STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PERIODE PRANATAL PERSPEKTIF ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO.

(1)

STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PERIODE PRANATAL PERSPEKTIF ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT DESA

KENONGO KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

SITI MUBAROKATUL LUTPIYAH NIM. D91212178

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(2)

STIMULASI KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PERIODE PRANATAL PERSPEKTIF ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT DESA

KENONGO KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

SITI MUBAROKATUL LUTPIYAH NIM. D91212178

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Siti Mubarokatul Lutpiyah (D91212178), Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Periode Pranatal Perspektif Islam dan Implementasinya di Masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Kata Kunci : Kecerdasan Spiritual, dan Stimulasi Periode Pranatal Pembimbing : Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M. Ag

Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya orang tua yang belum mengetahui tentang stimulasi kecerdasan spiritual pada periode pranatal, mereka baru memulai hal itu saat anak telah lahir ke dunia. Padahal kecerdasan spiritual sudah ada sejak peniupan roh pada janin, sehingga sudah dapat distimulasi. Dengan menerapkan stimulasi tersebut pada anak sejak periode pranatal, orang tua telah menyiapkan keturunan yang berkualitas. Memberikan stimulasi kecerdasan spiritual pada anak pranatal akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya ketika sudah lahir nanti.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana konsep stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal perspektif Islam?. (2) Bagaimana Implementasi stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal di Masyarakat Desa Kenongo, kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo? Apa faktor pendukung dan penghambat Implementasi stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal di Masyarakat Desa Kenongo, kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo?.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian kualitatif yang menggunakan dua metode yaitu: Library Research dan penelitian lapangan. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaaan. Adapun data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis diskriftif kualitatif dengan pertimbangan bahwa penalitian ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas, dan sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Konsep stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal dalam perspektif islam meliputi segala aktivitas jasmani atau rohani yang dilakukan oleh orang tua untuk menstimulasi kecerdasan spiritual anak sejak periode pranatal dengan tujuan mengharap ridho Allah swt. (2) Pemahaman ibu hamil di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo mengenai stimulasi kecerdasan spiritual cukup baik, mereka telah menggunakan berbagai metode dan materi untuk menstimulasi anaknya sejak periode pranatal.(3) faktor yang mendukung ibu hamil dalam mengimplementasikan stimulasi kecerdasan spiritual adalah pendidikan dan keagamaan yang baik, Faktor lingkungan tempat tinggal, faktor Kondisi atau suasana keluarga yang harmonis. Sedangkan faktor penghambatnya ialah pendidikan dan keagamaan yang kurang, keadaan fisik maupun emosi yang kurang stabil, dan kurangnya dukungan dari orang sekitar.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 10

C.Tujuan Penelitian... 11

D.Manfaat Penelitian... 11

E. Penelitian Terdahulu ... 12

F. Definisi Operasional ... 14

G.Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan Tentang Stimulasi ... 19


(9)

2. Tujuan Stimulasi ... 22

B.Kecerdasan Spiritual ... 24

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual... 24

2. Urgensi Kecerdasan Spiritual ... 29

C.Periode Pranatal... 32

1. Pengertian Periode Pranatal ... 32

2. Tahap-Tahap Perkembangan anak Periode Pranatal ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 50

B.Kehadiran Peneliti ... 53

C.Lokasi Penelitian ... 54

D.Sumber Data ... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ... 57

F. Teknik Analisis Data ... 61

G.Pengecekan Keabsahan Data ... 63

H.Tahap-Tahap Penelitian... 67

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.Profil Desa kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 72

1. Letak dan Luas Wilayah ... 72

2. Keadaan Penduduk ... 73

3. Sarana dan Prasarana ... 77

B.Konsep Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Periode Pranatal Perspektif Islam ... 80

1. Kecerdasan Spiritual Perspektif Islam ... 80

2. Stimulasi periode pranatal perspektif islam a. Dasar Stimulasi Pranatal ... 87


(10)

b. Tujuan Stimulasi pralahir ... 93 c. Syarat-Syarat Stimulasi Pranatal ... 95 d. Metode dan Materi Stimulasi Pranatal ... 97 C.Implementasi Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Periode Pranatal

di Masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten

Sidoarjo ... 111

D.Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Stimulasi

Kecerdasan Spiritual Anak Periode Pranatal di Masyarakat Desa

Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 121

BAB V ANALISIS

E. Analisis Terhadap Konsep Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak

Periode Pranatal Perspektif Islam ... 127 F. Analisis Terhadap Implementasi Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak

Periode Pranatal di Masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 133

G.Analisis Terhadap Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi

Stimulasi Kecerdasan Spiritual Anak Periode Pranatal di Masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 137

BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan... 149 B.Saran ... 151

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 73

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2016 ... 74

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016 .... 75

Tabel 4.4 Data Kesehatan Ibu Hamil Tahun 2016 ... 76

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Kesehatan Tahun 2016 ... 77

Tabel 4.6 Data Kelembagaan Pendidikan Masyarakat Tahun 2016 ... 78

Tabel 4.7 Data Prasarana Peribadatan ... 79

Tabel 5.1 Metodedan Materi Stimulasi Kecerdasan Sipritual yang digunakan Ibu Hamil di Desa Kenongo ... 134

Tabel 5.2Faktor Pendukung dan Penghambat dari Implementasi Stimulasi Kecerdasan Sipritual Oleh Ibu Hamil di Desa Kenongo ... 138


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu anugerah yang sangat luar biasa dari Allah kepada manusia adalah kecerdasan. Menurut para Ahli setiap anak manusia yang dilahirkan ke dunia ini sudah dibekali dengan satu triliun sel neuron yang apabila digunakan, maka setiap sel bisa berkoneksi dengan dua puluh ribu sel lainnya. Dengan demikian, tentu otak manusia memiliki kapasitas memori yang luar biasa. Sehingga sanggup menyimpan ingatan secara conscious (ingatan di luar kepala) ekuivalen dengan lima ratus ensiklopedia besar.1 Jadi, Dengan potensi kecerdasan inilah, manusia dapat berfikir dan memecahkan persoalan yang dihadapinya.

Dalam dunia sains telah dikenal ada tiga macam jenis kecerdasan yaitu IQ, EQ dan SQ. Pada abad kesepuluh, Kecerdasan Intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) yang diperkenalkan oleh William Stern, memang sempat menemukan momentumnya sebagai satu-satunya alat untuk menakar

1 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, (Jogjakarta:


(13)

2

dan mengukur kecerdasan manusia.2 IQ seringkali dijadikan sebagai patokan bagi sukses atau tidaknya seseorang. Masyarakat pada umumnya menekankan pentingnya nilai dan makna rasional murni yang menjadi tolak ukur IQ dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mengira jika seseorang memiliki IQ yang tinggi berarti dia memiliki peluang sukses yang lebih besar dari pada orang yang memiliki IQ yang lebih rendah. Padahal kecerdasan tidak akan berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa.3

Hal ini telah dibuktikan oleh Daniel Goleman melalui penemuan barunya pada pertengahan tahun 1990-an, yang menunjukkan bahwa ada jenis kecerdasan lain yang lebih penting dari IQ yaitu kecerdasan emosional atau EQ (Emotinal Quotient). Menurut hasil penelitiannya keberhasilan seseorang ditentukan oleh 20% IQ dan 80% EQ,4 oleh sebab itu EQ dipandang lebih penting eksistensinya

dibanding dengan IQ.

Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang psikologi, selanjutnya ditemukan kecerdasan yang dinilai sebagai kecerdasan yang paling utama dalam diri manusia, yakni kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan spiritual ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall di akhir abad ke-20 (1999-an). Mereka mendefinisakan

2 Abdul Wahid Hasan, SQ Nabi : Aplikasi Strategi dan Model Kecerdasan Spiritual Rasulullah

Di Masa Kini, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), h.28

3 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), h.5

4 Ahmad Taufik Nasution, Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Khusna, (Jakarta : Gramedia


(14)

3

kecerdasan spiritual sebagai bentuk dari kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.5

Danah Zohar, dalam bukunya yang berjudul SQ: Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence, menilai bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi yang memadukan kedua bentuk kecerdasan sebelumnya.6 Kecerdasan intelektual (IQ) memang penting agar manusia mempunyai kemampuan dalam menganalisis dan berhitung, terutama terkait dengan ilmu pasti. Demikian pula dengan kecerdasan emosional (EQ), Keberadaannya harus dikembangkan dengan baik agar seseorang dapat lebih mudah dalam meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun untuk menemukan makna hidup dan kebahagiaa, sesorang memerlukan kecerdasan spiritual (SQ).

SQ tidak hanya sebatas kecerdasan yang paling utama akan tetapi jika ditinjau dari kebutuhan manusia, Abraham Maslow juga menggolongkan kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan tertinggi dalam kehidupan manusia. Untuk menghadapi persoalan hidup yang semakin hari kian kompleks, dibutuhkan kecerdasan spiritual yang baik agar seseorang dapat melaluinya. Tanpa

5Ary Ginanjar Agustina, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ The

ESQ Way 165, (Jakarta: Arga, 2007), h.46


(15)

4

kecerdasan spiritual yang baik, seseorang akan mudah menyerah, menghadapi persoalan dengan cemas dan tergesa-gesa, tidak sanggup menghadapi kenyataan diluar dugaannya, kehilangan semangat, bahkan melakukan segala macam cara dan tidak peduli apakah merugikan orang lain ataupun tidak.7 Contohnya banyak sekali terjadi degradasi moral pada masyarakat, kasus pembunuhan, bunuh diri, perampokan karena kemiskinan dan lain sebagainya kian meningkat. Dengan demikian untuk menanamkan nilai spiritual dalam diri manusia yang terpenting bukan hanya pengetahuan seseorang terhadap suatu permasalahan tetapi bagaiman seseorang dapat memahami dan menyikapi masalah dengan baik.

Kecerdasan spiritual yang telah dianugerahkan oleh Allah sejak dalam kandungan, tidak akan berkembang dan sia-sia jika dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu perlu adanya suatu proses stimulasi. stimulasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak terbatas pada faktor internal saja pendidikan juga dapat diperoleh dari lingkungan. Lingkungan pendidikan yang paling utama adalah lingkungan keluarga terutama orang tua karena orang tua mempunyai intensitas komunikasi dan interaksi yang paling banyak dengan anak sejak kecil sebelum mereka mengenal pendidikan dari lingkungan luar (masyarakat dan sekolah).

Pendidikan anak secara aktif sebaiknya dimulai sejak di dalam kandungan sebagaimana dikatakan Abdul Rojak Husein bahwa: dalam syariat Islam, hak


(16)

5

utama anak ketika masih dalam bentuk janin (benih bayi dalam rahim) adalah memperoleh penjagaan dan pemeliharaan.8 Karena Pertumbuhan anak sudah

dimulai sewaktu masih dalam kandungan, maka tidaklah mengherankan kalau Islam mengatakan bahwa pendidikan sudah mulai sejak bayi masih dalam kandungan.9 Demikian difahami dari firman Allah dalam surat Al-A'raf: 172.

ْمِِروُهُظ ْنِم َمَدآ َِِب ْنِم َكّبَر َذَخَأ ْذِإَو

ُتْسَلَأ ْمِهِسُفْ نَأ ىَلَع ْمُ َدَهْشَأَو ْمُهَ تّ يِّرُذ

َيِلِفاَغ اَذَ ْنَع اُّك َِّإ ِةَماَيِقْلا َمْوَ ي اوُلوُقَ ت ْنَأ ََْدِهَش ىَلَ ب اوُلاَق ْمُكِّبَرِب

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap nyawa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengadakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (KeEsaan Tuhan)".(QS. Al-A'raf: 172).10

Inilah dalil Al-Qur'an yang menunjukkan bahwa anak pranatal sudah dididik. Karena, ia sendiri sudah hidup berkat nyawa yang memberi kehidupan kepadanya. Nyawa (ruh) itulah yang sesungguhnya responsif, karena dalam rahim ibunya, mereka mengakui akan adanya Tuhan yaitu Allah. Hal itu terbukti, ketika mereka ditanya oleh Allah, apakah aku tuhan kamu? Mereka menjawab iya, kami bersaksi bahwa kamu adalah tuhan. Kemudian, walaupun mereka seakan sudah berjanji akan menyembah dan mengabdi kepada Allah sayangnya mereka pun banyak yang melalaikannya.

8 Abdur Rozak Husein, "Hak Anak dalam Islam", (Jakarta : PT. Farahat, 1992), h.38.

9 Anselly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh, (Bandung: Al-Bayan, 1995), h.53


(17)

6

Inilah yang dimaksud potensi atau yang dikenal dengan anggukan universal. Yang sejatinya manusia berada dalam satu tujuan yaitu tujuan baik yang berupa penagbdian dan tidak menyekutukan Allah SWT. Dan faktor yang

menggagalkan tujuan tersebut dinamakan faktor belenggu atau “polusi” yang

mengotori dan menutup manusia dari kefitrahannya. Dan diantara sebagian factor adalah orang tua, -walaupun sebagaimana dikatakan, bahwa itu bukanklah satu-satunya factor-, namun orang tua sangat dominan dalam mempengaruhinya. Sebagaimana secara tegas Rasul mengatakan bahwa orang tuanyalah yang menyebabkan anaknya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi:

هناسجم وأ ارص ي وأ هنادوهي اوبأف

….Maka kedua orang tuanya yang dapat menyebabkan ia beragama yahudi, nasrani, atau majusi” (HR. Muslim)

Disinilah pentingnya lingkungan pendidikan, dimana akan mewarnai karakteristik anak didik. Pengaruh ini lebih terfokus pada lingkungan keluarga dan orang terdekat dengan anak. Pendidikan yang diutamakan bagi anak, pada mulanya adalah pendidikan tauhid. Hal ini sesuai dengan fitrah semua manusia yang dilahirkan dalam pengakuan dan beriman kepada Allah.

Maka dengan adanya konsep kefitrahan tersebut orang tua mempunyai tanggung jawab penuh atas keberhasilan dan masa depan anak-anaknya. Sebagai penanggung jawab, orang tua tidak hanya sekedar menfasilitasi, namun juga harus mendidik, mengarahkan terus menerus secara konsisten.


(18)

7

Dua orang pakar yang pertama kali mendirikan pelatihan prenatal adalah F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer, melalui penelitian mereka diketahuibahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa dan mengetahui perbedaan antara gelap danterang. Kemampuan anak dalam kandungan berkembang cukup baik untuk merasakan stimulus pada saat kandungan berusia lima bulan (setara dengan 20 minggu) sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai.11 Selain itu berdasarkan penelitian F. Rene van de Carr, M.D dan

kawan-kawan tentang pendidikan pralahir, mereka berkesimpulan sebagai berikut:

1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.

2. Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu

mengontrol gerakan-gerakan mereka serta lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah mereka dilahirkan.

3. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada dan bahagia.

11 Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan Optimalisasi Potensi Anak Sejak Dini,


(19)

8

4. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan

keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.12

Stimulasi (rangsangan) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dalam periode pranatal sangat penting memberikan stimulasi-stimulasi kepada janin, stimulasi-stimulasi tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, stimulasi langsung adalah stimulasi yang dilakukan secara langsung kepada sang janin, sedangkan stimulasi tidak langsung dapat berupa berjalannya aktifitas otak yakni dengan belajar atau berfikir yang dilakukan oleh seorang ibu.13 Jadi pada dasarnya stimulasi dapat dilakukan dalam setiap kesempatan bahkan segala aktivitas ibu bisa dijadikan stimulasi bagi anak. Namun seorang ibu tetap harus memperhatikan waktu dalam memberian stimulasi kerena janin juga membutuhkan waktu istirahat.

Seperti apa yang disampaikan F. Rene Van De carr dan Marc Lehrer, dalam bukunya yang telah diterjemahkan yakni Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan yakni sebagai berikut:

“ Banyak orang tua yang mengikuti Pendidikan Pralahir memberitahukan kepada kami bahwa dengan memberikan perhatian penuh selama dilakukannya stimulasi, sekalipun hanya dua menit atau kurang, mengajarkan pelajaran penting bagi mereka, yaitu bahwa stimulasi

12 Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan,

Terjemahan oleh Alwiyah Abdurrahman, (Bandung :Kaifa, 1997), h.4

13 J. Suherman, Rizki dan Suherman, Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak Dalam Kandungan,


(20)

9

membuat mereka siap dan merasa senang memenuhi kebutuhan bayi mereka setelah dilahirkan.”14

Berdasarkan penelitian di atas dapat diketahui bahwa selama masa kehamilan seorang ibu tidak boleh pasif atau bermalas-malasan karena janin yang di dalam kandungannya sangat membutuhkan adanya stimulasi. Semakin sering dan bervariasi rangsangan (stimulasi) yang diberikan maka anak anak memiliki kecerdasan yang beragam pula. Selain itu dengan adanya stimulasi yang diberikan dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh orang tua tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan anak yang masih berada dalam kandungan atau masih dalam masa pranatal. Perilaku yang dapat mempengaruhi hal tersebut adalah perilaku secara fisik dan psikhis (spiritual), atau perilaku jasmani dan rohani. Perilaku-perilaku tersebut dapat berakibat baik secara langsung maupun

tidak langsung.15 Dengan demikian, seorang ibu harus benar-benar

memperhatikan sikap atau tindakannya selama masa kehamilan. selain itu pengetahuan tentang cara menstimulasi anak periode pranatal menjadi sangat penting untuk diketahui dan difahami oleh ibu sebab hal ini sangat berbeda dengan menstimulasi anak yang dudah lahir.

14 Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan,

Terjemahan oleh Alwiyah Abdurrahman, (Bandung :Kaifa, 1997), h.54


(21)

10

Selama periode pranatal orang tua hendaknya memberikan pendidikan tentang agama, misalnya dengan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an, berzikir, sholawat dan amalan-amalan Islam lainnya sehingga nilai-nilai spiritual sudah tertanam sejak anak masih dalam kandungan dan mempelajari kitab suci

al-Qur’an dengan mendalam akan mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak

sebab Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar dan sebagai kitab suci pedoman

para pemeluk agama Islam. Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an dapat

memberikan suatu ketenangan hati dan efek autosugesti. 16

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kecerdasan seorang anak tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik atau keturunan saja, ada faktor lain yang cukup berpengaruh yaitu faktor stimulasi. Stimulasi akan lebih mudah dilakukan jika didukung oleh lingkungan yang baik, nyaman serta bernuansa religius. Oleh karena itu peneliti kemudian bermaksud untuk melakukan penelitian di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang bagaimana implementasi dari stimulasi kecerdasan spiritual pada anak periode pranatal.

Desa ini bisa dikatakan memiliki suasana masyarakat religius yang sangat kental karena didalamnya terdapat banyak pondok pesantren. Dengan suasana religius tersebut maka tentunya berpengaruh juga terhadap materi keagamaan masyarakat khususnya untuk para ibu-ibu yang sedanng hamil. Hai inilah yang


(22)

11

melatar belakangi peneliti untuk menulis Skripsi yang berjudul “STIMULASI

KECERDASAN SPIRITUAL ANAK PERIODE PRANATAL

PERSPEKTIF ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN

SIDOARJO ”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep stimulasi kecerdasan spiritual anak periode prenatal perspektif Islam?

2. Bagaiamana implementasi stimulasi kecerdasan spiritual anak periode

pranatal di masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?

3. Apa faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi kecerdasan

spiritual anak periode pranatal di masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?


(23)

12

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep kecerdasan spiritual anak periode prenatal

perspektif islam.

2. Untuk mengetahui Implementasi stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal di masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi kecerdasan spiritual anak pranatal di masyarakat Desa di Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kegunaan dan kemanfaatan terhadap pengembangan keilmuan baik secara teoretik maupun praktis, adapun kegunaan penelitian itu antara lain:

1. Secara teoretik diharapkan dapat memperkuat mengaplikasikan teori

fungsional- structural bahwa bayi yang mendapat stimulasi tertentu sejak dalam kandungan mempunyai dampak sesuai dengan apa yang diharapkan. 2. Secara praktis diharapkan dapat sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan muslim dalam memanifestasikan pendidikan anak periode pranatal sesuai dengan kebutuhan tahap-tahapannya, Juga sumbangan pemikiran bagi


(24)

13

institusi keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam membangun kepribadian masyarakat.

3. Bermanfaat sebagai wacana dan bahkan implementasinya bagi Institusi Pendidikan Islam pada umumnya, dan di fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

E. Penelitian Terdahulu

Setelah melakukan pencarian mengenai penelitian terdahulu yang mungkin

menyerupai penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul “Stimulasi Kecerdasan Spiritul Anak Periode Pranatal Perspektif Islam dan Implementasinya Di Masyarakat Ds. Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo”. Penulis menemukan ada penelitian yang mirip bahkan ada klaim skripsi ini menjiplak maka dianggap perlu pada bab satu ini dipaparkan beberapa kemiripan skripsi ini dengan tesis yang ditulis oleh Wakid Evendi yang berjudul “Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan melalui Stimulasi Pendidikan

Al-Qur’an pada Jama’ah LPPQ Al-Karim Sidoarjo” pada tahun 2011 di Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Namun setelah mengkaji ulang, ternyata ada beberapa hal yang sama dan ada juga yang berbeda. Adapun kesamaan antara penelitihan ini dengan penelitihan yang terdahulu yakni jika ditinjau dari aspek judul, keduanya


(25)

14

mengarah pada kajian mengenai stimulasi anak dalam kandungan (periode pranatal). Sedangkan perbedaan diantara keduanya adalah sebagai berikut:

a. Dari segi fokus penelitian.

Pada penelitian terdahulu fokus penelitiannya tentang Bagiamana

respon masyarakat terhadap Model pendidikan al-Qur’an sejak dalam

kandungan dan eksistensi peran dan aktifitas LPPQ Al-Karim? Bagaimana fungsi aktifitas stimulasi pendidikan anak sejak dalam kandungan melalui stimulasi pendidikan Al-Qur’an? Dan apa dampak anak hasil stimulasi pendidikan al-Qur’an sejak dalam kandungan pada jama’ah LPPQ Al -Karim?.

Sedangan dalam skripsi ini fokus penelitiannya adalah Bagaimana konsep stimulasi kecerdasan spiritual anak periode prenatal perspektif Islam?, Bagaiamana Implementasi stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?, dan Apa faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi pendidikan pranatal di Desa di Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?. b. Pada kajian teori skripsi ini lebih fokus membahas tentang stimulasi

kecerdasan spiritual anak periode pranatal.

c. Pada tehnik pengumpulan data, penelitian terdahulu hanya menggunakan triangulasi saja, sedangkan pada skripsi ini ditambah dengan diskusi rekan sejawat.


(26)

15

d. Mengenai tempat yang berbeda tentunya objek penelitian juga akan berbeda

pula. Dan ketika objek penelitiannya berbeda maka hasil penelitianya berbeda pula.

F. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang judul ini, maka perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini yaitu:

1. Stimulasi

Stimulasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya dorongan atau rangsangan.17 Menurut Soetjiningsih stimulasi adalah rangsangan yang datangnya dari lingkungan diluar individu anak.18 Selain itu Departemen

Kesehatan Republik Indonesia mendefinisikan Stimulasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dan yang dimaksud stimulasi dalam skripsi ini adalah rangsangan dari luar yang diberikan kepada anak pada periode pranatal untuk mengembangkan potensi dasar yang telah dimilikinya serta dapat tumbuh dengan optimal.

17 http://kbbi.web.id/stimulasi. Diakses pada 7 mei 2016


(27)

16

2. Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan Spiritual terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yakni kecerdasan yang artinya kesempurnaan perkembangan akal budi dan Spiritual yang berari berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin). Sedangkan definisi dari kecerdasan spiritual adalah pengetahuan akan kesadaran diri, makna hidup, tujuan hidup atau nilai-nilai tertinggi.19 Kecerdasan Spiritual sejati adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, tidak saja terhadap manusia tetapi juga dihadapan Allah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi dan memecahkan persoalan dalam dimensi makna dan nilai, sehingga orang tersebut dapat menempatkan perilaku dan hidupnya dalam kebermaknaan.

3. Anak

Anak adalah manusia yang berkembang menuju ke tingkat yang dewasa yang memerlukan bimbingan dan pertolongan dari orang lain yang sudah dewasa guna melakukan tugasnya sebagai makhluk.20 Namun dalam dalam

penulisan skripsi ini, guna menghindari keluasan pembahasan penulis hanya mengkaji mengenai stimulasi kecerdasan anak yang masih dalam kandungan

19 Taufik Nasution, Ahmad. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Khusna. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama. hlm 4.

20 M. sastra Praja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), h.


(28)

17

ibunya atau sebelum dilahirkan ke dunia. Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang maha kuasa yang harus dijaga, dirawat, serta dididik sedini mungkin terutama sejak di dalam kandungan.

4. Periode Pranatal

Periode adalah masa atau waktu dan Prenatal, secara etimologi berasal dari kata pre yang berarti sebelum dan natal berarti lahir, Jadi pranatal adalah sebelum kelahiran.21 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa periode

pranatal adalah masa sebulum dilahirkan atau waktu dimana seorang anak masih berada dalam kandungan ibunya.

5. Perspektif Islam

Perspektif adalah pandangan atau sudut pandang.22 Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan dengan sesama manusia. Jadi yang dimaksud Perspektif Islam di sini adalah suatu masalah atau persoalan yang ditinjau dari sudut pandang Islam.

21 http://kbbi.web.id/prenatal Di akses pada 7 Mei 2016


(29)

18

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi tentu terdiri dari beberapa bab, yang mana masing-masing bab mempunyai beberapa sub bab pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang akan diteliti. Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari V bab yaitu Bab Pertama, merupakan Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, Merupakan Kajian Teori yang berisi tentang deskripsi teoritis tentang pandangan atau pendapat para ahli yang dapat dijadikan pijakan atau relevan dengan judul yang akan diteliti oleh penulis. Dalam skripsi ini, kajian teori memuat pembahasan tentang stimulasi pada janin, kecerdasan spiritual, dan periode pranatal.

Bab Ketiga, adalah Metode Penelitian yang merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas masalah yang sedang diteliti. Dalam skripsi ini metode penilitian memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, Tahap-tahap penelitihan, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.


(30)

19

Bab Keempat, Merupakan Pemaparan Data dan Temuan Penelitian yang menjelaskan tentang kondisi lokasi yang meliputi: letak dan luas wilayah, struktur kepengurusan, mayoritas pekerjaan, kegiatan, fasilitas, dan jumlah penduduk. Selanjutnya juga terkait dengan pemaparan hasil penelitian yang meliputi: konsep stimualsi kecerdasan spiritual anak pada periode prenatal perspektif Islam, implementasi stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal di masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, serta faktor pendorong dan penghambat dalam implementasinya.

Bab kelima, Merupakan analisis tentang stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal perspektif islam dan implementasinya di masyarakat Desa Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

Kemudian pada Bab keenam, Merupakan penutup yang memuat

kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran dari penulis. Selanjutnya pada bagian terakhir berisi daftar kepustakaan, dan lampiran-lampiran.


(31)

BAB II

KAJIAN TEORI

Sebelum Penelitian ini dilakukan terlebih dahulu disampaikan pandangan para ahli terkait teori-teori yang dapat dijadikan sebagai pijakan diantaranya mengenai stimulasi, kecerdasan spiritual, dan periode pranatal.

A. Stimulasi

1. Pengertian Stimulasi

Stimulasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya dorongan atau rangsangan.23 Menurut Soetjiningsih stimulasi adalah rangsangan yang

datangnya dari lingkungan diluar individu anak.24 Selain itu Departemen

Kesehatan Republik Indonesia mendefinisikan Stimulasi sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Stimulasi dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga atau orang dewasa lain di sekitar anak yang dilakukan secara rutin setiap hari pada waktu atau kesempatan yang tepat untuk merangsang sistem indera (pendengaran, penglihatan, paraba, pencium, dan pengecap). Selain itu harus

23http://kbbi.web.id/stimulasi. Diakses pada 7 mei 2016


(32)

21

pula merangsang gerak kasar dan gerak halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang perasaan yang menyenangkan perasaan bayi.25 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stimulasi

adalah rangsangan yang berasal dari luar individu anak yang sengaja diberikan oleh ibu atau pihak keluarga sebagai rutinitas sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Kecerdasan seorang anak pada dasarnya sudah bisa distimulasi dan di didik ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya. Menurut dr Soedjatmiko SpA (K) MSi (Psi) dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam simposium sehari “Penyiapan Anak Sehat dan Berkualitas Sejak Dini”, Selasa (12/8/2003), menjelaskan bahwa sel-sel otak janin mulai dibentuk sejak 3-4 bulan di dalam kandungan. Setelah lahir sampai umur 3 tahun jumlahnya bertambah dengan cepat mencapai miliaran sel, tetapi belum ada hubungan antar sel-sel tersebut. Mulai kehamilan 6 bulan, dibentuklah hubungan antarsel, sehingga membentuk rangkaian fungsi-fungsi. Kualitas dan kompleksitas rangkaian hubungan antar sel-sel otak ditentukan oleh stimulasi atau rangsangan yang

25 Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi DiniTumbuh Kembang Anak Di TingkatPelayanan Kesehatan Dasar, (Jakarta: 2005)


(33)

22

dilakukan oleh lingkungan kepada bayi tersebut.26

Oleh karena itu seorang ibu hamil harus mengawal perkembangan janinnya dengan makanan sehat asupan gizi yang cukup. Selain itu, pelayan yang sangat baik untuk perkembangan otak anak khususnya dalam periode pranatal (kandungan) adalah dengan memberikan stimulasi pendidikan yang akan bermanfaat, tidak saja pada perkembangan fisik, pertumbuhan mental (psikis), tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak sang anak.

Semakin bervariasinya rangsangan yang diterima maka semakin kompleks hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan diterima, maka semakin kuat hubungan antar sel-sel otak tersebut. Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin tinggi dan bervariasi kecerdasan anak dikemudian hari. Bila dikembangkan terus menerus, anak akan mempunyai banyak variasi kecerdasan (multiple intelligences) yaitu kecerdasan : Logiko-matematik, emosi, komunikasi bahasa (lingusitik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visuo-spasial, senirupa dll.27 Pada intinya, Anak yang banyak

mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi.

26 Dari Artikel dalam Internet: Sudjatmiko. 2012. Stimulasi Dini pada Bayi dan Balita Untuk Mengembangkan Kecerdasan Multipel dan Kreativitas Anak. Lihat di (http://www.idai.or.id). Diakses pada 7 Mei 2016.

27 Dari Artikel dalam Internet: Sudjatmiko. 2015. Pentingnya Stimulasi Bermain Untuk Merangsang Kecerdasan Multipel. Lihat di http://www.idai.or.id /artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-stimulasi-bermain-untuk-merangsang-kecerdasan-multipel. Diakses pada 7 mei 2016


(34)

23

2. Tujuan Stimulasi

Stimulasi diberikan kepada anak dengan tujuan untuk membantu anak agar mencapai tingkat perkembangan yang baik dan optimal. Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang cerdas, sehat, dan berakhlak mulia. Kecerdasan seorang anak tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan , tapi juga faktor stimulasi.

Stimulasi dapat dimulai sejak periode pranatal, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, mengisap jempol,dan lainnya.28 Pentingnya melakukan stimulasi pranatal (sejak janin dalam

kandungan) bertujuan untuk merangsang perkembangan otak. Selain itu tujuan stimulasi pralahir (prenatal) menurut Dr. Rene Van de Carr adalah membantu orang tua dan anggota keluarga memberikan lingkungan yang lebih baik bagi bayi, memberikan peluang untuk belajar dini dan mendorong perkembangan hubungan positif antara orang tua dan anak yang dapat berlangsung selama-lamanya.29

Stimulasi sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak, baik itu masih dalam kandungan atau kelak sudah lahir didunia. Menurut F. Rene Van de Carr dan kawan-kawan di The Prenatal Enrichment Unit di Hua Chiew

28 Siswono, Pengantar PerilakuManusia Untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2003)

29 F Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, While Your Expecting.... Your Own Prenatal Classroom, (Cara Baru Mendidik Anak dalam Kandungan), terj. Alawiyah Abdurraman, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 54


(35)

24

General Hospital, Bangkok dan Thailand yang dipimpin Dr. C. Panthuraamphorn menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa bayi yang diberi stimulasi pralahir, cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebut kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tannggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.30

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikannya stimulasi kepada anak adalah untuk mengoptimalkan kecerdasan anak, baik itu kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual. Ada banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari program stimulasi pranatal yang diberikan kepada bayi, seperti bayi yang mendapat stimulasi sebelum lahir biasanya lebih penuh perhatian (terutama terhadap orang tua mereka) dan lebih termotivasi untuk belajar. Hal ini karena selama berbulan-bulan sebelum bayi dilahirkan, bayi balajar mengenali pola-pola suara tertentu sebagai sesuatu yang berhubungan dengan perilakunya. Dan kebiasaan-kebiasaan positif yang ibu kembangkan selama masa komunikasi pralahir akan berlangsung sepanjang masa kanak-kanak dan seterusnya. Bayi yang mendapat program pendidikan pralahir pun akan merasa nyaman dikelilingi suara-suara, bunyi, musik yang sudah dikenalinya setelah ia

30 Felisha Salwanida, Merencanakan Kecerdasan & Karakter Anak Sejak Dalam Kandungan, (Jogjakarta: Katahati, 2010), h. 41


(36)

25

dilahirkan. Selain itu, anggota keluarga lain akan lebih akrab dengan bayi sebelum kelahirannya.

B. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Manusia adalah makhluk sempurna yang dikaruniai oleh Allah suatu kecerdasan. Dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia dapat berfikir dan memecahkan persoalan yang dihadapinya, hal inilah yang membedakaan manusia dengan makhluk yang lain. Mengenai definisi kecerdasan banyak para ahli termasuk para psikolog yang mengemukakan pendapatnya. Pada tahun 1921 empat belas psikolog terkenal diminta oleh editor The Journal of Education Psychology untuk memberikan pandangan mereka mengenai apa itu kecerdasan. Sternberg mengungkapkan definisi mereka bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar (Surrounding Environment).31

Sedangkan menurut Howard Gardner kecerdasan ialah kemampuam untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.

Definisi kecerdasan lainnya adalah dari piaget. Menurut Willliam H. Calvin, dalam How Brain Thinks (Bagaimana Otak Berpikir)), Piaget

31 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005), h.85.


(37)

26

mengatakan, “ Intelligence is what you use when you don’t know what to do (Kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan).” Sehingga menurut Calvin, Seseorang dikatakan smart jika ia terampil dalam menemukan jawaban yang benar untuk masalah pilihan hidup. “If you’re good at finding to right answers to life’s multiple-choice question, you’re smart,” tulis Calvin. Calvin juga menegaskan, “your intelligent mental life is a fluctuating view of your inner and outer worlds (kecerdasan kehidupan mentalmu adalah sebuah pandangan turun-naik (fluktuasi) dari dunia dalam dan luar kita)”. Dengan begitu, tegas Calvin,“..Intelligence is a process, not a place (Kecerdasan adalah sebuah proses, bukan sebuah tempat). Dengan kata lain kecerdasan menurutnya adalah sebuah cara yang melibatkan banyak daerah otak.32

Menurut Adi W. Gunawan dalam bukunya, Genius Learning, definisi kata cerdas atau intellegence adalah sebagai berikut:33

a. Kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman,

kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan serta mental.

b. Kemampuan untuk memberikan respon secara cepat dan berhasil pada situasi yang baru dan kemanapun untuk menggunakan nalar dalam

32 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, Ibid, h.83

33 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan


(38)

27

memecahkan masalah.

c. Kemampuan untuk mempelajari fakta-fakta dan keahlian-keahlian serta mampu menerapkan apa yang telah dipelajari, khususnya bila kemampuan itu berhasil dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk mengetahui, mempelajari, menganalisis sebuah keadaan dan menggunakan nalar untuk mengambil sebuah jalan atau solusi alternatif bagi keadaan yang dihadapinya.

Adapun mengenai makna kata spirit atau spiritual, Tony Buzan menjelaskan bahwa konsep keseluruhan tentang sprit berasal dari bahasa latin yang berarti napas. Dalam dunia modern, kata itu merujuk ke energi hidup dan ke sesuatu dalam diri kita yang bukan fisik, termasuk emosi dan karakter. Hal ini mencakup kualitas-kualitas vital seperti energi, semangat, keberanian dan tekad. Jadi menurut Buzan, kecerdasan spiritual terkait dengan cara

menumbuhkan dan mengembangkan kualitas-kualitas tersebut. 34

Masih mengenai kecerdasan, Danah Zohar dan Ian Marshall, dalam bukunya SQ: Spiritual Intelligence, menegaskan bahwa kecerdasan itu beragam. Menurutnya ada tiga ragam kecerdasan yaitu IQ (Intelligence

34 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, Ibid, h.206


(39)

28

Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient).35 IQ adalah

jenis kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika dan strategis, sementara EQ adalah jenis kecerdasan yang memberi rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Adapun SQ adalah jenis kecerdasan yang memberi kemampuan setara untuk melihat kapan cinta dan pemahaman sampai pada batasnya kemampuan yang digunakan untuk bergulat dengan ikhwal baik dan jahat, untuk membayangkan kemungkinan yang belum terwujud untuk bermimpi, brercita-cita dan mengangkat diri dari kerendahan.36

Sekian lama, memang Intelligence Quotient (IQ) telah memonopoli teori kecerdasan. Kecerdasan seseorang hanya diukur lewat hasil tes inteligensi yang logis-matematis, kuantitatif dan linear. Akibatnya, sisi-sisi kecerdasan manusia yang lainnya terabaikan.

Sejalan dengan perkembangan dan hasil dari berbagai riset ilmiah di bidang yang terkait dengan teori kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan IQ bukanlah segala-galanya. Bahkan menurut Daniel Goleman, banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kesuksesan hidup itu lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dari pada kecerdasan IQ. Berikut ini adalah

35 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, Ibid, h.82

36 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, Ibid, h.207


(40)

29

kutipan dari pernyataan Goleman:37

“ Para ahli psikologi sepakat bahwa IQ hanya menyumbang 20 persen faktor-faktor yang menentukan suatu keberhasilan. 80 persen sisanya berasal dari faktor lain, termasuk apa yang saya namakan kecerdasan emosional.”

Dengan begitu, tes-tes IQ menjadi sangat tidak memadai lagi bagi upaya pengukuran kecerdasan. Seperti halnya yang disampaikan oleh Dr. Sternberg sebagai berikut:38

“ Tes sesungguhnya bukan pada seberapa banyak kecerdasan yang anda miliki dalam otak anda. Akan tetapi bagaimana anda menggunakan kecerdasan yang harus anda buat menjadi dunia yang lebih baik dari diri anda sendiri dan orang lain. Jadi kecerdasan bukanlah yang anda miliki. Kecerdasan lebih merupakan sesuatu yang anda gunakan.”

Lebih lanjut, Zohar dan Marshall mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah kecerdasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan

37 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, Ibid, h.159

38 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, Ibid, h.160


(41)

30

tertinggi.39

Kepandaian dan kesuksesan yang dapat diraih oleh seseorang seakan menjadi tidak berarti bila seseorang dalam hidupnya tidak bisa merasakan kebahagiaan. Di sinilah sesungguhnya posisi kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan tertinggi bila dibandingkan dengan kecerdasan yang lainnya karena terkait erat dengan kemampuan memaknai segala sesuatu dan merupakan jalan untuk bisa merasakan sebuah kebahagiaan40

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi dan memecahkan persoalan dalam dimensi makna dan nilai, sehingga orang tersebut dapat menempatkan perilaku dan hidupnya dalam kebermaknaan dan lebih mudah meraih kebahagiaan.

2. Urgensi Kecerdasan Spiritual

Saat ini bisa dikatan zamannya krisis spiritual, dimana manusia berada dalam budaya yang secara spiritual sangat memprihatinkan. Hal ini ditandai oleh materialisme, kelayakan, egoisme diri yang sempit, kehilangan makna dan komitmen. Kekeringan spiritual terjadi tidak lain karena selama ini lebih mengedepankan kecerdasan akademis/ IQ, dan diabaikannya kecerdasan-kecerdasan lainnya yang lebih penting, seperti kecerdasan-kecerdasan emosional (EQ)

39 M.Furqon Hidayatullah, Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan Cerdas, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009), h. 207.


(42)

31

dan kecerdasan spiritual (SQ).41

Ketika seseorang kehilangan spiritualitas dalam dirinya maka persoalan kejiwaan seperti cemas, kebingungan, kehilangan orientasi, hidup terasa hampa, stres, bahkan putus asa akan lebih mudah terjadi. Padahal telah diketahui bahwa apabila persoalan kejiwaan sebagaimana tersebut telah terjadi, biasanya segera berdampak pada serentetan penyakit seperti hipertensi, jnatung, dan stroke.42 Oleh sebab itu dalam menghadapi persoalan

kehidupan yang semakin hari kian kompleks, dibutuhkan kecerdasan spiritual yang baik agar seseorang dapat melaluinya. tanpa adanya kecerdasan spiritual yang baik dalam diri manusia maka ia akan mudah menyerah, cemas, tergesa-gesa, tidak sanggup menghadapi kenyataan diluar dugaannya, kehilangan semangat bahkan melakukan segala macam cara dan tidak peduli apakah dapat merugikan dirinya sendiri atau bahkan orang lain.43

Seseorang dinilai mempunyai kecerdasan spiritual apabila ia mampu memberikan makna dalam lehidupan. Kecerdasan spiritual erat kaitannya dengan kejiwaan. Demikian pula dengan kegiatan ritual keagamaan atau ibadah. Keduanya bersingggungan erat dengan jiwa atau batin seseorang. Apabila jiwa atau batin seseorang mengalami pencerahan, sangat mudah

41 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, Ibid, h.232

42 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, Ibid. h.32 43 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, Ibid. h.81


(43)

32

baginya mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.44

Menurut Taufik urgensi kecerdasan spiritual bagi kehidupan manusia yaitu:45

a. SQ menjadikan manusia kuat di ujung kegundahan, orang yang cerdas

secara spiritual dapat membelokkan pandangan tentang kegagalan sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan

b. SQ menjadikan diri dapat menyatukan perbedaan secara pribadi dengan orang lain, kelompok, bahkan dalam konteks agama, sehingga seseorang lebih respect other atau dapat menghargai orang lain

c. SQ membantu manusia keluar dari permasalahan hidup karena dengan

kecerdasan ini manusia dapat membaca dan memahami secara intuitif mengapa Allah memberikan dia cobaan, sehingga ketika manusia mendapatkan masalah dia tidak terpuruk karena dia tahu bahwa permasalahan tersebut merupkan ujian sebagai bentuk kecintaan Tuhan kepadanya.

d. SQ mampu membantu manusia keluar dari blenggu “egoisme” yang merupakan suatu kekeliruan yang menyebabkan kita lebih mementingkan diri sendiri dari pada orang lain

e. SQ bukanlah suatu agama akan tetapi dengan SQ dapat membantu

44 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, Ibid. h.57 45 Taufik Nasution, Ahmad. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asma฀ul Khusna. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama., 2009)


(44)

33

manusai untuk meyakini lebih dalam terhadap keyakinan agama yang dianutnya

f. SQ membuat manusia selalu berfikir positif

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) sangat penting untuk dikembangkan karena SQ dapat mengoptimalkan kecerdasan intelektual, dan emosional, sehingga SQ disebut sebagai Unitive Intelligence (kecerdasan yang menyatuan). Selain itu SQ juga dapat membuat seseorang menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kreatif untuk berhadapan dengan masalah eksistensial yaitu saat secara pribadi seseorang merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan problem masa lalu akibat penyakit atau kesedihan. Dengan demikian untuk menanamkan nilai spiritual dalam diri manusia yang terpenting bukan hanya pengetahuan seseorang terhadap suatu permasalahan tetapi bagaiman seseorang dapat memahami dan menyikapi masalah dengan baik

C. Periode Pranatal

1. Pengertian Periode Pranatal

Periode adalah masa atau waktu dan Prenatal, secara etimologi berasal dari kata pre yang berarti sebelum dan natal berarti lahir, Jadi pranatal


(45)

34

adalah sebelum kelahiran.46 Sedangkan pengertian periode pranatal menurut

para ahli adalah sebagai berikut:47

a. Drs. Agoes Dariyo, Psi

Masa perkembangan pre-natal adalah masa pertumbuhan dan perkembangan calon makhluk hidup yang berada di dalam rahim calon seorang ibu.

b. Elisabeth B. Hurlock

Masa pre-natal adalah masa konsepsi atau pertumbuhan, masa pembuahan sampai dengan masa pertumbuhan, dan perkembangan individu yaitu pada saat pembuatan telur pada ibu dan spermazoa pada ayah, bila spermatozoa pada laki-laki memasuki ovum pada perempuan terjadilah konsepsi atau pembuahan, perkembangan pokok pada masa ini ialah perkembangan fisiologis berupa pembentukan struktur tubuh.

c. William Sallenbach

Periode pranatal atau pralahir merupakan masa kritis bagi perkembangan fisik, emosi dan mental bayi. Ini adalah suatu masa di mana kedekatan hubungan antara bayi dan orangtua mulai terbentuk

46 http://kbbi.web.id/prenatal Di akses pada 7 Mei 2016

47 Dari Artikel dalam internet, lihat di http://rachmatbox.blogspot.co.id/2013/09/psikologi-perkembangan-masa-prenatal.html. Di akses pada 7 Mei 2016


(46)

35

dengan konsekuensi yang akan berdampak panjang terutama berkaitan dengan kemampuan dan kecerdasan bayi dalam kandungan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa periode pranatal merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan awal dalam kehidupan manusia. Proses pertumbuhan dan perkembangannya dimulai sejak terjadinya konsepsi, yakni pertemuan antara sperma dan sel telur (ovum)

yang akan menghasilkan benih manusia (zygote) yang kemudian

berkembang menjadi organism atau janin (embrio) sebagai calon manusia yang dikenal sebagai fetus (bayi dalam kandungan) yang selama periode ini bayi tidak hanya mengalami perkembangan fisik, tetapi juga emosi dan mental.

Meskipun periode Pranatal merupakan periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, namun dalam banyak hal periode ini penting dan atau bahkan yang terpenting dari semua periode. Adapun ciri-ciri penting pada periode pranatal adalah sebagai berikut:48

a. Pada saat ini sifat-sifat bauran yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya diturunkan sekali untuk selamanya. Sementara itu kondisi-kondiai yang baik atau tidak baik, sebelum atau sesudah kelahiran sampai tingkat tertentu dapat atau mungkin

48 Jr. Alexander J. Burke, Developmental Psycologi, Terj. Istiwidayati dan Soedjarwo, (PT. Gelora Aksara Pratama:1997), Cet-6, h.28


(47)

36

mempengaruhi sifat fisik dan psikologis yang membentuk sifat-sifat bawaan ini, perubahan –perubahan yang terjadi bersifat-sifat kuantitatif dan bukan kualitatif

b. Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang

perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan datang.

c. Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan.

d. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi

selama periode pranatal dibandingkan dengan periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu. Selama sembilan bulan sebelum kelahiran, in dividu tumbuh dari sel kecil yang tampak oleh mikroskop menjadi bayi yang panjangnya sekitar dua puluh inci dan beratnya rata-rata 7 pon. Diperkirakan bahwa selama masa itu berat badan bertambah sebelas juta kali.

e. Periode paranatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis. Meskipun tidak bisa diklaim bahwa periode ini merupakan periode yang paling berbahaya dalam seluruh rentang kehidupan tetapi jelas bahwa periode ini merupakan masa dimana bahaya-bahaya lingkungan atau bahaya-bahaya psikkologis


(48)

37

dapat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya atau bahkan dapat mengakhiri suatu perkembangan.

f. Periode pranatal merupakan saat dimana orang-orang yang

berkepentingan membentuk sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan. Sikap-sikap ini akan sangat mempengaruhi cara bagaimana individu-individu ini diperlakukan, terutama selama tahun-tahun pertama pembentukan kepribadian.

Secara singkat ciri-ciri periode pranatal yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa periode ini adalah saat dimana sifat bawaan dan jenis kelamin individu ditentukan. Dimana kondisi-kondisi dalam tubuh ibu dapat mendorong atau mengganggu pola perkembangan pranatal, dimana pertumbuhan dan perkembangan secara proporsional lebih besar dari pada periode-periode lainnya, dimana terdapat banyak bahaya fisik maupun psikologis, dan saat dimana orang tua bisa memberikan stimulasi untuk membentuk sikap kepada individu yang baru tercipta.

2. Tahap-Tahap Perkembangan periode pranatal

Periode pranatal berlangsung kira-kira 266 hari, mulai dari fertilisasi atau pembuahan dan berakhir dengan kelahiran. Mengenai tahap-tahap perkembangan janin dalam kandungan, ahli psikologi membaginya menjadi tiga tahap, yaitu:


(49)

38

a. Tahap germinal, sering disebut dengan periode zigot, ovum atau periode

nuthfah, periode awal manusia. Periode ini berlangsung kirakira 2 minggu pertama dari kehidupan, sejak terjadinya pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel telur (ovum) perempuan, yang dinamakan dengan “pembuahan(fertilization). Perkembangan pada periode ini meliputi pembentukan telur yang dibuahi (zigot), pembelahan sel, dan melekatnya zigot pada dinding rahim.

b. Tahap embrio (embriyonic stage), dalam psikologi islam disebut dengan

tahap “alaqah”, yaitu segumpal darah yang semakin membeku. Tahap

embrio ini dimulai dari 2 minggu sampai 8 minggu setelah pembuahan. Selama periode embrionik, angka pembelahan sel meningkat, sistem pendukung terbentuk, dan organ-organ muncul.

c. Tahap janin (fetus stage), periode ketiga dari perkembangan masa Pranatal disebut dengan periode fetus atau periode janin, yang dalam psikologi islam disebut periode mudhghah. Periode ini dimulai dari usia 9 minggu sampai lahir.49

Secara umum periodesasi tumbuh kembang janin dalam kandungan dihitung dengan metode skala trimester atau per tiga bulan dan setiap bulannya dihitung selama empat minggu. Jadi total usia masa kehamilan


(50)

39

yang masuk kategori sempurna adalah selama 40 minggu.50 Masa kehamilan

ini dibagi menjadi tiga, yaitu trimester I, II, dan III. Pembagian tiga trimester ini tidak sama dengan tiga periode prakelahiran yang telah dijelaskan diatas. Periode germinal dan embrionik terjadi pada trimester pertama, sedangkan periode fetal dimulai pada akhir trimester pertama dan berlanjut melalui trimester kedua dan ketiga.

Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai tahap perkembangan janin dalam rahim seorang ibu. 51

a. Tahap Perkembangan Kehamilan : Trimester Pertama

Banyak perubahan fisik yang akan dialami oleh ibu selama trimester pertama (tiga bulan pertama kehamilan). Periode ini merupakan waktu pembentukan sekaligus perkembangan pesat dari semua sistem dan organ tubuh bayi (organogenesis).

1) Minggu 1-2 : Tahap Persiapan Kehamilan

Usia janin dihitung berdasarkan hari pertama menstruasi terakhir. Hal ini dilakukan karena sulitnya memastikan kapan tepatnya seorang ibu mengalami ovulasi dan kapan sel sperma membuahi sel telur tersebut. Begitu masa haid berakhir, lapisan

50 Bunda Novi, Mencetak Anak Genius Sejak Dalam Kandungan, (Yogyakarta: DIVA Press,2015), cet. Ke-1, h. 55

51 Dari Artikel dalam Internet: Mengoptimalkan Kecerdasan Anak. Lihat di

www.taranatureepa.co.id/.../Chapter-1-mengoptimalkan-kecerdasan-anak-dimulai-sejak-dalam-kandungan-pdf . Diakses pada 7 Mei 2016.


(51)

40

endometrium rahim menebal untuk mempersiapkan sel telur yang akan dibuahi. Sel telur matang akan bergerak dari indung telur ke saluran tuba, kemudian sperma menempel ke dalam inti ovum

2) Minggu 3-5 : Tahap awal kehamilan

Ketika kehamilan sudah terhitung 3 minggu, maka usia embrio telah mencapai 1 minggu. Hasil utama dari pembuahan adalah kombinasi materi genetik orangtua, penentuan jenis kelamin, dan dimulainya pembelahan zigot. Di dalam rahim zigot akan berkembang dan melekat ke dinding rahim, inilah yang disebut kehamilan. Ketika mencapai minggu ke-5 embrio memiliki ukuran sebesar biji apel, sementara kerangkanya mulai terbentuk.

Ibu hamil biasanya mulai merasakan sakit khususnya di pagi hari tetepi beberapa wanita mengalaminya pada minggu ke-5 atau bahkan sebelumnya. Menjaga asupan makanan dan olahraga merupakan salah satu cara untuk mengurai rasa sakit tersebut.

3) Minggu 6-9 : Embrio menjadi janin

Pada minggu ke-6 embrio terlihat seperti kecebong, dengan kepala yang lebih besar dan memiliki ekor. Bentuk luar dari embrio juga berkembang pesat. Mata, telinga, dan hidung mulai terbentuk selain itu embrio mulai mengalami pembentukan awal dari hati,


(52)

41

pankreas, paru-paru, dan jantung. Ketika mencapai minggu ke-7 jantung dan otak sudah terbentuk dengan lengkap.

Pada minggu ke-8 kehamilan, embrio sudah menjadi janin dengan panjang sekitar 25-30 mm. Pada usia ini lengan dan kaki sudah terbagi menjadi komponen paha, kaki, tangan, lengan, bahu dan jari-jari. Sejatinya, pada akhir minggu ke-8 tanpa disadari janin sudah mempunyai refleks dan bisa bergerak spontan namun ibu masih belum dapat merasakannya. Pergerakan janin sudah dapat dideteksi dengan USG pada minggu ke-9. Pada usia ini, perut dan rongga dada sudah terpisah sementara otot mata dan bibir atas sudah mulai terbentuk. Selain itu, jantung sudah memiliki empat ruang.

4) Minggu 10-12 : Tahap penyempurnaan organ janin

Tahap kritis gangguan atau kecacatan pada janin sudah terlewat. Sekarang memasuki tahap pembesaran, pemanjangan, dan penyempurnaan. Ciri-ciri perkembangan pada rentang minggu ini adalah sebagai berikut:

a) Perkembangan terbesar adalah refleks janin. Ibu jari janin akan mulai menekuk, janin bisa mengedipkan mata, dan mulut janin akan mulai menghisap dan menelan air ketuban, hidung juga mulai bisa mencium.


(53)

42

b) Otak embrio akan membentuk 250.000 sel saraf baru setiap menitnya.

c) Detak jantung janin sudah mulai dapat terdeteksi oleh suatu alat yang bernama Doppler. Kemungkinan keguguran janin akan menurun setelah minggu ke-10.

d) Plasenta sudah berfungsi mengatur hormonal embrio. Karena itu, gejala mual pada ibu mulai menurun.

e) Janin semakin banyak bergerak dan menggeliat seiring

perkembangan tubuhnya yang makin sempurna.

f) Pada akhir minggu ke-10, bentuk janin sebagai manusia

sempurna sudah bisa dilihat melalui alat ultrasonografi (USG).

b. Tahap Perkembangan Kehamilan : Trimester Kedua

Di akhir trimester pertama rasa mual dan lemas akan berangsur hilang. Perut ibu sudah mulai membesar, dan ibu sudah bisa merasakan gerakan janin. Janin pun sudah mulai merespon rangsang suara dan cahaya.

Berikut adalah tahap perkembangan kehamilan trimester kedua yaitu minggu ke-13 hingga minggu ke-26

1) Minggu 13-16 : Lihat jenis kelamin janin

Plasenta sudah berkembang sempurna dan memberikan oksigen, nutrisi, serta membuang produk sisa janin. Plasenta juga


(54)

43

memproduksi hormon progesteron dan estrogen untuk menjaga kehamilan.

a) Janin mulai belajar membuat ekspresi, bahkan menghisap

jempolnya. Berkat impuls atau rangsangan dari otaknya, otot wajah janin sudah dapat bekerja menghasilkan berbagai macam ekspresi wajah.

b) Hati janin akan mulai membentuk cairan empedu, pankreas mulai menghasilkan insulin, dan limpa janin sudah membantu menghasilkan sel darah merah.

c) Aktivitas janin adalah berlatih, berlatih untuk bernapas, menghisap, dan menelan, bahkan tersedak agar fungsi sistim tersebut sempurna. Janin mencoba memindahkan cairan ketuban lewat hidung dan saluran pernapasan atas untuk membantu perkembangan kantung udara primitif di paru-parunya.

d) Rambut halus yang disebut dengan lanugo akan meliputi

seluruh tubuh janin. Lanugo berfungsi untuk menjaga temperatur tubuh janin untuk menggantikan peran lemak tubuh, janin pun masih terlihat kurus.


(55)

44

2) Minggu 17-21 : Organ janin hampir sempurna

Janin mulai mengonsentrasikan untuk peningkatan berat badan, organnya hampir sempurna.

a) Sistim persarafan janin mencapai tahap pematangan. Mielin mulai menyelubungi lapisan saraf dan proses ini masih akan terus berlanjut sampai 1 tahun setelah bayi dilahirkan. Mielin sendiri berfungsi sebagai penghubung antara sel saraf dan membangun suatu jaringan saraf yang kompleks.

b) Perkembangan sensorik dari janin semakin bertambah. Otak janin akan mengembangkan area untuk penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan, dan sensasi raba.

c) Tulang janin berubah dari kartilage (tulang rawan) menjadi tulang keras.

d) Pertumbuhan tulang di telinga tengah dan saraf pendengaran menjadikan janin dapat mendengar suara, seperti suara detak jantung dan aliran darah ibu melalui tali pusat.

e) Lemak coklat janin untuk menjaga kehangatan tubuh bayi mulai terbentuk dan akan berakumulasi sampai akhir kehamilan.

f) Lapisan menyerupai lilin berwarma putih dan berminyak, yang


(56)

45

terbentuk di seluruh kulit janin. Verniks berfungsi melindungi kulit janin dari cairan amnion. Tanpa verniks, kulit bayi akan terlihat keriput saat lahir.

g) Kulit janin semakin tebal, terdiri atas lapisan epidermis, dermis, dan lapisan subkutis.

h) Saluran pencernaan janin mulai berfungsi.

3) Minggu 22-26 : Miniatur bayi cukup bulan

Janin semakin gemuk dan beratnya terus bertambah sekitar 6 ons setiap minggu.

a) Gelombang otak janin sudah mengaktivasi sistim auditori dan

visual sehingga mata janin dapat merespon datangnya cahaya dan telinganya dapat merespon suara. Mulailah berbicara dengan janin.

b) Aliran darah di paru janin mulai berkembang untuk

mempersiapkan fungsi pernapasan.

c) Kepala masih berukuran besar.

d) Rambut janin mulai tumbuh dan kulit janin berwarna

kemerahan, karena pertumbuhan pembuluh darah kecil atau kapiler di bawah kulit yang terisi dengan darah.

e) Pembuluh darah paru juga akan berkembang yang merupakan


(57)

46

lain yang juga sudah berkembang adalah lubang hidung janin yang mulai terbuka, memberikan kesempatan janin untuk berlatih bernapas.

c. Tahap Perkembangan Kehamilan: Trimester Ketiga

Trimester ini adalah trimester terakhir dari kehamilan. Janin berada di dalam tahap penyempurnaan dan akan semakin bertambah besar sampai memenuhi seluruh rongga rahim. Cairan ketuban mencapai level terbanyak pada trimester ini dan akan memiliki jumlah yang tetap sampai saat melahirkan tiba.

1) Minggu 27-31 : Perkembangan otak dan organ terus berlanjut

Pertumbuhan janin mulai melambat, namun perkembanganan organnya terus berlanjut :

a) Otak janin berkembang sangat progresif. Seluruh panca indera

janin sudah bekerja hampir sempurna.

b) Produksi sel darah merah sudah dilakukan seluruhnya oleh sumsum tulang janin.

c) Janin mulai memiliki rambut di kepala dan lanugo hampir menghilang, kecuali di punggung dan bokong.

d) Sebagai respon terhadap suara, detak jantung janin akan semakin cepat apabila mendengar suara ibu.


(58)

47

e) Testis janin laki-laki berjalan turun ke skrotum (kantong kemaluan), dan klitoris janin perempuan mulai terbentuk namun belum diliputi oleh labia minora (bibir vagina bagian dalam).

f) Janin terus menumpuk lemak, untuk menghaluskan kulit dan menjaga kehangatan tubuh janin saat lahir.

g) Janin dalam posisi menekuk-melingkar dengan lutut tertekuk dan dagu menyentuh dada.

h) Janin mulai bisa memutar kepalanya dan bergerak semakin banyak, termasuk saat ibu berusaha tidur.

2) Minggu 32- 40 : Persiapan kelahiran (Saat-saat kelahiran semakin dekat)

a) Janin akan mengalami peningkatan berat badan sekitar 1/3 ½

dari berat totalnya.

b) Lemak tubuh terus berakumulasi di bawah kulitnya untuk perlindungan dan menjaga kehangatan janin. Lanugo dan verniks perlahan menghilang.

c) Paru-parunya sudah matang dan dapat berfungsi di luar rahim. d) Imunitas atau kekebalan dari ibu akan bertahan di tubuh bayi

dan membantunya melawan infeksi selama 6 bulan ke depan, diperkuat dengan pemberian ASI.


(59)

48

e) Cairan ketuban sudah mencapai kapasitas maksimumnya

sehingga janin akan semakin melekat ke dinding rahim, ibu akan merasakan setiap gerakan dari janin.

f) Tulang yang membentuk kepala janin dapat mengalami overlap

pada saat melalui jalan lahir nanti. Fenomena ini disebut molase dan membantu janin untuk melewati jalan lahir. Bayi memiliki 300 tulang pada saat dilahirkan, dewasa memiliki 206 tulang. Hal ini disebabkan karena beberapa tulang bayi akan bergabung menjadi satu di kemudian hari.

g) Kepala janin sudah berada di bawah, posisi siap lahir.

h) 15% total tubuh bayi adalah lemak, 80%-nya berada di bawah

kulit, dan 20% lainnya berada di sekitar organ.

Berdasarkan uraian diatas mengenai kajian teori tentang stimulasi kecerdasan spiritual anak periode pranatal dapat disimpulkan bahwa stimulasi merupakan rangsangan yang berasal dari luar individu anak yang sengaja diberikan oleh ibu atau pihak keluarga sebagai rutinitas sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. tujuan diberikannya stimulasi kepada anak adalah untuk mengoptimalkan kecerdasan anak, baik itu kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual.


(60)

49

Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi dari dua kecerdaan lain yang ada pada diri manusia. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan value atau nilai-nilai dalam kehidupan manusia. Kecerdasan yang telah dianugerahkan oleh Allah ini, tidak akan berkembang dan sia-sia jika dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu perlu adanya suatu proses stimulasi yang dapat dimulai sejak periode pranatal untuk merangsang kecerdasan spiritualnya. Dengan kecerdasan spiritual seseorang bisa menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, tidak mudah cemas, stres bahkan putus asa ketika menghadapi masalah dalam kehidupannya. Ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah orang yang mampu menemukan makna hidup dan kebahagiaan. Sebab, kepandaian dan kesuksesan (yang pada umumnya dihasilkan oleh kecerdasan intelektual dan emosional) yang berhasil diraih oleh seseorang seakan tidak berarti bila orang tersebut dalam hidupnya tidak merasakan kebahagiaan.

Periode pranatal memang merupakan periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, namun ada banyak hal yang sangat penting dari periode ini salah satunya ialah orang tua bisa memberikan stimulasi untuk membentuk sikap pada individu yang baru tercipta. Pada periode ini anak sudah dapat diberikan stimulasi, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, mengisap jempol, dan lainnya. Secara umum periodesasi tumbuh kembang janin dalam


(61)

50

kandungan dibagi menjadi tiga, yaitu trimester I, II, dan III. Setiap trimester anak dalam kandungan mengalami perkembangan yang sangat pesat.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atau jawaban atas masalah yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua metode yaitu: pertama, menggunakan "Library Research" yang mana metode dalam penelitian ini nantinya menggunakan teori-teori yang diambil dari buku literatur yang mendukung dan relevan dengan judul skripsi ini. Kedua, peneliti menggunakan penelitian lapangan yang sesuai dengan obyek yang peneliti pilih. Dalam bab ini memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Tahap-tahap penelitihan, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan


(63)

52

dari orang-orang yang diamati.52 Sehingga peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian, yang melibatkan guru sebagai praktisi dan teman sejawat (guru senior) sebagai pengamat.53

Menurut Strauss dan Corbin penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam bukunya Moleong dikatakan bahwa penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pendapat ini muncul karena pengamatan kualitatif dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Sedangkan kualitatif (kwalitas) menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Masih di dalam bukunya Moleong ada beberapa pendapat lain dalam mendefinisikan penelitian kualitatif, antara lain menurut Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi

52 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000), h. 3


(1)

156

B. Saran

Atas dasar kesimpulan tersebut maka di bawah ini disimpulkan saran sebagai berikut :

1. Sudah saatnya untuk menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas dalam rangka menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global, untuk itu pendidikan haruslah dilaksanakan sedini mungkin, yaitu bahkan sejak dalam kandungan.

2. Diharapkan agar para orang tua proaktif terhadap perilaku-perilaku edukatif secara fisik dan psikis dalam rangka mempersiapkan anak yang shaleh dan shalehah. Disamping itu dengan adanya pendidikan anak sejak dalam kandungan, maka akan melahirkan generasi yang lebih berkualitas.

3. Perubahan yang mencolok yang terlihat pada saat seorang wanita yang sedang hamil adalah yang bersifat lahiriah, seperti membesarnya bentuk tubuh, perasaan mual, seringnya ke toilet dan suasana hati pun menjadi tak menentu. Sehingga diharapkan untuk ibu hamil lebih membuka pikirannya untuk menerima hal tersebut, selalu berpikiran positif dan semakin berkeinginan kuat untuk mengharapkan anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalehah di masa yang akan datang.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin Juz III. (Kairo: Muassasah al-Hilbi, 1967).

al-Kumayi, Sulaiman, Kearifan Spiritual Dari Hamka Ke Aa Gym, (Semarang: Pustaka Nuun, 2004).

Anam, Muhammad Safiqul, Fiqh Kehamilan, (Jombang: Darul Hikmah, 2011). Arikunto, Suharsisni, Prosedur Penelitian, suatu pendekatan dan praktik, Revisi V.,

(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002).

Ary Ginanjar, Agustina, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165, (Jakarta: Arga, 2007).

Ash Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, Tafsir Al-Qur’an Majid An-Nur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1995).

Azzet, Akhmad Muhaimin, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak, (Jogjakarta: Katahati, 2010).

Baihaqi A.K., Pendidikan Keluarga bagi Anak Pralahir, dalam Ahmad Tafsir, “Pendidikan Agama dalam Keluarga”, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002).

Daradjat, Zakiah, "Kesehatan Mental", (Jakarta : Gunung Agung, 1992).

Departemen Agama, Al-Qur’an al Karim, (Madinah: Mujamma’ al- Malik Fahd 1415H).


(3)

Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, (Jakarta, 2005).

Desmita, Spikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009).

Djatnika, Rachmat, "Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia)", (Jakarta: Pustaka Panj imas, 1992).

Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21 : Kritik MI,EI,SQ,AQ, dan Successful Intelligence atas IQ, (Bandung: Alfabeta, 2005).

F Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, While Your Expecting.... Your Own Prenatal Classroom, (Cara Baru Mendidik Anak dalam Kandungan), terj. Alawiyah Abdurraman, (Bandung: Mizan, 2001).

Goleman, Daniel, Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997). Gunawan, Adi W., Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan

Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003).

Hasan, Abdul Wahid, SQ Nabi : Aplikasi Strategi dan Model Kecerdasan Spiritual Rasulullah Di Masa Kini, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2006).

Hidayatullah, M.Furqon, Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan Cerdas, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2009).

Husein, Abdur Rozak, "Hak Anak dalam Islam", (Jakarta : PT. Farahat, 1992) Ilyas, Anselly, Mendambakan Anak Shaleh, (Bandung: Al-Bayan, 1995).

Imam Ghazali, Ringkasan Ihya „Ulumuddin, Penerjemah Zaid Husein Al-Hamid (Jakarta: Pustaka Amani, 1995).


(4)

Irawan, Prayetno, Logika dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIA-LAN Press, 1999). J. Suherman, Rizki dan Suherman, Menstimulasi Kecerdasan Anak Sejak Dalam

Kandungan, (Jogjakarta:Madani, 2010).

Kusrinah, Pendidikan Pralahir: Meningkatkan Kecerdasan Anak Dengan Bacaan Al Qur‟an.( Sawwa Vol. 8 Nomor 2 April 2013).

Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, (Jogjakarta: Mitra Pustaka, 2004). Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2000).

Muallifah, Psycho Islamic Smart Parenting, (Jogjakarta : Diva Press, 2009).

Mujib , Abdul dan Yusuf Muzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001).

Mulyana, Dedi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008).

Nafis, Muhamad Wahyuni, Sembilan Jalan Cerdas Emosi Dan Spiritual, (Jakarta: Hikmah, 2006).

Nasution, Ahmad Taufik, Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Khusna, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009).

Novi, Bunda., Mencetak Anak Genius Sejak Dalam Kandungan, (Yogyakarta: DIVA Press, 2015).

Praja, M. sastra, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1987).


(5)

Ramayulis, "Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga", (Jakarta Pusat : Kalam Mulia, 2001).

Riyanto,Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Suraba ya: UNESA University Press, 2007).

Salwanida, Felisha, Merencanakan Kecerdasan & Karakter Anak Sejak Dalam Kandungan, (Jogjakarta: Katahati, 2010).

Siswono, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2003). Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, (Jakarta: EGC, 1995).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND, (Bandung: Alfabeta, 2005).

Tasmara, Toto, Kecerdasan Ruhaniyah (transcendent).Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Professional Dan Berakhlak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001).

Taufik Nasution, Ahmad, Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asma’ul Khusna, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009).

Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ofset, 1996).

Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan Optimalisasi Potensi Anak Sejak Dini, (Jakarta: Gema Insani, 2004).

Uhbiyati, Nur, Long Life Education Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang : Walisongo Press, 2009).


(6)

Wardani, I GAK, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2000). Zulkifli, L., "Psikologi Perkembangan Remaja", (Bandung : Rosdakarya, 2001).