PESAN KESEDERHANAAN DALAM SINETRON RELIGI “DI BAWAH LINDUNGAN ABAH” TRANS TV ANALISIS SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTH.

(1)

i

PESAN KESEDERHANAAN DALAM SINETRON RELIGI “DI BAWAH

LINDUNGAN ABAH” TRANS TV

Analisis Semiotik Model Roland Barthes

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Andira Nur Fatria

NIM. B06210068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Andira Nur Fatria, B06210068, PESAN KESEDERHANAAN DALAM

SINETRON RELIGI “DI BAWAH LINDUNGAN ABAH” TRANS TV

Analisis Semiotik Model Roland Barthes

Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pesan Kesederhanaan, Sinetron Religi, Analisis Semiotik.

Bulan Ramadlan merupakan momen yang tepat untuk menyaksikan sinetron

religi. Salah satu sinetron religi yang menarik adalah “Di bawah Lindungan Abah”. Sinetron ini bertemakan kesederhanaan seorang ayah (Abah) dalam

menjadi pelindung keluarganya. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini

adalah (1) Apa saja penanda (signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan

dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”? Dan (2) Bagaimana makna penanda

(signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah

Lindungan Abah”?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami penanda (signifier) dan

petanda (signified) kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”

dan untuk mendeskripsikan makna penanda (signifier) dan petanda (signified)

kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”. Dengan

menggunakan pendekatan kualitatif dan Analisis Semiotik Roland Barthes. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan pada

sinetron “Di bawah Lindungan Abah”. Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” berbentuk audio visual dan merupakan program televisi sekali tayang,

maka teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara melakukan unduhan di situs berbagi youtube.com.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) penanda dan petanda yang ada

dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah” yaitu, dialog tokoh Abah dengan

para tokoh dalam sinetron, latar tempat di mana Abah berada, dan suara dalam sinetron, (2) adanya ucapan, pemikiran, pengambilan keputusan, dan penampilan diri yang menunjukkan kesederhanaan. Kesederhanaan berarti suatu hal yang tidak kekurangan dan tidak berlebih-lebihan tetapi berada di tengah-tengahnya.

Kesederhanaan juga merupakan perintah dalam al-Qur’an terutama dalam

berbelanja/ menggunakan harta secara tidak berlebih-lebihan.

Peneliti memberikan saran kepada produser sinetron di Indonesia untuk mempertahankan nilai-nilai Islami yang terkandung dalam sinetron baik digambarkan secara verbal maupun non-verbal sehingga masyarakat muslim secara tidak langsung mendapat asupan untuk jiwa dan batinnya, selain itu kegiatan menonton tayangan sinetron bukanlah hal yang sia-sia karena khalayak mendapatkan hidayah dan insya Allah ridlo dari Allah berkat tayangan tersebut.


(6)

i DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL (sampul dalam) ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian... 2

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

F. Definisi Konsep ... 11

1. Pesan ... 11

2. Kesederhanaan ... 11

3. Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah” ... 12

4. Analisis Semiotik Roland Barthes ... 12

G. Kajian Teori... 13

H. Metode Penelitian ... 14

1.Pendekatan dan Jenis Penelitian... 14

2. Unit Analisis ... 15

3. Jenis dan Sumber Data ... 16

4. Tahapan Penelitian ... 16


(7)

ii

6. Teknik Analisis Data ... 19

I. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II : KAJIAN TEORETIS ... 22

A. Kajian Pustaka ... 22

B. Kajian Teori ... 27

1. Analisis Semiotik ... 27

2. Semiotik Model Roland Barthes ... 30

3. Teori yang Relevan ... 31

BAB III : PENYAJIAN DATA ... 33

A. Deskripsi Subyek, Obyek, dan Wilayah Penelitian ... 33

1. Subyek Penelitian ... 33

2. Obyek Penelitian ... 36

3. Wilayah Penelitian ... 40

B. Deskripsi Data Penelitian ... 40

BAB IV : ANALISIS DATA ... 69

A. Temuan Penelitian ... 69

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 73

BAB V : PENUTUP ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

C. Saran ... 78

Bagian Akhir (Lampiran)

1. Daftar Pustaka

2. Biodata Penulis

3. Dokumentasi teks media yang dijadikan subyek dan obyek penelitian


(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Adegan Abah memberikan tausiyah kepada warga

kampung ... 22

Tabel 3.2 Adegan Abah hendak pulang dari memberikan tausiyah .... 42

Tabel 3.3 Adegan Abah duduk bersama Dude di serambi rumahnya . 43 Tabel 3.4 Adegan Abah menonton televisi dengan Ummi ... 45

Tabel 3.5 Adegan Abah berada di ruang makan bersama keluarganya ... 46

Tabel 3.6 Adegan Abah didatangi oleh petugas PLN ... 47

Tabel 3.7 Adegan Abah keluar dari kafe milik Gaza ... 48

Tabel 3.8 Adegan Abah bersama Dude dari kantor produser ... 49

Tabel 3.9 Adegan Abah berada di kerumunan warga kampung ... 50

Tabel 3.10 Adegan Abah makan bersama di ruang makan ... 52

Tabel 3.11 Adegan Abah bersama keluarganya di depan serambi ... 53

Tabel 3.12 Abah mendengarkan keluhan Dude ... 54

Tabel 3.13 Adegan Abah memberikan saran kepada Dude ... 55

Tabel 3.14 Adegan Abah menemui raja begal ... 56

Tabel 3.15 Adegan Abah berbincang dengan Gaza ... 57

Tabel 3.16 Adegan sebuah keluarga mendatangi Abah untuk berkonsultasi ... 59

Tabel 3.17 Adegan Abah dan Ummi berbicara di serambi rumah ... 60

Tabel 3.18 Adegan Abah berbicara dengan Bu Lastri ... 61


(9)

iv

Tabel 3.20 Adegan Abah bercermin ... 64 Tabel 3.21 Adegan Abah mendengarkan keluhan Ahmad ... 65 Tabel 3.22 Adegan Abah bersama keluarganya dan Dude

berada di ruang tamu ... 67

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Alur analisis semiotik dalam Sinetron religi

“Di bawah Lindungan Abah” Trans TV ... 14 Bagan 4.1 Teori Kepercayaan, Sikap, dan Nilai pada


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi. Komunikasi dengan banyak orang membutuhkan saluran yang mampu mengkoordinir keinginan dan kehendak masyarakat. Saluran untuk berkomunikasi terebut dinamakan media. Media komunikasi pada dewasa ini kian berkembang pesat seiring berjalannya waktu.

Komunikasi massa (mass communication) adalah proses penyampaian

pesan (informasi, gagasan) kepada orang banyak (publik) melalui media.

Komunikasi massa disebut juga Komunikasi Media Massa (Mass Media

Communication) dan Communicating with Media (berkomunikasi melalui

media massa), yakni media cetak (koran, tabloid), media elektronik (radio/televisi), dan media online (internet). Media massa merupakan singkatan dari Media Komunikasi Massa yakni saluran penyampaian pesan

kepada publik.1

Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang awalnya digunakan sebagai alat propaganda pemerintah. Namun kini perkembangan televisi sangat cepat, televisi masa kini semakin mendekati selera, keinginan, dan gaya hidup masyarakat.

Televisi mampu mempengaruhi masyarakat. Televisi adalah pembentuk geografi jiwa. Televisi membangun struktur ekspektasi jiwa secara

1


(11)

bertahap. Televisi melakukan hal itu persis seperti sekolah memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun-tahun. Televisi mengajari pikiran yang

belum matang dan mengajari mereka cara berpikir.2

Televisi mempunyai fungsi menghibur, mengedukasi, dan

memberikan informasi. Sebagai media informasi, televisi memiliki kekuatan yang ampuh untuk menyampaikan pesan karena media ini dapat menghadirkan pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu yang bersamaan. Penyampaian isi pesan seolah-olah

berlangsung saat itu pula (live) antara komunikator dan komunikan.3

Televisi terus menambah jam siarannya agar setiap detik mampu menemani pemirsa. Beragam program dimunculkan oleh televisi, mulai dari siaran berita, informasi gaya hidup, perkembangan teknologi, acara memasak,

talkshow, hingga sinetron. Sinetron pun dikemas dengan bermacam-macam

genre seperti sinetron percintaan, sinetron komedi, sinetron horror, dan

sinetron religi.

Memasuki bulan Ramadlan, sinetron religi mendapatkan tempat di hati pemirsanya masing-masing. Sinetron religi memuat unsur religiusitas yang didambakan oleh penonton. Tren tayangan berbalut religiusitas tidak akan pernah habis selama pemirsa televisi di Indonesia masih membutuhkan agama sebagai pencerahan dan televisi sebagai media penyampaian yang

menghibur.4

2

John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 225-226.

3

Sony Set, Menjadi Perancang Program Televisi Profesional (Yogyakarta: ANDI, 2008), hal. 70.

4Ibid


(12)

Bulan Ramadlan tahun 2015 televisi menghadirkan banyak pilihan sinetron religi, salah satu yang menarik perhatian peneliti adalah sinetron yang

berjudul “Di bawah Lindungan Abah”. Judul tersebut hampir mirip dengan film layar lebar produksi tahun 2011 “Di bawah Lindungan Ka’bah” namun

memiliki perbedaan penokohan dan alur cerita.

Sinetron “Di bawah Lindungan Abah” menampilkan figur seorang ayah yang mengajarkan kesederhanaan dalam hidup. Ketika di jaman sekarang yang semuanya serba mewah, canggih, dan modern, tokoh Abah hadir dan mampu membuat pemirsa untuk berintrospeksi pada diri dan kehidupan pribadinya masing-masing.

Fenomena tersebut mendorong peneliti untuk mengamati sinetron “Di

bawah Lindungan Abah” guna mengetahui makna kesederhanaan yang tercermin dalam perilaku tokoh Abah, baik dalam keluarga, lingkungan, maupun dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam.

Sinetron “Di bawah Lindungan Abah” tayang setiap hari selama bulan

Ramadlan. Berdurasi hampir satu jam dan diputar sejak pukul 20.45 di mana pada waktu tersebut mayoritas muslim telah melaksanakan ibadah sholat tarawih. Pemilihan waktu ini kemungkinan juga bertujuan untuk memperoleh target rating yang tinggi.

Sinetron religi berjudul “Di bawah Lindungan Abah” menampilkan

latar kehidupan perkampungan kecil di sudut kota Jakarta didukung dengan masyarakat yang sarat akan berbagai problema di dalamnya. Sinetron ini berkisah tentang sebuah keluarga islami. Sang ayah yang juga dipanggil Abah berprofesi sebagai ustad penceramah di kampung tersebut. Ia tidak pernah


(13)

mematok bayaran dari tausiyahnya. Padahal di sisi lain ia harus menghidupi seorang istri dan dua orang anaknya yang masih menempuh pendidikan.

Inti dari cerita sinetron “Di bawah Lindungan Abah” ialah tentang

seorang Abah yang menjadi pelindung bagi keluarganya, baik secara ekonomi, sosial, maupun dalam hubungan bermasyarakat. Dalam sinetron ini disampaikan bahwa mereka akan merasa nyaman karena berada dalam lindungan Abah, tentunya atas kehendak Allah juga hal tersebut bisa terjadi.

Di sini tokoh Abah yang diperankan Marwoto tampil dengan banyak peran, selain sebagai seorang ayah, tokoh Abah juga berperan sebagai seorang ustad penceramah di kampungnya, seorang suami yang memiliki istri yang sabar dan pengertian, dan seorang pelanggan tukang ojek. Tokoh Abah juga

memerankan seorang public figure yang menjadi terkenal karena membintangi

iklan produk kacamata dan menjadi ustad di televisi.

Berkenalan dengan anggota keluarga Abah yang pertama, yaitu istrinya. Wanita paruh baya tersebut sering dipanggil Ummi baik oleh keluarga maupun tetangga sekitar. Tokoh istri Abah ini diperankan oleh Early Asih. Karakter Ummi dalam sinetron ini merupakan figur wanita sholihah, penurut, sabar dan tabah menghadapi cobaan. Ummi memberikan saran-saran

saat Abah membutuhkan dan selalu memberikan support agar Abah selalu

semangat dalam berdakwah.

Anggota keluarga Abah yang kedua, yakni anak Abah yang bernama Jasmin. Tokoh Jasmin diperankan oleh bintang muda berbakat bernama Shireen Sungkar. Sebagai anak kuliahan yang kritis, Jasmin selalu proaktif terhadap permasalahan yang dihadapi oleh Abah. Jasmin juga turut membantu


(14)

Abah dalam mengurusi tanda tangan kontrak iklan dan penampilan Abah sebagai ustad di televisi. Jasmin ditaksir oleh seorang pemuda kaya bernama Gaza yang diperankan oleh Reza Rahadian. Pemuda tersebut memiliki bisnis diskotik dan minuman keras yang akhirnya meninggal karena sakit.

Yang terakhir anak Abah yang bungsu. Dalam sinetron ini tokoh bernama Zahra ialah adik Jasmin yang diperankan oleh Kesha Ratuliu. Karakter yang dimunculkan dalam sinetron ini ialah anak yang sering protes kepada orang tuanya, tetapi Zahra ialah anak yang baik dan suka membantu Ummi. Zahra juga sering berhubungan via telepon dengan pemuda yang juga menaksir kakaknya, Arzuna yang diperankan oleh Ajun Perwira.

Titik klimaks dalam sinetron ini ialah ketika Abah masih bersikukuh dengan pendiriannya untuk tidak memungut bayaran dari tausiyahnya, sedangkan kebutuhan keluarga tidak bisa dibendung, ditambah lagi saat Zahra meminta uang untuk membayar biaya sekolah dan perjalanan wisata. Sedangkan Jasmin hampir berhenti masuk kuliah karena belum membayar.

Tokoh Abah sempat mengalami stuck saat himpitan ekonomi terjadi,

Abah mengajak Dude tukang ojek langganannya untuk keluar rumah mencari udara segar. Tokoh Dude diperankan oleh Amank. Abah berkata pada Ummi bahwa Abah akan mencari uang untuk membayar semuanya, tetapi ternyata Abah dan Dude hanya duduk di tepi sungai sambil memancing ikan.

Dude ternyata juga mempunyai kenalan seorang produser, yang diperankan oleh Ferry Fernandez. Dude telah meyakinkan produser tersebut akan figur Abah yang memiliki nilai jual untuk ditampilkan di televisi, dan


(15)

sang produser telah setuju dengan pendapat Dude. Produser tersebut yakin

bahwa Abah akan menjadi ustad terkenal dan menaikkan rating televisinya.

Akan tetapi, Abah masih tetap bersikeras untuk tidak ingin tampil di televisi. Hal tersebut diungkapkan Abah karena menilai bahwa dunia

entertaintment penuh dengan polesan dan orang-orang riya’. Abah khawatir jika ia tampil di televisi maka Abah akan terjangkit penyakit hati tersebut.

Dalam sinetron ini juga tergambar kisah percintaan antara Gaza dengan Jasmin. Mereka bertemu saat Jasmin sedang berada di suatu perkebunan untuk tugas kampus. Sedangkan Gaza mengalami kecelakaan di tempat tersebut, mobilnya oleng dan masuk ke dalam jurang. Gaza yang mendekati Jasmin kemudian mengenal Abah dan sadar bahwa apa yang diusahakannya merupakan bisnis yang haram. Kemudian Gaza ingin belajar ilmu agama kepada Abah. Gaza kemudian menutup bisnis diskotiknya dan benar-benar hijrah.

Gaza juga diusir oleh kedua orang tuanya setelah mengatakan kenyataan tersebut. Gaza kemudian hidup menjadi gelandangan di sudut kota Jakarta. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Ko Haji. Ko Haji adalah laki-laki yang hidup sebatang kara di sebuah musala kecil. Kegiatannya tak lain hanyalah beribadah dan mengurus musala.

Akhir cerita Gaza bertemu dengan kematian setelah sakit yang dideritanya sudah mencapai stadium akhir. Sementara Jasmin yang dicintainya akhirnya menikah dengan Arzuna, anak tetangga depan rumahnya yang ayahnya bernama Haji Ruben. Walaupun bergelar haji, tetapi perilaku Haji


(16)

Ruben tak ubahnya seperti seorang remaja yang merasa dirinya gaul. Dirinya juga berambisi untuk tampil di televisi.

Pada penutup episode, Abah dan Ummi memberikan nasihat untuk putri mereka Jasmin yang akan menikah dengan Arzuna. Bahwa setelah menikah nanti Jasmin akan menjadi tanggung jawab Arzuna. Tetapi Jasmin masih diperbolehkan untuk berkeluh kesah kepada Abah jika ia membutuhkannya. Dan Abah menegaskan kembali bahwa mereka bertiga akan nyaman berada dalam lindungan Abah atas kehendak Allah. Hal itu

sesuai dengan judul sinetron tersebut “Di bawah Lindungan Abah”.

Peneliti menganalisis sinetron “Di bawah Lindungan Abah”

menggunakan Analisis Semiotik model Roland Barthes untuk mencari

penanda (signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan. Kemudian

menemukan makna di balik penanda (signifier) dan petanda (signified)

tersebut.

Menurut paradigma Laswell dalam komunikasi massa media televisi, terlihat secara tegas bahwa setiap pesan yang disampaikan televisi tentu mempunyai tujuan agar khalayak sasaran memberikan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan akhir dari penyampaian pesan dalam tayangan acara televisi bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial,

menghubungkan, atau sebagai bahan informasi.5

5

Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Analisis Interaktif Budaya Massa (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 105.


(17)

B. Fokus Penelitian

1. Apa saja penanda (signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan dalam

sinetron “Di bawah Lindungan Abah”?

2. Bagaimana makna penanda (signifier) dan petanda (signified)

kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada konteks dan fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami penanda (signifier) dan petanda

(signified)kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.

2. Untuk mendeskripsikan makna penanda (signifier) dan petanda (signified)

kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yakni Manfaat Teoretis dan Manfaat Praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan melalui

upaya mengkaji, menerapkan, menguji, menjelaskan atau membentuk

teori-teori, konsep, maupun hipotesis-hipotesis tertentu.6

6

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), hal. 5.


(18)

b. Sebagai bahan ajar, sumber informasi, serta materi yang dapat memperkaya penelitian tentang Ilmu Komunikasi, khususnya di bidang Broadcasting.

c. Memperkaya referensi penelitian dalam bidang Ilmu Komunikasi yang

menggunakan Analisis Isi dengan kajian Teori Semiotik.

2. Manfaat praktis

a. Bagi program studi Ilmu Komunikasi, sebagai sumber referensi untuk

penelitian selanjutnya bagi mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi.

b. Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, sebagai sarana

yang menambah koleksi kepustakaan.

c. Bagi masyarakat, menjadi literasi bermedia televisi agar masyarakat

mampu memilah dan memilih tayangan televisi.

d. Bagi komunitas pecinta film, sebagai bahan diskusi untuk pengamatan

tayangan televisi khususnya serial religi di Indonesia.

e. Bagi produser, sebagai masukan dan saran untuk berkarya lebih baik

lagi.

f. Sebagai konsumsi untuk praktisi komunikasi.7

7Ibid,


(19)

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai film maupun tayangan ber-genre religi pernah

diteliti sebelumnya antara lain:

Penelitian mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya, Halimatus Sa’dijah (2014) berjudul “PESAN MORAL DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH DALAM PERSPEKTIF

FEMINISME ISLAM”. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Isi

Kualitatif dengan menggunakan Teori Charles Sanders Pierce kemudian dikaitkan dengan Feminisme Islam.

Penelitian mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta Nani Rahmawati (2008) berjudul “PENGARUH SINETRON

PINTU HIDAYAH TERHADAP PENGAMALAN SHALAT LIMA

WAKTU” Studi Kasus terhadap Tiga Orang Penduduk di Desa Sambirejo

Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Penelitian yang menggunakan

model Uses and Gratification ini menggunakan metode deskriptif kualitatif,

dengan interview dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Penelitian ini mengungkap adanya pengaruh Sinetron Pintu Hidayah terhadap Pengamalan shalat lima waktu.

Penelitian An-an Siti Farihah UIN Syarif Hidayatullah (2006) berjudul

“PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP

KEBERAGAMAAN SISWA” (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Cigombong

Bogor). Penelitian ini menggunakan metode field research dengan model

kuantitatif, teknik yang digunakan untuk pengumpulan data ialah observasi dan angket. Hasil penelitian ini bahwa sinetron religi memberikan pengaruh


(20)

yang cukup signifikan sebesar 22,1% pada siswa SMP Negeri 1 Cigombong Bogor.

F. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan penjelasan dari konsep-konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Penjelasan tersebut merupakan definisi dari sebuah konsep yang diberi batasan-batasan tertentu. Pembatasan konsep tersebut dilakukan agar penelitian menjadi terfokus dan terarah.

1. Pesan

Pesan merupakan komponen penting dalam proses komunikasi. Pesan disampaikan oleh komunikator melalui medium kepada komunikan.

Dalam hal ini pesan yang terdapat dalam sinetron religi “Di bawah

Lindungan Abah” disampaikan kepada khalayak melalui tokoh-tokoh yang berperan dalam sinetron tersebut.

Pesan dapat memiliki serangkaian makna, dan serangkaian pesan dapat memiliki satu makna. Makna dapat ditangkap melalui penanda

(signifier) dan petanda (signified) yang akan diamati oleh peneliti dalam

sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.

2. Kesederhanaan

Kesederhanaan berasal dari kata sederhana yang berarti bersahaja, tidak berlebih-lebihan; sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dan sebagainya); tidak banyak seluk-beluknya, tidak banyak pernik, lugas. Sedangkan kesederhanaan berarti 1. Hal (keadaan, sifat)


(21)

sederhana; 2. Ling syarat pemerian kebahasaan yang didasarkan atas pendekatan uraian (dengan ketuntasan dan kehematan).

Dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah” ini kesederhanaan ialah hal yang tidak berlebih-lebihan dalam perilaku yang dicerminkan oleh Abah, baik di dalam keluarga, lingkungan sekitar, maupun bermasyarakat, dan dalam bidang ekonomi, sosial, maupun dalam mengamalkan ajaran agama.

3. Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah”

Sinetron merupakan kependekan dari sinema elektronik adalah istilah untuk program drama bersambung produksi Indonesia yang

disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia. Sinetron religi “Di bawah

Lindungan Abah” diproduksi oleh Trans TV bersama TOBALI Putra Productions.

Sinetron yang terdiri dari 30 episode ini diproduseri oleh Ferry Fernandez dengan Wahyu H. Sudarmo sebagai penulis cerita dan skenario. Sinetron ini disutradarai oleh Ruli Wanisar. Ruli Wanisar juga pernah

menyutradarai FTV Bioskop Indonesia Premiere berjudul “Bangkitnya

Bebegig Sawah”.

4. Analisis Semiotik Model Roland Barthes

Dalam kajian Roland Barthes, sistem pemaknaan terdiri dari dua

tataran. Tataran pertama terdiri dari signifier (penanda) dengan signified


(22)

tataran kedua yang disebut konotatif. Konotatif membutuhkan keaktifan

pembaca agar dapat berfungsi.8

Tanda merupakan sarana untuk berkomunikasi dan berinteraksi, tanpa adanya tanda mustahil manusia dapat saling memahami satu sama lain.9

G. Kajian Teori

Penelitian ini menggunakan Analisis Semiotik Roland Barthes. Semiotika atau semiologi adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Semiotika mempunyai tiga bidang studi utama, yaitu:

1. Tanda itu sendiri. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa

dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda.

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja.10

Pertandaan (signification) merupakan hubungan antara penanda dan

petanda. Penanda (signifier) adalah citraan atau kesan mental dari sesuatu

yang bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan, atau benda. Sedangkan

petanda (signified) adalah konsep abstrak atau makna yang dihasilkan oleh

tanda.11

8

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.68.

9

Benny Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hal. 3.

10

John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif

(Yogyakarta: Jalasutra, 1990), hal. 60.

11

Yasraf A. Piliang, Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), hal. 19.


(23)

Bagan 1.1 Alur analisis semiotik dalam Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” Trans TV.

H. Metode Penelitian

Skripsi ini disusun dengan kelengkapan ilmiah yang disebut metode penelitian. Metode dalam suatu penelitian merupakan upaya agar penelitian tidak diragukan bobot kualitasnya dan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis isi kualitatif, dengan Analisis Semiotik Roland Barthes.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif di mana jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara

Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah” Trans TV

Simbol kesederhanaan pada tokoh Abah

Denotative Signifier &

Denotative Signified Denotative Sign

Connotative Signifier &

Connotative Signified

Connotative Sign

Makna Kesederhanaan dalam Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah” Trans TV


(24)

sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau obyek tertentu.12

Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, atau menguji hubungan di antara variabel. Analisis isi ini semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik dari suatu pesan.13

2. Unit Analisis

Subyek penelitian dalam penelitian ini ialah sinetron religi yang

berjudul “Di bawah Lindungan Abah” yang ditayangkan di stasiun televisi

Trans TV.

Obyek penelitian dalam penelitian ini antara lain:

a. Gambar

Gambar merupakan pencitraan visual dari suatu tanda.

Sinetron “Di bawah Lindungan Abah” memuat gambar yang bergerak

(moving image) mulai episode pertama hingga episode terakhir yang

dapat ditemukan penanda (signifier) dan petanda (signified)-nya.

b. Pesan verbal

Kata-kata berada dalam pesan verbal yang diucapkan Abah

dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”. Kata-kata memuat

bahasa yang digunakan Abah serta pilihan kata yang dapat diamati.

12

Kriyantono, Teknik Praktis..., hal. 67.

13


(25)

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penleitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber data asli (tidak melalui media perantara), yaitu berupa data kualitatif yang berasal dari data audio visual yang

terdapat pada sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah”. Sedangkan data

sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), yaitu diperoleh dari buku-buku, makalah, dan sumber dari internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

Sumber data penelitian ini didapatkan dari situs internet www.youtube.com.

4. Tahapan Penelitian

a. Menangkap fenomena yang terjadi dalam masyarakat.

Dalam masyarakat timbul anggapan bahwa untuk mengikuti perkembangan jaman yang kian modern, sebagai manusia modern pun sepantasnya hidup dengan cara yang modern, canggih, mewah, dan serba instan. Fenomena yang menarik perhatian peneliti dalam sinetron ini yaitu adanya figur seorang ayah yang tetap menjunjung nilai kesederhanaan baik di dalam keluarga, lingkungan, dan pengamalan ajaran agama.


(26)

b. Menentukan tema penelitian.

Tema penelitian akan mempengaruhi orang lain untuk membaca, terlebih tema penelitian tersebut cukup menarik. Peneliti memilih tema tentang kesederhanaan untuk diangkat, karena kesederhanaan adalah hal yang menarik untuk dikaji. Kehidupan masa kini yang kian modern dan maju membuat orang berlomba-lomba tampil glamor dan mewah, sedangkan tokoh Abah dapat menjadi bahan renungan dan introspeksi untuk diri pribadi masing-masing pemirsa.

c. Mengajukan judul penelitian.

Peneliti mengalami revisi judul hingga kedua kalinya, hal tersebut dikarenakan pemilihan kata yang kurang sesuai sehingga mengharuskan peneliti untuk menentukan kata-kata yang tepat dan efektif.

d. Merumuskan penelitian yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

Peneliti sempat bingung dalam menentukan metode penelitian, karena analisis teks media seringkali menggunakan jenis kuantitatif untuk menghitung frekuensi obyek yang dikaji, namun akhirnya peneliti memilih untuk menggunakan jenis kualitatif, dengan alasan penelitian ini akan lebih mendalam dan sarat makna.

e. Menentukan analisis semiotik sebagai metode penelitian.

Metode analisis semiotik dipilih oleh peneliti karena metode tersebut memang tepat digunakan untuk meneliti teks media.


(27)

f. Melakukan identifikasi teks media.

Identifikasi dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati sinetron

religi “Di bawah Lindungan Abah” episode 1 hingga episode 30,

kemudian mencari penanda (signifier) dan petanda (signified)

kesederhanaan dalam sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah”.

g. Melakukan analisis data.

Analisis data dilakukan dengan mencari makna dari penanda

(signifier) dan petanda (signified) kesederhanaan dalam sinetron

religi “Di bawah Lindungan Abah”.

h. Menarik kesimpulan.

Kesimpulan merupakan ringkasan makna-makna yang berasal dari tanda-tanda yang telah diidentifikasi dan telah dianalisis oleh peneliti. Kesimpulan dapat digunakan sebagai evaluasi untuk penelitian selanjutnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah melakukan proses unduhan materi film/video yang berformat MP4 dari situs internet www.youtube.com. Kemudian peneliti melakukan observasi dan mencari

penanda (signifier) dan petanda (signified) untuk mendeskripsikan makna

yang disusun oleh penanda dan petanda tersebut.

Peneliti mengamati tokoh Abah dalam sinetron religi “Di bawah

Lindungan Abah” Trans TV dan mengobservasi setiap pesan verbal, pesan


(28)

episode ke-1 hingga episode ke-30, namun terdapat beberapa episode di

mana tokoh Abah tidak muncul. Dalam hal ini peneliti melewati session

tersebut dan melanjutkan ke episode berikutnya.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses menghubungkan dan mengelompokkan temuan-temuan sehingga didapatkan kesimpulan yang benar. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan Analisis Semiotik model Roland Barthes di mana tahap-tahapnya diawali dengan

mencari penanda (signifier) dan petanda (signified) dari muatan sinetron

religi yang mengandung simbol kesederhanaan pada tokoh Abah dalam

sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” Trans TV.

Setelah mengetahui penanda (signifier) dan petanda (signified)

denotatif, maka ditemukanlah tanda denotatif. Kemudian, setelah

menemukan penanda (signifier) konotatif, peneliti mencari petanda

(signified) konotatif yang kemudian dirangkai menjadi tanda konotatif.

Tanda denotatif (denotative sign) dan tanda konotatif (connotative sign)

merupakan dua tahap tataran makna yang dapat digunakan untuk menggali

makna kesederhanaan dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah”.

1.SIGNIFIER (PENANDA)

2.SIGNIFIED (PETANDA) 3.DENOTATIVE SIGN

(TANDA DENOTATIF) 4.CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)

5.CONNOTATIVE SIGNIFIED PETANDA KONOTATIF) 6.CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)


(29)

I. Sistematika Pembahasan

Pada bagian ini, penelitian akan dijabarkan ke dalam lima bab di mana masing-masing bab menjelaskan tiap-tiap pokok permasalahan, seperti berikut:

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang landasan dilakukannya

penelitian ini. Yang terbagi menjadi beberapa poin, yaitu: Konteks Penelitian, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Hasil Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep, Kajian Teori, dan Metode Penelitian. Kemudian Metode Penelitian terbagi lagi ke dalam beberapa aspek, yakni: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Unit Analisis, Jenis dan Sumber Data, Tahapan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. Bagian terakhir ialah Sistematika Pembahasan.

BAB II : Bab ini berisi tentang landasan teori mengapa

penelitian ini dilakukan. Terdapat Kajian Teoritis, yang terbagi dua yaitu: Kajian Pustaka dan Kajian Teori.

BAB III : Berisi tentang bagaimana peneliti mengolah data.

Bab ini berisi Penyajian Data, yang terbagi menjadi: Deskripsi Subyek, Obyek, dan Wilayah Penelitian; Deskripsi Data Penelitian.


(30)

BAB IV : Berisi mengenai hasil-hasil temuan penelitian, diungkapkan dalam Analisis Data yang terbagi menjadi dua: Temuan Penelitian dan Konfirmasi Temuan dengan Teori.

BAB V : Bab terakhir ini berisi Penutup, Simpulan dan


(31)

1

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Kajian Pustaka

Sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronik. Sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa

Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun) dan dalam bahasa Spanyol

biasa disebut telenovela. Sebelum tayangan sinetron menjamur seperti

sekarang ini, telenovela lebih dulu ditayangkan di Indonesia. Namun kini, telenovela tidak lagi ditayangkan dan Indonesia mempunyai tayangan sendiri

yang merupakan hasil produksi dalam negeri, yaitu sinetron.1

Sinetron merupakan wacana atau tiruan realitas sosial nyata. Sinetron menyajikan versi persepsi-persepsi dan hubungan-hubungan sosial terkini, mengandung pesan-pesan respon terhadap perubahan persepsi-persepsi dan

hubungan-hubungan sehingga audience menjadi sadar atas adanya

pilihan-pilihan ganda yang kontradiktif. Sinetron disajikan sekilas, bertutur dalam bingkai episodik, konkret, dan dengan cara yang dramatis. Makna-makna

hadir secara kontras dan menyamaratakan makna tanda-tanda (signs) yang

saling bertentangan dengan menggunakan logika ucapan dan visual.2

Sinetron tentunya memiliki nilai-nilai tertentu sehingga disukai oleh masyarakat. Berikut ini faktor yang membuat sinetron disukai:

1

Abdul Aziz Saefudin, Republik Sinetron (Yogyakarta: Leutika, 2010), hal. 22-23.

2

Muh. Labib, Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial (Jakarta: MU: 3 Books, 2002), hal. 23-24.


(32)

2

1. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa.

2. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya

masyarakat (pemirsa).

3. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atau persoalan yang

terjadi dalam kehidupan masyarakat.3

Sinetron merupakan penyampai pesan dari stasiun televisi kepada masyarakat, sinetron dapat berfungsi sebagai alat media massa. Fungsi media massa termasuk televisi menurut seorang ahli komunikasi Dr. Harold D Laswell ialah sebagai berikut:

1. The surveillance of the environment. Artinya media massa mempunyai

fungsi sebagai pengamat lingkungan, atau dalam bahasa sederhana, sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas.

2. The correlation of the parts of society in responding to the environment.

Artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi, dan interpretasi dari informasi. Dalam hal ini peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa.

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next.

Artinya media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan

warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. 4

3

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 130.

4


(33)

3

Pesan adalah pernyataan tentang pikiran dan perasaan seseorang yang dikirim kepada orang lain agar orang tersebut diharapkan bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh si pengirim pesan. Dan agar pesan yang disampaikan mengena pada sasarannya, maka suatu pesan harus memenuhi syarat-syarat:

1. Pesan harus direncanakan secara baik-baik, sesuai dengan kebutuhan

seseorang.

2. Pesan tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua

belah pihak.

3. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta

menimbulkan kepuasan.

Dalam bentuknya pesan merupakan gagasan-gagasan yang telah diterjemahkan ke dalam simbol-simbol yang dipergunakan untuk menyatakan suatu maksud tertentu.

Berkomunikasi dengan orang lain berarti menampilkan ekspresi dan pemikirannya dalam sebuah pesan. Pesan ditransmisikan menjadi sesuatu

yang dapat diterima yang disebut sinyal. Pesan merupakan sebuah representasi

yang akan membentuk gambaran pada pikiran penerima. Bentuk dari sebuah

pesan dapat bermacam-macam. “When we communicate, the person eho

originates the communication expresses his or her thought as a message. The

message is converted into a form is called a signal. The message is a

representation of the thought the sender has had and wants to create in the

mind of recipients”. 5

5

Charles T. Meadow, Messages, Meaning, and Symbols (Toronto: The Scarecrow Press, 2006), hal. 129.


(34)

4

Pesan merupakan representasi dari pikiran. Bagaimana seorang penerima pesan dapat mengerti pesan pengirim dan maksud yang disampaikan. Bahasa memiliki peran yang sangat penting, kedekatan penggunaan bahasa akan mempermudah penyampaian tersebut.

Gesture merupakan hal yang mendukung proses penerimaan pesan, di

mana gesture mampu mengirimkan isyarat nonverbal dengan cara yang

tampak jelas. Bahasa tubuh dan mimik wajah yang ditampilkan mampu menampilkan pesan yang dimaksud pengirim pesan.

Sebuah pesan dapat memiliki lebih dari satu makna, dan beberapa pesan dapat mempunyai makna yang sama. Pesan dapat memiliki beberapa lapis makna yang terbangun dari pesan yang sama. Misalnya hanya dapat ditentukan atau diuraikan dengan merujuk pada makna yang lainnya. Pembuatan pesan di segala tempat memicu kebudayaan global yang

mengecilkan kenyataan.6

Kesederhanaan berasal dari kata sederhana yang berarti bersahaja, tidak berlebih-lebihan; sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dan sebagainya); tidak banyak seluk-beluknya, tidak banyak pernik, lugas. Sedangkan kesederhanaan berarti 1. hal (keadaan, sifat) sederhana; 2. Ling syarat pemerian kebahasaan yang didasarkan atas

pendekatan uraian (dengan ketuntasan dan kehematan).7

Kesederhanaan juga dapat berarti properti, kondisi, atau kualitas ketika segalanya dapat dipertimbangkan untuk dimiliki. Kesederhanaan biasanya

6

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenal Teks Semiotika dan Teori Komunikasi, terjemahan Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari (Yogyakarta: Jalasutra, 2011), hal. 293.

7


(35)

5

berhubungan dengan beban yang diletakkan sesuatu pada seseorang yang mencoba untuk menjelaskan atau memahaminya. Sesuatu yang mudah dipahami atau dijelaskan adalah sederhana, berlawanan dari sesuatu yang rumit. Dalam beberapa hal, kesederhanaan dapat digunakan untuk mengartikan kecantikan, kemurnian atau kejelasan. Kesederhanaan juga dapat digunakan sebagai konotasi negatif untuk menandakan defisit atau ketidakcukupan nuansa atau kerumitan suatu benda, relatif terhadap sesuatu

yang dianggap perlu.8

Hidup sederhana berarti membebaskan segala ikatan yang tidak diperlukan. Berbeda dengan kemiskinan, kesederhanaan merupakan suatu pilahan, keputusan untuk menjalani hidup yang berfokus pada apa yang

benar-benar berarti.9

Ajaran Islam memerintahkan untuk hidup sederhana seperti yang trecantum dalam Surat al-Furqon ayat ke-67 berikut ini:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di

tengah-tengah antara yang demikian.”10

Hidup sederhana bukanlah hidup yang serba kekurangan dan bukan pula hidup yang menghambur-hamburkan harta, tetapi yang sedang-sedang saja. Hidup sederhana juga memliki beberapa manfaat antara lain:

8

id.wikipedia.org diakses pada 8 Desember 2015.

9

Al Harits Al Muhasibi, Sederhana Penuh Berkah (Serambi, 2006), hal. cover.

10


(36)

6

1. Terbebas dari perasaan khawatir akan masalah keuangan.

2. Memiliki dana cadangan untuk membangun masa depan karir.

3. Sebagai modal untuk berwirausaha.

4. Memiliki dana pensiun.

5. Tidak bergantung pada asuransi kesehatan.

6. Cadangan Investasi.

7. Sikap hemat menunjukkan pribadi yang lebih bertanggung jawab.

8. Lebih sehat, karena kesempatan makan di luar rumah terkontrol.

9. Lebih percaya diri dalam menghadapi masa depan.

10.Memiliki dana untuk berlibur bersama keluarga.

11.Jaminan dana pendidikan anak.

12.Berjaga-jaga untuk keperluan darurat.

13.Menjadi teladan yang baik untuk keluarga.

14.Menghemat pengeluaran energi.

15.Tidak menumpuk barang yang tidak terpakai.

16.Menjauhkan diri dari pencurian.11

B. Kajian Teori

1. Analisis Semiotika

Semiotika merupakan cara yang paling tepat untuk menyingkap sesuatu di balik tanda. Tanda dapat berupa teks, gambar, tanda, ikon, kode, maupun ekspresi dan bahasa tubuh seseorang. Semiotika mengungkap

11


(37)

7

makna di balik sesuatu sehingga dapat diketahui esensi pesan yang sebenarnya.

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu-yang atas dasar konvensi sosial suatu-yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,

seluruh kebudayaan sebagai tanda.12

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,

konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.13

Media memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara dalam memandang realita. Para produser mengendalikan isi medianya melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan.

Media massa bukan sekedar sebagai hubungan antara pengirim pesan pada satu pihak dan penerima pada pihak lain. Lebih dari semua itu media dilihat sebagai produksi dan pertukaran makna.

12

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Edisi 2 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal. 7.

13

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Rosdakarya, 2001), hal. 96.


(38)

8

Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media tidak pernah membawa makna tunggal. Teks media memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda dan

membawa kepentingan-kepentingan tertentu.14

Dengan mengamati tanda-tanda (signs) yang terdapat dalam teks

(pesan) kita dapat mengetahui ekspresi emosi dan kognisi si pembuat teks, baik secara denotatif, konotatif, bahkan mitologis.

Semiotik melihat bahwa pesan merupakan konstruksi tanda-tanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna. Pesan bukan sekedar sesuatu yang dikirim oleh A ke B, pesan merupakan elemen dalam hubungan yang terstruktur, di mana terdapat

elemen-elemen lain termasuk realitas eksternal.15

Semiotik yang telah dikenal saat ini ada sembilan macam, yaitu:

a. Semiotik analitik, semiotik yang menganalisis sistem tanda.

b. Semiotik deskriptif, semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang

dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.

c. Semiotik faunal, semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda

yang dihasilkan oleh hewan.

d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

14Ibid

, hal. 93.

15Ibid,


(39)

9

e. Semiotik naratif, semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi

yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).

f. Semiotik natural, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh alam.

g. Semiotik normatif, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu lalu lintas.

h. Semiotik sosial, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun kalimat.

i. Semiotik struktural, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dimanifestasikan melalui struktur bahasa.16

2. Pendekatan Roland Barthes

Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih

sederhana saat membahas model “glossematic sign” (tanda-tanda

glossematic). Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes

mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari

(E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan content

(atau signified) (C): ERC.

16


(40)

10

Sebuah sistem tanda primer (primary sign system) dapat menjadi

sebuah elemen dari sebuah sistem tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna yang berbeda ketimbang semula.

Barthes menulis:

Such sign system can become an element of a more comprehensive sign

system. If the extension is one of content, the primary sign (E, R, C)

becomes the expression of a secondary sign system:

E 2 = ( E 1 R 1 C 1 ) R 2 C 2

Dengan begitu, primary sign adalah denotative sedangkan

secondary sign adalah satu dari connotative semiotics. Konsep connotative

inilah yang menjadi kunci penting dari model semiotika Roland Barthes.17

Pesan merupakan sebuah bentukan antara signifier dan signified,

kedua kategorisasi tersebut menampilkan makna denotatif. Makna denotatif yang dihubungkan dengan makna denotatif lainnya akan membentuk makna konotatif yang dapat diartikan menurut mitos/ kepercayaan tertentu.

3. Teori yang Relevan

Penelitian ini menggunakan Teori Kepercayaan, Sikap, dan Nilai

(Beliefs, Attitudes, and Values Theory) yang dikemukakan oleh Milton

Rokeach. Menurut teori ini setiap manusia memiliki sistem kepercayaan, sikap, dan nilai yang sangat terorganisasi yang membimbing tingkah laku

atau sikap tindak manusia (behavior).

17


(41)

11

Menurut Rokeach, kepercayaan adalah pernyataan yang jumlahnya sangat banyak (mencapai ratusan ribu) yang dibuat seseorang mengenai

dirinya dan lingkungannya. Sikap adalah kelompok-kelompok

kepercayaan yang tersusun di sekitar suatu obyek perhatian yang mendorong seseorang untuk bertindak atau bertingkah laku menurut cara-cara tertentu terhadap obyek tersebut. Seseorang memiliki ratusan ribu kepercayaan dan mungkin ribuan sikap. Masing-masing sikap terdiri atas

sejumlah kepercayaan mengenai obyek sikap.18

Menurut Rokeach, kepercayaan dan sikap adalah dua hal penting yang harus dilihat bersama-sama. Sikap terdiri atas dua hal yaitu sikap

terhadap obyek (attitude toward object) dan sikap terhadap situasi

(attitude toward situation). Tingkah laku seseorang pada situasi tertentu

merupakan fungsi dari kedua sikap tersebut. Jika pada situasi tertentu seseorang tidak bertingkah laku sesuai dengan sikapnya maka hal itu bisa terjadi karena sikap orang tersebut terhadap situasi mencegah atau

menghalangi hal itu terjadi.19

Nilai adalah jenis atau tipe khusus dari kepercayaan yang menjadi pusat sistem dan bertindak sebagai panduan hidup. Nilai yang sangat

penting disebut nilai instrumental (instrumental values) merupakan

panduan hidup dalam hidup dan menjadi acuan bagi setiap tingkah laku

atau sikap tindak seseorang yang menjunjung nilai tersebut setiap harinya.

18

Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hal. 105.

19Ibid,


(42)

BAB III PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Wilayah Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian merupakan media yang dijadikan studi analisa (profil media) oleh peneliti, dalam penelitian ini subyek penelitian ialah

stasiun televisi tempat di mana program acara sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” ditayangkan, yakni stasiun televisi Trans TV.

a. Profil Trans TV

PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) adalah stasiun televisi swasta di bawah naungan TRANS CORP dan dimiliki oleh CT CORP yang mengudara secara nasional di Indonesia.

Memperoleh ijin siaran pada Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, kemudian mulai siaran resmi secara komersial pada 15 Desember 2001. TRANS TV selalu menayangkan tampilan, gaya, serta program yang inovatif, berbeda, dan kreatif sehingga menjadi

trendsetter di industri pertelevisian.

TRANS TV bersama TRANS7 dan Detikcom di bawah payung TRANSMEDIA, diharapkan dapat menjadi televisi terdepan di

Indonesia, dengan program-program in-house productions yang

bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.

TRANSMEDIA, sebagai media terdepan di Indonesia yang


(43)

menjadi trendsetter untuk Indonesia lebih baik telah memiliki identitas

baru.

Minggu, 15 Desember 2013 TRANSMEDIA

me-launching logo baru bersamaan dengan ulang tahun TRANSMEDIA

yang ke-12.

Logo dengan simbol 'Diamond A' di tengah kata TRANS TV merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan karya yang

gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta

kepemimpinan yang kuat.

Masing-masing warna dalam logo ini memiliki makna dan filosofi. Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus melambangkan optimisme masyarakat Indonesia.

Sedangkan rangkaian warna hijau menggambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa. Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang handal dan memiliki harapan tinggi. Yang terakhir adalah rangkaian warna ungu, menggambarkan keagungan dan kecantikan budaya dan seni bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa.

Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di dalamnya, menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh,


(44)

kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk A ini. Sehingga bisa dipahami makna dari logo baru TRANSMEDIA ini menjadi tanda yang menyuarakan sebuah semangat dan perjuangan untuk mencapai keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa mendatang.

VISI: Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN,

memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan

program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai

moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra

kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.

MISI: Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.

b. Profil Manajemen Trans TV

1). Komisaris Utama : Chairul Tanjung

2). Komisaris : Ishadi, SK. Asih Winati

3). Direktur Utama : Atiek Nur Wahyuni

4). Direktur Produksi : Andi Chairil

5). Direktur FRM & Corporate Service : Warnedy

6). Divisi Sales : Arni Yuliartiningsih

7). Divisi Promotion : Tedja Andrawan

8). Divisi News : Tintin Rosema Sari


(45)

10). Divisi Programming :Leona Anggraeni1

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini yaitu sinetron religi “Di

bawah Lindungan Abah”. Sinetron ini diproduksi oleh Trans TV yang bekerja sama dengan Tobali Putra Productions di mana penggarapannya

meminta bantuan talents yang tak diragukan lagi kemampuan

beraktingnyasebagai pemeran dalam sinetron tersebut.

a. Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah”

Sinetron ini masuk dalam Nominasi Film Televisi FFB 2015 dalam acara Penghargaan FFB (Festifal Film Bandung) ke-28 September 2015 untuk Pemeran Wanita Serial Televisi Terpuji yang diberikan kepada Shireen Sungkar. Prestasi berikutnya, sinetron ini juga masuk dalam Nominasi Program Ramadhan Terbaik 2015 dan mendapat Apresiasi Program Ramadhan 2015 versi KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Profil Sinetron Religi “Di bawah Lindungan Abah”

Judul sinetron : Di bawah Lindungan Abah

Promotor : Trans TV

Periode tayang : 17 Juni 2015—16 Juli 2015

Jumlah episode : 30 episode

Durasi : 60 menit

Jam tayang : pukul 20:45 WIB

1


(46)

Talents : Reza Rahardian, Shireen Sungkar,

Marwoto, Ajun Perwira, Kesha Ratuliu, Amank, Early Asih, Novie Chandra, Indra Widiawati, Otis

Pamutih, Dian Hendryan, Rini

Mentari, Mat Rozi.

Produser : Produser Ferry Fernandez

Pengarah Produksi : Atiek Nur Wahyuni

Perancang Acara : Ferry Fernandez, Dede Ferdinand

Tim Kreatif : Fitri Angelina, Cessa Putri Wahyuni

Cast Director : Erfitriani

Pimpinan Produksi : Maryati Winata, Steve Imanuel

Cerita & Skenario : Wahyu H. Sudarmo

Sutradara : Ruli Wanisar

Script : Yanto

Penyunting Gambar : Ardino Rumriansyah, Tabah

Guwono, Arief Rachman Hakim, Bayoe Trisna

Original Soundtrack : Arti Hidup

Penyanyi : Setia Band feat Celica

Pencipta lagu : Charlie van Houten

Sponsor : FishQua, Carrefour, TransMart,


(47)

b. Tokoh Abah dalam Sinetron “Di bawah Lindungan Abah”

Tokoh utama yang berperan sebagai Abah bernama lengkap Sri

Slamet Sumarwoto. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 21

Oktober 1952. Saat ini berumur 63 tahun. Figur Marwoto adalah pelawak dan aktor Indonesia. Ia dikenal luas secara nasional melalui acara komedi Ketoprak Humor. Pada tahun 2009, ia ikut berperan

dalam film “Preman In Love” dengan Tora Sudiro dan Vincent Ryan

Rompies. Dirinya juga bermain dalam beberapa film lainnya seperti

“Pengantin Sunat” yang diproduksi pada tahun 2010, film “Cewek Saweran” produksi tahun 2011, “Soegija” tahun 2012 dan film “Ambilkan Bulan” produksi tahun 2012.

c. Sekilas tentang Produser “Di bawah Lindungan Abah”

Produser sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” ialah

Ferry Fernandez. Ferry Fernandez merupakan aktor kebangsaan Indonesia yang lahir di Bengkulu pada tanggal 31 Oktober 1983. Saat ini pria tersebut berumur 32 tahun. Dirinya memulai awal karier dengan menjadi seorang model dan merambah ke dunia seni peran.

Pada tahun 2008, Ia mulai bermain dalam film layar lebar. Film

pertama yang diperankannya ialah film “Skandal Cinta Babi Ngepet”.

Nama Ferry Fernandez mulai dikenal luas di Indonesia setelah memerankan Kumar Fernandez di acara sulap komedi Trans TV


(48)

Ia juga pernah bermain dalam beberapa film televisi ber-genre

drama maupun kolosal yang diproduksi oleh Genta Buana Paramita. Berikut judul tayangan yang pernah dibintanginya: FTV Kuasa Ilahi (2004-2006), Suratan Takdir (2004-2006), Misteri Dua Dunia (2005-2007), Misteri Ilahi (2005-(2005-2007), Pengorbanan Cinta, Sumpah Nyai Telaga, dan Petualangan Rina Koyo di Malam Seram.

Ferry Fernandez juga aktif dalam menggunakan media sosial seperti twitter dan instagram. Saat ini Ferry Fernandez menjadi Produser Program untuk Divisi Film, Drama dan Acara Olah raga pada stasiun televisi Trans TV.

d. Sekilas mengenai Tobali Putra Productions

Sinetron religi “Di bawah Lindungan Abah” tak lepas dari

peran Tobali Putra. Tobali Putra adalah sebuah rumah produksi yang didirikan di Indonesia yang berdiri sejak 30 Mei 2006. Tobali Putra merupakan generasi kedua dari Tobali Indah Film yang telah berproduksi sejak 1970-1992 yang telah banyak menghasilkan karya terkenal seperti: Bengawan Solo, Sunan Kalijaga, Ari Anggara, Pelarian Johny Indo, Istana Kecantikan, 1 Mawar 3 Duri dan lain-lain.

Tobali Putra telah bekerja sama dengan banyak stasiun TV di Indonesia maupun di luar negeri. Program yang digarap meliputi FTV (Telecinema), serial TV, reality show, dan masih banyak lagi.


(49)

3. Wilayah penelitian

Wilayah penelitian dalam penelitian ini adalah komunikasi teks

media yang meliputi visual (gambar) dan audio (suara) pada sinetron religi

“Di bawah Lindungan Abah”. Namun peneliti lebih berkonsentrasi pada

tokoh Abah karena namanya tercantum dalam judul sinetron religi “Di

bawah Lindungan Abah”. Muatan pesan kesederhanaan dianalisis dengan Analisis Semiotik model Roland Barthes dengan mencari petanda

(signifier) dan petandanya (signified).

B. Deskripsi Data Penelitian

Dalam deskripsi data penelitian, peneliti menjelaskan dan menjawab apa yang menjadi fokus penelitian. Dengan menggunakan signifikasi dua tahap Roland Barthes, pertama peneliti akan menjabarkan data visual dan

audio pada setiap scene yang memuat kesederhanaan dalam sinetron religi “Di

bawah Lindungan Abah”, kemudian peneliti akan mencari penanda dan petanda. Kemudian peneliti mencari tanda denotasi dan konotasi yang ada untuk menemukan makna kesederhanaan yang terkandung dalam sinetron

religi “Di bawah Lindungan Abah”.

1. Penanda, Petanda, dan Makna Kesederhanaan pada Sinetron Religi “Di


(50)

a. Episode 1 durasi ke-10:00

Tabel 3.1

Adegan Abah memberikan tausiyah kepada warga kampung

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Camkan ini! Allah itu adalah Maha Baik, jadi hanya menerima yang baik-baik. Riba itu apakah sesuatu yang baik?? Meskipun diniatkan

untuk ibadah.”

Abah memberikan tausiyah kepada jamaah masjid tentang umat Islam yang perilakunya semakin menjauhi sunnah Rasul. Riba sudah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari umat Islam dan bersanding dengan setiap kebutuhan hidupnya, juga dalam hal ibadah.

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah memberikan peringatan kepada jamaah agar menjauhi riba.

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Kekhawatiran Abah pada kondisi

masyarakat masa kini.

Abah memikirkan nasib umat Islam yang semakin jauh dari sunnah Rasul.

Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Kekhawatiran Abah tentang perilaku masyarakat yang sudah membiasakan diri dengan riba, terlebih untuk kegiatan ibadah.

Makna penanda dan petanda episode 1 durasi ke-10:00

Abah memperingatkan jamaah masjid yang memang sudah terbiasa hidup dengan riba untuk menjauh dari riba, karena riba hukumnya haram dan merupakan sesuatu yang tidak baik. Abah khawatir dengan gaya hidup masyarakat yang semankin menjauh dari Sunnah Rasul. Dengan tausiyah tersebut Abah mengimbau agar jamaah sedikit demi


(51)

sedikit menghilangkan riba dari kehidupannya, dan secara tidak langsung Abah mengajarkan cara hidup sederhana. Dengan masyarakat menjauhi riba, maka jika ingin membeli sesuatu maka mereka harus menabung untuk mendapatkannya. Begitu pun dengan beribadah haji, jika seseorang belum mempunyai cukup modal untuk berangkat haji, maka tidak perlu memaksakan untuk beribadah haji dengan jalan meminjam uang di bank. Konsep hidup sederhana dalam hal ini akan memberikan efek positif yaitu giat bekerja untuk mengumpulkan harta, dan tumbuhnya sifat sabar dalam menunggu hasil tabungannya sesuai jumlah yang diharapkan.

b. Episode 1 durasi ke-13:34

Tabel 3.2

Adegan Abah hendak pulang dari memberikan tausiyah

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Para sahabat dan para pendahulu

kita nggak ada yang tausiyah lalu

mengharapkan amplop.”

Abah mengatakan bahwa dai/ustad di jaman Rasulullah tidak mengharapkan bayaran dari tausiyahnya.

Denotative Sign (Tanda Denotatif) Abah tidak mengharapkan bayaran dari tausiyahnya

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Abah tidak menunggu amplop/

bayaran setelah memberikan tausiyah.

Abah merupakan orang yang ikhlash dalam mengajarkan ilmu kepada jamaah dan tidak


(52)

mengharap imbalan berupa uang.

Connotative Sign (Tanda Konotatif) Abah mengajarkan ilmu dengan mengharap ridla Allah. Makna penanda dan petanda episode 1 durasi ke-13:34

Abah tidak memungut bayaran dari tausiyahnya, padahal di jaman sekarang ini setiap orang berlomba untuk mendapatkan uang dari profesinya, termasuk menjadi dai/ustad. Dai/ustad yang memberikan tausiyah mematok bayaran ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah untuk sekali tampil. Abah menampilkan kesederhanaan dengan tidak memikirkan uang dan harta yang didapatkan dari kegiatannya. Tausiyah merupakan kegiatan beribadah yang dilakukan oleh Abah untuk mengumpulkan bekal akhiratnya.

c. Episode 2 durasi ke-17:02

Tabel 3.3

Adegan Abah duduk bersama Dude di serambi rumahnya

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Yang jelek itu orang yang pertama kali kasih amplop ke ustad, sampai jadi tradisi kayak sekarang ini. Sejak saat itu, dunia perdakwahan terkontaminasi amplop. Padahal perintah Allah dan Rasulnya itu untuk semua muslim, sampaikanlah

Abah berbincang dengan Dude di depan rumahnya tentang pemberian amplop dalam menyampaikan ilmu dan ajaran Islam.


(53)

walau hanya satu ayat, nggak ada upah-upahan”

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah berkata bahwa dalam menyampaikan ilmu tidak dikenal adanya upah atau bayaran karena menyampaikan ilmu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya.

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Abah menegaskan kepada Dude

tentang tidak adanya upah/ bayaran tausiyah, dan perintah menyampaikan ilmu walaupun satu ayat.

Abah tidak memikirkan uang yang bisa didapatkan dengan profesinya sebagai ustad.

Connotative Sign (Tanda Konotatif) Abah hanya mengharapkan ridla Allah.

Makna penanda dan petanda episode 2 durasi ke-17:02

Abah menunjukkan kesederhanaan melalui cara mengharapkan sesuatu dengan tidak berlebih-lebihan. Abah tidak mengharapkan uang dan materi keduniawian sebagai balasan dirinya menyampaikan ilmu. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya amplop/upah yang ia terima dari tausiyahnya. Abah hanya mengharapkan ridla dari Allah karena menyampaikan ilmu adalah perintah Allah. Dalam pesan ini juga terdapat kesederhanaan dalam menyampaikan ajaran agama, yaitu menyampaikan ilmu walaupun satu ayat. Mengajarkan ilmu tidak harus sesuatu yang rumit, tetapi cukup sesuatu yang sederhana yaitu dimulai dengan satu ayat.


(54)

d. Episode 3 durasi ke-01:16

Tabel 3.4

Adegan Abah menonton televisi dengan Ummi

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Yang betul ustad itu harus berilmu,

menyampaikan ilmunya ke umat, mengajarkan ke umat, kalau nunggu

kayanya kapan ngajarnya.”

Abah tidak sependapat dengan tayangan di televisi saat menampilkan ustad gaul yang berkata bahwa ustad itu harus kaya.

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah tidak setuju dengan pendapat bahwa ustad harus kaya.

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Abah agak sensitif tentang

pengajaran ilmu yang dikaitkan dengan pendapatan.

Abah menegaskan bahwa yang dibutuhkan ustad adalah ilmu, yang akan diajarkan kepada umatnya.

Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Abah berpendapat bahwa ustad lebih membutuhkan ilmu daripada harta. Makna penanda dan petanda episode 3 durasi ke-01:16

Abah menampilkan kesederhanaan dalam pemikirannya. Abah berpendapat bahwa seorang ustad harus berilmu agar dapat menyampaikan ilmu tersebut kepada umat. Ilmu lebih dibutuhkan untuk diajarkan kepada umat, kapan saja orang yang berilmu dapat mengamalkan ilmunya, sedangkan jika orang berilmu tersebut ingin mengamalkan ilmu namun menunggu dirinya kaya, maka dapat


(55)

diprediksi bahwa ia tidak akan mengamalkan ilmunya, karena terhambat waktu menunggu tersebut atau hal-hal lain yang akhirnya menghalangi penyampaian ilmu. Pemikiran Abah begitu sederhana dan dapat langsung diaplikasikan oleh siapapun dan kapanpun.

e. Episode 2 durasi ke-09:07

Tabel 3.5

Adegan Abah berada di ruang makan bersama keluarganya

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Kalau memang cowok itu serius ingin menikahi kamu, dia pasti

akan datang dan melamar.”

Abah merasa bahwa Jasmin kurang bersemangat saat makan dan Abah menduga anaknya sedang galau karena ada seorang laki-laki yang sedang mendekatinya.

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah memberi nasihat kepada Jasmin tentang laki-laki yang sedang mendekatinya.

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Abah merupakan seorang ayah

yang protektif

Abah memberikan nasihat agar Jasmin kembali bersemangat seperti biasanya.

Connotative Sign (Tanda Konotatif) Abah memberikan nasihat kepada Jasmin dengan lugas Makna penanda dan petanda episode 2 durasi ke-09:07

Sebagai seorang ayah, Abah menampilkan sisi kesederhanaan dalam

memberikan nasihat. Tindakan memberikan nasihat yang


(56)

Dalam hal ini Abah sangat melindungi putrinya dari keburukan yang berasal dari luar rumah mereka. Abah juga berusaha agar Jasmin kembali bersemangat seperti sedia kala.

f. Episode 8 durasi ke-17:08

Tabel 3.6

Adegan Abah didatangi oleh petugas PLN

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Man, titip salam sama pemerintah

ya, minta maaf belum punya duit

untuk bayar listriknya.”

Abah sedang menerima tamu yaitu petugas PLN yang datang untuk menagih biaya listrik. Abah yang sedang tidak punya uang tetap menerima petugas tersebut dan mengatakan bahwa Abah menitipkan salam untuk pemerintah.

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah hanya bisa menitipkan salam kepada petugas PLN karena kondisi keuangan Abah yang minus.

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Abah tidak mampu membayar

tagihan listrik.

Abah mengalami kondisi keuangan yang sulit sehingga arus listrik di rumahnya akan diputus.

Connotative Sign (Tanda Konotatif) Abah sedang mengalami kesulitan keuangan.

Makna penanda dan petanda episode 8 durasi ke-17:08

Abah mengalami kondisi keuangan yang tidak baik, hal tersebut tetap dihadapi oleh Abah dengan tenang. Abah selalu berpasrah diri kepada Allah dan optimis bahwa akan ada jalan untuk setiap masalah yang dihadapi. Dalam kondisi yang sama, orang yang tidak bertaqwa kepada


(57)

Allah SWT akan mengalami kesusahan, putus asa, bahkan depresi. Tetapi Abah tetap bersikap wajar dan tenang. Hal tersebut dapat dipandang sebagai bentuk sikap yang menampilkan kesederhanaan, yakni tidak mengeluarkan emosi yang berlebih-lebihan.

g. Episode 9 durasi ke-34:08

Tabel 3.7

Adegan Abah keluar dari kafe milik Gaza

Signifier Penanda) Signified (Petanda)

“Gaza, saya yakin makanan di

kafemu itu enak, tapi kamu harus ngerti, saya muslim macam apa kalau nggak memperhatikan asal makanan yang akan dimakannya

itu.”

Abah menolak untuk makan di kafe milik Gaza karena kafe Gaza menjual minuman keras dan diprediksi bahwa makanan yang diproduksi oleh kafe tersebut bercampur dengan sesuatu yang haram. Abah lebih memilih untuk berhati-hati dalam menjaga dirinya dari makanan dan minuman haram tersebut.

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah memberi pengertian kepada Gaza karena Abah tidak makan di kafenya.

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Abah berhati-hati dalam

memasukkan makanan ke dalam perutnya.

Abah memilah makanan halal dan haram yang akan dimakannya.

Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Abah merupakan orang yang sangat berhati-hati dalam bertindak, terutama tentang halal dan haram.


(58)

Abah lebih memilih untuk menjaga diri dari hal-hal yang akan menciptakan dosa daripada melahap makanan enak di kafe milik Gaza.

Dengan begitu Abah melakukan sikap yang disebut wara’. Menurut

Ibnu Wasir wara’ berarti menjaga diri, yaitu menjaga diri dari

perbuatan yang tidak layak untuk dilakukan.2

Dalam kesederhanaan, wara’ sangatlah penting karena dengan bersikap

menahan diri manusia mampu mengendalikan pikiran dan perasaannya agar terhindar dari timgkah laku yang berlebih-lebihan.

h. Episode 12 durasi ke-01:25

Tabel 3.8

Adegan Abah bersama Dude dari kantor produser

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Untuk urusan amanah, nggak ada

yang basa-basi, baik yang memberi maupun yang menerima, dan saya sudah bersedia menerima amanah dari Pak Riko. Ambil sepertiga buat musholla kita, yang dua pertiga buat fakir miskin dan yatim piatu, kamu ambil secukupnya ya buat ongkos

nganter saya kesana kemari.”

Abah menerima amanah berupa uang yang sebelumnya berada di tangan Dude atas persetujuan kontrak Abah, tetapi Abah yang tidak merasa menyetujui apapun meminta agar uang tersebut dikembalikan pada pemiliknya. Setelah dari kantor ternyata Pak Riko sang produser memberikan uang tersebut untuk diamalkan.

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah menerima uang tersebut untuk menyalurkannya kepada yang berhak.

2


(59)

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Abah tidak mengambil sepeserpun

dari uang tersebut untuk dirinya sendiri walaupun Abah berada dalam kekurangan.

Abah memberikan uang tersebut kepada musala, fakir miskin, dan untuk yatim piatu. Dude diberikan secukupnya untuk pengganti ongkos ojek mengantar Abah.

Connotative Sign (Tanda Konotatif) Abah merupakan orang yang amanah.

Makna penanda dan petanda episode 12 durasi ke-01:25

Dalam kasus ini Abah tidak ingin menodai kehormatannya di hadapan Allah dengan mengambil uang sedekah. Abah yakin bahwa Allah akan memberikan jalan keluar berbentuk rejeki yang dapat digunakannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Abah tetap berlaku wajar walaupun uang senilai lima juta dalam genggamannya. Hal tersebut merupakan sikap sederhana dalam menghadapi rejeki yang ada di depan mata namun rejeki tersebut diyakini bukanlah untuknya.

i. Episode 16 durasi ke-07:42

Tabel 3.9

Adegan Abah berada di kerumunan warga kampung

Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

“Kalian marah silakan, kalian

ingin begal ini dihukum berat, saya memahami, tapi kalau

Abah bereaksi saat mendengar warga berkerumun ingin membakar seorang preman yang hampir saja berhasil membawa lari sebuah motor. Preman tersebut telah dipukuli dan akan dibakar, tetapi Abah segera datang dan menghentikan mereka. Abah berpendapat bahwa tidak sepatutnya


(60)

membakar hidup-hidup itu sudah berlebihan, sedangkan Allah tidak suka yang berlebihan.Seharusnya kalian tahu, hanya Allah yang berhak membakar jin dan manusia dengan api neraka. Awalnya memang kalian di pihak yang terdzalimi, korban begal, tapi karena kalian marah dan berlebihan, status kalian berubah menjadi penganiaya. Hati-hati! Tiap orang yang teraniaya, siapapun dia, Allah sendiri yang

akan membelanya.“

orang yang bersalah diadili dengan hukuman dibakar hidup-hidup, karena hal tersebut sama halnya dengan menyiksa. Sedangkan yang berhak menyiksa dan menghukum manusia adalah Allah yang Maha Adil.

Denotative Sign (Tanda Denotatif)

Abah ingin permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan baik-baik.

Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

Connotative Signified

(Petanda Konotatif) Warga kampung mengurungkan

aksinya untuk membakar pelaku ynag hampir mencuri motor.

Warga menghentikan aksinya setelah Abah memberikan pencerahan. Warga kampung akhirnya mampu meredam emosi mereka.

Connotative Sign (Tanda Konotatif)

Abah menyarankan bersikap sewajarnya dalam menghukum pelaku kejahatan, sedangkan membakar hidup-hidup adalah perbuatan keji yang sangat berlebihan dalam menghukum manusia.

Makna penanda dan petanda episode 16 durasi ke-07:42

Abah mengimbau para warga untuk menahan diri, agar tidak sampai melakukan aksi pembakaran pelaku kejahatan yang gagal mencuri motor. Manusia yang kesal dengan perilaku orang yang tidak baik memang mudah tersulut emosi hingga melupakan aparat kepolisian


(1)

sikap yang apa adanya, terang, menuju maksud yang jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit. Sikap yang ditampilkan oleh seseorang dapat diklasifikasikan menjadi dua, sikap terhadap objek (attitude toward object) dan sikap terhadap situasi (attitude toward situation). Perbuatan atau tingkah laku yang diperlihatkan seseorang kepada orang lain merupakan fungsi dari kedua sikap tersebut, sikap terhadap objek (attitude toward object) ialah sikap yang ditimbulkan seseorang dalam menghadapi objek atau benda-benda di sekitar, misalnya makanan, pekerjaan, atau binatang. Sedangkan sikap terhadap situasi (attitude toward situation) ialah sikap yang ditimbulkan seseorang karena situasi yang terjadi, misalnya hujan, panas terik, atau terhimpit problem keuangan. Sikap yang digambarkan oleh seseorang tidak mutlak bahwa sikap tersebut ialah pancaran dari nilai dan sistem kepercayaan yang ada dalam dirinya, situasi yang terjadi mampu mengubah seseorang untuk mendominasi sikap yang dipilih untuk ditampilkan, karena itulah sikap terhadap objek (attitude toward object) dapat berubah ketika ada perubahan situasi.


(2)

(3)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini dapat diringkas menjadi beberapa poin yaitu:

1. Penanda dan petanda dalam sinetron “Di bawah Lindungan Abah” meliputi tampilan adegan aktifitas Abah dalam citraan gambar, dialog yang diucapkan oleh Abah, suara, nada pengucapan dialog, dan alur cerita yang berlangsung.

2. Makna kesederhanaan yang terdapat dalam sinetron religi “Di bawah

Lindungan Abah” dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kesederhanaan dalam pemikiran, kesederhanaan dalam bertindak, dan kesederhanaan dalam bersikap.

B. Rekomendasi

Peneliti ingin memberikan sedikit saran kepada Produser sinetron religi agar mampu menjadikan isu-isu yang sedang terjadi dalam masyarakat sebagai bahasan dalam sinetron yang dikerjakan serta memunculkan solusi yang menguntungkan banyak pihak terutama masyarakat muslim. Isu-isu terkini seperti labelling bahwa muslim identik dengan teroris, atau organisasi yang baru-baru ini menjadi perbincangan seperti Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), maupun organisasi berskala global seperti ISIS. Penulis yakin dengan pemilihan isu-isu tersebut serta memunculkan image Islam itu sendiri


(4)

2

sebagai agama yang damai dapat mengurangi ketegangan masyarakat muslim dan kebersamaan kaum muslimin semakin kuat.

C. Saran

Penelitian ini masih membahas seputar makna kesederhanaan yang tercermin dari penanda dan petanda dalam pesan verbal dan pesan nonverbal oleh komunikator. Penelitian ini dapat ditingkatkan lagi bahasannya yang arahnya lebih mengacu kepada media di mana sinetron religi ini ditayangkan. Penelitian dengan melakukan riset ekonomi dan politik akan lebih memiliki tantangan tersendiri.

Sinetron “Di bawah Lindungan Abah” mengingatkan pada

khalayak pada nilai kesederhanaan yang besumber dari agama Islam. Perintah untuk bersikap sederhana tercantum dalam al-Qur’an surat al -Furqon ayat 65:

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Hoed, Benny. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial budaya. Jakarta: Komunitas Bambu.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group. Kuswandi,Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa Analisis Interaktif Budaya Massa. Jakarta: Rineka Cipta.

Labib, Muh. 2002. Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: MU: 3 Books.

Meadow, Charles T. 2006. Messages, Meaning, and Symbols. Toronto: The Scarecrow Press.

Piliang, Yasraf A. 1998. Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, Bandung: Penerbit Mizan.

Saefudin, Abdul Aziz. 2010. Republik Sinetron. Yogyakarta: Leutika.

Set, Sony. 2008. Menjadi Perancang Program Televisi Profesional. Yogyakarta: ANDI.


(6)

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wibowo,Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media.

---. Kitab Mawa’idul Usfuriyah-Asy Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al Usfuri.

Sumber internet

http://alquranalhadi.com/ http://app.lidwa.com/ http://id.wikipedia.org http://kbbi.web.id

http://motifmusama.blogspot.co.id/ http://www-fitrih.blogspot.co.id/ http://www.komunikasipraktis.com/