Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Roudlotul Jannah NIM : 111 10 003 JurusanProgdi : TarbiyahPAI Judul : PEMIKIRAN HAMKA TENTANG NILAI-NILAI

PEMIKIRAN HAMKA TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI SKRIPSI

  Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) Oleh: ROUDLOTUL JANNAH NIM 11110003 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website Achmad Maimun, M.Ag. Dosen STAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Sdri. Roudlotul Jannah Kepada:

  Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Roudlotul Jannah NIM : 111 10 003 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI Judul : PEMIKIRAN HAMKA TENTANG NILAI-NILAI

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

  Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 12 Januari 2015 Pembimbing

  Achmad Maimun, M.Ag.

  

SKRIPSI

PEMIKIRAN HAMKA TENTANG NILAI-NILAI

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DISUSUN OLEH

ROUDLOTUL JANNAH

  

NIM: 11110003

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Februari

  

2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1

Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A.

  Sekretaris Penguji : Achmad Maimun, M.Ag. Penguji I : Miftachur Rif‟ah, M.Ag. Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd.

  Salatiga, 21 Februari 2015 Ketua STAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 19670112 199203 1 005

KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Bismillahirrohmanirrohim Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Roudlotul Jannah NIM : 11110003 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 12 Januari 2015 Yang Menyatakan, Roudlotul Jannah Nim: 11110003

  

MOTTO

    

  

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar - b enar berbudi pekerti yang

agung”

(Q.S Al-Qolam (68): 4)

  ِا ُِل اَمنَّ

ِق َلَْخَْلا َمِراَكَم ُتْثِعُب

َمَِّتَ

  

"Sesungguhnya saya diutus di bumi ini untuk menyempurnakan

akhlak (budi pekerti) yang mulia (H.R.Bukhori dan Abu Dawud)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan izin Allah skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

  1. Kedua orang tua saya (bapak Ngatminanto dan ibu Jazariyatun) yang selalu penulis hormati, yang telah memberikan motivasi dan inspirasi sehingga

penulis bisa lebih semangat dalam mengerjakan skripsi ini. Dalam do

‟a penulis selalu meminta, semoga dalam hidup ini Allah SWT selalu meridhoi cita-cita penulis untuk menjadi anak sholikhah yang bisa menyenangkan hati kedua orang tua dan bisa selalu menempatkan posisi keduanya pada derajat yang Engkau muliakan.

  2. Kakakku Uswatun Khasanah dan Agus Badawi yang telah menjadi penyemangat hidupku dalam meraih kehidupan yang lebih baik.

  3. Dosen pembimbing skripsiku bapak Achmad Maimun, M.Ag., yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya untuk membimbing saya dengan penuh ketulusan dan kesabaran.

  4. Dosen-dosen STAIN Salatiga, terimakasih telah mengalirkan ilmu yang dimiliki dan mendidik dengan penuh keihlasan serta kesabaran. Terimakasih, jasa-jasamu tidak akan saya lupakan.

  5. Abah As‟ad Haris Nasution, ibunda Nyai Fatihah Ulfah Imam Fauzi, ibunda Nyai Husnul Halimah, dan abah Taufiqurrahman serta ustadz-ustadzah Pon- Pes Al-Manar yang telah berjuang dalam agama Allah SWT.

  6. Sahabat-sahabatku Awalina Maftukhah, Fajar Khusnul Mufidah, Ika Fitri Handayani, Atin Handayani, yang selalu menemani penulis dalam perkuliahan di STAIN Salatiga dan yang telah memberikan motivasi serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  7. Semua temen-teman PAI angkatan 2010 khususnya PAI A, terimakasih atas kebersamaan yang telah mewarnai perjalanan di STAIN Salatiga ini.

  8. Mas Thoif Ahmad, yang telah memberikan motivasi serta dukungan terbaiknya dalam menyelesaikan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi dengan judul

  “Pemikiran Hamka Tentang Nilai-nilai Pendidikan

Budi Pekerti”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

  3. Bapak Rasimin, S.Pdi., M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan sumbangan pemikiran terbaiknya dalam masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

  5. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

  6. Segenap dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

  7. Ayahku (Ngatminanto) dan ibuku (Jazariyatun) yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta dengan tulus ikhlas mendoakan agar cepat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

  8. Kakakku (Uswatun Khasanah) dan (Agus Badawi) yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

  9. Para pustakawan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam menggali wacana.

  10. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tidak bias penulis sebutkan satu- persatu. Terimakasih atas segala bantuan dan do‟anya.

  Akhirnya penulis hanya bisa berdo‟a semoga Allah senantiasa memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kajian yang akan datang.

  Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, amin.

  Salatiga, 12 Januari 2015 Penulis, Roudlotul Jannah

  

ABSTRAK

Jannah, Roudlotul. 2015. Pemikiran Hamka Tentang Nilai-Nilai Pendidikan Budi

  Pekerti. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag.

  Kata kunci: Nilai-nilai, Pendidikan, Budi Pekerti, Hamka.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji pemikiran Hamka

tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui

penelitian ini adalah (1) bagaimana pemikiran Hamka tentang nilai-nilai

pendidikan budi pekerti?, dan (2) bagaimana relevansi pemikiran Hamka tentang

nilai-nilai pendidikan budi pekerti dengan pendidikan saat ini?. Untuk menjawab

pertanyaan tersebut maka penelitian menggunakan pendekatan kepustakaan.

  Metode penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian kepustakaan

(Library research), sumber data primernya adalah Tafsir al-Azhar dan buku-buku

karya Hamka yang berkaitan dengan pembahasan penelitian di antaranya adalah

buku Akhlaqul Karimah, buku Lembaga Budi, buku Lembaga Hidup, dan buku

Tasawuf Modern, sedangkan sumber data sekundernya adalah buku-buku lain

yang relevan dengan obyek pembahasan penulis.

  Adapun teknis analisa data menggunakan metode deduktif dan induktif.

Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran Hamka tentang nilai-

nilai pendidikan budi pekerti yaitu (a) nilai pendidikan budi pekerti terhadap

Allah berupa ketakwaan, keimanan, tawakkal, syukur, taubat, sabar, dan

istiqamah, (b) nilai pendidikan budi pekerti terhadap diri sendiri berupa tanggung

jawab, iffah, dan pengendalian diri, (c) nilai pendidikan budi pekerti terhadap

orang tua berupa birrul walidain, dan mentaati kedua orang tua dalam kebaikan,

(d) nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang lain berupa kejujuran, amanah,

pemaaf, dermawan, rendah hati, kemanusiaan, toleransi, keadilan dan ihsan.

  

Adapun relevansi pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti

dengan pendidikan saat ini adalah sama-sama terdapat nilai pendidikan religius,

nilai pendidikan kejujuran, nilai pendidikan toleransi, nilai pendidikan peduli

sosial, dan nilai pendidikan tanggung jawab, sehingga pemikiran Hamka tentang

nilai-nilai pendidikan budi pekerti sangat tepat jika diajarkan pada pendidikan saat

ini. Skripsi ini di dalamnya terdapat kesimpulan yang penting, bahwasannya

Hamka membahasakan budi pekerti sangat luas, tetapi sebenarnya kalau

dispesifikkan yang dimaksud nilai pendidikan budi pekerti terhadap Allah tidak

lain adalah penanaman nilai pendidikan akidah, nilai pendidikan budi pekerti

terhadap diri sendiri tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan tasawuf, nilai

pendidikan budi pekerti terhadap orang tua tidak lain adalah penanaman nilai

pendidikan birrul walidain, dan nilai pendidikan budi pekerti terhadap orang lain

tidak lain adalah penanaman nilai pendidikan sosial.

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO .............................................................................. ...ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ......................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... v

MOTTO ...................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 E. Telaah Pustaka ................................................................................... 6 F. Penegasan Istilah ................................................................................ 7 G. Metode Penelitian ............................................................................ 10 H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13 BAB II BIOGRAFI HAMKA A. Konteks Internal ............................................................................... 16

  2. Aspek Pendidikan ........................................................................ 17 3.

  Aspek Karir dan Peran ................................................................ 19 B. Konteks Eksternal ............................................................................ 22 1.

  Aspek Sosial Politik .................................................................... 22 2. Aspek Sosial Keagamaan ............................................................ 24 3. Aspek Kultural ............................................................................ 26 4. Pemikiran-pemikiran yang Berpengaruh ..................................... 27 C. Karya-karyanya ................................................................................ 29

  BAB III TINJAUAN KARYA HAMKA A. Penamaan Tafsir Al-Azhar .............................................................. 35 1. Faktor yang Melatarbelakangi Tersusunnya Tafsir Al-Azhar ..... 35 2. Sebab Dinamai Tafsir Al-Azhar .................................................. 35 B. Karya Hamka Tentang Budi Pekerti Selain dalam Tafsir Al-Azhar 36 1. Buku Akhlaqul Karimah ............................................................. 36 2. Buku Lembaga Budi .................................................................... 38 3. Buku Lembaga Hidup ................................................................. 40 4. Buku Tasauf Moderen ................................................................. 40 BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI A. Tinjauan Konseptual tentang Budi Pekerti ............................................ 42 B. Pemikiran Hamka tentang Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti ............... 46 C.

  Relevansi Pemikiran Hamka tentang Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti dengan pendidikan saat ini

  .................................................................. 98

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 107 B. Saran .............................................................................................. 108 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih menekankan aspek

  intelektual saja. Kepandaian otak ternyata belum cukup untuk membantu anak didik menjadi manusia yang lebih utuh, bahkan bagi beberapa siswa kepandaian otak malah membantu siswa berperilaku yang merugikan orang lain (Soewandi, 2005: 107).

  Pendidikan remaja, bukanlah hanya soal pendidikan dan pengembangan pengetahuan, apalagi hanya otak. Hal itu tidak cukup, karena hanya akan membawa orang mengerti, tetapi belum pasti bahwa mereka dapat hidup berselaras dengan Tuhan, orang tua, dan orang lain (Soewandi, 2005: 111).

  Melihat realita saat ini kemerosotan budi pekerti sudah terjadi di negara ini, terutama generasi muda. Kenakalan remaja setiap tahun menunjukkan peningkatan yang cukup kompleks. Di antara mereka terlibat narkoba, terlibat tawuran, terlibat seks bebas, akses media porno, aborsi, berlagak jagoan, dan perbuatan yang mengandung unsur negatif lainnya. Mengatasi kenakalan remaja, merupakan tanggung jawab bersama terutama orang tuanya untuk mengingatkan mereka agar menjauhi tingkah laku yang buruk yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

  Bentuk kenakalan remaja di Indonesia salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN) sudah melakukan penelitian yang menyatakan bahwa 50

  • – 60 persen pengguna narkoba di
Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN dan UI adalah sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. Di antara jumlah itu, 48% di antaranya adalah pecandu dan sisanya sekedar coba-coba dan pemakai. Demikian seperti disampaikan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) BNN dan Kombes Pol Sumirat Dwiyanto seperti dihubungi detik Health pada hari Rabu 6 Juni 2012 diakses 24 April 2014).

  Uraian di atas menunjukkan bahwa pengguna narkoba di Indonesia kebanyakan adalah dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Dengan demikian pendidikan budi pekerti itu sangat penting, terutama bagi para pelajar dan mahasiswa. Banyak tokoh Nasional maupun Internasional yang menjelaskan di dalam karya-karyanya tentang pendidikan budi pekerti yang seharusnya perlu dijadikan pembelajaran bagi masyarakat, khususnya bagi para pelajar dan mahasiswa.

  Salah satu tokoh yang menjelaskan tentang pendidikan budi pekerti adalah Hamka. Beliau adalah ulama besar, ahli tafsir, imam besar masjid, ahli sejarah, petinggi politik. Beliau pernah menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), petinggi Muhammadiyah, hingga menjadi novelis, sastrawan, pujangga di Indonesiakses 3 April 2014).

  Menurut Hamka budi pekerti adalah suatu persediaan yang telah ada pada jiwa seseorang, yang dapat menimbulkan tingkah laku dengan mudah, tanpa membutuhkan pemikiran. Ukuran untuk menetapkan budi pekerti adalah

  Allah SWT telah berfirman memuja Nabi-Nya dengan menyatakan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya di dalam al- Qur‟an surat Al-

  Qolam (68) ayat 4 yang berbunyi:

  ٍمْيِظَع ٍقُلُخ ىَلَعَل َكمنِاَو

  “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar, berbudi pekerti yang luhur ” (Tim Departemen Agama RI, 2006: 564).

  Di dalam hadis riwayat Bukhori dan Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:

  َمنَِّاا ِق َلَْخَْلا َمِراَكَم ُِل ُتْثِعُب َمَِّتَ

  “Sesungguhnya saya diutus di muka bumi ini untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia” (Faruq, 2005: 121).

  Maka dari itu pendidikan budi pekerti memang sangat diperlukan oleh seorang muslim terlebih generasi muda. Seorang muslim seharusnya semenjak dini haruslah diajarkan tentang pendidikan budi pekerti Islam, supaya mereka kelak bisa mengemban tugas serta tanggung jawab dengan baik yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang, serta sebagai bahan acuan bagi para remaja muslim dalam bertingkah laku sehari-hari, supaya mereka dapat mencapai keselamatan serta kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.

  Berdasarkan permasalahan di atas, dan begitu besarnya perhatian serta usaha yang dicurahkan Hamka dalam menampilkan pendidikan budi pekerti yang mengangkat skripsi yang berjudul “Pemikiran Hamka tentang Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti? 2.

  Bagaimana relevansi pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti dengan pendidikan saat ini?

C. Tujuan penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Mengetahui pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti.

  2. Mengetahui relevansi pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi dengan pendidikan saat ini.

D. Manfaat penelitian

  Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah di atas mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis a.

  Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi khasanah keilmuan pendidikan di Indonesia secara umum dan pendidikan Islam pada b.

  Sebagai salah satu sumbangan dari pokok-pokok pemikiran Hamka tentang pendidikan budi pekerti pada masa mendatang.

2. Manfaat praktis a.

  Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan panduan bahwa pendidikan budi pekerti memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan perilaku remaja di lingkungan sekitarnya.

  b.

  Bagi orang tua, penelitian ini dapat dijadikan panduan dalam membimbing remaja agar memiliki budi pekerti yang luhur.

  c.

  Bagi remaja, dengan penelitian ini nantinya dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan budi pekerti, supaya dapat diaplikasikan dalam bertingkah laku sehari-hari, serta dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.

E. Telaah Pustaka

  Hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan budi pekerti pernah dikaji oleh beberapa tokoh, salah satu di antaranya adalah kajian pemikiran tokoh Hamka.

  Akan tetapi penulis belum menemukan tulisan yang secara khusus membahas dan mengupas secara komprehensif tentang “Pemikiran Hamka tentang Nilai-nilai

  Pendidikan Budi Pekerti”. Sejauh yang penulis ketahui, kajian tentang pemikiran

  Hamka sendiri telah diangkat sebagai skripsi oleh Nur Kholis yang berjudul

  “Studi Komparasi antara Konsep Hamka dengan Abdullah Nasih Ulwan tentang pendidikan Akhlak”, adapun fokus masalahnya membahas tentang persamaan dan

  perbedaan pemikiran Hamka dan Abdullah Nasih Ulwan tentang Pendidikan Akhlak, serta hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada persamaan dan perbedaan pemikiran antara Hamka dan Abdullah Nasih Ulwan tentang Pendidikan Akhlak. Pendidikan akhlak menurut keduanya merupakan upaya adanya proses akhlak pada diri manusia untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, yang pada akhirnya berorientasi pada percapaian kebahagiaan dunia akhirat. Perbedaan antara keduanya yaitu pandangan Hamka lebih bersifat objektif. Semua manusia mempunyai kewajiban untuk mendapatkan pendidikan akhlak, terutama pada mereka yang terbiasa dengan perangai atau tabi‟at yang jelek, sehingga diharapkan tabi‟at tersebut berubah menjadi lebih baik. Sementara Abdullah Nasih Ulwan berpendapat bahwa tabi‟at atau perangai merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dirubah. Lingkungan dan pendidikan orang tua sangat mempengaruhi dalam bentuk tabi‟at manusia (Kholis, 2003: x).

  Dari penelitian di atas, sejauh pengamatan penulis belum ada yang membahas pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti.

  Penelitian di atas penulis gunakan untuk memperkuat penelitian terkait pemikiran Hamka tentang nilai-nilai pendidikan budi pekerti. Harapan penulis dengan penelitian ini dapat melengkapi informasi yang ada sebelumnya dan menambah wacana khasanah keilmuan.

F. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Pengertian nilai menurut beberapa pendapat sebagai berikut: a.

  Nilai adalah sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1989: 615).

  b.

  Nilai adalah sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan (Saliman dan Sudarsono, 1994: 157). c.

  Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan- perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106).

  d.

  Nilai berarti aspek kepribadian yang bersifat menilai yang menjadi dasar pegangan dan kriteria bagi orang bersangkutan dalam menentukan baik atau buruk, bermanfaat atau tidak dan penting atau tidak penting (Asifudin, 2004: 161).

2. Pengertian pendidikan menurut beberapa pendapat sebagai berikut: a.

  Pendidikan berasal dari kata didik, kemudian mendapatkan awalan pe- dan akhiran -an yang berarti pengukuhan sikap dan tata perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewesakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1989: 263).

  b.

  Pendidikan adalah semua perbuatan dan usaha dari seorang pendidik untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya (Saliman dan Sudarsono, 1994: 178).

  c.

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara (Maslikhah 2009: 130).

  d.

  Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Hasbullah, 2009: 4).

  e.

  Pendidikan ialah menanamkan akhlak yang utama, budi pekerti yang luhur serta didikan yang mulia dalam jiwa anak-anak, sejak kecil sampai ia menjadi orang yang kuasa untuk hidup dengan kemampuan usaha dan tenaganya sendiri (Al-Ghulayaini, 2009: 315).

3. Pengertian budi pekerti menurut beberapa pendapat sebagai berikut: a.

  Budi adalah alat batin yang merupakan panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk, sedangkan pekerti adalah perangai, tabiat, akhlak, watak (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1989: 131).

  b.

  Menurut Saliman dan Sudarsono (1994: 37), budi adalah akal, daya untuk berfikir.

  c.

  Budi pekerti adalah suatu persediaan yang telah ada pada jiwa seseorang, yang dapat menimbulkan tingkah laku dengan mudah, tanpa membutuhkan pemikiran (Hamka, 1992: 4).

  d.

  Budi sering diartikan sebagai nalar, pikiran, akal. Dengan nalar itulah, orang berpekerti yaitu bertindak baik. Maka pelajaran budi pekerti, menjadi pelajaran tentang etika hidup bersama (bertindak baik) yang berdasarkan nalar. Ada unsur kesadaran dan ada unsur melaksanakan kesadaran itu (Soewandi, 2005: 112).

  e.

  Menurut Syadzili (2005: 7), budi pekerti atau akhlak adalah tata cara berperilaku dan berhubungan dengan orang lain.

  Jadi nilai pendidikan budi pekerti adalah suatu sifat yang diperoleh seseorang melalui proses belajar dalam rangka mengembangkan potensi diri, sehingga dapat mendorong untuk melaksanakan tingkah laku yang baik dan benar.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan.

  Obyek penelitian digali lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen (Zed, 2004: 89).

2. Sumber Data

  Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

  research), maka data yang diperoleh bersumber dari literatur. Adapun yang

  menjadi sumber data primer adalah karya Hamka yaitu Tafsir al-Azhar dan buku-buku karya Hamka yang berkaitan dengan pembahasan penelitian di antaranya adalah buku Akhlaqul Karimah, buku Lembaga Budi, buku Lembaga Hidup, dan buku Tasauf Modern.

  Kemudian yang menjadi sumber data sekunder diantaranya adalah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam karya Taufik Abdullah, Ensiklopedi Islam Indonesia karya Harun Nasution, Ensiklopedi Pendidikan karya Soegarda Poerbakawatja dan Harahab, Ensiklopedi Al- Qur‟an karya Ahmad Fawaid Syadzili, buku Politik Bermoral Agama: Tafsir Politik Hamka karya Ahmad Hakim dan M. Thalhah, buku Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym karya Muchlas Samani dan Hariyanto, dan buku-buku yang lain yang bersangkutan dengan obyek pembahasan penulis.

3. Teknik pengumpulan data

  Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan tafsir, ensiklopedi, dan buku.

  Adapun yang menjadi sumber data primer yaitu karya Hamka yaitu Tafsir al- Azhar dan buku-buku karya Hamka yang berkaitan dengan pembahasan penelitian di antaranya adalah buku Akhlaqul Karimah, buku Lembaga Budi, buku Lembaga Hidup, dan buku Tasauf Modern. Dan sumber data sekunder di antaranya adalah Ensiklopedi Tematis Dunia Islam karya Taufik Abdullah, Ensiklopedi Islam Indonesia karya Harun Nasution, Ensiklopedi Pendidikan karya Soegarda Poerbakawatja dan Harahab, Ensiklopedi Al- Qur‟an karya Ahmad Fawaid Syadzili, buku Politik Bermoral Agama: Tafsir Politik Hamka karya Ahmad Hakim dan M. Thalhah, buku Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym karya Sulaiman Al-Kumayi, buku Konsep dan Model Pendidikan Karakter karya Muchlas Samani dan Hariyanto, dan buku yang relevan lainnya.

  Setelah data terkumpul maka penulis mengidentifikasi ayat-ayat al- Qur‟an dan buku-buku karya Hamka yang membahas tentang pendidikan budi pekerti, kemudian penulis mencocokkan ayat-ayat al- Qur‟an yang berkaitan tentang pendidikan budi pekerti dengan tafsir al-Azhar, langkah selanjutnya penulis mengidentifikasi nilai pendidikan budi pekerti yang terkandung di dalam tafsir al-Azhar dan buku-buku karya Hamka yang membahas tentang pendidikan budi pekerti, sehingga penulis dapat memperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Teknik analisis data

  Yaitu penanganan terhadap suatu obyek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai halnya.

  Macam-macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut: a.

  Deduktif Yaitu apa saja yang di pandang benar pada suatu peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga untuk semua peristiwa yang termasuk di dalam jenis itu (Hadi, 1981: 36).

  Metode ini digunakan penulis untuk menganalisa data tentang budi pekerti di sekitar kita, baik budi pekerti kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada orang tua, dan kepada orang lain.

  b.

  Induktif Yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa- peristiwa yang kongkret, kemudian dari peristiwa-peristiwa yang khusus itu ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1981: 42).

  Metode ini penulis gunakan untuk menganalisa ayat-ayat al- Qur‟an dalam tafsir al-Azhar dan buku-buku Hamka yang membahas tentang pendidikan budi pekerti, sehingga dapat diketahui nilai-nilai pendidikan budi pekerti yang terkandung di dalamnya, guna ditarik kesimpulan dan dicari relevansinya dengan pendidikan saat ini.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca nantinya dapat memahami tentang isi skripsi ini dengan mudah, penulis berusaha memberikan sistematika penulisan dengan penjelasan secara garis besar. Skripsi ini terdiri dari lima bab, maka disusunlah pembahasan dalam suatu sistematika sebagai berikut:

  BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Telaah Pustaka F. Penegasan Istilah G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan BAB II Biografi Hamka A. Konteks Internal, yang meliputi: aspek geneologis, aspek pendidikan, aspek karir dan peran. B. Konteks Eksternal, yang meliputi: aspek sosial politik, aspek sosial keagamaan, aspek kultural dan pemikiran-pemikiran yang berpengaruh.

  C.

  Karya-karyanya, yang meliputi: buku dibidang sastra, buku dibidang politik dan budaya, buku dibidang keagamaan Islam, majalah dan tafsir.

  BAB III Tinjauan Tafsir Al-Azhar A. Penamaan Tafsir al-Azhar, yang meliputi: faktor yang melatarbelakangi tersusunnya Tafsir al-Azhar, dan sebab dinamai

  Tafsir al-Azhar .

  B.

  Karakteristik Penafsiran Tafsir al-Azhar, yang meliputi: landasan penafsiran Tafsir al-Azhar, metode penafsiran Tafsir al-Azhar, corak penafsiran Tafsir al-Azhar dan langkah-langkah penafsiran Tafsir al-Azhar .

  C.

  Karya Hamka Tentang Budi Pekerti Selain Dalam Tafsir al- Azhar.

  BAB IV Nilai-Nilai Pendidikan Budi Pekerti A. Tinjauan Konseptual Tentang Budi Pekerti, yang meliputi: persamaan serta perbedaan moral, etika, akhlak, budi pekerti dan pengertian akhlak maupun budi pekerti menurut para ahli.

  B.

  Pemikiran Hamka tentang Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti.

  C.

  Relevansi Pemikiran Hamka tentang Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti dengan Pendidikan Saat Ini.

  BAB V Penutup berisi Kesimpulan dan Saran.

BAB II BIOGRAFI HAMKA A. Konteks Internal 1. Aspek Geneologis Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah, lahir

  pada tanggal 17 Februari 1908 bertepatan dengan (14 Muharram 1329 H) di Kampung Molek, Barat. Dia lahir sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara dan dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran agama diakses 24 Maret 2014).

  Hamka merupakan keturunan dari seorang ulama terkenal yang berasal dari Maninjau bernama Abdullah Saleh murid dari Tuanku Pariaman Panglima Perang Tuanku Imam Bonjol. Ayah Hamka bernama Syekh Haji Abdul Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan panggilan Haji Rasul yang terlahir pada 10 Februari 1879 M di Kepala Kebun, Betung Panjang, Nagari Sungai Batang, Maninjau,

  Minangkabau diakses 17 Mei 2014).

  Ayah Hamka adalah pelopor gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau. Saat berusia 17 tahun, dia dibawa ke Makkah untuk memperdalam pengetahuannya pada ulama-ulama di tanah suci. Pada tahun 1941 ayahnya ditangkap dan diasingkan oleh pihak Belanda ke Sukabumi karena fatwa-fatwa yang dikeluarkannya dianggap mengganggu keamanan dan keselamatan umum pada masa itu diakses 17 Mei 2014).

  Akhirnya, ayah Hamka wafat di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1945, dua bulan sebelum proklamasi. Pada tahun 1976 makamnya dipindahkan ke kampung halamannya, Muara Pauh, Sungai Batang, Maninjau diakses 17 Mei 2014).

  Sementara ibu Hamka, bernama Siti Shafiyah berasal dari keturunan seniman di Minangkabau. Adapun kakek Hamka dari ayahnya, yakni akses 24 Maret 2014).

2. Aspek Pendidikan a.

  Lembaga pendidikan yang pernah dimasuki Hamka mengikuti pendidikan formal hanya sampai kelas 2

  Sekolah Dasar. Setelah kelas 2 Sekolah Dasar, dia tidak pernah bersekolah formal lagi. Hamka lebih suka belajar sendiri. Dalam usia 6 tahun (1914) dia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Dari ayahnya, Hamka mendapat pendidikan agama, seperti nahwu, sharaf, hadis, dan fikih sehingga beliau lebih cepat pandai daripada kawan sebayanya (Pramuko, 2001: 9).

  Sewaktu berusia 7 tahun ia dimasukkan ke sekolah desa dan malamnya belajar mengaji al- Qur‟an dengan ayahnya sendiri hingga sekolah-sekolah Diniyah School dan Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan di Parabek (Hamka, 1985: XV).

  b.

  Guru-guru yang pernah mengajarnya Pada tahun 1916 sampai tahun 1923 Hamka bersekolah di Diniyah

  School dan Sumatera Thawalib, guru-gurunya waktu itu ialah Syekh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid dan Zainuddin Labay.

  Padang Panjang waktu itu ramai dengan penuntut ilmu agama Islam, di bawah pimpinan ayahnya sendiri (Hamka, 1985: XV).

  Pada tahun 1924, Hamka berkunjung ke tanah Jawa selama kurang lebih satu tahun, yang menurut Hamka sendiri telah mampu memberikan semangat baru baginya untuk mempelajari Islam. Perantauan mencari ilmu dari tanah Jawa ia mulai dari kota Yogyakarta. Dalam kesempatan ini Hamka bertemu dengan Ki Bagus Hadi Kusumo, di mana Hamka mendapatkan pelajaran tafsir al-

  Qur‟an darinya. Ia juga bertemu dengan H.O.S Tjokroaminoto dan mendengar ceramahnya tentang Islam dan sosialisme. Hamka juga mendapat kesempatan untuk bertukar pikiran dengan beberapa tokoh penting lainnya, seperti Haji Fakhruddin dan Syamsul Rijal, tokoh Jong Islamieten Bond, suatu organisasi yang bertujuan mempelajari Islam dan mengajarkan agar ajaran-ajarannya dilaksanakan, serta mengembangkan rasa simpatik kepada Islam dan pengikutnya, di samping juga menunjukkan rasa toleran terhadap pemeluk agama lain (Hakim dan Thalhah, 2005: 26).

3. Aspek Karir dan Peran

  Hamka memulai pengabdian pada ilmu pengetahuan dengan menjadi guru agama Islam pada 1927 M di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan. Pada tahun 1929 M, ia juga menekuni profesi guru agama di Padang Panjang (Ghofur, 2008: 209).

  Pada tahun 1930 kongres Muhammadiyah ke-4 berlangsung di Bukit Tinggi dan Hamka tampil sebagai pemateri dengan judul

  “Agama Islam dan

Adat Minangkabau.” Dan ketika Muktamar Muhammadiyah ke-20 di

  Yogyakarta pada tahun 1931, Hamka tampil dengan materi yang berjudul

  

“Muhammadiyah di Sumatera”. Setahun kemudian atas kepercayaan Pimpinan

  Pusat Muhammadiyah Hamka diutus ke Makasar menjadi mubaligh. Pada tahun 1933 ia menghadiri Muktamar Muhammadiyah di Semarang. Tahun 1934 ia diangkat menjadi anggota tetap majelis Muhammadiyah Sumatera Tengah (Al- Kumayi, 2004: 25).

  Sekembalinya dari Makasar, Hamka mendirikan Kulliyatul Mubalighin di Padang Panjang dan aktif sebagai mubaligh. Kemudian pada tahun 1936 Hamka pindah ke Medan, di kota ini Hamka bersama Dr. Yunan Nasution menerbitkan majalah

  “Pedoman Masyarakat.” Majalah yang menurut Yunan

  Nasution memberikan pengaruh besar bagi hasil karyanya di masa depan (Al- Kumayi, 2004: 26).

  Pada tahun 1946, berlangsung konferensi Muhammadiyah di Padang Panjang, dan Hamka terpilih sebagai ketuanya. Situasi ini sangat menguntungkan Hamka, sehingga bakatnya sebagai penulis dan penceramah bertambah populer (Hakim dan Thalhah, 2005: 27).

  Hamka merupakan figur terkemuka dalam perjuangan revolusioner merebut kemerdekaan nasional di Sumatera Barat dari tahun 1945 sampai 1949.

  Pada tahun 1950, ia pindah ke Jakarta dan diangkat sebagai pejabat tinggi Departemen Agama, Hamka memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk mengajar, menulis dan menyunting serta menerbitkan jurnal Panji Masyarakat. Pada tahun 1955, Hamka terpilih menjadi anggota konstituante mewakili partai politik modern Islam, Masyumi. Karir politik berakhir dengan dibubarkannya majelis ini oleh presiden Sukarno (Hakim dan Thalhah, 2005: 27).

  Di saat Hamka menjadi pejabat tinggi dan penasehat Departemen Agama, kedudukan tersebut memberikan peluang baginya untuk mengikuti konferensi di luar negeri. Pada tahun 1952, pemerintah Amerika Serikat mengundangnya untuk menetap selama empat bulan. Selama kunjungan tersebut, Hamka mempunyai pandangan yang lebih terbuka terhadap negara-negara non-Islam. Sekembalinya dari Amerika Serikat, secara berturut-turut Hamka menjadi anggota misi kebudayaan di Muangthai (1953), mewakili Departemen Agama untuk menghadiri peringatan mangkatnya Budha di Birma (1954), menghadiri Konferensi Islam di Lahore (1958) dan menghadiri undangan Universitas Al- Azhar Kairo untuk memberikan ceramah tentang pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia (Hakim dan Thalhah, 2005: 27).

  Hamka merupakan salah seorang tokoh yang sangat berjasa dalam dunia keilmuan, beliau dikaruniai gelar kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari Universitas al-Azhar pada tahun 1958 M. Karena karir intelektualnya yang cemerlang, pada tahun 1957 M-1958 M, ia dilantik sebagai dosen Universitas Muhammadiyah Padang Panjang. Jabatan prestisius sebagai rektor juga pernah dipegangnya pada Perguruan Tinggi Islam Jakarta. Pada tahun 1960 beliau terpilih menjadi imam besar masjid Al-Azhar. (Ghofur, 2008: 210).

  Setelah dibebaskan dari tahanan, beberapa tahun kemudian Hamka memperoleh Gelar (Doktor Honoris Causa) dari Universitas Kebangsaan Malaysia pada tahun 1974 M. Gelar Datuk Indono dan Pangeran Wiroguno juga diterimanya dari pemerintah Indonesia (Ghofur, 2008: 212).

  Pada tahun 1975, Hamka dipercaya menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tak mengherankan karena Hamka dikenal alim, pemberani, teguh dalam pendirian, juga ikhlas dalam memperjuangkan Islam. Dua bulan sebelum wafatnya, Hamka yang sejak tahun 1975 menjadi ketua MUI mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Hal ini disebabkan oleh masalah perayaan Natal yang dilakukan bersama dengan penganut agama lainnya, termasuk umat Islam. MUI yang diketuai Hamka telah mengeluarkan fatwa bahwa haram hukumnya bagi seorang Muslim untuk mengikuti perayaan Natal, di mana fatwa tersebut mendapat kecaman dari Menteri Agama Alamsyah Ratu Prawira Negara dan meminta untuk mencabutnya (Hakim dan Thalhah, 2005: 28).

B. Konteks Eksternal 1.

  Aspek Sosial Politik Pada awal abad ke-19, Tanah Minangkabau sebagai tanah kelahiran

  Hamka, telah disorot sebagai suatu gerakan kebangkitan Islam yang disebut dengan Gerakan Paderi, gerakan yang belum terorganisir dengan baik serta didukung dengan militerisme yang tinggi. Kebangkitan ini dipelopori oleh empat tokoh, yakni Syeikh Taher Djamaluddin, Syeikh Muhammad Djamil Djambek, Dr. Haji Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka) dan Haji Abdullah Ahmad. Walaupun Syeikh Taher Djamaluddin bermukim di Singapura, namun beliau berpengaruh besar terhadap ketiga tokoh terakhir yang merupakan muridnya. Pengaruh tersebut tersalur melalui majalah al-Imam (1906-1909) yang membuat artikel-artikel masalah keagamaaan, peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dunia Islam, serta pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh dan juga melalui sekolah al-Iqbal al-Islamiyah (Hakim dan Thalhah, 2005: 29).

  Langkah-langkah pembaharuan yang dilakukan oleh tiga serangkai, Syeikh Muhammad Djamil Djambek melalui organisasi Samaratul Ikhwan, Syeikh Abdul Karim Amrullah melalui bukunya Qat

  i‟u Razbi al-Mulhidun, dan

  haji Abdullah Ahmab melalui majalah al-Munir, mendapat reaksi yang cukup keras, terutama dari kalangan Ulama Kaum Tua. Tindakan mereka dalam memberantas paham bid‟ah, takhayul dan khurafat, dipandang oleh Ulama Tua mendesak posisi mereka ke kawasan pinggiran. Kenyataan ini mengindikasikan betapa tingginya intensitas perdebatan masalah-masalah keagamaan di Minangkabau pada awal abad ke-20, yang menurut Taufik Abdullah hal ini telah menciptakan polarisasi sosial. Kondisi tersebut bertambah keras ketika para Ulama Kaum Muda memunculkan lembaga-lembaga pendidikan dan juga melahirkan sebuah organisasi politik yang dikenal dengan PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia) sebagai proses lanjutan kaderisasi Sumatera Thawalib (Hakim dan Thalhah, 2005: 29).