SKRIPSI STUDI FARMAKOGNOSI RIMPANG dan UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS ( Alpinia galanga L )

  

SKRIPSI

STUDI FARMAKOGNOSI RIMPANG dan

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA MINYAK

ATSIRI RIMPANG LENGKUAS

  

( Alpinia galanga L )

UTAMI KHOERUNNISA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

AIRLANGGA DEPARTEMEN

FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA

SURABAYA

  

2015

  i

  

SKRIPSI

STUDI FARMAKOGNOSI RIMPANG dan UJI

AKTIVITAS ANTIMIKROBA MINYAK ATSIRI

RIMPANG LENGKUAS ( Alpinia galanga L )

  UTAMI KHOERUNNISA 051111229

  

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA

SURABAYA

2015

  

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

  Untuk perkembangan ilmu pengetahuan, dengan ini saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul:

  

STUDI FARMAKOGNOSI RIMPANG dan UJI AKTIVITAS

ANTIMIKROBA MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS

( Alpinia galanga L )

  Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu digital library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak cipta.

  Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

  Surabaya, 14 Agustus 2015 Utami Khoerunnisa NIM 051111229 ii

LEMBAR PERNYATAAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Nama : Utami Khoerunnisa NIM : 051111229 Fakultas : Farmasi

  Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi/ tugas akhir yang saya tulis dengan judul :

  

STUDI FARMAKOGNOSI RIMPANG dan UJI AKTIVITAS

ANTIMIKROBA MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS

( Alpinia galanga L )

  Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skrpsi ini menggunakan data fiktif atau hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.

  Demikian surat pernyatan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana semestinya.

  Surabaya, 14 Agustus 2015 Utami Khoerunnisa

  iii iv

  Lembar pengesahan

STUDI FARMAKOGNOSI RIMPANG dan UJI AKTIVITAS

ANTIMIKROBA MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS ( Alpinia

galanga L )

  

SKRIPSI

Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada

Fakultas Farmasi Universitas Airlannga

2015

  

Oleh :

UTAMI KHOERUNNISA

NIM : 051111229

Disetujui Oleh :

  Pembimbing Utama Pembimbing serta

Prof. Dr. Mangestuti Agil, Apt.,MS Neny Purwitasari, S. Farm., M.Sc

NIP. 19500422 198002 2 001 NIP. 19800419 200604 2 001

KATA PENGANTAR

  v

  Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI

  

FARMAKOGNOSI RIMPANG dan UJI AKTIVITAS

ANTIMIKROBA MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS

( Alpinia galanga L )”, untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana

farmasi pada fakultas farmasi Universitas Airlannga.

  Dalam penyusunan naskah penulis telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga atas kesempatan, bimbingan, doa, dukungan, kerjasama, bantuan dan ilmu yang telah dibagikan kepada :

  1. Prof. Dr. Mangestuti Agil, Apt., M.S., selaku pembimbing utama

  2. Neny Purwitasari, S. Farm., M.Sc, selaku pembimbing serta

  3. Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS, selaku dosen wali

  4. Dr. Achmad Fuad H., M.S. Dan Dr. Aty Widyawaruyanti, M.Si., selaku dosen penguji

  5. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

  6. Ketua Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

  7. Staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

  8. Staf Unit Layanan Pengujian Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

  9. Seluruh staf laboratorium di Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

  10. Seluruh staf laboratorium di Departemen Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

  11. Ibunda Rohimah, Ayahanda Tarjudin dan keluarga besar

  12. Rekan mahasiswa angkatan 2011

  13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kefarmasian.

  Surabaya, 14 Agustus 2015 vi

  

RINGKASAN

STUDI FARMAKOGNOSI RIMPANG dan UJI AKTIVITAS

ANTIMIKROBA MINYAK ATSIRI RIMPANG LENGKUAS

( Alpinia galanga L )

  

Utami Khoerunnisa

Alpinia galanga berasal dari Famili Zingiberaceae. Famili ini

  tersebar luas pada daerah tropis khususnya daerah Asia Tenggara (Habsah, 1999). Tumbuhan ini mudah ditemukan di hutan, (Paliwal, 2014). Pada pengobatan tradisional Cina tumbuhan ini digunakan untuk menghilangkan sakit perut, mengobati flu (Srividya et al., 2010). Rimpang dan bunga dari tumbuhan ini juga digunakan untuk penambah rasa pada masakan Asia. Rimpang muda dari tumbuhan ini sering digunakan untuk masakan Thailand (Wei et al., 2010). Minyak atsiri dan ekstrak dari rimpang ini telah dipelajari secara luas dan terbukti sebagai antijamur, antimikroba, antiamoeba, antioksidan (Wei et al., 2010). Berdasarkan beberapa penelitian tersebut sehingga dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk membantu memastikan kualitas, keamanan, mutu.

  Studi farmakognosi meliputi anatomi dan morfologi, skrining fitokimia, dan parameter fisikokimia. Selain itu dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas antimikroba dari minyak atsiri. Untuk mendapatkan data anatomi dan morfologi dilakukan pemeriksaan berupa studi makroskopik dan mikroskopik. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan ini. Parameter fisiko-kimia meliputi parameter sari larut dalam pelarut tertentu, penetapan kadar minyak atsiri, susut pengeringan, penetapan kadar air, dan parameter kadar abu. Uji aktivitas bertujuan untuk menguji kemampuan minyak atsiri tersebut dilakukan dengan melihat daya hambat minyak atsiri terhadap Staphylococcus aureus, Eschericia coli dan jamur Candida albicans.

  Hasil yang didapat dari pengamatan makroskopis adalah rimpang mempunyai panjang hingga 12 cm, dengan lebar dapat mencapai 2 cm, berbentuk silindris, mempunyai bentuk rimpang yang bermacam-macam. Pada pengamatan irisan melintang secara mikroskopis didapatkan epidermis, parenkim korteks, sel sekresi berisi minyak atsiri, endodermis, butir pati, serabut sklerenkim dan berkas pembuluh tipe kolateral. Pada hasil skrining didapatkan senyawa golongan flavonoid dan terpenoid. Untuk nilai fisikokimia didapatkan pada penetapan kadar sari yang larut dalam air (33,1228± 0.6608) %, kadar sari yang larut dalam etanol (16,9611± 0.3599) %, penetapan kadar minyak atsiri 0,35%v/b, vii penetapan susut pengeringan (14,3990 ± 0,1720) %, penetapan kadar abu (7,5285± 0,1623) %, penetapan kadar abu larut tidak larut asam (2,9255± 0,1157) %, penetapan kadar abu larut air (2.9720± 0.0328) %. Uji aktivitas antimikroba didapatkan bahwa minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. viii

  

ABSTRACT

PHARMACOGNOSTIC STUDY OF RHIZOME AND

ANTIMICROBIAL ACTIVITY FROM ESSENTIAL OIL Alpinia

galanga L RHIZOME

  

Utami Khoerunnisa

Alpinia galanga belongs to Family Zingiberaceae. The

  Zingiberaceae is among are widely distributed throughout the tropics particulary southeast Asia. The rhizome has been used as a traditional medicine in China for relieving stomach ache, treating cold. In addition, its rhizome and flowers are popular additions to Asian cuisine. The young rhizome of galangal are often used in Thai cooking for their pungently sweet, peppery, ginger-like flavor. The essential oils and extracts of greater galangal rhizome have been studied extensively and have been proven to exhibit antifungal, antimicrobial, antiamoebic and antioxidant activities.

  Morphology and anatomy data were obtained through macroscopic and microscopic characteristic observation. The result showed macroscopic dimension, length 7-12 cm(s); weight 2-3 cm(s); shape cylindrical; present rootlets and then microscopic they are epidermis; cortex; starch; vascular bundle, endodermis, sclerenchym bundle; secretion cell consist of essential oil. The phytochemical screening shows the presence of flavonoid and terpenoid in Alpinia

  

galanga L. The physicochemical value are water soluble substances

  (33.1228± 0.6608) %, alcohol soluble substances (16.9611± 0.3599) %, the yield of essential oil 0.35 %v/b, loss on drying (14.3990 ± 0.1720) %, ash value (7.5285± 0.1623) %, ash insoluble acid (2.9255± 0.1157) %, ash soluble water (2.9720± 0.0328) %. Antimicrobial activity of essential oil showed to inhibit Staphylococcus aureus and Candida albican with MIC value 0.06% v/v and 0.093% v/v.

  Keyword (s) : Alpinia galanga L, morphology & anatomy, phytochemical screening, physicochemical constant, antimicrobial activity. ix

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL................................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH................................................ ii LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... iv KATA PENGANTAR............................................................................................... v RINGKASAN........................................................................................................... vii

  

ABSTRACT.............................................................................................................. ix

  DAFTAR ISI............................................................................................................. x DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

  1 1.1 Latar Belakang...........................................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah......................................................................................

  3 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................

  3 1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................

  4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................

  5 2.1 Tinjauan tentang Alpinia galanga L. Willd.................................................

  5 2.1.1 Klasifikasi...........................................................................................

  5

  2.1.2 Nama Daerah......................................................................................... 6 2.1.3 Morfologi Tanaman..............................................................................

  6

  2.1.4 Ekologi dan Penyebaran........................................................................ 6

  2.1.5 Kandungan Metabolit............................................................................ 6

  2.1.6 Kegunaan Tanaman............................................................................... 7

  2.2 Tinjauan tentang Pengamatan Maksroskopis............................................... 8

  2.3 Tinjauan tentang Pengamatan Mikroskopis................................................. 8

  2.4 Tinjauan tentang Pengamatan Simplisia...................................................... 8

  2.5 Tinjauan tentang Ekstrak.............................................................................. 9

  2.5.1 Definisi Ekstrak..................................................................................... 9

  2.5.2 Proses Pembuatan Ekstrak.................................................................... 9

  2.5.3 Metode Ekstraksi................................................................................... 10 2.6 Tinjauan tentang Maserasi........................................................................

  12

  2.7 Tinjauan tentang Skrining Fitokimia......................................................... 12

  2.8 Tinjauan tentang Fisikokimia.................................................................... 13

  2.9 Tinjauan tentang Destilasi......................................................................... 14

  2.10 Tinjauan tentang Minyak Atsiri.................................................................. 14

  2.11 Tinjauan tentang GC-MS........................................................................... 14

  2.12 Tinjauan tentang Mikroba.......................................................................... 15

  2.13 Tinjauan tentang Cara Penentuan Efek Antimikroba................................. 17

  2.14 Tinjauan tentang Antibiotik........................................................................ 18

  BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.................................................................... 19 BAB IV METODE PENELITIAN............................................................................ 21 4.1 Bahan Penelitian.......................................................................................

  21

  4.1.1 Tanaman................................................................................................ 21 4.1.2 Bahan....................................................................................................

  21

  4.2 Alat Penelitian........................................................................................... 21

  4.3 Pengamatan Morfologi.............................................................................. 22

  4.4 Pengamatan Anatomi ............................................................................... 22

  4.5 Pengamatan Organoleptis.......................................................................... 22

  4.6 Skrining Fitokimia Ekstrak....................................................................... 22 4.6.1 Pemeriksaan Alkaloid...........................................................................

  22

  4.6.2 Pemeriksaan Saponin............................................................................ 23

  4.6.3 Pemeriksaan Flavonoid......................................................................... 25

  4.6.4 Pemeriksaan Tanin................................................................................ 26

  4.6.5 Pemeriksaan Glikosida Jantung............................................................ 27

  4.6.5 Pemeriksaan Glikosida Antrakuinon..................................................... 27

  4.7 Parameter Fisiko-Kimia............................................................................ 28

  4.7.1 Penentuan Parameter Sari Larut dalam Pelarut Tertentu...................... 28

  4.7.2 Kadar Total Golongan Kandungan Kimia............................................. 29

  4.7.3 Susut Pengeringan................................................................................. 30

  4.7.4 Parameter Kadar Abu............................................................................ 31

  4.8 Destilasi dan Sifat Fisika Minyak Atsiri................................................... 31

  4.9 Uji Aktivitas Antimikroba......................................................................... 32 4.10 Kerangka Penelitian.................................................................................

  37 BAB V HASIL PENELITIAN................................................................................... 39

  5.1 Pemeriksaan Morfologi............................................................................. 39 5.2 Pemeriksaan Anatomi...............................................................................

  42

  5.2.1 Pengamatan Irisan Melintang.................................................................. 42

  5.2.2 Pengamatan Fragmen Serbuk.................................................................. 44

  5.3 Pengamatan Organoleptis.......................................................................... 48

  5.4 Skrining Fitokimia.................................................................................... 48

  5.5 Parameter Fisiko-Kimia............................................................................ 52

  5.5.1 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air.......................................... 52

  5.5.2 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol.................................... 53

  5.5.3 Penetapan Kadar Minyak Atsiri.............................................................. 53

  5.5.4 Penetapan Susut Pengeringan................................................................. 54

  5.5.5 Penetapan Kadar Abu.............................................................................. 55

  5.5.6 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam................................................ 56

  5.5.7 Penetapan Kadar Abu Larut Dalam Air................................................... 56

  5.6 Destilasi Minyak atsiri.............................................................................. 57

  5.7 Uji Kandungan Minyak Atsiri menggunakan GC-MS.............................. 58

  5.8 Uji Aktivitas Antimikroba......................................................................... 61

  BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................... 64

  BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 75 LAMPIRAN............................................................................................................... 80

  DAFTAR TABEL 5.1 pengamatan morfologi secara makroskopis .................................................

  39 5.2 pengamatan organoleptis...............................................................................

  48 5.3 berat bahan dan ekstrak rimpang laos............................................................

  48 5.4 skrining fitokimia ekstrak etanol 96% rimpang Alpinia galanga................... 51

  5.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam air...................................................... 52 5.6 penetapan kadar sari yang larut dalam etanol................................................. 53 5.7 penetapan kadar minyak atsiri........................................................................ 54 5.8 penetapan susut pengeringan.......................................................................... 54 5.9 penetapan kadar abu.......................................................................................

  55 5.10 penetapan kadar abu tidak larut asam..........................................................

  56 5.11 penetapan kadar abu larut air.......................................................................

  57 5.12 komponen minyak atsiri Alpinia galanga....................................................

  59 5.13 aktivitas antijamur C.albicans...................................................................... 62 5.14 aktivitas antibakteri E.coli...........................................................................

  62 5.15 aktivitas antibakteri S.aureus.....................................................................

  63

  DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Rimpang Alpinia galanga...............................................................

  5 Gambar 3.1 Skema kerangka konsep.................................................................. 20 Gambar 4.1 Skema pembuatan larutan uji..........................................................

  35 Gambar 4.2 Skema kerangka penelitian...........................................................

  38 Gambar 5.1 Rimpang Alpinia galanga................................................................ 39

Gambar 5.2 Lebar Rimpang saat dipotong Melintang........................................ 40 Gambar 5.3 rimpang saat dipotong melintang....................................................

  40 Gambar 5.4 serabut kasar pada rimpang............................................................. 40 Gambar 5.5 simplisia rimpang............................................................................

  41 Gambar 5.6 serbuk rimpang................................................................................ 41 Gambar 5.7 pengamatan mikroskopis................................................................

  42 Gambar 5.8 pengamatan mikroskopis................................................................

  43 Gambar 5.9 pengamatan mikroskopis................................................................

  43 Gambar 5.10 pengamatan mikroskopis..............................................................

  44 Gambar 5.11 epidermis dan jaringan gabus........................................................ 45 Gambar 5.12 parenkim dengan sel minyak.......................................................

  45 Gambar 5.13 butir amilum..................................................................................

  46 Gambar 5.14 korteks dengan butir amilum........................................................

  46 Gambar 5.15 fragmen serabut sklerenkim..........................................................

  47 Gambar 5.16 fragmen xylem dengan penebalan tangga.....................................

  47 Gambar 5.17 pemeriksaan Flavonoid dengan reaksi warna...............................

  49 Gambar 5.18 kromatogram golongan flavonoid.................................................

  50 Gambar 5.19 kromatogram golongan terpenoid.................................................

  50 Gambar 5.20 profil kromatogram GC-MS minyak atsiri...................................

  58

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat identifikasi ...........................................................................

  81 Lampiran 2. Sertifikat bakteri E.coli...................................................................

  82 Lampiran 3. Sertifikat bakteri S.aureus...............................................................

  83 Lampiran 4. Sertifikat jamur C. albicans.............................................................

  84 Lampiran 5. Skema pembuatan larutan uji terhadap C.albicans.......................... 85 Lampiran 6. Skema pembuatan larutan uji terhadap E.coli.................................. 86 Lampiran 7. Skema pembuatan larutan uji terhadap S.aureus ............................. 87 Lampiran 8. Foto hasil uji aktivitas...................................................................... 88 Lampiran 9. Hasil GC-MS minyak atsiri.............................................................

  97

  1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah, salah satu contoh adalah keanekaragaman tanaman berkhasiat yang digunakan sebagai preventif dan kuratif oleh masyarakat Indonesia berdasarkan pengalaman yang diwariskan secara turun temurun, sehingga tanaman berkhasiat tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan terutama dalam bidang kesehatan. Salah satu yang biasa dipakai oleh masyarakat adalah Alpinia galanga (L) atau biasa disebut dengan sebutan lengkuas.

  Alpinia galanga berasal dari Famili Zingiberaceae. Famili ini

  tersebar luas pada daerah tropis khususnya daerah Asia Tenggara (Habsah, 1999). Tumbuhan ini mudah di hutan, (Paliwal, 2014). Pada pengobatan tradisional Cina tumbuhan ini digunakan untuk menghilangkan sakit perut, mengobati flu (Srividya et al., 2010). Rimpang dan bunga dari tumbuhan ini juga digunakan untuk penambah rasa pada masakan Asia. Rimpang muda dari tumbuhan ini sering digunakan untuk masakanan Thailand (Wei et al., 2010) di Indonesia sendiri rimpang ini juga digunakan sebagai bumbu dapur. Minyak atsiri dan ekstrak dari rimpang ini telah dipelajari secara luas dan terbukti sebagai antijamur, antimikroba, antiamoeba, antioksidan (Wei et al., 2010).

  Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengungkapkan sisi ilmiah dari tumbuhan ini meskipun secara empiris tumbuhan ini memiliki banyak khasiat. Rimpang Alpinia galanga (A. galanga) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (Aree et al., 2005 ; Chan et al., 2011). Ekstrak etanol A. galanga secara signifikan sebagai antioksidan dan antidiabet pada model in vitro dan in vivo (Srividya et al.,

  2 2010). Biji A. galanga mengandung senyawa-senyawa diterpen yang bersifat sitotoksik dan antifungal (Morita & Itokawa, 1988).

  Dengan berbagai khasiat dan penelitian yang telah diuraikan diatas rimpang A. galanga mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi produk herbal. Dalam pengembangan produk herbal harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Persyaratan tersebut ditetapkan untuk menjamin dari segi keamanan, mutu, dan kualitas.

  Famili Zingiberaceae merupakan primadona untuk diteliti karena mudah dibudidayakan dan mudah tumbuh, di Indonesia sendiri Suku Zingiberaceae banyak ditemukan serta banyak khasiat yang terkandung didalamnya. Juga merupakan ciri dari Famili Zingiberaceae adalah dari minyak atsiri sehingga dilakukan juga uji aktivitas antimikroba minyak atsiri dari rimpang A. galanga.

  Tahun 2015 akan dilaksanakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berdampak pada aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Dari fakta-fakta yang telah di uraikan di atas diperlukan studi farmakognosi dari rimpang A. galanga dan uji aktivitas antimikroba dari minyak atsiri rimpang A. galanga karena minyak atsiri merupakan ciri khas dari famili Zingiberaceae seperti yang telah dipaparkan diatas. Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat dijadikan evaluasi apakah rimpang A. galanga memenuhi standar seperti yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam buku resmi nya yaitu Farmakope Herbal Indonesia dan Materia Medika Indonesia, juga dapat dijadikan peluang oleh industri besar maupun kecil untuk mengembangkan produk herbal dari rimpang A. galanga.

  Studi farmakognosi meliputi data anatomi dan morfologi untuk menjamin keaslian bahan baku dan untuk mengidentifikasi kebenaran dari

  3 serbuk simplisia agar terhidar dari pemalsuan. Untuk mendapatkan data anatomi dan morfologi dilakukan penelitian berupa studi makroskopik dan mikroskopik. Fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan ini. Juga parameter fisiko-kimia yang meliputi parameter sari larut dalam pelarut tertentu, penetapan kadar minyak atsiri, susut pengeringan, penetapan kadar air, dan parameter kadar abu, dan uji aktivitas antimikroba. Uji aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan minyak atsiri yang telah didestilasi dari rimpang A. galanga, untuk menguji kemampuan minyak atsiri tersebut dilakukan dengan melihat daya hambat minyak atsiri terhadap bakteri gram positif, gram negatif dan jamur.

  Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ukuran dalam kontrol kualitas dari produk herbal untuk menjamin kualitas juga untuk mengetahui aktivitas antimikroba minyak atsiri dari rimpang lengkuas.

  1.2 Rumusan Masalah

  1. Apakah rimpang dari A. galanga pada penelitian ini memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh MMI

  2. Apakah minyak atsiri dari rimpang A. galanga mempunyai kemampuan untuk menghambat S. aureus, E. Coli dan Candida

  albican

  1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

  A. Mendapatkan nilai dari parameter yang terdapat dalam studi farmakognosi yang dapat digunakan sebagai kontrol kualitas bahan baku untuk menjamin keaslian dan standar dari bahan baku.

  B. Melakukan uji aktivitas minyak atsiri rimpang A. galanga terhadap daya hambat bakteri S. aureus, E. coli dan jamur Candida albican.

  4

2. Tujuan Khusus

  A. Melakukan pengamatan anatomi rimpang A. galanga

  B. Menetapkan kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar abu larut air, susut pengeringan, kadar sari yang larut air dan etanol, kadar (% rendemen) minyak atsiri dari serbuk simplisia rimpang A. galanga C. Melakukan skrining fitokimia ekstrak etanol 96% dari rimpang A.

  

galanga dengan reaksi warna dan kromatografi lapis tipis (KLT).

  D. Melakukan analisis komponen minyak atsiri dari rimpang A.

  galanga menggunakan kromatografi gas – spektrofotometri massa (GC-MS).

  E. Menentukan konsentrasi hambat minimal minyak atsiri rimpang A.

  galanga terhadap Candida albicans, Eschericia coli, dan Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai studi farmakognosi yang terdiri dari ciri-ciri anatomi dan morfologi, golongan senyawa yang terkandung, nilai fisiko-kimia, dan juga aktivitas minyak atsiri sebagai antimikroba pada rimpang Alpinia galanga sebagai langkah dalam pemanfaatannya di bidang kesehatan.

  5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Alpinia galanga L. Willd

2.1.1. Klasifikasi

  Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Alpinia Jenis : Alpinia galanga L. Willd Sinonim : Languas galanga L. Merr, Alpinia

  pyramidata BI, Alpinia officinarum Hance, Languas galanga L. Stunz, Languas vulgare Koenig, Maranta galanga L., Amomum galanga L. Lour, Amomum medium

  ( Heyne,1987 ;Backer,1968;Sinaga,2005)

Gambar 2.1 Rimpang Alpinia galanga

  6

  2.1.2. Nama daerah

  Lengkueus (Gayo),Langkueueh (Aceh),Kelawas (Karo), Halawas (Simalungun), Lakuwe (Nias), Lengkuas (Melayu), Langkuweh (Minang), Lawas (Lampung), Laja (Sunda), lengkuas (Jawa, Madura), Langkuwas, Laus ( Banjar), Laja, Langkuwasan, Lahwas, Isem (Bali), Laja, Langkuwasa (Makassar), Aliku (Bugis), Lingkuwas ( Menado), Likui, Lingkuboto (Gorontalo), Laawasi lawasi (Ambon), Lawase, Lakwase, Kourola (Seram), Galiasa, Galiaha, Waliasa (Ternate,Halmahera), Langkwas (Roti), Hingkuase (Sangihe), Langkuwas ( Basemah), Laawasi, Lawasi (Alfuru), Lauwasel (Saparua), Langoase (Buru) (Depkes RI, 1978).

  2.1.3. Morfologi Tanaman

  Tinggi tanaman dapat tumbuh sampai 3 meter. Rimpangnya (diameter 2-4 cm) adalah bercabang, kuning cerah, berserabut dan harum. Daunnya berseling, berbentuk lanset, bundar memanjang, ujung tajam, berambut sangat halus atau kadang-kadang tidak berambut. Bunga terdapat diujung batang, berwarna putih dang harum (Depkes RI, 1978 ; Chan et al, 2011).

  2.1.4. Ekologi dan Penyebaran

  Tumbuh di seluruh Indonesia, Asia Tenggara, di bawah kaki pegunungan Himalaya sebelah timur hingga laut Cina dan India barat daya di antara Chats dan Lautan Indonesia. Di Jawa tumbuh liar di hutan, semak belukar, umumnya di tanam d itempat yang terbuka. Tumbuh pada ketinggian tempat sampai 1.200 m diatas permukaan laut (Depkes RI, 1978).

  2.1.5. Kandungan Metabolit

  Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20%-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, δ-pinen, galangin,

  7 dan lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain. Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor, yaitu trans-p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol asetat, dan 4-hidroksi benzaidehida (Norro et al.,1988).

  Juga mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang dinamakan 1-(4-hidroksifenil)-7-fenilheptan-3,5-diol. Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol asetat yang bersifat antiradang dan antitumor (Yu et al.,1988). Juga mengandung kariofilen oksida, kario-filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7-hidroksi-3,5-dimetoksiflavon.

  Biji lengkuas mengandung senyawa-senyawa diterpen yang bersifat sitotoksis dan antifungal, yaitu galanal A, galanal B, galanolakton,12-labdiena-15,16-dial,dan 17-epoksilabd-12-ena-15,16-dial (Morita & Itokawa,1988).

2.1.6. Kegunaan Tanaman

  Pada pengobatan tradisonal Cina tumbuhan ini digunakan untuk menghilangkan sakit perut, mengobati flu (Srividya et al., 2010). Rimpang dan bunga dari tumbuhan ini juga digunakan untuk penambah rasa pada masakan Asia. Rimpang muda dari tumbuhan ini sering digunakan untuk masakanan Thailand (Wei et al., 2010) di Indonesia sendiri rimpang ini juga digunakan sebagai bumbu dapur. Minyak atsiri dan ekstrak dari rimpang ini telah dipelajari secara luas dan terbukti sebagai antijamur, antimikroba, antiamoeba, antioksidan (Wei et al., 2010). Rimpang Alpinia galanga (A. galanga) mempunyai aktivitas

  8 antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, (Oonmetta-aree et al., 2005 ; Chan et al., 2011). Ekstrak etanol A. galanga secara signifikan sebagai antioksidan dan antidiabet pada model in vitro dan in vivo (Srividya et al., 2010).

  2.2 Tinjauan tentang Pengamatan Makroskopis

  Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau mikroskop binokuler. Cara ini digunakan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran, yang akan diperiksa (Depkes RI, 1987).

  2.3 Tinjauan tentang Pengamatan Mikroskopis

  Pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya diatur sesuai keperluan dan dilengkapi dengan kamera. Pada pemeriksaan mikroskopis dicari unsur-unsur anatomi yang khas. Dari pemeriksaan ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia (Depkes RI, 1987).

  2.4 Tinjauan tentang Pengamatan Simplisia

  Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari tiga jenis yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral) (Depkes RI, 2000).

  Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman yaitu isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 2000).

  9

2.5 Tinjauan tentang Ekstrak

  2.5.1 Definisi Ekstrak

  Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

  2.5.2 Proses Pembuatan Ekstrak

  Pembuatan ekstrak dilakukan melalui beberapa tahap,yaitu :

  1. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya Proses awal pembuatan simplisia adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering. Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu (Depkes RI, 2000).

  2. Cairan pelarut Cairan pengekstraksi dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebesar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan dalam pemilihan cairan pengekstraksi adalah selektifitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan (Depkes RI, 2000).

  3. Separasi dan pemurnian Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa

  10 berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tidak saling campur,sentrifugasi,dekantasi,filtrasi serta proses adsorpsi dan penukaran ion (Depkes RI,2000).

  4. Pemekatan dan penguapan Pemekatan berarti peningkatan jumlah partikel solut (senyawa terlarut) secara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kondisi kering,ekstrak hanya menjadi kental/pekat (Depkes RI,2000)

  5. Pengeringan ekstrak Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, massa kering rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan (Depkes RI, 2000).

  6. Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal (Depkes RI, 2000).

2.5.3 Metode Ekstraksi

  1. Cara Dingin

  a. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan ( kamar ). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan pinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakuakn pengadukan yang kontinu (terus-menerus).

  Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.

  11 b. Perkolasi

  Perkolasi adalah ekstrak dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yng umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetapan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

  2. Cara Panas

  a. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

  b. Ekstraksi dengan Soxhlet Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

  c. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengaduk kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur

  o

  40-50 C.

  d. Pembuatan Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air

  12

  o

  mendidih, temperatur terukur 96-98

  C) selama waktu tertentu (15-20 menit).

  e. Pembuatan Dekok

  o

  Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30

  C) dan temperatur sampai titik didih air.

  2.6 Tinjauan tentang Maserasi

  Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi cara maserasi dengan pelarut etanol. Maserasi adalah suatu ekstraksi dengan beberapa kali pengocokan atau pemutaran pada suhu kamar, dimana intensitas gerakan sangat lambat sehingga akan terjadi kesetimbangan antara pelarut dengan bahan terlarut.

  Pada maserasi dilakukan pengadukan karena berat jenis pelarut berbeda dengan berat jenis bahan yang diekstraksi, juga karena adanya pengaruh gaya gravitasi yang akan menyebabkan terjadinya pengendapan. Untuk itu pada maserasi selalu menggunakan pelarut yang baru karena pelarut yang lama sudah setimbang atau jenuh.

  Maserasi kinetik merupakan maserasi yang dilakukan pada suhu kamar, tetapi bahan berada pada pengadukan yang konstan. Tipe dan intesitas gerakan yang digunakan dalam maserasi kinetik merupakan faktor penting. Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling banyak digunakan dibanding metode ekstraksi lainnya. Keuntungan metode maserasi yaitu hanya menggunakan sedikit sampel. Bahan-bahan obat tertentu mempunyai kandungan lendir yang lebih tinggi, hasilnya akan lebih optimal apabila diekstraksi dengan maserasi.

  2.7 Tinjauan tentang Skrining Fitokimia

  Skrining fitokimia adalah penelitian pendahuluan yang mempunyai tujuan mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman, biasanya punya aktifitas biologis, secara tepat dan teliti. Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki

  13 persyaratan yaitu sederhana, cepat, dan selektif dalam mengidentifikasi golongan senyawa kimia tertentu. Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara reaksi warna, reaksi pengendapan dan metode kromatografi lapis tipis (KLT) (Fong, Tinwa, & Fransworth, 1990).

2.8 Tinjauan tentang Fisiko-Kimia

  Berdasarkan Farmakope Herbal Indonesia tinjauan mengenai fisiko-kimia meliputi :

  1. Susut Pengeringan Penentuan susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105 C selama 30 menit atau berat konstan, yang dinyatakan sebagai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka. Tujuan dari penentuan ini adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan (Depkes RI,2000).

  2. Kadar Abu Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. Tujuan penetuan ini adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Depkes RI,2000)

  3. Sari Terlarut dalam Pelarut Tertentu Pengertian dan prinsip : melarutkan ekstrak dengan pelarut

  ( alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal ini tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana,diklorometan,metanol.

  14 Tujuan : memberikan gambaran awal senyawa kandungan.( Depkes

  RI,2000)

  2.9 Tinjauan tentang Destilasi