REVIEW RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR- JANGKA MENENGAH KABUPATEN ROTE NDAO TAHUN 2017-2021

  7

  encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air

  R

  minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Selanjutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1. Sektor Pengembangan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari Permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat

RPI2-JM

  pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh, Perdesaan, Nelayan dan Khusus

  Kabupaten Rote Ndao sampai tahun 2016 belum memiliki dokumen SPPIP dan RPKPP. Sedangkan untuk penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Rote Ndao belum ada Peraturan Bupati yang ditetapkan untuk melegalkan penetapan lokasi tersebut, sehingga untuk menjelaskan kondisi eksisting pengembangan permukiman di Kabupaten Rote Ndao menggunakan data dari BPS.

  Kondisi eksisting permukiman pada tingkat daerah Kabupaten Rote Ndao sampai dengan tahun 2013 belum ada yang dapat dikategorikan sebagai permukiman kumuh (jikalau menggunakan persyaratan yang dikeluarkan oleh Ditjen CK sesuai UU No.1 tahun 2011 bahwa kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan kumuh kota adalah kawasan dengan kondisi sarana dan prasara yang memprihatinkan, ketidakteraturan & kepadatan bangunan yang tinggi, penurunan kualitas rumah, pembangunan perumahan yang tidak sesuai RTRW) akan tetapi yang ada adalah rumah penduduk yang dikategorikan sebagai rumah yang tidak layak huni, yang sebarannya tidak pada satu kawasan tetapi tersebar diantara rumah-rumah penduduk yang layak huni.

  Untuk Penataan Kawasan permukiman perkotaan/Kumuh sampai dengan tahun 2015 belum dapat dilakukan karena belum ada SK dari Bupati tentang penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Rote Ndao.

Tabel 7.1. : Panjang Jalan Terbangun Tahun 2011-2015 (Sumber Dana APBN)

  Besaran Keterang No Uraian Satuan an 2011 2012 2013 2014 2015

  1 Perkotaan Panjang Jalan Lingkungan KM

  2 Pedesaan Panjang Jalan KM 5,36 (Lapen) 2,31 (Lapen) 1,8 (Lapen) Akses/Poros Pagu Dana (Rp) (x1000) 2.689.500 1.087.086 3.290.000

  Sumber : Profil CK NTT 2016

  Sektor permukiman memfokuskan pada penataan kawasan permukiman yang berada di kawasan perkotaan (Kws.Kumuh) dan kawasan pedesaan yaitu pada kawasan desa potensial agropolitan dan minapolitan. Penataan Kawasan ini lebih di arahkan pada pembangunan jalan lingkungan kawasan Permukiman perkotaan ataupun jalan akses pedesaan menuju kawasan potensial minapolitan atau agropolitan. Penanganan infrastruktut Sektor Permukiman di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2011- 2013 difokuskan pada penanganan kawasan pedesaan melalui pembangunan jalan akses sepanjang 9,47 KM di Desa Oelasin, dengan pagu dana mencapai Rp. 7.066.586.000,- . RPI2-JM

  Karena tidak tersedianya data untuk menunjukan capaian kabupaten Rote Ndao dalam menyediakan kawasan yang layak huni maka, digunakan data jumlah Kepala keluarga di tiap kecamatan, jumlah rumah tangga miskin, dan jumlah rumah tidak layak huni tahun 2015 berdasarkan Kabupaten Rote Ndao dalam Angka Tahun 2016. Data yang ada ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi perumahan di Kabupaten Kupang skala kecamatan sehingga walaupun belum ada penetapan Kawasan kumuh namun masih dapat menggambarkan kondisi perumahan di tiap kecamatan Kabupaten Rote Ndao.

  Kabupaten Rote Ndao menurut Data BPS tahun 2016, teridentifikasi 8 pulau, yakni Rote, Usu, Ndana, Ndao, Landu, Nuse, Doo dan pualu lainnya. Salah satu pulau yakni Pulau Ndana termasuk dalam kelompok Pulau-pulau Kecil terluar (PPKT) menurut Perpres 179 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Perbatasan negara di Prov. NTT.

  Selain kawasan kumuh kondisi perumahan di Kabupaten Rote Ndao juga perlu mendapatkan perhatian. Berdasarkan data BPS tahun 2015 untuk Kondisi perumahan di Rote Ndao yang berdinding tembok sebesar 65,52%, kayu 8,94% dan lainnya sebanyak 23,67%. Terdapat 71,34% berlantai bukan tanah, dan 28,66% berlantai tanah.

  Selanjutnya Data terbaru tentang Rumah Layak Huni di kabupaten Rote Ndao tidak tercata dalam BPS sehingga untuk saat ini masih menggunakan data yang lama. Di tahun 2011, tercatat perumahan kurang layak huni di kabupaten Rote Ndao sebanyak 6.412 buah. Kemudian di tahun 2012, terdapat 7.687 buah rumah kurang layak huni. Meningkat 1.275 unit atau 19,9% dari tahun sebelumnya. Rumah yang kurang layak huni karena tingkat pendapatan masyarakat dikabupaten Rote Ndao yang rendah, dan jika dilihat dari angka kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS (data tahun 2013) angka kemiskinan di Kabupaten Rote Ndao mencapai 29,09%. Untuk lebih jelas tentang jumlah rumah kondisi perumahan dan kawasan kumuh di kabupaten Rote Ndao disajikan pada tabel dibawah ini :

  Tabel. 7.2. Banyaknya Fakir Miskin, Perumahan tidak layak menurut Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2011,2012 Tahun 2011 Tahun 2012 Kecamatan Fakir Miskin Prumahan Fakir Miskin Prumahan

  (KK) Tidak Layak (bh) (KK) Tidak Layak (bh) Rote Barat 1.120 429 1.120 429

  • Ndao Nuse 875 537 Rote Barat Daya 2.619 1.458 2.619 1.458 RPI2-JM

  Rote Barat Laut 2.948 749 2.948 749

  Lobalain 1.908 827 1.908 827 Rote Tengah 1357 569 1357 569 Rote Selatan 472 374 472 374 Pantai baru 2.016 893 2.013 893 Rote Timur 2.525 1.113 2.520 1.113 Landu Leko - - 965 738 Jumlah 14.965 6.412 16.797 7.687

  Sumber : Rote Ndao Dalam Angka 2012,2013

Tabel 7.3. Kondisi RSH di Kabupaten Rote Ndao, 2013

  LOKASI RSH TAHUN PEMBANGUNAN

PENGELOLA

JUMLAH PENGHUNI (jiwa) KONDISI PRASARANA CK

  YG ADA Translok Oeteas-Rote Selatan 2006 Dinas Nakertrans 500 Air Minum, Jalan Translok Istuah Desa Kuli kec. Lobalain 2011 Dinas Nakertrans 600 Air minum, jalan Translok Lalukoen-Rote Barat Daya

  2013 Dinas Nakertrans 500 Air Minum, Jalan Sumber : Bid.CK PU Rote Ndao,2014

  RSH di kabupaten Rote Ndao mulai dibangun tahun 2006, 2011, dan 2013 menyebar di Desa Oeteas, Desa Kuli dan Lalukoen yang dikelola oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Rote Ndao. Jumlah unit rumah sebanyak 350 unit buah dengan jumlah penghuni 1.600 jiwa. Prasarana CK yang ada barulah jaringan air minum dan jalan lingkungan yang sudah dinikmati oleh penduduk setempat.

  Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman diantaranya : o Belum terpenuhinya kebutuhan pengembangan permukiman hampir di semua kecamatan di kabupaten Rote Ndao (Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman) o Kondisi Jalan rusak, pada musim hujan tranportasi terganggu di beberapa kecamatan potensial. o

  Belum tersedianya permukiman yang layak huni, tersebar di semua desa yang ada di hampir semua kecamatan di kabupaten Rote Ndao. o Pemrograman dan perencanaan permukiman belum terorganisir dengan baik o kekurangseimbangan pembangunan antara perdesaan dan perkotaan o

  Kurangnya dukungan kegiatan ekonomi melalui pengembangan permukiman o Belum berkembangnya kawasan perdesaan agropolitan dan minapolitan

  Tantangan pengembangan permukiman di kabupaten Rote Ndao adalah berupa kurangnya perhatian pemerintah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman dan kawasan perdesaan potensial yang minim sarana dan prasarana. Selain itu

RPI2-JM

  1 Aspek Teknis - Belum terpenuhi PSD di semua kec.

  diperlukan membuat suatu kebijaksanaan khusus mengatur perumahan dan permukiman karena saat ini kabupaten Rote Ndao belum memiliki dokumen perencanaan SPPIP/RP2KP.

  Tabel 7.4.

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Rote Ndao

NO PERMASALAHAN TANTANGAN ALTERNATIF SOLUSI

  • Kawasan kumuh menyebar dlm 4 kec
  • Meningkatnya hunian tidak layak huni
  • Mensinkronkan perencanaan yang berkelanjutan
  • Belum berkembang kaw agroplitan & minapolitan
  • Belum tersedia dokumen SPPIP/RP2KP
  • Status Lahan Pencapaian sasaran/target dalam rencana strategis sektor Pengembangan Permukiman - Diprogramkan sesuai prioritas kebutuhan
  • Revitalisasi kawasan kumuh
  • Menyediakan infrastruktur yang memadai
  • Pendekatan persuasif dengan aparat Desa

  2 Aspek Kelembagaan

  • Pembenahan regulasi khusu pembebasan tanah bg masyarakat
  • Penguatan Kelembagaan
  • >Pemrograman dan perencanaan belum teroganisir dengan baik
  • Komitmen dalam menegakkan aturan sesuai arahan perencanaan
  • Menertibkan status pengusaan tanah
    • Kurang dukungan dana Peningkatan alokasi dana Mengalokasikan dana sesuai prioritas kebutuhan

      4 Aspek Peran masyarakat/swsta

    • Melibatkan masyarakat dalam pembangunan
    • >Kurang perhatian masyarakat dlm memelihara infrastruktur terbangun
    • Rendahnya kesadaran masyarakat dlm memenuhi prosedur memperoleh legalitas hunian Penghasilan yang minim mengakibatkan hanya terkonsentrasi pd usaha mencari na
    • Sosialisasi pentingnya hidup sehat dan bermasyarakat

      5 Aspek Lingkungan Permukiman

    • Pemukiman yang padat & tak beraturan
    • Pemukiman yang menyebar tak beraturan
    • Menata kembali sehingga pelayanan SP menjadi optimal
    • Terdapat beberapa kawasan yg belum terjangkau SP permukiman yang memadai Peningkatan kualitas lingkungan
    • Meningkatkan gotong-royong membersihkan loingkungan tempat tinggal A.

       Permukiman Perkotaan

      Wilayah perkotaan merupakan kawasan yang digunakan sebagai pusat pergerakan berbagai kegiatan dengan aglomerasi penduduk dan intensitas penggunaan lahan untuk permukiman yang tinggi, serta ditunjang oleh tersedianya berbagai sarana prasarana penunjang transportasi dan infrastruktur yang memadai.

      Wilayah perkotaan diKabupaten Rote Ndao memiliki pusat pelayanan terkonsentrasi di Kota Ba’a. Orientasi pergerakan penduduk cenderung mengarah ke pusat kota di mana pada wilayah ini terdapat fasilitas pendukung yang lengkap.

      Penggunaan lahan perkotaan (urban) termasuk didalamnya penggunaan lahan untuk perumahan/permukiman, kegiatan perdagangan / jasa, Perusahaan /industri dan fasilitas sosial yang terletak di kota kabupaten maupun kota-kota kecamatan. Kawasan permukiman perkotaan ini diarahkan pada Ibukota Kecamatan.

      3 Aspek Pembiayaan

    RPI2-JM

      Untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Rote Ndao arahan kebijaksanaan yang ditetapkan mengacu pada : Memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan permukiman baru -

    • Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas/prasarana yang dibutuhkan

      Penggunaan lahan eksistingnya - Berdasarkan acuan-acuan tersebut di atas pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Rote Ndao lebih diarahkan pada penggunaan lahan non produktif dengan kebijaksanaan penataan ruang secara rinci meliputi :

      Pemenuhan kebutuhan perumahan dengan penambahan luas kawasan permukiman perkotaan di - lahan yang tingkat produktivitasnya rendah, yaitu lahan pertanian kering (tegalan, tambak, dll)

    • Tindakan preventif terhadap dampak bencana yang terjadi di kawasan rawan bencana alam.
    • Penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan permukiman dengan memperhatikan proporsi ketersediaan ruang terbuka hijau dan infrastruktur penunjang permukiman terhadap luas total sebesar 40%.

      Permukiman lahan perkotaan berdasarkan deliniasi rencana kawasan perkotaan meliputi Kecamatan yang merupakan daerah pengembangan pusat pelayanan. Selain itu perkembangan permukiman perkotaan di arahkan pada lokasi-lokasi yang disusun dalam perencanaan IKK.

      B. Permukiman Perdesaan

       Permukiman Pesisir

      Untuk permukiman desa - desa pesisir terutama kampung nelayan yang berada di sekitar kawasan pantai/pesisir, pengembangannya perlu dikendalikan secara ketat terutama disekitar sempadan pantai dan sekitar hutan mangrove. Sedangkan permukiman desa-desa pesisir yang terkait dengan kawasan perkotaan pengembangannya dikendalikan terutama pada permukiman yang ada di sempadan pantai dan muara sungai. Rencana kawasan permukiman di wilayah pesisir adalah sebagai berikut:  Membatasi dan merelokasi kawasan kawasan permukiman yang berada pada kawasan kawasan berfungsi lindung dan dilindungi di wilayah pesisir  Mendorong pengembangan dan pertumbuhan pusat pusat permukiman secara hierarkis dan terkait secara fungsional.

       Peruntukan Permukiman Khusus Permukiman khusus dikembangkan untuk pengembangan kegiatan khusus seperti permukiman transmigran.

      Pembangunan transmigrasi pada waktu yang lalu menganut sistem hirarki luasan wilayah dan besarnya

    RPI2-JM

      jumlah kepala keluarga (KK) yang dimukimkan di lokasi tersebut. Secara hirarki pembangunan transmigrasi tersebut adalah mulai dari luasan wilayah dan jumlah KK yang terkecil yang disebut Satuan Permukiman (SP), dengan jumlah KK 350 – 500 KK atau yang nantinya akan menjadi setingkat dengan desa, selanjutnya 4-5 SP dalam satu wilayah disebut dengan 1 (satu) Satuan Kawasan Permukiman (SKP) atau yang nantinya akan menjadi kawasan berkembang pada tingkat kecamatan, dan 3-4 SKP dalam suatu wilayah disebut Wilayah Pengembangan Partial (WPP) atau yang nantinya akan menjadi kawasan berkembang pada tingkat kabupaten. Pengembangan ini dilakukan melalui upaya pengembangan KTM Batutua Kabupaten Rote Ndao, yang bertujuan untuk : b. Membentuk Pusat Pertumbuhan Baru;

      4

      13.00

      6 Daudolu

      7.55

      13.02

      5 Oetutulu

      8.34

      14.38

      5 Busalangga

      9.12

      7 Netenaen

      15.73

      3 Modosinal

      8.70

      14.29

      2 Lidor

      8.29

      15.00

      1 Temas

      7.54

      13.70

      15.75

      11 Oebela

      9.34

      12.18

      1

      11.26 III Kecamatan Rote Barat 130.37 100

      19.41

      12 Boni

      7.71

      13.30

      6.59

      7.95

      11.37

      10 Tolama

      8.99

      15.50

      9 Oelua

      7.96

      13.73

      8 Ingguinak

      13.75 II Kecamatan Rote Barat Laut 172.43 100

      12 Desa Oeseli

      c. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Perdesaan;

      3.95

      5

      7.14

      8.18

      5 Desa Oelasin Mbokak

      4

      4.40

      5.04

      3 Desa Lekik

      4.53

      8.55

      2 Desa Dolasi

      5.39

      6.17

      1 Desa Batutua

      I Kecamatan Rote Barat Daya 114.57 100

      No Desa/Kelurahan Luas (Km²) Persentase luas terhadap kecamatan (%)

    Tabel 7.5. Luas Kawasan KTM Batutua

      d. Membuka Lapangan Kerja; dan e. Sebagai upaya untuk mengurangi Urbanisasi dan mendukung pengembangan program transmigrasi. Desa-desa yang berada di wilayah administrasi Kawasan KTM Batutua beserta dengan luasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

      6 Desa Mbokak

      7.46

      13.79

      7.40

      15.8

      11 Desa Oebou

      7.73

      8.86

      10 Desa Oeteffu

      6.67

      7.64

      9 Desa Lalukoen

      8.48

      6 Desa Oebatu

      8 Desa Oehandi

      8.21

      9.41

      7 Desa Meoain

      6.87

      7.87

      7 Desa Oebaffok

      7.24

      8.29

    2 Oenggaut

    RPI2-JM

      Persentase luas terhadap kecamatan No Desa/Kelurahan Luas (Km²) (%)

      9.8

      2 Nemberela

      7.52

      3

      20.28

      15.56 Boa

      4 Oelolot

      17.79

      13.65

      5 Oenitas

      30.56

      23.44

      6 Mbueain

      13.59

      10.42

      7 Ndao-Nuse

      14.09

      10.81

      9.27

      8 Sedeoen

      12.08 IV 145.71 100 Kecamatan Lobalain

      1

      24.30

      16.68 Kuli

      2 Suelain

      3.78

      2.59

      23

      3 Bebalain

      28.18

      19.34

      4 Kolobolon

      12.10

      8.30

      5 Oematamboli

      4.51

      3.10

      6 Helebeik

      15.60

      10.71

      7 Oelunggu

      12.61

      8.65

      8 Mokdale

      12.01

      8.24

      9 Sanggaoen

      8.80

      6.04

      10 Holoama

      13.73

      9.42

      11 Tuanatuk

      4.40

      3.02 121 Baadale

      3.89

      2.67

      13 Namodale

      0.90

      0.62

      14 Metina

      0.90

      0.62 Jumlah 563.08/56308 Ha 100 Sumber : Kecamatan dalam angka tahun 2012

      Orientasi Kawasan KTM yang akan direncanakan terdapat di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Rote Barat Daya, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Rote barat dan Kecamatan Lobalain yang akan menggunakan lahan sebesar 56.308 Ha dimana lahan tersebut adalah lahan milik rakyat setempat.

      Aksesibilitas Kawasan KTM Batutua dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan kondisi jalan yang sudah beraspal dan sebagian jalan tanah. Sarana transportasi di Wilayah Kabupaten Rote Ndao terdiri dari angkutan pribadi dan angkutan umum yang berfungsi untuk melayani pergerakan penduduk di dalam satu kawasan. Angkutan umum terdiri atas kendaraan roda empat dan roda dua. Kendaraan roda empat melayani pergerakan antara ibu kota kecamatan dan antara desa, sedangkan angkutan roda dua melayani pergerakan dalam satu kawasan.

    7.1.2. Sasaran Program

      Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari kegiatan Non Fisik berupa pengaturan, pembinaan, pengawasan dan kegiatan fisik berupa pembangunan dan pengembangan di kawasan perkotaan; perdesaan dan kawasan khusus. Pengembangan permukiman terdiri dari :

      1. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman Peratutran Pengembangan Kawasan Permukiman -

    RPI2-JM

      2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman

    • Pendampingan Penyusunan NPSK
    • Penyusunan Kebijakan, Strategi dan rencana Pengembangan Kawasan Permukiman - Pembinaan, Pengawasan dan Kemitraan Penyelengaraan Pengembangan Kawasan Permukiman

      3. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan meliputi :

    • peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
    • peningkatan lingkungan permukiman perkotaan
    • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan
    • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesan potensial
    • pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan tetinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar
    • Pembangunan Infrastruktur Sosial ekonomi Wilayah
    • pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan
    • Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pulau-pulau Kecil terluar
    • pembangunan dan pengembangan kawasan rawan bencana, paska bencana, dan kawasan tertentu
    • Program Peningkatan Kualitas Permukiman
    • Perintisan Inkubasi Kota Baru
      • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
      • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
      • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
      • Sudah tersedia DED.
      • Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP/RP2KP/RKP RPKPP,
      • Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

      4. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan meliputi :

      5. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman khusus meliputi :

      6. Infrastruktur Berbasis Masyarakat

      7. Pembangunan Percontohan Kota Baru

      Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

      Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

      Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

    RPI2-JM

    • Ada unit pelaksana kegiatan.
    • Ada lembaga pengelola pasca konstruksi. Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri :

      (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencanatata ruang wilayah.

      Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

      1. Vitalitas Non Ekonomi

      a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

      b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

      c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

      2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

      a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

      b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada.

      Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

      c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman RPI2-JM kumuh.

      3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

      b. Status sertifikat tanah yang ada.

      

    4. Keadaan Prasarana dan Sarana : a. Kondisi Jalan, b.Drainase, c. Air bersih, d. Air limbah

      5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

      a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

      b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario ) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

    7.1.3. Usulan Program Kegiatan

      Dari sejumlah sasaran dan program nasional pengembangan permukiman, diusulkan beberapa program yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan pembangunan permukiman di Rote Ndao sebagaimana disajikan pada tabel berikut :

    Tabel 7.6. Program Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan

      Kondisi Saat

    No Aspek Pengembangan Permukiman Lokasi Kondisi Akhir Rencana

    Ini Pengembalian Fungsi Kawasan melalui Peremajaan (Urban

      1 Metina Kumuh Diremajakan Renewal) Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Londalusi, Namodale,

      2 Kumuh Diremajakan Kumuh Tesabela,Oelua, Batutua

      

    3 Pembangunan RSH Beserta Infrastruktur Pendukungnya Oeteas, Kuli, Lalukoen Ada Diadakan/Ditingkatkan

    Kawasan Agropolitan &

      

    4 Peningkatan Infrastruktur Perdesaan Kurang Diadakan/Ditingkatkan

    Minapolitan

      Melihat kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di Kabupaten Rote Ndao, maka diusulkan beberapa kegiatan Pegembangan infrastruktur permukiman yang relevan dan pembiayaan pengembangan permukiman. Secara rinci, usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Pengembangan Permukiman Kabupaten Rote Ndao disajikan dalam Matriks RPI2JM.

    7.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

    7.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan RPI2-JM

    ISU STRATEGIS

      Isu Strategis sektorr PBL di kabupaten Rote Ndao diidentifikasikan sebagai berikut :

    Tabel 7.7. Isu Strategis sektor PBL di kabupaten Rote Ndao No.

      Isu Strategis sektor PBL Kegiatan Sektor PBL di Kabupaten

    a. Pemenuhan ruang terbuka publik dan RTH di Kota Ba’a

      b. Peningkatan kualitas lingk dalam pemenuhan SPM Peraturan Penataan Bangunan c. Keikutsertaan swsta & masyarakat dalam pentaan bangunan & lingkungan Pembinaan dan Pengawasan

    d. Pencegahan kebakaran di kota Ba’a

    Penyelenggaraan Bangunan gedung e. Tertib pembangunan & keandalan bangunan gedung Penyelengaraan BG

      Penyelenggaraan Penataan Bangunan

      f. P erlu mewujudkan bangunan gedung yg fungsional, tertib andal & mengacu pd lingk Penyelenggaraan Penataan Bangunan yg berkelanjutan Kawasan khusus

    KONDISI EKSISTING

      Gambaran umum bangunan-bangunan gedung di Kabupaten Rote Ndao, khususnya di Kota Ba’a sebagai ibukota, dibedakan atas tiga kategori yaitu : a. Bangunan gedung perkantoran dan fasilitas umum/sosial milik pemerintah

      b. Bangunan fasilitas umum/sosial milik swasta

      c. Bangunan rumah tinggal milik perorangan Bangunan umum milik pemerintah dan sebagian bangunan umum milik swasta dibangun berdasarkan perencanaan yang baik, dengan mengikuti ketentuan teknis ketertiban dan keselamatan bangunan. Akan tetapi sebagian besar bangunan milik swasta dan masyarakat, dibangun tanpa perencanaan dan tanpa pengendalian oleh instansi teknis terkait sehingga ketertiban, ketahanan dan keselamatan bangunannya tidak terjamin. Selain itu kepadatan bangunan yang sangat tinggi di Kota Ba’a dan kota-kota pesisir pantai, dimana kepadatan ada yang mencapai 100 unit/Ha. Melihat kondisi tersebut menunjukan semakin dekat suatu wilayah dengan pusat kota, maka intensitas pemanfaatan ruangnya akan semakin tinggi sehingga membutuhkan penataan lebih lanjut mengenai bangunan dan lingkungan.

    Tabel 7.8. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015

    NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN

      1 Status Perda BG Ada/tidak Ada

      

    2 Prosentasi Bangunan Ber-IMB % Belum terdata

    RPI2-JM

      

    3 Prosentasi Bangunan Bersertifikat SLF % Belum Terdata

      

    4 Pendataan Bangunan Gedung unit Belum terdata

      5 Prosentasi RTH % 20% Data RTRW

      6 Status Bangunan Pusaka (Nasional) Ada/tidak Tidak ada

      7 Status Bangunan Pusaka (Dunia) Ada/Tidak Tidak ada Sumber : Hasil Survey Satker Randal NTT tahun 2016

      Dari tahun 2011- 2015 belum pernah dilakukan pembangunan Infrastruktur sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan yang didanai melalui APBN di Kabupaten Rote Ndao

    Tabel 7.9. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2011-2015 (Sumber Dana APBN)

    NO URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

      1 Kw s - - - Penat aan TH

      2 Revit alisasi Kw s.Strat egis - - - - Kw s -

      3 Kw s - - - - Penat aan Kw s.Tradisional -

      4 RTBL Kaw asan lap - - -

      5 Pagu Dana Rp Sumber : Hasil Survey Satker Randal NTT tahun 2016

    PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

      Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :

    • Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman; Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, • kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
    • Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM. Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam • pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh • Indonesia; Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan • penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan); RPI2-JM

      Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan •

      Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga. • Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan • penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan • otonomi dan desentralisasi; Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam • fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

      C.1. Permasalahan dan tantangan Daerah:

      Permasalahan dan tantangan di daerah hampir sebagian besar sama dengan yang ada di skala nasional , namun ada yang lebih spesifik , antara lain : a. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.

      b. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

      c. Sarana lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan .

      e. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

      f. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian g. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayan publik .

      h. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; i. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan, dan kenyaman j. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat; k. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien l. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik. m. Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran masyarakat n. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan.

    Tabel 7.10. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan PBL Rote Ndao RPI2-JM
    • Belum memiliki Renti (RTH, RTBL, RISPK)
    • ruang terbuka umum kurang tersedia
    • tidak jelas peruntukan kaw.hunian Lokasi yang menyebar / tidak ter
    • menyediaan dok teknis perenc.
    • pertegas peruntukan fungsi kaw.

      5 Aspek Lingkungan Permukiman Kesiapan status lahan

      3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

      2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung

      1. Peraturan Penataan Bangunan :

      Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:

      Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kabupaten Rote Ndao, diperlukan tidak hanya untuk mengendalikan pertumbuhan fisik suatu kawasan kota sejak dini dalam rangka memandu pertumbuhan kota, tetapi juga memelihara, melindungi dan mencegah dari segala ancaman yang akan merusak eksistensi kota. Untuk dapat menciptakan tahap pembangunan dan pengembangan wilayah dan kota, maka sangat diperlukan pemanfaatan ruang yang optimal. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan sebagai alat pengendali pemanfaatan ruang kota juga diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam pembangunan fisik kota serta mereduksi berbagai konflik kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota.

      Kesadaran Melibatkan dlm pembangunan

      4 Aspek Peran serta masyarakat/swsta Masyarakat kurang memelihara infrastruktur terbangun

      3 Aspek Pembiayaan Minimnya dana Kerjasama dg swsta Ditingkatkan

      Perlu penegasan dlm penerapan aturan

      2 Aspek Kelembagaan Belum siap landasan operasional Kerjasam antar instanti terkait

      1 Aspek Teknis

      NO Aspek PBL Permasalahan yg dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

    7.2.2. Sasaran Program

    • Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
    • Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)
    • Pembinaan pengelolaan bangunan gedung
    • Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Pebataan Bangunan  Fasilitasi Kemitraan Bidang Penataan Bangunan  Fasilitasi Penguatan Pemda  Pengawasan dan Evaliasu Kenerja Bidang Penataan Bangunan  Pembinaan Pnengelolaan rumah Negara  Pembinaan Penataan Bangunan Loinglungan Khusus  Perencanaan dan Analisa Teknis  Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan

    RPI2-JM

    • Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
    • Bangunan Gedung Hijau  Bangunan Gedung Mitigasi Bencana  Bangunan Gedung Perbatasan  Pembangunan Bangunan Gedung Pendukung Kebun Raya

      4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

    • Penataan Bangunan Kawasan Strategis  Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana  Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan  Penataan Bangunan Kawasan Hijau  Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata

      5. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan

    • Penataan Kawasan Pengembangan Kota HIjau
    • Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka  Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah  Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

      6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan

    • Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B
    • Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Publik Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

      Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:

      1. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

    • * Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;

      Kawasan terbangun yang memerlukan penataan; • Kawasan yang dilestarikan/heritage; • Kawasan rawan bencana; • RPI2-JM Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya • dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district); Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota; • Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, • masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

    • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
    • Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat

      2. Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Pusaka, Rawan

      Bencana, kawasan hijau dan kawasan Destinasi Wisata, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

      Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan,program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

      Kriteria Umum:

    • Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;

      Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah • (jika luas perencanaan < 5 Ha);

      Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, • masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

      Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat. •

      Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Pusaka

      Kawasan:  Kab/kota yang telah memiliki Perda BG

    • Memiliki Perda RTRW dan menetapkan Kawasan Perbatasan Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai trategis;
    • Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

       Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;  Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat .

      Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Hijau

    • Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman

      (RTH Publik); RPI2-JM Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat terbuka, • tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);

    • Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat; • • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

      Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Destinasi Wisata

      Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten); • Memiliki nilai ketradisionalan atau wisata budaya/alam yang khas dan estetis; • Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai; • Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat. •

      

    3. Kriteria dukungan PSD Untuk Kawasan Pusaka, Hijau, Rawan Bencana, Rdeatinasi

    Wisata dan Kawasan Strategis Nasional :

    • Mempunyai dokumen Rencana Tindak Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya; • Ada DDUB; • Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran; • Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan • pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;
    • Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;

      Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat. •

    4. Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:

      Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan; • Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal, • stasiun, bandara); Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat •

      (taman, alun-alun); Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat. •

    7.2.3. Usulan Program dan Kegiatan PBL RPI2-JM

      Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Rote Ndao di sajikan pada matriks Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI-

      2JM) .

    7.3. SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM

      Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyed iaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan.

    7.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A.

      1. Peningkatan Akses Aman Air Minum 100% bagi masyarakat sampai akhir tahun 2019

      2. Pengembangan Pendanaan

      3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

      Isu-isu strategis yang diperkirakan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum yang diperoleh melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

      5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

      6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

      7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi. Selain isu-isu di tingkat nasional, ada pula isu-isu strategis di kabupaten Rote Ndao yang mempengaruhi upaya untuk mencapai target pengembangan di bidang air minum antara lain : a. pembangunan PS Air Minum Untuk Desa Miskin dan Rawan Air, dengan target desa miskin, desa rawan air dan desa pesisir dan pulau-pulau kecil.

      b. pengembangan air minum di kota Ba’a, dengan target kota-kota yang telah memiliki PDAM

      c. pembangunan air minum di ibukota Kecamatan (IKK), dengan target IKK yang belum memiliki sistem penyediaan air minum dan IKK yang telah diverivikasi dan memiliki DED pengembangan SPAM.

      ISU STRATEGI PENGEMBANGAN SPAM

      4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan

    RPI2-JM

      d. penyediaan air minum bagi kawasan RSH, dengan target kawasan yang merupakan lokasi pembangunan RSH yang telah dibangun dan telah berpenghuni e. penyehatan PDAM, dengan target PDAM yang tidak sehat/kurang sehat dengan permasalahan teknis yang dominan dalam memberikan kontribusi ketidak sehatannya

    B. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN SPAM

    Tabel 7.11. Data Pengolahan Air Minum Oleh Kabupaten PDAM Rote NDao

      4 Air Terdistribusi M 3 /th - - -

      

    6 Tarif Rata-rata Rp 4.158 4.158 4.158

    Data Konsumen

      

    5 Sosial Rp 3.000 3.000 3.000

      

    4 Instansi Rp 3.000 3.000 3.000

      

    3 Industri Rp 9.000 9.000 9.000

      

    2 Niaga Rp 4.500 4.500 4.500

      

    1 Rumah Tangga Rp 3.000 3.000 3.000

      

    7 Cakupan Penduduk Jiwa - - -

    Data Tarif

      6 15 20,6

      6 Cakupan Pelayanan Air %

      

    5 Total Penjualan Air Rp. 1.239.592 1.934.954 1.960.444

      3 Air Terjual M 3 /th 411.267 494.025 453.452

      NO Uraian Satuan Besaran 2013 2014 2015 Pelayanan Penduduk