KTI Efektifitas BPD

EFEKTIFITAS PEMERINTAHAN DESA DALAM PEMBUATAN
PERATURAN DESA DI KECAMATAN BENGKALIS, KABUPATEN
BENGKALIS PROVINSI RIAU
THE EFFECTIVENESS OF VILLAGE GOVERNMENT IN MAKING THE
VILLAGE RULES IN BENGKALIS DISTRICT, BENGKALIS REGENCY
RIAU PROVINCE
Muhammad Fadhli
Badan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kabupaten Bengkalis
Email : haji.muhammad.fadhli@gmail.com
ABSTRACT
Study on the effectiveness of village government in making village rules is
interesting. Village government consists of village government officers (head and
secretary of village) and village council. After analyzing to both institutions to some
villages, most of them have not applied their duty, function, and authority. To analyze
the effectiveness of making village rules, it could be done based on the village rules
made. The results showed that the effectiveness was low. This due to human resource
of village council and less support from the local government in the case of guiding
and low incentive for village council and dereliction of village government officers in
doing their duty.
Keywords : effectiveness, village governmental, village rules, Bengkalis


ABSTRAK
Studi tentang Efektifitas Pemerintahan Desa dalam rangka pembuatan
peraturan desa sangatlah penting. Unsur Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah
Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa. Setelah
dilakukan kajian kedua lembaga desa ini sebagian besar belum melaksanakan tugas,
fungsi dan wewenang. Untuk mengetahui efektifitasnya dalam rangka pembuatan
peraturan desa bisa dilihat dari Peraturan Desa yang dihasilkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyebab ketidakefektifan yaitu sumber daya aparatur
Pemerintahan Desa yang rendah dan kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah
yaitu dalam hal bimbingan dan kurangnya insentif untuk anggota BPD dan karena
kelalaian perangkat pemerintahan desa dalam pelaksanaan tugasnya.
Kata kunci : Efektifitas, Pemerintahan Desa, Peraturan Desa, Bengkalis

1

PENDAHULUAN
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka dasar hukum pengaturan

desa


terjadi perubahan dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Desa telah diatur secara khusus di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor

72

Tahun 2005 tentang Desa.

Ada dua unsur

Pemerintahan Desa yaitu terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan. Pemerintah Desa
terdiri dari Kepala Desa dan perangkatnya (Sekretaris Desa dan Kepala Urusan serta
staf desa). Pemerintah Desa dan mempunyai wewenang dan hak inisiatif di bidang
pengajuan produk hukum desa khususnya mengajukan rancangan peraturan desa.
Kepala Desa mempunyai wewenang untuk mengajukan rancangan peraturan
desa. Kepala Desa juga mempunyai kewenangan menetapkan peraturan desa yang
telah mendapat persetujuan bersama BPD. Setiap anggota BPD juga mempunyai hak
untuk mengajukan rancangan peraturan desa. Melihat wewenang dan hak yang

dimiliki oleh aparat Pemerintahan Desa tersebut maka perlu dilihat efektifitasnya.
Apakah kewenangan yang telah diperoleh dan hak yang dimiliki oleh setiap anggota
BPD untuk membuat peraturan desa telah dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat desa ataupun aparat Pemerintahan Desa tersebut masih belum efektif
dalam membuat peraturan desa.
Menurut Mardiasmo1, efektifitas merupakan tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan, secara sederhana efektifitas merupakan
perbandingan outcome dengan output. Dengan kata lain efektifitas adalah ukuran
berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi
berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan
efektif. Penekanan terpenting yang perlu disadari adalah bahwa efektifitas tidak
menyatakan tentang berapa besarnya biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai
tujuan tersebut. Biaya dapat melebihi dari yang telah dianggarkan, bahkan dapat tiga
kali lipat dari yang telah dianggarkan. Oleh karena itu efektifitas hanya melihat
apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Jones2 pencapaian hasil (efektifitas) yang dilakukan oleh suatu
organisasi, terdiri dari tiga tahap, yakni input, conversion, dan output atau masukan,
2

perubahan dan hasil. Input meliputi sumber daya yang dimiliki, informasi dan

pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. Pada input, tingkat efisiensi
sumberdaya yang dimiliki sangat menentukan kemampuan yang dimilikinya. Tahap
conversion ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumberdaya
yang dimiliki, manajemen penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai. Pada
tahap ini tingkat keahlian SDM dan daya tanggap organisasi terhadap perubahan
lingkungan sangat menentukan produktivitasnya. Pada output, pelayanan yang
diberikan merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian SDM. Organisasi
yang dapat memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien dapat
meningkatkan kemampuannya untuk meningkatkan pelayanan dengan memuaskan
kebutuhan pelanggan.
Kenyataannya, selama ini permasalahan yang
khususnya di Kecamatan Bengkalis adalah

ditemui di beberapa desa

peraturan desa yang dihasilkan oleh

Pemerintah Desa (Kepala Desa dan perangkatnya) bersama BPD belum optimal.
Sangat jarang ditemui desa mempunyai peraturan lebih dari satu. Hampir semua desa
setiap tahunnya hanya menghasilkan


satu peraturan

yaitu peraturan

tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Peraturan Desa merupakan output dari
kinerja lembaga Pemerintahan Desa.

Penyebab dari kurang efektifnya lembaga

pemerintahan desa dalam hal pembuatan peraturan desa perlu diketahui. Apakah hal
ini ditenggarai karena kurangnya kualitas sumber daya manusia, latar belakang
pendidikan ataupun kurangnya bimbingan dari Pemerintah Kabupaten termasuk masih
minimnya insentif yang diberikan untuk aparat Pemerintahan Desa. Beberapa hal
inilah yang menjadi permasalahan yang harus dicarikan solusinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Pemerintahan Desa
dalam pembuatan peraturan desa di Kecamatan Bengkalis Provinsi Riau dan untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab kurangnya produk hukum khususnya peraturan

desa.
Manfaat dari penelitian ini antara lain secara praktis dapat dijadikan bahan
masukan bagi Pemerintahan Desa, pihak Kecamatan Bengkalis dan Pemerintah
Kabupaten Bengkalis dalam upaya pembinaan desa. Secara akademik dapat dijadikan
sumbangan studi untuk menilai efektifitas Pemerintahan Desa dalam pembuatan
peraturan desa dan realisasi pelaksanaan peraturan desa.

3

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2011 sampai Oktober 2011 di
Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis, Populasi dalam penelitian ini adalah
Kepala Desa se Kecamatan Bengkalis berjumlah 17 orang dan Sekretaris Desa se
Kecamatan Bengkalis berjumlah 17 orang serta Ketua Badan Permusyawaratan Desa
se Kecamatan Bengkalis berjumlah 17 orang. Dari 51 orang aparat Pemerintahan
Desa tersebut diambilsampel dengan teknik Purposive Sampling 5 (lima) Kepala
Desa, 5 (lima) Sekretaris Desa dan 5 (lima) Ketua BPD. . Selain itu juga ditetapkan
informan yang dapat dijadikan sumber informasi kunci untuk melakukan pengecekan
dan perbandingan yaitu informasi dari Kepala Bidang Pemerintahan Desa pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Kabupaten Bengkalis

jumlah 1 orang, Camat Bengkalis berjumlah 1 orang, Kepala Seksi Pembangunan
Masyarakat Desa Kantor Camat Bengkalis berjumlah 1 orang dan Kepala Seksi
Pemerintahan Kantor Camat Bengkalis berjumlah 1 orang. Total jumlah populasi 55
(lima puluh lima) orang.
Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif analitis dengan pendekatan
kualitatif. Efektifitas diukur berdasarkan Sigit3 yaitu suatu kontinum yang merentang
dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang, sampai tidak efektif.
Ukuran tersebut dijabarkan sebagai berikut :
Efektif

: Desa yang membuat 4 atau lebih Peraturan Desa
(Perdes) per tahun

Kurang efektif

: Desa yang membuat 3 Perdes per tahun

Sedang-sedang : Desa yang membuat 2 Perdes per tahun
Sangat kurang : Desa yang membuat 1 Perdes per tahun
Tidak efektif


: Desa yang membuat 0 Perdes per tahun.

Untuk mengetahui efektifitas Pemerintahan Desa dalam pebuatan peraturan
desa dilihat dari data jumlah peraturan desa yang diterbitkan setiap tahunnya.
Selanjutnya untuk melengkapi analisa deskriptif, diadakan wawancara dengan 4
(empat) orang pejabat Pemerintah Kabupaten Bengkalis yaitu Kepala Bidang
Pemerintahan Desa pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kabupaten Bengkalis, Camat Bengkalis, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat
Desa pada Kantor Camat Bengkalis dan Kepala Seksi Pemerintahan pada Kantor
4

Camat Bengkalis. Wawancara juga dilakukan kepada perwakilan Kepala Desa
sebanyak 5 (lima) orang, Sekretaris Desa sebanyak 5 (lima) orang dan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa sebanyak 5 (lima) orang.
Sedangkan untuk mendukung analisa mengenai faktor penyebab kurang
efektifnya aparat Pemerintahan Desa dalm pembuatan peraturan desa ditampilkan data
latar belakang pendidikan aparat Pemerintahan Desa dan data jumlah pendidikan dan
pelatihan tentang pembuatan peraturan desa di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2010.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh

langsung dari responden di lapangan, berupa hasil wawancara dan kuesioner yang
dijawab dan data sekunder yaitu data yang diperoleh berasal dari bahan laporan, hasil
penelitian sebelumnya dan data dokumentasi. Analisa data dilakukan menggunakan
metode kualitatif dengan cara interpretasi data dan informasi yang telah dikumpulkan
melalui pemahaman mendalam dengan prinsip validitas, objektifitas dan rebilitas.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilakukan sejak awal sampai sepanjang
proses penelitian berlangsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektifitas Pemerintahan Desa dalam pembuatan peraturan desa pada tahun
2010 di Kecamatan Bengkalis tercantum pada Tabel 1.yang menunjukkan bahwa
sebanyak 15 (lima belas) desa masuk pada kategori sangat kurang, yaitu Desa
Meskom, Teluk Latak, Sebauk, Pedekik, Kelapapati, Wonosari, Senggoro, Air Putih,
Sei.Alam, Temeran, Penampi, Penebal, Pematang Duku, Ketam Putih dan Sekodi.
Desa-desa ini hanya membuat 1 (satu) buah peraturan desa pada tahun 2010.
Peraturan desa yang dibuat adalah Perdes tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes). Perdes APBDes ini dibuat untuk memenuhi ketentuan dari Peraturan
Bupati Nomor 5 tahun 2010 tentang Alokasi Dana Desa (ADD). Proses pencairan
ADD dimaksud setiap desa diwajibkan melampirkan APBDes.


5

Tabel 1. Jumlah peraturan desa yang dihasilkan oleh aparat pemerintahan desa di
Kecamatan Bengkalis tahun 2010.
Nama Desa

Meskom, Teluk Latak, Sebauk,
Penampi, Pedekik, Kelapapati,
Wonosari, Senggoro, Air Putih,
Sei.Alam,
Temeran,
Penebal,
Pematang Duku, Ketam Putih dan
Sekodi
Kelemantan
Pangkalan Batang

Jumlah Perdes
Pada tahun 2010


Ukuran Efektifitas

1

Sangat kurang

2

Sedang-sedang

3

Efektif

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa hanya 1 (satu) desa yang berada pada
kategori sedang-sedang yaitu desa Kelemantan, desa ini pada tahun 2010 hanya
menghasilkan 2 (dua) buah peraturan desa yaitu Perdes tentang APBDes dan Perdes
tentang RPJMDes. Kategori sedang-sedang ini masih lebih baik dari 15 (lima belas)
desa lainnya.
Hanya 1 desa pada kategori efektif yaitu Desa Pangkalan Batang. Desa
Pangkalan Batang pada tahun 2010 telah membuat 4 (empat) buah peraturan desa
yaitu Perdes tentang APBDes, Perdes tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
Perdes tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Desa (RPJMDes) dan Perdes
tentang Kelembagaan Desa. Kategori efektif ini diberikan karena Desa Pangkalan
hanya membuat 4 buah peraturan Desa pada tahun 2010, desa ini sangat produktif
menghasilkan peraturan desa. Masih banyak peraturan desa lainnya yang harus dibuat
seperti perdes tentang pungutan desa, perdes tentang pemilihan Kepala Desa, perdes
tentang BPD, perdes tentang Struktur Organisasi Desa dan perdes lainnya.
Faktor-faktor penyebab dari kurang banyaknya peraturan desa yang dihasilkan
oleh aparat pemerintahan desa pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2 yang
menunjukkan jawaban responden yang terdiri pejabat pada level Kabupaten dan
Kecamatan. Alasan penyebab dari kurangnya perdes yang dihasilkan oleh aparat
Pemerintahan Desa (Kepala Desa dan perangkatnya serta BPD) adalah karena latar
belakang pendidikan aparat Pemdes masih rendah, kurangnya kesempatan mengikuti
6

diklat, kurang pelaksanaan diklat pembuatan perdes bagi aparat Pemdes, kurangnya
minat dan malas aparat Pemdes dalam pembuatan perdes dan sulitnya pembuatan
perdes.
Tabel 2. Rekapitulasi jawaban pertanyaan pada wawancara dengan responden,
apakah faktor penyebab kurangnya aparat Pemdes dalam pembuatan perdes.
No
1.

2.

3.

4.

Responden
Kepala Bidang
Pemerintahan
Desa Pada
BPMPD Kab.
Bengkalis
Camat Bengkalis

Kepala Seksi
Pembangunan
Masyarakat Desa
Kantor Camat
Bengkalis
Kepala Seksi
Pemerintahan
Kantor Camat
Bengkalis

Jawaban
1. Karena latar belakang pendidikan Aparat pemdes masih
rendah.
2. Karena kurangnya kepedulian aparat pemdes terhadap
tugas pokok, fungsi dan wewenangnya.
1. Karena lemahnya SDM aparat pemdes
2. Wawasan aparat masih kurang
3. Kurangnya pelaksanaan diklat pembuatan perdes bagi
aparat pemdes
1. Kurangnya pembinaan dari BPMPD Kab.Bengkalis
2. Kurangnya minat aparat pemdes untuk mempelajari
pembuatan perdes
3. Malas membuat perdes karena tidak ada reward dan
punishment jika membuat perdes.
1. Latar belakang pendidikan kurang
2. Kesempatan mengikuti diklat sangat minim bagi aparat
pemdes
3. Membuat perdes itu cukup sulit.

Latar belakang pendidikan aparat Pemerintahan desa di Kecamatan
Bengkalis disajikan pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan
aparat Pemerintahan Desa yang golongan SLTA mempunyai jumlah terbanyak yaitu
sebanyak 132 orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata aparat Pemdes
berpendidikan SLTA. Aparat yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) dengan jumlah 29 orang, yang berpendidikan Strata 1 (S-1) berjumlah 21
orang, yang berpendidikan Diploma – 2 (D-2) dan Diploma – 3 (D-3) berjumlah 12
orang dan aparat Pemdes yang berpendidikan Sekolah Dasar berjumlah 7 orang serta
aparat Pemdes yang berpendidikan Strata-2 (S-2) berjumlah 1 orang. Tentunya
dengan rata-rata berpendidikan SLTA aparat Pemdes harus mendapatkan pendidikan
dan pelatihan khusus mengenai pembuatan Perdes, agar mereka nantinya bisa
membuat perdes tersebut.

7

Tabel 3. Rekapitulasi data latar belakang pendidikan Kepala Desa, Sekretaris Desa
dan Ketua/anggota BPD Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis pada
tahun 2010
No

1.
2.
3.
4.

Jabatan

Kepala Desa
Sekretaris Desa
Ketua BPD
Anggota BPD
Jumlah

Latar belakang pendidikan
SD
0
0
0
7
7

SLTP
1
0
4
24
29

SLTA
15
13
9
95
132

D-2/D-3
0
1
1
10
12

Jumlah
S-1
1
3
1
16
21

S-2
0
0
1
0
1

17
17
17
154
204

Intensitas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) pembuatan peraturan
desa di Kabupaten Bengkalis disajikan pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa
jumlah diklat yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten sangat sedikit. Artinya
bahwa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 hanya terdapat 6 kali pelaksanaan
diklat. Dengan jumlah aparat Pemerintahan Desa di Kecamatan Bengkalis sebanyak
204 orang, setiap tahunnya

diklat pembuatan perdes seharusnya lebih intensif

dilaksanakan, agar setiap aparat berkesempatan mengikuti diklat dimaksud. Hal ini
disebabkan karena bukan hanya aparat Pemerintahan Desa yang dari Kecamatan
Bengkalis saja, masih ada kecamatan lain di Kabupaten Bengkalis juga diberikan
kesempatan untuk mengikuti diklat pembuatan peraturan desa.
Tabel 4. Banyaknya pendidikan dan pelatihan (diklat) pembuatan peraturan desa dan
sejenisnya
No.

Jenis diklat/jumlah peserta

1.

Pembuatan perdes/40 orang

2.

Manajemen pemerintahan desa/
40 orang
Peningkatan kapasitas sekretaris
desa/40 orang

3.

Tahun
2008
1 kali

Tahun
2009
1 kali

Tahun
2010
1 kali

0

0

2 kali

0

0

1 kali

Jumlah aparat Pemerintahan Desa yang

berkesempatan untuk mengikuti

diklat pembuatan peraturan desa dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan bahwa
dari 204 orang aparat Pemerintahan Desa (Kades, Sekdes, Ketua BPD dan Anggota
BPD) hanya 48 orang yang pernah mengikuti diklat pembuatan Perdes. Sebanyak 1
8

kali dan yang pernah mengikuti diklat tersebut sebanyak di atas 1 kali berjumlah 18
orang. Ironisnya jumlah aparat Pemdes yang belum pernah mengikuti diklat
pembuatan perdes sebanyak 129 orang. Jadi sangat beralasan jika banyak desa yang
belum produktif dalam menghasilkan peraturan desa.
Tabel 5. Jumlah Aparat Pemerintahan Desa yang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
pembuatan Peraturan Desa pada tahun 2010

No

1.
2.
3.
4.

Aparat Pemdes

Kepala Desa
Sekretaris Desa
Ketua BPD
Anggota BPD
Jumlah

Belum pernah
mengikuti
diklat (orang)

Pernah sekali
mengikuti
diklat (orang)

1
2
0
126
129

10
11
15
12
48

Pernah lebih
dari sekali
mengikuti
diklat (orang)
6
4
2
6
18

Untuk mengetahui faktor penyebab kurangnya pembuatan peraturan desa oleh
aparat pemerintahan desa, telah dilakukan wawancara kepada sampel dari masingmasing perwakilan populasi dengan hasil sebagaimana tercantum pada Tabel 6. Dari
hasil wawancara dapat diketahui bahwa penyebab kurangnya jumlah perdes dibuat
oleh aparat Pemdes adalah karena pembuatan perdes itu cukup sulit, kurangnya diklat
tentang pembuatan perdes, aparat desa kurang memahami pembuatan perdes,
kurangnya insentif bagi BPD sehingga aparat BPD menjadi malas dan tidak
mempedulikan tugas, wewenang maupun hak untuk mengajukan perdes, kurangnya
bimbingan dari aparat kecamatan maupun kabupaten karena membuat perdes harus
dibimbing oleh aparat kecamatan maupun kabupaten, pembuatan perdes harus diawasi
dan petunjuk pelaksanaan pembuatan perdes belum jelas.

9

Tabel 6. Rekapitulasi jawaban pertanyaan pada wawancara dengan responden,
apakah faktor penyebab kurangnya aparat Pemdes dalam pembuatan perdes.
No
1.

Responden
Kades Kelapapati

2.

Kades Pedekik

3.

Kades Senggoro

4.
5.

Kades Air Putih
Kades Meskom

6.

9.
10.

Ketua BPD
Wonosari
Ketua BPD Air
Putih
Ketua BPD Sei
Alam
Ketua BPD Meskom
Ketua BPD Sebauk

11.

Sekdes Kelapapati

12.
13.

Sekdes Wonosari
Sekdes Pangkalan
Batang
Sekdes Penebal

7.
8.

14.
15.

Sekdes Pematang
Duku

1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
1.
2.
1.
2.
1.
1.
2.
1.
1.
2.
1.
2.
1.
1.
2.
1.
2.
1.
2.

Jawaban
Karena sulit membuatnya
Belum mengerti membuatnya
Sulit membuatnya
Kurangnya pelaksanaan diklat
SDM lemah
Sulit membuatnya
Tidak ada yang membimbing membuatnya
Harus ikut diklat
Harus diawasi
Sulit
Belum mengerti
Kurang diklat
Kurangnya insentif bagi bpd
Sulit
Gaji anggota BPD tidak cukup
Petunjuk pelaksana belum jelas
Insentif BPD belum ada sehingga anggota
malas mengusulkan perdes
Belum paham
Kurangnya diklat
Sulit membuatnya
Banyak aparat yang malas membuatnya
Agak sulit
Kurang memahami
Kurang ikut diklat
Sulit membuatnya
Kurangnya diklat.

KESIMPULAN
Efektifitas Pemerintahan Desa dalam pembuatan peraturan desa sebagian
besar desa sangat kurang, hanya 1 (satu) desa yang berada pada kategori efektif yaitu
Desa Pangkalan Batang. Faktor-faktor penyebab kurang efektifnya pemerintahan desa
dalam pembuatan perdes antara lain latar belakang pendidikan aparat Pemerintahan
Desa masih kurang, kurangnya pelaksanaan diklat pembuatan perdes bagi aparat
pemerintahan desa, kurangnya kepedulian aparat pemdes terhadap tugas pokok, fungsi
dan wewenangnya, sifat malas aparat pemdes,

kurangnya insentif untuk Badan

10

Permusyawaratan Desa dan pembuatan perdes agak sulit serta petunjuk pelaksanaa
perdes belum jelas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh responden yang terlibat
dalam penelitian ini, mulai pejabat Pemerintah Kabupaten Bengkalis yaitu Kepala
Bidang Pemerintahan Desa pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa Kabupaten Bengkalis, Camat Bengkalis, Kepala Seksi Pemberdayaan
Masyarakat Desa pada Kantor Camat Bengkalis dan Kepala Seksi Pemerintahan pada
Kantor Camat Bengkalis serta

kepada perwakilan Kepala Desa yaitu Kades

Kelapapati, Kades Pedekik, Kades Senggoro, Kades Air Putih dan Kades Meskom,
perwakilan Sekretaris Desa yaitu Sekdes Kelapapati, Sekdes Wonosari, Sekdes
Pangkalan Batang, Sekdes Penebal dan Sekdes Pematang Duku dan perwakilan dari
Ketua Badan Permusyawaratan Desa yaitu Ketua BPD Wonosari, Air Putih, Sei.
Alam, Meskom dan Ketua BPD Sebauk.
DAFTAR PUSTAKA
1

Mardiasmo. 2002. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, ANDI, Yogyakarta.

2

Jones, CO. 1984. An Introductionto the Studi of Public Policy, Third Edition,
Brooks/Cole Publishing Company, California.

3

Sigit, S. 2003. Perilaku Organisasi, Lukman Offset, Yogyakarta.

Undang-Undang Otonomi Daerah. 2004. Focusmedia, Bandung.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 tentang Desa. 2008. CV. Tamita Utama, Jakarta.

11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

H. Muhammad Fadhli, S.Sos, M.Si bin Bachrumsyah,
dengan panggilan hari-hari IIK, lahir di Bengkalis pada
tanggal 07 Januari 1972. Menikah tanggal 8 Agustus 1997
dengan seorang wanita yang

bernama

Hj. Dian

Darayanti Binti Ajbar Elwalid, dikarunia 3 (tiga) orang
cahaya mata yaitu: (1) Siti Fahma Diani, (2) Muhammad
Fandi Fadhli, dan

(3)

Muhammad Fatahilah Fadhli .

Menamatkan SD, SMP
dan SMA di Bengkalis. Menamatkan pendidikan Diploma 3
(D3) STPDN Jatinangor Jawa Barat tahun 1994, pendidikan

Srata 1 (S1)

di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (Fisipol USU)
Tahun 1999 di Medan. Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa pernah bekerja
sebagai

sebagai Kasubsi Perekonomian dan Produksi kantor Camat Bukit Batu

Kabupaten Bengkalis selama dua tahun, berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di
Subbag Mutasi Pegawai pada Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten Rokan Hilir
Provinsi Riau Tahun 1999-2001. Menamatkan pendidikan Strata 2 (S2) di Program
Magister pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau (Fisipol UNRI) pada
tahun 2005 . Memperoleh kesempatan menjabat Sekretaris Kecamatan Bantan
Kabupaten Bengkalis (Eselon IV/a) dari Tahun 2002 sampai dengan 2003. Tanggal
3 Oktober 2005 sampai dengan Desember 2007 dipromosikan menjabat Camat Siak
Kecil Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.Camat Bukit Batu pada tahun 2007 – 2008
dan Camat Bengkalis tahun 2008. Menjabat sebagai Kepala Bagian Tata
Pemerintahan Setda Kabupaten Bengkalis (Eselon III/a) akhir Desember Tahun 2008
sampai dengan 17 September 2010.

Kemudian menjadi fungsional di Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bengkalis selama
satu tahun, staf pada Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik selama 1 tahun
dan pada tanggal 8 Juni 2012 dipindahkan ke Badan Diklat dan Kepegawaian Kab.
Bengkalis sebagai Widyaiswara sampai dengan sekarang.

12