Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki dan Siswa Perempuan dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon T1 712006007 BAB I

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam

Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan oleh setiap orang laki-laki atau
perempuan, anak atau orang dewasa, dengan bentuk yang berbeda. Dulu konsep kekerasan hanya
dikaitkan pada bentuk kekersaan fisik, yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain, entah itu
kekerasan domestik, atau pun perampasan hak asasi. Tindakan kekerasan ini sebagai masalah
kehidupan sosial. Michel Foucault memandang bahwa kehidupan sosial adalah “ajang adu
kekuatan dan perjuangan”, sehingga kekerasan harus dilihat sebagai kekuatan oleh satu pihak,
sebagai reaksi terhadap resistensi (perlawanan) dari pihak lain. Intinya, kekerasan adalah cara
untuk meneguhkan kekuasaan atau mempetahankan posisi.1 Jadi kekerasan bisa terjadi di manamana, di rumah, di sekolah/kelas, di jalan raya, dan lainnya.
Realitas kekerasan dan dampaknya terhadap pembentukan dan perkembangan
kepribadian anak-anak ternyata merupakan persoalan yang sangat serius untuk diperhatikan oleh
lingkungan tempat anak bertumbuh, dalam hal ini keluarga, sekolah, masyarakat atau lingkungan
sekitar dan juga gereja.

Orang sering tidak menyadari bahwa aksi mendorong teman, merebut mainan teman,
mengolok atau mengejek, menggunakan kata-kata kasar dalam konteks bercanda antar teman
sekalipun sudah merupakan tindakan kekerasan. Umumnya orang menganggap tindakantindakan tersebut sebagai tindakan biasa, karena dilakukan oleh anak-anak.2 Tanpa kita sadari
anak-anak telah terlibat dalam tindakan kekerasan fisik dan non fisik yang disebut sebagai
bullying. Bullying adalah sebuah situasi terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang

dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Pihak yang kuat tidak hanya kuat secara fisik tetapi juga
kuat secara mental.3
Menurut pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, bullying sering dianggap sebagai hal
yang alamiah. Persoalannya mengapa bullying berlangsung lama, lintas generasi bahkan berakar,

1

Michael Folcault, The History of Sexuality, (New York: Vintage, 1978). 94
Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, Bullying; mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2008), 2
3
Ibid, 3
2


karena manusia cenderung mendiamkan, menyepelehkan dan memandang bullying sebagai
bagian dari proses natural tumbuh-kembang anak. Padahal seharusnya proses tumbuh-kembang
anak tidak diikutsertakan dengan anggapan seperti demikian karena hanya akan menimbulkan
perspektif baru yang salah tentang cara mendidik anak dikemudian hari. Banyak orang yang
beranggapan bahwa bullying ada supaya mental anak bisa terlatih, dalam artian anak tidak lagi
menjadi anak yang lemah dan mampu menghadapi lingkungan yang keras. Tanpa disadari bahwa
secara psikologi tidak semua anak punya kekuatan menerima ledekan, ejekan, gangguan teman.
Banyak anak yang sangat sensintif dan peka, ada anak yang batinnya melawan, tidak menerima
di lecehkan karena tidak manusiawi.4
Umumnya orang memandang para pelaku bullying ini anak laki-laki, berfisik besar dan
kuat, namun tidak jarang pelaku bullying juga adalah perempuan bertubuh kecil atau sedang,
namun memiliki dominasi psikologis yang besar di kalangan teman-temannya. Jelasnya pelaku
bullying mempunyai kekuatan dan kekuasaan di atas korbannya. Pelaku bullying juga

kemungkinan besar sekedar mengulangi apa yang pernah ia lihat dan alami sendiri.5
Bagi anak-anak di Maluku, khususnya anak-anak yang berdomisili di kota Ambon,
tragedi kemanusiaan yang berlangsung kurang lebih selama sepuluh tahun yang lalu. Anak-anak
ini menyaksikan dan mengalami sendiri berbagai tindakan kekerasan fisik maupun non fisik
yang dilakukan oleh orang dewasa. Misalnya anak-anak harus menyaksikan begitu banyak
tindakan kekerasan fisik yang mengerikan (pembunuhan, penembakan, pembakaran, pemboman,

dll) yang menyebabkan mereka hidup dalam ketakutan, traumatik dan ada juga yang hidup
dalam rasa dendam. Sebaliknya anak-anak bertemu dengan orang dewasa, dalam hal ini orang
tua dan guru sebagai pendidik yang sering juga menjadi sumber bullying. Metode yang sering
digunakan guru dalam mendidik anak-anak dengan menegakkan disiplin dan tidak jarang ada
guru yang menggunakan ungkapan-ungkapan kekerasan. ”diunjung rotan ada emas”; apabila
guru dan orang tua ingin masa depan cemerlang bagi anak-anaknya, jangan segan memukulnya
dengan rotan.6 Metode mendidik ini dilihat guru sebagai fenomena wajar, bahkan sebagai sarana
pembentukan karakter anak. Padahal sering orang dewasa lupa, anak adalah peniru yang baik,
mereka akan mereplikasi apa pun yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. 7 Semua bentuk

4

Ibid, 8
Ibid, 15
6
Seto Mulyadi, dalam artikel; air mata di ujung rotan. (Jakarta: harian kompas, 2007)
7
Tim Yayasan Jiwa Semai Amini, Bullying., 21-22
5


kekerasan yang terjadi pada anak, baik fisik maupun non fisik, disadari atau tidak, telah
berpengaruh pada pembentukan dan perkembangan kepribadian anak. Anak akan bertumbuh
menjadi seorang yang berkepribadian kasar dan keras.
Selama ini dipahami pelaku tindakan kekerasan umumnya anak laki-laki, sementara
anak perempuan lebih lemah-lembut, lebih penurut, pasif dan sering menjadi korban kekerasan
anak laki-laki. Persoalannya apakah untuk anak-anak korban konflik, kekerasan hanya dilakukan
oleh anak laki-laki ataukah juga dilakukan oleh anak perempuan. Sebab dalam hal konflik, anak
laki-laki maupun anak perempuan menyaksikan, mengalami dan atau menjadi korban kekerasan
sosial.
Penulis menaruh perhatian pada anak usia sekolah, khususnya anak-anak tingkat
sekolah menengah atas (SMA) yang pada saat terjadinya konflik sosial, mereka berada pada
masa usia batita (bayi tiga tahun) dan balita (bayi lima tahun). Sehingga kekerasan yang mereka
saksikan bisa saja terekam dengan sangat jelas dalam ingatan mereka. Walaupun kekerasan yang
mereka saksikan pada saat itu belum mereka pahami, namun hal itu bisa saja mereka terapkan
dalam keseharian mereka di lingkungan mereka bertumbuh. Gambaran ini terlihat dengan sangat
jelas dalam bercandaan dengan menggunakan kata-kata yang kasar, menggunakan nama orang
tua sebagai panggilan bagi teman. Dalam lingkungan tempat tinggal penulis, kekasaran dan
kekerasan seperti ini tidak hanya dilakukan oleh anak laki-laki saja, tetapi juga dilakukan oleh
anak perempuan. Ketika anak laki-laki mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan
anak perempuan, maka dengan tidak segan-segan anak perempuan akan membalas bahkan

dengan kata-kata yang lebih kasar. Hal ini mereka anggap biasa karena pada masa di mana
mereka harus menerima pengajaran dengan baik, sebaliknya mereka menyaksikan dan turut
mengalami konflik yang terjadi antara orang dewasa. Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan diatas maka penulis memilih judul:
Bullying: Kekerasan di sekolah antara siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan

perspektif kesetaraan jender di SMA negeri 2 Ambon

1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah:
1. Bagaimana pemahaman peserta didik tentang Bullying?

2. Bagaimana perbedaan tindakan kekerasan siswa laki-laki terhadap siswa perempuan dan
siswa perempuan terhadap siswa laki-laki?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai:
1. Mendekripsikan pemahaman peserta didik tentang Bullying.
2. Mendeskripsikan perbedaan tindakan kekerasan siswa laki-laki terhadap siswa perempuan
dan siswa perempuan terhadap siswa laki-laki.
1.4 Signifikansi Penelitian

Signifikansi yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah:
1. Sebagai sumbangan pengembangan pemikiran jender bagi Fakultas Teologi, Universitas
Kristen Satya Wacana dalam rangka menyiapkan peserta didik yang bebas bullying.
2. Untuk melengkapi dan menambah wawasan dan kesadaran bagi masyarakat bagaimana
memahami lebih dalam tentang kekerasan yang sering terjadi di lingkungan sekolah
sehingga tercipta lingkungan sekolah dan lingkungan anak yang bebas bullying.
1.5 Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Penilitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, dengan metode kualitatif. Penelitian
deskriptif dimaksudkan hanya untuk menggambarkan “apa adanya” tentang suatu yang berubahubah, gejala atau keadaan dengan mengumpulkan informasi. 8 Narasi biasanya berupa fakta suatu
peristiwa atau beberapa kejadian yang terjadi dan boleh pula tentang sesuatu yang khayali.9
Penelitian kualitatif deskriptif ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Ambon, di mana 10 tahun
yang lalu daerah sekolah ini juga termasuk dalam daerah konflik.
2. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
a. Pengamatan/ Observasi:
Pengamatan secara langsung yang dilakukan yaitu, mengamati perilaku siswa laki-laki
dan perempuan di SMA Negeri 2 Ambon.
b. Wawancara:
Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang masalah yang diteliti,
dengan percakapan tatap muka. Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara

8
9

1998), 345

Suharsimi Arikunto, Manajemen penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 234
Widagkor Joko, Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persana,

terpimpin yaitu, wawancara yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan saja.10
Dalam penelitian ini, teknik wawancara terpimpin yang menjadi informan kunci adalah; kepala
sekolah, guru di bagian kesiswaan dan bimbingan konseling, ketua osis, siswa dan siswi di SMA
Negeri 2 Ambon.
c. FGD (Focus Group Discussion):
FGD (focus group discussion) atau kelompok diskusi terarah dapat didefinisikan sebagai
suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan terarah mengenai suatu isu atau masalah
tertentu.11 Irwanto mendefinisikan FGD sebagai suatu proses pengumpulan data dan informasi
yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
kelompok.12
Focus Group Discussion ini lebih ditujukkan kepada siswa dan siswi di SMA Negeri 2


Ambon. Akan dibentuk tiga kelompok diskusi yakni; kelompok pertama merupakan kelompok
murid laki-laki, kelompok kedua merupakan kelompok murid perempuan dan kelompok yang
ketiga adalah kelompok murid laki-laki dan perempuan secara bersama-sama.
d. Studi Kepustakaan:
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data melalui studi kepustakaan
dari berbagai buku dan dokumen lainnya. Selain itu studi kepustakaan bermanfaat juga untuk
menyusun pendekatan teoritis yang akan menjadi tolak ukur dalam menganalisa data penelitian
lapangan guna menjawab persoalan pada rumusan masalah.
e. Tempat dan Waktu Penelitian:
Penelitian ini dilakukan di kota Ambon, khususnya SMA Negeri 2 Ambon. Dengan
waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih tiga minggu. Terhitung dari tanggal 10
Pebruari 2013 sampai dengan tanggal 01 Maret 2013.

10

Koentjaraningrat, Metode - metode Penelitian Masyarakat ( Jakarta: Gramedia, 1983), 120
Internet: http://bincangmedia.wordpress.com/2011/03/28/relasi-media-dan-konsumtivisme-pada-remaja/, 27
September 2012, 14.15 wib
12
Irwanto, dalam: Kajian Media dan Budaya Populer dan Pemantau Regulasi dan Regulator Media, (Yogyakarta:

media, 2006), 1-2
11

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24