Peraturan Daerah Tahun 2013 | Payakumbuh Kota perda no 9 thn 2013

PERATT'RAT DATRAII KOTA PAYAIfiITBT'H

I|OMOR'

9

TAIITIN 2OIg

TENTANG
PERLINDUNGAN DAIT PENGELOLIIAN LINGKT'NGAI{ HIDI'P
DEITGAIT RAITMAT TT'HAN YAIYG

MAIIA TSA

WALIKOTA PAYAKUMBITH,

Menimbang

.

a.


bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2OO4 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana
termaktub dalam pasal 14 hurufj tentang pengendalian

lingkungan hidup merupakan urusan wajib daerah,
maka perlu diatur upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
b.

bahwa pembangunan yang berkelanjutan
berwawasan lingkungan

hidup untuk

harus
menjamin

kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan;

c. bahwa dalam melaksanakan pembangunan di Kota
Payakumbuh terdapat berbagai permasalahan
lingkungan hidup yang meliputi pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan
menurunnya fungsi lingkungan hidup yang dapat
mengancam kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya;
d. bahwa untuk mengatasi permasalahan lingkungan
hidup di Kota Payakumbuh, perlu dilaksanakan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara
komprehensif, taat asas dan terpadu;
e.

bahwa berdasarkan pertimbangan

sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, humf c, dan huruf d
di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kota
Payakumbuh tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Linglmngan Hidup.


Hhr:

Nmm E Tahrm 1956 Tentang
hmbcanrkan Dacrah Otonmi Kota Kecil dalarn

@

Hoghngpn Daerah PnoFosi Sumatera Tengah jo

Feraturan Menteri palarn l{egeri Nomor 8 Tahun l97O
Tentang pglaksanaan Pemerintah Kotamadya Solok dan
Payakumbuh (I.embaran Negara Tahun 1956 Nomor 19);
2.

Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2OO4, tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 125, Tambahan
Irmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah, dan terakhir dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang - Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2OO8 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor a8a4l;

3.

Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2OO9, tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9
Nomor l4O, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059 );

4.

- Undang Nomor 12 Tahun 2Ol1 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OIL
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 523fl;
5.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2Ol2 tentang
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2Ol2 Nomor 48, Tambahan kmbaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5285);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 20ll
Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Nerita
Negara Republik Indonesia Tahun 20tl Nomor 69ah
7.

Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 04 Tahun
2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat

dan Lembaga Teknis di Lingkungan Pemerintah Kota
Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh
Tahun 2008 Nomor O4);

Dacrah lfuta pagatunUt Nomor O6 Tatrun
AXE fgntarrg Organisasi dan Tata Kerja Satuan polisi
nanoog kaja tlenbaran Daerah Kota Payakumbuh
Tahun 2OO8 Nomor O6).

a Rrarm

DcngFn FenctuJuan Bcrsame
DTWAT PERWAI{ILIItr RAI(YAT DAERAH KOTA PAYAIruMBI'H
dan
WALIKOTA PAYAKT'MBUH
MEMUTUSKAIT

MenetapLan :

:


PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I
KETENTUAIT I'MUITI

Bagian Pertama
Pengertian
Pesal

1

Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan
1. Daerah adalah Kota Payakumbuh.

:

2.


Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

3.

Walikota adalah Walikota Payakumbuh.

4.

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

5.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau


kerusakan lingkungan hidup yang meliputi

pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
penegakan hukum.

perencanaan,
pengawasan, dan

t

*i.c-ire

frqti

@C"ry"

bifuP.

Fntlr.rrngan hkhrp adqlah rangkaian upaya unnrk
ilrlr.mrffircrZ Lrl*ngqrrngan da)ra dUkUng dan daf*a tarnptfng


Cufung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
r.:anrk meodulmng perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain,
Da-$a

dan keseimbangan antarkeduanya.
8.

Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk menyerap ?,at, energi dan/atau komponen lain yang
masuk atau dimasukan ke dalamnya.

9.

Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan non hayati yang secara keseluruhan
membentuk kesatuan ekosistem.

10.


Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, z,at, ettergS. atau komponen yang ada atau harus ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

11. Pencemaran

12.

Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas
perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang
dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap
melestarikan fungsinya.

lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau
tidak langsung terhadap sifat pisik, kimia dan/atau hayati lingkungan
hidup yang melampaui kriteria baku kemsakan lingkungan hidup

13. Kerusakan

L4.

Pemsakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat
Iisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

15.

Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam
untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

16. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

::

tudnry*

bhhs-Ta rla.

bcracrrn yang selanjutnya rrisingkat E}it adara.tr
?iF. tattrgi! d*niarau kmpoccrt lain 1'ang karena
"ilat, konsentrasi,
fu;rtsu juntalnya beik secara langsung Eraupun tidak langsung,
dasng ocaccoarkan danlatau memsak lingkungan hidup, dan/atau
*-rrhah^-r-kan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
bilfup manusia dan makhluk hidup lain.

18- Iirntrah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut
limbah 83 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung 83.

19. Pengelolaan limbah 83 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, danf atau penimbunan.

20. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan.

21. Usaha.dan/atau kegiatan adalah aktifitas yang dilakukan oleh orangperorang, kelompok orang dan/atau badan hukum yang berdampak
pada lingkungan.
22.

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya
disebut Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

23. Upaya pengelolaan lingkungan

hidup dan upaya

pemantauan
lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.

24.

Pemrakarsa adalah penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

25. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan.

26. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan yang
peruntukannya untuk usaha dan/atau kegiatan ladang dan/atau
kebun bagi masyarakat.

E

*agE"idl'fic pcaccg1atan lingtungan hichrp arlalah upa!'a
**n r+.nanqeJttangerl penc€maran lingkungan hidup serta
mfarc
g!.a*ffi'*a tiagh;jspn hidup agar sesuai denga' balm mutu
#mE!*mgrn hktup-

2A- Raulihan linglnrngan hidup adalah usaha untuk mengembalikan
kondisi lingkungan yang hampir menyerupai kondisi awal sebelum
usaha dan/ atau kegiatan dilaksanakan.

29. Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau
lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi dan/atau telah
berdampak pada lingkungan hidup.
30. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola

31. Kearifan

lingkungan hidup secara lestari.
32. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
33.

Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan

pemantauan
Lingkungan hidup , yang selanjutnya disebut SPPL adalah pernyataan
kesanggupan dari pemrakarsa untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari
usaha dan/atau kegiatannya diluar usaha dan/atau kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL

34. lzin usaha dan/atau kegiatan adalah izir' yang diterbitkan

oleh

instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Baglan Kedua
Ruaag Lfngkup
Pasal 2

Ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah
meliputi :

a.
b.
c.
d.
e.

perencanaan;
pemanfaatan;
pengendalian;
pemeliharaan;
pengawasan; dan

f-

htp fctilr
l\ptr

&; F-rrn

Prngrrf

1

Aser
Pasal 3

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
berdasarkan asas:
a. tanggung jawab negara;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
e. manfaat;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
h. keanekaragaman hayati;

i.
j.
k.
1.

di daerah dilaksanakan

pencemar membayar;

partisipatif;
kearifan lokal;
tata kelola pemerintahan yang baik; dan
m. otonomi daerah.
Paragraf 2

Tqiuan
Pasal 4

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah bertujuan :
a. melindungi daerah dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup;
b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup;
f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi
masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global, meningkatkan aksesibilitas dan
kualitas lingkungan yang mendukung pembangunan berkelanjutan

k4nf 3
Srnru
Puat 5
Saearaq perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah

:

a- terrrujudnya
b.
c.
d.
e.

masyarakat, dunia usaha dan pengambil keputusan
didaerah yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
tercapainya kelestarian dan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup;
tercapainya keserasian dan keseimbangan lingkungan hidup;
terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
BAB II
PERTNCANAAN
Pasal 6

(1)

Dalam rangka upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
untuk menunjang pembangunan daerah berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup, pemerintah kota men5rusun RPPLH Kota
Payakumbuh.

(21 RPPLH Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud pada ayat

(1)

disusun berdasarkan:
a. RPPLH nasional;
b. RPPLH propinsi;
c. inventarisasi tingkat kota.
Pasat 7

(1)

RPPLH Kota memuat rencana tentang:

a. pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam;
b. pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi
lingkungan hidup;
c. pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian
sumber daya alam; dan
d. perlindungan terhadap hak masyarakat perkotaan;
e. peningkatan sumber daya pengelola lingkungan Kota Payakumbuh.

(21 Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan
kepentingan masyarakat hukum adat dalam pengelolaan sumber daya
alam.

M

BA3Itr

FErf
t

iI

8

*aanfaatan sumber daya alam Kota Payakumbuh yang berbasiskan
partindungan dan pengelolaan tingkungan hidup dilakukan
berdasarkan RPPLH kota.

(2t

Dalam hal RPPLH Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum
tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan

daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

dengan

memperhatikan:
a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
(3)

Selain pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(21,

pemanfaatan sumber daya alam sebelum RPPLH Kota tersusun juga
harrs mempertimbangkan :
a. kesesuaian usaha dan/atau kegiatan dengan tata ruang;
b. pemberian izin lingkungan yang ketat terhadap usaha dan/atau
kegiatan;
c. pengawasan yang ketat terhadap aktifitas usaha dan/atau kegiatan
yang berbatasan langsung atau berada di kawasan konsenrasi;
d. menghindari terjadinya konversi lahan produktif dalam
pemanfaatan sumber daya alam; dan
e. kearifan lokal yang berkembang di tengah masyarakat.
BAB IV
PENGENDALIAN

Bagiaa Pertama
Pengelolaan Kualltas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Paragraf
Umum

I

Pasal 9
(1)

Pemerintah Daerah melakukan pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air di daerah sesuai peraturan perundangundangan.

(21

Pengelolaan kualitas air sebagaim€rna dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai dengan
peruntukkannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya.

(3)

Pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu
air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air

il{b E-trF FEet

bn}i121s air rtilnlnrkarl pada:

pu**lrr air p4 tcrdapat fi rlalarn kawasan lindung;

ta ,!!nrn air yang terdapat di luar kawasan Lindung;
c- akuifur air tanah dalarn; dan
+ sngai dan anak sungai
Paragraf 2
Pendayagunaan Air
Pasal 10

Pemerintah Daerah menJrusun rencana pendayagunaan air meliputi potensi
pemanfaatan atau penggunaan air, pencadangan air berdasarkan
ketersediaannya, baik kualitas maupun kuantitas dan/atau fungsi ekologis.

Paragraf 3
Pemantauan Kualltas Air
Pesel 11

(1) Pemerintah daerah melakukan Pemantauan kualitas air pada sumber air
yang berada dalam wilayah daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(2) Pemantauan lmalitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
paling sedikit satu kali 6 (enam) bulan.
Paragraf 4
Penetapan Kualitas Air
Pasal 12

(1) Penetapan peruntukan kelas air pada sumber air yang berada dalam
wilayah daerah diajukan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Penetapan kelas air pada sumber air yang berada dalam wilayah daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri.
Paragraf 5

Status Mutu Alr
Pasal 13

(1) Pemerintah daerah menetapkan status mutu air untuk menyatakan:
kondisi cemar, apabila mutu air tidak memenuhi baku mutu air; dan
kondisi baik, apabila mutu air memenuhi baku mutu air.
(2) Dalam hal status mutu air menunjukkan kondisi cemar, pemerintah
daerah melakukan upaya penanggulangan pencemaran dan pemulihan

# E&
fue

bd rn nrrE Eutrr air meotrnjukkan kondisi baik" pemerintah

"lrlrag*lErctrahrnkrn dan meningkotkan kualitas air.

Frsal 14
DaSao rangka pengendali€rn pencemaran air pada sumber air, pemerintah
drab melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
a- menetapkan daya tampung beban pencemaran;
b. mel,akukan inventarisasi sumber pencem€rr€rn;
c. menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah;
d. menetapkan persyaratan pembua.ngan air limbah ke air atau sumber
aJLr;

e. memantau kualitas air pada sumber air; dan

f.

memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.
Pasal 15

Daya Tampung beban pencemaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf a dipergunakan untuk:
a. pemberian izin lokasi;
b. pengelolaan air dan sumber air;
c. penetapan rencana tata **g;
d. pembefian izin pembuangan air limbah;dan
e. penetapan mutu air sasaran dan program kerja pengendalian
pencemaran air.
Paragraf 6
Penanggulanga! Darurat
Pasat 16

(1)

Setiap usaha dan/atau kegiatan wajib membuat rencana
penanggulangan pencemaran air pada kondisi keadaan darurat
dan/atau keadaan yang tidak terduga lainnya.

(2) Dalam hal keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka
pemrakarsa wajib melakukan pen€rnggulangan dan pemulihan.
(3) Dalam hal pemrakarsa tidak melakukan tindakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (21Walikota dapat melaksanakan atau menugaskan
pihak ketiga untuk melaksanakannya atas beban biaya pemrakarsa yang
bersangkutan.
(4) Pemrakarsa atau pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan
penanggulangan pencemar€rn air dan pemulihan kualitas air, wajib
menyampaikan laporannya kepada Walikota.

t1:rfrfrr

htbtcb
E:rrnlu TfnL
Frngrrf I

f,rftcrlr Brh Kcroseten Tatgh
Pasal 17

t1l Kriteria baku kerusakan tanah daerah untuk kegiatan pertanian,
perkebunan dan hutan tanaman meliputi:
a. kriteria baku kerusakan tanah akibat erosi air;
b. kriteria baku kerusakan tanah di lahan kering; dan
c. kriteria baku kerusakan tanah di lahan basah.

(2) Kriteria baku sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota
Paragraf 2
Penetapan Kondisi dan Status Kerusakan Tanah
Pasal 18

(1) Kondisi tanah untuk penetapan
ditetapkan berdasarkan hasil:

status kerusakan tanah

dapat

a. analisis, inventarisasi, dan/atau identifikasi terhadap sifat dasar
tanah; dan
b. intervensi kondisi iklim, topografi, potensi sumber kerusakan dan
c. penggunaan tanah.

(2) Penetapan kondisi tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap areal tanah yang berpotensi mengalami kerusakan tanah.
Pasal 19

Berdasarkan hasil analisis, inventarisasi, dan/atau identifikasi, dan
pemetaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (U, Walikota
melakukan evaluasi untuk menetapkan status kerusakan tanah sesuai
dengan parameter yang dilampaui nilai ambang kritisnya
Paragraf 3
Tata Laksana Pengendallan

Pasd 2O
Pemrakarsa yang dapat menimbulkan kerusakan tanah, wajib melakukan
hal sebagai berikut:
a. pencegahan kerusakan tanah;
b. penanggulangan kerusakan tanah; dan
c. pemulihan kondisi tanah .

hd

21

artaLuk*n pcogasasa.a atas pgngendalian kemsakarr tanah di
iL: Trfu
ircez&-

{* kngarlasan lm.genrlnliarr kerusakan tanah ditakukan

terhadap:
persyaratan
yang
dan
kewajiban
tercantum
di dalam izin
Flalsanaan
r:nnrk meliakukan usaha dan/atau kegiatan; dan
pemenuhan kriteria baku kemsakan tanah bagr usaha dan/atau
kegiatan yang tidak memerlukan izin.

(3) Pelaksanaan pengawasan atas pengendalian kerusakan tanah dilakukan:
secara periodik untuk mencegah kerusakan tanah; dan/atau
secara intensif untuk menanggulangr kerusakan tanah dan pemulihan
kondisi tanah.
Bagi,an Ketiga
Pengendalian Peneemaran Udara

Paragraf
Umum

1

Parsal22

(1)

Pemerintah Daerah melakukan pengendalian pencemaran udara di
daerah sesuai peraturan perundang-undangan.

(2)

Pengendalian pencemaran udara ssSagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk menjamin kualitas udara sesuai dengan

peruntukkannya.

(3)

Pengendalian pencemaran udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui upaya pencegahan pencemaran udara serta
pemulihan kualitas udara.

(4)

Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan pada:
a. sumber tidak bergerak; dan
b. sumber bergerak

Paragraf 2

Penantauan Kualitas Udara
Pasal 23

(1) Pemerintah daerah melakukan Pemantauan kualitas udara pada
sumber yang berada dalam wilayah daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemantauan kualitas udara sebagaimana dimaksud pada ayat
dilakukan paling sedikit satu kali 1 (satu) tahun.

(1)

lbgrrf 3
bhltdur
Purl 24
*

!

i *scrinrah

daerah menetapkan status mutu udara untuk menyatakan:

a- ko,ndisi celnar, apabila mutu udara tidak memenuhi baku mutu
udara; darr
b. kondisi baik, apabila mutu udara memenuhi baku mutu udara.

(2) Dalam hal status mutu udara menunjukkan kondisi cemar, pemerintah
daerah melakukan upaya penanggulangan pencemaran udara.
(3) Datam hal status mutu udara menunjukkan kondisi baik, pemerintah
daerah mempertahankan dan meningkatkan kualitas udara.
Bagian Keempat
Pengelol,aan Limbah 83

Pasd 25
(1) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menghasilkan limbah 83 dilarang membuang limbah 83 yang dihasilkan
itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
(2) Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan limbah El3
dilarang melakukan pengenceran untuk maksud menurunkan
konsentrasi zat racun dan bahaya limbah 83.
Pasal 26

(1) Dalam rangka pengelolaan limbah 83, Pemerintah Daerah berwenang
sebagai berikut:
a. melakukan pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah El3 skala
kota;
b. memberikan izin pengumpulan limbah 83 pada skala kota kecuali
minyak pelumas/oli bekas;
c. melakukan pengawasan pelaksana€rn pemulihan akibat pencemaran
limbah 83 pada skala kota;
d. melakukan pengawas€rn pelaksanaan sistem tanggap darurat skala
kota;
e. melakukan pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan
limbah El3 skala kebupaten;
f. memberikan izin lokasi pengolahan limbah E}3 skala kota;
g. memberikart izin penyimpanan sementara limbah 83 skala kota di
industri atau usaha suatu kegiatan.
Pasal 27

Persyaratan untuk memperoleh izin pengelolaan limbah
adalah sebagai berikut:

83 skala kota

r- @i
tb Fdkirtrr scbagi
@si yegbcrrcnang
! trceraa dag al*rret badan usaha

barlan usaha yang telah disahkan oleh
memohon izin;

c' hrt*rrrn ye6g rlil*lnrkan;
':ang
A lobsi tcnpet kegiatan hams s€suai dengan rencana kegiatan;
c- rllrrna dan alarnet pe6rakarsa;

f-

hahen baku dan proses kegiatan yang digunakan;
g- spesifikasi alat pengelolaan limbah;

h. jumlah dan karakteristik limbah E}3 skala kota yang disimpan,
dikumpulkan, dimanfaatkan, diangkut, diolah atau ditimbun;
i. tata letak saluran limbah, pengolahan limbah, dan tempat
penampungan sementara limbah B3 skala kota sebelum diolah dan
tempat penimbunan setelah diolah; dan

j. alat pencegah pencemaran untuk limbah cair, emisi dan pengolahan
limbah

E}3

skala kota
BAB V
PERIZINAIY

Baglan Pertama
Umum
Pasal 28

(1) setiap usaha dan/atau

kegiatan yang berdampak pada lingkungan

hidup wajib memiliki izin.

(21 Usaha dan/atau kegiatan yang wajib memperoleh izin meliputi:
a. pendirian usaha dan/atau kegiatan;
b. perluasan usaha dan/atau kegiatan;
c. perubahan bentuk atau jenis usaha dan/atau kegiatan;
d. pembuangan air limbah dan/atau limbah padat;
e. usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan kerugian, bahaya
dan gangguan;
f. pengambilan air permukaan; dan
g. pengambilan air bawah tanah.

(3)

Setiap pemohonan izin dikenakan biaya pengurusan izin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 29

Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian, pejabat pemberi izin dapat
meminta pertimbangan dari asosiasi profesi, pakar, dan masyarakat yang
terkena dampak.

!l

lthr f,c&r
r.rl!*rr!lr

Frngrrf f
Uuun
Fasat 30

tll

Setiap pemberian izin lingl