NAMA : FRITA ANJELINA PAKPAHAN NIM : 100707018

SKRIPSI SARJANA OL NAMA : FRITA ANJELINA PAKPAHAN NIM : 100707018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PEKAL DI KECAMATAN KETAHUN, KABUPATEN BENGKULU UTARA, BENGKULU: DESKRIPSI PERTUNJUKAN, PERUBAHAN, DAN FUNGSINYA

SKRIPSI SARJANA NAMA: FRITA ANJELINA PAKPAHAN NIM : 100707018

Disetujui oleh Pembimbing I,

Pembimbing II,

Arifninetrirosa, SST., M.A Dra. Heristina Dewi, M.Pd. NIP 196502191994032002

NIP 196605271994032010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan, Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D (

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd

3. Arifninetrirosa, SST. M.A

4. Drs. Fadlin, M.A

5. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si

DISETUJUI OLEH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D

NIP 196512211991031001

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan

Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara,

Bengkulu: Deskripsi Pertunjukan, Perubahan, dan Fungsi. Melalui skripsi ini, penulis akan mengkaji tentang tiga aspek dalam konteks upacara perkawinan adat Pekal di Kecamatan Ketahun. Adapun ketiga aspek tersebut adalah: (a) deskripsi pertunjukan; (b) Perubahan yang terjadi; dan (c) fungsi pada sosial masyarakat Pekal. Penelitiannya akan difokuskan kepada bagaimana pertunjukan tradisi Gandai tersebut dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal, deskripsi gerak Gandai, musik pengiring, perubahan yang terjadi terhadap tradisi Gandai tersebut, serta fungsinya dalam sosial masyarakat Pekal itu sendiri.

Pendekatan yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya, penulis akan melakukan pengamatan terlibat, wawancara, studi pustaka (termasuk pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini terfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi emik, namun diimbangi dengan pendekatan etnik oleh penulis. Informan berjumlah lima orang, yang terdiri dari satu orang Ketua Badan Musyawarah Adat Pekal, satu orang Budayawan Pekal, satu orang penari Gandai, dan dua orang pemusik Gandai yang terdiri dari satu orang pemain edap dan satu orang pemain sunai. Pada proses pentranskripsian musik iringannya akan dituliskan ke dalam notasi balok dengan menggunakan program sibelius.

Dari metode dan teknik tersebut di atas akan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. (a) deskripsi tradisi Gandai pada upacara perkawinan adat masyarakat Pekal yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan upacara perkawinan adat masyarakatnya. (b) Struktur melodi sunai yang secara umum adalah repetitif. (c) perubahan dan fungsinya dalam sosial masyarakat Pekal.

Kata Kunci: gandai, tari, deskripsi pertunjukan, perubahan, fungsi.

ABSTRACT

This thesis entitled Gandai Tradition in the Context of the Community

marriage ceremony in the District Ketahun, North Bengkulu, Bengkulu:

Description of Performance, Change, and Function. Through this thesis, the authors will examine three aspects in the context of Pekal marriage ceremony custom in District Ketahun. The three aspects are: (a) description of the performance; (b) The changes; and (c) social function in Pekal society. The research is focused on how about the performance of Gandai tradition in the context of custom marriage ceremony in Pekal society, description movement of Gandai , musical accompaniment, the changes of Gandai tradition, and social functions of Gandai tradition.

The approaches used is qualitative research methods. In the process it works, the author will do partisipant observations, interview, study of literature (include online literature), recording, transcription, and laboratory analysis. This research focused on informants opinion in the context of emic study, but offset by ethic study of the author. The informant amounted five, consisting of a chairman of the Pekal customary, a Pekal cultural observer, a Gandai dancer, and two musician consisting of one for edap player and one more for sunai player. In the process of music transcription will be written into notation by using sibelius program.

From the methods and techniques described above can be obtained following results. (a) description of gandai tradition in marriage ceremony of Pekal customary that it will also include stages of Pekal marriage ceremony. (b) Sunai melodic structure which are largely repetitive. (c) change and its function in Pekal society.

Keywords: gandai, dance, description of the performance, change, function.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan pada

Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu:

Deskripsi Pertunjukan, Perubahan, dan Fungsi. Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Seni (S.Sn) dari jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua terbaik yang sangat penulis cintai, Papa N Pakpahan dan Mama M Sikumbang. Terima kasih atas doa, perhatian, dan pengorbanannya yang sungguh luar biasa khususnya dalam proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga atas bimbingannya dari mulai kecil hingga sekarang diberi kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Terima kasih penulis sampaikan kepada saudara-saudara yang penulis sayangi yaitu adik Soferdy Apriansyah Pakpahan, adik George Faresh Pakpahan, dan adik Dinda Krisnauli Pakpahan. Perhatian kalian menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta terima kasih kepada adik-adik sepupuku, keluarga besar Pakpahan dari Pangaribuan, dan keluarga besar Nenek Buyut Utiah tersayang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya beserta jajarannya yang telah memberikan Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya beserta jajarannya yang telah memberikan

Dalam hal ini, Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Arifninetrirosa, SST., M.A selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dan sekaligus Sekretaris Departemen Etnomusikologi. Kedua dosen pembimbing yang hebat ini sangat membantu penulis selama penyelesaian skripsi. Mereka juga memberikan banyak saran, semangat dan pelajaran mengenai kesabaran, keberanian, dan kepandaian dalam penulisan skripsi ini.

Kemudian terima kasih kepada kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Departemen Etnomusikologi, kepada Bapak Drs. Fadlin, M.A selaku Ketua Laboratorium Departemen Etnomusikologi serta sebagai dosen Pembimbing Akademik penulis selama kuliah, dan segenap dosen- dosen di Departemen Etnomusikologi yang turut membantu lancarnya proses penyelesaian skripsi ini. Begitu pula kepada Ibu Adry Wiyanni Ridwan S.S selaku pegawai administrasi di Departemen Etnomusikologi yang telah membantu semua urusan administrasi penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada informan penulis yaitu Bapak Zhamari A. S Jamal, Bapak Makmur, Ibu Ratna, Ibu Syuraiani, Bapak Ali Bidin, Bapak Mahmudin, dan Bapak Herman, .

Ucapan terima kasih kepada teman-teman stambuk 2010 yakni Anna Purba, Yenni Alexandra Mrp, Maharani N Tarigan, Pretty P Manurung, Mei Linda Tarigan, Friska Simamora, Lido Hutagalung, Benny Yogi Purba, Rony Sinaga, A M Surung Solin, Yusuf siregar, dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah penulis anggap Ucapan terima kasih kepada teman-teman stambuk 2010 yakni Anna Purba, Yenni Alexandra Mrp, Maharani N Tarigan, Pretty P Manurung, Mei Linda Tarigan, Friska Simamora, Lido Hutagalung, Benny Yogi Purba, Rony Sinaga, A M Surung Solin, Yusuf siregar, dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah penulis anggap

Penulis juga berterima kasih banyak kepada kak Reny Yulyati Br Lumban Toruan S.Sn yang sudah menjadi teman sekamar, teman menari, teman suka, dan teman duka penulis. Terima kasih banyak juga kepada teman- teman menari penulis di sanggar Tigo Sapilin yaitu teteh Riza, kak Dina Mayantuti Sitopu S.Sn, kak Jery Periance Saragih S.Sn, kak Chrismes Manik S.Sn, kak Sari Ramadhani S.E, Syafwan Arrazak, dan Friska Simamora. Serta terima kasih banyak kepada Sopandu Manurung dan Titi K Laoli,yang telah membantu penulis dalam proses pentranskripsian.

Penulis juga mengucapkan beribu-ribu maaf apabila ada kata yang kurang berkenan dalam hati dan beribu-ribu maaf pula apabila ada nama yang lupa penulis cantumkan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Semoga hasil penelitian dari skripsi ini dapat berguna bagi masyarakat Pekal, bagi pembaca dan juga kepada peneliti berikutnya.

Medan,

Agustus 2014 Penulis

Frita Anjelina Pakpahan NIM: 100707018

DAFTAR ISI

BAB VI: PENUTUP ...................................................................................... 120

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 120

6.2 Saran ............................................................................................ 122

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123 DAFTAR INFORMAN ................................................................................... 125

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Ketahun Dilihat Dari Provinsi

27 Bengkulu ................................................................ Gambar 2.2

Lengguai Nikah ......................................................

47 Ketua Badan Musyawarah Adat ............................. Gambar 3.3

Lengguai Nikah yang Diletakkan di hadapan

48 Gambar 3.4

Serawo ....................................................................

48 Serawo .................................................................... Gambar 3.5

Bolu Koja yang Akan Dihidangkan Bersama

51 Gambar 3.6

Rombongan Calon Pengantin Lanang Tiba ...........

52 Lanang .................................................................... Gambar 3.7

Lengguai Nikah yang Dibawa Calon Pengantin

52 Calon Pengantin Lanang ........................................ Gambar 3.8

Irisan Daun Pandan dan Bunga yang Dibawa

53 Lanang .................................................................... Gambar 3.9

Kue yang Juga Dibawa oleh Calon Pengantin

53 Gambar 3.10

Pengucapan Ijab Kabul ...........................................

54 Gambar 3.11

Penyematan Cincin .................................................

59 Begandai ................................................................. Gambar 4.1

Pertunjukan Tradisi Gandai pada Malam

65 Gambar 4.2

Penari Gandai .........................................................

Cara Memainkan Edap ...........................................

Cara Memainkan Sunai ..........................................

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perincian Nama Desa dan Wilayah Kecamatan

20 Ketahun .......................................................................

Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .......

22 Tabel 2.3

22 Tabel 2.4

Distribusi Sarana Pendidikan ......................................

23 Ketahun ....................................................................... Tabel 2.5

Nama-nama Satuan Pendidikan di Kecamatan

35 Para-Melayu ................................................................ Tabel 4.1

Perbedaan Bahasa Pekal dengan Beberapa Bahasa

72 Tabel 4.2

Nama Ragam Gerak Gandai .......................................

77 Tabel 5.1

Deskripsi Kinesiologis Tradisi Gandai .......................

Interval Melodi Sunai 104

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Siklus 1 hidup manusia dimulai sejak menjadi janin dalam kandungan, lahir, dewasa, perkawinan, memiliki anak, memasuki keorganisasian, kematian,

pasca kematian, dan seterusnya. Menurut William Haviland (2014: 200) pernikahan atau perkawinan adalah kesatuan sosial atau ritual yang diakui atau juga kontrak sah antara pria dan wanita yang saling menetapkan hak dan kewajiban, antara mereka dan anak-anak mereka, dan antara mereka dan hukum.

Fungsi utama perkawinan adalah untuk melanjutkan keturunan. Sedangkan gunanya adalah untuk memuaskan nafsu biologis manusia, menerima dan memberi kasih sayang kepada pasangan hidup, membina keluarga, menyatukan dua keluarga besar, dan sebagainya. Dimana terjadi suatu hubungan antara seorang pria dan seorang wanita secara seksual yang nantinya perempuan yang bersangkutan memenuhi syarat untuk melahirkan anak (Goodenough,1970:12 13).

Dalam menuju proses itu, harus terlebih dahulu mengikuti upacara pengabsahannya yang sering disebut upacara perkawinan. Disini agama memegang peran utama, karena dalam masyarakat tertentu perkawinan tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama dan norma-norma adat. Demikian juga yang terjadi pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.

1 Siklus adalah putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur (sumber: http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi).

Pekal adalah salah satu suku yang mendiami wilayah Provinsi Bengkulu, terutama di Kabupaten Bengkulu Utara. Suku Pekal merupakan proses asimilasi 2

antara suku Rejang dan suku Minangkabau. Masyarakat Pekal dalam sistem kekerabatannya sama seperti dengan masyarakat Minangkabau yang menerapkan

sistem kekerabatan matrilineal (garis keturunan dari pihak ibu). 3 Dalam melaksanakan tata cara adat perkawinannya, masyarakat Pekal

harus menjalankan secara adat dan agama. Tata cara menurut adat sudah dijalankan dari mulai betanyu (melamar), berasan, 4 akad nikah, pesta resepsi.

Pada tahap akad nikah, adat tetap berjalan bersamaan dengan agama. Disini Ketua Badan Musyawarah Adat dan perwakilan dari Kantor Urusan Agama (KUA) duduk berdampingan selama proses akad nikah berlangsung. Para majelis adat dan keluarga kedua belah pihaklah sebagai saksi. Setelah itu pada malam harinya malam begandai dimana ditampilkan pertunjukan Gandai. Dalam upacara pernikahan masyarakat Pekal, malam begandai digunakan untuk berkumpul dengan semua keluarga, tetangga, teman-teman dari kedua pengantin. Gandai sendiri berarti tari yang ditarikan bersama-sama. Tradisi ini bisa dikatakan sebagai pelengkap upacara adat, yang dilakukan oleh golongan masyarakat yang tingkat perekonomiannya relatif baik. Jika tradisi ini atau acara malam begandai tidak diadakan, pesta resepsi keesokan harinya tetap berlangsung.

2 Asimilasi adalah proses sosial yang timbul dari beberapa golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu

yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifat khasnya yang lambat laun membentuk satu kebudayaan yang baru (budaya campuran).

3 Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater (bahasa Latin) yang berarti "ibu," dan linea

(bahasa Latin) yang berarti "garis". Jadi matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu. (sumber: id.wikipedia.org/Wiki/Matrilineal).

4 Berasan adalah salah satu proses tata cara adat perkawinan yang dilaksanakan sehari sebelum akad nikah. Pada malam berasan, kedua belah pihak meminta izin kepada Badan Musyawarah

Adat perihal upacara adat yang akan diadakan esok hari. Di sini disepakati waktu dan tempat akad nikah dan penentuan kerja tiap orang yang terkait dalam upacara adat besok.

Gandai ini merupakan salah satu tarian yang terdapat di Kecamatan Ketahun, Provinsi Bengkulu. Diperkirakan sudah cukup lama ada dan berkembang di dalam masyarakatnya dengan pola-pola tradisi. Tetapi tidak bisa dipastikan siapa penciptanya dan kapan diciptakan. Menurut Soedarsono (1986 :

93) tari tradisional ialah semua tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada. Dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan di atas, jelas Gandai dapat dikelompokan pada tari tradisional.

Gandai ini ditarikan selalu pada malam hari pada upacara perkawinan masyarakat Pekal. Gandai ditarikan oleh dua orang atau lebih penari dan harus dalam jumlah yang genap, karena menarikannya berpasangan, semakin banyak penarinya semakin terlihat ramai dan semarak. Jumlah genap ini melambangkan keseimbangan yang kokoh, misalnya keseimbangan baik-buruk, kiri-kanan, pulang-pergi, dan sebagainya (Murni dalam Arifni, 2006: 340). Pada umumnya penarinya adalah perempuan, hanya pada ragam ambat dan ejang baseluk penari berpasangan (laki-laki dan perempuan). Gerak yang sering disajikan dalam upacara perkawinan adat masyarakat Pekal hanya ada berkisar enam sampai dua

belas dari tiga puluh enam ragam gerak saja, dari 26 ragam gerak yang ada. 5 Karena 6 ragam gerak ini dianggap sudah mewakili 20 ragm lainnya. Dalam

penyajiannya, para penari menari di atas pengujung. 6 Tradisi Gandai ini, dipertunjukkan untuk menghibur pengantin lanang (laki-laki) dan pengantin tinu

(wanita) yang duduk bersanding di pelaminan, keluarga besar kedua pengantin,

5 Menurut wawancara dengan Ibu Ratna selaku penari Gandai pada tanggal 19 Pebruari 2014 6 Pengujung merupakan panggung yang didirikan khusus untuk upacara perkawinan. Pengujung menempel dengan dinding rumah.

dan masyarakat yang datang untuk menyaksikannya. Gerakan Gandai diatur oleh gerakan kaki maupun gerakan tangan.

Peranan musik dalam Gandai ini sangat penting, karena bisa dirasakan kehadiran Gandai tanpa musik terasa tidak menarik untuk ditonton. Musik iringan Gandai sangat berkaitan dengan tarinya, musik menjadi pembentuk suasana dan jembatan bagi perubahan gerak tari. Jadi, disini musik berperan sebagai terbentuknya keindahan Gandai itu sendiri. Dalam mengiringi Gandai, musik iringan telah memiliki struktur yang baku sesuai dengan ragam tarinya. Tarian ini menggunakan dua alat musik, yakni edap (frame drum) sebagai pembawa tempo dan pembawa ritem variabel dan sunai (end blown flute) sebagai pembawa melodi dan penentu tempo. Musiknya disajikan dengan pantun yang dibawakan, bisa dibawakan oleh penari, pemusik, bahkan masyarakat yang menyaksikannya. Berikut beberapa syair pantun yang dibawakan dalam mengiringi Gandai ini:

 Kalu aban mameli regen (kalau kamu membeli harmonika)

Beli untuk di akui lak regen pecak (belilah untuk aku harmonika yang pecah) Kalu aban jadi pengaten (kalau kamu jadi pengantin) Enang lak akui basusak payak (biarlah aku yang bersusah payah)

Makna dari syair tersebut adalah pesan dari orangtua yang sangat gembira melihat anaknya menikah sehingga mereka rela bersusah payah untuk mengadakan pesta.

 Racang samilu di tengak kebon (iris kulit bambu di tengah kebun) Asal tembak ngambik di batang (asal-asaln ambil di batang) Ati senang diam di dusun (hati senang tinggal di dusun) Enang akui di rantau uhang (biar aku di rantau orang)

Syair pantun ini bermakna kerinduan masyarakat Pekal yang ada di perantauan akan kampung halamannya. Mereka yang merantau akan sangat senang bila ikut terlibat dalam malam begandai sehingga mereka dapat menyampaikan keluh kesah mereka.

 Bintang timur bamiak manis (bintang timur berminyak manis) Tagonang-gonang dalam tempian (tergenang-genang dalam tampi) Sedang tidoh ku bakik nangis (sedang tidur aku bangkit nangis) Mangenang utung dengan bagian (mengenang untung dengan bagian)

Makna dari syair tersebut adalah keluh kesah seorang janda yang merasa hidupnya bernasib malang akibat ditinggal pergi suaminya.

Dahulunya Gandai adalah tarian masyarakat Pekal yang dipertunjukan saat acara buka lahan atau pesta panen dan acara-acara adat lainnya. Masyarakat Pekal mengapresiasikan suasana hati sekaligus ucapan terima kasih dengan cara menari. Setiap malam Jumat para masyarakat desa baik yang tua maupun yang muda berkumpul di balai desa. Namun dewasa ini penyajian Gandai lebih banyak dipertunjukan pada upacara perkawinan, perpisahan sekolah, dan pengesahan lembaga-lembaga saja dan sudah jarang dilihat pada kegiatan tanam dan panen, hal ini dikarenakan sudah banyak masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun yang tidak lagi bertani atau berladang walaupun masih ada sebagian. Mereka sekarang lebih banyak bekerja di pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit dan

karet 7 . Adapun yang mempunyai lahan sendiri kebanyakan mengupahkan lahannya pada orang lain atau menggunakan mesin untuk membantu mereka.

Sehingga timbul pertanyaan bagaimana deskripsi pertunjukan tradisi Gandai, mengapa ragam gerak gandai tersebut hanya tinggal dua puluh enam gerak saja lagi dan apa-apa saja perubahan serta fungsi pada tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.

Untuk mengkaji deskripsi pertunjukan tradisi Gandai yang didalamnya mencakup gerak tari digunakan pendekatan-pendekatan ilmu antropologi tari. Dimana antropologi tari merupakan disiplin ilmu yang sebelumnya dikenal sebagai etnologi tari (etnokoreologi). Penelitian terhadap tradisi ini memerlukan

7 Wawancara dengan bapak Zhamari A.S Jamal selaku budayawan Pekal pada tanggal 19 Februari 2014.

bantuan disiplin lainnya, seperti: antropologi, sejarah, psikologi, sosiologi, dan lainnya seperti yang diungkapkan Janet Adshead (1988: 6). Disiplin-disiplin ini membantu untuk memahami tari dan fungsi-fungsinya dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.

Tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun seperti terurai dalam latar belakang ini, dapat didekati dengan pendekatan multidisiplin ilmu. Pertama untuk mengkaji deskripsi gerak tari digunakan pendekatan etnokoreologi yang penerapannya dari sejumlah disiplin ilmu seperti antropologi, musikologi, etnografi, dan lain-lain.

Kedua untuk mengkaji perubahan dan fungsinya digunakan pendekatan sosiologi, fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humaniora. Pada pendekatan sosiologi, hampir semua kajian sosiologi berkaitan dengan perubahan khususnya perubahan sosial yang menggambarkan realitas sosial. Dalam kajian sosiologi, masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan sebagai obyek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa yang terus menerus. Sehingga dapat dilihat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Lalu pada pendekatan fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemennya sepertinorma, adat, tradisi, dan institusi.

Berdasarkan fakta lapangan tersebut diatas, penulis memilih judul untuk penelitian ini, sebagai berikut: “Tradisi Gandai dalam Konteks Upacara

Perkawinan Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu: Deskripsi Pertunjukan, Perubahan, dan Fungsi”.

1.2 Pokok Permasalahan

Agar pembahasan lebih terarah maka ditentukan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi pertunjukan tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu?

2. Bagaimana perubahan dan fungsi tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana deskripsi pertunjukan tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perubahan dan fungsi tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperdalam pengetahuan tentang tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal dan menambah referensi dan dokumentasi budaya (khususnya Gandai).

2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca dan masyarakat mengenai kesenian Gandai agar dapat mengetahui penyajian Gandai dan musik iringannya dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.

3. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai materi dasar atau awal untuk penelitian selanjutnya.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Tradisi adalah suatu kepercayaan atau perilaku yang diturunkan dalam suatu kelompok atau masyarakat yang memiliki makna simbolik atau makna khusus yang berasal dari masa lalu (Thomas A. Green, 1997:800). Kata tradisi yang dimaksud dalam tulisan ini, yaitu tradisi Gandai yang diturunkan oleh nenek moyang masyarakat Pekal kepada generasi sekarang ini. Dimana proses pembelajarannya secara oral (tanpa tulisan).

Gandai berarti tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua- duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Dalam tulisan ini yang penulis maksud dengan Gandai adalah salah satu tradisi masyarakat Pekal yang digunakan pada upacara Perkawinan adatnya. Tradisi Gandai ini memakai 4 orang atau lebih Gandai berarti tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua- duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Dalam tulisan ini yang penulis maksud dengan Gandai adalah salah satu tradisi masyarakat Pekal yang digunakan pada upacara Perkawinan adatnya. Tradisi Gandai ini memakai 4 orang atau lebih

Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Konteks yang dimaksud adalah pada upacara perkawinan dimana upacara perkawinan itu sendiri adalah aktivitas yang dilakukan untik meresmikan ikatan perkawinan dua orang yang berjanji secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat 1986:160). Masyarakat yang dimaksud dalam tulisan ini adalah masyarakat yang tinggal pada Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Daerah ini sesuai dengan daerah yang menjadi tempat penelitian penulis dimana daerah ini masih terdapat pelaksanaan upacara perkawinan yang mempertunjukkan Gandai.

Deskripsi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:258) artinya mengambarkan apa adanya. Deskripsi atau deskriptif berasal dari bahasa Inggris yaitu descriptif, yang artinya bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan bahwa deskriptif adalah penyampaian objek dengan menerangkan terhadap pembaca secara tulisan maupun lisan dengan sedetil-detilnya. Deskripsi yang penulis maksud adalah deskripsi pertunjukan tradisi Gandai pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu, Bengkulu.

Perubahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:1234) adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Menurut Yandianto dalam Bonggud Sidabitar (2013:9) perubahan dalam bahasa inggris disebut change, misalnya perubahan sosial atau sosial change, artinya perubahan dalam kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial suatu masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai, dan perilaku di antara kelompok manusia. Perubahan yang dimaksud penulis adalah suatu perubahan/peralihan yang terjadi pada tradisi Gandai dalam konteks upacara masyarakat Pekal dan fungsi tradisi Gandai bagi hidup masyarakat Pekal. Dimana akan dilihat bagaimana kedudukannya dalam masyarakat Pekal, peranannya dalam masyarakat Pekal, dan aturan-aturan yang membatasi peranan tradisi Gandai ini dalam masyarakat Pekal, serta akan dilihat adakah perubahan terhadap tradisi Gandai tersebut yang berpengaruh pada fungsinya dalam masyarakat Pekal khususnya dalam konteks upacara Perkawinan adatnya.

1.4.2 Teori

Dalam meneliti keenam ragam gerak Gandai tersebut, penulis akan mendeskripsikannya. Dalam teori komposisi tari, hadirnya gerak dapat ditimbulkan karena beberapa faktor rangsang yaitu rangsang visual, kinestetik, rabaan, dan gagasan (Ben Suharto, 1985: 20-21). Menurut pendapat tersebut diatas, gerak-gerak dalam Gandai timbul dari rangsang visual dan rangsang kinestetik. Rangsang visual bisa dilihat dari nama-nama gerak, contoh sementaro, yang mengacu pada bagaimana kehidupan seseorang yang hanya bersifat sementara. Sedangkan rangsang kinestetik bisa dilihat dari rangsang gerak.

Keenam ragam gerak Gandai tersebut penulis akan menggunakan teknik kinisiologi. Kinesiologi tari yang dimaksud adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak-gerak tubuh manusia dalam tari yang ditata sesuai dengan musik dan mengandung makna serta memiliki kekuatan otot, tulang, syaraf, dan sendi yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan tersebut (http://gitadanceq.blogspot.com). Setelah itu juga akan dilihat bagaiman uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, busana tari yang digunakan masyarakat Pekal dalam konteks adatnya.

Untuk mendeskripsikan musik Gandai ini, khususnya struktur melodi sunai yang berfungsi secara musikal sebagai pembawa melodi utama, penulis menggunakan teori “bobot tangga nada” (weighted scale), yang ditawarkan oleh Malm (1977). Ia menawarkan delapan parameter untuk mendeskripsikan melodi, yaitu: (1) tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) distribusi nada, (6) formula melodi, (7) pola-pola kadensa, dan (8) kontur.

Dalam suatu kebudayaan tradisi lisan atau oral suatu perubahan dapat terjadi, karena proses pengajarannya dilakukan secara lisan. Menurut Alan P Merriam (1964:303) mengemukakan bahwa perubahan dapat berasal dari dalam lingkungan kebudayaan (internal), dan perubahan juga bisa berasal dari luar kebudayaan (eksternal). Perubahan secara internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri, dan juga disebut inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup budaya tersebut atau akulturasi. Perubahan yang terjadi dalam tradisi Gandai merupakan Dalam suatu kebudayaan tradisi lisan atau oral suatu perubahan dapat terjadi, karena proses pengajarannya dilakukan secara lisan. Menurut Alan P Merriam (1964:303) mengemukakan bahwa perubahan dapat berasal dari dalam lingkungan kebudayaan (internal), dan perubahan juga bisa berasal dari luar kebudayaan (eksternal). Perubahan secara internal merupakan perubahan yang timbul dari dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri, dan juga disebut inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup budaya tersebut atau akulturasi. Perubahan yang terjadi dalam tradisi Gandai merupakan

Fungsi menurut Alan P Merriam (1964) pada teori use and function (penggunaan dan fungsi) yang berkaitan dengan tradisi Gandai adalah sebagai berikut: (i) fungsi pengungkapan emosional, (ii) fungsi penikmatan estetika, (iii) fungsi hiburan, (iv) fungsi komunikasi, (vii) fungsi validasi lembaga-lembaga sosial dan ritual keagamaan, (viii) fungsi kontribusi demi kelangsungan dan stabilitas budaya, dan (ix) fungsi pengintegrasian masyarakat.

Sementara itu pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan R.M. Soedarsono dalam Reny Yulyati (2013:22) membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu (1) kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) fungsi tari sebagai sarana ritual, (b) fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan (c) fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan (2) kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencaharian.

Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi tradisi Gandai, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan mata pencaharian.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti Gandai pada upacara perkawinan masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, penulis menggunakan Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti Gandai pada upacara perkawinan masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, penulis menggunakan

Pendekatan emik dan etik juga menjadi penting karena penulis adalah “orang dalam” (insider). Dalam penelitian lapangan, pendekatan emik merupakan identifikasi fenomena budaya menurut pandangan pemilik budaya tersebut, sedangkan etik adalah identifikasi menurut peneliti yang mengacu pada konsep konsep sebelumnya (Kaplan dan Manners 1999:256-8). Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan emik dan etik untuk mendapatkan data yang objektif.

Menurut Curt Sachs dalam Nettl (1962:16) penelitian dalam etnomusikologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pengumpulan dan perekaman data dari aktivitas musikal dalam sebuah kebudayaan manusia, sedangkan kerja laboratorium meliputi pentranskripsian, menganalisis data dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode yang diungkapkan oleh Curt Sach, namun sebelum melakukan kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (deks work) penulis akan melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Adapun tujuan dari studi kepustakaan ini dalah untuk mengumpulkan data-data awal dalam penelitian ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan perlu dilakukan untuk mengumpulkan data-data atau sumber bacaan untuk mendukung penelitian. Sumber bacaan ini dapat berupa buku-buku, skripsi etnomusikologi, jurnal, maupun bacaan yang diperlukan untuk mendukung penelitian.

Dalam hal ini penulis telah membaca skripsi sarjana Etnomusikologi yaitu Reny Yulyati Br Lumban Toruan, Desi Ari Natalia S, Seridah Ritha Gustina Ginting, dan Flora Hutagalung, serta skripsi lainnya yang berhubungan dengan tulisan penulis. Penulis juga membaca buku-buku antropologi dan etnomusikologi yaitu Pengantar Ilmu Antropologi, The Anthropology Of Music, Etnomusikologi, dan beberapa buku lainnya. Untuk melengkapi tulisan ini, penulis melakukan studi kepustakaan juga terhadap topik-topik lain yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini antara lain pendidikan, sosiologi, antropologi, sistem kekerabatan, dan topik tentang kebudayaan masyarakat Pekal. Selajutnya hasil dari studi kepustakaan tersebut akan dijadikan sebagai informasi tambahan dalam penulisan skripsi ini.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Penulis melakukan penelitian lapangan agar mengetahui keseluruhan mengenai objek yang diteliti. Penulis juga dapat terlibat langsung dengan objek yang sedang diteliti dan mendapat lebih banyak informasi. Oleh karena itu penulis menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data di lapangan yaitu:

1.5.2.1 Wawancara

Wawancara diperlukan untuk mendukung penelitian tentang tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal. Dalam mengambil sumber data dilapangan penulis melakukan wawancara dengan budayawan, beberapa tokoh adat, penari dan pemusik maupun orang-orang yang pernah terlibat dalam penyajian tradisi Gandai ini. Serta informan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Teknik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Selain wawancara berfokus peneliti juga melakukan wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan (Koentjaraningrat 1985:139). Hal ini penulis lakukan untuk mendukung data yang telah diperoleh dari kerja lapangan maupun dari studi kepustakaan. Penulis menjadikan bapak Zhamari A.S Jamal dan Bapak Makmur sebagai informan kunci mereka adalah budayawan Pekal sekaligus orang yang paham mengenai adat perkawinan Pekal. Untuk informan pangkal penulis menunjuk Ibu Ratna dan Bapak Mahmudin. Selain itu penulis juga mewawancarai beberapa orang penonton.

1.5.2.2 Perekaman

Perekaman dalam penelitian sangat penting untuk mengumpulkan data di lapangan. Perekaman yang dilakukan secara audi-visual. Perekaman secara audio akan menggunakan Handphone Nokia C3 dan untuk perekaman adio-visualnya Perekaman dalam penelitian sangat penting untuk mengumpulkan data di lapangan. Perekaman yang dilakukan secara audi-visual. Perekaman secara audio akan menggunakan Handphone Nokia C3 dan untuk perekaman adio-visualnya

1.5.3 Kerja Laboratorium (Desk Work)

Setelah semua data di lapangan diperoleh dan bahan dari hasil studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan. Untuk mendeksripsikan materi musik, terlebih dahulu dilakukan pentranskripsian yang selanjutnya akan dideskripsikan.

Terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98) dalam mendeksripsikan materi musik pada kerja laboratorium, yaitu (1) kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan (2) kita dapat dengan cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari kedua pendekatan tersebut penulis akan menggunakan pendekatan yang kedua dalam mendeskripsikan musik iringan Gandai. Untuk itu harus dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas materi yang terlihat dalam bentuk notasi. Oleh karena itu dalam kerja laboratorium penulis akan melakukan transkripsi. Transkripsi adalah proses memindahkan bunyi (menotasikan), mengalihkan bunyi yang didengar menjadi simbol visual.

1.5.3.1 Metode Transkripsi

Sebagai bahan transkripsi penulis mengambil langsung dari lapangan yaitu saat malam begandai pada upacara perkawinan adat Maradona Johansyah dengan Irayanti Putri. Musik iringan Gandai ini disajikan oleh bapak Ali Bidin selaku pemain sunai dan bapak Herman selaku pemain edap . Dalam mentranskripsikannya, penulis meminta bantuan kepada beberapa teman yang mampu dalam hal pentranskripsian. Adapun alasan mengapa penulis tidak mentranskripsikan sendiri dikarenakan kurangnya pengetahuan penulis akan instrumen tiup serta keterbatasan penulis dalam mengidentifikasi setiap bunyi instrumen yang dimainkan. Melalui bantuan tersebut proses pentranskripsian musik tradisi Gandai dapat diselesaikan lebih cepat.

Setelah mendapatkan hasilnya (baik melodi maupun pola ritemnya) penulis lalu memindahkannya ke dalam software musik sibellius, kemudian mendengarkan kembali hasil yang telah dipindahkan tersebut.

1.6 Lokasi Penelitian

Untuk lokasi penelitian penulis meneliti tradisi Gandai pada upacara perkawinan adat Maradona Johansyah dengan Irayanti Putri yang berlangsung di Desa Pasar Ketahun pada tanggal 7 Februari 2014. Kecamatan ini masih ditemukan upacara yang menyajikan Gandai, Kecamatan Ketahun merupakan salah satu daerah tempat bermukimnya masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun Provinsi Bengkulu. Selain itu Kecamatan Ketahun juga merupakan kampung halaman penulis dan semua kerabat dekat penulis menetap disana, sehingga mudah bagi penulis untuk mencari dan mendapatkan informan.

BAB II MASYARAKAT PEKAL DI KECAMATAN KETAHUN

Bab II ini akan menguraikan tentang keadaan lingkungan masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun seperti lokasi lingkungan alam dan demografi, asal-usul masyarakat Pekal, mata pencaharian, sistem agama dan kepercayaan, sistem kekerabatan, sistem bahasa, dan sistem kesenian. Hal-hal tersebut menurut penulis juga penting untuk diuraikan, karena selain untuk mengenalkan daerah penelitian penulis kepada pembaca, juga berhubungan dengan tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan masyarakatnya.

2.1 Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi

Ketahun adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, Indonesia dengan luas 8216 hektar. Kecamatan Ketahun berjarak ± 95 km dari kota Bengkulu yang merupakan ibukota provinsi dan dapat di tempuh dengan menggunakan mobil, dengan lama perjalanan sekitar 2,5 jam (jika kondisi arus lalu lintas dalam keadaan normal) . Kecamatan Ketahun yang berada 0-1500 m di atas permukaan laut ini terdiri atas 27 Desa yang terdiri dari

21 desa depinitif dan 6 lainnya merupakan desa persiapan (dapat dilihat pada halaman 19). Kecamatan Ketahun berbatasan dengan Kecamatan Napal Putih di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Putri Hijau, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batik Nau (Data Statistik Kecamatan Ketahun tahun 2013).

TABEL 2.1

Perincian Nama Desa dan Luas Wilayah Kecamatan Ketahun

NO

NAMA DESA

LUAS WILAYAH (Hektar)

1 Urai

2 Air Simpang

3 Air Sebayur

4 Air Sekamanak

5 Marga Bakti

6 Bukit Makmur

7 Pasar Ketahun (Ibukota 230

Kecamatan)

8 Bukit Indah

9 Giri Kencana

10 Bukit Harapan

11 Gunung Payung

13 Talang Baru

14 Dusun Raja

15 Fajar Baru

16 Lubuk Mindai

17 Tanjung Muara

18 Sumber Mulya

19 Bumi Harjo

20 Bukit Tinggi

21 Melati Harjo

22 Persiapan Sebayur Jaya 600

23 Persiapan Limas Jaya

24 Persiapan Simpang Batu 170

25 Persiapan Lembah Duri 320

26 Persiapan Alas Bangun 720

27 Persiapan Baru Manunggal 350

8216 Sumber: Kantor Kecamatan Ketahun (November 2013)

JUMLAH

Dari data nama-nama tersebut diatas, yang masih aktif sering menggunakan tradisi Gandai adalah desa Urai, desa Pasar Ketahun, desa Bukit Indah, desa Bukit Harapan, desa Gunung Payung, desa Kualalangi, desa Talang Baru, dan desa Lubuk Mindai. Sedangkan desa Air Simpang, desa Air Sebayur, desa Air Sekamanak, desa Marga Bakti, desa Bukit Makmur, desa Giri Kencana, desa Fajar Baru, desa Tanjung Muara, desa Sumber Mulya, desa Bumi Harjo, desa Bukit Tinggi, dan desa Melati Harjo merupakan desa-desa ekstransmigrasi dari pulau Jawa. Lalu desa-desa yang masih dalam tahap persiapan merupakan desa perambah yang kebanyakan masyarakatnya berasal dari Kabupaten Bengkulu Selatan.

Saat ini 6 desa persiapan depinitif tersebut menjadi polemik bagi Kecamatan Ketahun, dimana terjadi tarik ulur antara pihak pemerintahan dengan pihak pemilik lahan yang selama ini menjadi pusat kegiatan desa seperti desa Alas

Bangun, Limas Jaya, dan Sebayur Jaya terletak pada Hutan Produksi Tanah (HPT) Air Urai dan Air Serangai. Hal ini menjadi polemik dikarenakan HPT menjadi kewenangan Menteri Kehutanan, sementara 3 desa lainnya yaitu Baru Manunggal, Lembah Duri dan Simpang Batu terletak di perkebunan PT Way Sebayur yang umur HGUnya terlantar.

Selain suku Pekal sebagai suku yang mayoritas mendiami wilayah Kecamatan Ketahun, ada suku-suku lainnya yang ada di Kecamatan Ketahun yaitu, suku Minangkabau, suku Rejang, suku Batak, suku Jawa, suku Serawai, suku Sunda, dan lain sebagainya. Mengenai keadaan penduduknya dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.2, 2.3 dan tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Pria

Wanita

Jumlah (Jiwa)

(Data Statistik Kecamatan Ketahun Tahun 2013)

Tabel 2.3 Distribusi Sarana Pendidikan

SMA/SMK/MA

SMP/MTS

SD/MI

Swasta Negeri

Swasta

(data statistik dari http://referensi.data.kemdikbud.go.id)

Tabel 2.4

Nama-nama Satuan Pendidikan di Kecamatan Ketahun No

Nama

Alamat Status

1 MAN Ketahun Pasar Ketahun Negeri

2 MAS Al Um Bukit Harapan Swasta

3 MAS Darun Naja

Urai

Swasta

4 MIN Ketahun Giri Kencana Negeri

5 MIS Al Hidayah Simpang Batu Swasta

6 MIS Al Iman Bukit Indah Swasta

7 MIS Al Um Bukit Harapan Swasta

8 MIS Darunanaja

Urai

Swasta

9 MIS Mimbarul Huda Air Sebayur Swasta

10 MTSN Ketahun Giri Kencana Negeri

11 MTSS Al Um Bukit Harapan Swasta

12 MTSS Darunnaja

Urai

Swasta

13 SD Negeri 01 Ketahun Pasar Ketahun Negeri

14 SD Negeri 02 Ketahun Dusun Raja Negeri

15 SD Negeri 03 Ketahun

Urai

Negeri

16 SD Negeri 04 Ketahun Kualalangi Negeri

17 SD Negeri 05 Ketahun Talang Baru Negeri

18 SD Negeri 06 Ketahun Giri Kencana Negeri

19 SD Negeri 07 Ketahun Bukit Tinggi Negeri

20 SD Negeri 08 Ketahun Bumi Harjo Negeri

21 SD Negeri 09 Ketahun Bukit Harapan Negeri

22 SD Negeri 10 Ketahun Sumber Mulya Negeri

23 SD Negeri 11 Ketahun Marga Bakti Negeri

24 SD Negeri 12 Ketahun Bukit Makmur Negeri

25 SD Negeri 13 Ketahun Bukit Makmur Negeri

26 SD Negeri 14 Ketahun Fajar Baru Negeri

27 SD Negeri 15 Ketahun Fajar Baru Negeri

28 SD Negeri 16 Ketahun Melati Harjo Negeri

29 SD Negeri 17 Ketahun Gunung Payung Negeri

30 SD Negeri 18 Ketahun Lubuk Mindai Negeri

31 SD Negeri 19 Ketahun Air Simpang Negeri

32 SD Negeri 20 Ketahun Air Sebayur Negeri

33 SD Negeri 21 Ketahun Air Sekamanak Negeri

34 SD Negeri 22 Ketahun Air Simpang Negeri

35 SD Negeri 23 Ketahun Kualalangi Negeri

36 SD Negeri 24 Ketahun Dusun Raja Negeri

37 SD Negeri 25 Ketahun Tanjung Muara Negeri

38 SD Negeri 26 Ketahun Limas Jaya Negeri

39 SD Negeri 27 Ketahun Tanjung Muara Negeri

40 SD Negeri 28 Ketahun Lembah Duri Negeri

41 SD Negeri 29 Ketahun Sebayur Jaya Negeri

42 SD Negeri 30 Ketahun Cakra Negeri

43 SD Negeri No. 31 Ketahun Gembung Raya Negeri

44 SDS Tunas Kita Pamor Pamor Ganda Swasta

45 SMAN 1 Ketahun

Bukit Indah

Negeri

46 SMKN 1 Ketahun Pasar Ketahun Negeri

47 SMP Negeri 01 Ketahun

Bumi Harjo

Negeri

48 SMP Negeri 02 Ketahun Pasar Ketahun Negeri

49 SMP Negeri 03 Ketahun Bukit Makmur Negeri

50 SMP Negeri 04 Ketahun

Limas Jaya

Negeri

51 SMP Negeri 05 Ketahun

Air Sebayur

Negeri

52 SMP Negeri 06 Ketahun Bukit Harapan Negeri

53 SMP Negeri 07 Ketahun

Urai

Negeri

54 SMP Negeri 08 Ketahun

Marga Bakti

Negeri

55 SMP Negeri 09 Ketahun

Air Simpang

Negeri

56 SMP Negeri 11 Ketahun

Dusun Raja

Negeri

57 SMP Negeri 12 Ketahun

Melati Harjo

Negeri