PERAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN LABUAN BAJO KECAMATAN BANAWA KEBUPATEN DONGGALA | Muslih | GeoTadulako 3256 10096 1 PB

(1)

PERAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN

DI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN LABUAN

BAJO KECAMATAN BANAWA KEBUPATEN DONGGALA

M U S L I H

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2014


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Peran Masyarakat Terhadap Kebersihan Lingkungan di Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala

Penulis : Muslih Stambuk : A351 09 035

Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Djuraid,M.Hum NIP. 19581130 198503 1 004

Pembimbing II

Amiruddin, S.Pd.,M.Pd NIP. 19820907 2006 041001

Mengetahui

Ketua Jurusan P.IPS FKIP Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi

Universitas Tadulako

Drs. Abduh H. Harun, M.Si Widyastuti, S.Si, M.Si Nip.19510828 198503 1 001 Nip. 19760505 2008 012 039


(3)

ABSTRAK

Muslih (2014). Pengembangan Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Labuan Bajo

Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala, Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Tadulako, Pembimbing (I) H.Djuraid , (II) Amiruddin .

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo karena masyarakat Labuan Bajo cenderung lebih mengutamakan kepentingan ekonomi dibandingkan keadaan tempat tinggalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Sampel pada penelitian ini sebanyak 93 KK, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dikawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan Bajo tergolong rendah. Hal ini dikaji dari aspek kondisi sarana lingkungan, aspek frekuensi masyarakat dalam menjaga lingkungan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor pendidikan masyarakat yang masih rendah sehingga pengetahuan tentang lingkungan masih minim, gaya hidup masyarakat yang lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan memperhatikan kebersihan lingkungan, kondisi sosial budaya yang masih rendah yaitu koordinasi antar masyarakat mengenai kegiatan menjaga lingkungan masih tergolong rendah dan sarana lingkungan masyarakat yang masih kurang memadai.


(4)

ABSTRACT

Muslih (2014). Slum Area Development in Labuan Bajo Village, Sub District of Banawa,

District of Donggala, Thesis, Department of Education Social Studies, Geography Education Study Program, Tadulako University, H.Djuraid (mentor 1), Amiruddin (mentor II).

This research is motivated by the lack of community involvement in maintaining the cleanliness of the neighborhood in the slum area of Labuan Bajo village because community tend to prefer the interests of the economy compared to the state where they live. The purpose of this study was to determine how the public role in maintaining the environment in the slum area of Labuan Bajo village, Sub District of Banawa, District of Donggala.

The sample in this study were 93 families, this type of research is a qualitative research approach using a survey method. The results showed that the role of the community in maintaining the environment in the slum area of Labuan Bajo village is low. It is studied from the aspect of environmental facilities conditions, frequency aspects of society in maintaining an environment that is influenced by several factors such as public education is still low so that knowledge about the environment is minimal, people's lifestyles are more concerned about jobs than the cleanliness of the environment, social and cultural conditions that lower and coordination among the community about the activities of protecting the environment is still relatively low and the community facilities are still inadequate.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia adalah masalah permukiman kumuh, terutama muncul dan berkembang di lokasi-lokasi yang strategis di pusat kota. Salah satu penyebab munculnya permukiman kumuh ini, disebabkan oleh makin tingginya angka pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti dengan bertambahnya lapangan pekerjaan dan sumber daya manusia yang mamadai.

Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam peranannya sebagai pusat pendidikan keluarga, peningkatan kualitas generasi yang akan datang, dan merupakan indikator terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kondisi demikian dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat. Kebutuhan tersebut antara lain pemenuhan kebutuhan papannya. Tingginya nilai dan harga lahan permukiman di daerah perkotaan, telah menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan ekonomi, terpaksa mencari lahan baru yang lebih murah untuk membangun tempat tinggal seadanya baik secara legal, maupun illegal, sehingga tanpa disadari perkembangannya telah mengakibatkan padatnya permukiman di daerah perkotaan yang terkesan kumuh dan kotor. Kecamatan Banawa masuk dalam kawasan Kabupaten Donggala yang memiliki 2 kawasan permukinan kumuh yaitu Kelurahan Boya dan Kelurahan Labuan Bajo (SK Bupati Doggala, No.188.45/ 0896/ DPU, tentang penetapan lokasi lingkungan perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Donggala).

Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai akibat. Ditempatkan dimanapun juga, kata kumuh tetap menjurus pada sesuatu hal yang bersifat negatif . Pemahaman kumuh dapat ditinjau dari Sebab kumuh dimana kemunduran atau kerusakan lingkungan hidup dilihat dari: (a) segi fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam seperti air dan udara, (b) segi masyarakat / sosial, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusia sendiri seperti kepadatan lalulintas, sampah. Akibat Kumuh merupakan akibat perkembangan dari gejala-gejala antara lain: (a) kondisi perumahan yang buruk, (b) penduduk yang terlalu padat, (c) fasilitas lingkungan yang kurang memadai, (d) tingkah laku menyimpang, (e) budaya kumuh, (f) apati dan isolasi. (Dywangga Auliannisa. 2009:24).

Di wilayah perkotaan, pemenuhan kebutuhan akan perumahan masih menjadi masalah besar karena disamping ketersediaan (supply) dan permintaan (demand) yang tidak


(6)

seimbang, juga faktor kemampuan/daya beli (affordability) yang rendah terutama bagi masyarakat miskin akibat harga perumahan yang melambung tinggi. Rumah dan perumahan seyogyanya dipandang sebagai bagian dari lingkungan permukiman dan lingkungan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup. Perluasan areal untuk permukiman dan perumahan mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan alam yang semua berfungsi sebagai area penyerapan air menjadi lingkungan buatan yang menolak resapan air. “Kontradiksi antara perlunya perumahan dan permukiman dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan upaya pelestarian lingkungan ibarat dua mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya”.Budihardjo (2009:113-114).

Masyarakat di Kelurahan Labuan Bajo sebagian bermukim atau tinggal di sepanjang pesisir pantai dan di pinggiran perbukitan dengan permukiman yang kurang teratur. Selama ini kondisi sosial ekonomi masyarakat lebih menjadi perhatian utama, dibandingkan dengan memperhatikan penataan dan lingkungan permukimannya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelurahan Labuan Bajo, jumlah kepala keluarga yang tinggal dikawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan Bajo berjumlah 93 KK dengan jumlah penduduk 392 jiwa. Dari hasil observasi, terlihat bahwa peranan masyarakat Kelurahan labuan Bajo dalam menjaga lingkungan tempat tinggalnya masih terlihat kurang dikarenakan masih minimnya kesadaran masyarakat dan minimnya pemahaman mengenai arti penting dari lingkungan.

BAB II METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Secara administratif lokasi penelitian ini terletak di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala dengan luas wilayah sebesar 3,45 km2. dengan jarak dari kelurahan ke kota kecamatan yaitu 1 km.

Jumlah atau populasi kepala keluarga yang tinggal di kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan Bajo sebanyak 93 KK. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode acak sederhana (Simple Random Sampling) yang termasuk dalam kategori sampel jenuh (pencacahan lengkap/Sensus) dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang tinggal di kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan Bajo.


(7)

Populasi tersebut di atas adalah merupakan keseluruhan subyek penelitian. Peneliti berkeinginan meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2006:134) menyatakan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang pengembangan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Tahapan dalam pengolahan data yang akan dilakukan pada analisis deskriptif ini sebagai berikut;

a). Analisis Data Primer

Pengolahan data primer adalah pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan fisik wilayah permukiman kumuh (keadaan lingkungan, sarana dan prasarana) serta keadaan masyarakatnya ( Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan dan sebagainya). Dalam analisis ini digunakan analisis deskritif kuanlitatif yang merupakan bagian dari pendekatan survey sehingga diperoleh jumlah persentase berdasarkan pertanyaan terkait.

b). Analisis Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah setengah jadi atau sudah jadi sepenuhnya yang dipergunakan untuk mendukung data awal yang diperlukan dalam penelitian. Data sekunder dalam penelitian adalah berupa Surat-surat resmi yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Setempat seperti SK Kumuh dari Bupati Donggala, data Jumlah Penduduk Kelurahan Labuan Bajo, dan Peta administrasi Kelurahan Labuan Bajo.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3,1 Analisis Tentang Lama Tinggal Penduduk

Tabel 3.1. Identifikasi Responden Berdasarkan Lama Tinggal

Lama Tinggal Jumlah KK Persentase (%)

< 5 tahun 0 0

5-10 tahun 1 1

11-15tahun 4 4

> 15 tahun 88 88

Total 93 KK 100 %


(8)

3.2 Tanggapan Responden mengenai kondisi Lingkungan

Tabel 3.2. Tanggapan Responden Tentang Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan Jumlah KK Persentase (%)

Sangat Baik 0 0

Baik 12 13

Cukup Baik 17 18

Buruk 64 69

Total 93 KK 100%

Sumber : Data primer setelah diolah, 2014

3.3. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti

Tabel 3.3. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti dalam menjaga kebersihan lingkungan

Keikutsertaan Masyarakat Jumlah KK Persentase (%)

Selalu ikut/dating 34 37

Kadang ikut/dating 40 43

Ikut meski cuman sekali 19 20

Tidak pernah 0 0

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014.

3.4. Banyaknya kegiatan kerja bakti dalam sebulan

Tabel 3.4. Banyaknya kegiatan kerja bakti yang dilakukan dalam sebulan Banyaknya kegiatan Kerja Bakti Dalam

Sebulan Jumlah KK

Persentase (%)

4 kali dalam sebulan 0 0

3 kali dalam sebulan 11 12

2 kali dalam sebulan 17 18

1 kali dalam sebulan 49 53

tidak pernah sama sekali 16 17

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014

3.5. Sistem kerja masyarakat labuan dalam menjaga kebersihan lingkungan

Tabel 3.5. Sistem Kerja Masyarakat di Labuan Bajo.

Sistem kerja Jumlah KK Persentase (%)

Individu 78 84


(9)

Tidak ada 0 0

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014. 3.6. Tempat Masyarakat membuang sampah

Tabel 3.6 Tempat Membuang Sampah Masyarakat di Labuan Bajo.

Tempat Membuang Sampah Jumlah KK Persentase (%)

TPS 47 51

Di Daerah Pesisir 33 35

di sembarang tempat 13 14

Total 93 100

3.7. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data sebelumya, diketahui bahwa gambaran umum mengenai peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo yang meliputi karakteristik responden, kondisi sarana lingkungan, frekuensi peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan masih sangat rendah. Tingkat peranan masyarakat yang masih tergolong rendah dipengaruhi beberapa faktor yaitu pendidikan yang masih rendah dan pekrjaan, serta kondisi sosial yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Latar belakang pendidikan masyarakat Kelurahan Labuan Bajo yang mayoritas rendah berdampak pada ketidakmampuan mereka untuk ikut bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga fokus utama masyarakat hanya pada pekerjaan nonformal seperti nelayan, petani, tukang becak, tukang batu, tukang kayu, dan tukang ojek guna untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Artinya pola pikir masyarakat yang tinggal di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala lebih terfokus pada pemenuhan Kebutuhan ekonomi keluarga dan pola pikir mereka dalam memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga terabaikan. Mengacu pada peranan pendidikan secara umum yaitu Pendidikan berperan untuk bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

Selain itu gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya membuat kondisi lingkungan menjadi kotor khususnya di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo hal ini timbul akibat kurangnya koordinasi baik antara anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya, pemerintah setempat dengan masyarakat


(10)

sekitar untuk melakukan kegiatan sosial untuk menjaga dan membersihkan lingkungan sekitar. Hal ini dibuktikan dengan data primer tentang frekuensi kegiatan sosial seperti kerja bakti, dimana frekuensi kerja bakti yang dilakukan warga sekitar untuk menjaga kebersihan lingkungan sangat kurang, yaitu sebanyak 1-2 kali dalam waktu satu bulan. Berangkat dari kondisi sosial yang balum maksimal perlu ada penekanan dari aspek kebudayaan yang dapat menjadi acuan masyarakat guna meningkatkan pola pikir masyarakat akan kondisi lingkungan sosial yang lebih baik. Dimana peranan kebudayaan dalam kehidupan sosial diharapkan dapat merubah kondisi lingkungan yang ada, sebagaimana yang telah ungkapkan oleh Mubarak : 2007 “ kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang. Melihat kondisi sosial masyarakat di kawasan permukiman kumuh kelurahan Labuan bajo, perlu kiranya dilakukan upaya-upaya, berupa sosialisasi dari dinas terkait untuk memberikan pemahaman pada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Sarana penunjang kebersihan lingkungan yang kurang memadai juga menjadi pemicu buruknya kondisi lingkungan permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Labuan Bajo. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Syahriar, (2009:47-48) Untuk dapat menilai bahwa suatu permukiman sehat atau tidak, perlu didasarkan pada karakteristik daerah permukiman yang merupakan standar yang telah disepakati. Karakteristik atau standar itu didasarkan pada beberapa aspek yaitu:

1. Keadaan fisik permukiman yang meliputi organisasi ruang, ukuran ruang, bahan bangunan, ventilasi dan sebagainya.

2. Fasilitas jalan lingkungan, baik berupa jalan utama, jalan menengah ataupun jalan lokal. 3. Fasilitas persampahan, meliputi tempat penampungan, pembuangan sementara maupun

pembuangan akhir, termasuk sistem pengelolaannya.

4. Fasilitas air bersih meliputi ketersediaan, cara memperoleh maupun sistem pengelolaannya.

5. Sarana pembuangan air kotor, meliputi kualitas saluran kemampuan serta sistem kerjanya.


(11)

Sarana kebersihan lingkungan yang kurang memadai tersebut sangat berpotensi memperburuk kondisi lingkungan karena daya tampung fasilitas kebersihan seperti tempat pembuangan sampah terdekat (TPST) dan mandi cuci kakus (MCK) tidak seimbang dengan jumlah warga yang setiap harinya membuang sampah dan kebutuhan warga akan air untuk mandi, mencuci, dan membuang tinja.

Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sekitar baik dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan ataupun konstribusi dalam memberikan pemahaman dan contoh mengenai bentuk pola permukiman yang baik dan rapi. Adapun hal hal yang belum sempat dibahas dalam penelitian bisa menjadi bahan penelitian selanjutnya seperti kontribusi dari pemerintah dalam rangka pengembangan kawasan permukiman kumuh.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulkan bahwa Peranan masyarakat di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo dalam menjaga kebersihan lingkungan masih sangat kurang yang ditunjukkan dengan data persentase keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti. Dimana mayoritas responden sebanyak 53% (49 KK dari 93 KK), hanya sekali sebulan ikut dalam kegiatan kerja bakti. Sistem kerja masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan yang mayoritas bersifat individu semakin membuat kebersihan kawasan ini terabaikan. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kebersihan lingkungan di Kelurahan Labuan Bajo juga masih kurang. Hal ini disebabkan oleh perilaku masyarakatnya yang lebih cenderung mementingkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya sehingga mengabaikan kebersihan lingkungan tempat tinggalnya.

Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di wilayah pesisir pantai juga menjadi penyebab kotornya kawasan ini. Hal ini berkaitan dengan karakteristik wilayah permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo yang berada di daerah pesisir, dimana sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat tersebut dibawa kembali oleh ombak ke daratan sekitar pemukiman warga pada saat air laut sedang pasang.

4.2 Saran

1. Pemerintah Kabupaten Donggala melalui dinas terkait perlu membuat sebuah perencanaan pengembangan wilayah seperti perluasan dan penataan permukiman di


(12)

kawasan Kelurahan Labuan Bajo, serta menyediakan sarana dan prasarana penunjang kebersihan lingkungan agar kawasan ini lebih tertata rapi, bersih dan sehat.

2. Selain itu kawasan permukiman ini hendaknya di berikan bantuan rehab rumah kumuh, seperti yang dikukan pemerintah melelui Dinas Sosial Kabupaten Donggala pada tahun 2012 di Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Aziz Budianta, 2008. Kumpulan Istilah Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah, Edisi I Cetakan II.Tadulako University Press

Lutfi, M. (2013). Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Lutfi, M. (2013). Pengembangan Wilayah Perdesaan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

LAMPIRAN


(1)

berkeinginan meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2006:134) menyatakan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang pengembangan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Tahapan dalam pengolahan data yang akan dilakukan pada analisis deskriptif ini sebagai berikut;

a). Analisis Data Primer

Pengolahan data primer adalah pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan fisik wilayah permukiman kumuh (keadaan lingkungan, sarana dan prasarana) serta keadaan masyarakatnya ( Tingkat Pendidikan, Tingkat Kesehatan dan sebagainya). Dalam analisis ini digunakan analisis deskritif kuanlitatif yang merupakan bagian dari pendekatan survey sehingga diperoleh jumlah persentase berdasarkan pertanyaan terkait.

b). Analisis Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah diolah setengah jadi atau sudah jadi sepenuhnya yang dipergunakan untuk mendukung data awal yang diperlukan dalam penelitian. Data sekunder dalam penelitian adalah berupa Surat-surat resmi yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Setempat seperti SK Kumuh dari Bupati Donggala, data Jumlah Penduduk Kelurahan Labuan Bajo, dan Peta administrasi Kelurahan Labuan Bajo.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3,1 Analisis Tentang Lama Tinggal Penduduk

Tabel 3.1. Identifikasi Responden Berdasarkan Lama Tinggal

Lama Tinggal Jumlah KK Persentase (%)

< 5 tahun 0 0

5-10 tahun 1 1

11-15tahun 4 4

> 15 tahun 88 88

Total 93 KK 100 %


(2)

3.2 Tanggapan Responden mengenai kondisi Lingkungan

Tabel 3.2. Tanggapan Responden Tentang Kondisi Lingkungan

Kondisi Lingkungan Jumlah KK Persentase (%)

Sangat Baik 0 0

Baik 12 13

Cukup Baik 17 18

Buruk 64 69

Total 93 KK 100%

Sumber : Data primer setelah diolah, 2014

3.3. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti

Tabel 3.3. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti dalam menjaga kebersihan lingkungan

Keikutsertaan Masyarakat Jumlah KK Persentase (%)

Selalu ikut/dating 34 37

Kadang ikut/dating 40 43

Ikut meski cuman sekali 19 20

Tidak pernah 0 0

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014.

3.4. Banyaknya kegiatan kerja bakti dalam sebulan

Tabel 3.4. Banyaknya kegiatan kerja bakti yang dilakukan dalam sebulan Banyaknya kegiatan Kerja Bakti Dalam

Sebulan Jumlah KK

Persentase (%)

4 kali dalam sebulan 0 0

3 kali dalam sebulan 11 12

2 kali dalam sebulan 17 18

1 kali dalam sebulan 49 53

tidak pernah sama sekali 16 17

Total 93 KK 100 %

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014

3.5. Sistem kerja masyarakat labuan dalam menjaga kebersihan lingkungan Tabel 3.5. Sistem Kerja Masyarakat di Labuan Bajo.

Sistem kerja Jumlah KK Persentase (%)

Individu 78 84


(3)

Total 93 KK 100 % Sumber: Data primer setelah diolah, 2014.

3.6. Tempat Masyarakat membuang sampah

Tabel 3.6 Tempat Membuang Sampah Masyarakat di Labuan Bajo.

Tempat Membuang Sampah Jumlah KK Persentase

(%)

TPS 47 51

Di Daerah Pesisir 33 35

di sembarang tempat 13 14

Total 93 100

3.7. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data sebelumya, diketahui bahwa gambaran umum mengenai peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo yang meliputi karakteristik responden, kondisi sarana lingkungan, frekuensi peranan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan masih sangat rendah. Tingkat peranan masyarakat yang masih tergolong rendah dipengaruhi beberapa faktor yaitu pendidikan yang masih rendah dan pekrjaan, serta kondisi sosial yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

Latar belakang pendidikan masyarakat Kelurahan Labuan Bajo yang mayoritas rendah berdampak pada ketidakmampuan mereka untuk ikut bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Sehingga fokus utama masyarakat hanya pada pekerjaan nonformal seperti nelayan, petani, tukang becak, tukang batu, tukang kayu, dan tukang ojek guna untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Artinya pola pikir masyarakat yang tinggal di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala lebih terfokus pada pemenuhan Kebutuhan ekonomi keluarga dan pola pikir mereka dalam memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga terabaikan. Mengacu pada peranan pendidikan secara umum yaitu Pendidikan berperan untuk bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

Selain itu gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya membuat kondisi lingkungan menjadi kotor khususnya di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo hal ini timbul akibat kurangnya koordinasi baik antara anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya, pemerintah setempat dengan masyarakat


(4)

sekitar untuk melakukan kegiatan sosial untuk menjaga dan membersihkan lingkungan sekitar. Hal ini dibuktikan dengan data primer tentang frekuensi kegiatan sosial seperti kerja bakti, dimana frekuensi kerja bakti yang dilakukan warga sekitar untuk menjaga kebersihan lingkungan sangat kurang, yaitu sebanyak 1-2 kali dalam waktu satu bulan. Berangkat dari kondisi sosial yang balum maksimal perlu ada penekanan dari aspek kebudayaan yang dapat menjadi acuan masyarakat guna meningkatkan pola pikir masyarakat akan kondisi lingkungan sosial yang lebih baik. Dimana peranan kebudayaan dalam kehidupan sosial diharapkan dapat merubah kondisi lingkungan yang ada, sebagaimana yang telah ungkapkan oleh Mubarak : 2007 “ kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang. Melihat kondisi sosial masyarakat di kawasan permukiman kumuh kelurahan Labuan bajo, perlu kiranya dilakukan upaya-upaya, berupa sosialisasi dari dinas terkait untuk memberikan pemahaman pada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Sarana penunjang kebersihan lingkungan yang kurang memadai juga menjadi pemicu buruknya kondisi lingkungan permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Labuan Bajo. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Syahriar, (2009:47-48) Untuk dapat menilai bahwa suatu permukiman sehat atau tidak, perlu didasarkan pada karakteristik daerah permukiman yang merupakan standar yang telah disepakati. Karakteristik atau standar itu didasarkan pada beberapa aspek yaitu:

1. Keadaan fisik permukiman yang meliputi organisasi ruang, ukuran ruang, bahan bangunan, ventilasi dan sebagainya.

2. Fasilitas jalan lingkungan, baik berupa jalan utama, jalan menengah ataupun jalan lokal. 3. Fasilitas persampahan, meliputi tempat penampungan, pembuangan sementara maupun

pembuangan akhir, termasuk sistem pengelolaannya.

4. Fasilitas air bersih meliputi ketersediaan, cara memperoleh maupun sistem pengelolaannya.

5. Sarana pembuangan air kotor, meliputi kualitas saluran kemampuan serta sistem kerjanya.


(5)

memperburuk kondisi lingkungan karena daya tampung fasilitas kebersihan seperti tempat pembuangan sampah terdekat (TPST) dan mandi cuci kakus (MCK) tidak seimbang dengan jumlah warga yang setiap harinya membuang sampah dan kebutuhan warga akan air untuk mandi, mencuci, dan membuang tinja.

Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sekitar baik dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan ataupun konstribusi dalam memberikan pemahaman dan contoh mengenai bentuk pola permukiman yang baik dan rapi. Adapun hal hal yang belum sempat dibahas dalam penelitian bisa menjadi bahan penelitian selanjutnya seperti kontribusi dari pemerintah dalam rangka pengembangan kawasan permukiman kumuh.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulkan bahwa Peranan masyarakat di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo dalam menjaga kebersihan lingkungan masih sangat kurang yang ditunjukkan dengan data persentase keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti. Dimana mayoritas responden sebanyak 53% (49 KK dari 93 KK), hanya sekali sebulan ikut dalam kegiatan kerja bakti. Sistem kerja masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan yang mayoritas bersifat individu semakin membuat kebersihan kawasan ini terabaikan. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kebersihan lingkungan di Kelurahan Labuan Bajo juga masih kurang. Hal ini disebabkan oleh perilaku masyarakatnya yang lebih cenderung mementingkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya sehingga mengabaikan kebersihan lingkungan tempat tinggalnya.

Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah di wilayah pesisir pantai juga menjadi penyebab kotornya kawasan ini. Hal ini berkaitan dengan karakteristik wilayah permukiman kumuh Kelurahan Labuan Bajo yang berada di daerah pesisir, dimana sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat tersebut dibawa kembali oleh ombak ke daratan sekitar pemukiman warga pada saat air laut sedang pasang.

4.2 Saran

1. Pemerintah Kabupaten Donggala melalui dinas terkait perlu membuat sebuah perencanaan pengembangan wilayah seperti perluasan dan penataan permukiman di


(6)

kawasan Kelurahan Labuan Bajo, serta menyediakan sarana dan prasarana penunjang kebersihan lingkungan agar kawasan ini lebih tertata rapi, bersih dan sehat.

2. Selain itu kawasan permukiman ini hendaknya di berikan bantuan rehab rumah kumuh, seperti yang dikukan pemerintah melelui Dinas Sosial Kabupaten Donggala pada tahun 2012 di Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Aziz Budianta, 2008. Kumpulan Istilah Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah, Edisi I Cetakan II.Tadulako University Press

Lutfi, M. (2013). Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Lutfi, M. (2013). Pengembangan Wilayah Perdesaan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

LAMPIRAN