Pendampingan masyarakat pesisir menuju desa wisata yang bebas sampah secara berkelanjutan di Desa Tasikmadu Kabupaten Trenggalek: pengorganisasian masyarakat pesisir dalam mengolah sampah secara bijak dan berkelanjutan.

(1)

PENDAMPINGAN MASYARAKAT PESISIR MENUJU DESA WISATA YANG BEBAS SAMPAH SECARA BERKELANJUTAN DI DESA

TASIKMADU KABUPATEN TRENGGALEK

(Pengorganisasian Masyarakat Pesisir Dalam Mengolah Sampah Secara Bijak dan Berkelanjutan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh :

Nila Nurrofqa B32213055

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Nila Nurrofqa, NIM B32213055, (2017) : Pendampingan Masyarakat Pesisir Menuju Desa Wisata Yang Bebas Sampah Secara Berkelanjutan Di Desa Tasikmadu Kabupaten Trenggalek (Pengorganisasian masyarakat pesisir dalam mengolah sampah secara bijak dan berkelanjutan)

Skripsi ini membahas tentang pendampingan masyarakat pesisir dalam mengelola penumpukan sampah di sungai dekat dengan pemukiman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pola perilaku masyarakat dalam mengelola sampah, mengetahui apa strategi efektif guna memberdayakan masyarakat dalam mengelola sampah serta apa hasil pemberdayaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Dalam pendampingan ini peneliti menggunakan metode penelitian sosial Participatory Action Research (PAR). PAR terdiri dari tiga kata yang saling berhubungansatu sama lain. Ketiga kata tersebut adalah partisipasi, riset dan aksi. PAR sengaja dirancang untuk mengkonsep suatu perubahan dalam prosesnya. Peneliti ingin mengubah paradigma masyarakat dalam mengelola sampah yang benar. Dalam prosesnya peneliti bersama masyarakat melakukan diskusi bersama guna mencari penyelesaian masalah yang timbul akibat sungai menjadi tempat pembuangan akhir sampah masyarakat.

Melalui pendidikan pengolahan sampah yang partisipatif diharapkan masyarakat dapat mengubah perilakunya agar tidak membuang sampah ke sungai dan lebih memilih mendaur ulang sampah guna menambah nilai jual sampah. Hasilnya mengolah sampah anoganik menjadi tas dapat menambah penghasilan keluarga dan volume sampah dapat berkurang.


(7)

DAFTAR ISI

COVER LUAR ... i

COVER DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 9

E. Strategi Pemberdayaan ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERKAIT A.Konsep Pengorganisasian Rakyat ... 25


(8)

B. Teori Advokasi ... 28

C.Teori Pendidikan Freire ... 37

D.Islam, Kependudukan dan Lingkungan Hidup ... 39

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 47

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN A.Pendekatan ... 55

B. Langkah Kerja ... 57

C.Subjek ... 61

D.Jadwal dan Waktu Pelaksanaan ... 62

E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 63

F. Teknik Validasi Data ... 65

G.Teknik Analisa Data ... 67

H.StakeholderTerkait ... 68

BAB IV GAMBARAN KEHIDUPAN DI DESA TASIKMADU A.Gambaran Desa Tasikmadu ... 74

B. Tingginya Tingkat Ekonomi Berdampak Pada Produksi Produksi Sampah ... 98

C.Pola Pikir Masyarakat Yang Percaya Mitos ... 101

BAB V SAMPAH MELIMPAH BELUM BISA MENGOLAH A.Sungai Menjadi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Masyarakat ... 103

B. Lembaga Pengolah Sampah Belum Terbentuk ... 106


(9)

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN PENGOLAHAN SAMPAH SECARA BERKELANJUTAN

A.Pemetaan Awal ... 122

B. Membangun Hubungan Kemanusiaan ... 123

C.Penentuan Agenda riset ... 127

D.Pemetaan Partisipatif ... 128

E. Merumuskan Masalah ... 129

F. Menyusun Strategi Pemberdayaan ... 131

G.Mengorganisir Sumber Daya ... 132

BAB VII DINAMIKA AKSI PERUBAHAN MEWUJUDKAN DESA WISATA BEBAS SAMPAH A.Membentuk Kegiatan Pendidikan Pengelolaan Sampah Secara Bijak dan Berkelanjutan ... 133

1. Penyadaran Melalui Audio Visual ... 134

2. Pelatihan Mengolah Sampah Anorganik Beserta Pemasarannya ... 136

B. Mengadvokasi Dinas-Dinas Terkait ... 139

1. Melakukan Advokasi ke Pemerintah Desa ... 139

2. Melakukan Advokasi ke Dinas Pemukiman dan Kebersihan Kota Trenggalek ... 140


(10)

BAB VIII REFLEKSI

A.Membangun Perubahan Melalui Pembelajaran Peduli

Lingkungan ... 148 B. Perubahan Kesadaran Masyarakat ... 150 C.Islam, Kependudukan dan Lingkungan Hidup ... 157

BAB IX PENUTUP

A.Simpulan ... 164

DAFTAR PUSTAKA ... 166


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Gambar Halaman

1.1 Peta Desa Tasikmadu 04

2.1 Daur Pengorganisasian Rakyat 26

2.2 Daur Belajar Paulo Freire 39

4.1 Peta Letak Desa Tasikmadu dalam Peta Provinsi Jawa Timur

74

4.2 Irisan Topografis Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten trenggalek, Provinsi Jawa Timur

75

4.3 Peta Kontur Desa Tasikmadu 76

4.4 Gambar DiagramPekerjaan Masyarakat 78

4.5 Nelayan Melakukan Bongkar Muatan Hasil Tangkapan Ikan di Pelabuhan

79

4.6 Peta Kawasan Pusat Ekonomi Desa Tasikmadu 80

4.7 Gapura Masuk Desa Tasikmadu 82

4.8 Wilayah RT 15 Dusun Ketawang Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

83

4.8 Diagram Data Pendidikan Masyarakat 86

4.9 Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa Tasikmadu

97


(12)

5.2 Keadaan Kali Wancir RT 15 105

5.3 Keadaan Di Bawah Jembatan Kali Wancir 106

5.4 Himbauan Yang Terpasang Di Pinggir Kali Wancir RT 15 107

5.5 Keadaan RT 15 Ketika di Guyur Hujan deras 100

5.6 Diagram Pembuangan Sampah 110

6.1 Kegiatan FGD di teras Rumah Masyarakat RT 15 126

7.1 Diskusi Koordianasi Setelah Sholat Magrib 134

7.2 Hasil Anyaman Berupa Tas dan Bentuk Awal Anyaman 137

7.3 Pelatihan anyaman bungkus mie 138

7.4 Pembuatan Peta Wilayah RT 15 141


(13)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Tabel Halaman

1.1 Pembagian Dukuh 5

1.1 Strategi Pemberdayaan 10

2.1 Teori Advokasi Dari Para Ahli 30

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan 49

3.1 Perencanaan Operasional Kegiatan Pengolahan Sampah Secara Berkelanjutan

62

3.2 Analisa Stakeholder 77

4.1 Pekerjaan Masyarakat Desa Tasikmadu 68

4.2 Pembagian dukuh Desa Tasikmadu 81

4.3 Jumlah Penduduk Desa Tasikmadu Menurut Usia 84

4.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tasikmadu 86

4.5 Keagamaan Masyarakat Desa Tasikmadu 87

4.6 Masa Urai Sampah Anorganik 99

5.1 Hasil Transek Wilayah RT 15 115

8.1 Trend and Change Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan


(14)

DAFTAR BAGAN

No Keterangan Tabel Halaman

1.1 Analisis pohon masalah tentang tingginya tingkat pencemaran sungai

14

1.2 Analisis Pohon Harapan Tentang Menurunnya Tingkat Pencemaran Sungai

18

1.3 Kerangka Berfikir dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Mengelola Sampah Secara Bijak dan Berkelanjutan

21


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin cepat yakni ditandai dengan angka kelahiran setiap tahunnya bertambah. Ditambah dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Sehingga tantangan untuk mengelola sampah semakin besar. Jika sistem pengelolaan sampah publik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk yang pesat, maka sampah akan menjadi pemicu masalah kesehatan lingkungan dan masyarakat serta menyebabkan berbagai macam pencemaran.

Kegagalan mengelola sampah akan mengancam kebutuhan manusia. Ancaman tersebut seperti sulitnya menemukan sungai yang bersih, udara bersih, bahkan tanahpun akan tercemar hingga unsur hara dalam tanah hilang. Kegagalan tata kelola sampah juga merugikan penduduk miskin, karena sampah seringkali di buang di lokasi kumuh yang menjadi tempat tinggal para penduduk miskin. Di negara berkembang, masyarakat miskin menghadapi pilihan pahit, antara kelaparan atau bekerja sebagai pemungut sampah atau pemulung.

Jutaan pemungut sampah di negara berkembang harus mengabaikan risiko kesehatan untuk menghidupi keluarga mereka. Mereka beresiko terpapar berbagai pencemaran maupun penyakit, seperti terpapar bahaya timbal, logam, merkuri dan jenis sampah lainnya yang membahayakan kesehatan. Jenis sampah yang berbahaya bagi tubuh manusia atau yang mengandung racun dapat menimbulkan


(16)

2

infeksi baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.1 Sampah

merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi dua; pertama yakni sampah organik yakni jenis sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun kering dan lain – lain. Yang kedua ialah sampah anorganik, yakni jenis sampah ini tidak mudah membusuk seperti plastik, botol, kaca, besi, aluminium dan lain lain masih banyak lagi.2

Perlakuan sampah oleh masyarakat yang tinggal di area pesisir selatan Pantai Jawa tepatnya di Desa Tasikmadu yakni dengan tiga cara, pertama di angkut oleh petugas kebersihan untuk di bawa ke TPA; kedua,di bakar dan ketiga, di buang ke sungai atau di halaman belakang rumah. Letak TPA di Desa Tasikmadu berada di kawasan area Perhutani wilayah Dusun Karanggongso. Apabila sampah rumah tangga memilih untuk diangkut oleh petugas kebersihan, maka setiap pemilik tong sampah diharapkan memberi kontribusi sebesar Rp 30.000,- per bulannya. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.3

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu bahwa sampah tidak bernilai dan merusak keindahan, sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan

1http://www.hijauku,com/2012/11/10/dunia-hadapi-krisis-sampah/.diakses tanggal 05 Desember 2016, pukul 10.38 WIB.

2 https://id.,.wikipedia-org/wiki/sampah?-e-pi=7%2CPAGE-ID10%2C4383092154. Diakses tanggal 09 Desember 2016, pukul 12.12 WIB.


(17)

3

paradigma baru dalam mengelola sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk maupun untuk bahan baku industri. Pasal 28H ayat (1) UUD RI 1945 yang berbunyi bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” .4 Amanat

undang – undang dasar tersebut salah satunya ditujukan memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah”

Desa ini sebelah utaranya berbatasan dengan Tanggul Kundung Desa Besuki Kabupaten Trenggalek, sedang timurnya berbatasan dengan Samudra Hindia, sedang sebelah selatannya berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah baratnya berbatasan dengan Desa Prigi Kecamatan Watulimo.


(18)

4

Gambar 1.1 Peta Desa Tasikmadu

Sumber : Hasil Pemetaan Tim PPL Sistim Informasi Geografis Desa Tasikmadu 2016

Dengan total luas wilayah sebesar 2.785,412 Ha, desa ini memiliki tiga bagian wilayah desa yang merupakan lingkungan pelaksanaan pemerintah desa atau biasa disebut dengan dusun. yakni Dusun Ketawang (Rt 1 – 15), Dusun Gares (Rt 16 – 32) dan Dusun Karanggongso (Rt 33 – 37B). Masyarakat Desa Tasikmadu juga memiliki dukuh-dukuh di setiap dusunnya, adapun pembagian


(19)

5

Tabel 1.1

Pembagian Dukuh Desa Tasikmadu

Dusun Dukuh

Ketawang (RT 01 - RT 15)

Njumblengan Putuk

Tambakan Kampung Baru

Gares

(RT 16 – RT 32)

Duren Kebon Nglegok Nggentong Tenggong Gadingan Karanggongso

(RT 33 – RT 37 B)

Bengkorok Bangkokan

Sumber: hasil wawancara dengan Sutarmin (57 tahun), Edi Nurhuda (32 tahun) dan Maskun (44 tahun) pada tanggal 24 Desember 2016

Dalam dukuh-dukuh tersebut, masyarakat Desa Tasikmadu biasa mengelompokkan rumah-rumah terdekat menjadi satu bagian, meskipun pada dasarnya berbeda RT maupun RW. Dukuh dibuat sebagai salah satu upaya untuk memudahkan dalam proses identifikasi masyarakat. baik dalam mengenal satu sama lain antar warga, hingga membentuk kelompok pengajian.

Total penduduk Desa Tasikmadu sebanyak 12.640 jiwa, yang artinya jumlah penduduknya termasuk dalam kategori desa terpadat penduduknya di Kabupaten Trenggalek. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 6.440 orang, sedangkan perempuan sebanyak 6.200 orang. Jumlah KK (Kepala Keluarga) Desa Tasikmadu sebanyak 4.375 orang.

Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek merupakan desa yang subur dan mempunyai banyak destinasi wisata alam didalamnya. Desa Tasikmadu terkenal dengan Teluk Prigi, dimana wilayah laut daerah ini


(20)

6

menghasilkan ribuan ikan baik ukuran kecil hingga besar. Bahkan ikan Tuna yang dihasilkan dari laut Tasikmadu diekspor hingga ke wilayah Jepang. Wilayah yang mengelola hasil perikanan dan kelautan di Desa Tasikmadu dikenal dengan nama Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Prigi.

Pesona desa yang tidak kalah indahnya yakni terdapat 8 (delapan) tempat wisata alam yang kesemuanya terdiri dari pantai. Nama pantai yang terdapat di Desa Tasikmadu adalah : pertama, Pantai Prigi; kedua, Pantai Watu Dukun; ketiga Pantai Karanggongso; keempat, Pantai Simbaronce; kelima, Pantai

Bangko’an; keenam, Pantai Watu Lunyu; ketuju, Pantai Pendhen Ciut; kedelapan

Pantai Mbesetan.

Banyaknya destinasi wisata alam yang ada di Desa Tasikmadu tatapi belum diimbangi dengan kesadaran dalam mengelola sampah secara bijak dan berkelanjutan, dikarenakan belum pahamnya masyarakat terhadap pentingnya mengolah sampah mulai sekarang demi terjaminnya lingkungan sehat dan bebas sampah untuk masa depan.

Perlakuan masyarakat Desa Tasikmadu terhadap pengelolaan sampah di setiap wilayah berbeda, Apabila masyarakat yang tinggal di sekitar jalan raya perlakuan yang diberikan terhadap sampah yakni di ambil setiap satu minggu sekali oleh petugas kebersihan desa yang selanjutnya akan di bawa ke TPA yang terletak di Dusun Karanggongso. Sedang masyarakat yang tinggal di daerah sekitar sungai maka rata - rata sampah akan langsung di buang di sungai. Tetapi ketika musim hujan atau sungai pasang ada kalanya kali dan sungai tidak mampu untuk menampung debit air yang banyak karena salurannya tersumbat oleh


(21)

7

sampah dan menyebabkan banjir. Banjir yang sering terjadi tidak hanya ke area pemukiman warga tetapi juga di area persawahan masyarakat yang menyebabkan tanah sawah bercampur dengan berbagai macam sampah. Selama proses observasi lingkungan, peneliti menemukan keluhan petani akan banyaknya sampah yang bercampur dengan tanah sawah di area persawahan.

Ketika air kali surut atau musim kemarau maka sampah akan banyak kita temukan dan kita lihat di area bantaran sungai maupun bantaran kali dan di area hilir. Sedang masyarakat yang tinggal di daerah hutan atau sekitar bukit perlakuan terhadap sampahnya akan di bakar dan kadang ada yang ditimbun. Sampah juga banyak ditemukan di wilayah wisata khususnya area pantai yang menjadi objek daya tarik para wisatawan untuk datang ke desa ini guna melihat panorama keindahan ciptaan Allah di Desa Tasikmadu.

Setiap hari di Desa Tasikmadu menghasilkan sampah, baik jenis sampah organik maupun anorganic. Sampah – sampah tersebut berasal dari proses kegiatan masyarakat. Kegiatan menghasilkan sampah baik dalam skala kecil maupun besar yang berserakan dapat ditemui di wilayah pasar, pantai, jalan raya, kali, sungai, pertokoan dan rumah tangga.

Apabila permasalahan sampah tidak segera ditangani dengan baik dan hanya mengandalkan petugas kebersihan dan pemerintah desa tanpa melibatkan peran serta masyarakat maka keadaan ini tidak dapat tertangani dengan baik. Desa Tasikmadu RT 15 merupakan daerah padat penduduk sehingga setiap tahunnya jumlah sampah di daerah ini meningkat. Sampah yang banyak di daerah ini diakibatkan oleh pengelolaan sampah yang tidak terkelola dengan baik.


(22)

8

Masyarakat secara umum menganggap bahwa sampah adalah benda yang dianggap sudah tidak dapat berguna lagi sehingga semua jenis benda yang sudah tidak dipakai akan dibuang ke tong sampah bahkan ke sungai.

Untuk mengolah sampah secara bijak, maka dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan masyarakat. Karena yang menghasilkan sampah adalah masyarakat, maka masyarakat juga harus mengolahnya secara mandiri agar tidak mengganggu keseimbangan alam.

Penyelesaian masalah sampah tidak bisa dilakukan dengan hanya mengandalkan petugas kebersihan saja. Seluruh lapisan masyarakat harus turut serta membantu pemerintah untuk bergerak bersama dalam menangani masalah sampah. Salah satunya dengan penerapan prinsip 3-R (reduce, reuse, recycle)5 dalam wujud bank sampah. Sistem ini berfungsi mengelola sampah dengan menampung, memilah dan mendaur ulang sampah agar bernilai ekonomi. Sehingga sampah di tempat pembuangan akhir bisa berkurang dan bahkan bisa menambah nilai guna sampah yang sebelumnya dianggap tak berguna.

Oleh sebab itu sasaran dari penelitian ini membahas tentang keterlibatan masyarakat Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek dalam program pengorganisasian masyarakat peduli lingkungan. Hal ini diharapkan dapat menimbulkan perubahan pola pikir masyarakat terhadap sampah serta memandang sampah menjadi uang karena dapat didaur ulang dan bernilai ekonomi. Sehingga sampah yang berserakan dapat di daur ulang guna menambah pendapatan keluarga.


(23)

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraiannya, beberapa masalah sehubungan dengan persampahan Desa Tasikmadu yang akan diselesaikan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pola perilaku masyarakat dalam mengelola sampahnya ? 2. Apa strategi efektif guna memberdayakan masyarakat mengolah sampah ? 3. Bagaimana hasil pemberdayaan masyarakat dalam hal pengelolaan sampah ?

C. Tujuan Penelitian Untuk Pemberdayaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan tugas akhir ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pola perilaku masyarakat dalam mengelola

sampahnya ?

2. Untuk mengetahui apa strategi efektif guna memberdayakan masyarakat mengolah sampah ?

3. Untuk mengetahui bagaimana hasil pemberdayaan pengelolaan sampah masyarakat ?

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas maka penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dalam beberapa hal sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Sebagaitambahan referensi tentang pengetahuan yang berkaitan dengan program studi Pengembangan Masyarakat Islam.


(24)

10

b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi awal terhadap penelitian yang sejenis.

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi pengolahan sampah di wilayah desa wisata sebagai upaya dalam memecahkan masalah pola perilaku masyarakat yang terbiasa membuang sampah ke sungai dengan mengoganisir masyarakat di Desa Tasikmadu.

E. Strategi Pemberdayaan

Strategi penberdayaan merupakan proses awal yang penting untuk mengetahui proses pendampingan apakah sesuai dengan harapan bersama. Diperlukan strategi yang tepat agar program yang diharapkan sesuai dengan rencana dan terlaksana bersama komunitas lokal. Strategi pemberdayaan ini mengacu pada konsep PAR.

Dalam rencana fokus pemberdayaan kali ini diarahkan menjadi satu sistem yang didalamnya terdapat partisipasi masyarakat peduli lingkungan. Sehingga masyarakat merupakan aktor utama atau subyek utama dalam merubah kondisi permasalahan yang dihadapinya. Suatu kemandirian yang utuh adalah tujuan dari upaya pemberdayaan masyarakat pesisir dalam mengelola dampahnya di Desa Tasikmadu.


(25)

11

Masyarakat diharapkan mampu mengolah sampahnya secara bijak, berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan. Karena pengahasil sampah adalah masyarakat dari beberapa aktivitasnya sehari hari, sehingga diharapkan masyarakat pula yang mengelola sampahnya sebagai suatu sistem tanggung jawab pengelolaan lingkungan bersama.

Pada uraian ini akan dipaparkan beberapa temuan masalah yang dilakukan oleh peneliti sebagai langkah awal untuk mencari dan menggali serta melakukan pendekatan kepada masyarakat tentang permasalahan yang utama di Desa Tasikmadu.

Diskusi pemetaan masalah ini difasilitasi oleh peneliti sebagai fasilitator lapangan. Dari diskusi bersama masyarakat diketahui bahwa permasalahan utama yang sejak dulu menghantui masyarakat Desa Tasikmadu adalah bagaimana mengelola sampah secara bijak dan berkelanjutan. Permasalahan itu muncul karena tuntunan zaman dengan meningkatnya jumlah penduduk yang diiringi dengan menumpuknya jumlah sampah tetapi belum terkelola dengan baik. Bahkan sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat sebagian besar merusak ekosistem dan kenyamanan lingkungan. Penyelasaian masalah sampah diuraikan disini, untuk lebih jelas dalam memahami masalah yang ada di masyarakat RT 15 Dusun Ketawang Desa Tasikmadu, maka peneliti uraikan dalam analisis pohon masalah berikut ini :


(26)

12

Sumber : Diolah dari hasil pelaksanaan FGD bersama masyarakat RT 15 Bagan 1.1

Analisis Pohon Masalah Tentang Tingginya Tingkat Pencemaran Sungai

Belum ada inisiatif dari masyarakat Belum ada pendidikan mengolah

sampah Belum ada

yang

mengadvokasi peraturan tersebut Menimbulkan

bau tidak sedap di lingkungan Penyumbatan aliran sungai oleh sampah Menyebabkan banjir Lingkungan menjadi kumuh

Tingginya Tingkat Pencemaran Sungai Belum ada kepedulian masyarakat terhadap pengolahan sampah Belum terbentuknya lembaga pengolah sampah Belum efektifnya kebijakan pemerintah desa terkait dengan penyelesaian masalah sampah Belum ada pelatihan mengolah sampah Belum ada yang mengorganisir masyarakat Belum ada yang memfasilitasi proses advokasi


(27)

13

Dari paparan analisis pohon masalah di atas, permasalahan yang inti pada sektor lingkungan Desa Tasikmadu, yakni tingginya tingkat pencemaran sungai. pencemaran Kondisi yang demikian pasti akan menimbulkan dampak negatif pada keberlangsungan kehidupan masyarakat. Pada analisis pohon masalah di atas, terdapat empat dampak yang ditimbulkan akibat tingginya tingkat pencemaran sungai. Dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran sungai adalah sebagai berikut:

a) Menimbulkan bau tidak sedap di lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat dikenali dengan mudah melalui indera penglihatan yakni dengan mata, dan penciuman. Dengan mata dapat dikenali dengan mudah air sungai yang tercemar berwarna keruh, ikan mati akibat kekurangan oksigen. Dengan indera penciuman, adanya pencemaran dapat diidentifikasi dengan bau menggunakan udara sebagai media pembawanya. Bau adalah suatu rangsangan dari suatu zat yang diterima dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Keadaan menumpuknya sampah di sungai yang bercampur antara sampah kering dan sampah basah, antara sampah sisa dapur dan sampah yang sulit terurai oleh alam seperti plastik, kertas, kaleng dan lail-lain, menimbulkan bau tidak sedap di wilayah sekitar sungai. Kalau keadaan tersebut dibiarkan maka akan berakibat mengganggu organ pernafasan masyarakat.

b) Penyumbatan aliran sungai oleh sampah. Penumpukan sampah yang ada di sungai dalam kurun waktu beberapa hari akan menimbulkan dampak aliran air sungai tersumbat. Sehingga dapat menjadikan tanggul sungai menjadi


(28)

14

runtuh ketika musim hujan tiba. Derasnya air yang turun dari gunung ke sungai tetapi di sungai terhalang oleh sampah menjadikan tanah penahan tanggul terkikis sedikit demi sedikit dan akhirnya runtuh. Permasalahan pengolahan sampah akibat aktivitas masyarakat yang menumpuk di sungai tidak hanya berada kota besar melainkan di Desa Tasikmadu juga menjadi permasalahan utama.

c) Menyebabkan banjir. Wilayah RT 15 Desa Tasikmadu ini sering dilanda banjir, baik banjir bandang maupun banjir rob. Penyebab banjir yang utama yakni adanya curah hujan yang tinggi ketika musim penghujan, sedangkan sungai tidak bisa menampung banyaknya air hujan maka tumpah di area pemukiman RT 15. Dimana area pemukiman wilayah ini letaknya lebih rendah dari pada tanggul sungai, sehingga meluber ke area pemukiman masyarakat. Tetapi setiap hujan turun di wilayah RT 15 selalu tergenang air setinggi 15 cm hingga 50 cm. Keadaan tersebut dikarenakan selokan yang ada tersumbat oleh sampah dan jarak antar rumah sangat berdempetan sehingga daerah resapan air berkurang.

d) Lingkungan menjadi kumuh. Banyaknya masyarakat baik yang bertempat tinggal di wilayah RT 15 maupun RT lain di Desa Tasikmadu membuang sampah di Kali Wancir, sehingga menyebabkan wilayah ini menjadi terlihat kumuh. Berjejeran sampah di pinggir sungai maupun di bawah jembatan yang menjadi penghubung antar dusun. Sehingga terjadi pendangkalan sungai meskipun sudah dilakukan pengerukaan dua sampai tiga kali dalam satu


(29)

15

tahun oleh desa. Dengan demikian keadaan ini mengancam kesejahteraan masyarakat wilayah RT 15 serta para wisatawan lokal.

Adapun penyebab dari tingginya tingkat pencemaran sungai di Desa Tasikmadu ada tiga macam, yakni sebagai berikut :

1) Belum Ada Kepedulian Masyarakat Terhadap Pengolahan Sampah.

Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan oleh tangan manusia. Kebiasaan masyarakat dengan latar belakang ekonomi, tatanan pemukiman masyarakat bantaran sungai yang terbatas dan masyarakat sekitar dimana pengelolaan sampahnya belum termanajemen dengan baik menjadikan mereka tidak sadar akan pentingnya lingkungan sehat. Keterbatasan tempat tinggal atau lahan membentuk mereka memiliki budaya dalam menjadikan sungai sebagai tempat sampah terbesar untuk membuang sampah sisa aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan lingkungan yang sehat akan membuat mereka hidup lebih nyaman dan sejahtera. Namun, jika tidak ada kesadaran dari diri masyarakat sendiri, hidup sejahtera tidak akan terwujud, bahkan kebiasaan mereka akan menjadikan belenggu untuk lingkungan sekitar mereka dan kehidupan mereka sendiri.

Begitu penting arti lingkungan hidup bagi manusia dimanapun. Meskipun kenyataannya masalah lingkungan diabaikan oleh manusia. Bahkan kenyataan yang terjadi justru selalu terjadi eksploitasi6 besar-besaran terhadap lingkungan. Untuk memecahkan masalah tersebut maka perlu adanya pendidikan mengolah sampah dan berujung dengan kegiatan pelatihan mengolah sampah. Pendidikan

6 Eksploitasi yakni pemanfaatan secara sewenang- wenang demi kepentingan ekonomi semata tanpa mempertimbangkan rasa kepatutan.


(30)

16

mengolah sampah diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengolah sampah dan tidak membuang sampah sembarangan apalagi di sungai. Bahkan dapat menjadi agen perubahan untuk perbaikan lingkungan kedepannya.

Sedangkan kegiatan pelatihan diharapkan dapat menambah nilai ekonomi akan sampah. Dimana saat ini sampah hanya dilihat sebagai barang yang tidak berguna dan tanpa nilai jual, maka setelah diadakan pelatihan mengolah sampah, diharapkan sampah dapat menambah pendapatan sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang terbuang di sungai maupun di TPA.

2) Lembaga Pengolah Sampah Belum Terbentuk.

Kehadiran sebuah lembaga yang berdiri dengan semangat aktif atau partisipasi dan inisiasi masyarakat sendiri merupakan ciri utama kemandirian masyarakat. Lembaga ini digunakan untuk mengorganisir kegiatan pengolahan sampah secara berkelompok. Agar kegiatan terorganisir sekaligus menjadi alat kampanye pengolahan sampah yang partispatif maka diharapkan peran serta masyarakat sendiri sebagai penghasil sampah dan sebagai pengolah sampah. Keadaan dimana belum terbentuknya lembaga pengolah sampah dikarenakan belum ada inisatif dari masyarakat untuk mengelola sampah, penyebabnya adalah hingga saat ini belum ada yang mengorganisir masyarakat untuk membentuk lembaga pengolah sampah.

3) Belum efektifnya kebijakan pemerintah desa terkait dengan penyelesaian masalah sampah.

Peraturan desa sangat penting untuk mendukung terciptanya desa wisata yang bersih dan nyaman. Keadaan desa yang bersih dan nyaman dapat menambah


(31)

17

kesejahteraan masyarakat yang bertempat tinggal menetap di wilayah Desa Tasikmadu. Akan tetapi saat ini kebijakan desa terkait penyelesaian masalah sampah masih belum efektif. Keadaan yang demikian dikarenakan belum ada yang mengadvokasi peraturan yang baik guna menyelesaikan permasalahan sampah di Desa Tasikmadu.

Akan tetapi, keadaan ini dikarenakan belum ada yang memfasilitasi proses advokasi. Kegiatan pembelaan menuntut hak-hak masyarakat atau advokasi dalam hal kebijakan pengelolaan sampah ini diharapkan dapat mendukung terciptanya kemandirian masyarakat dalam mengelola sampah. Maka perlu lembaga atau seorang yang ahli dalam advokasi, yakni seseorang yang mempunyai legitimasi yang kuat, mampu membangun alansi dengan kelompok lain, mampu menjangkau tokoh dan massa dan seorang yang mampu dalam proses advokasi. Sehingga diharapkan masyarakat mempunyai bekal dalam melakukan advokasi hukum mengubah kebijakan pemerintah desa yang belum tepat dalam melakukan pembangunan desa.

Ketiga faktor tersebut menjadi penyebab utama tingginya tingkat pencemaran sungai di Desa Tasikmadu. Permasalah tersebut masih belum ada inisiasi masyarakat atau lembaga pemerintahan untuk mengatasinya. Seharusnya setiap persoalah harus diselesaikan dan dicari titik poin permasalahannya. Pada uraian dibawah ini akan dijelaskan beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti atau tim pendamping sebagai langkah untuk mencari dan memberikan solusi terhadap permasalah yang sedang menimpa masyarakat RT 15 di Desa Tasikmadu. Untuk mempermudah membuat suatu rencana


(32)

18

program maka peneliti menggunakan teknik analisa tujuan atau yang sering disebut dengan analisa pohon harapan. Berikut adalah pohon harapan :


(33)

19

Berdasarkan problematika yang terjadi maka, akan diuraikan tujuan-tujuannya sebagai berikut. Tujuan inti dari riset pendampingan ini adalah untuk mencari strategi yang efektif guna memberdayakan masyarakat pesisir dalam mengolah sampahnya. Tujuan inti ini ditunjang oleh tujuan-tujuan utama yang lain. Faktor penujang pertama yang diperlukan untuk mencapai tujuan utama adalah adanya pengorganisir masyarakat agar ada yang menginisisasi untuk melakukan kerjasama dengan pemerintah desa dan dinas terkait dalam mendukung kegiatan pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat.

Faktor penujang yang kedua adalah adanya pendidikan sebagai bentuk kampanye dampak membuang sampah ke sungai serta pendidikan bagaimana mengelola sampah yang baik. Salah satu kegiatannya yakni dengan menampilkan beberapa film dokumenter tentang kegiatan yang dilakukan di beberapa wilayah oleh masyarakat dalam menanggulangi penumpukan sampah dan tradisi masyarakat membuang sampah sembarangan. Sehingga kegiatan tersebut diharapkan dapat merubah kesadaran masyarakat menjadi lebih kritis dan tanggap terhadap lingkungannya.

Faktor penunjang yang ketiga adalah adanya praktik mengolah sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat diperjual belikan sehingga dapat menambah pendapatan dan mengurangi tingkat pembuangan sampah masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki keahlian dalam mengolah sampah sebagai barang yang dapat digunakan sendiri untuk kehidupan sehari – hari dan dapat merubah sampah yang tidak bernilai jual menjadi mempunyai nilai jual tinggi. Jika keahlian tersebut diasah terus menerus disertai dengan inovasi dan


(34)

20

kebutuhan jaman maka sampah yang biasanya berserakan dan dibuang sembarangan menjadi diburu untuk dikumpulkan. Apalagi Desa Tasikmadu sering menghasilkan sampah dalam bentuk bungkus kopi, mie dan jajan karena banyak nelayan dan wisatawan yang melakukan aktivitas ditemati dengan salah satu makanan instan tersebut.

Faktor penunjang yang ke empat adalah terbentuknya suatu lembaga sebagai wadah pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Lembaga tersebut diharapkan dapat menjadi wadah berkumpulnya masyarakat dalam menuangkan ide, gagasan dan kegiatan dalam pengelolaan sampah secara bijak dan berkelanjutan. Apabila tujuan terealisasi maka masyarakat akan menjadi ahli dalam mengelola sampah dan menjadi penggagas manusia yang bertanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Untuk lebih jelasnya, maka peneliti mendiskripsikan alur pikirannya di bawah ini. Berikut adalah kerangka berfikir dalam penelitian ini :


(35)

21 Masyarakat belum peduli terhadap pengelolaan sampah yang bijak dan berkelanjutan Lembaga pengolah sampah belum terbentuk Kebijakan pemerintah desa belum efektif terkait penyelesaian masalah sampah Masyarakat peduli terhadap pengelolaan sampah yang bijak dan berkelanjutan Lembaga pengolah sampah terbentuk Kebijakan pemerintah telah efektif terkait penyelesaian masalah sampah Pendidikan pengolahan sampah (penyadaran, pelatihan, diskusi) sasaran pendampinga n adalah RT 15 dusun Ketawang Membentuk polisi lingkungan Dengan mendesak pemerintah desa dan Dinas Pemukiman Kebersihan Kota untuk membantu membentuk bank sampah Masyarakat RT 15 Dusun Ketawang Desa Tasikmadu muncul kesadaran kritis terkait penanggulanga n kebiasaan membuang sampah ke sungai yakni dengan membentuk polisi lingkungan Masyarakat dapat membuat sampah bernilai jual tinggi. Salah satu contohnya yakni dengan sampah di buat anyaman dalam bentuk tas. kegiatan membuang sampah diganti dengan iuran tong sampah tiga rumah Rp 15.000,- per bulan Membangun bank sampah sebagai wadah pengelolaan secara berkelanjutan

Masalah Harapan Proses Hasil

Bagan 1.3

Kerangka Berfikir dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Mengelola Sampah Secara Bijak dan Berkelanjutan


(36)

22

Berangkat dari kerangka berfikir di atas, maka akan menjadikan proses aksi pendampingan masyarakat ini jelas dan terarah. Mulai dari masalah kemudian proses yang dilakukan sampai hasil yang akan dicapai bersama-sama guna melakukan perubahan. Ditambah lagi dengan harapan sebagai rencana tindak lanjut yang akan dilakukan ketika hasil dari kegiatan yang dilakukan berjalan secara maksimal.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk membahas penelitian ini secara sistematis, maka peneliti menguraikan sistematika pembahasan dalam penelitian ini menjadi :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab awal yang berkaitan dengan judul skripsi, mulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian untuk pemberdayaan, strategi pemberdayaan dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Bab ini berisi pembahasan dalam perspektif teoritis yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian. Peneliti juga menyajikan konseptual yang menyangkut tentang pembahasan dalam penelitian terdahulu serta mencari perbedaan dengan penelitian terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan penjelasan secara rinci tentang pendekatan penelitian dan pemberdayaan, prinsip kerja penelitian dan


(37)

23

pemberdayaan, langkah kerja penelitian dan pemberdayaan, subyek dan stakeholder penelitian dan pemberdayaan serta jadwal dan waktu pelaksanaan penelitian dan pemberdayaan.

BAB IV : PROFIL DESA TASIKMADU

Bab ini merupakan penjelasan deskripsi lokasi penelitian diantaranya adalah keadaan geografis, demografis, sejarah, pendidikan, ekonomi, tradisi, keagamaan, dan lembaga kemasyarakatan.

BAB V : POTRET MASALAH DESA

Bab ini berisi tentang penyajian data yang disesuaikan dengan rumusan masalah yang diteliti serta analisis data hasil temuan di lapangan.

BAB VI : DINAMIKA PENGORGANISASIAN

Bab ini berisi tentang langkah-langkah menuju proses aksi atau perencanaan program di lapangan oleh peneliti bersama masyarakat.

BAB VII : PROSES AKSI

Bab ini berisi tentang berbagai kegiatan yang dilakukan peneliti bersama masyarakat guna melakukan gerakan perubahan di lapangan.

BAB IX : REFLEKSI

Bab ini berisi perubahan yang muncul setelah proses pendampingan dilakukan, selain itu juga pencapaian yang ada


(38)

24

setelah proses tersebut dilakukan dan menjelaskan konsep islam tentang lingkungan sehat.

BAB X : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap pihak-pihak terkait mengenai hasil pendampingan di lapangan


(39)

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pengorganisasian Rakyat

Istilah ‘pengorganisasian rakyat’ (people organizing) atau yang juga

dikenal dengan istilah ‘pengorganisasian masyarakat’ (community organizing) sebenarnya adalah suatu peristilahan yang sudah menjelaskan dirinya sendiri. Istilah ini mengandung pengertian yang luas dari kedua akar katanya. Istilah pengorganisasian disini lebih diartikan sebagai suatu kerangka proses menyeluruh untuk memecahkan permasalahan tertentu di tengah rakyat, sehingga bisa juga diartikan sebagai suatu cara pendekatan bersengaja dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka memecahkan berbagai masalah masyarakat tersebut1.

Tokoh pengorganisasian dalam konsep atau teori pengorganisir rakyat ini adalah Roem Topatimasang dan Jo Han Tan, beliau berdua telah banyak melakukan perjalanan kerja pengorganisiran rakyat baik di Indonesia maupun di luar negeri. Satu kunci keberhasilan proses pengorganisasian rakyat adalah memfasilitasi mereka sampai akhirnya mereka dapat memiliki suatu pandangan dan pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang mereka hadapi.

Rakyat harus terus-menerus diajak berfikir dan menganalisis secara kritis keadaan dan masalah mereka sendiri. Hanya dengan demikian mereka mampu memiliki wawsan baru, kepekaan dan kesadaran yang memungkinkan mereka memiliki keinginan untuk bertindak, melakukan sesuatu untuk merubah keadaan

1 Jo Han Tann, Roem Topatimasang, Mengorganisir Rakyat : Refleksi Pengalaman


(40)

26

Yang mereka alami. Tindakan mereka itu kemudian dinilai, direnungkan kembali, dikaji ulang untuk memperoleh wawasan baru lagi, pelajaran-pelajaran berharga yang akan menjaga arah tindakan-tindakan mereka berikutnya. Demikianlah, proses pengorganisasian berlangsung terus sebagai suatu daur yang tak pernah selesai2.

Gambar 2.1

Daur Pengorganisasian Rakyat

Sumber : Buku Mengorganisir Rakyat karya Jo Hann Tan dan Roem Topatimasang, hal 10.

Keseluruhan proses pengorganisasian rakyat terdiri dari serangkaian tahapan yang berkaitan satu sama lain sebagai suatu kesatuan yang terpadu. Tahap-tahap proses pengorganisasian secara umum dan sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :


(41)

27

1. Memulai pendekatan 2. Memfasilitasi proses 3. Merancang strategi 4. Mengerahkan tindakan

5. Menata organisasi dan keberlangsungannya 6. Membangun sistem pendukung

Semua proses atau tahapan tersebut tidak selalu harus ketat berurutan seperti itu, seorang pengorganisir yang baik tidak hanya dapat melakukan salah satunya dan mengabaikan yang lain. Dalam kenyataannya, seorng pengorganisir memang mungkin berada pada satu tahap tertentu saja pada saat tertentu pula.3 Pengorganisasian rakyat, pada akhirnya bertujuan untuk melakukan dan mencapai perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas. Berikut ini beberapa langkah pokok perumusan strategi kearah perubahan sosial :

1. Menganalisis keadaan (pada aras mikro maupun makro)

Langkah ini berupaya memperoleh pemahaman yang jelas mengenai perkembangan keadaan yang sedang berlangsung beserta seluruh latar belakang permasalahannya, baik pada tingkat lokal, nasional dan internasional. Langkah ini dilakukan bersam masyrakat sehingga semua pengamatan dan pandangan terhadap masyarakat dapat cenderung menggambarkan apa yang disebut dengan lukisan besar keadaan masyarakat. 2. Merumuskan kebutuhan dan keinginan masyarakat

Perumusan kebutuhan dan keinginan bersama bersifat jangka pendek menengah


(42)

28

dan jangka panjang. Kemudian menetapkan daftar kebutuhan dan daftar keinginan mana yang harus dicapai terlebih dahulu dan mana yang dapat dikebelakangkan.

3. Menilai sumber daya dan kemampuan masyarakat

Mengajak masyarakat secara jujur dan jernih melihat ke dalam diri sendiri apa saja kemampuan yang dimilikiuntuk mencapai kebutuhan dan keinginan tersebut.

4. Menilai kekuatan dan kelemahan masyarakat sendiri dan lawannya

Mengajak masyarakat menganalisis kekuatan dan kelemahan mereka, seperti analisis SWOT. Yakni berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. 5. Merumuskan bentuk tindakan dan upaya yang tepat dan kreatif.

Mengajak masyrakat merumuskan bentuk bentuk tindakan yang dapat mereka lakukan serta cara melakukannya secara tepat guna dan kreatif.4

B. Teori Advokasi

Advokasi berasal dari kata advocatus dalam bahasa latin yang artinya membantu seseorang dalam perkara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa istilah advokad atau advokat yaitu ahli hukum yang berwenang sebagai penasihat atau pembela perkara di pengadilan, dalam istilah lain disebut pengacara.. Jadi dalam bahasa Indonesia advokasi adalah pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap sesorang yang mempunyai permasalahan5.

Tujuan dan sasaran advokasi adalah terjadinya perubahan kebijakan publik. Dengan kata lain, advokasi sebenarnya hanyalah salah satu dari perangkat

4Ibid, Hal 64 - 66


(43)

29

sekaligus proses – proses demokrasi yang dapat dilakukan oleh warga negara untuk mengawasi dan melindungi kepentingan mereka dalam kaitannnya dengan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah. Sehingga advokasi hanyalah bertujuan mengubah, menyempurnakan atau bahkan membela suatu kebijakan publik tertentu.

Perbedaan advokasi dengan revolusi yakni kalau advokasi dilandaskan pada asumsi bahwa perubahan sistem dan struktur kemasyarakatan yang lebih luas dan menyeluruh dapat dilakukan melalui perubahan perubahan bertaraf maju dan semakin membaik dalam berbagai kebijakan pemerintah. Kalau revolusi bertujuan merebut kekuasaan politik, dan dengan menggunakan kekuasaan politik itu melakukan perubahan menyeluruh pada sistem dan struktur kemasyarakatan.6

Advokasi pada dasarnya adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengubah kebijakan, posisi atau program dari berbagai institusi maupun lembaga di tingkat lokal, provinsi, nasional dan internasional7. Ada empat teori advokasi yang dicetuskan oleh para ahli, yakni sebagai berikut8 :

6 Roem Topatimasang, Mengubah Kebijakan Publik, ...Hal 33 7Ibid, Hal 36.


(44)

30

No Subjek Teori Advokasi

Sharma9

Teori Advokasi Model A JHU10

Teori Advokasi Lingkaran Enam11

Teori Advokasi Miller dan Covey12

1. Pengertian Advokasi

Suatu tindakan individu, kolektif atau organisasi masyarakat yang terorganisir, sistematik berusaha untuk mempengaruhi pengambilan kebijakan agar lebih mempertimbangkan partisipasi masyarakat sipil dalam setiap kebijakan

Upaya untuk

mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai macam bentuk

komunikasi atau penetapan sebuah gerakan yang ditentukan oleh pihak yang

berwenang untuk mengendalikan perilaku lembaga, masyarakat dan individu

Upaya advokasi legislasi di bidang hukum dan politik

Mempengaruhi penguasa tentang masalah yang berhubungan dengan rakyat terutama yang telah dipinggirkan dan dikucilkan dari proses politik

2. Komponen a.Tujuan b.Data c.Sasaran d.Pesan e.Kolaisi

f. Presentasi pesan g.Penggalangan dana

a.Analisis b.Strategi c.Mobilisasi d.Aksi e.Evaluasi f. Kesinambungan

a.Pembuat strategi b.Pelobi

c.Pengacara legislatif d.Peneliti kebijakan e.Koordinator lapangan f. Koordinator komunikasi a.Legitimasi b.Kredibilitas c.Akuntabilitas d.Kekuasaan

9 Sharma R Ritu, An Introduction to Advocacy, Training Guide, Support for Analysis and Research in Africa (SARA), Health and Human Resources Analysis for Africa (HHRAA), US Agebcy for Internatonal Development, Africa Bureau, Office of sustanable Development.

10John Hopkins University/Center for Communication Program, “A” Frame for advocacy, JHU/CCP, US, 1999 [Online]. Tersedia : www.jhuccp.org/resourche_center/Publication [01 April 2017]

11 Feldblum, Chai Rachel, The Art of Legislative Lawyering and the Six Circles Theory of Advocacy, McGeorge Law Review, Vol. 34, Issue 4, pp.787-822. Tabel 2.1


(45)

31

h.Evaluasi 3. Sasaran Sasaran primer :

Pihak pengambil keputusan dan para pengambil keputusan Sasaran sekunder : Individu dan kelompok yang mempengaruhi pengambil kebijakan

Pembuat kebijakan yakni pemerintah, lembaga dan masyarakat

Aparat hukum dan politik Pemerintah, perusahaan tau pemimpin masyrakat

4. Tujuan Mengubah kebijakan

atau program

Mengubah kebijakan atau mempengaruhi kebijakan

Mengubah kebijakan hukum dan politik

Mengubah kebijakan

5. Proses a.Mengidentifikasi isu dari kebijakan yang akan diadvokasi, merancang agenda yang akan dilkaukan dan target institusi yang akan diadvokasi b.Memformulasi solusi c.Membangun political

will

d.(isu + solusi + political will) menghasilkan kebijakan

a.Analisis (ketersediaan informasi yang akurat dan pemahaman tentang isu yang ada) b.Strategi (mengarahkan,

merencanakan dan memfokuskan pada tujuan khusus yang berkriteria SMART) c.Mobilisasi

(membentuk koalisi atau sekutu untuk gerakan advokasi)

a.Mengumpulkan informasi tentang isu politik dan hukum b.Memahami,

menganalisi dan menyusun teks hukum mengenai dinamika politik

c.Membuat strategi d.Menciptakan hubungan

simbiosis antara masyarakat sebagai akar rumput dan koalisi

a.Penyusunan visi bersama masyarakat sebagai kondisi ideal yang didambakan b.Analisis konteks sosial

makro dan seleksi serta analisis masalahnya c.Definisi persoalan dan

membingkai isu d.Penentuan tujuan e.Identifikasi dan

analisis para

stakeholder13advokasi


(46)

32

e.Melakukan evaluasi d.Aksi (melakukan kegiatan dan menjaga kekompakan para mitra dan penyampaian pesan secara tepat) e.Evaluasi (pemantauan

dan penilaian hasil akhir advokasi) f. Kesinambungan

(menyesuaikan strategi dengan perubahan yang terjadi untuk mencapai tujuan jangka panjang).

advokasi

e.Mengimplementasikan strategi

f. Evaluasi

dan sasaran (analisis SWOT)

f. Penyusunan strategi, taktik dan garis waktu g.Pelaksanaan strategi

dan taktik

h.Evaluasi dampak i. Penerapan untuk

advokasi kedepan

6. Keunikan Menjelaskan dengan lengkap dan sistematis mengenai elemen dasar dari advokasi dan memberikan gambaran aplikatif dalam setiap langkah – langkah advokasi

Enam langkah advokasi diuraikan dan disatukan dalam satu model A (lebih mudah diiingat)

Enam keahlian yang dituntut ada dalam advokasi disatukan dalam enam lingkaran yang saling

berkesinambungan sehingga lebih efektif

Proses advokasi dilakukan dengan sembilan langkah yang tumpang tindih atau saling berkesinambungan

7. Kelebihan Dapat dilakukan pada berbagai jenis organisasi, memberikan kemudahan

Tujuan advokasi harus memenuhi kriteria SMART (spesific,

Ada pembagian peranan tugas yang jelas dan spesifik terkait kriteria

Terdapat analisis SWOT dalam proses


(47)

33

pemahaman mengenai advokasi karena adanya kasus yang dikemukakan atau contoh aplikatif dalam kegiatan advokasi

measurable, appropriate, realistic, timebound14) dan adanya langkah keberlanjutan bahwa advokasi adalah proses yang terus menerus dan berkelanjutan

sumber daya yang dibutuhkan tiap posisi

dapat diketahui secara detailmengenai

kelebihan, kekurangan, peluang dan hambatan yang terjadi dalam advokasi tersebut. 8. Kelemahan Tidak ada tindak lanjut

ketika advokasi telah berhasil

Secara spesifik tidak menyebytkan langkah penggalian dana untuk advokasi

Teori ini cenderung hanya cocok digunakan dibidang hukum dan politik serta tidak ada pemantau keberlanjutan advokasi

Tidak ada pembagian peran dan tugas yang jelas dalam melakukan advokasi dan hanya melakukan analisis konteks sosial makro sehingga tidak menyangkut konteks sosial yang lebih kecil atau mikro

14Spesific, maknanya tujuan ini memang khas, bukan tujuan yang sifatnya sangat umum dan luas; measurable artinya hasil advokasi dapat dinilai hasilnya;

appropriate maksudnya sesuai dengan tujuan advokasi; realistic maksudnya sesuai dengan yang diharapkan ketika melakukan advokasi; timebound maksudnya tujuan pengadaan advokasi dibatasi waktunya.


(48)

34

Hal pertama yang harus diingat dalam perumusan sasaran program advokasi adalah hakekat dan tujuan utama advokasi yakni sebagai upaya mengubah kebijakan publik sehingga rumusan sasarannya haru tetap mengacu pada tujuan. 15 Advokasi merupakan gerakan yang menggunakan cara-cara bukan kekerasanyakni melalui jalur, wadah dan proses demokrasi perwakilan yang ada. Jadi, advokasi bukanlah revolusi fisik, apalagi perlawanan bersenjata. Karena itu, sasaran advokasi memang hanya tertuju atau terarah pada kebijakan publik, dengan asumsi bahwa perubahan yang terjadi pada satu kebijakan tertentu akan membawa dampak positif atau paling tidak sebagai titik awal dari perubahan – perubahan yang lebih besar secara bertahap maju16. Dalam advokasi terdapat dua macam strategi yakni :

1. Strategi Proaktif

Yakni upaya yang dilakukan oleh kelompok advokator yang ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan, perundangan, peraturan dan produk hukum lainnya disahkan secara hukum. Dalam konteks ini pejuang advokasi advokasi berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai informasi yang mendukung maupun yang menghambat sebelum kebijakan hukum diterbitkan oleh instansi yang berwenag (legislatif, eksekutif dan organisasi lain yang relevan). Advokasi yang proaktif disini disebutkan tiga strategi, yaitu lobi, rapat dengar pendapat dan kampanye.17

15 Sri Mastuti, Dian kartikasari, Panduan Advokasi Anggaran, Forum Indonesia untuk Transparasi Anggaran (FITRA) dan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), (Jakarta : 2001)


(49)

35

a. Lobi (Lobbying). Lobi adalah sebuah peran advokasi diamna pelaku advokasi terlibat langsung didalam sebagai seorang peserta yang langsung terlibat memengaruhi lahirnya kebijakan. Seperti halnya yang dilakukan oleh peneliti yakni melakukan lobi kepada pihak pemerintah Desa Tasikmadu guna mendukung kegiatan belajar bersama pengolahan sampah di RT 15 Dusun Tasikmadu.

b. Dengar Pendapat (Rapat Dengar Pendapat/Public Hearing). Dengar pendapat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pertemuan yang diadakan untuk mendengarkan penjelasan atau pendapat seseorang yang berwenang mengenai pelaksanaan kegiatan dan sebagainya yang ada dalam batas tugas dan kewenangan misalnya anggota masyarakat, lembaga atau badan pemerintah18.

Jenis dengar pendapat ada dua kategori yaitu : Pertama, dengar pendapat pembuat kebijakan, yang bertujuan agar pembuat keputusan menyadari pentingnya isu yang perlu kebijakan atau ketidakefektivan dari suatu kebijakan yang telah digariskan sehingga perlu untuk menelaah kembali terhadap kebijakan yang ada. Kedua, dengar pendapat publik atau masyarakat,kegiatan ini ditujukan untuk mensosialisasikan gagasan pelaku advokasi dan meyerap pandangan masyrakat sekitar mengenai isu yang akan diadvokasikan.

18 Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, edisi keempat, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011), Hal 24


(50)

36

Dengar pendapat pembuat kebijakan Dengar pendapat masyarakat Di lapangan

Hub dgn pemerintah atau perangkat desa serta B. Ludaminarti selaku PKK yang ikut berkecimpung dalam bidang sosial dan sampah dan ketua rt

Pandangan masy ttg pengolahan sampah yakni dr masy RT 15 serta pemilik tempat tinggal selama peneliti disana atau bapak kost

c. Kampanye. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Indonesia Pusat Bahasa kampanye berarti : 1) gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi), 2) kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan di parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan masa pemilih dalam pemugutan suara.

19menurut Mastuti dan Kartikasari kampanye adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dalam rangka mensosialisasikan wacana, ide, pandangan kita terhadap suatu kebijakan atau suatu kasus tertentu yang bertujuan untuk mendapat dukungan publik.20

2. Strategi Reaktif

Strategi reaktif adalah strategi dimana pekerja advokasi berupaya mengubah kebijakan setelah kebijakan, perundangan, peraturan dan sebagainya yang telah ditetapkan secara hukum21. Teknik yang digunakan dalam advokasi

19Ibid, Hal 25

20 Sri Mastuti, Dian Kartikasari, Panduan Advokasi anggaran:Forum Indonesia Untuk


(51)

37

bentuk ini yaitu demonstrasi, boikot, revolusi, gugatan kelas (class action), hak gugat organisasi (legal standing) dan judical review.

C. Teori Pendidikan Freire

Sistem pendidikan pembaharu Freire adalah model pendidikan untuk pembebasan, dan buka untuk penguasaan (dominasi). Pendidikan harus menjadi prosews pemerdekaan, buka penjinakan sosial budaya. Pendidikan bertujuan untuk menggarap realitas manusia, dan karena itu, secara metodologis bertumpu di atas prinsip-prinsip aksi dan refleksi total. Prinsip ini bertindak untuk mengubah kenyataan yang menindas dan pada sisi lainnya secara terus menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas dan hasrat untuk mengubah kenyataan yang menindas tersebut. Pendidikan diharapakan berproses pada setiap waktu, pendidikan merangsang ke arah diambilnya suatu tindakan kemudian tindakan tersebut direfleksikan kembali, dan refleksi itu di ambil tindakan baru yang lebih baik. Demikian seterusnya sehingga proses pendidikan merupakan suatu daur bertindak dan berpikir yang berlangsung terus menerus sepanjang hidup seseorang.22

Pada saat bertindak dan berpikir itulah seseorang menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya melalui kata-kata. Dengan daur belajar seperti ini, maka setiap anak didik secara langsung dilibatkan dalam permasalahan-permasalahn realitas dunia dan keberadaan diri mereka didalamnya.23 Pembebasan dan pemanusiaan manusia haya bisa dilakukan dalam artian yang sesungguhnya jika seseorang memang benar-benar telah menyadari realitas dirinya sendiri dan

22 Mansour Fakih,dkk, Membangun Kesadaran Kritis, (Ypgyakarta : INSISTSPress, 2010), Hal 60 23Ibid, Hal 61.


(52)

38

dunia sekitarnya. Sebaliknya, proses pemanusiaan tidak akan berhasil bila manusia tidak pernah mampu mengenali apa yang sesungguhnya ingin ia lakukan, tidak akan pernah dapat memahami apa yang sesungguhnya ia capai. Langkah awal yang paling menetukan dalam upaya pendidikan pembebasannya Freire yakni suatu proses yang terus menerus yang selalu mulai dan mulai lagi. Maka proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. 24

Ciri pokok dari pendidikan kritis yakni pertama, belajar dari realitas atau pengalaman. Materi yang dipelajari merupakan keadaan nyata masyarakat atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut; Kedua, tidak menggurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan adalah guru sekaligus murid pada saat bersamaan; Ketiga, dialogis. Proses yang berlangsung bukan proses belajar mengajar satu arah, melainkan proses komunikasi dalam bentuk kegiatan diskusi kelompok, bermain peran dan media (peraga, grafika, audio visual, dsb). Proses komunikasi ini lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar orang yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut25.

Agar proses belajar tetap berpijak pada asas-asas pendidikan kritis sebagai landasan filisofinya maka panduan proses belajar dan pelaksasnaanya harus disusun dalam suatu proses yang dikenal sebagai daur belajar (dari) pengalaman yang distrukturkan. Proses belajarnya memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara melihat


(53)

39

secara langsung maupun tidak langsung sebagai bagian dari realitas tersebut. Berikut merupakan daur belajar

Gambar 2.2

Daur Belajar Paulo Freire26

1. Melakukan; dimulai dengan pengalaman-pengalaman, peristiwa yang dimunculkan lewat cerita, studi kasus, permainan dan media lainnya sebagai cara untuk melihat data yang ada.

2. Mengungkapkan data (rekontruksi); yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur urutan kejadian dll) dari realitas sebagai proses pengungkapan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya lewat tanggapan dan kesan atas pengalaman tersebut. Tahap ini juga disebut proses mengalami; karena proses ini selalu dimulai dengan melakukan kegiatan langsung. Hal yang dilakukan dan dialami oleh partisipan adalah mengerjakan, mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu.

26Ibid, Hal107.

1. Melakukan

2.

Mengungkapkan data

(rekontruksi)

3. Menganalisa (Kaji urai) 4.

Menyimpulkan 5. Menerapkan


(54)

40

3. Kaji urai (analisis); yakni mengkaji sebab-sebab dan kemajemukan kaitan-kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut, baik itu menyangkut tatanan, aturan-aturan maupun sisitem yang menjadi akar persoalan.

4. Kesimpulan,; yakni merumuskan makna atau hakikat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran. Rumusan tersebut berupa prinsip-prinsip dan kesimpulan umum dari hasil pengkajian atas pengalaman. Cara seperti ini akan membantu untuk merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal yang telah dipelajari.

5. Tindakan (penerapan); yakni memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman, sehingga memungkinkan untuk menciptakan realitas-realitas baru yang juga lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka penerapan prinsip-perinsip yang telah disimpulkan. Proses pengalaman belumlah lengkap sebelum ajaran baru, pengalaman baru atau penemuan baru dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap ini menjadi bagian yang bersifat eksperimental. Proses penerapannnya akan menjadi suatu pengalaman tersendiri, dengan pengalaman baru itulah daur proses ini akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya.

D. Islam, Kependudukan Dan Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar tempat hidup. Setiap mahkluk hidup dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Mahkluk hidup dan lingkungannya mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lain, saling mempengaruhi, sehingga merupakan satu kesatuan fungsional yang disebut


(55)

41

ekosistem. Sehingga manusia berkewajiban untuk melestarikan lingkungan agar tetap seimbang, indah ,segar dan asri.

` Perlakuan manusia semena-mena terhadap lingkungan menampilkan wajah bumi yang penuh dengan polusi. Polusi atau pencemaran adalah suatu keadaan dimana kondisi suatu habitat tidak murni lagi, karena pengaruh dari berbagai keadaan terhadap habitat tersebut. Pencemaran disebabkan oleh berbagai hal, terutama disebabkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat, sifat manusia yang bersaing untuk memperoleh kebutuhannya tanpa memperhatikan keseimbangan alam sehingga makin mempercepat lingkungan hidup dikotori dan terjadilah polusi27.

Manusia terhadap lingkungan sangatlah dominan selaku subjek penentu yang dapat menetukan apakah lingkungan bermanfaat atau tidak. Menentukan lingkungannnya akan tetap lestari sehingga akan tercipta ekosistem yang stabil dan seimbang atau lingkungan akan tercemar dan rusak sehingga akan mengancam kehidupan manusia.28

Namun manusia tentulah tidak menginginkan kehidupannya terancam, pemanfaatan alam sebesar – besarnya bagi kehidupan dan kesejahteraannya harus disertai upaya menjaga keseimbangan ekologi dan mempertahankan kelestariannya. Akal manusia terus berkembang dan manusia terus berusaha memahami alam, menentukan keteraturan kejadian dan gejala–gejala yang tertera didalam alam, mencari hubungan sebab akibat gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. Secara berangsur, akal pikiran manusia berhasil menggali

27 Kaelany HD, MA PT rinekacipta, Jakarta, juni 1996, Hal 77-78 28Ibid, Hal 88


(56)

42

hukum alam yang mencerminkan kekuasaan dan kebesaran penciptaNya Allah SWT29.

Akan tetapi akal tidak berhenti dan terus mencari rahasia alam baru, sehingga cakrawala pikiran terus meluas. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan ekonomi, kesehatan semakin membaik, makin sedikit manusia mati dalam umur pendek dan akibatnya makin banyak manusia yang hidup serta perkembangan pertambahan penduduk semakin pesat. Kebutuhan akan sumber-sumber alam semakin meningkat. Tetapi di sisi lain setiap kegiatan manusia menghasilkan barang yang tidak berguna yakni disebut dengan sampah. Demi memusnahkan sampah agar tidak berserakan di rumah sebagian manusia rela merusak keindahan lingkungan bahkan merusak bumi dan mengotorinya. Kegiatan pemusnahan sampah tersebut dapat berupa dengan membuangnya langsung ke sungai yang airnya mengalir maupun yang airnya mengering, bahkan ada pula yang membakarnya. Dimana kedua kegiatan diatas termasuk dalam kategori merusak lingkungan dan tidak memperhitungkan bagaimana lingkungan tersebut untuk keberlangsungan kehidupan anak cucunya dimasa yang akan datang.

Dalam perspektif islam manusia dan lingkungan memiliki hubungan relasi yang sangat erat, karena Allah SWT menciptakan alam beserta isinya yakni manusia dan lingkungan dalam keseimbangan dan keserasian. Keseimbangan dan keserasian ini harus dijaga agar tidak mengalami kerusakan. 30 Kelangsungan kehidupan di alam saling terkait, jika salah satu komponen mengalami gangguan

29Ibid, Hla 88


(57)

43

maka akan berpengaruh pada komponen yang lain.31 Islam itu tidak merusak lingkungan sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam QS. Al Baqarah : 22



































































Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30]32, Padahal kamu mengetahui.

(Al Baqarah : 22)

Dalam proses pendampingan berbasis riset aksi partisipatoris ini bagian dari dakwah bil hal, yang secara langsung turut serta menyelamatkan kelestarian lingkungan dimasa yang akan datang. Apabila manusia mampu mengurus dan mengelola alam lingkungan yang tersedia ini dengan sebaik – baiknya maka kebaikan itu akan dinikmati manusia dalam waktu yang lama. Justru sebaliknya, jika lingkungan tidak dijaga dengan baik niscaya adzab Allah SWT dan malapetaka akan datang kepada manusia.33 Hal ini tidak lain akibat perbuatan tangan manusia itu sendiri, maka terbukti seperti yang diperingatkan allah SWT dalam firmannya dalam Al Qur’an surat Ar-Rum : 41 , Allah SWT menjelaskan larangan untuk membuat kerusakan di muka bumi.









































31Rabiah Z, Harahap, Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan hidup, Jurnal EduTech, Vol I Maret 2015, Hal 5.

32 [30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.


(58)

44

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum : 41)

Dalam pandangan Islam, manusia ialah makhluk terbaik diantara semua ciptaan Tuhan dan berani memegang tanggungjawab mengelola bumi, maka semua yang ada di bumi diserahkan untuk manusia. Oleh karena itu manusia diangkat menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk terbaik, manusia diberikan beberapa kelebihan diantara makhluk ciptaan-Nya, yaitu kemuliaan, diberikan fasilitas di daratan dan lautan, mendapat rizki dari yang baik-baik, dan kelebihan yang sempurna atas makhluk lainnya.

Bumi dan semua isi yang berada didalamnya diciptakan Allah untuk manusia, segala yang manusia inginkan berupa apa saja yang ada di langit dan bumi. Daratan dan lautan serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan buah-buahan, binatang melata dan binatang ternak.

Sebagai khalifah di bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya dan diperintah berbuat kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan. Selain konsep berbuat kebajikan terhadap lingkungan yang disajikan Al-Qur’an seperti dipaparkan di atas, Rasulullah SAW memberikan teladan untuk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diperhatikan dari Hadist-Hadist Nabi, seperti Hadist tentang pujian Allah kepada orang yang menyingkirkan duri dari jalan; dan bahkan Allah akan mengampuni dosanya, menyingkirkan gangguan dari jalan ialah sedekah, sebagian dari iman,dan merupakan perbuatan baik. Di samping itu Rasulullah melarang merusak lingkungan mulai dari perbuatan yang sangat kecil dan remeh seperti melarang


(59)

45

membuang kotoran (manusia) di bawah pohon yang sedang berbuah, di aliran sungai, di tengah jalan, atau di tempat orang berteduh. Rasulullah juga sangat peduli terhadap kelestarian satwa, sebagaimana diceritakan dalam Hadist riwayat Abu Dawud. Rasulullah pernah menegur salah seorang sahabatnya yang pada saat perjalanan, mereka mengambil anak burung yang berada di sarangnya. Karena anaknya dibawa oleh salah seorang dari rombongan Rasulullah tersebut, maka sang induk terpaksa mengikuti terus kemana rombongan itu berjalan. Melihat yang demikian, Rasulullah lalu menegur sahabatnya tersebut dengan mengatakan

”siapakah yang telah menyusahkan induk burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anak burung tersebut kepada induknya!”.34

Allah telah mengatur tata kehidupan ini dengan harmonis, tapi manusia selalu tidak pernah merasa puas dengan keadilan seperti itu. Adanya kerakusan dan ketamakan dalam mencapai kepuasan material menyebabkan manusia tidak segan–segan membuat kerusakan dan pengurasan terhadap alam. Ada sebagian manusia yang serakah dan merusak alam demi kepentingan pribadi atau kelompoknya tanpa mempertimbangkan dampak yang akan dihasilkan dengan mengesploitasi sumberdaya yang ada. Walaupun manusia sebagai khalifah yang diberi kuasa untuk mengelola dan memanfaatkan alam, perlu diketahui bahwa kedudukan manusia dan alam adalah setara dihadapan Allah. Oleh karena itu ,kita harus menjaga, menghargai, dan memanfaatkan alam dengan baik.

Lingkungan adalah suatu media dimana mahkluk hidup tinggal, mencari penghidupannya di dalam memiliki karakter serta fungsi yang khas terkait secara timbal balik dengan keberadaan mahkluk hidup yang menempatinya terutama manusia yang

34 Ai Roudotul. http://aiirm59.blogspot.co.id/2013/04/pengelolaan-lingkungan-hidup-dalam.html. Diambil tanggal 25 Juli 2017. Pukul 12.36 WIB.


(60)

46

memiliki peranan lebih kompleks35. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu

dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup memiliki tujuan sebagai berikut : Pertama, mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan

hidupsebagai tujuan membangun manusia seutuhnya; Kedua, mengendalikan

pemanfaatan sumber daya secara bijak; Ketiga, mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup; Keempat, melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang; Kelima, melindungi negara terhadap dampak kegiatan luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan36.

Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia, yaitu meningkatkan kesejahteraan. Menurut undang – undang No. 23 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur tentang hak, kewajiban dan peran warga negara sebagai berikut :”Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.”

Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan


(61)

47

hidup. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.37

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menganggap penting terhadap penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi terhadap tema penelitian ini, karena dengan adanya hasil penelitian terdahulu akan mempermudah peneliti dalam melakukan penilaian, minimal menjadi acuan penelitian. Maksud dari penelitian terdahulu adalah memuat tentang hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian ini berjudul Pendampingan Masyarakat Pesisir Menuju Desa Wisata Yang Bebas Sampah Secara Berkelanjutan di Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek berbeda dengan penelitian terdahulu yang sudah dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan sebagai berikut :

a. Skripsi : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah Di Bank Sampah Surolaras, Suronatan, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan,

Yogyakarta, oleh Syafa’atur Rofi’ah.38

b. Jurnal : Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Pantai Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, oleh Slamet Hariyanto.39

37Ibid, Hal 30 31.

38Syafa’atur Rofi’ah, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah : Studi Di Bank

Sampah Surolaras, Suronatan, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta,

(Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013)

39 Slamet Hariyanto, Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Pantai Prigi Kecamatan

Watulimo Kabupaten Trenggalek, (Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, Vol. 2, No 01, Tahun 2014).


(1)

165

terkait yakni berupa pemerintah desa dan Dina Pemukiman Kebersihan; Ketiga,

membentuk Polisi lingkungan.

Hasil pemberdayaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yakni

masyarakat menjadi paham apa dampak-dampak yang diakibatkan dari kegiatan

membuang sampah langsung kesungai. Masyarakat juga paham bagaimana

mengelola sampah yang baik. Pandangan terhadap sampah bahwa tidak memiliki

nilai jual menjadi berubah, bahwa sampah mempunyai nilai jual yang tinggi setelah


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Dari Buku :

Afandi, Agus, dkk, Modul Pelatihan Kuliah Kerja Nyata (KKN)Transformatif

UIN Sunan Ampel Surabaya, (Surabaya : LPPM, 2016), Hal 27.

Afandi, Agus, dkk, (2013). Modul Participatory Action Research (PAR) untuk

Pengorganisasian Masyarakat (Community Organizing). Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel, 2013.

Afandi, Agus,dkk. (2016) Modul Participatory Action Researc (PAR) untuk

Pengorganisasian Masyarakat. Surabaya: LPPM UINSA.

Anas Sudjono, (2003), Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Aprilia Ainur Cahya, (2016). Membangun Kampung Hijau Bersinar : Upaya

Pendampingan Dalam Membangun Kesadaran Masyarakat Kampung kumuh Di Bulak Banteng Lor I Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya, (Skripsi, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Arif Sumantri, (2013) Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencana.

Daniel, Moehar, dkk,(2008). PRA (Participatory Rural Apraisal). Jakarta : PT

Bumi Aksara, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), (2011). Kamus Besar Bahasa

Indonesia Pusat Bahasa, edisi keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Feldblum, Chai Rachel, The Art of Legislative Lawyering and the Six Circles

Theory of Advocacy, McGeorge Law Review, Vol. 34, Issue 4, pp.

Fitriyah, (2015). Mengurai Sampah Yang Terserak : Pendampingan Komunitas

Dalam Menciptakan Lingkungan Yang Bersih Dan Sehat Di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik. Skripsi, Jurusan Manajemen Dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Hadi Pratomo, (2015). ADVOKASI : Konsep, Teknik dan Aplikasi di Bidang


(3)

167

Mastuti, Sri, Kartikasari, Dian, (2001)Panduan Advokasi Anggaran, Forum

Indonesia untuk Transparasi Anggaran (FITRA) dan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI). Jakarta

Muzakky, M. Fahmi, (2016) Dakwah Pengelolaan Lingkungan Hidup : Studi

Pendampingan Masyrakat Dalam Menanggulangi Pencemaran Sampah Rumah Tangga Pada Aliran Sungai Brantas Di Kedung Kwali Kota Mojokerto Jawa Timur. Skripsi, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Nasdian, Fredian Tonny, (2014) Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Yayasan

Pustaka Obor Indonesia.

Noeng Muhajir, (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake

Sarasin.

Norman K. Denzin, Y Vonna S Lincol, (2009. )Diterjemahkan oleh Dariyatno,

Badrus Samsul Fata, Abi, John Rinaldi, Handbook Of Qualitative Research.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.

Nurhayati, (2015). Membangun Desa Bersih Dan Sejahtera : Pendampingan

Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Berbasis Riset Aksi Partisipatoris Di Desa Tajungan Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan. Skripsi, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Pius A. Partan, M. Dahlan Al-Barry,(2006). Kamus Ilmiah Populer, Surabaya :

Arkola, 2006.

Rahmawati, Pudji. (2014) Studi Lingkungan. Surabaya ; UIN Sunan Ampel Press.

Rodito, Bambang, Famiola, Melia, (2013). Social Mapping. Bandung : Rekayasa

Sains.

Rofi’ah, Syafa’atur. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Sampah : Studi Di Bank Sampah Surolaras, Suronatan, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Skripsi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sumantri, Arif. (2010). Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta :


(4)

168

Tann,Jo Han, Topatimasang ,Roem, (2003) Mengorganisir Rakyat : Refleksi

Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara. Yogyakarta : INSISt Press.

Topatimasang Roem, Rahardjo Toto, Fakih Mansour. (2010). Pendidikan Popular

: Membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta : InsistPress.

Undang undang republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.

Uu Lingkungan hidup.

V Miller, J Covey, Advocacy sourcebook : Frameworks for Plannin, Action and

Reflection, Boston : Institute for Development Research

Sumber Dari Dokumen :

Data Profil desa Tasikmadu tahun 2016

Sumber Dari Jurnal :

Hariyanto, Slamet, Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Pantai Prigi

Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, (Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, Vol. 2, No 01, Tahun 2014).

Rabiah Z, Harahap, Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan hidup, Jurnal Edu

Tech, Vol I Maret 2015.

Sumber Wawancara :

Diolah dari FGD bersama masyarakat 17 Januari 2017, pukul 11.00 WIB, di depan rumah Ibu Sulas.

Hasil dari FGD bersama masyarakat RT 15 bertempat di rumah ketua RT 15 pada tanggal 14 Januari 2017 pukul 10.00 WIB

Hasil wawancara dengan Bapak Maskun, pada tanggal 11 November 2016, pukul 11.00 WIB di Balai Desa Tasikmadu.

Hasil wawancara dengan Mbah Juri selaku sesepuh Desa Tasikmadu, kamis 22 November 2016 pukul 16.00 WIB

Wawancara dengan Bapak Asid tanggal 10 Januari 2017, pukul 10.00 WIB, di rumah beliau.


(5)

169

Wawancara dengan bapak Suwito selaku ketua pelaksana Upacara. Hari Rabu, 27 Mei 2015

Wawancara dengan Mbah Moni, selaku tengkulak ikan pada tanggal 05 Desember 2016, pukul 19.00 WIB, di Pendhen tempat menjemur ikan.

Wawancara dengan mbh Juni, 80 tahun, di rumah beliau, tanggal 30 November 2016 pukul 16.30 WIB

Wawancara dengan Pak Asid dan Bu Nunun warga tambakan RT 15 Dusun Ketawang di rumahnya pada tanggal 17 Desember 2016, pukul 11.00 WIB.

Wawancara di sebelah masjid RT 15, pada tanggal 03 Januari 2017. pukul 10.00 WIB

Wawancara pada 16 Desember 2016, pukul 10.00 WIB, di rumah beliau. WIB, di rumah Ketua RT 15 yakni Bapak Asid

Wawancara pada tanggal 22 Desember 2016, pukul 06.00 di jembatan Kali Wancir.

Sumber Internet :

Ai Roudotul.

http://aiirm59.blogspot.co.id/2013/04/pengelolaan-lingkungan-hidup-dalam.html. Diambil tanggal 25 Juli 2017. Pukul 12.36 WIB. .

Anwar,http://www.kompasiana.com/war/manfaat-pendidikan-untukkita_56efadfc5eafbd9d07 C af3f6, 01 Juli 2017, pukul 22.30 WIB.

http://www.hijauku,com/2012/11/10/dunia-hadapi-krisis-sampah/.diakses tanggal 05 Desember 2016, pukul 10.38 WIB.

https://id.,.wikipedia-org/wiki/sampah?-e-pi=7%2CPAGE-ID10%2C4383092154. Diakses tanggal 09 Desember 2016, pukul 12.12 WIB.

https://www.google.com/search?biw=360&bih=333&ei=d_XRWKPhC5IEVQSrj YLoBg&q=dinamika&oq=dinamika&gs.

John Hopkins University/Center for Communication Program, “A” Frame for

advocacy, JHU/CCP, US, 1999 [Online]. Tersedia: www.jhuccp.org/resourche_center/Publication [01 April 2017]

Sharma R Ritu, An Introduction to Advocacy, Training Guide, Support for


(6)

170

Analysis for Africa (HHRAA), US Agebcy for Internatonal Development, Africa Bureau, Office of sustanable Development.