instruction.

9. Langkah selanjutnya dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah mendapat perlakuan (treatment) dengan model direct instruction untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol. Seperti halnya pre-test, pada pos-test aspek yang diujikan meliputi: procedural


(6)

knowledge, hasil belajar siswa aspek pengetahuan, tes kinerja untuk mengukur keterampilan dan sikap.

10. Tahap selanjutnya adalah analisis data. Setelah didapatkan data pre-test, post-test, data mengenai tahapan pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa, prasyarat-prasyarat pembelajaran ,serta data persepsi guru dan siswa tentang model pembelajaran direct instruction, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Pada tahap analisis data hal yang dilakukan adalah melakukan uji normalitas data, uji homogenitas data, melakukan uji hipotesis data, melakukan triangulasi data sehingga didapatkan data yang kredibel.

11. Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian. Pada pembahasan penelitian peneliti mencoba mencari relevansi hasil penelitian dengan teori-teori yang ada dan relevansinya dengan hasil penelitian dari peneliti terdahulu.

12. Karena peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk penerapan model direct instruction yang sesuai karakteristik Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut, maka pada penelitian ini treatment dilakukan tidak hanya sekali. Tetapi dilakukan beberapa kali treatment sampai peningkatan

procedural knowledge dan peningkatan hasil belajar dianggap sudah jenuh. Hasil dari pembahasan penelitian kemudian dijadikan feed back untuk penyempurnaan treatment selanjutnya.

13. Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan, implikasi dan rekomendasi penelitian.


(7)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Quasi Experimental Design. Tipe kuasi eksperimen yang digunakan adalah Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design.

Rancangan metode ini menurut Creswell (2010: 242):

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur penempatan yang acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pre-test dan post-test. Hanya kelompok eksperimen saja yang di treatment.

Menurut Creswell pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan tidak secara acak, kemudian pada keduanya sama-sama dilakukan pre-test dan post-test sehingga Gall menyebutkan bahwa sebenarnya metode penelitian ini mirip dengan Pre-test-Post-test Experimental Control-Group Design, hanya saja yang berbeda adalah pada proses pemilihan kelompok eksperiman dan kontrolnya saja. Gall et al. (2003: 402) menyebutkan bahwa pada

non-equivalent control-group design: “...the experimental and control groups, and both groups take a pre-test and post-test. Except for random assigment, the steps involved in this design are the same as for the pre-test-post-test experimental control-group design.”

Pada penelitian ini, akan dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama (pre-test) dilakukan terhadap kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yakni kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran direct instruction

sedangkan kelompok kontrol menggunakan model konvensional. Pengukuran kedua dilakukan setelah kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan (post-test),


(8)

dengan perangkat tes yang sama. Perbedaan rata-rata skor tes akhir dengan skor tes awal pada setiap kelompok dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan eksperimen menghasilkan perubahan lebih besar dari pada situasi/perlakuan kelas kontrol. Desain penelitian yang akan dilakukan dapat ditunjukan pada tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Metode Penelitian

Non-Equivalent (Pre-test and Post-test) Control Group Design

Grup Pre Test Perlakuan

(Treatment) Post Test

Kontrol T1 XK T2

Eksperimen T1 XE T2

Keterangan:

T1 = Pre-test atau tes awal dimaksudkan untuk mengetahui procedural knowledge dan kemampuan awal siswa (pada kelas kontrol dan eksperimen).

T2 = Post-test atau tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui procedural knowledge dan kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (pada kelas kontrol dan eksperimen).

XE = Berupa model pembelajaran direct instruction yang diberikan pada kelas

eksperimen.

XK = Berupa model pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelas

kontrol.

D. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran direct instruction.

Model pembelajaran direct instruction adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap atau selangkah demi selangkah. Model direct instruction yang digunakan adalah


(9)

model Joyce et al. (2009, 427), yang terdiri dari lima tahap aktivitas; yakni orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan praktik mandiri. Pada penelitian ini, model direct instruction digunakan untuk kelas eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN 6 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011 pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Penerapan model direct instruction pada standar kompetensi melakukan pekerjaan dengan mesin bubut ini merupakan variabel bebas (X) pada penelitian ini 2. Procedural knowledge.

Procedural knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara

melakukan sesuatu (how to do something). Procedural knowledge pada penelitian ini adalah pengetahuan siswa tentang bagaimana melakukan pekerjaan dengan mesin bubut, khususnya pekerjaan membubut tirus.

Procedural Knowledge merupakan variabel terikat (Y1) pada penelitian ini.

3. Hasil belajar.

Hasil belajar adalah nilai yang didapat Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMKN 6 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011 yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut, setelah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran direct instruction bagi kelas eksperimen dan model konvensional bagi kelas kontrol. Hasil belajar merupakan variabel terikat (Y2) pada penelitian ini.


(10)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2011:148) adalah “suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel.” Sugiyono menambahkan bahwa jumlah instrumen tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Pada penelitian ini terdapat beberapa instrumen diantaranya:

1. Alat tes untuk mengukur variabel procedural knowledge dan hasil belajar ranah kognitif.

Alat tes ini berupa tes tertulis pilihan ganda, digunakan untuk mengukur peningkatan procedural knowledge dan alat tes esai untuk mengukur peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa baik itu sebelum mendapatkan

treatment model pembelajaran direct instruction melalui pre-test dan setelah mendapatkan treatment model pembelajaran direct instruction melalui post-test untuk kelas eksperimen. Alat test ini juga digunakan untuk mengukur

procedural knowledge dan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas kontrol melalui pre-test sebelum pembelajaran konvensional dan post-test setelah pembelajaran konvensional.

2. Alat tes kinerja (performance test) untuk mengukur hasil belajar (afektif dan psikomotor) siswa.

Alat tes kinerja ini berupa lembar observasi kinerja peserta diklat pada saat mengikuti tes. Alat tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar (afektif dan psikomotor) siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) mengikuti model


(11)

pembelajaran direct instruction untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.

3. Angket untuk mengetahui persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran direct instruction.

Angket ini pada penelitian ini dibuat untuk mendapatkan persepsi siswa terhadap model pembelajaran direct instruction, sehingga pertanyaan pada angket ini tidak menuntut jawaban benar atau salah. Bentuk skala yang digunakan pada angket ini adalah skala Likert. Menurut Arikunto (2010: 180):

Skala Likert disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh empat persepsi yang menunjukan tingkatan, misalnya:

SS = sangat sesuai; S = sesuai;

TS = tidak sesuai;

STS = sangat tidak sesuai;

4. Pedoman wawancara untuk mengetahui pendapat para responden mengenai langkah-langkah penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat penerapannya, interaksi antara guru dan siswa, dan persepsi guru terhadap penerapan model direct instruction.

5. Pedoman observasi digunakan untuk mengetahui gambaran nyata mengenai langkah-langkah penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat penerapannya, dan interaksi antara guru dan siswa.

F. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Sugiyono (2011:173) mengemukakan bahwa “valid


(12)

berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.” Dengan menggunakan instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid.

Validitas instrumen dibedakan oleh Sugiyono (2011:173) menjadi “validitas internal dan validitas eksternal.” Validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal instrumen dikembangkan dari fakta empiris yang telah terbukti. Selanjutnya validitas internal dibedakan atas validitas konstrak dan validitas isi. Validitas instrumen yang berupa tes harus memenuhi keduanya, sedangkan yang nontes cukup memenuhi validitas konstrak. Untuk menguji validitas konstrak (Sugiyono, 2011:177) “dapat digunakan pendapat dari ahli atau judgement experts.”

Selanjutnya dilakukan validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan setiap butir soal terhadap seluruh soal yang diberikan. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi, jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi. Untuk menguji validitas butir soal digunakan persamaan korelasi product moment

sebagai berikut:

( ) ( )

( )

(

)

(

( )

)

[

]

− − ⋅ − ⋅ = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rxy (Arikunto, 2010:72)

Keterangan:

xy


(13)

X = jumlah skor X

Y = jumlah skor Y

XY = jumlah skor X dan Y

N = jumlah responden

“Koefisien korelasi yang didapatkan kemudian dikonsultasikan dengan tabel harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikan atau tidaknya korelasi tersebut.” (Arikunto, 2010:75). Jika harga rhitung lebih besar dari harga

kritik rtabel maka korelasi tersebut signifikan, atau butir soal tersebut valid.

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan pada butir soal beberapa alat tes. Uji validitas yang dilakukan untuk alat tes procedural knowledge siswa (Lampiran C.1) hasilnya seluruh butir soal sebanyak 30 butir soal dinyatakan valid. Uji validitas yang dilakukan untuk alat tes hasil belajar siswa (Lampiran C.4) hasilnya seluruh butir soal sebanyak 8 butir soal dinyatakan valid. Uji validitas yang dilakukan untuk angket persepsi siswa (Lampiran C.6) hasilnya seluruh butir angket sebanyak 30 butir angket dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian selain harus valid juga harus reliabel. Instrumen yang reliabel (Sugiyono, 2011:173) adalah “instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown untuk alat objective test procedural knowledge dan angket persepsi siswa, yaitu:


(14)

=1 +2 ( , 2010: 93) Di mana:

r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh instrumen

r1/21/2 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

Sedangkan untuk soal uraian, yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif digunakan rumus Alpha untuk mencari reliabilitas soal. Rumus Alpha yang digunakan adalah sebagai berikut:

= ( ) 1 − (Arikunto, 2010:109) Di mana:

= reliabilitas yang dicari

Σ"# = jumlah varians skor tiap-tiap item

"# = varians total

Setelah didapatkan harga r11 maka hasil tersebut dikonsultasikan dengan

tabel r product moment. Dengan ketentuan ika harga rhitung lebih besar dari harga

kritik rtabel maka korelasi tersebut signifikan, atau soal tersebut reliabel.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan terhadap beberapa data. Pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap soal procedural knowledge siswa (Lampiran C.2) hasilnya adalah bahwa soal tersebut reliabel dengan r11 > rtabel

yaitu 0,843 > 0,339. Pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap soal hasil belajar kognitif siswa (Lampiran C.5) hasilnya adalah bahwa soal tersebut reliabel dengan r11 > rtabel yaitu 0,734> 0,339. Pengujian reliabilitas yang dilakukan

terhadap angket persepsi siswa (Lampiran C.7) hasilnya adalah bahwa angket tersebut reliabel dengan r11 > rtabel yaitu 0,928 > 0,339


(15)

3. Uji Daya Pembeda Instrumen

Pengujian daya pembeda (DP) dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Arikunto (2010:211) bahwa ” daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminasi terdapat nilai negatif (-). Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas testee. Yaitu anak pandai disebut kurang pandai dan anak kurang pandai disebut pandai.

Cara melakukan pengujian daya pembeda adalah dengan membagi dua kelompok skor atas (JA) dan bawah (JB). Selanjutnya dilakukan perhitungan

dengan menggunakan rumus: $ =%&

'& −

%(

'( = )*− )% (Arikunto, 2010: 213) Di mana:

D = Indeks diskriminasi

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.


(16)

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda

Interval DP Kriteria

0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP = (-) Sangat jelek

(Sumber: Arikunto, 2010: 218)

Hasil dari pengujian daya beda soal procedural knowledge (Lampiran C.3) menunjukan bahwa butir soal dengan klasifikasi “baik sekali” sebanyak 3 butir, klasifikasi “baik” sebanyak 24 butir, dan kualifikasi “cukup” sebanyak 3 butir. Dengan demikian semua butir soal bisa digunakan untuk keperluan pengambilan data penelitian.

4. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa putus asa dan tidak bersemangat untuk mencobanya lagi. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (P). Arikunto (2010:207) menyebutkan:

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah.

Rumus untuk mencari indeks kesukaran (P) adalah:


(17)

Di mana:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kemudian nilai P dikonsultasikan dengan ketentuan berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Interval P Kriteria

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang 0,00 < P ≤ 0,30 Sukar

(Sumber: Arikunto, 2010: 218)

Menurut Arikunto (2010: 210), “soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.” Namun demikian soal yang sukar dan mudah juga bisa digunakan untuk keperluan variasi soal. Berdasarkan pengujian taraf kesukaran didapatkan hasil bahwa soal “mudah” sebanyak empat butir soal, soal “sedang” sebanyak 25 soal dan soal “sukar”sebanyak satu soal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes, angket (kuesioner), observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana procedural knowledge siswa serta kemampuan kognitif pada Mata Pelajaran Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto (2006:223) bahwa


(18)

“Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes”.

Alat tes yang diberikan berupa tes objektif pilihan ganda (multiple choice test) dan soal uraian. Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur procedural knowledge siswa, sedangkan soal uraian digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Alat tes diberikan dua kali yaitu pada saat pre-test dan post-test. Pre-test diberikan pada saat sebelum pembelajaran dimulai, sedangkan post-test

diberikan setelah pembelajaran selesai. 2. Angket (kuesioner)

Teknik pengumpulan data melalui angket ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai persepsi siswa tentang model pembelajaran direct instruction.

Sukaran (Sugiyono, 2011: 200) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu “prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan fisik”. Ketiga prinsip itu lebih dirinci oleh Sugiyono (2011: 200) sebagai berikut:

(a) Isi dan tujuan pertanyaan; (b) bahasa yang digunakan; (c) tipe dan bentuk pertanyaan; (d) pertanyaan tidak mendua; (e) tidak menanyakan yang sudah lupa; (f) pertanyaan tidak menggiring; (g) panjang pertanyaan; (h) urutan pertanyaan; (i) prinsip pengukuran; dan penampilan fisik angket.

3. Observasi

Teknik pengumpulan data melalui observasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa terutama dalam hal afektif dan psikomotor. Observasi juga dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai langkah-langkah


(19)

penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat penerapan serta interaksi antara guru dan siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2011: 203) bahwa: “teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia. Proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.”

Dilihat dari posisi observer, maka observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan artinya bahwa peneliti tidak terlibat ikut melakukan apa yang dikerjakan sumber data dan hanya bertindak sebagai pengamat independen. Jika dilihat dari bentuk observasi, maka penelitian ini menggunakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur (Sugiyono, 2011: 205) ialah “observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.”

4. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui data mengenai langkah-langkah penerapan model direct instruction, prasyarat-prasyarat penerapan, interaksi antara guru dan siswa serta persepsi guru tentang penerapan model ini. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu “wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap dengan alternatif jawabannya.” (Sugiyono, 2011:197). Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.


(20)

5. Dokumentasi

Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong, L. J. (2002:161), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan seperti berikut: “(1) dokumen dan record

digunakan karena merupakan sumber yang kaya, stabil dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.” Data dokumen yang digunakan pada penelitian ini adalah foto-foto yang memotret langkah-langkah penerapan model direct instruction.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena dengan menganalisi data, data tersebut dapat memberi arti yang berguna bagi pemecahan masalah penelitian. Data yang diperoleh adalah berupa nilai yang didapat dari tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data-data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi juga akan diolah pada penelitian ini.

Sebelum melakukan pengujian hipotesis statistik, maka dilakukan terlebih dahulu perhitungan statistik deskriptif dengan menggunakan harga frekuensi, standar deviasi, dan rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk membantu perhitungan/analisis data selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah pengujian asumsi-asumsi statistik, yaitu uji homogenitas, uji normalitas distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain), dan uji hipotesis.


(21)

1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menentukan data dari dua kelas homogen atau heterogen. Apabila kelompok data homogen, maka data berasal dari populasi yang sama dan layak untuk diuji menggunakan statistik parametrik. Uji homogenitas untuk data penelitian ini menggunakan uji Bartlett

Tabel 3.4 Harga-harga untuk Uji Bartlett

Sampel Dk 1/(dk) ,- Log ,- (dk) Log ,-

A B

(Sudjana, 2005: 263)

. =∑(∑(- − 1).

-- − 1)

B = log s2 . ∑(ni - 1)

0 = (ln 10).(B - ∑(dk). Log ,- )

Dengan taraf nyata ∝ , Hipotesis H0 : σ12 = σ22 ditolak jika 0 ≥

0( 3)(4 )dan Hipotesis H0 : σ12 = σ22 diterima jika 0 < 0( 3)(4 ) atau

dengan kata lain data homogen. Data hasil pengujian homogenitas nilai pre test

(lampiran C.8) dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini: Tabel 3.5 Uji Homogenitas Pre-test

Kelas 67 = 8 − 9 9 67 :;< =>? :;< 67. =>? :;<

Eksperimen 33 0,0303 53,77 1,7305 57,1065

Kontrol 33 0,0303 58,13 1,7644 58,2252

∑ 66 0,0606 - - 115,3317

, 55,9492

A B , 1,75


(22)

0D-#E F 0,39 0G,HI( ) 3,84

Hipotesis pengujian homogenitas Bartlett ini berlaku JG: " = " . Dengan taraf nyata α, kita tolak hipotesis H0 jika 0 ≥ 0( 3)(4 ), dimana 0 ≥

0( 3)(4 ) didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan

dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan dk =1 didapat 0G,HI( ) = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E F < 0G,HI( ) yaitu 0,39 < 3,84 sehingga hipotesis JG: " = " diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

Data hasil pengujian homogenitas N-Gain Procedural Knowledge (lampiran D.4) dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Uji Homogenitas N-Gain Procedural Knowledge

Kelas 67 = 8 − 9 9 67 :;< =>? :;< 67. =>? :;<

Eksperimen 33 0,0303 0,054 -1,268 -41,844

Kontrol 33 0,0303 0,084 -1,076 -35,5080

∑ 66 0,0606 - - -77,3520

, 0,0690

A B , -1,16

C -76,260

0D-#E F 1,67

0G,HI( ) 3,84

Hipotesis pengujian homogenitas Bartlett ini berlaku JG: " = " . Dengan taraf nyata α, kita tolak hipotesis H0 jika 0 ≥ 0( 3)(4 ), dimana 0 ≥


(23)

dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan dk =1 didapat 0G,HI( ) = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E F < 0G,HI( ) yaitu 1,67 < 3,84 sehingga hipotesis JG: " = " diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians N-Gain Procedural Knowledge

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen dan data dapat diuji menggunakan statistik parametrik.

Data hasil pengujian homogenitas hasil belajar (lampiran D.9) dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7 Uji Homogenitas Hasil Belajar

Kelas 67 = 8 − 9 9 67 :;< =>? :;< 67. =>? :;<

Eksperimen 33 0,0303 0,054 -1,268 -41,844

Kontrol 33 0,0303 0,036 -1,4440 -47,6520

∑ 66 0,0606 - - -89,4960

, 0,0450

A B , -1,35

C -88,9020

0D-#E F 1,37

0G,HI( ) 3,84

Hipotesis pengujian homogenitas Bartlett ini berlaku JG: " = " . Dengan taraf nyata α, kita tolak hipotesis H0 jika 0 ≥ 0( 3)(4 ), dimana 0 ≥

0( 3)(4 ) didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan dk =1 didapat 0G,HI( ) = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E F < 0G,HI( ) yaitu 1,37 < 3,84 sehingga hipotesis JG: " = " diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians hasil belajar kelompok eksperimen


(24)

dan kelompok kontrol adalah homogen dan data dapat diuji menggunakan statistik parametrik.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Menurut Sugiyono (2011: 210) menyatakan bahwa:

Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas.

Uji normalitas distribusi bertujuan untuk menguji hipotesis berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas dapat menggunakan aturan Sturges

dengan memperhatikan tabel berikut ini:

Tabel 3.8 Tabel Persiapan Uji Normalitas

kelas Oi bk Z Tabel Z L Ei (Oi-Ei) (Oi-Ei)2 0 =(Oi-Ei)2/Ei

0 ℎ B=

(Sudjana, 2005: 293) 0 = ∑(LM NM)

NM (Sudjana, 2005: 293) Keterangan:

0 = Chi kuadrat

Oi = Frekuensi nyata Ei = Frekuensi teoritik


(25)

Setelah didapatkan 0 ℎ B, dengan tingkat kepercayaan α dan dk= k – 3 selanjutnya didapatkan 0 (3)(4 O)= 0 PQRS. Kriteria pengujian adalah apabila 0 ℎ B < 0 PQRS maka data dinyatakan normal dan begitu juga sebaliknya. Kesimpulan dari uji normalitas adalah jika hasil uji normalitas data tidak berdistribusi normal, maka dapat dilakukan dengan pengujian non parametrik.

Data hasil uji normalitas data procedural knowledge (lampiran D.6), dapat dilihat pada Tabel 3.9 di bawah ini:

Tabel 3.9 Uji Normalitas Data Procedural Knowledge

Statistik

Pre Test Post Test N-Gain Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

T D-#E F 2,76 1,06 1,68 1,06 1,91 1,06

dk (7 – 3) = 4

α 0,05

T #UVWX 9,49

Syarat 0D-#E F< 0#UVWX atau 0D-#E F< 0G,HI(Y)

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Berdasarkan data dari Tabel 4.11, dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji chi-kuadrat (χ2), dengan menggunakan ketentuan bahwa, data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria 0D-#E F < 0#UVWX dengan dk = (7 – 3) dan taraf nyata α sehingga kriteria menjadi 0D-#E F< 0G,HI(Y). Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa bahwa 1,91 < 9,49 dengan demikian maka data

procedural knowledge berdistribusi normal. Maka pengujian hipotesis dapat menggunakan statistik parametrik.


(26)

Data hasil uji normalitas data hasil belajar (lampiran D.8), dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini:

Tabel 3.10 Uji Normalitas Data Hasil Belajar

Statistik

Pre-Test Post-Test N-Gain

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

T D-#E F 1,95 2,88 1,68 2,88 1,68 2,88

dk (7 – 3) = 4

α 0,05

T #UVWX 9,49

Syarat 0D-#E F< 0#UVWX atau 0D-#E F< 0G,HI(Y)

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Berdasarkan data dari Tabel 3.10, dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji chi-kuadrat (χ2), dengan menggunakan ketentuan bahwa, data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria 0D-#E F < 0#UVWX dengan dk = (7 – 3) dan taraf nyata α sehingga kriteria menjadi 0D-#E F< 0G,HI(Y). Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa bahwa 1,68 < 9,49 dengan demikian maka data hasil belajar berdistribusi normal. Sehingga pengujian hipotesis bisa dilanjutkan menggunakan statistik parametrik

3. Gain yang Dinormalisasi (N-Gain)

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post test) kurang dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 3 dari 4 ke


(27)

7 dan siswa yang memiliki gain 3 dari 7 ke 10 dari suatu soal dengan nilai maksimal 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 7 ke 10 akan lebih berat dari pada meningkatkan 4 ke 7.

Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama, belum tentu memiliki N-gain hasil belajar yang sama. Hake (1998) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi

(normalize gain).

Analisis gain yang dinormalisasi digunakan untuk mengetahui kriteria normalisasi gain yang dihasilkan. Kelebihan penggunaan model pembelajaran

direct instruction dan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan

procedural knowledge dan peningkatan hasil belajar ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-Gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-Gain) dapat dihitung dengan persamaan:

B =

+_`a\+Z[\ +Z]^+Z]^

(Richard R Hake, 1998: 66)

Di sini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari kedua metode, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir, Spost adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya


(28)

≥ 0,7, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g ≥ 0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah.

4. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis yang dilakukan penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Pada statistik inferensial ada dua kemungkinan penggunaan statistik, yaitu statistik parametrik dan non parametrik. Jika data yang akan dianalisis berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan statistik parametrik dan jika datanya tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini, data yang didapat berdistribusi normal dan homogen, maka menggunakan statistik parametrik yaitu t-test.

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Sugiyono (2011: 273), untuk sampel independen (tidak berkorelasi) dengan jenis data interval menggunakan t-test. Untuk melakukan t-test syaratnya data harus homogen dan normal. Berdasarkan pertimbangan dalam memilih rumus t-test, yaitu bila n1 = n2, varians homogen (" = " ), maka

dapat digunakan rumus uji t-test dengan pooled varians, yaitu:

=

bcd bc

e(fdgd)hd i(f gd)h

fdi f g jfdd k f d l

(Sugiyono, 2011: 273)

Dengan derajat kebebasan (dk) = (n1+ n2) – 2


(29)

Tabel 3.11 Persiapan Uji t-test

No.

Eksperimen (KBM dengan model pembelajaran direct instruction)

Kontrol

(KBM dengan model pembelajaran konvensional)

Pre-Test Post-Test Peningkatan Pre-Test Post-Test Peningkatan

1

a

x1 x1b N − nP

=xx p − x q

rqst− x q

a

x1 x1b N − nP

=xx p − x q

rqst− x q

N

na

x xnb N − nP

=xxup − xuq

rqst− xuq

na

x xnb N − nP

=xxup − xuq

rqst− xuq

= = = 2 1 1 1 s x n = = = 2 2 2 2 s x n Dimana:

x1a = Skor pre-test

x1b = Skor post-test

xmaks = Skor maksimum

n1 = Jumlah sampel pada kelas eksperimen

n2 = Jumlah sampel pada kelas kontrol

v̅ = Rata-rata N-Gain kelas eksperimen v̅ = Rata-rata N-Gain kelas kontrol , = Varians N-Gain kelas eksperimen , = Varians N-Gain kelas kontrol

Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai t table. Terima HA, jika thitung > ttabel pada taraf nyata α = (0,05)

dengan dk=n1+n2-2.

I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Selain data kuantitatif yang perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi juga perlu diuji keabsahan datanya. Pengujian yang dilakukan menurut Sugiyono (2011: 366)


(30)

meliputi uji: “credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas)”.

Pengujian kredibilitas data menurut Sugiyono (2011:368) antara lain dilakukan dengan “perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan

member check.” Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan triangulasi dan

member check. Triangulasi menurut Wiersma (Sugiyono, 2011:372) ialah: “it assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data, sources or multiple data collection procedures” Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

Transferability merupakan validitas eksternal data, sehingga berkenaan dengan sejauh mana hasil penelitian bisa digeneralisasi (digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain). Prinsip transferability dalam penelitian dicapai (Sugiyono, 2011: 376) dengan “membuat laporan penelitian yang berisikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis dan dapat dipercaya.” Dengan demikian pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian, sehingga bisa memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Untuk memenuhi kriteria

transferability peneliti membuat laporan penelitian yang sistematis berdasarkan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2011.

Prinsip dependability sama dengan reliabilitas, untuk pemenuhan kriteria dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Cara untuk melakukan uji dependability menurut Sugiyono


(31)

(2011:377) adalah “dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.” Untuk memenuhi kriteria

dependability dalam penelitian ini, maka peneliti selalu mengkonsultasikan kepada pembimbing setiap tahap perkembangan penelitian sehingga pembimbing dapat mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Pengujian konfirmability disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif apabila telah disepakati banyak orang. Pemenuhan kriteria konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Sugiyono (2011:378) menyatakan bahwa bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Rancangan pemenuhan kriteria

konfirmability dalam penelitian ini ialah dengan selalu menjungjung tinggi sikap objektivitas semaksimal mungkin melalui penggunaan metode, dan teknik pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan kajian serta pendekatan dalam penelitian itu sendiri. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan merupakan hasil dari proses yang dilakukan.


(1)

Data hasil uji normalitas data hasil belajar (lampiran D.8), dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini:

Tabel 3.10 Uji Normalitas Data Hasil Belajar

Statistik

Pre-Test Post-Test N-Gain

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

T D-#E F 1,95 2,88 1,68 2,88 1,68 2,88

dk (7 – 3) = 4

α 0,05

T #UVWX 9,49

Syarat 0D-#E F< 0#UVWX atau 0D-#E F< 0G,HI(Y)

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Berdasarkan data dari Tabel 3.10, dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji chi-kuadrat (χ2), dengan menggunakan ketentuan bahwa, data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria 0D-#E F < 0#UVWX dengan dk = (7 – 3) dan taraf nyata α sehingga kriteria menjadi 0D-#E F< 0G,HI(Y). Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa bahwa 1,68 < 9,49 dengan demikian maka data hasil belajar berdistribusi normal. Sehingga pengujian hipotesis bisa dilanjutkan menggunakan statistik parametrik

3. Gain yang Dinormalisasi (N-Gain)

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post test) kurang dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 3 dari 4 ke


(2)

7 dan siswa yang memiliki gain 3 dari 7 ke 10 dari suatu soal dengan nilai maksimal 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 7 ke 10 akan lebih berat dari pada meningkatkan 4 ke 7.

Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama, belum tentu memiliki N-gain hasil belajar yang sama. Hake (1998) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi

(normalize gain).

Analisis gain yang dinormalisasi digunakan untuk mengetahui kriteria normalisasi gain yang dihasilkan. Kelebihan penggunaan model pembelajaran

direct instruction dan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan

procedural knowledge dan peningkatan hasil belajar ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-Gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang dinormalisasi (N-Gain) dapat dihitung dengan persamaan:

B =

+Z[\ +Z]^

+_`a\ +Z]^

(Richard R Hake, 1998: 66)

Di sini dijelaskan bahwa g adalah gain yang dinormalisasi (N-gain) dari kedua metode, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir, Spost adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya


(3)

≥ 0,7, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g

0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah.

4. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis yang dilakukan penelitian ini menggunakan statistik inferensial. Pada statistik inferensial ada dua kemungkinan penggunaan statistik, yaitu statistik parametrik dan non parametrik. Jika data yang akan dianalisis berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan statistik parametrik dan jika datanya tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka digunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini, data yang didapat berdistribusi normal dan homogen, maka menggunakan statistik parametrik yaitu t-test.

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data peningkatan hasil belajar siswa. Menurut Sugiyono (2011: 273), untuk sampel independen (tidak berkorelasi) dengan jenis data interval menggunakan t-test. Untuk melakukan t-test syaratnya data harus homogen dan normal. Berdasarkan pertimbangan dalam memilih rumus t-test, yaitu bila n1 = n2, varians homogen (" = " ), maka

dapat digunakan rumus uji t-test dengan pooled varians, yaitu:

=

bcd bc

e(fdgd)hd i(f gd)h

fdi f g jfdd k f d l

(Sugiyono, 2011: 273)

Dengan derajat kebebasan (dk) = (n1+ n2) – 2


(4)

Tabel 3.11 Persiapan Uji t-test No.

Eksperimen (KBM dengan model pembelajaran direct instruction)

Kontrol

(KBM dengan model pembelajaran konvensional)

Pre-Test Post-Test Peningkatan Pre-Test Post-Test Peningkatan

1

a

x1 x1b N − nP

=xx p − x q rqst− x q

a

x1 x1b N − nP

=xx p − x q rqst− x q N

na

x xnb N − nP

=xxup − xuq rqst− xuq

na

x xnb N − nP

=xxup − xuq rqst− xuq

= = = 2 1 1 1 s x n = = = 2 2 2 2 s x n Dimana:

x1a = Skor pre-test

x1b = Skor post-test

xmaks = Skor maksimum

n1 = Jumlah sampel pada kelas eksperimen

n2 = Jumlah sampel pada kelas kontrol

v̅ = Rata-rata N-Gain kelas eksperimen v̅ = Rata-rata N-Gain kelas kontrol , = Varians N-Gain kelas eksperimen , = Varians N-Gain kelas kontrol

Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai t table. Terima HA, jika thitung > ttabel pada taraf nyata α = (0,05)

dengan dk=n1+n2-2.

I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Selain data kuantitatif yang perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi juga perlu diuji keabsahan datanya. Pengujian yang dilakukan menurut Sugiyono (2011: 366)


(5)

meliputi uji: “credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas)”.

Pengujian kredibilitas data menurut Sugiyono (2011:368) antara lain dilakukan dengan “perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan

member check.” Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan triangulasi dan

member check. Triangulasi menurut Wiersma (Sugiyono, 2011:372) ialah: “it assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data, sources or multiple data collection procedures” Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

Transferability merupakan validitas eksternal data, sehingga berkenaan dengan sejauh mana hasil penelitian bisa digeneralisasi (digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain). Prinsip transferability dalam penelitian dicapai (Sugiyono, 2011: 376) dengan “membuat laporan penelitian yang berisikan uraian yang rinci, jelas dan sistematis dan dapat dipercaya.” Dengan demikian pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian, sehingga bisa memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Untuk memenuhi kriteria

transferability peneliti membuat laporan penelitian yang sistematis berdasarkan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2011.

Prinsip dependability sama dengan reliabilitas, untuk pemenuhan kriteria dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Cara untuk melakukan uji dependability menurut Sugiyono


(6)

(2011:377) adalah “dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.” Untuk memenuhi kriteria

dependability dalam penelitian ini, maka peneliti selalu mengkonsultasikan kepada pembimbing setiap tahap perkembangan penelitian sehingga pembimbing dapat mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

Pengujian konfirmability disebut juga dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif apabila telah disepakati banyak orang. Pemenuhan kriteria konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Sugiyono (2011:378) menyatakan bahwa bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Rancangan pemenuhan kriteria

konfirmability dalam penelitian ini ialah dengan selalu menjungjung tinggi sikap objektivitas semaksimal mungkin melalui penggunaan metode, dan teknik pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan kajian serta pendekatan dalam penelitian itu sendiri. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan merupakan hasil dari proses yang dilakukan.