DOCRPIJM 1526004962BAB 4 Aspek Lingkungan dan Sosial

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

RPIJM

bidang

Cipta

Karya

Kota

Makassar

membutuhkan

kajian


pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif
pembangunan

infrastruktur

bidang Cipta Karya Kota Makassar

terhadap

lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek
lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi
eksisting lingkungan dan sosial.
4.1 ASPEK SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya Kota Makassar kepada masyarakat
pembangunan,

maupun


pasca

pada taraf perencanaan,

pembangunan/pengelolaan.

Pada

taraf

perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh
aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini,
seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan
pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga
diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi,
maupun permukiman

kembali. Kemudian pada pasca pembangunan

atau


pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta
Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi
sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar

peraturan

perundang-undangan

yang

menyatakan

perlunya

memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut :
1.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional



Dalam rangka pembangunan

berkeadilan,

pembangunan

sosial juga

dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022


masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal diwilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.


Penguatan

kelembagaan

dan jaringan pengarusutamaan

gender dan

anak ditingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan
statistik gender.
2.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum



Pasal 3: Pengadaan

Tanah untuk Kepentingan

Umum bertujuan

menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan
tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

3.

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:


Perbaikan

kesejahteraan


program

pembangunan

rakyat

dapat diwujudkan

untuk

penanggulangan

melalui

sejumlah

kemiskinan

dan


penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang
pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.


Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses
dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan

4.

Kemiskinan


Pasal 1: Program penanggulangan

kemiskinan adalah kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat
untuk meningkatkan


kesejahteraan

masyarakat

miskin melalui bantuan

sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro
dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi.
5.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 2


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022



Menginstruksikan

kepada

pengarusutamaan gender

guna

Menteri

untuk

melaksanakan

terselenggaranya


perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan nasional yang berperspektif

gender sesuai

dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
4.1.1
1.

Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kemiskinan
Mayoritas penduduk di Kota Makassar tinggal di perkotaan dan daerah

pinggiran kota Mereka Butuh perbaikan jalan, pengadaan sumber energi, dan
fasilitas umum lain (seperti

sekolah, puskesmas,

dan lain-lain).Jika

tak ada

sentuhan pembangunan, maka masyarakat pinggiran di Kota Makassar akan terus
terbelenggu ancaman kemiskinan. Mereka akan sulit melakukan perbaikan hidup.
Padahal, Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Makassar, Jumlah
penduduk Prasejahtera di Kota Makassar saat ini mencapai 3,78 % atau 51.718 jiwa
(dari total penduduk).
2.

Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan

pembangunan bidang Cipta Karya Kota Makassar terhadap gender. Saat ini telah
kegiatan

responsif

gender bidang Cipta Karya meliputi

Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Pengembangan Infrasruktur
Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia
Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP),
Sanitasi

Berbasis Masyarakat

(SANIMAS),

(RTBL), dan

Masyarakat

bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan
untuk

Evaluasi

mengetahui

Kinerja

bentuk

Program

dan

Lingkungan

suatu pemetaan awal

Studi

Rencana Tata Bangunan

responsif

masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan

Pemberdayaan

gender

dari

yang timbul sebegai

pembelajaran di masa datang di daerah.

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 3

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

4.1.2

Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya Kota Makassar secara

lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk
meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu
dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan
pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
4.1.3

Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan

bidang Cipta Karya Kota Makassar

seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan
minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur,
seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang
menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh
penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
4.2

ASPEK EKONOMI
Untuk mendukung pengembangan

kegiatan ekonomi utama, telah

diindikasikan nilai investasi yang akan dilakukan dengan pertumbuhan tersebut
sebesar sekitar Rp 58,54 Triliun. Dari jumlah tersebut, pendapatan perkapita 42,65
juta dengan inflasi sebesar 2,70%.
Tabel 4.1
Perkembangan Ekonomi Makro Kota Makassar Tahun 2012-2016
PENDAPATAN
PDRB
INFLASI
PERTUMBUHAN
TAHUN
PERKAPITA
EKONOMI
(Trilyun)
(%)
(Juta Rupiah)
2012
9,20
31,38
24,05
3,24%
2013
9,83
37,00
27,43
6,82%
2014
9,65
42,89
29,35
2,68%
2015
9,88
50,70
37,25
4,57%
2016
9,03
58,54
42,65
2,70%
Sumber : BPS Kota Makassar

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 4

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

Tabel 4.2.
Realisasi penerimaan daerah menurut jenisnya di Kota Makassar Tahun 2016
Uraian
Realisasi (ribuan rupiah)
Bagian Sisa Perhitungan Anggaran Tahun yang lalu

239.997.526.648

Bagian Pendapatan Asli Daerah

621.247.679.844

Pajak Daerah

518.703.083.895

Retribusi Daerah

79.650.936.626

Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah

361.442.208

Penerimaan Dari Dinas-Dinas

-

Penerimaan Lain-Lain

22.532.217.115

Dana Perimbangan

1.161.279.547.759

Lain-Lain Pendapatan yang Sah

578.831.343.309

Penerimaan dan Pembiayaan

-

Jumlah

2.601.356.102.560

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar

Tabel 4.3
PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Tahun 2012-2016
SEKTOR/LAPANGAN USAHA

2012

2013

2014

2015

2016

1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
JUMLAH

256 599

272 975

288 085

300 812

321 392

2 945

2 430

1 971

1 573

1 423

6 484 958 7 287 914 8 206 704 9 042 273 10 063 173
560 887

670 435

762 502

865 954

975 149

2 483 832 2 898 340 3 356 010 3 848 112 4 621 583
8 974 100 10 763 583 12 781 102 14 888 102 17 273 904
4 356 485 5 302 664 6 236 356 7 729 553 8 984 441
3 179 778 3 793 000 4 710 227 5 724 216 7 099 179
4 964 062 6 016 109 6 432 878 8 301 801 9 462 304
31 263 651 37 007 452 43 428 149 50 702 400 58 802 552

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka 2016

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 5

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

Tabel 4.4.
PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha Tahun 2012-2016
SEKTOR/LAPANGAN USAHA

2012

1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa
Perusahaan
9. Jasa-Jasa
JUMLAH

2013

2014

2015

2016

100 328

102 326

103 144

104 093

105 134

1 448

1 134

874

639

537

3 134 152 3 289 568 3 485 020 3 703 126 3 927 943
294 421

324 183

347 049

384 518

406 710

1 272 509 1 384 443 1 504 473 1 626 027 1 799 090
4 374 786 4 869 153 5 361 695 5 847 222 6 366 686
2 393 205 2 780 432 3 139 282 3 653 009 4 032 649
1 597 185 1 788 806 2 090 233 2 424 670 2 776 899
1 630 149

1 712 404 1 471 569 1 494 800

1 911 576

14 798 187 16 252 451 17 820 697 19 582 060 21 327 227

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka 2017

Tabel 4.5.
Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri / asing di Kota Makassar Tahun 2012-2016

INVESTASI KOTA MAKASSAR
PMDN
PMA
Rp. 195,45 Milyar
$ US.13,87 Juta
Rp. 1,26 Trilyun
$ US.1,02 Juta
Rp. 888,28 Milyar
$ US.19,93 Juta
Rp. 2,61 Trilyun
$ US.29,66 Juta
Rp. 2,15 Trilyun
$ US.407,64 Juta

TAHUN
2012
2013
2014
2015
2016

Sumber Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar

4.3

ASPEK LINGKUNGAN
Kajian

lingkungan

dibutuhkan

untuk

memastikan

bahwa

dalam

penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah
mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun
amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindun gan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
“Instrumen

pencegahan

pencemaran

dan/atau kerusakan

lingkungan

hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 6

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya

Pemantauan

Lingkungan

(UKL-UPL)

dan

Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip

pembangunan

yang berkelanjutan

secara

konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam
di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan

daya

dukung

dan

daya

tampung

lingkungan;

peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis:
Dalam

penyusunan

kebijakan,

rencana

dan/atau

program,

KLHS

digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak
diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai

persyaratan

untuk mengajukan

ijin lingkungan

maka perlu

disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
4.3.1

Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS )
KLHS

adalah

sebuah

bentuk

tindakan

strategik

dalam

menuntun,

mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan
DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 7

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan
program

[KRP].

Posisinya

berada

pada

relung

pengambilan

keputusan.

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
a.

RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.

b. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah
karena

RPIJM

bidang

Cipta

Karya

berada

pada

tataran

Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsipprinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program
menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan

pelaksanaan

KLHS

diawali

dengan

penapisan

usulan

rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok
seperti :
i.

perubahan iklim,

ii.

kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,

iii.

peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

iv.

penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

v.

peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

vi.

peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 8

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

vii.

peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun
teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu
tersebut.

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu
dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas

RPIJM dengan persetujuan

BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM
Namun,

jika

teridentifikasi

bahwa

rencana/program

dalam

RPIJM

berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas
lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1.

Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakat dan

Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan

identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
i.

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS

ii.

Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

iii.

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

iv.

Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang
pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 9

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

i.

penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek
tersebut;

ii.

pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan

iii.

membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati
bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan
dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa
alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana
dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau
mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau
program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
3.

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran

rencana-program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen
yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 10

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

Tabel 4.6
Kode
B
B2

Daftar Penjaringan Isu Lingkungan Terkait RPIJM Kota Makassar.
Isu
Lingkungan
Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan Keanekaragaman
Hayati
Berkurangnya
luasan vegetasi mangrove akibat konversi permukiman
dan pemanfaatan untuk kegiatan komersil
C
Peningkatan Intensitas dan Cakupan Wilayah Bencana Banjir,
Longsor, Kekeringan, dan/atau Lahan
C1
Peningkatan intensitas wilayah banjir
D
Penurunan Mutu dan Kelimpahan Sumber Daya Alam
D3
Penurunan potensi air tanah
D6
Penurunan ketersediaan air
E
Peningkatan Alih Fungsi Lahan
E3
Penurunan kualitas lingkungan akibat pengelolaan lahan tidak berkelanjutan
F
Peningkatan Jumlah Penduduk Miskin atau Terancamnya
Keberlanjutan
F1
Terjadi konflik sosial
G
Peningkatan Resiko Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Manusia
G5
Penurunan kondisi kesehatan lingkungan
G10
Pencemaran udara akibat Sampah
G11
Pencemaran air akibat sampah
Sumber : KLHS RTRW Kota Makassar Tahun 2014
Indikator penilaian KLHS RPIJM Kota Makassar mengacu Kepada KLHS RTRW
Kota Makassar yang telah dibuat dan disusun.
4.3.2

Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, yaitu :
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Jenis

Kegiatan

Bidang

Cipta

Karya

Kota

Makassar

dan

batasan

kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 11

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

Tabel 4.7. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No
A

Skala/Besaran

Jenis Kegiatan
Persampahan :

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan
sistem Control landfill/sanitary landfill :
- luas kawasan TPA, atau
> 10 ha
- Kapasitas Total
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan
Sampah terpadu:
- Kapasitas
> 500 ton/hari
B

C

Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota sedang dan kecil, luas

> 100 ha

b. keperluan settlement transmigrasi

> 2.000 ha

Air Limbah Domestik :
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
- Luas, atau
- Kapasitasnya
b. Pembangunan IPAL limbah domestik,
termasuk fasilitas penunjangnya:
- Luas, atau
- Kapasitasnya
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

- Luas layanan, atau
- Debit air limbah
D Pembangunan
Saluran
Drainase
dan/atau sekunder) di permukiman
- Kota sedang, panjang:
E

> 2 ha
> 11 m3/hari

> 3 ha
> 2,4 ton/hari
> 500 ha
> 16.000 m3/hari

(Primer
> 10 km

Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan

> 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang

> 10 km

Sumber : Permen LH No. 5 / 2012
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya Kab Kota Makassar yang kapasitasnya
masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib
dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL.

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 12

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya

yang wajib

dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 8.2.
Tabel 4.8. Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK

Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

1. Persampahan














2. Air Limbah Domestik Permukiman

4.

a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan
sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi
penunjang :
Luas kawasan, atau < 10 Ha
Kapasitas total < 10.000 ton b. TPA daerah pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha
Kapasitas total < 5.000 ton
Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
Terpadu
Kapasitas < 500 ton
Pembangunan Incenerator
Kapasitas < 500 ton/hari
Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
• Luas < 2 ha
• Atau kapasitas < 11 m3/hari
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL)
• Luas < 3 ha
• Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
c. Pembangunan
sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite
sanitation system) diperkotaan/permukiman
• Luas < 500 ha
• Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
a. Pembangunan saluran primer dan sekunder
• Panjang < 5 km
b. Pembangunan
kolam
retensi/polder
pemukiman
• Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

Drainase Permukaan Perkotaan

di area/kawasan

b . Pembangunan jaringan distribusi:

5.

Air Minum

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

• luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha b. Pembangunan jaringan pipa
transmisi
• Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps
e. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan:
IV - 13

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

• Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
• Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps -< 50 lps

5. Pembangunan
Gedung

a. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
• Fungsi
usaha
meliputi
bangunan
gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d.
10.000 m2
• Fungsi
keagamaan,
meliputi
bangunan masjid termasuk
mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura,
bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d.
10.000 m2
• Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi
khusus, seperti
reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh
menteriSemua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal
maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
b. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang
melintasi prasarana dan atau sarana umum:
• Fungsi usaha meliputi gedung perkantoran, perdagangan,
perindustrian,
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan
bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d.10.000
m2
• Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan
vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi khusus,
seperti
reaktor
nuklir, instalasi
pertahanan dan keamanan dan bangunan
sejenis yang
oleh menteri Semua bangunan yang tidak
ditetapkan
dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
c. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
• Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2
s.d. 10.000 m2
bangunan masjid termasuk
• Fungsi keagamaan,
meliputi
mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura,
bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d.
10.000 m2
• Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
• Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh
menteri Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal
maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 14

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022


6.Pengembangan kawasan permukiman
baru


••




7. Peningkatan Kualitas Permukiman







8. Penanganan
Kawasan Kumuh Perkotaan



Kawasan
Permukiman
Sederhana
untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI,
buruh/pekerja;
Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas
kawasan: kawasan
< 10 ha kumuh di perkotaan
Penanganan
dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need)
pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
Luas kawasan: < 10 ha
terpencil, kawasan
Pembangunan
kawasan
tertinggal,
perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
Luas kawasan: < 10 ha
Pengembangan
kawasan perdesaan
untuk meningkatkan
ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih
pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
Luas kawasan: < 10 ha
Penanganan menyeluruh terhadap kawasan
kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan
dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai
dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan
dengan
penyediaan bangunan rumah susun Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Permen PUNo. 8 / 2010

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah
batas wajib

dilengkapi

dokumen

UKL-UPL

menjadikannya

tidak

wajib

dilengkapi dokumen UKLUPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Tabel .4.9 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada program
Cipta Karya Kota Makassar

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 15

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022

Hasil Analisis 2017

DINAS PEKERJAAN UMUM (PU)
KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

IV - 16