Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas (Ananas comusus Merr) Pada Mencit Putih Jantan

(1)

EFEK ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL

BUAH NANAS (

Ananas comusus

Merr) PADA MENCIT

PUTIH JANTAN

SKRIPSI

OLEH:

MARDIAN RAKASIWI

NIM 101524003

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EFEK ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL

BUAH NANAS (

Ananas comusus

Merr) PADA MENCIT

PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MARDIAN RAKASIWI

NIM 101524003

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

EFEK ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL

BUAH NANAS (

Ananas comusus

Merr) PADA MENCIT

PUTIH JANTAN

OLEH:

MARDIAN RAKASIWI NIM 101524003

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Oktober 2013

Disetujui Oleh: Pembimbing I, Panitia Penguji,

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt. Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 197806032005012004 NIP 195311281983031002

Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 197806032005012004

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. NIP 195301011983031004 NIP 195208241983031001

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. NIP 198005202005012006 Medan, Oktober 2013

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini yang berjudul “Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas (Ananas comusus Merr) Pada Mencit Putih Jantan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga kepada Ayahanda Bakhtiar dan Ibunda Akmar tercinta, serta kepada Adik Tiara Martini, Trisma Liliani atas doa, dorongan dan semangat baik moril maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., dan Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.


(5)

2. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., sebagai dosen wali yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., Bapak Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt., Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar, pegawai tata usaha, kakak-kakak, abang-abang dan teman-teman yang telah membantu selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

Mardian Rakasiwi NIM 101524003


(6)

Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas

(Ananas comusus Merr) Pada Mencit Putih Jantan

ABSTRAK

Platelet membentuk trombus, pada kondisi normal trombus dapat larut dengan spontan, apabila tidak larut, trombus akan menghambat sirkulasi darah ke organ-organ tubuh penting. Obat antiplatelet digunakan untuk menurunkan agregasi platelet dan menghambat trombosis. Obat antiplatelet standar adalah asetosal dosis rendah 75-300 mg/hari. Penelitian sebelumnya dan beberapa literatur mengatakan, enzim bromelin pada nanas berfungsi sebagai antiagregasi platelet dan fibrinolitik. Sehingga peneliti terterik untuk meneliti buah nanas sebagai antiagregasi platelet.

Untuk mengetahui karakterisasi, golongan senyawa kimia simplisia dan ekstrak. Selain itu untuk mengetahui waktu perdarahan dan koagulasi darah mencit.

Penelitian ini meliputi karakterisasi, skrining fitokimia simplisia dan ekstrak, dan uji antiagregasi platelet dengan menggunakan metode waktu perdarahan dan waktu koagulasi. Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan. Kelompok dibagi atas kelompok kontrol negatif (Na CMC 1%), kelompok kontrol positif (asetosal 40 mg/kg bb), dan kelompok perlakuan dengan variasi dosis diberi ekstrak etanol buah nanas dosis 50, 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb.

Hasil karakterisasi simplisia yang diperoleh memenuhi persyaratan simplisia, hasil karakterisasi ekstrak dapat diperoleh sebagai acuan karakterisasi ekstrak. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol buah nanas menunjukkan adanya kandungan bioaktif senyawa golongan flavonoid, glikosida, saponin, triterpenoid/steroid. Hasil uji antiagregasi platelet menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah nanas dosis 50, 100, 200, 300 mg/kg bb menunjukkan efek memperlama waktu perdarahan dan koagulasi, efek yang dihasilkan berbeda bermakna (p ≤ 0,01) terhadap Na CMC 1% dan asetosal, sedangkan ekstrak etanol buah nanas 400 mg/kg bb menunjukan hasil yang berbeda bermakna (p ≤ 0,01) dengan Na CMC 1%, tetapi tidak berbeda bermakna dengan asetosal 40 mg/kg bb dengan waktu perdarahan, 198,83 ± 0,75 detik; 229,83 ± 0,75 detik; 258,00 ± 0,89 detik; 283,83 ± 1,17 detik (p > 0,01) dan waktu koagulasi darah 234,83 ± 1,47 detik; 266,67 ± 0,82 detik; 285,33 ±1,63 detik; 315,67 ± 1,96 detik (p > 0,01).

Ekstrak etanol buah nanas mampu memperlama waktu perdarahan dan koagulasi sehingga dapat dijadikan sebagai antiagregasi platelet.

Kata kunci: antiagregasi platelet, buah nanas, waktu perdarahan dan waktu koagulasi


(7)

Platelet Antiaggregation Effect of Ethanolic Extract of Pineapple

(Ananascomusus Merr) to Male White Mice

ABSTRACT

Platelet thrombus formed, in normal conditions thrombus may dissolve spontaneously, if it does not dissolve, thrombus will inhibit blood circulation to vital organs. Antiplatelet drugs used to reduce platelet aggregation and prevent thrombosis. Standard antiplatelet drug is low-dose acetosal 75-300 mg/day. Earlies studies and several literature state that bromelin enzyme in pineapple function as platelet antiaggregation and fibrinolytic. Therefore, researchers is interested to investigate platelet antiaggregation effects of pineapple.

To determine characterization, class of chemical compounds botanicals and extracts crude. In addition to determine the bleeding time and blood coagulation mice.

This research involved characterization, Phytochemical screening of botanicals and extracts, platelet antiaggregation test using bleeding time and coagulation time. This study used seven treatment groups. The group divided to negative control group (CMC Na 1%), positive control group (acetosal 40 mg/kg bw), and treatment groups with various doses given ethanolic extract of pineapple doses of 50, 100, 200, 300 and 400 mg/kg bw.

Botanicals characterization results obtained the requirements of botanicals, extrac characterization results can be usu as reference extract characterization. The results of botanicals and ethanol extract of pineapple phytochemical screening showed there were bioactive compounds classified as flavonoid, glycosides, saponins, and triterpenoids/steroids. The test results showed that platelet antiaggregation ethanolic extract of pineapple doses of 50, 100, 200, 300 mg/kg bw showed effects prolong bleeding time, effects resulting had significantly difference (p ≤ 0.01) for CMC Na 1% and acetosal, whereas ethanolic extract of pineapple 400 mg/kg bw showed effects had significant difference (p < 0.01) compared to CMC Na 1%, however didn’t have significant difference compared to acetosal 40 mg/kg bw with bleeding time, 198.83 ± 0.75 second; 229.83 ± 0.75 second; 258.00 ± 0.89 second; 283.83 ± 1.17 second (p > 0.01) and coagulation time, 234.83 ± 1.47 second; 266.67 ± 0.82 second; 285.33 ±1.63 second; 315.67 ± 1.96 second (p > 0.01).

Ethanol extract pineapple fruit can prolong bleeding time and coagulation that can be used as antiplatelets aggregation.

Keywords:platelet antiaggregation, pineapple, bleeding time and coagulation time


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Kerangka Pikir penelitian ... 4

1.3Perumusan Masalah ... 5

1.4Hipotesis ... 5

1.5Tujuan Penelitian ... 6

1.6Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Uraian Tanaman Nanas ... 7

2.2 Efek Farmakologi Tumbuhan ... 7

2.3 Ekstraksi ... 8


(9)

2.4.1 Aktivitas Platelet ... 13

2.5 Pembentukan Bekuan Darah di Dalam Tubuh ... 16

2.5.1 Proses Pembentukan Bekuan Darah ... 17

2.6 Antiplatelet (Antitrombotik) dan Trombolitik (fibrinolitik) ... 17

2.6.1 Antiplatelet (Antitrombotik) ... 18

2.6.2 Trombolitik (Fibrinolitik) ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat-alat ... 23

3.2 Bahan-bahan ... 23

3.3 Hewan Percobaan ... 24

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 24

3.4.1 Pengambilan Sampel ... 24

3.4.2 Identifikasi Tanaman ... 24

3.4.3 Pengolahan Sampel ... 24

3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Nanas (EEBN) ... 25

3.6 Karakterisasi Simplisia ... 25

3.6.1 Penetapan Kadar Air ... 25

3.6.2 Penetapan Kadar Sari Larut Air ... 26

3.6.3 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ... 26

3.6.4 Penetapan Kadar Abu Total ... 27

3.6.5 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ... 27

3.7 Karakterisasi ekstrak etanol buah nanas (EEBN) ... 27

3.8 Skrining Fitokimia Simplisia ... 28


(10)

3.8.2 Pemeriksaan Flavonoid ... 28

3.8.3 Pemeriksaan Glikosida ... 29

3.8.4 Pemeriksaan Saponin ... 30

3.8.5 Pemeriksaan Tanin ... 30

3.8.6 Pemeriksaan Steroid/triterpenoid ... 30

3.9 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Buah Nanas (EEBN) .... 30

3.10 Pembuatan Suspensi Bahan Uji ... 31

3.10.1 Pembuatan Suspensi Na CMC 1% ... 31

3.10.2 Pembuatan Suspensi Asetosal ... 31

3.10.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Buah Nanas .... 32

3.11 Uji Antiagregasi Pletelet ... 32

3.11.1 Pengukuran Waktu Perdarahan ... 32

3.11.2 Pengukuran Waktu Koagulasi ... 33

3.12 Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Idendifikasi Tanaman ... 34

4.2 Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Etanol Buah Nanas ... 34

4.3 Skrining Fitokimia ... 36

4.4 Uji Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas ... 37

4.4.1 Uji Waktu Perdarahan ... 37

4.4.2 Uji Waktu Koagulasi ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49


(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ... 55


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi simplisia dan eksrak

etanol buah nanas ... 34 Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak

etanol buah nanas ... 37 Tabel 4.3 Waktu perdarahan mencit putih jantan

dengan berbagai perlakuan ... 38 Tabel 4.4 Persentase peningkatan lama waktu perdarahan mencit ... 39 Tabel 4.5 Waktu koagulasi darah mencit ... 43 Tabel 4.6 Persentase peningkatan lama waktu koagulasi


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian ... 4

Gambar 2.1 Peran platelet membentuk trombus ... 12

Gambar 2.2 Proses agregat platelet pada pembuluh darah ... 16

Gambar 2.3 Cara penghambatan agregasi platelet ... 18

Gambar 4.1 Grafik lama waktu perdarahan mencit ... 38

Gambar 4.2 Grafik persentase peningkatan lama waktu perdarahan ... 39

Gambar 4.3 Grafik lama waktu koagulasi darah mencit ... 43

Gambar 4.4 Grafik persentase peningkatan lama waktu perdarahan dan waktu koagulasi darah ... 44


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tanaman ... 55

Lampiran 2 Gambar Sampel ... 56

Lampiran 3 Gambar Bahan dan Objek Penelitian ... 58

Lampiran 4 Perhitungan Karakterisasi Simplisia ... 61

Lampiran 5 Perhitungan Karakterisasi Ekstrak Etanol Buah Nanas ... 64

Lampiran 6 DataHasil Uji Waktu Perdarahan dan Koagulasi Darah Mencit ... 67

Lampiran 7 Data Hasil Uji % Peningkatan Lama Waktu Perdarahan dan Koagulasi Darah Mencit ... 72


(15)

Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas

(Ananas comusus Merr) Pada Mencit Putih Jantan

ABSTRAK

Platelet membentuk trombus, pada kondisi normal trombus dapat larut dengan spontan, apabila tidak larut, trombus akan menghambat sirkulasi darah ke organ-organ tubuh penting. Obat antiplatelet digunakan untuk menurunkan agregasi platelet dan menghambat trombosis. Obat antiplatelet standar adalah asetosal dosis rendah 75-300 mg/hari. Penelitian sebelumnya dan beberapa literatur mengatakan, enzim bromelin pada nanas berfungsi sebagai antiagregasi platelet dan fibrinolitik. Sehingga peneliti terterik untuk meneliti buah nanas sebagai antiagregasi platelet.

Untuk mengetahui karakterisasi, golongan senyawa kimia simplisia dan ekstrak. Selain itu untuk mengetahui waktu perdarahan dan koagulasi darah mencit.

Penelitian ini meliputi karakterisasi, skrining fitokimia simplisia dan ekstrak, dan uji antiagregasi platelet dengan menggunakan metode waktu perdarahan dan waktu koagulasi. Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan. Kelompok dibagi atas kelompok kontrol negatif (Na CMC 1%), kelompok kontrol positif (asetosal 40 mg/kg bb), dan kelompok perlakuan dengan variasi dosis diberi ekstrak etanol buah nanas dosis 50, 100, 200, 300 dan 400 mg/kg bb.

Hasil karakterisasi simplisia yang diperoleh memenuhi persyaratan simplisia, hasil karakterisasi ekstrak dapat diperoleh sebagai acuan karakterisasi ekstrak. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol buah nanas menunjukkan adanya kandungan bioaktif senyawa golongan flavonoid, glikosida, saponin, triterpenoid/steroid. Hasil uji antiagregasi platelet menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah nanas dosis 50, 100, 200, 300 mg/kg bb menunjukkan efek memperlama waktu perdarahan dan koagulasi, efek yang dihasilkan berbeda bermakna (p ≤ 0,01) terhadap Na CMC 1% dan asetosal, sedangkan ekstrak etanol buah nanas 400 mg/kg bb menunjukan hasil yang berbeda bermakna (p ≤ 0,01) dengan Na CMC 1%, tetapi tidak berbeda bermakna dengan asetosal 40 mg/kg bb dengan waktu perdarahan, 198,83 ± 0,75 detik; 229,83 ± 0,75 detik; 258,00 ± 0,89 detik; 283,83 ± 1,17 detik (p > 0,01) dan waktu koagulasi darah 234,83 ± 1,47 detik; 266,67 ± 0,82 detik; 285,33 ±1,63 detik; 315,67 ± 1,96 detik (p > 0,01).

Ekstrak etanol buah nanas mampu memperlama waktu perdarahan dan koagulasi sehingga dapat dijadikan sebagai antiagregasi platelet.

Kata kunci: antiagregasi platelet, buah nanas, waktu perdarahan dan waktu koagulasi


(16)

Platelet Antiaggregation Effect of Ethanolic Extract of Pineapple

(Ananascomusus Merr) to Male White Mice

ABSTRACT

Platelet thrombus formed, in normal conditions thrombus may dissolve spontaneously, if it does not dissolve, thrombus will inhibit blood circulation to vital organs. Antiplatelet drugs used to reduce platelet aggregation and prevent thrombosis. Standard antiplatelet drug is low-dose acetosal 75-300 mg/day. Earlies studies and several literature state that bromelin enzyme in pineapple function as platelet antiaggregation and fibrinolytic. Therefore, researchers is interested to investigate platelet antiaggregation effects of pineapple.

To determine characterization, class of chemical compounds botanicals and extracts crude. In addition to determine the bleeding time and blood coagulation mice.

This research involved characterization, Phytochemical screening of botanicals and extracts, platelet antiaggregation test using bleeding time and coagulation time. This study used seven treatment groups. The group divided to negative control group (CMC Na 1%), positive control group (acetosal 40 mg/kg bw), and treatment groups with various doses given ethanolic extract of pineapple doses of 50, 100, 200, 300 and 400 mg/kg bw.

Botanicals characterization results obtained the requirements of botanicals, extrac characterization results can be usu as reference extract characterization. The results of botanicals and ethanol extract of pineapple phytochemical screening showed there were bioactive compounds classified as flavonoid, glycosides, saponins, and triterpenoids/steroids. The test results showed that platelet antiaggregation ethanolic extract of pineapple doses of 50, 100, 200, 300 mg/kg bw showed effects prolong bleeding time, effects resulting had significantly difference (p ≤ 0.01) for CMC Na 1% and acetosal, whereas ethanolic extract of pineapple 400 mg/kg bw showed effects had significant difference (p < 0.01) compared to CMC Na 1%, however didn’t have significant difference compared to acetosal 40 mg/kg bw with bleeding time, 198.83 ± 0.75 second; 229.83 ± 0.75 second; 258.00 ± 0.89 second; 283.83 ± 1.17 second (p > 0.01) and coagulation time, 234.83 ± 1.47 second; 266.67 ± 0.82 second; 285.33 ±1.63 second; 315.67 ± 1.96 second (p > 0.01).

Ethanol extract pineapple fruit can prolong bleeding time and coagulation that can be used as antiplatelets aggregation.

Keywords:platelet antiaggregation, pineapple, bleeding time and coagulation time


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu faktor penting dalam proses penggumpalan darah adalah platelet atau lebih dikenal dengan nama trombosit. Platelet adalah sel yang tidak berinti, besarnya antara 3-2 mikron, berbentuk lonjong dan pipih seperti cakram. Pada keadaan tertentu platelet dapat berubah menjadi bulat dengan tepi yang tidak rata karena tonjolan yang disebut pseudopod. Fungsi utama platelet adalah membentuk sumbat mekanis selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskular (Erlianti, 1999).

Trombosis adalah pembentukan suatu massa abnormal akibat proses penggumpalan pada sistem pembuluh darah makhluk hidup. Massa abnormal ini dinamakan trombus. Pada kondisi tubuh normal, trombus dapat larut dengan spontan tetapi apabila tidak larut, kemungkinan trombus akan terlepas dan terbawa oleh darah ke paru-paru. Jika tejadi pada pembuluh arteri, trombus akan menghambat sirkulasi darah ke organ-organ tubuh penting, dan terjadi pada pembuluh darah otak akan menyebabkan timbulnya penyakit stroke (Erlianti, 1999).

Trombosis dan aterosklerosis terjadi akibat gaya hidup tidak seimbang serta tingginya konsumsi gula dan lemak. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit arteri perifer, infarksi miokardial, dan stroke. Selain memperbaiki makanan dan olahraga secara teratur, obat-obat pencegah dapat digunakan.


(18)

Obat-obat antiplatelet digunakan untuk menurunkan agregasi platelet dan menghambat trombosis. Obat antiplatelet standar adalah asetosal, yang digunakan dalam dosis yang lebih rendah 75-300 mg per hari (Heinrich, dkk., 2009).

Selain asetosal bahan makanan seperti nanas juga memiliki efek antiplatelet, di Indonesia nanas ditanam di kebun-kebun, perkarangan rumah, dan tempat- tempat yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1-1300 meter di atas permukaan laut. Buah nanas rasanya enak, asam sampai manis, dan dapat digunakan untuk memberi cirta rasa (Yuniarti, 2008).

Buah nanas dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kulit buah, daging buah dan hati buah. Salah satu fungsi buah nanas adalah melangsingkan tubuh manusia, dengan cara meluruhkan timbunan lemak yang berlebihan. Buah nanas mengandung senyawa kimia yang bervariasi konsentrasinya tergantung daerah pertumbuhan, kondisi sebelum panen dan sesudah panen. Buah nanas mengandungvitamin dan mineral, diantaranya vitamin A, vitamin C, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelain (Dalimartha, 2000; Yuniarti, 2008; Anonim, 2009).

Masyarakat memanfaatkan buah nanas untuk berbagai macam obat tradisional. Pada penelitian terdahulu menurut Caesarita (2011), ekstrak air buah nanas dapat digunakan sebagai penghambat bakteri Staphylococcus aureus dan antifungi (Daniswara, 2008). Bromelin merupakan suatu enzim golongan protease yang dihasilkan dari ekstraksi air buah nanas yang dapat mendegradasi kolagen daging, sehingga dapat mengempukkan daging (Utami, dkk., 2011),


(19)

menghambat penggumpalan platelet (agregasi platelet), dan mempunyai aktivitas fibrinolitik (Bhattacharyya, 2008; Dalimartha, 2000; Maurer, 2001; Uma, dkk., 2012; Yuniarti, 2008). Penelitian sebelumnya telah meneliti efek antiagregasi platelet ekstrak air buah nanas (Metzig, dkk., 1999). Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan uji efek antiagregasi platelet pada buah nanas dengan ekstrak etanol sebagai pelarut polar dan non polar, dan dengan menggunaan etanol 96% sebagai pelarut akan mempermudah dalam proses pengentalan ekstrak.


(20)

1.2 Krangka Pikir Penelitian

Adapun krangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1:

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian

Variabel terikat Variabel bebas

Skrining Fitokimia 1. Pemeriksaan

Alkaloid 2. Pemeriksaan

Flavonoid 3. Pemeriksaan

Glikosida 4. Pemeriksaan

Saponin 5. Pemeriksaan

Tanin 6. Pemeriksaan

Steroid/Triterp enoid

Kelompok kontrol positif (Asetosal 40 mg/kg BB) Kelompok kontrol negatif (Suspensi Na-CMC 1 %) Ekstrak etanol buah nanas dosis 50, 100, 200, 300 dan 400 mg/kg BB Simplisia

buah nanas

Ekstrak etanol buah nanas

Karakterisasi 1. Pk air 2. Pk sari larut

dalam air 3. Pk sari larut

dalam etanol 4. Pk abu total 5. Pk abu tidak

larut dalam asam

Waktu perdarahan

Waktu koagulasi Mencit


(21)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah: a. apakah karakteristik simplisia buah nanas memenuhi persyaratan simplisia dan apakah dengan melakukan karakterisasi ekstrak etanol buah nanas dapat diperoleh karakteristik ekstrak etanol buah nanas. b. apakah golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia dan

ekstrak etanol buah nanas.

c. apakah ekstrak etanol buah nanas mampu memperlama waktu perdarahan mencit putih jantan.

d. apakah ekstrak etanol buah nanas mampu memperlama waktu koagulasi darah mencit putih jantan.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian adalah: a. karakteristik simplisia buah nanas memenuhi persyaratan simplisia dan

karakteristik ekstrak etanol buah nanas dapat diperoleh dengan karakterisasi ekstrak etanol buah nanas.

b. golongan senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia dan ekstrak etanol buah nanas adalah flavonoid, glikosida, saponin, steroid/triterpenoid.

c. ekstrak etanol buah nanas mampu memperlama waktu perdarahan mencit putih jantan.

d. ekstrak etanol buah nanas mampu memperlama waktu koagulasi darah mencit putih jantan.


(22)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk: a. mengetahui karakteristik simplisia buah nanas dan karakteristik ekstrak

etanol buah nanas.

b. mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol buah nanas.

c. mengetahui waktu perdarahan mencit putih jantan setelah diberikan ekstrak etanol buah nanas.

d. mengetahui waktu koagulasi darah mencit putih jantan setelah diberi ekstrak etanol buah nanas.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk:

a. memberikan informasi karakteristik simplisia dan ekstrak etanol buah nanas, serta golongan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. b. memberikan informasi tentang efek antiagregasi platelet dari ekstrak


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Nanas

Di Indonesia, nanas ditanam di kebun-kebun, pekarangan, dan tempat-tempat lain yang cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1- 1.300 meter di atas permukaan laut. Nanas merupakan tanaman buah yang selalu tersedia sepanjang tahun. Herbal tahunan atau dua tahunan, terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daun berkumpul pada roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daun berbentuk pedang, tebal, liat, ujung lancip menyerupai duri, tepi berduri tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau atau hijau kemerahan. Bunga majemuk tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya bulat panjang, berdaging, berwarna hijau, jika masak warna menjadi kuning. Buah nanas rasanya enak, asam sampai manis. Buahnya selain dimakan secara langsung, bisa juga diawetkan dengan cara direbus dan diberi gula, dibuat selai, atau sirup. Kandungan kimia buah nanas adalah vitamin A dan vitamin C, kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelain (Dalimartha, 2000; Yuniarti, 2008).

2.2 Efek Farmakologi Tumbuhan

Menurut Dalimartha (2000), Buah nanas berkhasiat mengurangi keluarnya asam lambung yang berlebihan, membantu mencernakan makanan di lambung,


(24)

antiradang, peluruh kencing (diuretik), peluruh haid, membersihkan jaringan kulit yang mati, mengganggu pertumbuhan sel kanker, menghambat penggumpalan trombosit (agregasi platelet), dan mempunyai aktivitas fibrinolitik. Masyarakat memanfaatkan buah nanas untuk berbagai macam obat tradisional. Pada penelitian terdahulu menurut Casearita (2011) ekstrak air buah nanas dapat digunakan sebagai penghambat bakteri Staphylococcus aureus, antifungi (Daniswara, 2008). Bromelin merupakan suatu enzim golongan protease yang dihasilkan dari ekstraksi air buah nanas yang dapat mendegradasi kolagen daging, sehingga dapat mengempukkan daging (Utami, dkk., 2011), menghambat penggumpalan trombosit (agregasi platelet), dan mempunyai aktivitas fibrinolitik (Maurer, 2001; Dalimartha, 2000; Bhattacharyya, 2008; Yuniarti, 2008; Uma, dkk., 2012).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI., 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI., 1995).

Jenis ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Alkohol merupakan pelarut serba guna yang baik untuk ekstraksi


(25)

pendahuluan. Bahan dapat dimaserasi dalam pelarut, kemudian disaring (Harborne, 1987).

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu (Depkes RI., 2000). Selanjutnya ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti maserasi, perkolasi, sokletasi, refluks, infus, digesti, dekok dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Anief, 2000; Depkes RI., 2000; Syamsuni, 2006).

a. maserasi

Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.

b. perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan dan penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).


(26)

c. refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali kelabu.

d. sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu.

e. digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40-60oC.

f. infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit.

g. dekok

Dekok adalah ekstraksi pada suhu 90oC menggunakan pelarut air selama 30 menit.


(27)

2.4 Platelet

Platelet disebut juga trombosit berbentuk cakram kecil dengan diameter 1 sampai 4 mikrometer. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hematopoietik dalam sumsum, megakariosit pecah menjadi trombosit kecil, baik disumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika memasuki kapiler. Kosentrasi normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000 dan 300.000 per mikroliter.

Membran sel trombosit juga penting di permukaannya terdapat lapisan glikoprotein yang mencegah pelekatan dengan endotel normal dan justru menyebabkan pelekatan dengan daerah dinding pembuluh yang cedera, terutama pada sel-sel endotel yang cedera, dan bahkan melekat pada jaringan yang terbuka di bagian dalam pembuluh. Selain itu membran platelet mengandung banyak fosfolipid yang mengaktifkan berbagai mediator pada proses pembekuan darah. Trombosit merupakan struktur yang aktif. Waktu paruh hidupnya dalam darah 8 sampai 12 hari, jadi setelah beberapa minggu setelah tugas fungsionalnya berahir, trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh sistem makrofak jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, yaitu pada waktu darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat (Guyton dan Hall, 2007).

Menurut Mutschler (1991), di dalam platelet ini terdapat sejumlah granul, yang di dalamnya terdapat antara lain faktor pembeku darah. Fungsinya adalah: a. dengan penggumpalan, dibentuk sumbatan mekanik (sumbat platelet).


(28)

b. zat mediator yang dibebaskan dari platelet, terutama tromboksan A2, menyebabkan vasokonstriksi yang cepat dalam daerah pembuluh yang terluka.

c. dengan hancurnya platelet akan dibebaskan faktor platelet, yang bersama dengan faktor plasma akan menyebabkan pembekuan. Merangsang penarikan (retraksi) gumpalan darah.

Platelet memberikan respon pada trauma vaskular karena proses aktivasi yang menyangkut 3 tahap yaitu: adesi pada sisi luka, pelepasan granul intraselular, dan agregasi trombosit, peran platelet membetuk trombus dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Peran platelet membentuk trombus (Groos dan Weitz, 2009). Secara normal, trombosit beredar dalam darah dalam bentuk tidak aktif, tetapi menjadi aktif karena berbagai rangsangan (Mycek, dkk., 2001), disamping itu platelet juga merapatkan celah-celah pembuluh pada daerah yang tak terluka di dalam kapiler. Karena platelet juga mempunyai kemampuan fagositosis, sehingga berperan pada proses pertahanan tubuh organisme (Mutschler, 1991).

Fungsi platelet darah diatur oleh tiga kategori substansi. Kelompok pertama terdiri atas agen-agen yang dibentuk diluar platelet yang berinteraksi dengan reseptor-reseptor membran platelet, misalnya catecholamine, collagen,


(29)

thrombin dan prostacyclin. Kategori kedua terdiri atas agen-agen yang dibentuk di dalam platelet yang berinteraksi dengan reseptor-reseptor membran, misalnya, ADP, Prostaglandin D2, Prostglandin E2, dan serotonin. Kategori ketiga terdiri atas agen-agen yang dibentuk di dalam platelet yang bekerja di dalam platelet, misalnya, prostglandin endoperoxide dan thromboxane A2,

nukleotida-nukleotida siklis cAMP dan cGMP, dan ion kalsium. Dari daftar agen-agen ini beberapa target obat-obat penghambat platelet telah diidentifiksikan: penghambat metabolisme prostaglandin seperti asetosal, penghambat agregasi platelet yang diinduksi ADP seperti clopidogrel, ticlopidine, dan penyakatan reseptor-reseptor GP IIb/IIIa pada platelet-platelet seperti abciximab, tirofiban, dan eptifibatide (Katzung, 2002).

2.4.1 Aktivasi Platelet

Menurut Mycek, dkk., (2001), membran luar platelet mengandung berbagai reseptor yang berfungsi sebagai sensor peka atas sinyal-sinyal fisiologik yang ada dalam plasma. Reseptor yang terdapat di membran dapat dirangsang oleh sinyal-sinyal kimia tertentu. Rangsangan sinyal kimia ini dibagi menjadi dua golongan, pertama digolongkan sebagai aktivasi platelet, yang memacu agregasi platelet dan seterusnya melepaskan granul yang berada dalam platelet. Sementara golongan yang ke dua digolongkan sebagai penghambat platelet, yang menghambat agregasi pletelet dan pelepasan granul yang berada dalam platelet. Sinyal kimia inilah yang menentukan apakah platelet tetap dalam keadaan tenang atau menjadi aktif.


(30)

i. peningkatan kadar protasiklin: Dalam pembuluh yang normal dan tidak rusak, platelet bergerak bebas, karena keseimbangan sinyal kimia menunjukkan sistem vaskular tidak mengalami kerusakan. Sebagai contoh prostasiklin, dibentuk oleh sel endotel yang intak dan dilepaskan ke dalam plasma, terikat pada reseptor membran spesifik platelet yang bergabung dengan sintesis siklik adenosin monofosfat (cAMP) sebagai masenjer intraseluler. Peningkatan kadar cAMP intraseluler menghammbat aktivitas platelet dan pelepasan zat agregasi platelet. ii. penurunan kadar trombin dan tromboksan plasma: Membran pletelet

mengandung reseptor yang dapat mengikat trombin, tromboksan dan kolagen lepas. Jika terisi, tiap jenis reseptor ini akan memacu sejumlah reaksi yang menyebabkan lepasnya granula intraselular ke dalam sirkulasi sehingga terjadi agregasi platelet. Namun, pada pembuluh normal yang intak, kadar trombin dan tromboksan yang beredar rendah dan endotel yang intak menutup kolagen yang ada dalam lapisan subendotel, akibatnya reseptor platelet yang bersangkutan akan kosong dan tetap tidak aktif. Dengan demikian aktivitas platelet dan agregasi tidak terjadi.

b. Sinyal kimia yang memacu agregasi platelet antara lain adalah:

i. penurunan kadar prostasiklin: Sel-sel endotel yang rusak akan menghasilkan prostasiklin lebih sedikit, yang menyebabkan pengurangan kadar prostasiklin setempat. Pengikatan prostasiklin pada reseptor


(31)

platelet berkurang. Sehingga kadar cAMP intraseluler yang rendah menyebabkan agregasi platelet.

ii. kolagen terekspos: Dalam beberapa detik setelah kerusakan vaskular, platelet melengket dan menutupi kolagen subendotel. Reseptor pada permukaan platelet diaktifkan oleh kolagen jaringan ikatan yang mendasari, yang memacu pelepasan granula platelet berisi ADP dan serotonin. Proses ini kadang-kadang disebut sebagai reaksi pelepasan platelet, dan platelet tersebut selanjutnya diaktifkan. Reseptor fibrinogen terdapat pada permukaan platelet dan kemudian firinogen akan bekerja sebagai jembatan antara kedua platelet dapat dilihat pada Gambar 2.2. iii. peningkatan sintesis tromboksan: Stimulasi platelet oleh trombin,

kolagen dan ADP menyebabkan aktivitas enzim fosfolipase membran platelet, yang membebaskan asam arakidonat dan fosfolipid membran. Asam arakidonat pertama diubah menjadi prostaglandin H2 oleh siklooksigenase, suatu enzim yang dinonaktifkan oleh aspirin secara ireversibel. Prostaglandin H2 dimetabolisme menjadi tromboksan A2, yang dilepaskan ke dalam plasma. Tromboksan A2 yang dihasilkan akan menempel pada reseptor platelet lain sehingga terjadi agregasi platelet, yang selanjutnya memacu proses penyumbatan dan penting untuk pembentukan sumbatan hemostatik secara cepat dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(32)

Gambar 2.2 Proses agregat platelet pada pembuluh darah (Fitzakerley, 2012).

2.5 Bentuk Pembekuaan Darah di Dalam Tubuh

Menurut Harahap dan Sumadio (1995) ada dua bentuk pembekuan darah di dalam tubuh, yaitu trombus dan embolus. Trombus adalah pembekuan darah yang melekat pada dinding pembuluh darah, hal ini terjadi terutama disebabkan adanya inflamasi (kerusakan) saluran darah. Sudiono dan Yuwono (2003) mengatakan, trombus merupakan benda padat yang terdiri dari unsur-unsur (elemen) darah di dalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup, unsur-unsur darah ini adalah platelet, fibrin, eritrosit dan leukosit. Proses pembentukan trombus disebut trombosis. Sedangkan embolus adalah pecahnya trombus yang dapat menyumbat saluran darah kecil yang mengakibatkan penghambatan aliran darah atau sering disebut embolisme. Embolisme pulmonari adalah emboli yang terjadi pada pembuluh darah pulmonari (Harahap dan Sumadio, 1995). Trombus dan embolus ini berbahaya karena dapat menyumbat pembuluh dan jaringan akan mengalami kekurangan oksigen dan makanan (Mycek, dkk., 2001).


(33)

2.5.1 Proses Pembentukan Bekuan Darah

Normalnya, darah yang mengalir tetap cair karena terdapat keseimbangan tertentu yang sangat komplek. Pada keadaan tertentu, keseimbangan ini dapat terganggu sehingga terjadi trombosis. Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya platelet-platelet pada perrmukaan endotel pembuluh darah atau jantung. Jika terjadi suatu kerusakan pada platelet, akan dilepaskan suatu zat tromboplastin. Zat inilah yang akan merangsang proses pembentukan beku darah. Tromboplastin akan mengubah protrombin yang terdapat didalam darah menjadi trombin, yang kemudian bereaksi dengan fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin seperti jala yang menahan eritrosit dan leukosit, selain itu trombin juga menyebabkan pecahnya platelet sehingga terbentuk lebih banyak tromboplastin. Dengan adanya darah yang mengalir melalui tempat itu, faktor-faktor pembekuan yang dikeluarkan platelet akan terbawa oleh aliran darah sehingga tidak terjadi proses pembekuan pada tempat itu, tetapi hanya terjadi suatu trombus (Sudiono dan Yuwono, 2003). Menurut Dewoto (2008), terjadinya proses pembentukan bekuan darah ini dikarenakan beberapa faktor, diantanya adalah faktor pembuluh darah, faktor platelet dan faktor pembekuan darah.

2.6 Antiplatelet (Antitrombotik) dan Trombolitik (Fibrinolitik)

Platelet menjadi sumbat hemostasis awal di tempat perlukaan pembuluh darah, selain itu platelet berperan pada pembentukan trombus. Obat yang digunakan untuk mencegah dan pengobatan tromboemboli adalah golongan antikoagulan, antitrombosit dan trombolitik. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Antitrombotik adalah obat yang dapat menghambat


(34)

agregasi trombosit sehingga dapat menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri. Trombolitik berbeda dengan antikoagulan yang mencegah terbentuk dan meluasnya tromboemboli, trombolitik melarutkan trombus yang sudah terbentuk (Dewoto, 2008).

2.6.1 Antiplatelet (antitrombotik)

Penghambat agregasi platelet untuk mengurangi pembentukan agregat dilakukan dengan cara menghambat aktivasi platelet dengan berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan TXA2 dan pemberian antagonis resepor-reseptor yang ada di membran platelet, yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Cara penghambatan agregasi platelet (Groos dan Weitz, 2009). Zat-zat ini terbukti dalam mencegah dan mengobati penyakit kardiovaskular oklusif, mempertahankan cangkok vaskular dan keutuhan arteri, antikoagulan kurang berguna dalam pencegahan trombosis arteri. Karena dalam pembuluh darah yang memiliki aliran lebih cepat. Trombus terutama terdiri dari platelet dengan sedikit fibrin. Obat platelet mengurangi agregasi platelet dan trombosis arteri. Pada arteri dengan ateroma, plak yang sangat mungkin mengalami ruptur mempunyai inti sangat kaya lemak dan tertutup oleh selubung


(35)

fibrosa tipis. Rupturnya selubung tersebut membuat kolagen subendotel terpapar sehingga mengaktivasi platelet dan menyebabkan agregasi. Keadaan tersebut melepaskan tromboksan A2 (TXA2), Adenosin difosfat (ADP), dan 5-hidroksitriptamin (5HT) menyebabkan agregasi platelet selanjutnya, vasokontriksi, dan aktivasi kaskade pembekuan. Obat antiplatelet, khususnya asetosal, telah terbukti dapat mengurangi risiko infark miokard pada pasien dengan angina tidak stabil, meningkatkan ketahanan hidup pasien yang pernah mengalami infark miokard, dan menurunkan risiko stroke pada pasien dengan serangan iskemik sementara ( Mycek, dkk., 2001; Neal, 2006).

Peristiwa yang menjadi kunci pada aktivasi dan agregasi platelet adalah peningkatan kalsium sitoplasma. Hal ini menyebabkan perubahan konformasi reseptor GPIIb/IIIa inaktif pada membran plasma menjadi reseptor yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap fibrinogen, yang membentuk ikatan silang di antara platelet, dan menyebabkan agregasi. TXA2, trombin, dan 5HT mengaktivasi fosfolipase C, dan inositol-1,4,5-trisfosfat (InsP3) yang dihasilkan menstimulasi pelepasan kalsium dari retikulum endoplasma. ADP menghambat adenilat siklase dan penurunan adenosin monofosfat siklik (cAMP) meningkatkan kalsium sitoplasma kembali. Semua obat antiplatelet bekerja satu arah untuk menghambat jalur aktivasi platelet yang tergantung kalsium (Neal, 2006).

Tromboemboli merupakan salah satu penyebab sakit dan kematian yang banyak terjadi, banyak faktor yang menyebabkan timbulnya tromboemboli,


(36)

misalnya trauma, kebiasaan merokok, pembedahan, kehamilan atau akibat obat-obat yang mengandung estrogen (Dewoto, 2008).

Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam platelet dan protasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara ireversibel enzim siklooksigenase terjadi karena aspirin mengasetilasi enzim tersebut, aspirin dosis kecil hanya dapat menekan pembentukan TXA2, sebagai antitrombotik dosis efektif aspirin 80-320 mg perhari (Dewoto, 2008). TXA2 merupakan penginduksi kuat agregasi platelet, sel endotel dinding pembuluh darah menghasilkan prostglandin, PGI2 (Prostasiklin), yang kemungkinan merupakan antagonis fisiologis dari TXA2. PGI2 menstimulasi reseptor yang berbeda pada platelet dan mengaktivasi adenilat siklase. Peningkatan cAMP yang terjadi kemudian berhubungan dengan penurunan kalsium intraseluler dan inhibisi agregasi platelet (Neal, 2006).

2.6.2 Trombolitik (Fibrinolitik)

Menurut Majerus dan Tollefsen (2008), terapi obat trombolitik (fibrinolitik) cenderung melarutkan trombus, sistem fibrinolitik melarutkan bekuan darah intravaskular sebagai hasil kerja plasmin, yakni suatu enzim yang mencerna fibrin. Plasminogen, suatu prekursor yang tidak aktif, diubah menjadi plasmin dengan pemutusan ikatan peptida tunggal. Plasmin merupakan suatu protease yang relatif nonspesifik, senyawa ini mencerna bekuan fibrin dan protein plasma lainnya, termasuk beberapa faktor koagulan. Dipasaran terdapat plasmin aktivator seperti jaringan plasmin aktivtor(t-PA), Streptokinase, Urokinase (Harahap dan Sumadio, 1995).


(37)

Menurut Mycek, dkk., (2001), sifat-sifat umum obat trombolitik dapat dilihat seperti dibawah ini:

a. kerja: Obat-obat trombolitik mempunyai sifat-sifat yang sama. Semua bekerja langsung atau tidak mengubah plasminogen menjadi plasmin yang selanjutnya mencairkan fibrin sehingga melarutkan trombus. Dalam setiap kasus, pelarutan dan reperfusi bekuan sering terjadi jika terapi dimulai lebih awal setelah pembentukan bekuan, karena bekuan akan menjadi lebih resisten untuk lisis jika semakin lama. Trombin lokal yang meningkat dapat terjadi jika melarutnya bekuan, sehingga menyebabkan agregasi platelet meningkat dan terjadi trombosis. Cara yang dilakukan untuk mencegah hal ini adalah dengan pemberian obat antiplatelet seperti aspirin.

b. pemberian obat: Untuk infark miokard, pemberian obat intrakoroner paling dipercaya untuk mencapai rekanalisasi. Namun, kateterisasi jantung mungkin tidak dapat dilakukan dalam 2-6 jam, dan jika melewati waktu tersebut pertolongan miokard yang penting tidak mungkin lagi. Sebab itu, obat trombolitik biasanya diberikan inravena, karena cara ini cepat, tidak mahal dan tidak mempunyai risiko kateterisasi.

c. penggunaan dalam terapi: semua digunakan untuk pengobatan trombosis vena profunda dan embolisme paru berat, obat trombolitik sekarang digunakan lebih sering untuk mengobati infark miokard akut dan trombosis arteri perifer dan emboli untuk menghindari pembekuan dalam kateter dan pintas.


(38)

efek samping: obat-obat trombolitik tidak membedakan fibrin trombus yang tidak diinginkan dan fibrin sumbatan hemostatik yang menguntungkan. Karena itu, perdarahan merupakan efek samping utama. Misalnya, suatu lesi yang semula tidak berbahaya, seperti ulkus peptikum, dapat mengalami perdarahan setelah suntikan obat trombolitik. Obat-obat ini merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan luka yang sembuh, kehamilan, riwayat cedera serebrovaskular.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen (eksperimental) bertujuan untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol. Penelitian ini meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi sampel, pembuatan simplisia, karekterisasi simplisia, pembuatan ekstrak etanol nanas, karekterisasi ekstrak etanol nanas, penyiapan hewan percobaan, pengujian efek antiagregasi platelet dengan menentukan waktu perdarahan dan waktu koagulasi menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Analisis data berdasarkan metode analisis variasi (ANAVA) dengan tingkat kepercayaan 99%, untuk melihat perbedaan nyata antara perlakuan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, pisau dapur, kertas perkamen, neraca kasar, neraca listrik, rotary evaporator, spuit, oral sonde, oven, pipet kapiler, stopwach, kertas saring, silet, dan pinset.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah buah nanas segar, α -naftol, amil alkohol, asam asetat anhidridat, asam klorida pekat, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, besi (III) klorida, bismut (III) nitrat, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloroform, metanol, natrium hidroksida, natrium


(40)

sulfat anhidrat, raksa (II) klorida, serbuk magnesium, timbal (II) asetat, toluena, etanol 96%, tablet asetosal (Aspilets®), CMC Na dan aquades.

3.3 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah mencit putih

(Mus musculus) jantan berumur 2-3 bulan dan bobot badan 25-35 g yang didapat

dari Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatra Utara. Medan.

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel diambil dari Pasar tradisional Melati Sunggal di Kota Medan.

3.4.2 Identifikasi Tanaman

Identifikasi tanaman buah nanas dilakukan oleh Herbarium Medanense (Meda), Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.4.3 Pengolahan Sampel

Buah nanas dibersihkan dengan air hingga bersih kemudian bagian daging nanas dipisahkan dari kulitnya, lalu dagingnya dipotong-potong, ditimbang, lalu diangin-anginkan selama 1 hari, selanjutnya dikeringkan di lemari pengering dengan suhu 30-40oC, setelah kering buah nanas diserbukan dan ditimbang kembali.


(41)

3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Nanas (EEBN)

Serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol, dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan kedalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan etanol, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai (saring), ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Hasil maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol (Depkes RI., 1986).

3.6 Karakterisasi Simplisia Buah Nanas

Pemeriksaan karakteristik simplisia ini meliputi pemeriksaan penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam (WHO, 1998; Depkes RI., 1995).

3.6.1 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi (destilasi toluena) (WHO, 1998).

Cara kerja:

Dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml.


(42)

Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998; Depkes RI., 1995).

3.6.2 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI., 1979).

3.6.3 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama


(43)

6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI., 1979).

3.6.4 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI., 1979).

3.6.5 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI., 1979).

3.7 Karakterisasi Ekstrak Etanol Buah Nanas (EEBN)

Karakterisasi Ekstrak Etanol Buah Nanas yang dilakukan adalah: a. penetapan kadar air


(44)

c. penetapan kadar sari larut dalam etanol d. penetapan kadar abu total

e. penetapan kadar abu tidak larut dalam asam

adapun cara kerja dari penetapan kadar ini, dilakukan sama seperti cara kerja pada karakterisasi simplisia.

3.8 Skrining Fitokimia Simplisia Buah Nanas

Skrining fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida (Depkes RI., 1979), saponin (Depkes RI., 1979; Farnsworth, 1966), tanin dan triterpenoid/steroid (Farnsworth, 1966).

3.8.1 Pemeriksaan Alkaloid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing tabung reaksi:

a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff.

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan diatas.

3.8.2 Pemeriksaan Flavonoid

Serbuk simplisia ditimbang 10 g, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam filtrat


(45)

ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol. Dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

3.8.3 Pemeriksaan Glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 96%-air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol (3:2) sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring, dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dengan 2 ml metanol.

Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut:

a. diuapkan 0,1 ml larutan percobaan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan pereaksi Liebermann-Bouchardat, terjadi warna biru atau hijau yang menunjukkan adanya glikosida.

b. dimasukkan 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi, diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi molish. Ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat, terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan menunjukkan adanya ikatan gula.

c. percobaan terhadap gula pereduksi yaitu sampel disari dengan cara merebus dalam air, didinginkan dan disaring. Ditambahkan larutan fehling A dan


(46)

fehling B sama banyak kemudian dipanaskan, terbentuk endapan berwarna merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi.

3.8.4 Pemeriksaan Saponin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin.

3.8.5 Pemeriksaan Tanin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 3 menit dalam air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1% b/v. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.

3.8.6 Pemeriksaan Steroid/triterpenoid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml n -heksan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan pereaksi asam sulfat pekat melalui dinding cawan. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya triterpenoid/steroid.

3.9 Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Buah Nanas (EEBN)

Skrining fitokimia untuk ekstrak etanol buah nanas meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida (Depkes RI., 1979), saponin (Depkes RI., 1979; Farnsworth, 1966), tanin dan triterpenoid/steroid


(47)

(Farnsworth, 1966). Adapun cara kerja skrining fitokimia EEBN yang dilakukan, sama seperti skrining fitokimia yang dilakukan terhadap simplisia.

3.10Pembuatan Suspensi Bahan Uji

Sebelum dilakukan pengujian terhadap hewan percobaan, bahan uji seperti CMC Na, asetosal dan ekstrak yang telah diperoleh dari ekstraksi buah nanas dibuat dalam bentuk suspensi untuk diberikan secara oral pada mencit. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Depkes RI., 1979).

3.10.1 Pembuatan Suspensi Na CMC 1%

Aquadest dididihkan kemudian dimasukkan ke dalam lumpang. Na CMC ditaburkan di atas aquadest di dalam lumpang, diamkan selama 15 menit. Setelah Na CMC mengembang, sediaan digerus cepat hingga terbentuk masa yang homogen dan transparan. Kemudiaan ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit sambil di gerus. Sediaan kemudiaan dimasukkan ke dalam labu ukur, cukupkan volume dengan aquadest hingga didapatkan konsentrasi yang diinginkan. Pada penelitian ini digunakan suspensi Na CMC dengan konsentrasi 1%.

3.10.2 Pembuatan Suspensi Asetosal 4 mg/ml

Tablet asetosal 80 mg/ tablet digerus, Serbuk tablet asetosal yang telah ditimbang 80 mg tadi dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan suspensi Na CMC 1% sebanyak 20 ml dan digerus hingga merata. Sediaan suspensi asetosal dimasukkan ke dalam labu ukur, kemudian cukupkan dengan


(48)

suspensi Na CMC 1% ke dalam labu hingga dicapai batas volume untuk mendapatkan konsentrasi 4 mg/ml.

3.10.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Buah Nanas

Ekstrak etanol buah nanas ditimbang sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Kemudaian dimasukkan ke dalam lumpang, dan ditambahkan suspensi Na CMC 1% lalu digerus hingga merata. Sediaan suspensi ekstrak etanol buah nanas dimasukkan ke dalam labu ukur, kemudian ditambahkan suspensi Na CMC 1% ke dalam labu hingga dicapai batas volume untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.

3.11 Uji Efek Antiagregasi Platelet

Pada pengujian ini, mencit putih jantan dibagi menjadi 7 kelompok, kelompok 1 adalah kontrol negatif (suspensi natrium karboksimetilselulosa 1%), kelompok 2 kontrol positif (asetosal 40 mg/kg BB), kelompok 3, 4, 5, 6, 7 adalah kelompok perlakuan dengan variasi dosis. Masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor mencit. Pengujian dilakukan dengan memberikan bahan uji kepada mencit setiap hari satu kali pemberian, selama 28 hari berturut-turut secara oral dengan menggunakan oral sonde, pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 300 mg/kg BB, 400 mg/kg BB. Parameter yang digunakan yaitu waktu perdarahan dan waktu koagulasi yang diukur pada hari ke 7, 14, 21 dan 28 (Sukandar a, dkk., 2008).

3.11.1 Pengukuran Waktu Perdarahan

Waktu perdarahan adalah interval waktu antara timbulnya tetes pertama darah hingga darah berhenti mengalir, uji ini untuk melihat aktivitas platelet.


(49)

Cara yang dilakukan adalah ujung ekor mencit dibersihkan dengan alkohol 70%, lalu ekor mencit dilukai secara melintang dengan pisau pemotong yang diberi pembatas pada jarak 2 cm dari ujung ekor, sepanjang 2 mm dan sedalam 1 mm, darah yang keluar diserap dengan kertas penyerap dengan interval waktu 1 detik (Sukandar b, dkk., 2008; Yasa, dkk., 2012).

3.11.2 Pengukuran Waktu Koagulasi

Waktu koagulasi adalah waktu yang diperlukan untuk terbentuknya benang fibrin, uji ini untuk melihat perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Cara yang dilakukan adalah darah dari ujung ekor diserap dengan pipa kapiler selama 30 detik. Pipa kapiler dipatahkan setiap interval 15 detik, yang diamati adalah waktu awal terbentuknya benang fibrin darah mencit pada pipa kapiler yang telah dipatahkan dengan interval waktu pengamatan 1 detik hingga waktu koagulasi ditentukan. Adanya efek ditunjukkan dengan semakin panjangnya waktu koagulasi jika dibandingkan dengan kontrol negatif (Sukandar b, dkk., 2008).

3.12 Analisis Data

Data hasi penelitian dianalisis dengan metode analisis variasi (ANAVA) one way dengan tingkat kepercayaan 99% dan Analisis statistik ini menggunakan program SPSS.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Tanaman

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di “Herbarium Medanense”

Universitas Sumatera Utara, Medan, menyebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan Nanas (Ananas comusus Merr), famili Bromeliaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2 Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Etanol Buah Nanas (EEBN)

Hasil karakterisasi serbuk simplisia buah nanas dan ekstrak etanol buah nanas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah nanas.

No Parameter Hasil

Simplisia Ekstrak 1.

2. 3 4 5

Penetapan kadar air

Penetapan kadar sari larut dalam air Penetapan kadar sari larut dalam etanol Penetapan kadar abu total

Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam

7,95 % 50,89 % 46,04 % 4,34 % 1,07 %

11,92 % 81,73 % 96,13% 4,15% 0,91%

Hasil karakterisasi simplisia buah nanas menunjukkan hasil penetapan kadar air diperoleh lebih kecil dari 10% yaitu 7,9%. kelebihan air dalam bahan tanaman obat akan mendorong pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau serangga, serta mendorong kerusakan karena terjadi proses hidrolisis (Trease, 1983; WHO, 1998).


(51)

Penetapan kadar sari dilakukan terhadap dua pelarut, yaitu dalam air dan etanol. Hasil karakterisasi simplisia buah nanas menunjukkan kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 37% yaitu sebesar 50,89%, sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 3% yaitu sebesar 46,04%. Kadar sari yang larut dalam air lebih besar dari kadar sari yang larut dalam etanol karena senyawa bersifat polar lebih banyak larut di dalam pelarut air dari etanol, dan senyawa yang tidak larut di pelarut air akan larut di dalam pelarut etanol. Air dapat melarutkan zat lain yang tidak diperlukan seperti gom, pati, protein, lemak, lendir dan lain-lain, hal ini yang menyebabkan tingginya kadar sari yang larut dalam air dari tanaman yang dilarutkan (Depkes RI., 1986).

Penetapan kadar abu pada simplisia buah nanas menunjukkan kadar abu total sebesar 4,34% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 1,07%, kadar yang diperoleh memenuhi persyaratan, karena persyaratan kadar abu untuk buah nanas tidak lebih dari 9% dan persyaratan kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 2,5% (Depkes RI., 1979). Penetapan kadar abu dimaksudkan untuk mengetahui kandungan mineral internal (abu fisiologis) yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri, dan eksternal (abu non-fisiologis) yang merupakan residu dari luar seperti pasir dan tanah yang terdapat di dalam sampel (Depkes RI., 2000; WHO, 1998). Kadar abu tidak larut asam untuk menunjukkan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO, 1998).

Standar karakterisasi ekstrak belum tercantum dalam monografi parameter ekstrak tumbuhan Indonesia, sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan


(52)

sebagai acuan untuk karakteristik ekstrak etanol buah nanas (EEBN). Hasil karakterisasi ekstrak etanol buah nanas yang diperoleh menunjukkan hasil penetapan kadar air sebesar 11,92%, jika dibandingkan dengan simplisia kadar air pada ekstrak lebih besar karena kemungkinan dalam proses pembuatan ekstrak, air yang tidak diharapkan baik dari pelarut maupun dari udara masuk ke dalam ekstrak.

Penetapan kadar sari dilakukan terhadap dua pelarut, yaitu dalam air dan etanol. Hasil karakterisasi ekstrak etanol buah nanas, menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 81,73% dan kadar sari yang larut dalam etanol sebesar 96,13%, dari hasil karakterisasi yang di dapat, kadar sari yang larut dalam etanol lebih besar dari kadar sari yang larut dalam air, karena kemungkinan ekstrak buah nanas yang didapatkan dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol, sehingga sari yang tertarik pada saat ekstraksi sebagian besar adalah senyawa yang larut dalam etanol. Itulah sebabnya kadar sari yang larut dalam etanol lebih besar. Penetapan kadar abu pada ekstrak etanol buah nanas, menunjukkan kadar abu total sebesar 4,15%, dan kadar abu tidak larut dalam asam sebasar 0,91%.

4.3 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia serbuk simplisia buah nanas dan ekstrak etanol buah nanas dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Adapun pemeriksaan yang dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak etanol buah nanas adalah pemeriksaan golongan senyawa alkoloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan triterpenoid/steroid.


(53)

Hasil pemeriksaan skrining fitokimia serbuk simplisia buah nanas dan ekstrak etanol buah nanas dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah nanas.

No Skrining Hasil

Simplisia Ekstrak

1 2 3 4 5 6

Alkaloid Flavonoid Glikosida Saponin Tanin

Triterpenoid/Steroid

- + + + - +

- + + + - + Keterangan : (+) : ada

(-) : tidak ada

Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada Tabel 3.2 di atas dapat kita lihat, golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam simplisia dan ekstrak etanol buah nanas adalah flavonoid, glikosida, saponin, triterpenoid/steroid. Alkaloid dan tanin tidak terdapat di dalam simplisia dan ekstrak etanol buah nanas.

4.4 Uji Antiagregasi Platelet Ekstrak Etanol Buah Nanas (EEBN) 4.4.1 Uji Waktu Perdarahan

Waktu perdarahan adalah interval waktu antara timbulnya tetes pertama darah hingga darah berhenti mengalir, uji ini untuk melihat aktivitas platelet dalam membentuk agregat. Hasil uji dari antiagregasi platelet dengan menggunakan metode waktu perdarahan dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan grafik pada Gambar 4.1 sedangkan persentase peningkatan lama waktu perdarahan ditunjukkan pada Tabel 4.4 dan grafik pada Gambar 4.2.


(54)

Tabel 4.3 Waktu perdarahan mencit putih jantan dengan berbagai perlakuan

N

o Perlakuan

Waktu perdarahan (detik) Hari

ke-0

Hari

ke-7 P

Hari

ke-14 p

Hari

ke-21 P

Hari

ke-28 P

1 Kontrol (CMC Na)

51,83 ± 1,83

51,67 ± 1,63

0,00# 52,67

± 1,75

0,00# 53, 50

± 1,22

0,00# 52,83

± 2,40

0,00#

2 EEBN 50 mg/kg bb 52,83 ± 1,72 104,00 ± 2,28 0,00* 0,00# 169,50 ± 2,34 0,00* 0,00# 218,83 ± 2,23 0,00* 0,00# 237,67 ± 2,34 0,00* 0,00# 3 EEBN 100

mg/kg bb 52,50 ± 1,87 163,17± 1,94 0,00* 0,00# 194,17 ± 2,32 0,00* 0,00# 222,00 ± 2, 09

0,00* 0,00# 254,83 ± 2,14 0,00* 0,00#

4 EEBN 200 mg/kg bb 52,50 ± 1,87 170,67 ± 2,80 0,00* 0,00# 217,50 ± 1,87 0,00* 0,00# 242,50 ± 2,34 0,00* 0,00# 265,67 ± 2,06 0,00* 0,00# 5 EEBN 300

mg/kg bb 52,50 ± 1,87 184,67 ± 1,37 0,00* 0,00# 223,67 ± 2,80 0,00* 0,00# 249,33 ± 0,82 0,00* 0,00# 271,67 ± 1,21 0,00* 0,00# 6 EEBN 400

mg/kg bb 54,00 ± 0,89 198,83 ± 0,75 0,00* 0,06 229,83 ± 0,75 0,00* 0,55 258,00 ± 0,89 0,00* 1,00 283,83 ± 1,17 0,00* 0,90 7 Asetosal 40

mg/kg bb

52,67 ± 2,06

202,17 ± 1,94

0,00* 232,00 ± 2,09

0,00* 258,33 ± 1,63

0,00* 285,17 ±2,14

0,00*

Keterangan: (*) Berbeda bermakna terhadap kontrol pada p ≤ 0,01

(#) Berbeda bermakna terhadap pembanding pada p ≤ 0,01 (p) Signifikansi 0 50 100 150 200 250 300

0 7 14 21 28

W ak tu p er d ar ah an ( d etik) Hari ke

EEBN 50 mg/kg bb Kontrol (CMC Na)

EEBN 100 mg/kg bb EEBN 200 mg/kg bb

EEBN 300 mg/kg bb EEBN 400 mg/kg bb

Pembanding (Asetosal) 40 mg/kg bb Keterangan

Gambar 4.1 Grafik lama waktu perdarahan mencit putih jantan dengan berbagai perlakuan


(55)

Tabel 4.4 Persentase peningkatan lama waktu perdarahan mencit putih jantan dengan berbagai perlakuan.

N

O Perlakuan

% peningkatan lama waktu perdarah terhadap hari ke -0 Hari ke-

7 P

Hari ke-

14 p

Hari

ke-21 P

Hari

ke-28 P

1 Kontrol (CMC Na)

3,25 ± 2,71

0,00# 2,23 ± 2,25

0,00# 4,52 ± 1,69

0,00# 2,55 ± 2,68

0,00#

2 EEBN 50 mg/kg bb 97,06 ± 9,13 0,00* 0,00# 221,14 ± 12,61 0,00* 0,00# 314,64 ± 16,82 0,00* 0,00# 350,65 ± 18,42 0,00* 0,00#

3 EEBN 100 mg/kg bb 211,16 ± 12,95 0,00* 0,00# 270,31 ± 16,26 0,00* 0,00# 323,26 ± 14,37 0,00* 0,00# 385,87 ± 16,48 0,00* 0,00# 4 EEBN 200

mg/kg bb 225,33 ± 9,72 0,00* 0,00# 314,64 ± 12,21 0,00* 0,01 362,49 ± 20,18 0,00* 0,04 406,63 ± 20,57 0,00* 0,01 5 EEBN 300

mg/kg bb 252,13 ± 13,18 0,00* 0,00# 323,97 ±16,25 0,00* 0,27 375,40 ± 16,35 0,00* 0,58 418,07 ± 20,54 0,00* 0,19 6 EEBN 400

mg/kg bb 268,30± 7,03 0,00* 0,16 325,71 ± 7,19 0,00* 0,39 377,89 ± 8,49 0,00* 0,75 425,73 ± 8,96 0,00* 0,62 7 Asetosal 40

mg/kg bb

284,33 ± 15,07

0,00* 341,01 ± 15,96

0,00* 391,20 ± 21,58

0,00* 442,12 ± 20,75

0,00*

Keterangan: (*) Berbeda bermakna terhadap kontrol pada p ≤ 0,01

(#) Berbeda bermakna terhadap pembanding pada p ≤ 0,01

(p) Signifikansi 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

7 14 21 28

% p en in gk ata n Hari ke

CMC Na EEBN 50 mg/kg bb

EEBN 100 mg/kg bb EEBN 200 mg/kg bb EEBN 300 mg/kg bb EEBN 400 mg/kg bb Asetosal 40 mg/kg bb

Keterangan

Gambar 4.2 Grafik persentase peningkatan lama waktu perdarahan mencit putih jantan dengan berbagai perlakuan.


(56)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hewan uji yang terdiri dari tujuh perlakuan, dengan masing-masing kelompok berjumlah enam hewan uji (n=6). Perlakuan terdiri dari kelompok 1 adalah kontrol negatif yang diberikan suspensi Na CMC 1% secara oral, kelompok 2 adalah pembanding (kontrol positif) yang diberikan Asetosal dosis 40 mg/kg BB secara oral, dan kelompok 3, 4, 5, 6, 7 diberikan suspensi ekstrak etanol buah nanas dengan variasi dosis, secara berturut-turut adalah, 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 300 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB. Adapun pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran waktu perdarahanadalah melihat lama waktu perdarahan mencit yang telah dilukai pada ujung ekor mencit dengan jarak 2 cm dari ujung ekor sepanjang 2 mm dan sedalam 1 mm. Efek antiagregasi platelet akan memperlama waktu perdahan pada mencit yang dilukai, sehingga waktu perdarahan mencit yang telah diberi ekstrak semakin lama jika dibandingkan dengan mencit normal (Sukandar b, dkk., 2008; Yasa, dkk., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan terjadi peningkatan lama waktu perdarahan mencit. Perlakuan yang diberikan suspensi ekstrak etanol buah nanas dalam lima variasi dosis menunjukkan terjadi peningkatan lama waktu perdarahan, dan meningkat dengan meningkatnya dosis yang diberikan. Kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok pembanding, perbedaan antar kelompok dianalisis dengan melihat perbedaan bermakna antara kelompok uji terhadap kontrol pembanding.

Berdasarkan analisis statistik menggunakan Anava dan uji lanjutan Tukey,


(57)

antara kelompok kontrol yang diberikan suspensi CMC Na 1% terhadap kelompok uji, yang diberi suspensi ekstrak etanol buah nanas dosis 50 mg/kg BB, dosis 100 mg/kg BB, dosis 200 mg/kg BB, dosis 300 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB, secara berturut-turut waktu perdarahan mencit di hari ke- 28 adalah 237,67 ± 2,34 detik; 254,83 ± 2,14 detik; 265,67 ± 2,06 detik; 271,67 ± 1,21 detik, 283,83 ± 1,17 detik. Perbandingan antara kelompok kontrol (CMC Na) dengan kelompok pembanding yang diberikan Asetosal dosis 40 mg/kg BB juga menunjukkan ada perbedaan secara bermakna yaitu 285,17 ± 2,14 detik (p < 0,01).

Perbandingan ke lima kelompok uji yang diberikan suspensi ekstrak etanol buah nanas antara dosis 50 mg/kg BB, dosis 100 mg/kg BB, dosis 200 mg/kg BB, dosis 300 mg/kg BB dan dosis 400 mg/kg BB menunjukkan ada perbedaan

secara bermakna (p ≤ 0,01) terhadap masing-masing kelompok perlakuan ekstrak, dengan meningkatnya dosis ekstrak etanol buah nanas yang mengandung enzim bromelin, flavonoid dan saponin maka efek penghambatan tromboksan A2 (TXA2) juga semakin meningkat, karena enzim bromelin dan flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak etanol buah nanas mampu menurunkan tromboksan A2 (TXA2) dengan cara menurunkan produksi tromboksan A2 (TXA2), sehingga proses agregasi platelet menjadi diperlama (Maurer, 2001; Rednaningsih, dkk., 2011).

Berdasarkan uraian di atas penghentian perdarahan dari ekor mencit yang dilukai menjadi lama dengan adanya perlakuan pemberian suspensi ekstrak etanol dengan dosis bervariasi, hal ini membuktikan adanya penghambatan


(58)

agregasi platelet yang membentuk sumbat hemostatik utama (Majerus dan Tollefsen, 2008). Suspensi ekstrak etanol buah nanas dosis 50 mg/kg BB mempunyai efek memperlama waktu perdarahan mencit pada metode pengukuran waktu perdarahan, hal ini ditunjukan dengan terjadi perbedaan yang bermakna terhadap kontrol negatif yang diberi CMC Na 1%, tetapi yang mampu menyamai efek waktu perdarahan Asetosal dosis 40 mg/kg BB adalah suspensi ekstrak etanol buah nanas dosis 400 mg/kg BB, yang menunjukkan hasil tidak berbeda secara bermakna dari hari ke tujuh hingga hari ke dua puluh delapan, secara berturut-turut adalah, 198,83 ± 0,75 detik; 229,83 ± 0,75 detik; 258,00 ± 0,89 detik; 283,33 ± 1,17 detik (p > 0,01). Sementara suspensi ekstrak etanol buah nanas dibawah dosis 400 mg/kg BB belum mampu menyamai Asetosal

dosis 40 mg/kg BB, yang dapat dilihat ada perbedaan yang bermakna (p ≤ 0,01)

antara kelompok uji suspensi dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 300 mg/kg BB terhadap kelompok pembanding yang diberi Asetosal 40 mg/kg BB.

Asetosal dosis 40 mg/kg BB sangat efektif sebagai antiagregasi platelet, karena beberapa percobaan menunjukkan bahwa antiagregasi platelet asetosal efektif pada dosis 100 sampai 325 mg per hari (Dewoto, 2008).

4.4.2 Uji Waktu Koagulasi

Waktu koagulasi adalah waktu yang diperlukan untuk terbentuknya benang fibrin, uji ini untuk melihat perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Hasil


(59)

dari penelitian uji antiagregasi platelet dengan menggunakan metode waktu koagulasi dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan grafik pada Gambar 4.3, persentase peningkatan lama waktu koagulasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4.

Tabel 4.5 Waktu koagulasi darah mencit putih jantan dengan berbagai perlakuan.

Keterangan : (*) Berbeda bermakna terhadap kontrol negatif pada p ≤ 0,01

(#) Berbeda bermakna terhadap pembanding pada p ≤ 0,01

(p) Signifikansi

N

o Perlakuan

Waktu koagulasi (detik) Hari

ke- 0

Hari ke-

7 p

Hari ke-

14 p

Hari

ke-21 p

Hari

ke-28 P

1 Kontrol (CMC Na)

88,00 ± 0,61

88,33 ± 1,97

0,00# 88,50 ± 1,76

0,00# 88,50 ± 1,76

0,00# 88,67 ± 1,50

0,00#

2 EEBN 50 mg/kg bb 90,50 ± 2,26 139,17 ± 1,47 0,00* 0,00# 202,17 ± 1,94

0,00* 0,00# 250,50 ± 2,74 0,00* 0,00# 271,00 ± 1,09

0,00* 0,00# 3 EEBN 100

mg/kg bb 91,33 ± 2,25 194,67 ± 2,25 0,00* 0,00# 225,17 ± 1,47 0,00* 0,00# 253,67 ± 1,50 0,00* 0,00# 288,17 ± 2,14 0,00* 0,00# 4 EEN 200

mg/kg bb 86,67 ± 1,63 207,00 ± 1,89 0,00* 0,00# 252,83± 1,72 0,00* 0,00# 276,50 ± 1,52 0,00* 0,00# 301,50± 1,05 0,00* 0,00# 5 EEBN 300

mg/kg bb 87,17 ± 1,17 224,00 ± 0,89 0,00* 0,00# 258,00 ± 0,89 0,00* 0,00# 281,67 ± 1,21 0,00* 0,00# 309,33 ± 0,82 0,00* 0,00# 6 EEBN 400

mg/kg bb 87,17 ± 1,17 234,83 ± 1,47 0,00* 0,11 266,67 ± 0,82 0,00* 0,29 285,33 ± 1,63 0,00* 1,00 315,67 ± 1,96 0,00* 0,99 7 Asetosal 40

mg/kg bb

88,67 ± 2,16

237,67 ± 2,06

0,00* 268,67± 1,75

0,00* 285,33 ± 1,63

0,00* 316,17± 2,56


(1)

Hewan Waktu Koagulasi (Detik)

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

90 93 95 91 89 90

197 192 196 197 193 193

224 226 227 225 223 226

252 254 256 254 252 254

288 286 289 292 287 287

4. Uji EEBN 200 mg/kg bb

Hewan Waktu Koagulasi (Detik)

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

86 88 87 85 89 85

205 208 209 206 209 205

250 255 253 252 254 253

279 277 275 275 276 277

302 300 301 303 302 301

5. Uji EEBN 300 mg/kg bb

Hewan Waktu Koagulasi (Detik)

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

86 87 86 88 89 87

225 224 223 224 223 225

258 257 257 259 258 259

280 283 281 282 283 281

310 309 309 308 310 310


(2)

Lampiran 6. (Lanjutan) 6. Uji EEBN 400 mg/kg bb

Hewan Waktu Koagulasi (Detik)

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

88 86 87 89 87 86

235 234 237 236 233 234

266 266 267 267 266 268

283 285 284 287 286 287

314 317 313 318 315 317

7. Uji Asetosal 40 mg/kg bb

Hewan Waktu Koagulasi (Detik)

Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

92 90 89 87 88 86

235 240 238 240 236 237

266 270 269 267 270 270

282 285 287 284 288 286

314 315 313 317 319 319


(3)

I. % Peningkatan Lama Waktu Perdarahan Mencit Terhadap Hari Ke-0. 1. CMC Na 1%

Hewan Peningkatan Waktu Perdarahan Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

0 3,84

0 6 3,7

6

2 3,8 5,8 0 0 1,8

6 5,7 3,9 6 1,8 3,7

0 1,9 7,8 2 1,8

18

2. EEBN 50 mg/kb bb

Hewan Peningkatan Waktu Perdarahan Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

87,03 92,72 112,00

94,33 103,84

92,45

209,25 203,63 238,00 222,64 226,92 226,41

300,00 292,72 340,00 316,98 323,07 315,09

335,18 329,09 380,00 350,94 361,53 347,16

3. EEBN 100 mg/kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Perdarahan Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

201,85 211,32 194,54 207,69 221,56 230,00

253,70 271,69 249,09 275,00 280,39 292,00

307,40 318,86 307,27 332,69 331,37 342,00

370,37 377,35 367,27 396,15 396,07 408,00


(4)

Lampiran 7. (Lanjutan) 4. EEBN 200 mg/kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Perdarahan Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

225,49 214,81 226,41 226,92 216,36 242,00

321,56 307,40 313,20 317,30 296,36 332,00

382,35 344,44 356,60 369,23 336,36 386,00

425,49 388,88 396,22 415,38 381,81 432,00

5. EEBN 300 mg/kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Perdarahan Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

232,72 251,92 250,94 262,74 244,44 270,00

301,82 325,00 322,64 337,25 311,11 346,00

352,73 378,84 371,70 390,19 362,96 396,00

390,91 421,15 413,20 435,29 401,85 446,00

6. EEBN 400 mg/kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Perdarahan Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

260,00 266,67 275,47 268,52 277,35 261,82

316,36 325,92 333,96 324,07 333,96 320,00

367,27 377,78 388,68 375,92 386,79 370,91

414,54 424,07 435,85 429,63 433,96 416,36


(5)

Hewan Peningkatan Waktu Perdarahan Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

263,63 272,72 286,53 300,00 281,13 302,00

318,18 327,27 344,23 354,90 341,50 360,00

365,45 367,27 398,07 405,88 390,56 420,00

416,36 425,45 448,07 456,86 433,96 472,00

II. % Peningkatan Lama Waktu Koagulasi Darah Mencit Terhadap Hari Ke-0 1. CMC Na 1%

Hewan Peningkatan Waktu Koagulasi Darah Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

2,27 2,27 2,32 1,14 0 0

1,13 0 4,65 3,44 4,44 0

2,27 2,27 1,16 3,44 2,22 0

2,27 1,13 2,32 3,44 3,33 0

2. EEBN 50 mg/kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Koagulasi Darah Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

48,91 50,53 56,66 55,05 52,17 59,77

116,30 116,12 125,55 129,21 119,56 134,48

170,65 166,66 176,66 179,77 176,08 191,95

193,47 192,47 202,22 203,37 195,65 210,34


(6)

Lampiran 7. (Lanjutan) 3. EEBN 100 mg//kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Koagulasi Darah Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

118,88 106,45 106,31 116,48 116,85 114,44

148,88 144,08 137,89 147,25 150,56 151,11

180,00 173,11 169,47 179,12 183,14 182,22

220,00 207,52 204,21 220,87 222,47 218,88

4. EEBN 200 mg/kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Koagulasi Darah Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

138,37 136,36 140,22 142,35 134,83 141,17

190,69 189,77 190,80 196,47 185,39 197,64

224,41 214,77 216,09 223,52 210,11 225,88

251,16 240,90 245,97 256,47 239,32 254,11

5. EEBN 300 mg/kg bb

Hewan Peningkatan Waktu Koagulasi Darah Terhadap Hari ke-0 (%) Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-28 I

II III IV V VI

0 0 0 0 0 0

161,63 157,47 159,30 154,54 150,56 198,62

200,00 195,40 198,83 194,32 189,89 197,70

225,58 225,28 226,74 220,45 217,98 222,99

260,46 255,17 259,30 250,00 248,31 256,32