BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK TIMING OF EVENT MODELS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL SEORANG ANAK DI DESA GROGOL KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO.

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK TIMING OF

EVENT MODELS UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN

EMOSIONAL SEORANG ANAK DI DESA GROGOL KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S. Sos)

Oleh:

Ihtisyam Ulfatur Rosyidah NIM. B73.213.089

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ihtisyam Ulfatur Rosyidah (B73213089), Bimbingan Konseling Islam Dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo

Focus penelitian adalah (1) Bagaimana pelaksanaan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo? (2)Bagaimana hasil penerapan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskripsi komparatif. Adapun langkah-langkahnya adalah: 1) Perencanaan, berawal dari penelaahan literatur dan penelitian yang pernah diadakan sebelumnya. 2) Pengkajian, dengan penyajian latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, metode analisis, dan pengumpulan data. 3) Analisis, menggunakan metode kualitatif.

Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa: 1) Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan teknik Timing of Event Models memiliki tujuan dalam mengembangkan emosional positif yang berdampak pada perilaku dan kognitif yang baik, tanpa terpengaruh oleh peristiwa kurang menyenangkan dalam hidup klien. 2) Hasil akhir dari proses konseling dengan teknik Timing of Event Models ini cukup berhasil dengan 3 (tiga) point keberhasilan perubahan sikap pada klien dan 1 (satu) point yang masih jarang dilakukan oleh klien, yang mana hasil tersebut dapat dilihat pada perubahan sikap atau perilaku klien yang kurang baik mulai menjadi lebih baik.


(7)

ABSTRACT

Ihtisyam Ulfatur Rosyidah (B73213089), Counseling Islam Technique Event Timing Of Models To Increase A Child's Emotional Development In the village Reinforcement Grogol subdistrict of Sidoarjo Regency.

Focus research is (1) How is the implementation of treatment Timing of Event Models in improving the emotional development of a child in the village Reinforcement Grogol subdistrict of Sidoarjo Regency? (2) How do the results of the application of treatment Timing of Event Models in improving the emotional development of a child in the village Reinforcement Grogol subdistrict of Sidoarjo Regency?

In this study used qualitative research methods comparative description. The steps are: 1) Planning, begins with a review of the literature and studies that have been conducted previously. 2) Assessment, with the presentation of the research background, problem, research objectives, methods of analysis, and data collection. 3) analysis, using qualitative methods.

From the research, the authors conclude that: 1) Implementation of Islamic Guidance and Counseling with technique Timing of Event Models aim in developing a positive impact on the emotional and cognitive behavior was good, without being influenced by events less fun in the client's life. 2) The end result of the counseling process with the technique Timing of Event Models were successful with 3 (three) points the success of a change in attitude on the client and 1 (one) point which is rarely done by the client, in which the results can be seen in a change of attitude or the behavior of clients who begin to get better.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 7

F. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 10

3. Jenis dan Sumber Data ... 11

4. Tahap-tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Teknik Analisis Data ... 18

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 20

G.Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Konseptual Teoritis... 26

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 26

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 26

b. Fungsi Bimingan dan Konseling Islam ... 27

c. Unsur-unsur Pelaksanaan ... 28

d. Teknik Bimbingan dan Konseling Islam ... 31

2. Timing of Event Model ... 34

a. Pengertian Timing of Event Models ... 34


(9)

c. Kelemahan dan Kelebihan Timing of Event Models ... 35

d. Teknik Timing of Event Models ... 36

3. Perkembangan Emosional Anak a. Pengertian Perkembangan Emosi Anak ... 40

b. Faktor-faktor Perkembangn Emosi Anak ... 43

c. Gejala Emosi Anak ... 44

d. Ciri Emosi Anak ... 45

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 46

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 51

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 51

a. Tempat Les ... 51

b. Sekolah ... 53

c. Rumah Klien ... 57

2. Deskripsi Konselor ... 59

a. Pengalaman Konselor ... 60

b. Identitas Konselor ... 60

c. Riwayat Pendidikan ... 61

d. Keadaan Konselor ... 61

3. Deskripsi Klien ... 61

a. Kepribadian Klien ... 62

b. Latar Belakang Keluarga ... 62

c. Latar Belakang Ekonomi ... 63

d. Latar Belakang Sosial ... 64

4. Deskripsi Masalah ... 64

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 66

a. Identifikasi ... 67

b. Diagnosis ... 73

c. Prognosis ... 73

d. Treatment atau Terapi ... 75

2. Hasil Penerapan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 80

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 84

B. Analisis Hasil Penerapan Teknik Timing Of Event Models Untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo ... 91


(10)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Anak adalah satu kata dengan berbagai asumsi. Kata yang akrab ditelinga, wujud yang akrab pada pandangan, dan canda tawanya selalu melengkapi setiap kehidupan keluarga yang menyayanginya. Dalam firman-Nya juga terdapat ayat yang menerangkan bagaimana seharusnya orang tua bersikap dengan sang buah hati, yakni QS. Al-Baqoroh 233 :

را ل يلماك يل ح ل ا عض ي ل لا ت سك ق ر لد ل لا لع عاض لا م ي ادا

ع ل ب ل د ل م َ ا ل ب ة ل ر اضت َ ا عس َا سف فلكت َ ف ع لاب اف كل لثم را لا ىل

َاصف ادارا لس ا ا مك ل ا ا عض ست ا متدارا ا ا يلع ًا َُف ر اَت ا م ٍا ت ع

ام م

[ يصب ل عت ا ب ه ا ا لعا ه ا قتا ف ع لاب م يتاء ٣٢٢

]

Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.1

Secara kontekstual, sejatinya peran orang tua terhadap anak yang meliputi figur ayah sebagai pencari nafkah untuk pemenuhan sandang, papan dan pangan. Dan sang ibu bertugas memberikan kasih sayang secara intens. Karena bagaimanapun ibu merupakan madrasah pertama bagi anak dalam lingkup

1

Menteri Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan terjemahnya. (Jakarta: PT Intermasa, 1974). Hal. 57.


(12)

2

keluarga yang mereka kenal. Tetapi semua itu di era saat ini hanya sebagai wacana. Dewasa ini figur seorang anak telah jauh dari rasa kasih sayang yang sebenarnya di dapat dari orang tua mereka.

Orang tua merupakan penguat internal sang buah hati. Yang salah satunya dalam pembentukan kepribadian, yaitu lingkup perkembangan emosional. Emosi sering terjadi tanpa disadari oleh pelakunya. Dengan perasaan yang bergejolak. Sebagai contoh bentuk emosi yang sering kita jumpai adalah takut, terkejut, marah, murung, rasa lega, kecewa, sedih, asmara, benci hingga gembira.2

Fenomena penyimpangan yang sering dijumpai pada anak, salah satunya juga merupakan akibat dari adanya ketidak stabilan antara kebutuhan fisik dan psikis pada anak yang sering orang tua lakukan tanpa mereka sadari. Bentuk perilaku pengasuhan orang tua terhadap anak yang secara ideal dilakukan yakni meliputi kontrol dan pemantauan, dukungan dan keterlibatan, komunikasi, kedekatan, hingga pendisiplinan.3 Pada tema yang terangkat dalam penelitian kali ini lebih mengerucut pada pengasuhan orang tua yang berupa dukungan dan keterlibatan, serta kedekatan. Dukungan yang baik merupakan dukungan yang bersifat fasilitator, dan bukan bersifat instruksi. Dan pengertian keterlibatan orang tua juga yakni dalam lingkup selalu partipasi aktif dengan kegiatan sang anak saat waktu luang.4 Kemudian jika kedekatan, dimulai dari kehangatan orang tua terhadap anak, karena jika tidak, kedekatan yang

2

Ki Fudyartanta, Psikologi Umum I& II. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hal. 338. 3

Sri Lestari, Psikologi Keluarga. (Jakarta: Kencana, 2012). Hal. 57. 4


(13)

3

dilakukan orang tua merupakan gangguan bagi sang anak.5 Dua poin tersebut amat sering kita dengar, namun juga sering terlupakan begitu saja. Mengapa penelitian yang akan dilakukan merujuk pada poin tersebut, pada teknik Timing of Event akan menemukan jawabannya.

Timing of Event Models atau yang lebih akrab disebut sebagai Model Waktu-Waktu Peristiwa dengan pendapat dari Bernice Neugarten (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998) menjelaskan bahwa peristiwa yang positif dalam bentuk kesenangan maupun peristiwa negatif dalam bentuk kesedihan, akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian seorang individu.6 Karena peristiwa yang sering kita kenal dalam bentuk negatif maupun positif dalam kehidupan setiap individu merupakan sebuah pengalaman kehidupan. Dengan alat perekam pada manusia yang berupa otak, hal tersebut dengan izin Tuhan dapat selalu teringat oleh setiap pelakunya.

Dapat terhubung juga pada fenomena yang dialami klien yang peneliti tangani, bahwa ia memiliki orang tua dengan sikap parenting yang bertipe otoriter. Jika dilihat dari pendapat Baldwin cukup sinergi dengan sebuah ungkapan bahwa makin otoriter orang tua dalam menangani anak, maka makin kurang ketidaktaatan dan banyak menimbulkan ciri-ciri pasitivitas seperti, kurangnya inisiatip, tak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan kurang. Karena orang tua yang otoriter memberikan banyak larangan kepada anak-anak

5

Sri Lestari, Psikologi Keluarga. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Hal. 62. 6

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. (Jakarta: PT Gramedia Widiarsa Indonesia, 2003). Hal 121.


(14)

4

dan yang harus mereka laksanakan tanpa bersoal jawab, tanpa ada pengertian anak.7

Jika ditelaah pada penggabungan antara peningkatan perkembangan emosional anak dengan teori Timing of Event , hal tersebut saling berkaitan. Karena peningkatan perkembangan emosional anak adalah sebuah perilaku terkadang belum sempat dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, dengan berbagai bentuk perilaku apa pun, sang anak condong untuk mewujudkan ekspresi emosi dalam hidupnya. Kemudian Timing of Event Models, sebuah hentakan perkembangan pada dinamika kehidupan yang berasal dari peristiwa individu yang telah terjadi. Jika kedua hal tersebut digabungkan dalam mengembangkan emosional seorang anak, sangat menarik untuk dilakukan. Karena sejatinya sebuah emosi adalah salah satu jenis dari id. Dimana pelakunya akan mudah untuk menunjukkan hal tersebut tanpa mereka sadari.

Pada salah satu teori emosi yang dikemukakan oleh James-Lange bahwa jika terdapat rangsangan penghasil emosi yang berasal dari luar diri individu, kemudian diteruskan menuju perubahan pada badan yang dihasilkan oleh sistem saraf autonomik yang bertanggung jawab terhadap perasaan emosional. Dan terakhir diteruskan pada otak sebagai alat interpretasi perubahan pada badan sebagai emosi.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa emosi bekerja dengan respon yang lebih dahulu ditunjukkan dari gerak tubuh, kemudian baru diartikan oleh pemikiran kita. Tak heran banyak seseorang menyesali suatu kejadian akibat emosi yang telah dilakukannya. Oleh karenanya jika sebuah

7

Gerungan, Psikologi Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2002). Hal. 189. 8


(15)

5

emosi juga dapat terangsang dari dunia luar individu, atau lebih utama dalam penelitian kali ini yaitu individu sang anak, lebih baiknya jika orang tua telah memiliki ilmu dalam meningkatkan perkembangan emosional anak. Sehingga peran yang mereka lakukan akan selalu ingin mengarahkan anak mereka. Dan tanpa mereka sadari, saat orang tua terlibat pada sebuah kejadian menyenangkan, akan dapat memberi dampak positif bagi tumbuh kembang emosional buah hatinya. Mungkin sepatutnyalah hal-hal diatas sebagai wacana baru bagi setiap orang tua. Terutama sebagai ibunda yang selalu menjadi sosok utama terpandang dalam lingkungan masyarakat kecil yang disebut dengan keluarga.

Inti dan maksud penjabaran yang telah ada yakni mulai menerapkan treatment dari salah satu teori yang ada pada Psikologi Perkembangan yakni yakni Timing of Event Models, sebagai treatment baru dalam bimbingan dan konseling Islam. Dalam konseling dengan Timing of Event Models terdapat dua dari empat teknik secara keseluruhan yang digunakan, yakni teknik penyadaran kebiasaan dan rekosntruksi tingkah laku. Pada proses konseling juga memanfaatkan dua jenis media di dalamnya, yakni media video cerita bermakna dan draft ceklist. Karena pada klien tersebut telah menunjukkan tanda-tanda keterlambatan dalam pengembangan emosional positifnya yakni kurang mengindahkan nasihat ibunya dan cenderung melawan, kurang tanggap dalam menjawab pertanyaan, kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan tidak bisa menerima kejadian yang tidak disenanginya. Cerminan sikap yang telah dimunculkan oleh klien tersebut, ternyata berawal dari sikap orang tua yang otoriter yang terutama dilakukan oleh Sang Ibu. Pada penelitian kali


(16)

6

ini, peneliti membidik klien yakni anak usia 6 tahun. Melalui teori TEM (Timing of Event Models) guna pengembangan ilmu Konseling baru, dalam peningkatan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka terbentuklah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana hasil penerapan treatment Timing of Event Models dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo?

C.Tujuan Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan proses tratment Timing of Event Models dalam

meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.

2. Menjelaskan hasil akhir penerapan treatment Timing of Event Models

dalam meningkatkan perkembangan emosional seorang anak di Desa Grogol KecamatanTulangan Kabupaten Sidoarjo.

D.Manfaat penelitian

Terdapat nilai dan manfaat penelitian. Dari segi keilmuan akademik dan dari segi praktis. Dari segi keilmuan berguna untuk pengembangan ilmu


(17)

7

pengembangan emosional pada anak, mengkaji teori barat dalam penanganan terhadap konseli, serta wacana baru bagi program studi Bimbingan dan Konseling Islam. Selain itu juga menjadi tambahan referensi di persutakaan pusat sekaligus fakultas.

Dari segi praktis berguna dengan mengambil sebuah pelajaran bagi kehidupan dan sebagai bentuk pemahaman baru para orang tua yang memiliki putra putri pada masa anak. Yakni bahwa mendidik dengan cara yang otoriter termasuk dalam salah satu pengalaman yang akan selalu diingat oleh anak, dan juga terdapat dampak dari hal tersebut bagi klien. Serta dapat mengambil nilai positif sebagai pengembangan sumber daya manusia, diantaranya yakni dengan menjadi seorang pengasuh, pendamping, orang tua, hingga sebuah konsultan untuk penerapan pengembangan emosional anak tersebut menggunakan teknik koseling TEM.

E.Definisi Konsep

Konsep yang perlu dijabarkan secara detail dalam penelitian ini adalah

Timing of Event Models dan perkembangan emosional anak. 1. Timing of Event Models

Merupakan salah satu teori yang berada pada perkembangan kepribadian yakni lingkup Psikologi Perkembangan. Timing of Event Models dalam bahasa Indonesia disebut dengan Model Waktu Peristiwa. Dalam istilah yakni peristiwa-peristiwa dalam hidup yang menyenangkan atau menyedihkan yang terduga maupun tidak terduga. Pada umumnya arti dari istilah tersebut digunakan bagi pengalaman hidup yang terjadi pada waktu tertentu, misalnya pernikahan, pensiun, dan lain sebagainya. Dan


(18)

8

berbagai pengalaman tersebut akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian setiap individu manusia.9

Berdasarkan pengertian Timing of Event Models sebagai bentuk kejadian atau peristiwa yang dialami setiap individu yang akan menstimulus kepribadian menuju perkembangan maupun penurunan. Peneliti berusaha mengkonsep proses konseling dalam bentuk penyadaran emosi negatif atau pengembangan emosi positif klien melalui media video cerita bermakna dan juga draft checklist sebagai pengaturan kebiasaan baru dalam hidup klien.

2. Perkembangan Emosi Anak

Tersusun atas kata perkembangan dan emosi. Perkembangan mempunyai arti perubahan yang dialami individu atau organisme menuju kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, dalam lingkup fisik dan psikis.10 Menurut pendapat Werner perkembangan adalah suatu proses yang mula-mula global, terperinci, dan kemudian semakin lama semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi integritas yang hierarkis.11 Arti kata selanjutnya yakni Emosi. Istilah emosi jika menurut pendapat Sarlito Wirawan Sarwono dikutip dalam buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja adalah setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna

9

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. (Jakarta: PT Gramedia Widiarsa Indonesia, 2003). Hal 121.

10

Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) . Hal. 15.

11

Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012). Hal. 3.


(19)

9

afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.12 Kemudian arti kata yang terakhir yakni Anak. Dalam keluarga adalah sebuah lingkup sosial terkecil dalam lingkungan masyarakat. Yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Berawal pada sebuah pernikahan ayah dan ibu, oleh karenanya anak sering disebut juga dengan sang buah hati. Namun sejatinya anak merupakan suatu masa kehidupan manusia yang terdapat pada rentan masa kehidupan antara bayi dan remaja.13 Dengan segala kepolosannya anak masih belum dapat membedakan yang baik dan buruk. Oleh karena itu, orang tua bertugas dalam mendampingi tumbuh kembang anak sebagai pembentukan karakter.

Berdasarkan pengertian diatas, sang peneliti memiliki konsep dalam pengembangan emosional anak menuju pada pengembangan emosional positif yang agamis. Sehingga sang klien memiliki keseimbangan antara emosional terhadap sesama makhluk, maupun Sang Kholik sebagai pencipta kehidupannya.

Jadi, dapat disimpulkan dari uraian konseptual diatas dengan judul terkait penelitian ini adalah perubahan pada klien berupa perkembangan emosional positif yang dialami seorang anak yang terjadi secara berkesinambungan dalam lingkup fisik dan psikis, serta pada setiap keadaan yang disertai warna afektif pada tingkat lemah maupun luas, dan dapat berubah berdasarkan sebuah peristiwa pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupan individu yang mengalaminya,

12

Syamsu yusuf, Psikologi perkembangan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005). Hal. 115.

13

M. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar. (Yogyakarta: Anggota IKAPI, 1990). Hal. 139.


(20)

10

dengan media video cerita bermakna dan draft chekclist sebagai stimulus agar Sang anak menunjukkan perkembangan emosional positif yang signifikan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, yakni berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari informan yang mengalami sebuah fenomena dalam kehidupannya dengan memanfaatkan diri sebagai instrumen kunci. Adapun uraian metode penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan pada penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Karena peneliti menemukan secara langsung sebuah fenomena yang terjadi pada diri klien. Dengan bertujuan sebagai pengembangan emosional yanng ada pada diri klien secara serius, oleh karenanya peneliti menggunakan jenis penelitian ini agar lebih mendalam dalam membahas fenomena yang telah ditemukan, serta sebuah penggalian informasi yang akan dicari sebagai isi dari proses pengambilan data berdasarkan adanya objek yang akan diteliti .

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran penelitian adalah seorang anak dengan usia Sekolah Dasar dengan kurangnya perkembangan emosional akibat orang tua yang kurang berperan serta lebih seringnya sikap orang tua yang otoriter di dalam kehidupannya, ditambah dengan adanya informan pendukung yang dapat menggali sikap klien secara mendalam, yakni orang tua, dan wali kelas klien. Lokasi penelitian yakni lingkungan tempat tinggal yang berada di Perumahan Harmoni Kota Sidoarjo, tepatnya di desa Grogol kecamatan Tulangan


(21)

11

kabupaten Sidoarjo. Serta lingkungan belajar klien yang bertempat pada tempat les klien dengan jarak beberapa rumah dari rumah klien dan sekolah klien yang bertempat di SDN Grogol Sidoarjo, dengan penentuan lokasi tersebut yang nantinya dapat membantu dalam menggali informasi seputar klien.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:

1) Data Primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber pertama di lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang dan masalah klien, perilaku klien yang nampak secara nyata dalam kehidupannya, pelaksanaan proses konseling yang dilakukan pada lingkungan keseharian klien, serta hasil akhir pelaksanaan konseling pada klien. Dengan rincian data sebagai berikut:

a. Latar Belakang dan Masalah, berupa perilaku yang ditampakkan klien, kebiasaan yang sering dilakukan klien, dan respon klien dalam proses belajar di tempat les maupun di sekolah.

b. Perilaku, berupa tingkahlaku pada klien yakni sering menolak kejadian yang tidak disenangi, sering tidak mengindahkan perintah ibunya dan cenderung melawan, kurang tanggap


(22)

12

menerima materi pelajaran maupun menjawab pertanyaan, dan kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.

c. Pelaksanaan proses konseling, meliputi pengambilan data, hingga proses konseling dilaksanakan pada klien. Dengan menggunakan teknik Timing of Event Models sebagai opsi baru yang dapat digunakan dalam teori konseling. Prosesnya dapat dilakukan dengan pilihan lokasi penelitian dalam lingkungan belajar klien yakni tempat les dan sekolah klien, dan lingkungan rumah klien.

d. Hasil akhir pelaksanaan konseling, berupa rekapitulasi hasil proses konseling dalam bentuk tabel penyajian data.

2) Data Sekunder yaitu data yang diambil dari sumber kedua atau berbagai sumber guna melengkapi primer.14 Hal ini diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, dan keadaan lingkungan klien. Dengan rincian data sebagai berikut:

a. Gambaran lokasi penelitian, lokasi yang pertama bertempat pada tempat les klien yang tepatnya tak jauh dari rumah klien dimana penelitian tersebut dilakukan secara berkala oleh peneliti saat jam belajar tanpa menganggu kegiatan belajar tersebut. Lokasi kedua yakni lingkungan sekolah klien, data diperoleh saat jam pelajaran sekolah berlangsung, melalui sikap wali kelas atau sikap dari salah satu guru yang dekat dengan klien kepada sang klien, serta

14

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif.


(23)

13

sikap beberapa informan lain pada klien yang dapat mendukung dalam pelayanan pengumpulan data penelitian di lingkup sekolah klien. Lokasi ketiga di lingkungan dalam rumah klien dengan ibunda klien yang menjadi sarana penggalian data, sehingga dapat digunakan sebagai penambah informasi yang berada pada rumah klien tersebut.

b. Keadaan lingkungan klien, yakni dengan keadaan pertama pada lingkungan rumah klien. Dimana terdapat data yang diperoleh dari perbedaan sikap antara ayah dan ibu klien, kedekatan sang ayah, perlakuan kasih sayang pada diri klien dan saudara klien, serta pola asuh yang dibantu oleh pembantu rumah tangga klien. Keadaan yang kedua yakni pada lingkungan kelas klien, dengan membidik suasana klien mengikuti jam mata pelajaran, dan saat klien berinteraksi secara rukun dengan teman-temannya. Kemudian keadaan lingkungan yang terakhir yakni pada lingkungan les disekitar rumah klien, dengan keadaan secara nyata yang sering klien hadapi.

b. Sumber Data

Untuk mendapat keterangan dan informasi, penulis mendapatkan informasi dari sumber data, yang di maksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.15

Adapun sumber data penelitian ini adalah:

15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Prektek. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006). Hal. 129.


(24)

14

1) Sumber Data Primer pada penelitian kali ini adalah data yang langsung diperoleh penulis di lapangan yaitu berupa informasi dari klien sebagai seorang siswi Sekolah Dasar yang belum mengalami peningkatan dalam tahap perkembangan emosionalnya, serta beberapa informan terdekat dengan diri klien. Penggalian informasi dengan dua tipe, yakni informasi langsung maupun tak langsung. Informasi langsung terjadi saat klien dan informan terdekat klien benar-benar mengungkapkan sikap atau perilaku keseharian klien yang dapat menjadi sumber data bagi peneliti, dan jika informasi tidak langsung terjadi saat data diperoleh tanpa ada unsur kesengajaan sang klien atau informan terdekat klien untuk menunjukkan sumber informasi yang tengah dicari oleh peneliti. 2) Sumber Data Sekunder pada penelitian kali ini adalah data yang

diperoleh dari informan selain klien seperti: orang tua, wali kelas, dan beberapa orang terdekat klien baik dalam lingkup rumah, hingga tempat belajar klien guna melengkapi data dari sumber data primer berupa data pendukung dari data sebelumnya.

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyusun rencana penelitian, agar benar-benar memahami adanya langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian yang akan dilakukan.


(25)

15

Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian adalah:

a. Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang dicapai oleh suatu penelitian dan merencanakan strategis untuk memperoleh dan menganalisis data bagi peneliti. Hal ini dimulai dengan memberikan perhatian khusus terhadap konsep dan hipotesis yang akan mengarahkan penelitian yang bersangkutan dan menelaah kembali terhadap literatur, termasuk penelitian yang pernah diadakan sebelumnya, yang hubungan dengan judul dan masalah penelitian bersangkutan.

b. Pengkajian secara teliti terhadap rencana penelitian, dengan pengembangan dari tahap perencanaan, disini disajikan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, serta metode atau prosedur analisis dan pengumpulan data.

c. Analisis dan laporan hal ini merupakan tugas terpenting dalam suatu proses penelitian.16 Karena sebagai penentu hasil akhir keberhasilan sebuah penelitian yang telah diadakan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian

16


(26)

16

ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien, kegiatan atau tingkah laku klien, keadaan lingkungan klien, yang akhirnya dapat menentukan proses konseling yang dilakukan. Proses observasi dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Observasi terstruktur dilakukan pada kegiatan klien, yakni : kegiatan belajar di kelas klien. Jika observasi tidak terstruktur dilakukan saat mengamati tingkah laku klien dan keadaan lingkungan klien tanpa penstrukturan pedoman wawancara sebelumnya.

b. Wawancara

Merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data, disertai dialog berupa tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.17 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan pada klien, orang tua klien dengan urutan pertama, yakni penggalian data meliputi: Identitas diri klien, kepribadian klien, latar belakang keluarga, latar belakang ekonomi, latar belakang sosial klien, serta permasalahan yang dialami klien. Selain itu dalam penelitian ini wawancara juga dilakukan kepada wali kelas klien yang bertujuan untuk mengetahui tentang klien saat proses pembelajaran di sekolah pada keseharianya. c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

17

Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekola. (Bandung: CV. Ilmu, 1975), Hal. 50.


(27)

17

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.18 Dalam penelitian ini, dokumentasi dilakukan untuk mendapat gambaran tentang penelitian yang meliputi: raport sekolah klien, sikap klien saat melakukan pelajaran di sekolah dan tempat les, serta karya seni buatan klien berupa gambar yang menjadi data pendukung dalam lapangan penelitian.

Pada penelitian ini, dalam proses konseling yang peneliti lakukan adalah:

1) Identifikasi: peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada klien, orang tua, dan wali kelas klien, meliputi identitas klien, identitas keluarga klien, dan identifikasi masalah.

2) Diagnosis: disini peneliti mencari sebab-sebab yang melatar belakangi mengapa masalah itu muncul pada klien. Kemudian peneliti merumuskan gejala-gejala yang muncul pada klien.

3) Prognosis: pada langkah ini peneliti merumuskan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada klien, orang tua maupun lingkungan klien yang dapat dilakukan. Dengan melihat data yang telah diperoleh tentang klien pada tahap diagnosis.

18


(28)

18

4) Treatmen: hal ini peneliti lakukan dengan menggunakan teknik

Timing of Event Models. Peneliti menitik beratkan pada pengalaman yang disenangi maupun kurang disenangi oleh klien. Sehingga dapat melaksanakan tujuan treatment yakni dalam rangka peningkatan perkembangan emosional klien tersebut kearah emosional positif. Dengan menggunakan dua teknik pada TEM, yang juga diharapkan sebagai penunjang pelaksanaan proses konseling.

5) Evaluasi: disini peneliti melihat sejauh mana perubahan yang terjadi pada klien. Dari perubahan sikap, hingga kebiasaan yang sering dimunculkan. Hal ini peneliti lakukan dengan observasi dan wawancara langsung dengan diri klien dan juga informan yang membantu proses ini. Tak lupa dengan melihat sikap sebelum dan sesudah klien diberi treatment tersebut.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-memilah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Lexy J. Moleong menjelaskan, bahwa analisis data kualitatif dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. Dengan maksud


(29)

19

bahwa pemberian tanda dapat menjadi ukuran sejauh mana keberhasilan sebelum dan sesudah diadakannya sebuah penelitian .

b) Mengumpulkan, memilih-memilah, mengklasifikasikan,

mensistesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeks dari beberpa informasi dan data yang telah didapat, agar memperoleh sebuah data yang tepat guna penyusunan hasil laporan penelitian.

c) Berfikir, dengan jalan membuat kesimpulan agar kategori data itu mempunyai makna, mencari, dan menemukan pola hubungan-hubungan, membuat temuan-temuan umum.19

Dalam penelitian ini Teknik Analisis Data yang dipakai adalah Deskriptif Komparatif atau bisa disebut Metode Perbandingan Tetap. Teknik ini secara tetap membandingkan satu data dengan data yang lain, kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori yang lain.

Setelah data terkumpul dan diolah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut. Analisa yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan emosional, faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya perkembangan emosional. Selanjutnya proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam menggunakan pendekatan Timing of Event Model untuk meningkatkan perkembangan emosional seorang anak yang dilakukan dengan teknik deskriptif komparatif, yakni membandingkan pelaksanaan

Timing of Event di lapangan dengan teori pada umumnya, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilaksanakannya proses konseling.

19


(30)

20

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai berikut:

a) Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tiggal dilapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, jika hal itu dilakukan maka akan membatasi:

1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks. 2) Membatasi kekeliruan peneliti

3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.

b) Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti mencari secara kosisten interpretasi

dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang

konstan atau tentatif mencari suatu usaha, membatasi berbagai pengaruh, mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang


(31)

21

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada pemerikasaan tahap awal tampak salah satu seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntun agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara

tentatif dan penelanah secara rinci tersebut dapat dilakukan. c) Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi dibedakan atas empat macam yakni:

1) Trianggulasi data (data triangulation) atau trianggulasi sumber, adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.

2) Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud dengan cara trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa penelti.

3) Trianggulasi metodologis (methodological triangulation), jenis trainggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.


(32)

22

4) Trianggulasi teoritis (theoritical triangulation). Trianggulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Adapun trianggulasi yang peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan trianggulasi metode.

Dalam trianggulasi data atau sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama. Artinya bahwa data yang ada di lapangan diambil dari beberapa sumber peneitian yang berbeda-beda daan daapat dilakukan dengan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dilakukan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti terapkan bahwa pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode atau teknik


(33)

23

pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu kesempatan peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain menggunakan observasi, dokumentasi, dan seterusnya. Penerapan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi kelemahan atau kekurangan dari satu teknik tertentu sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.20

G.Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan susunan yang sesuai dengan yang diingikan, agar terarah dan pembaca dapat memahami dan mengerti isi skripsi, maka dalam penulisan ini dibagi menjadi lima Bab, diantaranya:

Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam subbab metodologi penilitian, akan menjelaskan jenis penelitian, metode penelitian, jenis dan sumber sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab kedua merupakan penjelasan tentang landasan teoritik yang digunakan dalam penelitian kali ini. Pembahasan teoritis pertama yakni berisi pengertian, fungsi, unsur-unsur, dan teknik Bimbingan dan Konseling Islam. Kemudian pembahasan kedua meliputi pengertian, unsur-unsur, kelemahan dan kelebihan, serta teknik-teknik dalam Timing of Event Models (TEM). Dan

20


(34)

24

hingga pembahasan yang terakhir yakni pengertian, faktor-faktor, gejala, dan ciri-ciri dari perkembangan emosi anak.

Selanjutnya pembahasan dalam bab ketiga merupakan lanjutan dari bab kedua. Dalam bab ini diuraikan hal-hal penyajian Data, yang berisi tentang penyajian data secara umum objek penelitian meliputi data klien, konselor, dan masalah yang tengah dialami. Sedangkan deskripsi hasil penelitian meliputi proses, hasil akhir, dan kendala pelaksaan teknik Timing of Event Models

dalam proses konseling.

Bab keempat masih memiliki keseinambungan dengan bab tiga. Karena pada bab kali ini merupakan paparan analisis data yang telah dilakukan pada lingkup lapangan maupun proses konselingnya. Dengan mencakup tiga poin analisis terdiri dari, analisis pertama tentang proses konseling, kemudian analisis kedua berisi tentang analisis hasil proses konseling. Hingga analisis yang terakhir yakni kendala penelitian yang menggunakan teknik TEM tersebut.

Bab lima merupakan bab terakhir sekaligus bab penutup pada sebuah karya skripsi, dan masih banyak karya ilmiah yang lain. Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran. Dalam subbab simpulan diberikan paparan tentang proses hingga hasil dari teknik konseling Timing of Event Models sebagai teknik konseling pada klien. Sementara dalam saran, peneliti merekomendasikan pada orang tua sebagai kontrol parenting lingkup perkembangan emosional anak. Jika saran bagi konselor yakni proses konseling yang lebih bermanfaat hingga sang klien dapat merasakan proses konseling tersebut. Kemudian untuk peneliti selanjutnya, peneliti memberi


(35)

25

saran agar lebih dalam pada penggalian data hingga penelitian lebih sempurna dari sebelumnya. Dan yang terakhir yakni saran bagi pembaca yang mana berupa motivasi diri sebagai penyemimbang pemikiran terhadap problem pribadi dan orang sekitar, agar lebih bersyukur atas nikmat-Nya.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konseptual Teoritis

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Kata yang sering kita jumpai dan mungkin sering kita ucapkan. Salah satunya yakni BK (Bimbingan Konseling). Tak jarang kata-kata tersebut merupakan kata yang dianggap menyeramkan bagi sebagian siswa. Karena masih memaknainya melalui figur seorang konselor yang sering disebut dengan guru BK yang ada di beberapa jenjang pendidikan. Namun kali ini penulis mencoba untuk memberi sebuah pemahaman pada pembaca tentang apa itu Bimbingan Konseling, dan juga Bimbingan Konseling Islam, beserta penjelasan pelengkap di dalamnya.

a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Merujuk pada istilah Bimbingan Konseling Islam terlebih dahulu. Yakni memiliki tiga susunan kata yang terdiri dari bimbingan, konseling, dan Islam. Yang pertama yakni Bimbingan atau dalam bahasa Inggris yang disebut dengan guidance tuntunan atau pertolongan.Sedangkan Konseling dalam bahasa Inggris yakni

counseling yang berarti bantuan yang diberikan pada klien atau individu dalam menyelesaikan masalah.1 Dan kata terakhir yakni Islam yang berarti sebuah agama dimana mempercayai adanya satu

1

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyeluhan Di Sekolah. (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1964) . Hal. 5.


(37)

27

Dzat Yang Maha Segala yaitu Allah SWT, beserta para pengikutnya mempercayai Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup.

Menurut pendapat Hamdani Bakran mendefinisikan bimbingan dan konseling sebagai suatu aktivitas pemberian nasehat dalam bentuk pembicaraan komunikatif antara konselor dan klien, disebabkan karena kurangnya pengetahuan klien.2 Dan menurut Yusuf dan Nurihsan, Konseling Islami adalah proses motivasional kepada

individu (manusia) agar memiliki kesadaran untuk “come back to religion”, karena agama akan memberikan pencerahan.3

Barulah terbentuk sebuah pengertian yang utuh mengenai Bimbingan Konseling Islam, yakni proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dan serasi dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di sunia dan akhirat.4

b. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan diatas, maka terdapat pula fungsi konseling Islam, yakni sebagai berikut:

1) Fungsi preventif, yakni mencegah timbulnya masalah pada seseorang.

2

Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling Psikoterapi Isam Penerapan Metode Sufistik.

(Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2003). Hal. 180. 3

Yusuf dan Nurihsan, Bimbingan dan Konseling. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008). Hal. 71.

4

Ainurrahim Faqih, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islam. (Yogyakarta: UII Press, 2000). Hal. 4


(38)

28

2) Fungsi Kuratif, yakni memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang.5

3) Fungsi development, yakni membantu individu memperoleh ketegasan nilai-nilai anutannya, mereviu pembuatan keputusan yang dubuatnya.6

c. Unsur-unsur Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam

Unsur-unsur yang hendaknya diperhatikan dalam pelaksanaan bimbingan konseling Islam yakni terdapat konselor, klien, dan masalah. Dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Konselor. Yakni sebagai pembimbing dalam pengarahan seseorang yang mengalami permasalahan. Atau dapat diartikan sebagai orang yang bermakna bagi sang klien. Dengan sikap konselor yang dapat menerima apa adanya dan bersedia dengan sepernuh hati membantu klien mengatasi masalah klien saat krisis sekalipun. Upaya konselor juga meliputi upaya menyelamatkan klien dari keadaan yang tidak menguntungkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.

Menurut Thohari Musnawar, persyaratan menjadi konselor antara lain:

a) Kemampuan profesional b) Sikap kepribadian yang baik

5

Thohari Mustamar, Bimbingan Dan Konseling Islam. (Yogyakarta: UII Press, 1996). Hal. 21.

6

Ema Hidayanti, Konseling Islam Bagi Individu Berpenyakit Krosnis. (Semarang: IAIN Walisongo, 2010). Hal. 15.


(39)

29

c) Kemampuan kemasyarakatan d) Ketakwaan kepada Allah SWT7

2) Klien. Yakni seseorang yang memiliki permasalahan atau ingin mencari solusi dan pengarahan dari seorang konselor.8 Atau dapat juga disebut sebagai seorang individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain. Di samping itu klien juga sebutan bagi seseorang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yng dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari puhak lain untuk memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya sangat ditentukan dalam pribadi klien sendiri.

Menurut Kartino Kartono, klien memiliki sikap dan sifat sebagai berikut:

a) Terbuka

Keterbukaan klien akan sangat membantu jalannya proses konseling. Artinya klien bersedia mengungkapkan segala sesuatu yang diperlukan demi ssuksesnya proses konseling. b) Sikap percaya

Klien harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya, dan percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya kepada siapapun.

7

Thohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam. (Jakarta: UII Press, 1992). Hal 42.

8


(40)

30

c) Bersikap jujur

Seorang klien yang bermasalah, agar masalahnya dapat teratasi, seharusnya bersikap jujur. Artinya klien harus bersikap jujur mengemukakan data-data yang benar, dan jujur mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami. d) Bertanggung jawab

Tanggung jawab klien untuk mengatasi masalahnya sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling. Jadi, seorang yang dikatakan klien, apabila memenuhi kriteria sebagaimana tersebut di atas. Seorang yang mempunyai masalah perlu mendapat bimbingan dan konseling Islam karena karena pada dasarnya orang yang bermasalah adalah orang yang jauh dari nila-nilai agama. Maka keimanan dapat menumbuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi, sehingga tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin.9

3) Masalah. Yakni kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Hal semacam itu perlu untuk ditangani atau dipecahkan oleh konselor bersama dengan klien. Menurut W. S. Winkel dalam bukunya

Bimbingan dan Konseling Islam di Sekolah Menengah, masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.

9

W. S. Winkel, Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Menengah. ( Jakarta: Gramedia, 1989). Hal 10.


(41)

31

Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia sangatlah kompleks, diantaranya sebagai berikut:

a) Problem dalam bidang keluarga b) Problem dalam bidang pendidikan

c) Problem dalam bidang sosial (kemasyarakatan) d) Problem dalam bidang pekerjaan

e) Problem dalam bidang keagamaan10

Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah adalah penyimpangan dari keadaan normal atau tidak adanya kesesuaian antara keinginan yang diharapkan dengan keadaan yang ada, sehingga dapat menghambat, merintangi dan mempersulit dalam usaha mencapai tujuan.

Proses bimbingan konseling akan terjadi jika memenuhi unsur-unsur diatas. Karena bagaimanapun penyelesaian terjadi jika terdapat hal yang akan diselesaikan yakni berupa permasalahan. Dan bimbingan terjadi jika terdapat pembimbing dann orang yang dibimbing yakni berupa konselor dan klien.

d. Teknik Bimbingan Konseling Islam

Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai konselor. Teknik konseling memiliki berbagai macam yakni:

10

Thohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam.


(42)

32

1) Attending yakni perilaku yang harus dimiliki konselor pada tahap awal pelaksanaan konseling, yaitu berupa kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.

2) Empati yakni kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan oleh klien.

3) Refleksi yakni keterampilan seorang konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai pengamatan terhadap perilaku verbal dan non-verbalnya.

4) Eksplorasi yakni keterampilan pada konselor ntuk menggali lebih dalam apa yang dirasakan, dipikirkan, dan yang telah dialami oleh klien. Jika eksplorasi dapat dilakukan oleh konselor maka klien bebas untuk berbicara tanpa rasa takut, tertekan, terancam. 5) Menangkap pesan merupakan teknik yang dilakukan oleh

konselor dalam menangkap pesan utama dan menyatakan dengan sederhana dan mudah dipahami, dan disampaikan dengan bahasa konselir sendiri pada klien, agar klien mudah dalam memahami ide, perasaan, dan pengalamannya,

6) Pertanyaan terbuka yakni teknik yang dilakukan konselor dalam proses bertanya dengan klien tanpa menggunakan kata mengapa

dan apa sebabnya. Akan menyulitkan klien untuk menjawab, dan juga membuat klien menjadi tertutup jika terdapat suatu jawaban yang ia sembunyikan.


(43)

33

7) Pertanyaan tertutup yakni pertanyaan diajuka oleh konselor berupakan kata-kata apakah, adakah, dan harus dijawab klien dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata singkat.

8) Dorongan minimal yakni berupa dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikatakan klien, dalam bentuk kata oh...., ya....,terus...,lalu....,dan.... Dengan tujuan agar membuat klien terus berbicara dan dapat mengarahkan pembicaraan agar mencapai tujuan.

9) Interpretasi yaitu upaya konselor untuk mengulas pemikiran, pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori yang disebut dengan interpretasi. Dengan tujuan teknik yakni pemberi rujukan atau pandangan pada klien, agat klirn mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.

10) Mengarahkan yakni keterampilan dalam konseling yang bertujuan agar klien berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu. Misalnya: konselor menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor. 11) Menyimpulkan sementara yakni teknik terakhir, dimana sang

konselor harus menyimpulkan pembicaraan pada setiap waktu tertentu, agar terhadap tahapan dan arahan yang jelas pada suatu pembicaraan.11

11

Sri Astutik, Pengantar Bimbingan dan Konseling. (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014). Hal. 87.


(44)

34

1. Timing of Event Model

a. Pengertian Timing of Event Model

Berbagai teori tentunya memiliki satu kepala yang telah berjasa atau dapat dibilang menjadi pelopor atas terciptanya teori tersebut. Sebagaimana pula Timing of Event juga memiliki tokoh sebagai pelopor, yakni Bernice Neugarten. Neugarten lahir di Norfolk, Nebraska. Sang Tokoh mulai sebagai sarjana awal di University of Chicago pada usia 16, memperoleh gelar sarjana dalam bahasa Inggris dan Perancis Sastra pada tahun 1936. Pada tahun 1960, Neugarten adalah orang pertama di University of Chicago untuk mendapatkan penguasaan di bidang Pembangunan Manusia dan mulai banyak studi tentang umur dan Aging Manusia.

Timing of Event Models atau yang lebih akrab disebut sebagai Model Waktu-Waktu Peristiwa menurut pendapat Bernice Neugarten menjelaskan bahwa peristiwa yang positif dalam bentuk kesenangan maupun peristiwa negatif dalam bentuk kesedihan, akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadian seorang individu.12 Karena peristiwa yang sering kita kenal dalam bentuk negatif maupun positif dalam kehidupan setiap individu merupakan sebuah pengalaman kehidupan. Dengan alat perekam pada manusia yang berupa otak, hal tersebut dengan izin Tuhan dapat selalu teringat oleh setiap pelakunya.

12


(45)

35

b. Unsur-unsur Timing of Event Model

Jika ditinjau dari definisi Timing of Event Model, terdapatlah sebuah unsur-unsur di dalamnya, yakni:

1) Usia jika dalam kamus disebut dengan umur13 . Jika pengertian secara istilahnya yakni satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.

2) Pelaku atau manusia yakni salah makhluk ciptaan Allah SWT dalam bentuk sebaik-baiknya penciptaan dengan anugerah sebuah akal dan pikiran, sebagai pembeda dengan makhluk lain. Dapat juga diartikan keturunan Adam dan Hawa, orang; makhluk Tuhan yang sempurna, berakal dan berbudi.14

3) Peristiwa memiliki arti secara bahasa adalah kejadian.15 Namum jika secara istilah berarti suatu kejadian yang luar biasa (menarik perhatian dan sebagainya).

4) Waktu jika menurut pengertian secara bahasa adalah Masa; kala; saat; jaman; jam.16 Namun jika secara istilah yakni bagian dari struktur dasar dari alam semesta, sebuah dimensi dimana peristiwa terjadi secara berurutan.

c. Kelemahan dan Kelebihan Timing of Event Model

Kelemahan dari Timing of Event Model adalah jika kondisi seseorang tidak memiliki kesiapan dalam menerima peristiwa

13

Sulchan Yasin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia. . (Surabaya: Amanah, 1995). Hal. 234. 14

Sulchan Yasin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia. . (Surabaya: Amanah, 1995).Hal. 148. 15

Sulchan Yasin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia. . (Surabaya: Amanah, 1995).Hal. 149. 16


(46)

36

hidupnya, maka menjadikan seseorang tersebut stres. Karena seperti yang kita ketahui bahwa peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ini tidak terduga arahnya dan datangnya. Serta juga terbatas pada kultur dan periode historis di mana norma perilaku bersifat stabil dan meenyebar.17

Namun kelebihan Timing of Event Model yakni telah membuat kontribusi penting terhadap pemahaman suatu kepribadian orang dewasa dengan menekankan rangkaian kehidupan individual dan menantang ide perubahan berkaitan dengan usia yang universal.18

Jika ditinjau dari kelebihan Timing of Event yakni membahas mengenai kepribadian orang dewasa, dan tidak lebih merujuk pada kepribadian anak, dan periode tersebut tidak seperti apa yang dibahas dalam penelitian kali ini. Namun bukan berarti sebuah halangan dalam berlangsungnya proses konseling yang nantinya akan menggunakan Timing of Event sebagai teknik terapinya. Karena setiap rentan kehidupan pada manusia pasti terdapat sebuah peristiwa yang melatar belakanginya. Oleh sebab itu peneliti menggunakan teori ini sebagai teknik terapi, sehingga terdapat perubahan yang ditampakkan oleh klien.

d. Teknik Timing of Event Model

Setelah segala penjabaran diatas, yang dimulai dari pengertian, unsur, kelemahan hingga kelebihan Timing of Event Model. Juga

17

A. K Anwar, Human Development. (Jakarta: Kencana, 2008). Hal. 687. 18


(47)

37

terdapat hal penting yang menjadi pelengkapnya, yakni teknik dari Timing of Event Model. Teknik ini akan digunakan dalam proses konseling sebagai metode penanganan klien berdasar pada pengalaman yang mempengaruhi kepribadian mereka. Teknik Timing of Event Model yakni sebagai berikut:

1) Ungkapan dasar perasaan

Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Pengungkapan ini terutama berguna untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan bahwa dirinya tersinggung, kesulitan menyatakan tidak atau penolakan akan sesuatu, mengungkapkan dasar perasaan dan tanggapan posistif lainnya. Sejatinya perasaan yang dapat terungkap dengan semestinya akan memberi kemampuan pada jiwa hingga menimbulkan rasa senang dalam bentuk gembira, puas, lega, dan semacamnya.19 Cara yang digunakan adalah dengan pertanyaan terbuka oleh konselor tanpa menyudutkan klien. Diskusi-diskusi ringan juga dapat diterapkan dalam ungkapan dasar perasaan ini. 2) Rileksasi Klien

Rileksasi Klien merupakan teknik konseling timing of event model yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami, dengan cara mengajarkan klien untuk

19


(48)

38

rileks. Karena sehebat apa pun makhluk Tuhan, pasti akan mengalami titik lelah atau kejenuhan yang memerlukan proses rileksasi. Kelelahan yang dirasakan akibat faktor lingkungan berupa cuaca alam, maupun vitalitas fisik.20 Inti teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan tanggapan yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan atau diubah. Dengan pengkondisian secara tanggapan-tanggapan yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi rileksasi klien hakikatnya merupakan teknik penyegaran yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang masih diperkuat secara negatif.

3) Penyadaran kebiasaan

Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon dari tindakannya secara sadar atau tanpa kesengajaan oleh klien yang disenangi klien maupun orang disekelilingnya.

Tindakan yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tanggapan yang tidak dikehendaki kemunculannya. Dengan penambahan arahan religiusitas oleh konselor. Arahan religiusitas sebagai penopang

20


(49)

39

adanya penyadaran kebiasaan klien, bahwa hal tersebut juga dapat memberikan kesan kurang nyaman pada diri klien maupun orang disekitarnya sebagai makhluk Tuhan yang berhak akan rasa nyaman, sehingga kemungkinan terbesar arahan dapat menyebabkan peningkatan perkembangan emosi positif pada klien nantinya. Jika dikaitkan dengan Hierarki kebutuhan dari Maslow, berupa bentuk kebutuhan di urutan kedua setelah kebutuhan fisik atau jasmani yakni kebutuhan akan rasa aman diri.21 Kebutuhan ini tentunya harus terwujud pada orang yang ada di sekeliling kita, sebagai bentuk kontribusi sesama makhluk Tuhan dengan simbiosis mutualisme demi kelangsungan hidup yang selaras. Pengkondisian ini juga diharapkan sebagai sebuah gambaran antara tingkah laku yang tidak dikehendaki atau tindakan yang tidak menyenangkan hingga dapat menyadarkan klien akan rasa ketidak nyamanan.

4) Rekonstruksi Tingkah laku

Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat pengembangan emosi positif yang sudah terbentuk. Karena hakikat dari adanya keadaan rekonstruksi merupakan perwujudan bagi perbaikan hal yang tak semestinya dilakukan. Contoh peran yang dapat dilakukan saat rekonstruksi tingkah laku yakni sikap orang tua menghadapi sang anak yang dapat menimbulkan dua respon emosi berbeda, yakni:

21


(50)

40

a) Merintangi anak sehingga tidak dapat bergerak akan menyebabkan timbulnya ketegangan dan marah.

b) Membelai anak akan mengakibatkan anak berhenti menangis, tersenyum dan mengembangkan lengannya.22

Dua contoh sikap diatas merupakan segelintir contoh dari stimulus yang diberikan oleh orang tua pada anak dengan respon yang akan ditunjukkannya. Masih banyak stimulus yang dapat dilakukan agar mendapat respon positif bagi kelangsungan hidup yang seimbang. Dalam teknik ini konselor menunjukkan kepada klien tentang model emosi positif, dapat menggunakan model pengondisian peristiwa, model cerita bermakna atau lainnya yang dapat teramati dan dipahami sebuah jenis ungkapan emosi positif yang hendak dicontoh. Emosi positif yang berhasil dicontoh memperoleh motivasi untuk dijadikan sebagai pembiasaan bagi klien. Motivasi dapat berupa arahan menuju perkembangan emosi positif yang lebih baik sebagai hasil dari rekonstriksi emosi negatifnya.

2. Perkembangan Emosi Anak

a. Pengertian Perkembangan Emosi Anak

Selama ini paradigma orang memiliki berbagai macam pendapat tentang adanya sebuah emosi. Jika dalam lingkup masyarakat awam, kata emosi sering dihubungkan dengan kondisi dimana seseorang tak mampu menguasai pengaruh idnya untuk meluapkan kemarahan pada

22


(51)

41

sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya emosi tersebut. Namun jika menurut pandangan psikologis, arti kata emosi memiliki berbagai macam makna dan perwujudan. Bukan hanya luapan energi negatif yang ada pada diri insan, namun juga energi positif yang mempengaruhinya.

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.23 Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu

dari mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan

adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturtion) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyamgkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).24

Menurut English and English yang diterjemahkan oleh Syamsu

Yusuf, emosi adalah “A coplex feeling state accompained by

23

Soetjiningsih, Psikologi Perkembangan. 1995. Hal. 24


(52)

42

characteristic motor and glandular activies” (suatu keadaan perasaan

yang kompleks yang disertai karakteristik kelenjar dan motoris).25 Dari kalimat diatas terdapat kata-kata “perasaan yang kompleks” kemudian merujuk pada pendapat Wundt yang menyebutkan berbagai macam emosi, yakni: takut, terkejut, marah, murung, rasa lega, kecewa, sedih nestapa, emosi asmara, benci, dan gembira.26

Kemudian, pengertian anak yakni yang akrab kita sebut dengan istilah sang buah hati yang dimiliki oleh pasangan suami istri. Namun jika dalam tahap perkembangan manusia, anak merupakan masa pertengahan antara masa bayi menuju masa remaja. Dimana saat masa-masa tersebut masih memiliki ketergantungan dengan orang tua atau keluarga yang erat. Karena hubungan antara ibu bapak dengan anak-anaknya merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat.27

Dengan demikian pengertian dari emosi anak yakni sebuah keadaan perasaan yang kompleks saat manusia dalam masa pertengahan antara masa bayi menuju masa remaja.

Jadi perkembangan emosi anak yakni bertambahnya kemampuan atau skill dalam mengolah rasa saat manusia dalam masa pertengahan antara masa bayi menuju masa remaja.

25

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Hal. 114.

26

Ki Fudyartanta, Psikologi Umum I & ii. (Jogja: Dim@swids, 2011). Cetakan I, Hal. 338. 27

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. (Malang: UIN Malang Press, 2008). Hal. 37.


(53)

43

b. Faktor-faktor Perkembangan Emosi Anak

Dilihat dari beberapa hal yang terjadi selalu ada yang menjadi latar belakang. Karena kejadian merupakan bentuk akibat dari sebab yang terjadi sebelumnya. Dalam emosi pun demikian, terdapat hal-hal yang menjadi faktor emosi. Dimana penulis berfokus pada emosi anak yang memiliki faktor sebagai berikut:

1) Faktor Biologis, termasuk di dalamnya faktor keturunan atau genetika.

2) Sejarah Hidup Pribadi, termasuk di dalamnya pengalaman-pengalaman dengan orang tua, guru, teman sebaya, kawan-kawan dan orang lain.

3) Latar Belakang Kultural dan Historis, termasuk waktu dan tempat kelahiran serta sifat dan kondisi kehidupan budayanya.28

Mulai dari faktor biologis yag merupakan faktor bawaan dari orang tua atau genetika. Karena sebuah emosi juga dapat menjadi sifat turun temurun dari nenek moyang individu terdahulu. Dan jika orang tua yang saat ini masih memiliki sikap yang sama dengan nenek moyang dan cenderung tidak memiliki sikap untuk berubah, maka sang anak pun masih rentan dalam emosi yang sama atau tidak mengalami perkembangan. Faktor yang kedua yakni sejarah hidup

28

Syamsu Yusuf, Landasan Bimbingan dan Konseling. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005). Hal. 239.


(54)

44

pribadi, karena dari sejarah tersebut individu mulai memiliki lingkungan interaksi dengan orang lain. Jika pengalaman dengan orang disekitarnya tersebut tidak mendukung adanya perkembangan emosinya menjadi lebih baik, maka individu akan terkontaminasi, dan jika sebaliknya maka individu akan menjadi lebih baik lagi. Kemudian faktor yang terakhir yakni latar belakang kultural. Seperti yang kita ketahui bahwa kultur merupakan lingkungan yang juga mendominasi kehidupan seorang individu. Karena bagaimanapun kultur atau budaya merupakan kebiasaan sebuah daerah yang telah mendarah daging bagi kelompok maupun individu. Jika hal tersebut baik, maka akan mengarahkan individu menuju pertumbuhan emosi secara cakap. Namun jika sebaliknya, maka individu cenderung tetap atau justru mengalami degradasi emosional.

c. Gejala Emosi Anak

Cara kita dalam memprediksi atau menilai sesuatu yakni berdasar dari apa yang dapat ditangkap oleh panca indera kita, salah satunya yakni indera mata. Beberapa kejadian pun juga terdapat hal yang menjadi pertanda. Jika dalam sebuah kejadian atau peristiwa, hal tersebut dinamakan dengan gejala. Pada saat seseorang emosi, juga terdapat gejala atau lebih akrab disebut dengan tanda-tanda yang ditunjukkan, yakni sebagai berikut:

1) Kemampuan anak untuk mengenal, menerima, dan bercerita tentang perasaan-perasaanya.


(55)

45

2) Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku sosial.

3) Kemampuan untuk menyalurkan keinginan tanpa menganggu perasaan orang lain.

4) Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.29

Terdapat juga gejala emosi pada anak menurut pendapat Boyd dkk yang dikutip dalam buku karangan Christiana yakni meliputi hal-hal berikut:

1) Mengidentifikasi dan memahami perasaanya sendiri.

2) Membaca dengan tepat dan memahami kondisi emosi orang atau teman lain.

3) Mengelola emosi dan mengekspresikan dalam bentuk yang konstruktif.

4) Mengatur perilakunya sendiri.

5) Mengembangkan empati pada orang atau teman lain. 6) Menjalin dan memelihara hubungan.30

d. Ciri Emosi Anak

Layaknya suatu kenampakan benda atau pun peristiwa. Emosi juga memiliki beberapa hal yang menjadi sebuah anggapan mendasar

29

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). Hal. 169.

30

Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. (Jakarta: Prenada, 2012). Hal. 214.


(56)

46

bahwa sikap atau sifat yang ditunjukkan merupakan sebuah emosi atau bukan. Secara umum ciri-ciri emosi yakni:

1) Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir.

2) Bersifat fluktuatif (tidak tetap).

3) Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.31

Sedangkan jika dispesifikkan dalam lingkup usia anak, maka terdapat ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba 2) Terlihat lebih hebat atau kuat

3) Bersifat sementara atau dangkal 4) Lebih sering terjadi

5) Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya32

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebelum peneliti melakukan penelitian terkait dengan timing of event models dalam membantu perkembangan emosional anak di Desa Grogol, Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Terlebih dahulu peneliti menelaah beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan tema yang akan peneliti lakukan sebagai bahan acuan dan perbandingan peneliti menyusun kerangka penelitian.

31

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). Hal. 116.

32


(57)

47

Berikut beberapa penelitian yang peneliti temukan:

1. Judul : Peran Orang Tua Dalam Mendidik Kecerdasan Emosional Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam

Nama : Torikul Anwar

NIM : 15329777

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Bentuk Karya : Skripsi

Tahun : 2011

Dalam skripsi ini mejelaskan tentang peran orang tua dalam mendidik kecerdasan emosional anak dalam perspektif pendidikan islam. Dalam membina relasi sosial secara harmonis, kemampuan menempatkan emosi pada orang yang tepat, saat yang tepat dan cara yang tepat sangat dibutuhkan. Dalam konteks pembelajaran, seorang pendidik yang memiliki kecerdasan emosional sangat penting. Karena dapat menciptakan nuansa pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat menggugah semangat belajar anak didik. Hal ini akan sangat membantu anak didik dalam mengembangkan kecerdasan emosional.

Persamaan dalam kasus ini yaitu sama-sama ingin meningkatkan kecerdasan emosional anak. Sedangkan pada penelitian kali ini membahas peningkatan emosional pada anak menurut prespektif Bimbingan dan Konseling Islam. Selain itu, dalam penelitian kali ini beda menggunakan teknik timing of event model sebagai pendekatannya dengan meninjau dari kejadian yang pernah dialami sang klien seorang siswi Sekolah Dasar.


(58)

48

Dengan tujuan membentuk perubahan emosional klien menjadi lebih baik lagi.

2. Judul : Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Kecerdasan Emosional Anak (kajian Kitab Tarbiyah Al-aulad Fi Alislam Karya Abdullah Nashih Ulwan)

Nama : Eka Nirmalasari

NIM : 10471008

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Bentuk Karya : Skripsi

Tahun : 2014

Dalam skripsi ini mendeskripsikan dan menganalisa secara kritis, bagaimana pola asuh orang tua dalam membentuk kecerdasan emosional anak, yang ditawarkan oleh Abdullah Nashih Ulwan dalam salah satu karangannya yang berjudul "Tarbiyah Al-Aulād Fī Al-Islām". Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan bagaimana konsep pola asuh orang tua dalam membentuk kecerdasan emosional anak menurut Abdullah Nashih Ulwan yang meliputi tujuan, pengertian, materi, dan metode, agar dapat dipergunakan sebagai penyempurnaan penerapan pendidikan Islam, terutama tentang materinya. Penelitian ini merupakan penelitian Library Research (Penelitian Kepustakaan) melalui tinjauan historis dan psikologis-paedagogis, dengan obyek penelitiannya yaitu salah satu kitab Abdullah Nashih Ulwan yang berjudul "Tarbiyah Al-Aulād Fī Al-Islām". Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan data-data yang terdapat diberbagai literatur. Penekanan pengumpulan data dalam


(1)

BAB V

PENUTUP

A.Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Timing of Event Models untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Isam dengan Teknik Timing of Event Models untuk Meningkatkan Perkembangan Emosional Seorang Anak di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo yaitu konselor menggunakan Teknik Timing of Event Models sebagai terapi dan memiliki beberapa teknik yakni teknik penyadaran kebiasaan dan rekonstruksi tingkah laku, yang mana konselor berusaha mengarahkan klien agar menerima peristiwa atau kejadian yang berada dalam hidup klien. Baik kejadian tersebut disengaja maupun tiba-tiba, hingga kejadian tersebut tidak mempengaruhi perkembangan emosional klien, maupun dapat mengubah pola kepribadiannya. Namun, klien telah menunjukkan beberapa efek dari kejadian atau pengalaman di hidupnya, sehingga dapat mempengaruhi emosional klien. Peneliti menemukan gejala, seperti klien sering menolak kejadian atau peristiwa hidup yang tidak disenanginya, tidak mengindahkan nasihat Ibunda klien atau cenderung melawan, kurang tanggap dalam menjawab mata pelajaran, sulit membaur atau beradaptasi


(2)

95

positifnya. Dengan Teknik yang dijadikan sebuah Terapi yakni Timing of Event Models, dengan menitik beratkan pada pengembangan emosional positif, perilaku, serta kognitif klien. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengembangkan emosional positif, sehingga berdampak pada perilaku dan kognitif yang baik tanpa terpengaruh oleh peristiwa kurang menyenangkan di hidup sang klien.

2. Setelah dilaksanakan upaya “Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Teknik Timing of Event Models untuk Peningkatan Perkembangan

Emosional Seorang Anak Di Desa Grogol Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo” memiliki hasil yang dibilang cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan sikap yang ditunjukkan oleh klien saat sebelum dan setelah melakukan proses konseling, yakni terdapat 3 (tiga) gejala yang sudah tidak dilakukan klien meliputi, tidak mengindahkan nasihat sang ibu, kurang tanggap dalam menjawab pertanyaan, serta kurang beradaptasi dengan lingkungan baru. Sedangkan 1 (satu) gejala yang masih jarang dilakukaan oleh klien yakni menolak kejadian yang tidak disenanginya, karena sejalan dengan perkembangan emosionalnya masih labil, sang klien pun masih mendapat perilaku manja dari sang ayah.

B.Saran

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan puji syukur kepada-Nya, upaya dalam menyelesaikan tugas akhir ini telah selesai. Dalam segala proses untuk terwujudnya skripsi ini, peneliti menyadari bahwa peneliti masih jauh dari kata sempurnna, peneliti berharap kepda peneliti selanjutnya untuk lebih


(3)

96

menyempurnakan hasil dari apa yang telah diteliti dengan rujukan penelitian yang relevan, agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.

Untuk kebaikan dalam penyempurnaan penelitian, peneliti berharap agar penelitian yang akan dilakukan oleh para calon-calon peneliti bisa lebih sempurna. Kemudian berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memiliki saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi para orang tua yang memiliki mobilitas tinggi, diharapkan untuk lebih peduli dalam mengontrol perkembangan emosional anaknya, seta dapat memilih dan memilah peristiwa atau kejadian pada anak yang dapat dijadikan sebagai pemicu dukungan bagi perkembangan emosional positif Sang anak.

2. Bagi konselor dapat tetap memotivasi agar klien lebih bersemangat dalam melalui semua kejadian atau oeristiwa yang kurang disenangi atau cenderung dibenci oleh klien. Dan konselor juga diharapkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori konseling agar dalam memberikan bantuan pada anak yang kurang bisa mngembangkan emosi positifnya agar dapat teratasi dengan baik. Serta konselor diharapkan melakukan follow up atau sang konselor masih memantau keadaan klien, dengan harapan proses konseling tersebut dapat memiliki perubahan segnifikan menuju pada perubahan lebih baik lagi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, Bimbingan Konseling Islam dengan terapi

Timing of Event Models dalam mengembangkan emosional seorang anak yang belum mampu mengembangkan emosi positifnya, dilakukan dengan


(4)

97

Hal ini dimaksudkan agar data yang memperoleh data lebih valid dan memberikan perubahan besar pada pemikiran dan perilaku klien. Selanjutnya, diharapkan lebih menyempurnakan peneliti ini karena penelitian ini jauh dari kata sempurna.

4. Bagi para pembaca diharapkan tidak menjadikan suatu masalah sebagai beban yang harus di simpan sendiri, diharapkan untuk mencoba memiliki rasa keterbukaan dengan orang terdekat atau sekitar anda, yang sanggup untuk membantu anda. Begitu juga sebaliknya, diharapkan tidak menjadikan suatu masalah pada orang lain sebagai pembanding masalah pribadi. Karena Tuhan memberikan suatu cobaan tidak melebihi batas kemampuan makhluk-Nya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. K Anwar, Human Development. 2008.Jakarta: Kencana.

Adz-Dzaky, Hamdan Bakran. Konseling Psikoterapi Isam Penerapan Metode Sufistik. 2003. Yogyakarta: Fajar Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Prektek. 2006. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astutik, Sri. Pengantar Bimbingan dan Konseling. 2014. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. 2001. Surabaya: Uiversitas Airlangga.

Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. 2003. Jakarta: PT Gramedia Widiarsa Indonesia.

Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekola. 1975. Bandung: CV. Ilmu.

Faqih, Ainurrahim. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islam. 2000. Yogyakarta: UII Press.

Gerungan, Psikologi Sosial, 2002. Bandung: Refika Aditama.

Gunarsa, Singgih D. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Hidayanti, Ema. Konseling Islam Bagi Individu Berpenyakit Krosnis. 2010. .Semarang: IAIN Walisongo.

Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. 2010. Jakarta: Rajawali Perss. J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. 2009. Bandung: Rosda. Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. 2011. Jakarta: Kencana.

Kartono, Kartini. Psikologi Umum. 1996.Bandung: Mandar Maju.

Ki Fudyartanta, Psikologi Umum I& II. 2011. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. L. Davidoff, Linda. Psikologi Suatu Pengantar. 1981.Jakarta: Erlangga. Lestari, Sri. Psikologi Keluarga. 2012. Jakarta: Kencana.

M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis. 1995.Yogyakarta: BPFE.

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender. 2008.Malang: UIN Malang Press.

Mahmud, M. Dimyati. Psikologi Suatu Pengantar. 1990. Yogyakarta: Anggota IKAPI.

Menteri Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan terjemahnya. 1974. Jakarta: PT Intermasa.

Munawar, Thohari. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. 1997. Yogyakarta: UII Press.

Mustamar, Thohar.i Bimbingan Dan Konseling Islam. 1996. Yogyakarta: UII Press.

Papalia, Olds, Feldman. Human Development. 2004. Amerika: Mc Graw Hill.

Rofiq, Arif Ainur. Sistematika Psikologi Perkembangan Anak sampai Dewasa. 2011. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Santrock, John W. Perkembangan Anak. 2007. Jakarta: Erlangga.

Soenarji, Pengantar Psikologi. 1985. Semarang: Erlangga. Soetjiningsih, Psikologi Perkembangan. 1995.


(6)

99

Soetjiningsih, Christiana Hari. Perkembangan Anak. 2012. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan, Kuantitatif dan R&D. Syamsu, Psikologi Perkembangan. 2008.

Sulchan Yasin, Kamus Pintar Bahasa Indonesia. . (Surabaya: Amanah, 1995). W. S. Winkel, Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Menengah. 1989. Jakarta:

Gramedia.

Yasin, Sulchan. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. 1995. Surabaya: Amanah. Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyeluhan Di Sekolah. 1964 . Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Yusuf dan Nurihsan. Bimbingan dan Konseling. 2008. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. Landasan Bimbingan dan Konseling. 2005. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. Psikologi perkembangan. 2005. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 2004.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Bimbingan konseling Islam dalam mengatasi dilema seorang mahasiswa di Desa Balong Biru Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo : Studi kasus seorang mahasiswa yang bimbang memilih antara studi dan karir.

0 1 94

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN REMAJA KEPADA ORANG TUA DI DESA BARENGKRAJAN KRIAN SIDOARJO.

0 0 111

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENGATASI SIBLING RIVALRY DALAM KELUARGA DI DESA GRABAGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO.

0 0 119

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SEORANG PEMUDA GAGAL BERCINTA DI DESA BALONGDOWO CANDI SIDOARJO.

0 2 77

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SEORANG ANAK DI DESA GUMENG BUNGAH GRESIK.

6 42 114

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK.

0 0 135

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING UNTUK MENGATASI ONLINE SHOP ADDICT : STUDI KASUS SEORANG WARGA KELURAHAN MAGERSARI DI SIDOARJO.

0 0 109

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN FACE READING UNTUK MENINGKATKAN REGULASI EMOSI SEORANG SISWI KELAS VIII DI SMP ISLAM INSAN KAMIL SIDOARJO.

0 0 123

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENANGANI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN TANGGULANGIN - SIDOARJO.

0 0 146

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA DI TLASIH TULANGAN SIDOARJO.

0 0 97