d pu 0809515 chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain, Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini berupaya untuk menghasilkan model pembelajaran bahasa yang mengintegrasikan nilai cinta untuk membentuk sikap kebersamaan di kalangan peserta didik, yang didasarkan pada kondisi atau kebutuhan nyata di sekolah, khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA). Sesuai dengan maksud tersebut, maka bentuk penelitian yang relevan adalah Research and Development (R&D).

Secara umum prosedur kerja dalam penelitian dan pengembangan ini ditempuh dengan langkah sebagai berikut (Gall, Gall, dan Borg ( 2003: 775), yaitu: (1) Research and information collecting planning. Mengkaji dan mengumpulkan informasi, termasuk dengan membaca literatur, mengobservasi, interviu dan menyiapkan laporan tentang kebutuhan pengembangan. (2) Planning. Merencanakan prototipe komponen yang akan dikembangkan, termasuk di dalamnya menentukan/mendefinisikan keterampilan yang akan dikembangkan, merumuskan tujuan, menentukan urutan kegiatan pembelajaran, menyusun skala pengukuran dan uji kemungkinan dalam skala kecil. (3) Develop preliminary form of product. menyusun/mengembangkan produk awal/prototipe awal. (4) Preliminary field testing, melakukan treatment/ujicoba terbatas terhadap produk model awal


(2)

(termasuk melakukan pengamatan, interviu, dan angket ). Dalam tahapan ini akan dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK). (5) Main product revision. Revisi hasil treatment dari produk model awal. (6) Main field testing. Penerapan uji coba lapangan (observasi, interview). Data kuantitatif pada awal (pre) dan akhir (post) pengajaran dikumpulkan dan dievaluasi. (7) Operational product revision. Melakukan revisi produk, berdasarkan hasil ujicoba lapangan. (8) Operational field testing. Melakukan ujicoba lapangan. (9) Final product revision. Melakukan revisi akhir terhadap model dan menetapkan produk akhir. (10) Dissemination and implementation. Melakukan diseminasi dan implementasi/distribusi ke berbagai pihak.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan di atas, dalam penelitian ini selanjutnya disederhanakan sesuai dengan kondisi dan kegunaan praktis di lapangan. Kesepuluh langkah yang disampaikan oleh Borg & Gall (1979; 2003) di atas, dimodifikasi ke dalam tiga tahapan yakni tahap studi pendahuluan dan pengembangan model/prototipe melalui kegiatan eksplorasi, tahap pengujian model/prototipe, dan tahap desiminasi model/prototipe. Pada tahap awal (Tahap I) kegiatan dimulai dari kajian kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan sikap kebersamaan serta faktor pembentuknya. Selain itu, pada tahap ini dilakukan juga kajian terhadap fakta empirik melalui hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan sikap kebersamaan dan nilai cinta. Di samping melakukan kegiatan-kegiatan


(3)

sebagaimana dijelaskan di atas, pada tahap ini juga dilakukan kajian eksplorasi mengenai praktik pembelajaran di sekolah, terutama yang terkait dengan kandungan atau muatan sikap kebersamaan dan nilai cinta. Pada akhirnya, pada tahap ini disusun model awal (prototipe) dari model integrasi nilai cinta untuk membentuk sikap kebersamaan.

Pada tahap II, atau tahap perancangan model awal, kegiatan penelitian terfokus pada ujicoba terbatas model awal yang telah dirancang. Dalam kegiatan ini dikaji bagaimana tanggapan (respons) siswa maupun guru terhadap model yang diujicoba. Selain itu, kegiatan pada tahap ini juga mencakup observasi terhadap berbagai komponen pembelajaran dari model integrasi nilai cinta untuk membangun kebersamaan yang sudah dikembangkan. Hasil akhir dari kegiatan pada tahap ini adalah merevisi model sesuai dengan tanggapan (respons) maupun hasil observasi yang dilakukan.

Pada tahap III, yakni tahap desiminasi model, kegiatan penelitian mencakup kegiatan ujicoba lebih luas yang melibatkan guru-guru Bahasa Inggris. Melalui tanggapan (respons) dan hasil observasi yang dilakukan pada saat ujicoba dilakukan, maka disusun model akhir dari penelitian ini, yakni model integrasi nilai cinta untuk mengembangkan sikap kebersamaan di kalangan peserta didik.

Kegiatan yang dilakukan mulai dari tahap pertama (perencanaan dan mengembangan model atau prototipa), tahap kedua (pengujian model) dan


(4)

tahap ketiga (diseminasi model) memiliki rangkaian kegiatan yang berkelanjutan. Artinya, penelitin akan diawali dengan kegiatan tahap I, kemudian Tahan II baru kegiatan Tahap III. Apabila uraian di atas disajikan dalam bentuk diagram, maka akan tampak seperti ditunjukkan pada Diagram 3.1. TAHAP I: STUDI PENDAHULUAN Kajian Kepustakaan Kajian Hasil Penelitian Relevan

Studi Eksplorasi Analisis Kebutuhan Kegiatan Pembelajaran Nilai Cinta

TAHAP II: PENGEMBANGAN MODEL TAHAP III: Ujicoba Terbatas: Perencanaan, Pelaksanaan Pembelajaran Integrasi Nilai

Cinta

Perancangan Model Awal Integrasi Nilai Cinta untuk Membentuk Sikap Kebersamaan

Tanggapan dan Observasi Pembelajaran

Ujicoba Luas: Tanggapan dan Observasi terhadap Pelaksanaan Model

Revisi Model: Integrasi Nilai Cinta untuk Membentuk Sikap Kebersamaan


(5)

Diagram 3.1

Alur Penelitian Integrasi Nilai Cinta untuk Membentuk Sikap Kebersamaan 1. Tahap I: Studi Pendahuluan

Tahap ini dilakukan baik melalui studi kepustakaan maupun penelitian lapangan (kajian empirik). Pada tahap ini dilakukan terlebih dahulu studi literatur. Kajian kepustakaan dilakukan dengan mengkaji teori, konsep dan hasil-hasil penelitian yang relevan untuk mendukung studi pendahuluan di lapangan. Literatur yang dikaji adalah yang berhubungan dengan kajian tentang esensi sikap kebersamaan dan nilai cinta, serta langkah-langkah pembelajaran yang ada dan pernah dikembangkan, pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris baik dari buku, hasil penelitian maupun jurnal ilmiah. Dengan kata lain, semua kepustakaan yang terkait dengan model pembelajaran nilai cinta yang dikembangkan.

Di antara bahan baku kerangka pikir yang digunakan dalam penyusunan desain model konseptual/hipotetik pembelajaran dalam penelitian ini mengacu pada hasil studi eksplorasi. Model konseptual tersebut berangkat dari teori dasar konstruktivistik asumsi, antara lain sebagai berikut. Dalam perspektif konstruktivisme, proses perubahan bagi pembelajaran sesungguhnya akan bermakna bilamana didasarkan dari pengalaman dan

Model Akhir: Integrasi Nilai Cinta untuk Membentuk Sikap Kebersamaan


(6)

kebutuhan peserta didik. Peserta didik sesungguhnya memiliki potensi dan tidak bodoh, mereka punya prakarsa, dan apabila distimulasi mereka mampu mengembangkan dirinya sendiri.

Dalam kegiatan tahap I, kajian literatur yang didapat belum cukup untuk dapat merancang/mengembangkan suatu produk model integrasi nilai cinta untuk mengembangkan sikap kebersamaan khususnya di SMA yang ada di Kalimantan Barat. Oleh sebab itu diperlukan data/informasi yang akurat, yang merefleksikan situasi yang terjadi atau yang ada di lapangan. Kegiatan penelitian di lapangan dilakukan dengan pengamatan dan wawancara. Observasi persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran ditujukan kepada para guru Bahasa Inggris dan peserta didik. Wawancara diarahkan kepada para guru, peserta didik dan Kepala SMA di sekolah tempat penelitian.

Beberapa data/informasi yang diperoleh sebagai dasar untuk pengembangan model ini adalah sebagai berikut:

a) Bagaimana desain dan implementasi model integrasi nilai cinta untuk mengembangkan sikap kebersamaan yang telah dilakukan selama ini? b) Bagaimana aktivitas dan motivasi belajar peserta didik selama proses

pembelajaran?

c) Bagaimana respons peserta didik terhadap model pembelajaran yang dilakukan guru khususnya dalam kaitan dengan pengembangan sikap kebersamaan?


(7)

d) Bagaimana sarana-prasarana pembelajaran yang tersedia di lingkungan SMA yang mendukung integasi nilai cinta untuk mengembangkan sikap kebersamaan?

e) Bagaimana hambatan guru dalam mengembangkan pembelajaran yang mampu membentuk sikap kebersamaan di kalangan peserta didik?

Berangkat dari kajian literatur dan kajian di lapangan tersebut maka, pada tahap ini, peneliti melakukan penyusunan/perencanaan draft model (konsep model) pembelajaran integrasi nilai cinta untuk membentuk sikap kebersamaan di kalangan peserta didik SMA. Rancangan draft model/produk pendidikan yang dikembangkan, untuk selanjutnya pada tahap kedua, pengembangan model, diujicobakan dengan sampel terbatas (kelas tertentu SMA Negeri 2 Pontianak) dan dengan sampel lebih luas (semua kelas SMA Negeri 2 Pontianak)

Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu “uji coba di atas meja” (desk try out) atau disebut juga (desk evaluation) oleh para pembimbing untuk melihat kelayakan draft model baik terhadap kelayakan dasar-dasar konsep atau teori yang digunakan dan juga kelayakan praktis model tersebut. Berdasarkan hasil verifikasi/rivieu tersebut dilakukan penyempurnaan draft model hipotetik beserta instrumen lainnya, seperti test dan angket evaluasi diri. Kemudian sebelum dilakukan uji coba secara terbatas, maka dilakukan terlebih dahulu diskusi intensif dengan guru Bahasa Inggris, yang dilibatkan


(8)

dalam kegiatan penelitian ini. Pertemuan sosialisasi draft model hipotetik ini dilakukan pada 26 Juni 2010 di SMA Negeri 2 Pontianak, kepada lima orang guru Bahasa Inggris yang ada di SMA Negeri 2 Pontianak. Hasil dari diskusi ini, dilakukan penyempurnaan draft model hipotetik, yang berikutnya siap untuk diujicobakan oleh guru Bahasa Inggris tersebut. Dalam diagram 3.2 di bawah ini, dapat dilihat proses kegiatan penelitian di tahap studi pendahuluan.

Diagram 3.2

Kegiatan Tahap Perencanaan dan Pengembangan Model Kondisi Pembelajaran

Bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Pontianak

Sikap kebersamaan 1. Respect 2. Kindness 3. Responsibility 4. Equality 5. Harmony 6. Justice Dokumentasi Observasi Wawancara Angket

PAKAR

PRAKTISI

Konsep Pembelajaran Bahasa Inggris Konsep Sikap Kebersamaan, Konsep Nilai Cinta,

Rancangan Model Integrasi Nilai Cinta


(9)

2. Tahap Pengembangan Model

Pada tahap ini model awal diujicoba, kemudian dilakukan analisis untuk perbaikan hingga diperoleh model revisi integrasi nilai cinta untuk membentuk sikap kebersamaan di kalangan peserta didik. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru Bahasa Inggris SMA Negeri 2 Pontianak. Kolaboratif dalam mencari tindakan-tindakan yang mana yang bisa memberikan perbaikan bagi tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pada uji coba terbatas, hanya melibatkan dua guru Bahasa Inggris yang ada di SMA Negeri 2 Pontianak yang mengajar di kelas XI dan XII RSBI. Hasil evaluasi terhadap hasil uji coba terbatas dilakukan revisi dan penyempurnaan. Setelah itu, dilakukan ujicoba secara luas pada kelas XI RSBI yang ada di SMA Negeri 2 Pontianak. Dari hasil uji coba luas ini kemudian dilakukan penyempurnaan produk/model yang siap untuk diuji validitasnya.

Pihak yang dilibatkan dalam revisi dan penyempurnaan adalah pembimbing, ahli dan guru Bahasa Inggris. Ahli atau pakar dilibatkan dalam memberikan komentar, kritik, dan saran terhadap pengembangan draft model, khususnya pada ujicoba terbatas. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan


(10)

dipadukan dengan pendapat, temuan guru Bahasa Inggris sebagai pelaksana. Hasil diskusi terhadap setiap kegiatan uji coba ini adalah dasar untuk merevisi dan merancang produk final model pembelajaran integrasi nilai cinta untuk membentuk sikap kebersamaan.

3. Tahap Pengujian Model

Pada tahap ini, dilakukan pengujian terhadap keefektivan dari model yang sudah disempurnakan melalui proses pengembangan model sebagaimana dijelaskan pada uraian yang lalu. Pengujian keefektifan rancangan final model yang dikembangkan ini melibatkan peserta didik kelas RSBI yang ada di SMA Negeri 2 Pontianak. Jumlah guru yang dilibatkan adalah guru-guru Bahasa Inggris yang mengajar di kelas XI, XII RSBI yang ada di sekolah tersebut. Analisis data pada tahap ini juga dilakukan secara kualitatif, dengan mengacu pada cara kerja Huberman dan Miles, yakni: reduksi, penyajian data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan.

B. Definisi Operasional

Fokus penelitian ini adalah pengembangan model integrasi nilai-nilai cinta pada pembelajaran bahasa di SMA Negeri 2 Pontianak dalam upaya pembentukan sikap kebersaman. Untuk menghindari kesalahpahaman pemaknaan terhadap fokus penelitian ini, berikut ini dijelaskan defines operasionalnya:


(11)

1. Pengembangan Model Integrasi Nilai Cinta

Pengertian model yang dikemukakan Joyce (2011:76) adalah “Models are

developed patterns that have been submitted to research and

development”. Dalam kontek penelitian ini pengembangan model adalah

mengembangkan model atau pola yang sudah ada untuk tujuan penyempurnaan sehingga model tersebut lebih baik dan sesuai (appropriate) dengan kondisi pembelajaran pada masa kini.

Pengertian integrasi menurut A Standard Dictionary adalah “to

incorporate into a larger unit: bringing together into larger whole”. Menurut Fraenkel (1977:7) ”A value is an idea - a concept about what someone thinks is important for life”. Secara umum, cinta dapat diartikan “Love is the emotion of strong affection and personal attachment”.

Merujuk pemahaman di atas, maka model integrasi nilai-nilai cinta pada penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai cinta pada proses pembelajaran bahasa, khususnya Bahasa Inggris.

2. Sikap Kebersamaan

Sikap kebersamaan dalam penelitian ini dipadankan dengan pengertian atau makna learning to live together. Menurut UNESCO misi utama konsep tersebut adalah pembangunan sikap memahami, menghargai, menghormati dan toleransi terhadap orang lain, seperti memahami dan


(12)

menghargai keyakinan, nilai-nilai dan budayanya. Konsep ini diharapkan dapat menghindari konflik atau tindakan kekerasan pada umat manusia, dan selanjutnya dapat menciptakan perdamaian. Disamping itu, konsep ini akan lebih mengenal bahwa perbedaan (differences) dan keragaman (diversity) lebih sebagai peluang (opportunities) daripada bahaya (danger) dan sebagai sumber yang berharga untuk menciptakan hal-hal yang baik bagi kebrsamaan umat manusia.

C. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Pemilihan SMA Negeri 2 Pontianak ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah ini di Kalimantan Barat adalah sekolah yang berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Bahasa pengantar di sekolah ini untuk mata pelajaran kelompok IPA (matematika, fisika, kimia dan biologi) menggunakan bilingual (dua bahasa), yakni Indonesia dan Inggris. Pertimbangan lain memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah prestasi akademik sekolah ini menempati ranking 2 di tingkat SMA Kota Pontianak.

Berdasarkan kondisi realistik yang ada tersebut serta anjuran Gall, Gall dan Borg (2003:572) bahwa untuk tesis atau disertasi diperbolehkan untuk dilakukan dalam skala kecil, maka penelitian pengembangan ini dilakukan di SMA Negeri 2 Pontianak. Agar kemajuan penelitian dapat


(13)

diobservasi, maka pada setiap tahapan penelitian diambil subyek penelitian yang berbeda-beda jumlahnya. Subyek penelitian ini adalah guru Bahasa Inggris dan siswa SMA Negeri 2 Pontianak.

Tahap pertama penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XI RSBI SMA Negeri 2 Pontianak. Untuk kegiatan interview, responden siswa dilakukan secara purposive random sampling diambil 10 orang siswa tiap kelas tersebut. Tahap pertama penelitian ini, observasi juga dilakukan terhadap semua siswa yang ada dan sedang mengkuti pembelajaran Bahasa Inggris sebagai responden untuk diamati. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang penyelenggaraan pembelajaran Bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Pontianak. Sasaran observasi adalah aktivitas siswa dan guru dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

Di samping observasi dan interview pada peserta didik, di tahap pertama penelitian ini dilakukan juga pengumpulan data dalam bentuk interview kepada para guru Bahasa Inggris.

Pada tahap pengujian model, saat dilakukan uji coba terbatas terhadap draft model, pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling di kelas XI RSBI SMA Negeri 2 Pontianak. Sampel yang dilibatkan adalah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Pemilihan karakteristik sampel ini seperti ini didasarkan atas pertimbangan bahwa peserta didik di kelas ini diajar dengan menggunakan Bahasa Inggris. Mereka diharapkan dapat berpartisifasi


(14)

aktif dalam memberikan kritik serta saran yang lebih tajam dan leluasa dibanding peserta didik kelas di bawahnya. Masih pada tahap yang sama (tahap pengujian model) juga dilakukan secara luas di dua kelas berbeda XI dan XII RSBI.

Pada tahap III (diseminasi), ujicoba dilakukan dalam skala yang lebih luas yakni dengan melibatkan semua peserta didik di kelas XI dan XII RSBI SMA Negeri 2 Pontianak. Harapannya adalah agar diperoleh informasi tentang validitas model yang dikembangkan.

D. Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat berupa kualitatif dan kuantitatif. Untuk data yang bersifat kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada cara pengumpulan data yang bersifat interaktif-sirkuler dan non interaktif-sirkuler (Goetz dan LaComte,1984). Metode interaktif sirkuler digunakan untuk mengumpulkan data wawancara dan observasi, sedangkan non-interaktif digunakan untuk mengumpulkan data dokumentasi. Teknik tersebut dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan pertanyaan peneliti yang muncul pada saat itu.

Observasi dilakukan mulai pada tahap perencanaan dan pengembangan model, tahap pengujian model, serta pada tahap desiminasi model. Observasi ini diarahkan untuk mendapatkan data kemampuan dan performa guru, aktivitas pembelajaran siswa, pemanfaatan media, sumber


(15)

belajar yang digunakan, hingga evaluasi pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan observasi ini dilakukan secara langsung oleh peneliti sendiri pada tahap perencanaan dan pengembangan model serta pada tahap pengujian dan tahap desiminasi model.

Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa (subjek penelitian), baik sebelum (tahap penelitian pendahuluan dan tahap pengembangan model) atau sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan model integrasi nilai cinta dalam pembentukan sikap kebersamaan. Dengan kata lain, wawancara dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti halnya kegiatan observasi. Kegiatan wawancara ini dilakukan agar data yang diperoleh dengan observasi dan angket menjadi lebih lengkap sehingga dapat digunakan untuk merancang final model/produk pendidikan dalam penelitian ini.

Selama kegiatan pengumpulan data yang bersifat kualitatif digunakan alat pengumpul data berupa tape recorder, kamera, dan catatan lapangan. Tape recorder digunakan untuk merekam pembicaraan selama wawancara, sedangkan kamera digunakan untuk merekam kegiatan yang diobservasi. Catatan lapangan (fieldnotes) di samping digunakan untuk mencatat hasil wawancara dan observasi digunakan juga untuk mencatat data yang terdapat dalam dokumen yang mendukung studi ini. Dokumen dimaksud terkait dengan komponen pembelajaran yang mengandung nilai cinta, termasuk di


(16)

dalamnya berbagai data/informasi profil dan kelengkapan administrasi guru (silabus dan RPP).

Untuk data yang bersifat kuantitatif, alat pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Angket yang diberikan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian. Angket pertama diberikan pada responden guru dan mahasiswa dan angket kedua (self evaluation) diberikan pada tahap pengembangan dan pengujian model. Angket yang pertama digunakan untuk mendapatkan data bagaimana proses pembelajaran yang memuat nilai cinta (sebelum dilakukan penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini) yang terkait dengan proses dan hasil belajarnya. Jumlah sampel peserta didik yang diberikan angket adalah sejumlah responden yang terdapat dalam tahap pengembangan model dan pada tahap pengujian model. Adapun fokus dari data yang dikumpulkan melalui angket ini adalah sikap kebersamaan siswa. Selain itu, angket untuk peserta didik ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengalaman mereka dalam mengikuti pembelajaran bahasa yang mengandung nilai cinta dan hambatan yang mereka hadapi dalam upaya meningkatkan sikap kebersamaan.

Angket untuk guru digunakan untuk menjaring pengalaman mereka dalam mempersiapkan pemmbelajaran, mengembangkan materi, serta melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa dengan muatan nilai cinta. Di samping itu, angket untuk guru ini juga digunakan untuk menjaring


(17)

kondisi/hambatan mereka dalam mengintegrasikan nilai cinta untuk mengembangkan sikap kebersamaan.

Bentuk angket yang disusun dalam tahap ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Dengan dua bentuk pertanyaan tersebut diharapkan data yang diinginkan dari responden akan lebih jelas, representatif dan terhindar bias.

Pemberian angket tahap kedua (evaluasi diri), berbentuk rating scale yang diberikan pada siswa saja untuk mendapatkan data kondisi motivasi dan sikap kebersamaan mereka.

Panduan observasi disusun dalam upaya untuk menjaring data yang terdapat di dalam proses pembelajaran Bahasa Inggeris di kelas dan situasi nyata di sekitarnya, baik saat penelitian pendahuluan, maupun pada tahap pengembangan model. Bentuk instrumen observasi ini disusun secara terbuka dan tertutup. Lembar observasi terbuka yang peneliti maksudkan adalah kegiatan mencatat semua temuan data hasil pengamatan selama berlangsungnya proses perkuliahan berlangsung, sedangkan yang bersifat tertutup peneliti mencatat data temuan berdasarkan panduan observasi yang sudah disusun sebelumnya.

E. Teknik Analisis Data

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.


(18)

1. Analisis Data Tahap Perencanaan dan Pengembangan Model

Teknik analisis data yang digunakan dalam tahap ini adalah deskriptif-kualitatif. Analisis data ini dilakukan secara berulang-ulang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan fokus yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.

Pada prinsipnya teknik analisis data dilakukan sepanjang kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, model analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang mengacu pada Miles dan Huberman (1987:23) sebagaimana tampak pada gambar 3.3. berikut ini.

Data Collection

Data Display Data

Reduction

Conclusion: Drawing/

verification Gambar 3.3

Komponen Analisis Data Model Interaktif

Untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sungguhnya ada di lapangan maka perlu diuji kredibilitas hasil. Di samping dilakukan dengan trianggulasi ke sumber data, pengecekan keabsahan data dilakukan pula dengan trainggulasi motode


(19)

dan teori, analisis kasus negatif dan pengecekan sejawat. Trianggulasi dilakukan pada siswa dan guru

Untuk menilai proses penelitian yang telah ditempuh sampai dalam bentuk laporan penelitian berupa disertasi, dilakukan dependabilitas data. Tujuannya adalah agar kekeliruan di dalam mengkonseptualisasikan kegiatan penelitian dapat ditanggulangi. Teknik yang digunakan untuk menguji dependabilitas penelitian pada tahap ini adalah dependability audit. Auditor dependen untuk pengujian dependabilitas penelitian ini adalah promotor, ko-promotor serta anggota Promotor disertasi ini.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, dependabilitas dan konfirmabilitas perlu diuji keakuratannya oleh berbagai pihak melalui penelusuran audit. Penelusuran audit ini tidak dapat dilakukan jika tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian yang perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing. Pada penelitian ini semua catatan dan rekaman kejadian selama kegiatan penelitian disimpan baik dalam bentuk rekaman, fieldnotes maupun compact disk (CD) dan dapat ditelusuri oleh siapa saja yang berkepentingan dengan data tersebut.

Penulisan laporan penelitian pada tahap pertama ini, tidak saja menampilkan temuan dari observasi, angket, dokumen, tetapi juga hasil wawancara yang merupakan bentuk penguatan data dari catatan lapangan.


(20)

Untuk memperjelas isi ungkapan para responden yang diwawancarai, maka sejalan dengan penelitian yang bersifat etnografis dalam penelitian tindakan kelas, dilakukan penulisan kembali isi ungkapan responden (direct speech) tersebut (Cresswell, 1998).

2. Analisis Data pada Tahap Pengujian Model

Pada tahap ini, analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Seperti dikatakan oleh Dick dan Carey (dalam Gall;Gall; Borg, 2003: 572), bahwa tahapan “formative evaluation” dilakukan secara utama dengan metode kualitatif, walaupun metode kuantitatif seperti data tes atau laporan peringkat kemampuan diri juga diperbolehkan. Analisis data secara kualitatif pada tahap ini dilakukan mengikuti kaidah-kaidah analisis data kualitatif sebagaimana dilakukan pada penelitian tindakan kelas. Kolaborasi dengan guru selaku praktisi dan siswa serta pakar pendidikan terus dilakukan selama proses pengembangan model pembelajaran ini.

Untuk analisis data yang bersifat kuantitatif, digunakan statistik deskriptif. Penggunaan analisis ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pada tahap pengembangan peneliti ingin melihat perkembangan hasil ujicoba dari ujicoba terbatas hingga ujicoba secara luas. Data yang dianalisis adalah data hasil angket yang diberikan kepada siswa.


(21)

Hasil analisis dan refleksi ini menjadi bahan untuk dilakukan revisi terhadap model pada siklus berikutnya yang dikembangkan hingga memperoleh rancangan model yang final.

3. Analisis Data pada Tahap Pengujian Model

Pada tahap pengembangan dari penelitian ini menghasilkan model yang sudah valid, namun masih harus diujicobakan lagi agar keefektifitas model tersebut dalam pembelajaran dapat diketahui secara jelas.

Data yang diperoleh dari hasil ujicoba tersebut, dianalisis dengan statistik deskriptif dan kualitatif. Penggunaan statistik deskriptif didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam ujicoba model ini peneliti ingin mengetahui dampak yang dirasakan oleh guru dan siswa setelah keseluruhan pembelajaran selesai dilaksanakan.

F. Menguji Efektivitas

Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini akan menerapkan metode preexperimengtal design. Desain yang digunakan adalah Quasi-Experimental Design yaitu Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control group Design. Creswell (1994:132) mengemukakan ”... a popular approach to quasi-experiments, the experimental group A and the control group B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and a posttest, and only the experimental group received the treatment.”. Group A yang sebagai


(22)

kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakukan sedangkan Group B sebagai kelompok kontrol (control group) tidak mendapatkan perlakuan. Kedua kelompok akan mendapatkan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Hasil tes tersebut akan dianalisis untuk melihat efek daripada perlakuan tersebut.

Model Quasi-Experimental Design

Group A 0 --- X --- 0 Group B 0 --- 0

Sumber: Creswell (1994:132) Catatan: X - treatment

Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap mental, dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas. Untuk dapat memahami dan memberikan makna kepada data yang dikumpulkan, dilakukan dengan analisis dan interpretasi yang dilakukan secara terus menerus, yakni reduksi data, pemrosesan satuan,


(23)

kategorisasi data, triangulasi, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih “grounded“.

Penelitian ini lebih difokuskan untuk mengkaji suatu proses pengembangan model integrasi nilai, proses pembelajaran dan pembentukan sikap, maka pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. McMillan dan Schumacher (2001:398) dalam suatu pembahasan mendalam tentang pendekatan kualitatif mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas merupakan sesuatu yang bersifat ganda, saling berinteraksi, dan didalamnya terjadi pertukaran pengalaman-pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu”. Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian kualitatif menyakini bahwa realitas sesungguhnya merupakan sebuah konstruksi sosial ketika individu atau kelompok menemukan atau memperoleh sejumlah makna dalam satu kesatuan yang spesifik, seperti dari beberapa peristiwa, orang, proses atau tujuan.

Cressell (1994:145) mengemukakan bahwa “pendekatan kualitatif lebih melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam satu kesatuan yang saling terkait dan lebih menekankan pada proses daripada dampak atau hasil”. Dengan demikian, kegiatan penelitian lebih memfokuskan pada proses pengintegrasian nilai-nilai cinta pada pembelajaran bahasa dan upaya pembentukan sikap


(24)

(1)

dan teori, analisis kasus negatif dan pengecekan sejawat. Trianggulasi dilakukan pada siswa dan guru

Untuk menilai proses penelitian yang telah ditempuh sampai dalam bentuk laporan penelitian berupa disertasi, dilakukan dependabilitas data. Tujuannya adalah agar kekeliruan di dalam mengkonseptualisasikan kegiatan penelitian dapat ditanggulangi. Teknik yang digunakan untuk menguji dependabilitas penelitian pada tahap ini adalah dependability

audit. Auditor dependen untuk pengujian dependabilitas penelitian ini

adalah promotor, ko-promotor serta anggota Promotor disertasi ini.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, dependabilitas dan konfirmabilitas perlu diuji keakuratannya oleh berbagai pihak melalui penelusuran audit. Penelusuran audit ini tidak dapat dilakukan jika tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian yang perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing. Pada penelitian ini semua catatan dan rekaman kejadian selama kegiatan penelitian disimpan baik dalam bentuk rekaman,

fieldnotes maupun compact disk (CD) dan dapat ditelusuri oleh siapa saja

yang berkepentingan dengan data tersebut.

Penulisan laporan penelitian pada tahap pertama ini, tidak saja menampilkan temuan dari observasi, angket, dokumen, tetapi juga hasil


(2)

101

Untuk memperjelas isi ungkapan para responden yang diwawancarai, maka sejalan dengan penelitian yang bersifat etnografis dalam penelitian tindakan kelas, dilakukan penulisan kembali isi ungkapan responden

(direct speech) tersebut (Cresswell, 1998).

2. Analisis Data pada Tahap Pengujian Model

Pada tahap ini, analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Seperti dikatakan oleh Dick dan Carey (dalam Gall;Gall; Borg, 2003: 572), bahwa tahapan “formative evaluation” dilakukan secara utama dengan metode kualitatif, walaupun metode kuantitatif seperti data tes atau laporan peringkat kemampuan diri juga diperbolehkan. Analisis data secara kualitatif pada tahap ini dilakukan mengikuti kaidah-kaidah analisis data kualitatif sebagaimana dilakukan pada penelitian tindakan kelas. Kolaborasi dengan guru selaku praktisi dan siswa serta pakar pendidikan terus dilakukan selama proses pengembangan model pembelajaran ini.

Untuk analisis data yang bersifat kuantitatif, digunakan statistik deskriptif. Penggunaan analisis ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pada tahap pengembangan peneliti ingin melihat perkembangan hasil ujicoba dari ujicoba terbatas hingga ujicoba secara luas. Data yang dianalisis adalah data hasil angket yang diberikan kepada siswa.


(3)

Hasil analisis dan refleksi ini menjadi bahan untuk dilakukan revisi terhadap model pada siklus berikutnya yang dikembangkan hingga memperoleh rancangan model yang final.

3. Analisis Data pada Tahap Pengujian Model

Pada tahap pengembangan dari penelitian ini menghasilkan model yang sudah valid, namun masih harus diujicobakan lagi agar keefektifitas model tersebut dalam pembelajaran dapat diketahui secara jelas.

Data yang diperoleh dari hasil ujicoba tersebut, dianalisis dengan statistik deskriptif dan kualitatif. Penggunaan statistik deskriptif didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam ujicoba model ini peneliti ingin mengetahui dampak yang dirasakan oleh guru dan siswa setelah keseluruhan pembelajaran selesai dilaksanakan.

F. Menguji Efektivitas

Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini akan menerapkan metode

preexperimengtal design. Desain yang digunakan adalah Quasi-Experimental

Design yaitu Nonequivalent (Pretest and Posttest) Control group Design.

Creswell (1994:132) mengemukakan ”... a popular approach to quasi-experiments, the experimental group A and the control group B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and a posttest, and


(4)

103

kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakukan sedangkan Group B sebagai kelompok kontrol (control group) tidak mendapatkan perlakuan. Kedua kelompok akan mendapatkan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Hasil tes tersebut akan dianalisis untuk melihat efek daripada perlakuan tersebut.

Model Quasi-Experimental Design

Group A 0 --- X --- 0 Group B 0 --- 0

Sumber: Creswell (1994:132) Catatan: X - treatment

Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap mental, dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas. Untuk dapat memahami dan memberikan makna kepada data yang dikumpulkan, dilakukan dengan analisis dan interpretasi yang dilakukan secara terus menerus, yakni reduksi data, pemrosesan satuan,


(5)

kategorisasi data, triangulasi, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih “grounded“.

Penelitian ini lebih difokuskan untuk mengkaji suatu proses pengembangan model integrasi nilai, proses pembelajaran dan pembentukan sikap, maka pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. McMillan dan Schumacher (2001:398) dalam suatu pembahasan mendalam tentang pendekatan kualitatif mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas merupakan sesuatu yang bersifat ganda, saling berinteraksi, dan didalamnya terjadi pertukaran pengalaman-pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu”. Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian kualitatif menyakini bahwa realitas sesungguhnya merupakan sebuah konstruksi sosial ketika individu atau kelompok menemukan atau memperoleh sejumlah makna dalam satu kesatuan yang spesifik, seperti dari beberapa peristiwa, orang, proses atau tujuan.

Cressell (1994:145) mengemukakan bahwa “pendekatan kualitatif lebih melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam satu kesatuan yang saling terkait dan lebih menekankan pada proses daripada dampak atau hasil”. Dengan demikian, kegiatan penelitian lebih memfokuskan pada proses pengintegrasian nilai-nilai cinta pada pembelajaran bahasa dan upaya pembentukan sikap


(6)