Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Pembangunan Daerah Dan Unit Usaha Syariah Bpd Sebelum Dan Setelah Penerapan Bpd Regional Champion (Brc) Dengan Metode Data Envelopment Analysis (Dea)

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI

BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BPD SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN

BPD REGIONAL

CHAMPION

(BRC) DENGAN METODE

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

(DEA)

Disusun oleh:

Farhan Rabbani

NIM. 109046100162

PRODI MUAMALAT JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN UNIT USAHA SYARIAH BPD SEBELUM DAN SETELAH

PENERAPAN BPD REGIONAL CHAMPION (BRC) DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

FARHAN RABBANI NIM : 109046100162

Di Bawah Bimbingan :

Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA NIP. 19601107 198505 1 001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM (MUAMALAT)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA


(3)

2014 M./1435 H.

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha Syariah BPD Sebelum dan Setelah Penerapan BPD Regional Champion dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)yang ditulis oleh Farhan RabbaniNIM 109046100162, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 9 Mei 2014 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. H. JM. Muslimin, MA NIP. 196808121999031014

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Ketua : Dr. H. JM. Muslimin, MA (………) NIP. 196808121999031014

Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A (………) NIP. 197004161997031004

Pembimbing : Prof.Dr.H.Fathurrahman Djamil, M.A. (………) NIP. 196011071985051001

Penguji I : Dr.H.Anwar Abbas, M.Ag.,MM. (………) NIP. 195502151983031002

Penguji II : Yuke Rahmawati, MA (………) NIP. 197509032007012023


(4)

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 9 Mei 2014

FARHAN RABBANI 109046100162


(5)

ABSTRAK

Farhan Rabbani. NIM 109046100162. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha Syariah BPD sebelum dan sesudah Penerapan BPD regional Champion(BRC) dengan Metode Data Envelopment Analysis(DEA). Dibimbing oleh Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA.Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1434/2014.

Skripsi ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha syariah BPD pada saat sebelum dan setelah penerapan BPD Regional Championyaitu pada tahun 2009-2010 dan 2011-2012. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis untuk mengukur tingkat efisiensi masing-masing bank.Selain itu, penelitian ini juga menyuguhkan nilai yang disarankan untuk mengatasi bank yang inefisien.Hasil penelitian menunjukkan rata-rata efisiensi BPD dan UUS BPD mengalami peningkatan setelah penerapan BRC.Dan nilai rata efisiensi UUS BPD lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata efisiensi BPD.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang saya hormati dan menjadi guru bagi kita semua.

2. Kepada Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku ketua Program Studi Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada saya selama menjadi mahasiswa prodi Muamalat.

3. Kepada Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kepada kedua orang tuaku, Abdul Razzak, SH dan Lea Movida Surbakti yang senantiasa mendukung, memotivasi, mendoakan dan pengertian sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.


(7)

5. Kepada kakak dan adik-adikku yang selalu menginspirasi.

6. Kepada teman-teman kelas E, khususnya Anggit Wicaksono yang banyak memberikan masukan selama proses pembuatan skripsi.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis baik selama masa pendidikan hingga pengerjaan skripsi yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan kalian semua.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya di masa mendatang.Akhir kata, penulis berharap ALLAH SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 23 April 2014


(8)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Pembatasan dan Pembatasan Masalah ... 12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

E. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank ... 19

B. Efisiensi... 38

C. Data Envelopment Analysis... 54

D. Studi Terdahulu... 60 BAB III METODE PENELITIAN


(9)

A. Objek Penelitian ... 65

B. Sumber dan Jenis Data ... 65

C. Populasi dan Sampel ... 66

D. Teknik Pengumpulan Data... 67

E. Identifikasi Variabel Input dan Output ... 68

F. Metode Analisis ... 71

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Penelitian ... 73

B. Analisis Efisiensi BPD dan UUS BPD ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA... 109


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 35

Tabel 3.1 Daftar Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha Syariah BPD ... 66

Tabel 3.2 Variabel Input dan Output Pendekatan Intermediasi ... 69

Tabel 4.1 Skor Efisiensi BPD dan UUS BPD Tahun 2009 dan 2010 ... 74

Tabel 4.2 Nilai Target Dana Pihak Ketiga BPD Tahun 2009 dan 2010 ... 79

Tabel 4.3 Nilai Target Dana Pihak Ketiga UUS BPD Tahun 2009 dan 2010 ... 81

Tabel 4.4 Nilai Target Biaya Tenaga Kerja BPD Tahun 2009 dan 2010... 83

Tabel 4.5 Nilai Target Biaya Tenaga Kerja UUS BPD Tahun 2009 dan 2010.... 85

Tabel 4.6 Nilai Target Fix Asset BPD Tahun 2009 dan 2010 ... 87

Tabel 4.7 Nilai Target Fix Asset UUS BPD Tahun 2009 dan 2010 ... 89

Tabel 4.8 Skor Efisiensi BPD dan UUS BPD Tahun 2011 dan 2012 ... 91

Tabel 4.9 Nilai Target Dana Pihak Ketiga BPD Tahun 2011 dan 2012 ... 95

Tabel 4.10 Nilai Target Dana Pihak Ketiga UUS BPD Tahun 2011 dan 2012 ... 97

Tabel 4.11 Nilai Target Biaya Tenaga Kerja BPD Tahun 2011 dan 2012... 99

Tabel 4.12 Nilai Target Biaya Tenaga Kerja UUS BPD Tahun 2011 dan 2012.... 101

Tabel 4.13 Nilai Target Fix Asset BPD Tahun 2011 dan 2012 ... 102

Tabel 4.14 Nilai Target Fix Asset UUS BPD Tahun 2011 dan 2012 ... 104


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Orientasi Input ... 47

Gambar 2.2 Orientasi Output... 48

Gambar 4.1 Grafik Efisiensi BPD 2009-2010 ... 77

Gambar 4.2 Grafik Efisiensi UUS BPD 2009-2010 ... 78

Gambar 4.3 Grafik Efisiensi BPD 2011-2012 ... 93


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri perbankan memegang peranan yang sangat vital bagi perekonomian Indonesia.Bank merupakan lembaga keuangan terpenting, dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara makro maupun mikro. Hal ini terwujud oleh karena fungsi utama dari perbankan yaitu sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana. Mengingat pentingnya peranan sektor perbankan, maka perbankan yang kuat dan sehat sangat dibutuhkan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di Indonesia.Tak terkecuali Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Dalam pasal 2 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 tahun 1999 tentang pedoman Organisasi dan Tata kerja Bank Pembangunan Daerah, meyebutkan bahwa BPD mempunyai tugas pokok mengembangkan perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah melalui kegiatannya sebagai bank. Selanjutnya dalam pasal 3 dijelaskan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut, BPD akan menyelenggarakan beberapa fungsi, yaitu:

a. Pendorong terciptanya tingkat pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat;


(13)

b. Pemegang kas daerah dan atau menyimpan Uang Daerah; c. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Melalui kebijakan tersebut, Pendirian BPD diarahkan untuk mendorong kegiatan ekonomi dalam pembangunan di daerah melalui pendanaan kepada usaha kecil dan menengah.

Perkembangan kinerja BPD dapat dilihat dari 2 indikator rasio, yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non performing Loan (NPF).Melalui rasio LDR dapat dilihat bahwa BPD mempunyai kinerja yang baik. Hal ini terfleksi pada LDR BPD yang terus mengalami peningkatan. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) per September 2010 mencapai rata-rata sebesar 72,1 persen dengan sebaran 1 bank dengan nilai LDR lebih dari 100 persen, 7 bank dengan nilai LDR 80-100 persen, 17 bank 50-80 peren, dan 1 bank dengan nilai LDR 0-50 persen.

Pencapaian LDR diatas ditunjang oleh peningkatan kredit dan penerimaan dana dari masyarakat. Pada tahun 2008 kredit yang disalurkan BPD mencapai Rp 96,4 triliun, pada tahun 2009 terjadi peningkatan dengan nilai Rp 120,8 triliun, dan pada tahun 2010 mencapai Rp 139,5 triliun. Peningkatan ini tentu menjadi salah satu indikasi bahwa BPD telah memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan potensi ekonoi khususnya ekonomi daerah di seluruh Indonesia.

Penyaluran kredit BPD disertai dengan prinsip kehati-hatian dan penerapan manajemen resiko yang baik. Sehingga rasio kredit bermasalah pun tetap terjaga pada level yang rendah yatu 3,0 persen atau sedikit lebih rendah


(14)

3

dengan NPL (Non performing Loan) perbankan nasional sebesar 3,3 persen. Namun terdapat 12 BPD dengan NPL diatas rata-rata industri perbankan.Kondisi ini berarti masih terdapat ruang bagi BPD untuk terus meningkatkan penyaluran kreditnya kepada masyarakat khususnya pada sektor-sektor usaha yang lebih produktif.

Dengan tingginya penyaluran kredit dan rendahnya kredit bermasalah berdampak positif pada profitabilitas BPD. Pada tahun 2008, BPD berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 5,8 triliun dan pada tahun 2009 laba bersih BPD meningkat sebesar 12,1 persen dibanding perolehannya pada tahun 2008 menjadi Rp 6,5 triliun.

Ketahanan BPD relatif cukup memadai terhadap resiko normal, hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR). Sejak tahun 2008 CAR BPD masih cukup tinggi diatas ketentuan modal minimum sebesar 8 persen. Adapun rata-rata CAR BPD hingga September 2010 adalah sebesar 13,4 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa BPD berada pada kondisi yang kuat dan sehat.

Modal inti BPD juga mengalami peningkatan, rata-rata modal intiBPD per September 2010 sebesar Rp827,1 miliar yang sebarannya 7 BPD yang memiliki modal inti diatas Rp 1 triliun, 4 BPD yang memiliki modal inti Rp750 miliar sampai dengan Rp 1 triliun, 2 BPD yang memiliki modal inti Rp 500-750 miliar, 5 BPD yang memiliki Rp 100-250 miliar. Rata-rata modal inti BPD ini masih dibawah rata-rata perbankan nasional yang sudah berada diatas Rp 2 triliun.


(15)

Berdasarkan perkembangan dan kondisi BPD diatas, terlihat bahwa BPD telah membuktikan mampu berkiprah dalam industri perbankan nasional. Namun dalam perkembangan BPD masih terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh BPD, yaitu:

1. Permodalan BPD yang relatif masih terbatas jika dibandingkan dengan rata-rata permodalan industry perbankan berpotensi melemahkan ketahanan BPD.

2. Brand awareness masyarakat terhadap BPD masih rendah jika dibandingkan dengan brand awarenessterhadap bank umum. Hal ini menyebabkan kepercayaan nasabah terhadap BPD menurun.

3. Kualitas BPD yang masih harus ditingkatkan.

4. Kualitas dan kompetensi SDM di BPD yang masih belum sesuai dan belu bisa memenuhi kebutuhan pasar.

5. Inovasi dan pengembangan produk dari BPD yang masih terbatas 6. Belum optimalnya jalinan kerjasama bisnis antara BPD dan mitra

kerjanya

7. Masih rendahnya struktur pendanaan dari masyarakat 8. Komposisi portofolio kredit produktif masih rendah

9. Belum terkonsolidasinya sistem teknologi informasi dalam jaringan BPD seluruh Indonesia.


(16)

5

Berdasarkan pada fakta dan permasalahan di atas, Bank Pembangunan Daerah seluruh Indonesia melalui Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA), terus melakukan pembenahan di segala lini bisnis sebagai komitmen memperbesar kontribusi dalam membangun ekonomi daerah, yang pada akhirnya akan berimbas pada geliat perekonomian nasional. Salah satu upaya pembenahan yang dilakukan adalah melalui berbagai upaya yang tahapannya tertuang dalam cetak biru (blueprint) yang diberi namaBPD Regional Championatau di singkat dengan BRC.

Untuk mendukung tercapainya sasaran sebagai regional champion, maka dalam setiap tahapan implementasinya mengacu pada tiga pilar penopang bagi terwujudnya BRC. Ketiga pilar tersebut adalah:1

I. Ketahanan kelembagaan yang kuat

II. Kemampuan sebagai Agent of Regional Development;dan III. Kemampuan melayani kebutuhan masyarakat

Untuk pilar I yaitu Ketahanan Kelambagaan yang kuat, diharapkan nantinya dapat membentuk BPD mampu beroperasi secara efisien.

Untuk pilar II yatu kemampuan sebagai Agent of Regional Development, hal ini sejalan dengan tugas pokok BPD untuk ikut menggerakkan perekonomian dan pembangunan daerah.Melalui pilar II ini, diharapkan BPD kedepan mampu memberikan kontribusi yang lebih maksimal, tidak hanya bagi peningkatan PAD, tetapi kontribusinya bagi pengembangan ekonomi daerah.Melalui pilar II ini,

1


(17)

nantinya BPD diharapkan untuk lebih berorientasi bagi pengembangan bisnis perbankan yang memiliki korelasi tinggi terhadap perekonomian daerah.

Untuk pilar III yaitu Kemampuan Melayani Kebutuhan Masyarakat, beberapa hal penting yang menjadi indikator kuncinya adalah meningkatkan pemahaman terhadap produk-produk keuangan, mempermudah akses layanan keuangan seluas-luasnya terutama kepada masyarakat kecil, memiliki kualitas sdm professional, memperluas jaringan kantor hingga tingkat kecamatan, memaksimalkan BPD sebagai konsultan keuangan bagi Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerahnya.

Ketiga pilar BRC tersebut merupakan acuan untuk mengukur sejauh mana sebuah BPD dinyatakan sebagai regional champion. Oleh karena itu ketiga pilar tersebut selanjutnya diformulasikan kedalam berbagai indikator, yaitu:

a) Pilar I

a. Modal inti mencapai rata-rata minimal Rp 1 triliun. b. Return on Asset(ROA) minimal 2,5 persen.

c. BOPO maksimal 75 persen.

d. Net Interest Margin(NIM) maksimal 5,5 persen. b) Pilar II

a. Pertumbuhan kredit minimal 20 persen per tahun. b. Portofolio kredit produktif minimal 40 persen per tahun. c. LDR berada pada level 78-100 persen.


(18)

7

d. Penghimpunan dana masyarakat di luar dana pemerintah minimal 70 persen.

e. Meningkatkan penyaluran kredit kepada Bank perkreditan Rakyat. f. Menjadi Apex bank .

c) Pilar III

a. Memberikan layanan BPD Net Online dan electronic banking (e-banking).

b. Mempermudah akses layanan keuangan seluas-luasnya terutama pada masyarakat kecil.

c. Memiliki kualitas SDM yang professional.

d. Memeperkenalkan produk unggulan yang dipergunakan secara luas oleh masyarakat.

e. Memperluas jaringan layanan kantor hingga tingkat kecamatan.

f. Memaksimalkan peran BPD sebgai konsultan keuangan bagi pemerintah daerah.

Melalui indikator Net Interest Margin maksimal 5,5 persen, Bank Pembangunan Daerah dinilai inefisiensi dengan pencapaian margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) yang bergitu besar, dan tertinggi diantara kelompok bank umum yang lain. NIM BPD per Agustus 2013 berada pada level 7,2 persen atau lebih tinggi dibanding bulan Agustus tahun sebelumnya. NIM secara industri berada di level 5,46 persen atau naik tipis dibanding Agustus 2012 sebesar 5.43 persen. NIM Bank Pembangunan Daerah yang tinggi dikhawatirkan


(19)

akan menghambat perputaran modal bagi sektor-sektor mikro, kecil, dan menengah di daerah yang bersangkutan. Dengan bunga kredit tinggi, dikhawatirkan sektor-sektor tersebut menjadi enggan meminjam dana pada Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang pada akhirnya berakibat pada terganggunya peran Bank Pembangunan daerah (BPD) sebagai lembaga intermediasi di daerah. Salah satu cara BPD untuk menurunkan NIM adalah dengan meningkatkan efisiensinya.

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan , bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat output yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.2

Sebagai lembaga intermediasi, dunia perbankan harus bertindak rasional dan efisiensi merupakan salah satu kata kunci yang harus selalu diperhatikan. Iswardono S Permono dan Darmawan (2000) menyatakan bahwa masalah efisiensi perbankan dirasakan sangat penting saat ini maupun di masa mendatang, karena antara lain: (1) kompetensi yang bertambah ketat; (2) permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3) meningkatnya standar

2

, Muliaman D Hadad,dkk.”Pendekatan Perametrik Untuk Efisiensi Perbankan Indonesia”. 2003.hal. 2


(20)

9

kepuasan nasabah. Oleh karena itu, analisis efisiensi perbankan di Indonesia mendesak dilakukan untuk mengetahui dan menentukan penyebab perubahan tingkat efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan korektif supaya dapat melaksanakan peningkatan efisiensi sebagaimana seharusnya.3

Pengukuran efisiensi perbankan Indonesia secara operasional dapat dilihat dari biaya operasional terhadap pendapatan operasional.Menurut pendapat yang dikemukakan oleh pengamat ekonomi Eugenia Mardanugraha (2003) mengungkapkan bahwa salah satu indikator efisiensi perbankan secara operasional dari sisi biaya adalah rasio antara biaya operasional terhadap pendapatan oprasional (BOPO). Semakin rendah rasio bopo menunjukkan bahwa bank tersebut sudah melakukan efisiensi dalam mengeluarkan biaya-biaya operasionalnya(Sinar Harapan, 2003).4

Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA) menjadikan rasio BOPO sebagai indikator efisiensi sebagaimana tertuang dalam pilar I BPD Regional Champion. Disisi lain, rasio ini dinilai kurang tepat untuk menggambarkan efisien suatu bank secara keseluruhan karena bisnis perbankan sebagai sebuah proses produksi yang didalamnya terdapat kombinasi sekian banyak input yang akan menghasilkan output secara optimal dan hal tersebut tidak ditemukan pada rasio BOPO yang hanya membandingkan beban operasional terhadap pendapatan operasional. Sedangkan pada metode DEA yang disebut juga

3

Wilson Arafat, Manajemen Perbankan Indonesia, Jakarta : LP3ES. 2006. Hal. 138

4

Edy Hartono, “Analisis Efisiensi Biaya Industri Perbankan Indonesia dengan Menggunakan Pendekatan Parametrik.” Tesis Program Studi Magister Manjemen, Universitas Diponegoro, 2009.


(21)

pendekatan frontier, akan dihasilkan suatu titik optimum dimana input seminim mungkin bisa menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan kombinasi input dan ouput. Dengan kelebihan tersebut maka pengukuran tingkat efisiensi menggunakan DEA dianggap sebagai metode yang menggambarkan bisnis perbankan secara ideal.5

Menurut Reynauld dan rokhim (2005), terdapat lima cara untuk menilai efisiensi, dua menggunakan pendekatan non-parametrik: Data Envelopment Analysis (DEA) dan Free Disposal Hull (FDH); dan tiga metode estimasi parametrik: Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution Free Approach (DFA) dan Thick Frontier Approach.6Data Envelopment Analysis adalah analisis inti yang digunakan dalam analisis frontier.Metode ini meyediakan perbandingan yang tajam dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi “stars performers dan under-achievers” (suatu area operasional yang memiliki performa paling bagus untuk dijadikan rujukan dan area operasional yang berada di bawah prestasi sehingga memungkinkan untuk dipertahankan atau dibuang) melalui perhitungan perbandingan ratio ouput dan input untuk semua unit yang diperbandingkan. Jika suati unit bisnis ditemukan tidak efisien, maka analisis

5

Faza Firdaus, “Effisiensi Bank Umum Syariah menggunakan Metode Two-Stage Data Envelopment Analysis,”Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013.

6

Benny Kristanto, “ Analisis Efisiensi PT Bank Bukopin Tbk sebelum dan setelah Initial Public Offering (IPO), Melalui Pendekatan Parametrik (Stochastic Frontier Approach),” Tesis Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2008.


(22)

11

frontierakanmengindikasikan bagaimana sumberdaya yang ada dapat dialokasikan lebih efektif dalam rangka meningkatkan efisiensi.7

Tulisan ini membahas efisiensi BPD beserta Unit Usaha Syariahnya, karena indikator keuangan yang dianggap belum cukup kuat untuk meyakinkan kesehatan kinerja BPD dan UUS. Maka tulisan ini akan memperlihatkan perbandingan efisiensi BPD sebelum dan setelah BRC, menggunakan data 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah BRC.

Selain itu, untuk memperluas pangsa pasar dan mengakomodir kebutuhan segmen masyarakat yang belum terlayani oleh bank konvensional, khususnya berkaitan dengan masalah keyakinan, serta didukung oleh UU No. 7 Tahun 1997 tentang perbankan yag kemudian disempurnakan dengan UU No. 10 Tahun 1998, membuka peluang yang seluas-luasnya kepada Perbankan Nasional untuk mendirikan Bank Syariah maupun kantor Cabangnya oleh bank konvensional.

BPD seluruh Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk turut serta mengembangkan segmen syariah, terutama diarahkan untuk diversifikasi usaha dan produk perbankan. Saat ini sudah terdapat 15 BPD yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS).

Dalam upaya mengembangkan bisnis syariah ini, terdapat beberapa langkah yang disiapkan bank-bank pembangunan daerah sebagai opsi untuk memperkuat bisnis syariah di lingkungan BPD. Salah satunya adalah mengembangakan Unit Usaha Syariah secara berkelanjutan di setiap BPD

7

Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Gratama Publishing 2013, h.327.


(23)

melalui dua pendekatan, yaitu: (1) memperluas kantor cabang atau counter-counter BPD yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dan (2) mendorong BPD-BPD yang saat ini belum memiliki UUS agar secepatnya membentuk UUS.

Oleh karena itu mengingat betapa pentingnya peranan lembaga keuangan ini maka diperlukan adanya suatu evaluasi kinerja.Khususnya untuk mengevaluasi salah satu indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan BPD menjadi regional champion, yaitu efisiensi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha Syariahnya, mengukur nilai efisiensi bank denganmenggunakan DEA, menganalisis pengaruh adanya BPD Regional Champion (BRC) dengan membandingkan nilai efisiensi bank sebelum dan sesudah BRC. Oleh karena itu penulis meneliti tentang efisiensi dengan judul “Analisis Efisiensi Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha Syariah BPD Sebelum Dan Setelah BPD Regional Champion dengan pendekatan Data Envelopment Analysis(DEA)”

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah-masalah yang dihadapi BPD antara lain mencakup:

1. Net Interest Margin BPD masih tergolong tinggi, yaitu 7,2 persen dibanding NIM rata-rata industri perbankan yg berada pada level 5,46 persen. Apakah NIM BPD akan mengalami penurunan dengan adanya BRC?


(24)

13

2. Permodalan BPD yang masih rendah dibanding industri perbankan berpotensi melemahkan ketahanan BPD. Apakah rata-rata modal inti akan meningkat setelah BRC?

3. Apakah CAR bisa meningkat setelah diluncurkan BRC?

4. Kualitas dan kompetensi SDM di BPD masih belum sesuai standar pasar. 5. Belum ada ketentuan pesifk yang mengatur mengenai penempatan dana

pemerintah dan dana Bank Perkreditan Rakyat di BPD.

6. Belum terkonsolidasinya sistem teknologi informasi dalam jaringan BPD seluruh Indonesia.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah-masalah yang hendak dibahas dalampenelitian ini, dan untuk memfokuskan masalah-masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka penulis perlu memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap objek yang hendak dikaji. Berikut adalah batasan-batasan penelitian

1. Penulis hanya menggunakan Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha Syariah BPD yang terdaftar dalam Bank Indonesia dan, tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

2. BRC mempunyai beberapa indikator penilaian keberhasilan BPD dan penulis hanya mengevaluasi dari sisi efisiensi.


(25)

3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode parametrik atau non parametric dan metode CAMEL atau RGEC. Namun, menurut beberapa ahli metode CAMEL atau RGEC memiliki banyak kekurangan karena hanya melihat rasio-rasio keuangan dan tidak dapat menunjukkan faktor-faktor apa yang menyebabkan perbankan menjadi inefisien. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan non parametrik yang bisaa disebut dengan Data Envelopment Analysis (DEA), karena pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan relatif dibandingkan dengan teknik parametrik dalam mengukur efisiensi DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari penyebab dan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. (Epstein and Henderson, 1989). Selain itu, DEA tidak memerlukan spesifikasi yang lengkap dari bentuk fungsi yang menunjukkan hubungan produksi dan distribusi dari observasi. Selain itu pendekatan parametrik sangat tergantung pada asumsi mengenai data produksi dan distribusi8, maka penulis pun mempercayakan pengukuran efisiensi ini menggunakan DEA. untuk menganalisa DEA dapat menggunakan software W-DEA dan DEAP.

4. Penulis akan menggunakan rentang waktu 2009 sampai dengan 2010 (2 tahun sebelum penerapan BRC) dan 2011 sampai dengan 2012 (2 tahun setelah penerapan BRC).

8


(26)

15

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat efisiensi BPD dan Unit usaha syariah BPD sebelum BRC? 2. Bagaimana tingkat efisiensi BPD dan Unit Usaha Syariah BPD setelah BRC?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah melihat judul yang diangkat dan latar belakang masalah yang ada serta perumusan masalah yang ingin didapatkan, penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi Bank Pembangunan Daerah (BPD), sehingga bisa menjadi evaluasi, masukan, dan bahan pertimbangan bagi investor, Bank Indonesia dan pemerintah daerah dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis

Selain menambah khasanah pengetahuan baru bagi penulis, penelitian ini juga menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan teori yang didapatkan dlam kegiatan perkuliahan selama ini.Serta dapat memberikan solusi terhadap masalah perbankan yang terjadi selama ini.

2. Akademisi dan Pembaca

Memberikan pengetahuan tentang masmalah perbankan khususnya efisiensi dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan membahas tentang perbankan.


(27)

3. Bagi Bank Pembangunan Daerah

Menjadi tambahan informasi dan masukan terkait efisiensi Bank Pembangunan Daerah. Keputusan dan peraturan apa yang harus diambil untuk mengembangkan Bank Pembangunan Daerah.

4. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat gambaran tentang Bank Pembangunan Daerah terkait keefisienannya dan memberikan kepercayaan bagi masyarakat untuk menempatkan dananya di Bank Pembangunan Daerah.

E. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangkan pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Pembangunan Daerah di Indonesia, yaitu ada 26 bank dan 16 Unit Usaha Syariah BPD yang terdaftar di Bank Indonesia. Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi dengan menggunakan pendekatan frontier approachyaitu dengan metodeData Envelopment Analysis (DEA) dengan cara menentukan jenis input dan output terlebih dahulu. Menurut Berger dan Humphrey (1997) pendekatan intermediasi adalah yang paling sesuai untuk mengevaluasi efiiensi seluruh bank karena termasuk di dalamnya beban bunga yang jumlahnya setengah atau dua per tiga dari total biaya. Variable input terdiri dari total simpanan, biaya tenaga kerja, dan aktiva tetap, sementara variable outputnya terdiri dari total kredit yang disalurkan dan total pendapatan.


(28)

17

Hubungan interaksi input dan output yang akan diteliti oleh penulis untuk menentukan tingkat efisiensi BPD dapat dilihat pada gambar analisis sistematis dibawah ini:

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang; latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Laporan Keuangan Bank Pembangunan Daerah dan Laporan Unit Usaha Syariah BPD

Output Total Kredit Total Pendapatan Input

Total Simpanan Biaya Tenaga Kerja

Aktiva Tetap

Output Total Kredit Total Pendapatan Input

Total Simpanan Biaya Tenaga Kerja

Aktiva Tetap

Tingkat Efisiensi Bank Pembangunan Daerah dan Unit Usaha Syariah

Set elah BRC Sebelum BRC


(29)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi gambaran umum tentang Bank, Efisiensi, Serta menjelaskan tentang konsep Data Envelopment Analysis (DEA). Dan pada bagian akhir di bab ini membahas seputar Tinjauan Studi terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang objek penelitiam, sumber dan jenis data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan penjelasan terkait variable input dan outputnya serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi umum penelitian dan hasil penelitian mengenai tingkat efisiensi BPD dan UUS pada sebelum dan setelah penerapan BPD Regional Champion.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan pembahasan analisis dari hasil penelitian dan saran kepada pihak-pihak terkait dengan penelitian ini dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


(30)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Bank

1. Definisi Bank

Definisi bank sesuai dengan UU Perbankan No.10 tahun 1998 menyatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Prof. G.M. Verryn Stuart didalam bukunya Bank politik mengatakan bahwa bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, mapun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang berupa uang giral.9

Struktur perbakan di Indonesia terdiri atas bank umum dan BPR. Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai layanan produk jasa kepada masyarakat dalam berbagai bentuk, member kredit pinjaman kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk, member kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli valuta asing/valas, menjual jasa

9

Drs. O.P. simorangkir, pengantar lembaga keuangan bank dan nonbank. Bogor: Ghalia Indonesia. 2004. Hal 10


(31)

asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.

Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank penunjang yang memiliki keterbatasan walayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas, menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsim bagi hasil, penempatan dana dalam Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat / surat berharga, tabngan, dan lain sebagainya.

2. Klasifikasi Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam UU No. 10 Tahun 1998.bank umum di bagi menjadi dua, yaitu :10

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Bank konvensional adalah bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi kebisaaan serta dipakai secara meluas dibanding dengan metode bagi hasil. Bank yang berdasarkkan prinsip konvensilnal menggunakan dua metode, yaitu:

1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti gir, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk

10


(32)

21

produk pinjaman nya juga ditentukan berdasarkan tingkt suku bunga tertentu.

2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan biaya-biaya dalam nominal atau presentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hokum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya, sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip dasar hukumnya adalah Al-Qur’an dan Hadits.

3. Tujuan Bank

a. Jangka pendek / tactical Planning

1) Memenuhi kebutuhan likuiditas wajib minimum bank (RR=reserve requirement) yang harus dilaporkan secara mingguan kepada Bank Indonesia. RR berguna untuk memenuhi penarikan dana, pemberian kredit, sebagai upaya preventif jika kalah kliring dan untuk menjaga kredibilitas bank.

2) Memberikan pelayanan kepada nasabah kredibilitas bank. 3) Menanamkan dana dalam sekuritas.


(33)

b. Jangka panjang / strategic Planning 1) Memperoleh laba maksimum. 2) Memaksimalkan nilai perusahaan 4. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atu sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bang dapat sebagai berikut (Budi Santoso Dan triandaru,2006):

a. Agent of trust, kegiatan perbankan berdasarkan kepercayaan.

b. Agent of Development, memperlancar kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.

c. Agent of Service, memberikan jasa-jasa lain kepada masyarakat. 5. Kegiatan Bank

Dewasa ini kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia terutama kegiatan bank umum adalah sebagai berikut:11

a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk:

1) Simpanan giro (demand deposit) yang merupakan simpnanan pada bank dimana penarikannya dapan dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

2) Simpanan tabungan (saving deposit) yaitu simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian antara bank

11


(34)

23

dengan nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku tabungan, kartu atm atau sarana penarikan lainnya. 3) Simpanan deposito (time deposit) merupakan simpanan pada bank

yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan bilyet deposito atau setifikat deposito atau sertifikat deposito.

b. Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit seperti: 1) Kredit investasi kredit yang diberikan kepada para investoruntuk

investasi yang penggunaannya jangka panjang.

2) Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk mebiayai kegiatan suatu usaha dan bisaanya bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi perdagangan.

3) Kredit Perdagangan kredit yang diberikan kepada para pedagang,baik agen-agen maupun pengecer.

4) Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi.

5) Kredit Produktif yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.

c. Memberikan jasa-jasa bank lainya (sevices) antara lain: 1) Menerima setoran-setoran,seperti:

- Pembayaran pajak - Pembayaran telepon


(35)

- Pembayaran air - Pembayaran listrik - Pembayaran uang kuliah

2) Melayani pembayaran-pembayaran seperti : - Gaji/Pensiunan/honorarium

- Pembayaran deviden - Pembayaran kupon

- Pembayaran bonus/hadiah

3) Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi : - Penjamin emisi (Underwriter)

- Penanggung (Guarantor) - Wali amanat (Trustee)

- Perantara perdagangan efek (pialang/broker) - Pedagang efek (Dealer)

- Perusahaan Pengelola Dana (investment company)

4) Transfer (Kiriman Uang) merupakan jasa kiriman uang antar bank baik antar bank yang sama maupun bank yang berbeda. Pengiriman uang dapat dilakukan untuk dalam kota, luar kota maupun luar negeri.

5) Inkaso (Collection) merupakan jasa penagihan warkat antar bank yang berasal dari luar kota berupa cek, bilyet giro, atau surat-surat


(36)

25

berharga lainnya yang baik berasal dari warkat bank dalam negeri maupun luar negeri.

6) Kliring (Clering) merupakan jasa penarikan warkat (cek atau BG) yang berasal dari dalam satukota, termasuk transfer dalam kota antar bank.

7) Safe Deposit Box merupakan jasapenyimpanan dokumen, berupa surat-surat atau benda berharga. Safe Deposit Box lebih dikenal dengan namaSafe Loket.

8) Bank Cardmerupakan jasa penerbitan kartu-kartu kredit yang dapat digunakan dalam berbagai transaksi dan penarikan uang tunai di ATM (Anjungan Tunai Mandiri) setiap hari

9) Bank Notes (Valas) merupakan kegiatan jual beli mata uang asing. 10) Bank Garansi merupakan jaminan yang diberikan kepada nasabah

dalam pembiayaan proyek tertentu

11) Referensi Bank merupakan surat referensi yang dikeluarkan oleh bank

12) Bank Draft merupakan wesel yang diterbitkan oleh bank

13) Letter of Credit (LC) merupakan jasa yang diberikan dalam rangka mendukung kegiatan atau transaksi ekspor impor

14) Cek Wisata (Travellers Cheque) merupakan cek perjalanan yang bisaa digunakan oleh para turis dan dibelanjakan di berbagai tempat perbelanjaan


(37)

6. Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Alqur’an dan Hadits Nabi SAW.

Perbankan syariah mulai berdiri pada tahun 1992, dengan salah satu motifnya antara lain adalah membangun ekonomi umat Islam yang sekian lama tepinggirkan. Tampak fenomena domestic ini membat orang salah mendiga bahwa bank syariah itu hanya untuk orang islam dan merupakan bank komersial, melayani siapa saja dan bisa dilaksanakan oleh siapa saja, baik muslim ataupun tidak. Untuk itu, sebenarnya perbankan Islam merupakan contoh konkrit universitas Islam sebagai rahmatanlil’alamin.(Hakim, 2011 : 59).12

Bank syariah dalam perhitungannya memiliki dua jenis perhitungan pertama menggunakan dasar profit sharing. Dalam sistem ini besar kecil pendapatan yang akan diterima nasabah tergantung pada keuntungan bank. Kedua menggunakan dasar perhitungan revenue sharing, besar kecil pendapatan yang akan diterima nasabah tergantung pendapatan kotor bank. Bank syariah di Indonesia umumnya menerapkan sistem revenue sharingyang dapat memperkecil kerugian nasabah (yunitarini, 2007:167)

12

Uma Uctavia, “ Analisis Tingkat Efisiensi Bank Umum SYariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia dengan metode Data Envelopment Analysis Periode 2007-2011. Universitas Diponegoro. 2013. Hal 17.


(38)

27

Hubungan antara nasabah bank baik kreditor atau deposan maupun debitor atau pengusaha dengan bank berbeda hubungan yang ada dari bank konvensional yang sebenarnya saling eksploitasi.Pada bank syariah sebagai hubungan kontrak (contractual agreement) pada usaha yang produktif dan berbagai keuntungan secara adil (mutual investmen relationaship). Baik bank sebagai shohibul maal denan mudharib atau pengelola maupun investor sebagai Sohibul maal dengan bank., terjadi hubungan yang sejajar sebagai mitra usaha. Atas dasar hubungan inilah pada bank syariah tidak terjadi negative spread seperti yang terjadi pada bank konvensional (Yunitarini,2007: 167).

Karakteristik bank syariah yang berdasarkan prinsip bagi hasil, memberikan aspek keadilan bagi bank dan nasabah, pada prinsip bagi hasil yang berbasis kejujuran dan kemitraan memberikan alternatif solusi yang menarik bagi masyarakat untuk dapat berinvestasi pada bank syariah dan data digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Ada beberapa prinsip yang digunakan dalam kegiatan operasional perbankan syariah, yaitu:

a. Prinsip titipan atau simpanan (depository/al-wadi’ah)

Dalam tradisi fiqh Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja penitip menghendaki.13

13

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema InsaniPress. 2011. Hal 85


(39)

Dalam aktivitas perekonomian modern, si penerima sipanan tidak mungkin akan meng-idle-kan aset tersebut, tapi mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu. Karenanya, ia harus meminta izin dari si pemberi titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan ia menjamin akan mengambalikan asset tersebut secara utuh. Dengan demikian, ia bukan lagi yad al-amanah, tetapi yad dhamanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kehilangan/kerusakan yang terjadi pada barang tersebut.14

b. Prinsip Bagi Hasil (profit-sharing) 1) Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Al-musyarakah bisaanya diaplikasikan ntuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membieayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

14


(40)

29 2) Al-Mudharabah15

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.Dalam pembahasan fiqh ulama salafus saleh seringkasi dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maam ke mudharib yang member kekuasaan sangat besar.

Sedangkan mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batas jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

Al-Mudharabah bisaanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada tabungan berjangka dan deposito special.

15


(41)

3) Al-Muzara’ah16

Dalam konteks ini, lembaga keuangan Islam dapat memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidan plantation atas dasar prinsip bag hasil dari hasil panen.

c. Prinsip jual beli (sale and purchase)

1) Al-murabahah (deferred payment sale)17

Bai’ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yag disepakati.

Bai’ al-murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan bisa disebut dengan murabahah kepada pemesan pembelian (KPP). Murabahah KPP umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri seperti melalui letter of credit (L/C) skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah bisaa bertransaksi dengan dunia erbankan pada umumya.

2) Bai’ Salam

Dalam pengertian yang sederhana, bai’ as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan kemudian hari sedangkan pembayaran dibayarkan di muka.

16

Ibid.,h. 99

17


(42)

31

Bai’ as-salam bisaanya dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Karena barang yang diberli oleh bank adalah barang seperti jagung, padi, dan cabai, dan bank berniat untuk menjadikan barang-barnag tersebut sebagai simpanan atau inventory, dilakukan akad bai’ as-salam kepada pembeli kedua, misalnya kepada Bulog, pedagang pasar induk, atau grosir. Inilah yang dalam perbankan Isla dikenal sebagai salam pararel.

3) Bai’ Istishna

Bai’ istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak sepakat atas harga dan sistem pembayaran: apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai sutau waktu pada masa yang akan datang.

Menurut jumhur fuqaha, bai’ al-istishna merupakan suatu jenis dari bai’ as-salam.Bisaanya jenis ini dpergunakan di bidang manufaktur.Dengan demikian, ketentuan bai’ al-istishna mengikuti ketentuan dan aturan bai’as-salam.


(43)

d. Prinsip sewa (operational lease and financial lease)18

Ada dua akad dalam prinsip ini, yaitu al-ijarah dan al-ijarah al-muntahia bit-tamlik.

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.

Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.

e. Prinsip jasa (fee-based services)19 1) Al-Wakalah (deputyship)

Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Atau dengan kata lain pelimpahan kekuasaan oleh seseorag kepada yang lain dalam hal yang diwakilkan.

2) Al-Kafalah (Guaranty)

Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan kepada penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab orang lain sebgai penjamin.

18

Ibid., h. 117-119

19


(44)

33 3) Al-Hawalah (transfer service)

Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi tanggngan muhal ‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang.

4) Ar-Rahn (mortgage)

Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonmis.Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembari seluruh atau sebagian piutangnya.Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.

5) Al-Qardh (soft and benevolent loan)

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meninjam tanpa mengaharapkan imbalan. Dalam literature fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan bertransaksi komersial.


(45)

7. Perbedaan antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional

Dalam bank syariah, bisnis dna usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang di dalamnya terkandung hal –hal yang diharamkan.

Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, di antaranya sebagai berikut. 20

1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?

2. Apakah poyek enimbulkan kemudharatan untuk masyarakat? 3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum atau asusila? 4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industry senjata yang illegal atauberorientasi pada pengembagan senjata pembunuh missal?

6. Apakah proyek dapat merugikan syiar islam. Baik secara langsung maupun tidak langsung?

Dalam hal lingkungan kerja, sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Disamping itu karyawan bank syariah harus skillful dan professional, dan mampumelakukan tugas secara team work dimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi.Demikian pula dalam hal reward and punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.

20


(46)

35

Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam bentuk table berikut.21

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL

Melakukan investasi yang halal saja Investasi yang halal dan haram Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli,

dan sewa

Memakai perangkat bunga

Profit dan falah oriented Profit oriented Hubungan dengan nasabah dalam bentuk

hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah dalam bentk hubungan debitor-debitor

Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis

8. Bank Pembangunan Daerah22

a. Definisi bank pembangunan daerah

Bank Pembangunan daerah yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito atau mengeluarkan kertas-kertas berharga jangka menengah dan panjang, dan dalam usahanya memberikan kredit terutama memberikan kredit jangka menegah dan panjang di bidang pembangunan.

21

Ibid.,h.34

20


(47)

Bank Pembangunan Daerah didirikan dengan maksud khusus untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana (UU No.13 Tahun 1962) .tujuan awal didirikannya Bank Pembangunan Daerah adalah utuk mengemban misi publik sehingga orientasi profit tidak menjadi fokus. Bank Pembangunan Daerah didirikan di daerah-daerah tingkat I, dan saaat ini terdapat 26 Bank Pembangunan Daerah di seluruh Indonesia.

Bank Pembangunan Daerah mempunyai relasi yang tidak dapat dipisahkan dengan prekonomian daerah dimana BPD tersebut berdiri (sunarsip 2009, paragraph 2). Oleh karena itu, tidak mengherankan bila BPD selalu melekat nama daerah asal BPD didirikan. Selain menjalankan kegiatan bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir pemda, seperti dana realisasi APBD. Sehingga BPD memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN, swasta, asing dan campuran) yakni sebagian besar DPK merupakan dana milik pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah.

Pendirian BPD adalah untuk mendorong pembangunan di daerah.BPD diarahkan untuk menopang pembangunan infrastruktur, UMKM pertanian, dan lain-lain kegiatan ekonomi dalam rangka pembangunan daerah.Awalnya, peran ini telah dapat dijalankan dengan baik oleh BPD.Namum dalam perkembangannya, peran tersebut mulai tergoyahkan. Fenomena ini dapat dilihat dari struktur pendanaan (dana pihak ketiga) dan pembiayaan yang dimiliki oleh BPD.


(48)

37

Berbeda dari perbankan secara umum, focus DPK BPD adalah giro (sunarsip 2009, paragraph 4). Walaupun giro adalah dana termurah, namun perlu digaris bawahi bahwa giro juga yang paling tidak stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil, sehingga cukup sulit bagi bpd untuk menjadi bank yang dapat membiayai kredit jangka panjang/investasi.23

b. Fungsi Bank Pembangunan Daerah

Bank Pembangunan Daerah mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Bahwa untuk mempercepat terlaksananya usaha-usaha pembangunan yang merata di seluruh Indonesia perlu adanya pengerahan modal dan potensi daerah-daerah untuk pembiayaan pembangunan daerah.

2) Bahwa pelaksanaan proyek-proyek pembangunan daerah sebaiknya dijalankan sedemikian rupa, sehingga modal pembelanjaannya dapat diperoleh dari hasil proyek-proyek pembangunan tersebut.

3) Bahwa karena itu perlu mempertinggi daya usaha di daerah untuk membangun antaranya dengan jalan memberikan kemungkinan mendirikan bank-bank di daerah yang tidak menjalankan usaha-usahabank umum dan bertugas mengerahkan modal dan potensi di daerah-daerah dengan mengikut sertakan pihak swasta nasional progresif untuk mengusahakan pembiayaan proyek-proyek daerah dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berancana.

23

Arya Wikutama, “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Non-performing Loan Bank Pembangunan Daerah”.Universitas Indonesia. 2010.hal. 29


(49)

c. Tujuan Bank Pembangunan Daerah 1) Menjadi bank terkemuka di daerah.

2) Membantu percepatan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi 3) Pemberdayaan ekonomii masyarakat

4) Sebagai bank sehat elit yang merakyat

5) Sebagai pendorong pertumbuhanekonomi daerah 6) Sebagai sumber pendapatan daerah

7) Sebagai Pembina, pengembang, dan pendamping usaha kecil dan menengah.

B. Efisiensi

Wheelock and Wilson (1995) menyatakan bahwa efisiensi adalah alat ukur penting kondisi operasional bank dan merupakan salah satu kunci indikator pencapaian kinerja individual bank, setelah dibandingkan dengan kinerja industry perbankan secara keseluruhan. Studi efisiensi juga penting utnuk mengukur dampak potensial yang muncul dari kebijakan pemerintah atas perubahan regulasi dengan mengukur efeknya terhadap efisiensi perbankan.24

Berdasarkan sudut pandang perusahaan dikenal tiga macam efisiensi, yaitu (Prasetyo,2007):25

24

Benny kristanto,”Analisis Efisiensi PT Bank Bukopin Tbk Sebelum dan Setelah Initial Public Offering (IPO) melalui Pendekatan Parametrik,” Tesis Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2008.

25

Hendri Tanjung, Abrista Devi. “ Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”. Jakarta: Gratama publishing, 2013. Hal 320-321.


(50)

39

1. Technical efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah outputtertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output suatu barang tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain.

2. Allocative efficiency dapat merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologinya. Terminology efisiensi Pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif untuk menghormati ekonom Italia Vilfredo Pareto yang mengembangkan konsep efficiency in exchange. Efisiensi pareto mengatakan bahwa input produksi digunakan secara efisien apabila input tersebut tidak mngkin lagi digunakan untuk meningkatkan sesuatu usaha tanpa menyebabkan setidak-tidaknya keaadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal in berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien. 3. Economic efficiency, yaitu kombinasi antara efisiensi teknikan dan efisiensi

alokatif. Efisiensi ekonomis secara implicit merupakan konsep least cost production. Untuk tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan


(51)

biaya dimana biaya per unit dari output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain, untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil.

Pada dasarnya ada dua metodologi utama untuk mengukur efisiensi teknis: ekonometrik (parametrik) dan matematika (nonparametrik). Kedua teknik tersebut menggunakan metode yang berbeda untuk menyelubungi data.Dengan demikian mereka membuat akomodasi yang berbeda untuk random noise dan fleksibilitas dalam struktur produksi.26

1. Metode Kinerja Efisiensi

Dalam melakukan analisa perbandingan kinerja efisiensi, kita dapat menghitungnya dengan berbagai metode, antara lain :27

a. Metode Parametrik 1) Analisis rasio

Merupakan metode yang paling sederhana dalam menghitung kinerja khususnys mengenai produktivitas/efisiensi. Pendekatan ini memberikan informasi mengenai hubungan antara satu input dengan satu output, dirumuskan dengan :

26

Francesco Porcelli, “Measurement of Technical efficiency, A brief Survey on Parametrik and non-parametrik Techniques,” University of Warwick, 2009.h.9.

27

Retno Wulansari, “Efisiensi relatif Operasional Puskesmas-Puskesmas di Kota Semarang Tahun 2009,” Tesis Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Universitas Indonesia, 2010.


(52)

41

Efisiensi ( pr oduktivitas) = Output Input

2) Regresi Least-Square(LSR)

Pendekatan LSR dapat mengakomodasi banyak intput dan output dan mgnhitung gangguan (noise) dengan mempergunakan derajat kesalahan (error). Manfaat dari LSR lainnnya adalah bisa dipergunakan untuk mengukur perubahan teknis saat mempergunakan data time-series.Namun LSR juga memuliki kelemahan yaitu :

b) LSR mempergunakan ukuran tendensi terpusat (tehnik rata-rata) sehingga tidak bisa diketahui hubungan yang paling efisien dari data yang diolah.

c) LSR tidak bisa mengidentifikasi unit yang tidak efisien

d) LSR mensyaratkan fungsi produksi pra-spesifikasi akibat formula parametriknya

3) Total Faktor Produktivitas (TFP)

TFP dihitung berdasarkan penggunaan index angka.Index angka bisa digunakan untuk mengukur harga dan perubahan kuantitasdari waktu ke waktu dan juga mengukur perbedaan antara unit-unit organisasi. Rumus TFP :

? ?

ib ib N

i= 1

ia ia N


(53)

Dimana index TFPab mengukur perubahan nilai pada kuantitas output N yang diseleksi dari periode ‘a” ke “b”, dengan p mewakili harga dari output-output tersebut.

4) Stochastic Frontier Approach(SFA)

SFA merupakan salah satu metode parametrik yang bisa digunakan untuk menguji hipotesa.Teknik SFA mempergunakan kemungkinan maksimum perkiraan ekonometrik sehingga mampu mengidentifikasi gangguan yang bisa memperngaruhi nilai efisiensi. Namun umumnya teknik SFA hanya mampu mengakomodasi output tunggal dengan banyak input.

b. Metode nonparametrik

1) Data Envelopment Analysis(DEA)

DEA berasumsi bahwa tidak semua unit kerja memiliki kinerja yang efisien. DEA mengkomodasi banyak input dan banyak output dalam penghitungan model program liniernya guna menghasilkan nilai tunggal efisiensi bagi setiap observasi. Nilai ini bisa digunakan untuk mengukur efisiensi teknis, skala efisiensi, dan efisiensi alokatif.

2) Free Disposable Hull(FDH)

Model FDH juga merupakan perhitungan non paraetrik yang menentukan nilai efisiensi bagi unit yang diobservasi. Secara garis besar model FDH sama seperti DEA namun bila digambarkan dalam grafik, garis batasan (frontier) yang dibentuk oleh model DEA sama


(54)

43

sekali tak secembung model DEA berdasarkan asumsi yang digunakan. Garis batasan FDH berbentuk anak tangga sehingga nilai efisiensi yang dihasilkan oleh FDH lebih besar atau sama dengan model DEA. Akibatnya maka unit kerjayang dianggap efisien, lebih banyaj yang dihasilkan oleh model FDH daripada model DEA. Namun kedua teknik ini memiliki kemampuan yang sama untuk mengevaluasi dan membandingkan kinerja organisasi yang menggunakan beberapa sumberdaya dalam memberikan layanannya. Pemilihan untuk menggunakan model non parametrik dalam menganalisa suaru kelompok data, tergantung pada ketertarikan analis dan tujuan penganalisaannya.

Menurut Silkman (1986); Ario (2005) dalam Harjun Murharam dan Pusvitasari (2007), ada tiga jenis pendekatan pengukuran efisiensi khusus perbankan, yaitu:

a. Pedekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan. Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi jumlah output yang maksimum dengan input tertentu.

? ? ????? ?? = Output Input


(55)

Kelemahan dari pendekatan ini adalah apabila terdapat banyak input dan output yang akan dihitung sebcara bersamaan, sehinggabanyak perhitungan yang menimbulkan asumsi yang tidak tegas.

b. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. Fungdinya dapat dilihat di bawah ini:

? = ? ( ? 1, ? 2, ? 3, ? 4, . ? ? )

Diamana Y = Output, X = Input

Pendekatan regresi akan menghasilkan hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat output tertentu. UKE tersebut akan bernilai efisien, apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak disbanding jumlah output hasil estimasi.

Pendekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output, karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam sebuah persamaan regresi.apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu indikator, informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi.

c. Pendekatan frontier. Menurut Razif Yunus,28 pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan. Pendekatan ini semakin popular diterapkan untuk mengukur tingkat efisiensi, karena didasarkan pada perilaku institusi,

28

Razif Yunus, “Pengaruh Penerapan Peraturan Kesehatan Keuangan Terhadap Efisiensi Kinerja Perusahaan Asuransi Kerugian yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta (2002-2006),” Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2007. h.26.


(56)

45

dalam hal ini bagaimana pihak institusi memaksimalkan output ataupun dengan meminimalkan input. Olehkarenanya deviasi dari frontier dapat diinterpretasikan sebagai ukuran dari efisiensi yang merupakan standar kondisi optimal yang mungkin dicapai.

Pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu: parametrik dan non-parametrik. Pendekatan parametrik terdiri dari Stochastic Frontier Approuch (SFA) yaitu perluasan dari model asli deterministic untuk mengukur efek-efek yang tidak terduga (stochastic Frontier) di dalam batas produksi, Distribution Free Approach (DFA) merupakan efisiensi biaya mengukur seberapa dekat biaya dari duatu bank dengan biaya terendah yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang sama pada kondisi yang sama, dan Thick Frontier Approuch (TFA), sedangkan non-parametrik meliputi Data Envelopment Analysis (DEA) yaitu model pemrograman linier fraksional yang dapat mencakp banyak output dan input tanpa perlu menentukan bobot untuk setiap variabel sebelumnya tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan fungsional antara input dan output (tidak seperti regresi).

Beberapa tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan yang lebih difokuskan pada pendekatan frontier efficiency atau x-efficiency, mengukur penyimpanan dari lembaga keuangan berdasarkan “best practice” atau berlaku umum pada pendekatan frontier. Pendekatan frontier dari suatu lembaga keuangan dapat diukur melalui bagaimana kinerja lembaga keuangan


(57)

tersebut bersifat relatif terhadap perkiraan kinerjanya yang “terbaik” dari industri tersebut. Kondisi ini terjadi, apabila semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang sama.

Pendekatan frontier lebih superior karena penggunaan teknik program atau statistic yang menghilangkan pengaruh dari perbedaan harga input dan faktor eksogen lainnya dalam mempengeruhi kinerja yang akan diobservasi. Pendekatan ini telah digunakan secara lebih luas dalam analisis regulasi, yaitu untuk mengukur pengaruh dari merger dan akuisisi,regulasi modal, deregulasi suku bunga deposito, pergeseran restriksi geografis pada cabang dan holding dari perusahaan akuisisi. Keuntungan yang paling utama dari pendekatan ini adalah dapat mengukur secara objektif kuantitatif dengan menghilangkan pengaruh dari harga pasar dan faktor eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi.

2. Pendekatan Pengukuran Efisiensi

Baik efisiensi teknis dan alokatif dapat diukur dengan dua pendekatan utama, yaitu:29

a. Input oriented

Pendekatan sisi input digunakan untuk menjawab berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output yang sama.

29

Francesco Porcelli, “Measurement of Technical efficiency, A brief Survey on Parametrik and non-parametrik Techniques,” University of Warwick, 2009.h.4-6


(58)

47

Pada gambar di atas, isoquant yang ditandai dengan garis isoqL(y) dan input L(y) yang menggunakan 2 jenis input (x1 dan x2), dan satu jenis output (y).

Kombinasi input yang terletak pada isoquant yaitu xc dan xd akan mengidentifikasi perusahaan yang efisien. Sebaliknya, kombinasi input yang terletak di sebelah kanan melebihi garis isoquant, seperti xa dan xb, akan mengidentifikasi unit bisnis yang tidak efisien.

Dalam contoh ini xa dan xbadalah unit yang kurang efisien. Unit ini bisa menjadi unit yang efisien apabila mengurangi input xa dan xb untuk memproduksi 1 output yang sama, sehingga xa dan xb berada pada titik ρa and ρb. Jarak antara xa dan ρa atau xb dan ρb merupakan potential


(59)

improvement, yaitu jarak yang mencerminkan besaran input yang harus dikurangi pada titik xadan xbagar perusahaan efisien.

b. Ouput oriented

Pendekatan sisi output digunakan untuk menjawab banyaknya kuantitas output yang harus ditingkatkan secara proporsional dengan kuantitas input yang sama.

Gambar di atas menampilkan garis isoquant ditandai dengan IsoqP (x) yang merupakan kumpulan unit yang paling efisien diantara unit-unit yang ada.dan output set P (x) terdiri dari dua-output (Y1 dan Y2) satu (x) input. Kombinasi output yang terletak pada isokuan, misalnya, yc dan yd, akan mengidentifikasi unit-unit yang efisien. Sebaliknya, kombinasi output yang


(60)

49

berada di dalam garis isoquant, misalnya, yadan yb, akan mengidentifikasi unit-unit yang tidak efisien

Dalam contoh ini ya dan yb adalah unit yang tidak efisien. Unit ya dan ybakan menjadi efisien apabila meningkatkan outputnya sehingga berada di titik eadan eb. Jarak antara ya dan ea atau yb dan ebadalah jumlah potential

improvement yang mungkin dilakukan perusahaan pada titik ya dan yb agar menjadi perusahaan yang efisien secara teknis.

Kedua orientasi ini (input-oriented and output-oriented) tergantung pada keterbatasan control oleh manajemen/pengguna model DEA baik terhadap input atau output yang dimiliki oleh unit tersebut. Bila ada manajemen memiliki control terbatas pada output ataupun tidak ada keterkaitan sama sekali terhadap outputnya (misalnya besarnya insentif yang diterima oleh staf Puskesmas kurang berpengaruh terhadap jumlah pasien yang dilayani), maka yang yang dipilih adalah efisiensi berorientasi input. Efisiensi yang berorientasi pada output, digunakan pada unit yang telah memiliki input yang memadai sehingga manajemen unit tersebut hanya berfokus pada output dan pengembangannya melalui strategi pemasaran atau menaikkan reputasi kualitas pelayanannya dimata pelanggan. Jika sebuah organisasi secara teknis tidak efisien dari suatu perspektif uang berorientsai input, maka dia juga akan secara teknis tidak efisien dari suatu perspektif yang berorientasi output.30

30

Retno Wulansari, “Efisiensi relatif Operasional Puskesmas-Puskesmas di Kota Semarang Tahun 2009,” Tesis Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Universitas Indonesia,2010.


(61)

3. Hubungan Input Output31

Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I. dan Eugenia M menjelaskan bahwa konsep-konsep yang digunakan mendefinisikan tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik maupun non-parametrik adalah (i) pendekatan produksi (the production approach), (ii) pendekatan intermediasi (the intermediation approach), dan (iii)pendekatan asset (the asset approach). Pendekatan produksi melihat institusi financial sebagai produser dari akun deposit dan kredit pinjaman; mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Input-output dalam ksasus ini dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada asset-aset tetap (fix asset) dan material lainnya.

Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi financial sebagai intermediator: merubah dan mentransfer asset-aset financial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit deficit. Dalam hal input-input institusional,seperti biaya, tenaga kerja, dan modal dan pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukr dalam kredit pinjaman dan investasi financial. Akhirnya pendekatan asset ini melihat fungsi primer sebuah institusi financial sebagai pencipta pinjaman.Yang terakhir adalah pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi financial sebagai pencipta

31

Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I, dan Eugenia M. “analisis Efisiensi Industri PErbankan Indonesia:penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).”BI Research Paper.Jakarta: Bank Indonesia, 2003


(62)

51

kredit pinjaman (luans) dekat sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset.

Memang terdapat bermacam-macam definisi konseptualisasi pendekatan dalam mendefinisikan input output dalam membentuk sebuah model efisiensi yang tepat. Berger and Humphrey (1991) menawarkan tiga cara dalam mendefinisikan output-output financial dari sebuah lembaga financial. Yaitu pendekatan asset (outputnya adalah kredit pinjaman yang dikeluarkan bank dan asset-aset lainnya), pendekatan user cost( output yang mempunyai kontribusi terhadap pendapatan bersih), dan pendekatan value-added (otput yang mempunyai kontribusi terhadap value added). Dengan menagangap hal lainnya tidak berubah (cetris paribus), dan dengan nilai margin tertentu dari tingkat bunga yang di bayarkan pada depisot dan asset atau kewajiban financial lainnya, sebuah gabungan kredit yang meningkatkan tingkat deposit akan meningkatkan produksi lebih nilai tambah dari lembaga financial lainnya, dimana kekuatan yang merubah pembelian dana inter-bank akan mengurangi produksi bersih nilai tambahnya.

Pendekatan intermediasi mempunyai beberapa varian. Berger and Humphrey (1991,1992) dalam Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I. dan Eugenia M32 mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dimana bank-bank menciptakan value added yang tinggi, seperti kredit pinjaman (loans), demand deposit, dan

32

Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I, dan Eugenia M. “analisis Efisiensi Industri PErbankan Indonesia:penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).”BI Research Paper.Jakarta: Bank Indonesia, 2003


(63)

time and saving deposits sebagai sebuah output yang penting, dengan tenaga kerja, modal, dan pembelian dana diklasifikasikan sebagai input. Secara alternative Aly et al., 1990; Hancock, 1991 dan fixler dan zieschang, 1992 mengadopsi sebuah kerangka “user cost” dimana sebuah bank asset diklasifikasikan sebagai sebuah output jika return dari sebuah asset financial diklasifikasikan sebagai sebuah output jika aset finansial diklasifikasikan sebagai sebuah output jika return finansial dari aset finansial tersebut melebihi opportunity cost dari investasi, dan sebuah kewajiban (liability) diklasifikasikan sebuah output jika biaya finansial dari kewajiban tersebut lebih kecil dari opportunity cost-nya. Meskipun detail mereka berbeda, pendekatan value added dari user-costyang ada dan sebagian input atau output ketika pendekatan value added yang diambil.

Freixas and Rochet (1997) dalam Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I. dan Eugenia M33 menyarankan tiga pendekatan dalam diskusi literatur terkait dengan aktivitas perbankan: pendekatan produksi (the production approach), pendekatan intermediasi (the intermediation approach) dan pendekatan modern (the modern approach). Dua pendekatan pertama mengaplikasikan teori perusahaan mikroekonomi tradisional pada industri perbankan dan berbeda hanya pada spesifikasi dari aktivitas banknya.Pendekatan yang ketiga melangkah lebih jauh dan memasukkan beberaa aktivitas spesifik dari bank ke

33

Muliaman D. Hadad, Wimboh S, Dhaniel I, dan Eugenia M. “analisis Efisiensi Industri PErbankan Indonesia:penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA).”BI Research Paper.Jakarta: Bank Indonesia, 2003


(64)

53

dalam teori klasik yang kemudian dimodifikasi.Dalam pendekatan produksi, aktvitas bank dideskripsikan sebagai ssebuah produksi jasa bagi para depositor dan peminjam kredit. Faktor-faktor produksi tradisional seperti tanah, tenaga kerja dan modal digunakan sebagai input untuk memproduksi output-output yang diinginkan. Meskipun pendekatan ini mengenali sifat multiproduk dari aktivitas perbankan, studi-studi sebelumnya kurang memperhatikan aspek-aspek daru produk perbankan tersebut, sebgaian besar karena teknik-teknik yangberkaitan dengan isu skala (scale) dan sekup (secope) belum berkembang dengan baik. Pedekatan ini mempunyai kekurangan dasar dalam hal pengkuran output, apakah kita akan memakai jumlah akun, jumlah operasi akun-akun ini atau jumlah nominalnya (dalam rupiah)? Pendekatan yang secara umum diterima adalah menggunakan jumah nominal karena ketersediaan datanya.Pendekatan intermediasi pada kenyataannya bersifat komplemen terhadap pentransformasian uang yang dipinjamkan dari depositor mejadi uang yang dipinjamkan kepada para debitor. Aktivitas pentransformasian ini berasal dari karakteristik yang berbeda dari berbagai macam karakteristik deposit dan kredit pinjaman yang ada. Deposit bisaanya dapat dibagi-bagi, likuid dan tidak beresiko. Dalam pendekatan ini, input adalah modal financial – deposit yang dikumpulkan dan dana yang dipinjam dari pasar financial, dan output-output diukur dalam volume pinjaman dan invetasi yang outstanding. Pendekatan modern mempunyai kelebihan dalam mengintegrasikan resiko manajemen dan prose informasi kedalam teori klasik mengenai perusahaan.Adalah satu bagian


(65)

yang paling inovatif dari pendekatan ini adalah pengenalan dari kualitas asset bank dan kemungkinan dari kegagalan bank dalam pengestimasian biaya mereka. Dapat diargumentasikan bahwa pendekatan ini terkait pendekatan sebelumnya (Freixas and Rochet, 1997). Pendekatan ketiga ini, mungkin, dapat direpresentasikan secara terbaik melalui pendekatan CAMEL yang berdasarkan rasio.Pada pendekatan ini, Capital adequacy (kecukupan modal), Asset quality (kualitas aset), Management (manajemen), Earnings (pendapatan) dan Liquidity (likuiditas) diturunkan dari tabel-tabel finansial bank dan digunakan sebagai variabel-variabel dalam analisis performance (Mercan and Yolalan, 2000).Bank dianalisa sebagai sebuah unit produksi pada beberapa studi sebelumnya (Ferrier and Lovell, 1990; Shaffnit, Rosen and Paradi, 1997; Zenios, Zenios, Agathocleous, Soteriou, 1999; Athanassopoulos and Giokas, 2000), dimana yang lainnya menganggap mereka sebagai institusi yang bersifat intermediary.(Barr, 6 Seiford, and Siems, 1994; Athanassopoulos and Giokas, 2000).

C. Data Envelopment Analysis(DEA)

Metode DEA adalah sebuah metode frontier non parametrik yang mengguanakan model program linier untuk menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang dibandingkan dalam sebuah populasi. Tujuan dari metode DEA adalah untuk mengukur tingkat efisiensi dari decision making unit (DMU) relatif terhadap bank yang sejenis ketika semua unit-unit ini berada pada atau


(1)

7 1.000

8 1.182 0.196 1.082 9 1.410 0.702 0.036 0.901 10 1.000

11 1.000 12 1.000 13 0.365 0.334

PEER COUNT SUM M ARY:

(i.e., no. t imes each firm is a peer for anot her) firm peer count:

1 0 2 0 3 4 4 0 5 0 6 3 7 2 8 0 9 0 10 7 11 2 12 5 13 0

SUM M ARY OF OUTPUT TARGETS: firm out put : 1 2 1 297182.000 34828.000 2 435461.000 35461.000 3 259958.000 28678.000 4 269861.000 36658.000 5 181736.000 20554.000 6 217237.000 28708.000 7 90474.000 17901.000 8 980386.000 93009.000 9 965993.000 99421.000 10 627530.000 47295.000 11 120490.000 21748.000 12 239805.000 32412.000


(2)

13 309093.000 28080.609

SUM M ARY OF INPUT TARGETS: firm input : 1 2 3

1 206283.675 6694.270 3652.907 2 177910.315 9690.227 4228.970 3 137482.000 13926.000 2229.000 4 206816.025 4003.683 4607.444 5 140283.572 4089.278 2010.887 6 198349.000 3223.000 2916.000 7 47714.000 2708.000 2766.000 8 594373.051 12582.361 11086.702

9 556804.551 17596.551 11488.801 10 239805.000 9943.000 6236.000 11 79687.000 5114.000 2385.000 12 275326.000 1092.000 3211.000 13 179418.755 3993.859 3347.890

4. Tahun 2012

Result s from DEAP Version 2.1 Inst ruct ion file = eg2-ins.t xt Dat a file = eg2-dt a.t xt

Input orient at ed DEA Scale assumpt ion: CRS

Slacks calculat ed using mult i-st age met hod

EFFICIENCY SUM M ARY: firm t e

1 0.208 2 0.559 3 1.000 4 0.668 5 0.734 6 1.000 7 0.821 8 0.724 9 0.726


(3)

10 1.000 11 0.526 12 0.574 13 0.748 mean 0.714

SUM M ARY OF OUTPUT SLACKS: firm out put : 1 2 1 69355.859 0.000 2 0.000 4451.213 3 0.000 0.000 4 70524.724 0.000 5 31717.849 0.000 6 0.000 0.000 7 92908.848 0.000 8 0.000 11027.042 9 101351.214 0.000 10 0.000 0.000 11 43090.280 0.000 12 0.000 1810.726 13 0.000 2424.976 mean 31457.598 1516.458

SUM M ARY OF INPUT SLACKS: firm input : 1 2 3 1 0.000 0.000 0.000 2 174270.897 0.000 0.000 3 0.000 0.000 0.000 4 3247.874 0.000 1386.248 5 20039.491 0.000 0.000 6 0.000 0.000 0.000 7 0.000 281.814 215.663 8 0.000 0.000 5131.040 9 0.000 0.000 0.000 10 0.000 0.000 0.000 11 0.000 0.000 0.000 12 0.000 0.000 3795.703 13 0.000 0.000 4609.494


(4)

mean 15196.789 21.678 1164.473

SUM M ARY OF PEERS: firm peers:

1 10 6 3 2 10 3 3 3 4 6 5 6 3 6 6 7 10 8 10 6 9 10 6 3 10 10 11 10 6 3 12 10 6 13 6 10

SUM M ARY OF PEER WEIGHTS: (in same order as above) firm peer w eight s:

1 0.146 0.142 0.278 2 0.440 0.334 3 1.000 4 1.123 5 0.536 0.082 6 1.000 7 0.206 8 0.320 2.807 9 0.548 1.230 0.292 10 1.000

11 0.073 0.150 0.145 12 0.069 0.660 13 0.797 0.141

PEER COUNT SUM M ARY:


(5)

firm peer count: 1 0

2 0 3 5 4 0 5 0 6 8 7 0 8 0 9 0 10 8 11 0 12 0 13 0

SUM M ARY OF OUTPUT TARGETS: firm out put : 1 2 1 305457.859 33019.000 2 566526.000 59449.213 3 370557.000 45673.000 4 439663.724 44782.000 5 240145.849 25111.000 6 391350.000 39861.000 7 207802.848 20743.000 8 1420523.000 144032.042 9 1140884.214 117397.000 10 1006556.000 100475.000 11 185978.280 19945.000 12 328009.000 33267.726 13 454141.000 45966.976

SUM M ARY OF INPUT TARGETS: firm input : 1 2 3

1 146801.976 6068.826 2559.938 2 206149.359 10120.302 4864.723 3 239172.000 12359.000 2332.000 4 304247.072 5090.370 4403.940 5 164764.587 3442.693 2292.194 6 270814.000 4531.000 3920.000


(6)

7 59276.361 2813.286 1917.502 8 851954.408 17078.231 13974.588 9 560139.076 16644.800 10589.968 10 287123.000 13627.000 9288.000 11 96360.603 3468.546 1604.669 12 198659.422 3934.151 3230.591 13 256366.613 5537.037 4436.627


Dokumen yang terkait

Determinan Efisiensi BUMD RegionalSumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

0 50 77

Tingkat efisiensi bank umum Syariah (bus) menggunakan metode data envelopment analysisi (dea)

0 11 166

Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada bank Muamalat Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BRI Syariah Periode 2010-2012)

0 10 143

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 15 100

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2008-2012)

0 4 168

Analisis Total Factor Productivity (TFP) dan efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2010 – 2015)

2 18 178

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional Dan Bank Umum Syariah Dengan Metode Data Envelopment Analysis (Dea)(periode tahun 2008 - 2012).

0 2 15

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Konvensional Dan Bank Umum Syariah Dengan Metode Data Envelopment Analysis (Dea)(periode tahun 2008 - 2012).

0 1 10

ANALISIS EFISIENSI TEHNIK PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Tehnik Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Syariah Tahun 2011).

0 2 14

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 1 15