BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Aktivitas Antiinflamasi dan Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Daun Kembang Sepatu Secara In-vivo dan In-vitro - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman kembang sepatu

1. Deskripsi dan sistematika tanaman:

  Tanaman kembang sepatu biasanya digunakan sebagai tanaman hias atau tanaman pagar karena tanaman kembang sepatu memiliki bunga yang beraneka warna. Tanaman kembang sepatu tumbuh di daerah dataran rendah sampai pegunungan. Batang tegak, dengan tinggi 1-3 m, bulat, berkayu, dan keras. Daun tunggal, dengan ujung yang runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi kasar, tulang daun menjari, panjang 10-16 cm, lebar 5-11, daun berwarna hijau. Bunga tunggal, berbentuk terompet, di ketiak daun, kelopak bentuk lonceng, berbagi lima, hijau kekuningan, mahkota terdiri dari lima belas sampai dua puluh daun mahkota, merah muda, benang sari banyak, tangkai sari banyak, tangkai sari merah, kepala sari kuning, putik bentuk tabung merah. Buah kecil, lonjong, diameter 4 mm, masih muda putih setelah tua coklat. Biji berbentuk pipih, berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna coklat muda (Anonim, 2000).

  Adapun sistematika dari tanaman kembang sepatu adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

  Sub kingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magoliopsida Sub Kelas : Dilleriidae Bangsa : Malvales Suku : Malvaceae Marga : Hibiscus

  Jenis : Hibiscus Rosa-Sinensis L.

  2. Nama Lain

  Tanaman kembang sepatu mempunyai nama lain, yaitu: Sumatera: Bungong raja, bunga-bunga, soma-soma, bekeju. Jawa: kembang sepatu, kembang wera, bunga rebong. Nusa Tenggara : Embuhanga, Bunga cepatu.

  Sulawesi: Ulange, kulango, bunga cepatu, bunga bisu. Maluku: ubu-ubu, bala bunga ( Anonim, 2000).

  3. Kegunaan Bagi Masyarakat

  Tanaman kembang sepatu biasanya digunakan antara lain sebagai obat demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan (Anonim, 2000). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Tomar et al.(2010) menunjukan bahwa ekstrak metanol dari daun kembang sepatu memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi pada dosis 250 dan 500 mg/kg berat badan secara oral setelah dilakukan pengujian secara in vivo terhadap tikus putih jantan galur wistar.

  4. Uraian Kandungan Kimia Tumbuhan

  Daun kembang sepatu mengandung flavonoid, saponin, dan polifenol (Anonim, 2000).

  a. Flavonoid Flavonoid adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang tersebar dalam dunia tumbuhan dan merupakan salah satu golongan senyawa fenol yang terbesar.Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pasti ditemukan juga dalam ekstrak tanaman (Markham, 2003).

  Flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan. Selain itu flavonoid juga dapat dibedakan berdasarkan keanekaragaman pada rantai C

3. Flavonoid terdapat dalam bentuk glikosida. Flavanoid

  mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh tumbuhan (Robinson, 1995). b. Saponin Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah.Saponin memiliki banyak efek antara lain sebagai anti mikroba, dan sebagai penghambatan dehydrogenase jalur prostaglandin.

  Ada 2 jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal (Robinson,1995).

  c. Polifenol Polifenol merupakan kumpulan dari senyawa fenol yang mempunyai rantai yang sangat panjang. Fenol itu sendiri merupakan suatu senyawa yang memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil (Harborne,1987).

  Fenol merupakan senyawa aromatik alami yang biasanya mempunyai ciri sekurang-kurangnya mengandung satu rantai samping alifatik yang terikat pada cincin aromatik. Keragaman rantai samping bergabung dengan keragaman struktur membentuk polifenol (Robinson,1995).

B. Radang ( Inflamasi)

  Inflamasi merupakan suatu mekanisme proteksi tubuh terhadap gangguan dari luar atau infeksi. Akan tetapi inflamasi juga menjadi penyebab timbulnya berbagai gangguan misalnya pada artritis. Terjadi pembatasan gerak sendi, kerusakan tulang dan tulang rawan serta struktur sendi (Wibowo dan Gofir, 2001).

  Peradangan merupakan respon langsung tubuh terhadap cedera atau kematian sel (Price and Wilson, 1995). Adapun tanda tanda-tanda peradangan meliputi: a. Rubor (kemerahan) ini merupakan hal pertama saat mengalami peradangan, karena banyak darah mengalir ke dalam mikrosomal lokal pada tempat peradangan.

  b. Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan pada tempat peradangan dari pada yang disalurkan ke daerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada tempat peradangan jauh di dalam tubuh karena jaringan sudah mempunyai suhu 37º C.

  c. Dolor (rasa sakit) dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.

  d. Tumor (pembengkakan) pengeluaran cairan-cairan ke jaringan interstisial.

  e. Fungsio laesa (perubahan fungsi) adalah reaksi peradangan yang telah dikenal, tetapi tidak diketahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu (Price and Wilson, 1995).

1. Mekanisme radang

  Peradangan terjadi bila tubuh sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, atau merupakan reaksi vaskular yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstistial di daerah cedera atau nekrosis ( Price dan Wilson, 2006).

  Tahap vaskular yang terjadi 10-15 menit setelah terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap vaskular berkaitan dengan vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas kapiler dimana substansi darah dan cairan meninggalkan plasma dan pergi menuju ke tempat cedera.Tahap lambat terjadi ketika leukosit menginfiltrasi jaringan inflamasi. Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi. Prostaglandin yang telah berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi adalah salah satu diantaranya. Proses prostaglandin mempunyai banyak efeknya, termasuk diantaranya adalah vasodilatasi relaksasi otot polos, meningkatkan permeabilitas kapiler, dan sensitisasi sel-sel terhadap nyeri (Kee dan Evelyn, 1996). Proses terjadinya inflamasi dapat dibagi dalam dua fase:

  a). Perubahan vaskular Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah.Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hipermia) yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh.Sel darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing.

  b). Pembentukan cairan inflamasi Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi.Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel saraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 2003).

2. Mediator peradangan

  Substansi yang dikeluarkan secara endogen sebagai respon terhadap peradangan dikenal dengan nama Mediator. Mediator-mediator tersebut adalah histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, dan leukotrin (Mutschler, 1991).

  Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dan segera muncul dalam beberapa detik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Histamin bekerja pada dua reseptoryang berbeda yang disebut reseptor H

  1 dan H 2 (Mutschler, 1991).

  Bradikinin dan kalidin merupakan mediator yang dapat bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin (Mutschler, 1991).

  Serotonin (5-HT) berasal dari asam amino esensial triptamin melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi, terdapat dalam platelet darah, mukosa usus dan beberapa bagian otak. Pada trombosit berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostatis (Mutschler, 1991).

  Prostaglandin dan senyawa yang berkaitan diproduksi dalam jumlah kecil oleh semua jaringan. Umumnya bekerja lokal pada jaringan dimana tempat prostaglandin tersebut disintesis, dan cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya. Karena itu, prostaglandin tidak bersirkulasi dengan konsentrasi bermakna dalam darah (Mycek, 2001).

  Prostaglandin dihasilkan oleh asam arakhidonat, asam arakhidonat berasal dari fosfolipid pada banyak membrane sel ketika fosfolipase diaktivasi oleh cedera (atau mediator-mediator lain). Kemudian dua jalur yang berbeda dapat memetabolisme asam arakhidonat : jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase, menghasilkan berbagai prostaglandin, tromboksan, dan leukotriene ( Price dan Wilson, 2006).

C. Asam Arakhidonat

  Asam arakhidonat merupakan senyawa asal dalam sejumlah besar zat mediator yang sangat bermakna. Senyawa ini hanya terdapat dalam jumlah kecil, dalam keadaan bebas serta bagian terbesar dibentuk menjadi fosfolipid membran sel. Pada perangsangan dengan berbagai cara, terutama dengan zat yang menimbulkan kerusakan sel, asam arakhidonat dibebaskan melalui aktivasi fosfolipase A

  2 dan selanjutnya diubah menjadi senyawa mediator (Mutschler, 1991). Asam arakhidonat merupakan prekusor utama dari mediator inflamasi. Asam arakhidonat terdapat dalam komponen fospolipid dan asam arakhidonat bebas dilepaskan dari jaringan fospolipid oleh kerja fospolipase. Ada dua jalur utama dari asam arakhidonat yaitu jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase (Mycek, 2001).

  Jalur siklooksigenase mensintesis prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin. Terdapat dua macam siklooksigenase yaitu COX-1 dan COX-2 dengan berat molekul dan daya enzimatis yang sama. COX-1 terdapat pada hampir semua jaringan. Zat ini berperan antara lain pada pemeliharaan perfusi ginjal, homeostase vaskuler, dan melindungi lambung dengan jalan membentuk bikarbonat dan lendir, serta menghambat produksi asam. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat pada jaringan,tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang (Tjay dan Rahardja, 2002).

D. Agregasi platelet

  Trombosit merupakan sel terkecil diantara berbagai sel dalam sirkulasi darah, dengan diameter hanya 2 – 4 m, dan dengan ketebalan 0,5 m. Masa hidup trombosit berkisar antara 8 -10 hari (Erkurt, 2012). Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit. Trombosit merupakan sel tak berinti yang akan menempel pada pembuluh darah atau jaringan yang luka, mengalami agregasi satu dengan yang lain (Joseph, 2008).

  Agregasi platelet merupakan reaksi trombosit berupa perlekatan sesama trombosit yang akan membentuk sumbat mekanik selama respon terhadap cedera vaskular. Efek antiplatelet ditunjukkan dengan menghambat sintesis tromboksan dari asam arakidonat dalam trombosit oleh adanya proses asetilasi ireversibel dan inhibisi siklooksigenase (Mycek, 2001).

  Sintesis tromboksan A2 berperan pada agregasi platelet. Platelet terlibat dalam reaksi imunologi dan inflamasi dalam respon terhadap luka pada pembuluh darah.Agregasi platelet memberi banyak keuntungan bagi organisme, seperti pada hemostasis, fagositosis benda asing, interaksi dengan virus, bakteri atau kompleks antigen-antibodi.Akan tetapi, di lain pihak, agregat platelet dapat berbahaya, contohnya adalah trombosis dan embolisme yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Raiesdana, 2008).

  Trombosit dilepaskan melalui beberapa sinyal. Platelet yang teraktivasi akan melepaskan adenosine difosfat (ADP), thrombin serotonin dan ephinephrin. Trombin dianggap sebagai agonis fisiologis paling ampuh dan sehingga telah banyak digunakan untuk mempelajari sekresi bersama dengan asam arakidonat (AA), endoperoxides, atau TXA2, karena dapat menyebabkan perubahan bentuk, agregasi, dan sekresi platelet (Ting dan Khasawneh, 2010).

Dokumen yang terkait

Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas (Ananas comusus Merr) Pada Mencit Putih Jantan

21 114 92

Uji Efek Antiinflamasi dan Analgetik Ekstrak Daun Mondokaki (Tabernaemontana divaricata R.Br) Secara Oral dan Topikal Terhadap Mencit

6 88 237

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Aktivitas AntioksidanN Ekstrak Etanol Daun Cincau Perdu

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Majakani (Quercus Infectoria G. Olivier) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Karagenan

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bakteri - Perbandingan Aktivitas Antibakteri Antara Ekstrak Etanol dari Serbuk dan Serbuk Nano Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) Terhadap Strain Bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus aureus

1 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kulit Buah Rotan (Daemonorops draco (Willd.) Blume) terhadap Tikus yang Diinduksi Karagenan

0 4 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit - Formulasi Sediaan Masker Gel Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.)

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat dan daerah tumbuh - Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray)

0 1 17

Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas (Ananas comusus Merr) Pada Mencit Putih Jantan

0 1 21

Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas (Ananas comusus Merr) Pada Mencit Putih Jantan

0 0 14