Jurnal Visi Vol.4 No.2 September 2015

(1)

Pengaruh

Capital Adequacy Ratio

(CAR) Terhadap

Return On Asset

(ROA) Pada Manufaktur Di Indonesia

This study aimed to analyze the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR) to the Return On Asset (ROA). The population in this study is a go public commercial bank listed on the Indonesia Stock Exchange 2004-2008 period. The samples used are 17 go public commercial bank listed on the Indonesia Stock Exchange. Samples were taken by purposive sampling with certain criteria, manufacturing companies which categorized in go public commercial bank and minimally at the beginning of 2004 has been listed in the Indonesia Stock Exchange, and has published their financial statements in 2004-2008. The method used in this study using simple regression analysis with test of the hypothesis (t test). Before using simple regression analysis, previously performed test of classical assumption. Based on results of partial hypothesis test (t test) on go public commercial bank, indicates that variable CAR significantly effect on manufacturing profitability. The value of R2 in the regression model obtained for 0.126. This suggests that the influence of independent variable (CAR) on dependent variable (ROA) is 12,6%, and the remaining 87.4% is influenced by other factors. Additionally the value of R is 0.355. If the R value is getting closer to 1, the independent variables (CAR) is increasingly stonger influence on explaining the dependent variable (ROA).

Keywords: CAR, ROA

ISSN : 2338-2864 p. 1-8

Chairil Akhyar

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe


(2)

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 dalam (Kasmir, 2008) tentang Manufaktur, Manufaktur adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan.

Kondisi perekonomian yang buruk dianggap berperan terhadap munculnya krisis Manufaktur. Pada tahun 2004-2007 merupakan massa yang paling sulit bagi dunia Manufaktur. Belum selesai masalah krisis moneter tahun 1998, harga minyak dunia meningkat tajam memasuki tahun 2005 mencapai 78 dollar AS. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan (Kompas Edisi 18/9/2007).

Upaya untuk menghadapi kondisi seperti yang digambarkan di atas mengharuskan setiap perusahaan Manufaktur mengambil langkah antisipatif. Perusahaan Manufaktur harus menjadi lebih dinamis dalam berbagai hal termasuk meningkatkan kemampuan pelayanan dalam meraih kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini menurun. Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperbaiki kinerja bank.

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang menjadi dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. faktor yang berpengaruh terhadap kinerja bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2003:121).

Semakin tinggi CAR berarti semakin tinggi modal sendiri untuk mendanai aktiva produktif.untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR).

terhadap Return On Asset (ROA) pada Manufaktur di Indonesia

TINJAUAN TEORITIS

Bank bersasal dari kata Italia banco yang berarti bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi Bank (Hasibuan, 2002:1). Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 dalam (Kasmir, 2004) tentang Manufaktur, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Kasmir (2004:11), bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank dalam satu periode (Kasmir, 2004:239). Menurut Munawir (2001:2) laporan keuangan pada dasarnya dapat diartikan sebagai hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2001:64). Menurut (Tumirin, 2004), analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis perusahaan yang menjelaskan berbagai perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan pola perubahan tersebut untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan.

Dengan menggunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat kinerja suatu bank dan kesehatannya dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas suatu bank. Perhitungan rasio untuk menilai posisi kinerja suatu bank, akan memberikan gambaran yang jelas tentang baik dan buruknya operasional suatu bank, yang dinilai dalam aspek ini adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia.


(3)

Menurut Kasmir (2004:273) capital (permodalan) merupakan penilaian yang didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut Hasibuan (2002:56) CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). CAR menunjukkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber luar bank.

Adapun kerangka teoritis penelitian ini dapat diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara dari suatu penilaian yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah dan uraian sebelumnya maka hipotesis yang dikemukakan disini adalah:

H0 : Diduga tidak ada pengaruh secara yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA) pada Manufaktur di Indonesia.

Ha : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA) pada Manufaktur di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Assets (ROA). Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengambil data pada laporan keuangan Manufaktur di Indonesia dengan mengakses situs www.idx.co.id.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80). Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah seluruh Manufaktur konvensional devisa dan non devisa Indonesia.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:81). Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:85).

Berdasarkan kriteria yang menjadi sampel pada penelitian ini sebanyak 17 Manufaktur, maka jumlah observasi sebanyak 102 (n). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:147) data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Defenisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam varibel dependen dan mempunyai hubungan yang positif dan negatif bagi variabel dependen nantinya.. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah :

Capital Adequacy Ratio/ CAR (X)

CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2003). CAR merupakan rasio antar jumlah modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risisko (ATMR). Skala pengukuran dengan menggunakan rasio. CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:

CAR = (Modal Sendiri/ATMR)×100% 2. Variabel terikat (Y) yaitu Return On Assets (ROA)

Variabel terikat atau variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah ROA. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total assets (total aktiva). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,2003). Skala pengukuran dengan menggunakan rasio. ROA dinyatakan dalam rumus berikut:

ROA = (Laba Sebelum Pajak/Total Aktiva)×100%

Metode Analisis Data

Penelitian ini mengggunakan metode regresi sederhana untuk analisis pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel


(4)

bebas yang mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Model yang dimaksud adalah sebagai berikut:

LnY = a + b1LnX1 + e Dimana:

LnY = ROA a = Konstanta

b = Koefisien Regresi Variabel X LnX1 = CAR

e = Faktor pengganggu/error term Uji Asumsi Klasik

• Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram. Metode yang lebih handal adalah dengan uji grafik profitability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusinya data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2006).

Pengujian Hipotesis

• Uji Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing koefisien regresi dengan nilai ttabel (nilai kritis) dengan tingkat signifikan 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel.

a.Jika thitung < ttabel (n-k-1), maka Ho diterima artinya variabel independent (CAR) tidak berpengaruh terhadap variabel dependent (ROA).

b.Jika thitung > ttabel (n-k-1) (n-k-1), maka Ho ditolak dan menerima Ha artinya variabel independent (CAR) berpengaruh terhadap variabel dependent (ROA).

HASIL PENELITIAN

Industri Manufaktur telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983, ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis Manufaktur berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertengahan tahun 1997 indutri Manufaktur akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia.

pada era sebelum deregulasi Pakjun 1983, industri Manufaktur nasional ditandai dengan campur tangan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam

pengaturan pagu kredit dan tingkat bunga terhadap bank-bank nasional serta penyertaan kredit likuiditas dalam jumlah yang melimpah sehingga bank-bank komersial hanya berfungsi sebgai penyalur kredit-kredit Bank Indonesia.

Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Bank-bank memperoleh kebebasan sendiri untuk menciptakan berbagai produk Manufaktur. Akibatnya, bank-bank saling berlomba menawarkan tingkat deposito dan tabungan yang lebih tinggi. Semuanya berlomba untuk “menyedot” dana masyarakat sebanyak-banyaknya dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Pengujian Asumsi Klasik

• Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Untuk melihat normal atau tidaknya data penelitian, bisa kita lihat pada grafik normal probability plot

Gambar 1.

Grafik Normal Probability Plot

Dari grafik normal probability plot di atas dapat disimpulkan bahwa data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, sehingga dari kedua grafik di atas menunjukkan bahwa secara grafik model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Analisis Regresi Linier sederhana

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel CAR terhadap ROA dengan persamaan regresi: LnY = a + bLnX.

Untuk melihat hasil estimasi model penelitian data yang diolah dengan bantuan program SPSS (Statistical Package For The Social Science), maka diperoleh hasil perhitungan analisis regresi seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini.


(5)

Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Linier sederhana Variabel

Independen

Koefisien Regresi (β)

Standard

Error Sign t

Konstanta 1,225 0,754 1,624 1,660 0,107

LnCAR (X) 0,389 0,123 3,153 1,660 0,002

Sumber: Data Sekunder, 2014 (diolah).

Berdasarkan hasil analisis model regresi dalam Tabel, maka dapat disusun ke dalam persamaan regresi linier berganda berikut ini;

LnY = a + b LnX Æ Y = 1,225+ 0,389CAR

Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut:

• Konstanta sebesar 1,225 (122,5%) artinya; jika variabel Capital Adequacy Ratio Terhadap besarnya Return On Asset adalah sebesar 122,5%.

• Nilai koefisien regresi CAR sebesar 0,389 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 100% maka menyebabkan ROA meningkat sebesar 38,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.

• Koefisien korelasi sebesar 0,355 (R = 35,5%), artinya tingkat keeratan hubungan antara variabel Return On Asset dengan variabel Capital Adequacy Ratio Terhadap adalah 35,5%.

• Berdasarkan tabel, maka koefisien korelasi yang ditemukan untuk Return On Asset (Y) sebesar 35,5% termasuk kategori rendah. Jadi terdapat hubungan yang rendah antara Return On Asset dengan Capital Adequacy Ratio

• Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan ukuran yang menyatakan kontribusi dari variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai dari koefisien determinasi sebesar 0,126 (R2 = 12,6%), hal ini menjelaskan bahwa besarnya perubahan (variasi) dari Return On Asset dalam perusahaan Manufaktur mampu dijelaskan oleh variabel Capital Adequacy Ratio Terhadap Pendapatan Operasional sebesar 12,6% sedangkan sisanya 87,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari penelitian ini (error term). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (X) Terhadap Return On Asset

Berdasarkan hasil perhitungan variabel CAR diperoleh nilai thitung sebesar 3,153. Sedangkan nilai ttabel sebesar 1,660 dengan tingkat siginfikan 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran CAR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Nilai koefisien regresi CAR sebesar 0,389 menunjukkan hubungan

positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 100% maka menyebabkan ROA meningkat sebesar 38,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa CAR memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.

CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Semakin kecil resiko maka laba akan meningkat. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan semakin baik. Demikian sebaliknya, semakin rendah dana sendiri maka akan semakin tinggi resiko dan semakin rendah laba bank. Maka semakin besar CAR keuntungan bank juga akan semakin besar.

PENUTUP Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio) terhadap ROA (Return On Asset) pada perusahaan Manufaktur di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Koefisien korelasi sebesar 0,355 (R = 35,5%), artinya tingkat keeratan hubungan antara variabel Return On Asset dengan variabel Capital Adequacy Ratio adalah 35,5% (derajat hubungan yang rendah).

2. Nilai R2 atau koefisien determinasi merupakan ukuran yang menyatakan kontribusi dari variabel independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai dari koefisien determinasi sebesar 0,126 (R2 = 12,6%), hal ini menjelaskan bahwa besarnya perubahan (variasi) dari Return On Asset dalam perusahaan Manufaktur mampu dijelaskan oleh variabel Capital Adequacy Ratio sebesar 12,6% sedangkan sisanya 87,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar dari penelitian ini (error term).

3. Nilai koefisien regresi CAR sebesar 0,389 menunjukkan hubungan positif (searah) yang memberi arti bahwa setiap kenaikan CAR sebesar 100% maka menyebabkan ROA meningkat sebesar 38,9% dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.


(6)

4. Berdasarkan hasil perhitungan variabel CAR diperoleh nilai thitung sebesar 3,153. Sedangkan nilai ttabel sebesar 1,660 dengan tingkat siginfikan 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan pada α = 0,05. Dengan demikian, thitung > ttabel yang berarti secara parsial hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima.

Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Perusahaan Manufaktur hendaknya meningkatkan manajemen pelaporan keuangannya dengan cara melaporkan semua data dan informasi keuangannya secara lengkap kepada BI.

Disamping itu laporan keuangan tersebut hendaknya juga disampaikan kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas Manufaktur kepada publik.

2. Pihak BI hendaknya lebih meningkatkan manajemen pengadministrasian pelaporan keuangan dari masing-masing bank yang menjadi tanggung jawabnya. Pengadministrasian secara komputerisasi hendaknya terus ditingkatkan, baik dengan meningkatkan kualitas software, hardware, maupun personalia pengelolanya.

3. Kepada peneliti berikutnya agar penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah Manufaktur dan periode pengamatannya agar hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat dan valid.


(7)

REFERENSI

Arikunto, Suharsini. (2002). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan”. Penerbit Bineka Cipta. Jakarta. Brigham, Eugene f, Joel F. Houston.(2006) “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi ke 10. Jakarta. Christianti, Ari (2006). Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Jakarta : Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory. Simposium Nasional Akuntansi IX (SNA IX). Padang.

Ghozali, Imam. (2005). “Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Penerbit Badan Pusat universitas Dipenogoro. Semarang.

Harmono, (2009) “Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard”. Penerbit, PT. Bumi Aksara.Cetakan Pertama.

Hartono, (1990). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dan Pengaruh Struktur Modal Terhadap Biaya Modal Pada PD. Bank Pasar Di Karisidenan Surakarta. Skripsi sarjana. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Hidayat, Taufik. (2009). Analisis Rasio Keuangan terhadap Return saham pada perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan.

Husnan, Suad. (2001) “Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Liberty, Yogyakarta.

Husnan, Suad. Pudjiastuti (2004). “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Cetakan 4. Penerbit UUP AMP. Yogyakarta.

Martono, D. Agus Harjito. (2007) “Manajemen Keuangan”. Edisi Pertama. Cetakan Keenam. Penerbit EKONISIA.Yogyakarta.

Nurrahman, Muhammad Hafidz. (2004). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva, dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Struktur Modal. Skripsi Sarjana (Tidak Diplubikasikan). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UNY.

Putra, Dikky Mahisa. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Rakhmawati. (2008) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta. Skripsi sarjana.Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Riyanto, Bambang (2001) “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Edisi Keempat. Cetakan Ketujuh.

BPFE. Yogyakarta.

Saidi. (2004). Jurnal Bisnis Dan Ekonomi. Vol. 11. STIE Stikubank. Semarang.

Santoso, Singgih. (2010). “Statistik Parametrik konsep dan aplikasi dengan SPSS”. Alex Media Komputindo. Jakarta.

Sartono, R. Agus. (2001) “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi 4. Cetakan pertama. BPFE. Yogyakarta.

Setyo, Budi (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Universitas Negeri Semarang.


(8)

Sofiati. (2001). Pengaruh Timbal Balik antara Hutang dan Ekuitas terhadap Struktur Modal Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. KOMPAK. No.1. Januari 2001. Hal : 40-56.

Sriwardany. (2006). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur Tbk, Tesis Pascasarjana Universtias Sumatera Utara, Medan.

Van, Horne, James C,John M. Wachowicz. (2005) “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi 12. Salemba. Jakarta.

(2007) “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi 12.Buku 2. Jakarta. www.idx.co.id. 28 Februari 2011, 13.20 Wib.


(9)

Sayni Nasrah

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Manajemen Pembelajaran Pada

Sekolah Dasar Negeri 12

Tangan-Tangan Aceh Barat Daya

Teaching management plays an important role on process of teaching success at education institutions because it is a measure of the success of nation. The research aimed at understanding the process of teaching plan, teaching, and student’s teaching evaluation. This research used qualitative approach by using descriptive method. The data were collected by observation, interview, and documentation study. The subjects of this research principal and teachers. The result of this research showed that: 1) the public elementary school 12 have not made implementation of plan because anew school established in 2012. The planned next academic year 2015/2016. 2) In the learning process teacher use texbooks, to meet the needs of teaching and learning activities, then explaining the materials by means of whiteboard, giving a chance to students to ask questions, delivering conception in order and vote, the teachers close the meeting by giving conclusion and tasks. 3) Teaching evaluation was emphasized on cognitive, affective, and psychomotor assessed with written form of homework, midterm test, and final examination. The evaluation was based on assessment guideline determined by the education departement both item and assessment grade that would be handed in to the school in each semester.

Keywords: Teaching, Management

ISSN : 2338-2864 p. 85-95


(10)

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia global sekarang ini telah menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan pokok/primer dan tidak dapat dianggap sebagai kebutuhan sekunder. Seiring dengan perubahan kebutuhan tersebut, kian hari semakin bayak lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan pendidikan bagi masyarakat, tentunya dengan kualitas lulusan yang beragam, dan kualitas ini sangat tergantung pada kualitas lembaga tersebut, termasuk di dalamnya sekolah dasar.

Pendidikan Indonesia diharapkan memiliki kesiapan dalam menghadapi tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang akan datang, maka dalam rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) 2005-2025, pemerintah mencanangkan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) bangsa ini, sehingga memiliki daya saing yang seimbang dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. dengan menyadari penuh kenyataan itulah, maka Departemen Pendidikan melahirkan visinya, yaitu Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 2025.

Selama kurun waktu pembangunan tersebut, seluruh tenaga dan pikiran dicurahkan dalam rangka mengemban misi yang pada hakekatnya adalah mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas dan konpetitif, yang berkeadilan, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal dan global. Misi itulah yang menyemangati motto Departemen Pendidikan kedepan, yaitu Pendidikan Bermutu Untuk Semua. Siagian (2006:45):

Melalui perencanaan sumberdaya manusia yang matang, produktivitas kerja dari tenaga yang sudah ada dapat ditingkatkan. Hal ini dapat diwujudkan melalui adanya penyesuaian tertentu, seperti peningkatan disiplin kerja, peningkatan keterampilan sehingga setiap orang menghasilkan sesuatu yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi.

Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab. Menurut Notoatmodjo (2005: 5) manajemen sumberdaya manusia berasal dari dua kata yaitu to manage (mengelola, mengurus, menata, mengatur atau mengendalikan), dan sumber daya manusia yaitu human resources, manpower (tenaga kerja, pegawai, personalia).

Dengan demikian manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai kegiatan mengelola tenaga kerja mulai dari pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, sampai pada pemutusan kerja. Hasil dan dampak yang dirasakan masyarakat

Peran guru disekolah sangat penting. Dengan kemampuan profesional guru sangat menentukan

perkembangan pendidikan karena guru dapat membentuk kompetensi dasar siswa. guru diharapkan berpikir logis, kritis, dan menguasai materi serta mampu melaksanakan dan mengkomunikasikan materi pelajaran dengan baik. Serta guru juga harus kreatif dalam memgkombinasi metode mengajar dan punya daya inovasi dalam dunia pendidikan.

Guru juga harus memperhatikan pelaksanaan tugas secara profesional. Undang-Undang No.14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 60 bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;

b. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

c. Meningkatkan dan mengembangkan kulaifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perekembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

e. Menjujung tinggi peraturan undang-undang, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

f. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Dinas pendidikan harus memperhatikan kualitas guru sebagai ujung tombak, dituntut untuk profesional sehingga dapat menjalankan fungsi akademiknya menuju aktualisasi keunggulan dan kemampuan optimal. Untuk itu upaya peningkatan kualitas kompetensi guru. Pemerintah menetapkan dalam Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 72 ayat 1 dan 2, menetapkan bahwa: 1. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan evaluasi pembelajaran, membimbing dan melatih, melakukan penelitian, melakukan tugas tambahan, serta melakukan pengabdian kepada masyarakat.

2. Beban kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya sepadan dengan 12 (dua belas) satuan kredit semester dan sebanyak-banyaknya 16 (enam belas) satuan kredit semester. Belajar adalah suatu usaha sadar dari manusia untuk merubah pola fikir dari tidak tau menjadi tau sehingga dapat membentuk pola tingkah laku yang baik. Trianto (2010:5) menjelaskan “keberhasilan penyelenggaraan pendidikan formal secara umum dapat diindikasikan apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran tes dan nontes”.

Dalam mengembangkan tanggung jawab dan menjalankan tugasnya, sebagai pengajar, guru harus


(11)

memiliki berbagai bentuk kompetensi spesifik, yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pada dasarnya strategi pembelajaran meliputi seluruh kegiatan/tahapan-tahapan pembelajaran yaitu mencakup persiapan/ perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Riyanto (2010:141) menjelaskan “pada dasarnya, tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran mencakup persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut”.

Perencanaan pembelajaran, kegiatannya dilakukan mulai dari mempersiapkan bahan, merencanakan bahan mengajar, persiapan mengajar, hadir di kelas sesuai jadwal, serta memberi nilai dengan objektif sesuai dengan ketentuan lembaga. Hamalik (2005:10) “Sistem pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”.

Dalam proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang proses belajar mengajar (PBM), umumnya prosedur pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga langkah yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup

Evaluasi pada dasarnya menegaskan begitu pentinga perencanaan pendidikan dan hasilnya. Selanjutnya untuk memperlancar kegiatan PBM. Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Harjanto (2010:277) menjelaskan “Secara umum dapat dikatakan evaluasi pengajaran adalah penilaian/penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif.”

Realitas menunjukkan tidak semua guru menjalankan tugas dengan baik sebagai suatu tuntutan tugas dan keprofesionalan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Manajemen Pembelajaran, Khususnya Guru Sekolah Dasar Negeri 12 Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya”.

Sekolah Dasar (SD) Negeri 12 Tangan-Tangan, Aceh Barat Daya (ABDIYA) yang menjadi objek penelitian, karena merupakan sekolah baru berdiri yaitu tahun 2012. Sehingga bisa mendorong sekolah tersebut untuk membuat manajemen pembelajaran yang baik.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Manajemen Pembelajaran Guru SD Negeri 12 Tangan-Tangan ABDYA?”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Subjek penelitian yaitu Kepala Sekolah (Kepsek) dan Guru. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi (analisis) dokumen

HASIL PENELITIAN

Wawancara dilakukan dengan Kepsek dan Guru. Adapun hasil wawancara dan observasi manajemen pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepsek bahwa: perencanaan pembelajaran itu sangat penting , namun untuk SD Negeri 12 Tangan-Tangan belum membuat RPP karena merupak sekolah yang baru berdiri yaitu tahun 2012. Sehingga Kepsek memprioritaskan kebutuhan yang lebih mendesak. Minsalnya, kursi, Guru bakti, buku cetak.

Menurut Kepsek penyusunan RPP sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu tahun depan akan membuat RPP dengan anggran yang telah dialokasikan sekolah.

Sedangkan menurut wawancara dengan guru yang mengajar dari awal berdirinya sekolah tersebut yaitu sebagai guru bakti menyadari, sangat penting adanya RPP. Guru tersebut juga menjelaskan dengan adanya RPP sangat membantu PBM dalam mencapai target materi pembelajaran secara tepat waktu. Namun seperti yang sudah ibu ketahui bahwa sekolah kami ini baru berdiri tahun 2012. Jadi bayak kekurangan, dan menurut bapak Kepsek tahun depan kami para guru akan diberi pelatihan un tuk membuat RPP.

Masih menurut guru tersebut, bahwa bapak Kepsek juga sudah menganggarkan alokasi dana untuk pembuatan RPP. Ini menandakan rencanaan pelatiahan RPP sangat serius untuk dilaksanakan ditahun depan.

Proses Belajar Mengajar

Menurut kajian melalui observasi yang peneliti lakukan berkaitan dengan PBM, guru masuk tepat waktu. Dalam PBM guru ada membuka pembelajaran dengan cara bertanya tentang keseharian siswa, misalnya sudah makan dirumah, sudah siapkan PR, sudah siap untuk belajar dan pertanyaan yang semisal dengan itu. Dalam menyajikan materi guru menjelaskan dengan bahasa Indonesia dan meberi penekanan dengan bahasa daereh agar mereka paham, dan diikuti pemberian latihan. Guru juga menutup PBM dengan memberikan PR.

PBM berlangsung aktif, efektif, komunikatif serta tidak monoton dengan cara memberikan perhatian penuh pada setiap murud, dengan cara mendatangi satu persatu kemeja para siswa. Jika diperlukan pembimbingan khusus semisal membuat angka tertentu maka guru juga ikut membantu dengan cara memegang tangan siswa. Dan tak lupa guru juga mengapresiasi siswa yang mendapat nilai bagus dan


(12)

memotivasi siswa yang lain agar bias lebih baik. Sarana dan prasarana dalam PBM juga mendukung dengan menggunakan papan tulis dan ruang yang nyaman.

Berdasarkan wawancara dengan Kepsek diketahui bahwa tingkat kedisiplinan dalam PBM, sangat disiplin dari sisi ketepatan jam mulai PBM. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Meskipun dengan segala keterbatasan sebagai sekolah baru.

Hasil wawancara dengan Kepsek juga menjelaskan, dalam PBM Waupun guru tidak punya RPP namun guru tetap mengajar sesuai materi karean menggunakan buku paket, dan bagi anak SD materi yang diajarkan sesuai dengan standar potensi dasar. Bahkan dituntut para guru yang mengajar itu harus kreatif dan inovatif dalam PBM, meskipun ada RPP.

Evaluasi Proses Pembelajaran

Hasil wawancara dengan Kepsek, guru: standar penilain ditetapkan oleh dinas baik bobot maupu item penilaian, yaitu mengacu pada tiga penilain kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang masing-masing harus memenuhi bobot kreteria ketuntasan minimal(KKM) 70. Maka jika siswa belum mencapai KKM maka akan diadakan remedial.

Hasil wawancara dengan Kepsek, guru juga menambahkan bentuk ujian dalam penilaian siswa ditentukan dinas yaitu ujian tulisan dalam yang mencakup penilian afektif, kognitif dan psikomotorik. Setiap guru diakhir semester harus menyerahkan nilai akhir semester kepada sekolah untuk inventaris. Dalam rangka mewujudkan penilaian yang sehat dan baik maka kepsek mewajibkan para guru untuk mengawas saat ujian akhir semester dan mendampingi saat ujian yang telah ditetapkan sekolah.

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan hasil penelitian akan diupayakan menginterpretasikan hasil temuan penelitian yang diperoleh di lapangan. Hal ini berdasarkan persepsi dari tujuan utama penelitian kualitatif untuk memperoleh pemaknaan atas realita atau kenyataan yang sebenarnya. Penelitian ini tentang manajemen pembelajaran. Secara sistematis dapat dipaparkan hasil penelitian yang membahas tiga permasalahan yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini, yaitu: (1) perencanaan pembelajaran (2) proses belajar mengajar (3) pelaksanaan evaluasi belajar mengajar.

Perencanaan Pembelajaran (Penyusunan RPP)

Perencanaan PBM sangat penting, karena segala sesuatu itu harus disiapkan dengan baik, tidak terkecuali PBM. Agar dalam mengajar memiliki kesamaan materi antara kelas satu dengan kelas yang lainnya. Bahkan sekolah-sekolah yang sudah lama berdiripun diwajibkan oleh dinas pendidikan untuk membuat perencanaan. Dengan tidak melihat lagi

apakah sekolah swasta atau negeri, karena gagal merencanakan bererti merencanakan kegagalan. Dan dinas juga sudah mengalokasikan dana untuk pelalitahan, worshop lokakarya dalam membuat RPP.

Sebelum guru tampil di depan kelas mengelola PBM, terlebih dahulu harus sudah merancang pengorganisasian bahan pembelajaran yang akan disampaikan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya PBM. Hamalik (2005:11) “tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi orang, material, dan prosedur agar tujuan belajar tercapai secara efesien”.

Guru yang akuntabel adalah guru yang siap dengan sejumlah bahan pengajaran guna membantu siswa menuju penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru hendaknya menguasai bahan pengajaran wajib, bahan penunjang, sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus, yang telah dirumuskannya, serta selaras dengan perkembangan mental siswa, ilmu dan teknologi. Kemampuan guru dalam menyusun program pembelajaran merupakan salah satu model dari perencanaan pembelajaran.

Uno (2009:1) menjelaskan “perencanaan adalah hubungan antara apa (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program, lokasi sumber”.

Perencanaan merupakan rumusan yang harus dibuat oleh guru karena asumsi dari perencanaan adalah perubaha kearah yang lebih baik. Dalam perencanaan dikenal model-model perencanaan dengan tujuan untuk memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hamalik (2005:59-75) menyatakan bahwa “ model-model perencanaan ada empat yaitu: perncanaan pengajaran versi PBTE, perencanaan pengajaran sistem sistemis, perencanaan pengajaran model davis, prosedur pengembangan sistem instruksional (PSSI)”. Kemampuan guru dalam membuat program pembelajaran merupakan wujud profesionalisme guru yang tidak boleh diabaikan.

Adapun menurut Usman (2009:82) “model perencanaan pendidikan ada empat yaitu model komprehensif, model pembiayaan dan kekreatifan biaya, model PPBS (plnning, programming, budgeting system), dan model target setting”. Ada beberapa komponen dalam PBM. Komponen-komponen itu misalnya guru, siswa, metode, alat/teknologi, saran, tujuan. Untuk mencapai tujuan, masing-masing komponen itu akan saling merespons dan memengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Sehingga tugas guru adalah bagaimana harus mendesain dari masing-masing komponen agar menciptakan PBM yang lebih optimal. Dengan demikian guru selanjutnya akan dapat mengembangkan PBM yang lebih dinamis untuk mencapai tujujan yang diharapkan.

Dalam silabus, merupakan panduan ketika guru mengajar, dan merupakan kewajiban bagi setiap lembaga pendidikan. Dari silabus maka lahirlah RPP


(13)

untuk menuntun guru dalam PBM agar efektif dan efesien.

Perencanaan diperlukan dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

Menurut Usman (2009:65) “perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada satu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan”. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk guru maka dibutuhkan perencanaan yang baik. Peningkatan keterampilan personal dan pengembangan sumber daya manusia yang berkompeten merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan profesionalisme dalam melaksanakan kegiatan PBM. Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah melalui dinas dalam upaya meningkatkan keterampilan dan pengembangan kemampuan melalui penyusunan silabus dan RPP yang difasilitasi oleh sekolah.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Uno (2009:3) perlunya perencanaan adalah:

1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran; 2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu

menggunakan pendekatan sistem;

3. Perencanaan desain pembelajaran diacukan bagaimana sesorang belajar;

4. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan;

5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran;

6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar;

7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan suatu variable pembelajaran;

8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap SD Negeri 12 Tangan-Tangan semester depan 2015/2016 benar-benar membuat RPP. Hal ini diharapkan bisa membuat pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang merupakan salah satu dari cara untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran dalam hal menyusun RPP pada SD Negeri 12 Tangan-Tangan, belum memenuhi perencanaan yang baik dengan kata lain belum

memenuhi kriteria yang diharapkan. Hal ini menjadi sebuah masukan bagi SD Negeri 12 Tangan-Tangan dan sekolah lain, mengingat manajemen perencanan sangan penting karena gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Manajemen perencanaan bisa melalui pelatihan dan bimbingan khusus agar manajemen perencanaan yang diharapkan dapat berjalan dengan baik.

Proses Belajar Mengajar

Menurut kajian melalui observasi yang peneliti lakukan berkaitan dengan PBM, guru masuk tepat waktu. Dalam pembelajaran guru membuka pembelajaran dengan cara bertanya tentang keadaan pribadi siswa, pada akhir pertemuan sebelumnya guru menutup pembelajaran dengan cara memberikan tugas rumah.

Dalam pengamatan peneliti juga dalam PBM meskipun guru tidak menggunakan RPP, namun materi pembelajaran tetap tercapai karena menggunakan panduan buku paket. PBM berlangsung aktif, efektif, komunikatif serta tidak monoton dengan cara memberikan perhatian penuh pada setiap murud, dengan cara mendatangi satu persatu kemeja para siswa. Jika diperlukan pembimbingan khusus semisal membuat angka tertentu maka guru juga ikut membantu dengan cara memegang tangan siswa. Dan tak lupa guru juga mengapresiasi siswa yang mendapat nilai bagus dan memotivasi siswa yang lain agar bisa lebih baik. Sarana dan prasarana dalam PBM juga mendukung dengan menggunakan papan tulis dan ruang yang nyaman. Berdasarkan wawancara dengan Kepsek, guru diketahui bahwa tingkat kedisiplinan dalam PBM, berjalan disiplin dari sisi ketepatan jam mulai pembelajaran.

Disamping perencanaan yang baik, guru juga berkewajiban untuk melaksanakan PBM dengan baik dan secara maksimal. Kesiapan semua elemen dalam struktur organisasi pendidikan yang dimulai dari sistem manajemen perencanaan sampai pada peningkatan kemampuan serta profesionalitas guru untuk menghasilkan output yang baik dan siap berkompetisi. Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar yang merupakan kunci dalam pembelajaran. Dimyanti dan Mudjiono (2010:42) menjelaskan “prinsip-prinsip belajar itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individu”.

Ada beberapa hal pokok yang berkaitan dengan keberhasilan PBM di sekolah. PBM akan berjalan efektif dan efisien apabila semua yang terlibat dalam PBM telah menggunakan dan menjalankan sesuai dengan silabus dan RPP yang telah disusun dalam PBM.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil pembelajaran. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.


(14)

Suryabrata (2010:233) menjelaskan “faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, yang digolongkan faktor nonsosial dan sosial. Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan inipun bisa digolongkan dalam faktor fisiologis dan psikologis”.

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisik/biologis serta faktor psikologis.

a. Bersifat kognitif

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dan antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia. Winkel (2009:72) menjelaskan “belajar kognitif cirri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan suatu bentuk prestasi yang mewakili semua objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda atau kejadian/pristiwa”.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena menentukan kualitas belajar siswa. Riyanto (2010:85) “para aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir….”. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam pembelajaran. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru, dan masyarakat. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.

b. Bersifat afektif

Afektif antara lain seperti labilnya emosi dan sikap dalam proses belajar sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Winkel (2009:71) menjelaskan “belajar afektif salah satu cirinya ialah belajar menghayati nilai dari suatu objek yang dihadapi melalui alam perasaan….”.

Sikap siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, dan sabar.

c. Bersifat psikomotor

Psikomotor antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Winkel (2009:70) menjelaskan “kebutuhan itu dapat merupakan biologis, seperti kebutuhan akan mengistirahatkan tubuh atau mendapatkan bahan makanan”. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar. Anak yang memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan mempengaruhi psikologisnya. Perasaan yang menghantui anak dapat membuat prestasinya menurun. Namun ada juga anak yang menjadikan kekurangannya sebagai motivasi untuk maju. Cacat fisik membuat anak tidak dapat malakukan aktivitas pembelajaran dengan baik. d. Minat.

Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran.

e. Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaian dengan belajar didefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung


(15)

proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.

Bingham (Sunarto dan Hartono 2008:117) “bakat menitik beratkan pada kondisi atau seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan bahasa, music dan sebagainya”. 2. Faktor eksternal

Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non-sosial.

a. Lingkungan Sekolah

Pendidikan di sekolah bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya siap meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya, melainkan untuk membentuk siswa manjadi manusia sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat. Riyanto (2010:84) “…permulaan jiwa anak itu adalah bersih semisal kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman”.

Di sekolah, untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari guru yaitu memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan pendidikan seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung. Faktor-faktor yang dapat menghambat belajar di Universitas adalah: b. Metode mengajar

Dalam mengajar guru memerlukan metode yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi yang disampaikan oleh guru terasa menarik dan smahaiswa mudah menyerapnya. Riyanto (2010:82) menjelaskan “menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristik”. Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan

kesuksesan proses pembelajaran. Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas.

c. Kurikulum

Kurikulum yang kurang tepat dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting dan selalu ada dalam sebuah instansi pendidikan. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan psikologi anak. Menurut Mulayasa (2009:22) “kurikulm adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidkan”.

Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar proses belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian proses belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas. d. Penerapan disiplin

Disiplin adalah suatu bentuk tingkah laku di mana seseorang menaati suatu peratutran dan kebiasaan-kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya. Dan ini hanya dapat dicapai dengan latihan dan percobaan-percobaan yang berulang-ulang disertai dengan kesungguhan seseorang, termasuk guru maupun siswa. Di samping itu, sukses juga ditentukan oleh disiplin atau tidaknya seseorang meraih segala sesuatu dan meletakkan sesuatu di tempat yang layak.

Disiplin tak terlepas dari optimalisasi waktu. Agung (2010:58) menjelaskan “pemanfaatan waktu merupakan hal yang penting dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran”. Tanpa disiplin, seseorang tak akan mampu menyelesaikan segala apa yang telah direncanakannya. Dia tak akan mampu melakukan sebuah strategi secara berkesinambungan untuk meraih tujuan jika tidak punya disiplin.

Beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan guru dalam kegiatan PBM adalah tercermin dalam keluaran hasil belajar. satu indikator keberhasilan dalam kegiatan proses belajar


(16)

mengajar itu adalah terjadinya perubahan pada diri peserta didik. Perubahan tersebut mencakup perubahan aspek pengetahuannya (Cognetif), aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilannya (psikomotorik). Menurut Usman (2009:328)” apabila semua pihak dapat menerima rencana yang telah dibuat, maka setiap orang harus memotivasi dirinya secara berkesinambungan agar rencana tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan perkiraan dan waktu yang telah ditentukan”.

e. Keterbatasan sarana prasarana

Sekolah untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari guru yaitu memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung,listrik, kursi, papan tulis, spidol, kamar mandi dan lain sebagainya tidak ada. Terlebih lagi di era teknologi seperti sekarang ini sara prasarana haruslah diperhatikan seperti proyektor LCD, laptop/komputer, jaringan internet dan sebagainya.

Suryobroto (2010:114) menjelaskan “prasarana pendidikan berperan dalam proses belajar mengajar walaupun secara tidak langsung”. Faktor gedung daya tampung suatu kelas merpakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasil proses pembelajaran. Daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya dapat mengakibatkan proses belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal.

f. Hubungan siswa dengan guru maupun teman Suasana sebuah kelas didukung oleh peran guru dan siswa yang lain. Agung (2010;71 ) menjelaskan “kehidupan komunitas kelas yang kurang berkembang, monoton, interaksi searah dan sejenisnya, bukan hanya akan dianggap kurang mengasikkan tetapi juga kurang membawa semangat”. terkecil di dalam lingkungan sekJika suasana kelas tidak mendukung, maka dapat menghambat proses pembelajaran.

Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga tercipta suasana ynag baik dan nyaman bagi siswa. Guru memberikan tugas untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa jenuh dengan tugas yang terlalu banyak. Keberhasilan belajar siswa juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan prasarana yang memadai juga membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.

g. Lingkungan sosial masyarakat

Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap

perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat memiliki peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Peran yang telah disumbangkan dalam rangka tujuan pendidikan nasional yaitu berupa ikut membantu menyelenggarakan pendidikan, menyediakan lapangan kerja, biaya, prasarana dan sarana serta membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Ihsan (2010:33) menjelaskan “pendidikan masyarakat adalah usaha sadar yang juga memberikan kemungkinan perkembangan social, kultur, keagamaan, kepercayaan terhadap tuhan yang maha Esa, keterampilan, keahlian (profesi), yang dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengembangkan dirinya dan membangun masyarakat”.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses pembelajaran. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak kuliah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi siswa. Riyanto (2010:86) menjelaskan “…perkembanan itu semata-mata tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor kawan tidak memainkan peran sama sekali”. Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain.

h. Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama kali seseorang belajar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar seseorang. Ihsan (2010:57) menjelaskan “keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa”.

Di samping itu hubungan orang tua dan anak juga harus diperhatikan. Hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan anak akan membuat anak tidak betah di rumah. Dengan begitu anak tidak akan bisa melaksanakan aktivitas belajarnya dengan baik. Dengan demikian hendaknya menjalin hubungan antara orang tua dan anak sebagai hubungan persahabatan.

Keadaan ekonomi keluarga juga berpengaruh terhadap pembelajaran. Meskipun tidak mutlak, namun membuat perasaan minder. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar seseorang. Ihsan (2010:57) menjelaskan “bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia”. Keharmonisan keluarga sangat mempengaruhi


(17)

terbentuknya watak anak. Keluarga yang tidak harmonis akan memberi dampak negatif pada anak dalam belajar.

hasil lapangan ditemukan, kegiatan pembelajaran sudah dilaksanakan, namun belum semua dapat terpenuhi terutama pembuatan RPP. Namunpun demikian kendala bukanlah alasan untuk membenarkan keterbatasan dan merasa cukup. Oleh karena itu melalui penelitian ini peneliti mendorong SD Negeri 12 Tangan-Tangan melalui Kepsek semester depan 2015/2016 segera membuat RPP.

i. Pembuka dan Penutup dalam Pembelajaran Pembukaan dalam pembelajaran menjadi hal yang penting. Dalam mengawali pembelajaran, seorang pengajar/guru diharuskan mengecek kondisi kelasnya apakah sudah siap digunakan untuk perkulaiahan. Setelah kondisi kelas siap, baru guru dapat memulai pembelajaran dengan membuka perkulaiahan dengan memotivasi siswa dengan cara mengaitkan apa yang sudah diketahuinya dengan apa yang akan dipelajarinya. Menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui apa yang akan dipelajari atau dilakukannya selama kegiatan pembelajaran juga bisa dilakukan untuk membuka pembelajaran.

Menutup pembelajaran juga penting diperhatikan guru dalam mengakhiri pembelajaran. Diantaranya ada guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan materi yang dibahas pada pertemuan tersebut, ada juga memberikan tugas dengan cara mengumpulkan materi pembelajaran pada pertemuan berikutnya, dan ada juga dengan membuat pertanyaan seputar materi untuk melihat sejauh mana siswa menyerap materi pembelajaran, sehingga memungkinkan untuk mencari metode yang tepat dalam pembelajaran.

Berdasarkan pokok kajian dan tujuan yang diteliti berkaitan dengan pembuka dan penutup dalam pembelajaran bila dibandingkan antara keadaan sebenarnya dengan teori-teori pendukung, maka dapat dikatakan sudah berjalan. Menurut hasil penelitian yang diperoleh bahwa, pihak sekolah berperan aktif dalam memonitoring pelaksanaan PBM.

Evaluasi PBM

Hasil wawancara dengan Kepsek, guru: standar penilaian yang digunakan dalam menentukan nilai siswa ditetapkan oleh dinas baik item maupun bobot penilaian. Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Dengan nilai ketuntasan minimal adalah 70.

Hasil wawancara dengan Kepsek, guru juga menambahkan bentuk ujian atau remedial bagi siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan munimal. Setiap

guru diakhir semester harus menyerahkan daftar nilai kepada sekolah sebagai inventarisasi.

Evalusi berasal dari kata evaluation, Kata tersebut diserap dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian lafal menjadi evaluasi yaitu pengukuran, penilaian walaupun sebenarnya mempunyai perbedaan tapi intinya sama tentang evaluasi. Dimyanti dan Mudjiono (2010:221) menjelaskan “evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk menentukan jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran melalui kegiatan penilaian/atau pengukuran”.

Sebagai upaya untuk membangun pendidikan yang lebih maju, maka diperlukan perbaikan secara sistemik terhadap pendidikan. Diantara upaya-upaya tersebut secara praktis bisa dikategorikan menjadi tiga bagian besar yaitu: menggunakan perencanaa, pelaksanaan, dan pengevaluasian, dari ketiga unsur tersebut selalu terkait dan terpadu, karena untuk melaksanakan tindakan kependidikan harus didasarkan pada perencanaan yang matang, kemudian dipraktekan/dilaksanakan, dari perencanaan dan pelaksanaan tersebut diadakan evaluasi, evaluasi ini untuk mengukur, mengamati dan sebagai bahan untuk memperbaiki rangkaian kegiatan kependidikan tersebut. Dimyanti dan Mudjiono (2010:221) menjelaskan Tujuan utama dari evaluasi pembelajaran adalah jumlah informasi atau data tentang jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran. Sejumlah informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran inilah yang kemudian difungsikan dan ditujukan untuk pengembangan dan akreditasi.

Evaluasi mempunyai peranan penting sebagai arah perbaikan dalam pembangunan sistem pendidikan, evaluasi dalam proses pendidikan berkaitan dengan kegiatan mengontrol sejauh mana hasil yang telah dicapai sesuai dengan program yang telah direkayasa dalam kurikulum pendidikan, evaluasi merupakan alat legitimasi meningkatkan atau mempertahankan standar pembelajaran.

UU Sisdiknas 2003 menjelaskan tentang evaluasi dalam pendidikan Nasional pada pasal 57,58 dan 59. Dari pasal-pasal tersebut di jelaskan evaluasi yang dilakukan oleh berbagai komponen misalkan pada pasal 57 aat satu dan dua menjelaskan evaluasi secara umum pada ayat 1 dan 2 sebagai berikut:

1. Ayat 1, Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Ayat 2, Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan non formal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan.

Sedangkan pada pasal-pasal berikutnya yaitu pasal 58 dan 59 lebih menjelaskan tentang gambaran evaluasi yang dilakukan oleh bagian-bagian tersendiri, misalkan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik (pasal 58 ayat 1), evaluasi yang dilakukan oleh satuan


(18)

pendidikan (pasal 58ayat 2), pasal 59 ayat 1 mengenai evaluasi pemerintah daerah terhadap satuan pendidikan, dan pasal 2 nya tentang evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat dan atau organisasi profesi.

Dari penjabaran mengenai evaluasi pembelajaran, setidaknya bisa disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengukur, menimbang dan mengetahui sejauh mana keberhasilan, kendala dan hambatan dalam sistem pengajaran yang telah dirumuskan dalam kurikulum, silabus, RPP dan evaluasi ini merupakan bagian terpenting dalam membangun secara sistemik PBM, dengan landasan pada dasar-dasar utama tujuan pendidikan. Usman mengjelaskan (2009:657) “evaluasi kinerja pendidik harus memperhatikan pencapaian prestasi dan perubahan-perubahan peserta didik”.

Penyusunan rencana evaluasi pada umumnya mencakup kegiatan. Merumuskan tujuan dari kegiatan evaluasi itu sendiri. Menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan evaluasi. Menyusun dan menentukan alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam kegiatan evaluasi. Menentukan tolok ukur, norma atau kreteria yang akan dipergunakan dalam rangka memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.

Berdasarkan pokok-pokok kajian dalam penelitian ini, telah diperoleh beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, bahwa evaluasi pembelajaran telah dilakukan dengan baik karena mengikuti bobot dan item penilaianyang ditentukan dinas.

Menurut hasil penelitian yang diperoleh bahwa, komitmen dan usaha semua pihak untuk mengembangkan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran terlaksana, meskipun belum membuat RPP, namun PBM dan evaluasi pembelajaran tidak sekedar teori-teori dalam buku, melainkan juga hal yang harus dipraktikkan dalam dunia pendidikan.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh di lapangan dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang manajemen pembelajaran di SD N 12 Tangan-Tangan, ABDYA yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

SD Negeri 12 Tangan-Tangan, ABDYA dalam perencanaan pembeljaran belum membuat RPP. Namun materi tetap tercapai karena menyesuaikan dengan sekolah lain melalui buku paket, karena pihak sekolah menyadari pentingnya membuat peremcanaan kegiatan pembelajaran, Kepsek berkomitmen untuk membuat RPP semester depan yaitu tahun ajaran 2015/2016 meskipun sekolah ini baru berdiri tahun 2012.

Dalam PBM guru menggunakan buku paket, untuk memenuhi kebutuhan kegiatan belajar mengajar guru terlebih dahulu membuka pembelajaran dengan bertanya tentang keseharian siswa, kemudian memaparkan materi pembelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia dan ditambah penekanan dengan bahasa daereh supaya lebih paham, memberikan siswa kesempatan bertanya dan serta memberikan latihan, dan guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan, dan memberi PR. Pada umumnya PBM disiplin. Bagi guru yang tidak disiplin akan dipanggil secara porsonil oleh Kepsek untuk diberi nasehat.

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran di SD Negeri 12 Tangan-Tangan, ABDYA diadakan dalam bentuk tertulis dari pekerjaan rumah/tugas, ujian tengah semester dan ujian akhir semester dengan menggunakan pedoman penilaian yang ditetapkan Dinas baik item maupum bobot penilaian yang akan diinventarisir, yaitu setiap akhir semester guru harus menyerahkan daftar nilai akhir semester ke sekolah


(19)

REFERENSI

Agung, Iskandar. (2010). Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta : Bestari Buana Murni. Dimyati, Mudjiono. (2009), Belajar dan Pembelajran. Jakatra: PT Rineka Cipta.

……….. (2010), Belajar dan Pembelajran. Jakatra: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT bumi Aksara.

Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Reneka Cipta.

Ihsan, Fuad. (2010). Dasar-Dasar Kependidikan (komponen MKDK). Jakarta: PT Reneka Cipta.

Kementrian, R. I. (2006). Menuju Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah). Jakarta: Bumi Aksara

Notoatmodjo, Soekiddjo. (2005). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Reneka Cipta. Nasution, Zulkarnain. (2010). Manajemen Humas Di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM Press. Riyanto, yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Siagian, S.P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

... (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiyono. (2005). Metode penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Suryosubroto. (2010). Manajemen Pendidikan Di sekolah. Jakatra: Reneka Cipta Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo persada. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Guru. Jakarta: CV. Tamita Utama.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2005 Tentang Guru dan Guru. Jakarta: CV. Tamita Utama.

Uno, B, Hamzah. (2009). Perencanaan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini. (2009). Manajemen. Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

.


(20)

(21)

Teuku Edyansyah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap

Loyalitas Pelanggan Pada Toko Bahan

Bangunan Ud. Sinar Jaya Aceh Utara

Service quality is the characteristics or properties of a product or service that affects the ability to satisfy consumer needs. Customer loyalty is loyalty to a person of a particular good or service. Customer loyalty is a manifestation and extension of consumer satisfaction, although it is not absolute customer satisfaction result. Purpose of this study was to determine the magnitude of the effect of service quality on customer loyalty at the store of building materials of UD. Sinar Jaya North Aceh. Location of the study was conducted at UD. Sinar Jaya North Aceh, Banda Aceh-Medan road, Syamtalira Bayu, North Aceh. The population in this study is the whole community of North Aceh and surrounding areas who buy building materials at UD. Sinar Jaya North Aceh, and based on the Slovin’s formula, researchers took a sample of 80 respondents. Methods of analysis in this study is to use a simple linear regression model to see how great influence of the service quality on customer loyalty. Processing of research data obtained by the correlation coefficient (R) of 0.630, with a correlation coefficient of this there is a strong relationship between quality of service (X) with customer loyalty (Y) is equal to 63%. For the coefficient of determination (R2) was obtained for 0.397 or 39.7% and the balance of 60.3% influenced by other variables that are not observed in this study (error term). Based on testing t, t values obtained for the quality of service (X) of 7,169, it is greates than ttable of 1,990, which means the quality of service (X) effect on customer loyalty (Y). So it can be concluded that, the quality of service have a significant effect on customer loyalty.

Keywords: Quality of Service, Customer Loyalty

ISSN : 2338-2864 p. 97-105


(1)

Tabel 2

Uji Validitas Kesadaran Merek

Kesadaran Merek Ketika membutuhkan untuk

membeli Pakaian, saya akan segera mengingat Pakaian ringan

Pearson

Correlation .724(**) Sig. (2-tailed) .000

N

100 Ketika ditanya mengenai

merek Pakaian, merek yang saya ingat dengan cepat

Pearson

Correlation .778(**) Sig. (2-tailed) .000

N 100

Saya mengingat salah satu iklan Pakaian yang ditampilkan lewat media elektronik.

Pearson

Correlation .811(**) Sig. (2-tailed) .000

N 100

Kesadaran Merek Pearson

Correlation 1 Sig. (2-tailed)

N 100

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan Tabel diatas, hasil uji validitas untuk variabel kesadaran merek menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel kesadaran merek. Hal ini terlihat dari nilai signifikan ketiga butir pernyataan sebesar 0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pernyataan valid dan dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian. Hasil perhitungan uji validitas item pernyataan variabel persepsi kualitas dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 3

Uji Validitas Persepsi Kualitas

Persepsi Kualitas Pakaian adalah merek

yang paling popular dalam kategorinya.

Pearson

Correlation .831(**) Sig. (2-tailed) .000

N 100

Pakaian adalah paling sesuai dengan kebutuhan saya.

Pearson

Correlation .686(**) Sig. (2-tailed) .000

N 100

Kualitas Pakaian lebih tinggi daripada Pakaian merek lain.

Pearson

Correlation .732(**) Sig. (2-tailed) .000

N 100

Persepsi Kualitas Pearson

Correlation 1 Sig. (2-tailed) N

100 Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015)

Berdasarkan Tabel diatas, hasil uji validitas untuk variabel persepsi kualitas menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel persepsi kualitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikan ketiga butir pertanyaan sebesar

0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan valid dan dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian.

Hasil perhitungan uji validitas terhadap pertanyaan variabel keputusan pembelian dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :

Tabel4

Uji Validitas Keputusan Pembelian

Keputusan Pembelian Saya yakin memilih Pakaian

sebagai pilihan pertama ketika memutuskan untuk membeli produk Pakaian.

Pearson

Correlation .853(**) Sig. (2-tailed) .000

N 100

Alternatif merek Pakaian lain kurang menjadi pertimbangan bagi saya ketika memutuskan untuk membeli Pakaian

Pearson

Correlation .841(**) Sig. (2-tailed) .000

N

100

Saya membeli Pakaian karena keinginan sendiri sesuai dengan kebutuhan saya

Pearson

Correlation .773(**) Sig. (2-tailed) .000

N 100

Keputusan Pembelian Pearson

Correlation 1 Sig. (2-tailed)

N 100

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan table diatas, hasil uji validitas untuk variabel keputusan pembelian menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal ini terlihat dari nilai signifikan ketiga butir pertanyaan sebesar 0,000 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga butir pertanyaan valid dan dapat dipercaya untuk mengambil data penelitian.

Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika masingmasing pertanyaan dijawab responden secara konsisten atau stabil dari waktuke waktu. Suatu kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2005).

Adapun secara ringkas hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam Tabel berikut ini :

Tabel 5 Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's

Alpha N of Items

Kesadaran Merek 0.647 3

Persepsi Kualitas 0.608 3

Keputusan Pembelian 0.761 3


(2)

Regression Standardized Predicted Value 2 1 0 -1 -2 -3 -4 R e gr ess ion Stud enti zed Res idua l 2 1 0 -1 -2 -3 -4 Scatterplot

Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dua variabel independen dan satu variabel dependen memiliki nilai Cronbach’s Alpha untuk kesadaran merek sebesar 0,647, persepsi kualitas sebesar 0,608, dan keputusan pembelian sebesar 0,761 (nilai Cronbach’s Alpha > 0,60). Dengan demikian pengukuran reliabilitas menunjukkan bahwa konstruk/variabel sudah reliabel.

Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai distribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak adalah dengan uji one sample kolmogrov-smirnov test (Nurgiyantoro dkk, 2004: 118).

Hasil normalitas diketahui dari nilai signifikansi > 0,05 berarti menunjukkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas menggunakan uji one samplekolmogrov-smirnov test dapat dilihat pada Tabel di bawah :

Tabel 6

Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual

N 100

Normal

Parameters(a,b) Mean .0000000

Std.

Deviation .40485182

Most Extreme

Differences Absolute .118

Positive

.049

Negative -.118

Kolmogorov-Smirnov Z 1.181

Asymp. Sig. (2-tailed) .123

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan Tabel di atas, hasil uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,123. Nilai signifikan > 0,05, maka disimpulkan data berdistribusi dengan normal dan bersifat linier.

Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Apabila terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas (Ghozali, 2005).

Hasil perhitungan uji multikolineritas dapat dilihat pada Tabel di bawah :

Tabel 7 Uji Multikolinearitas

Model Collinearity

Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Kesadaran

Merek 0,887 1,127

Persepsi

Kualitas 0,887 1,127

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Dari Tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF sebesar 1,127 dan nilai tolerance sebesar 0,887. Hasil di atas menunjukkan nilai VIF < 10 dan tolerance > 0,1 dan menandakan tidak ada terjadi hubungan antara kesadaran merek dengan persepsi kualitas pada penelitian ini atau dengan kata lain model dalam penelitian tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik. Menurut Ghozali (2005) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar di bawah ini :

Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015) Berdasarkan Gambar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini berdasarkan gambar grafik dimana titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.


(3)

Hasil Regresi Linier Berganda

Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian, Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas (gaya hidup dan demografi) dan satu variabel terikat yaitu keputusan pembelian. Untuk mengetahui hasil penelitian ini digunakan metode analisis regresi linier berganda.

Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

Tabel 8

Hasil Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized Coefficients

T Sig.

B

Std. Error

1 (Constant) 0.468 0.520 0.900 0.370 Kesadaran

Merek 0.268 0.107 2.507 0.014 Persepsi

Kualitas 0.668 0.111 6.021 0.000 df= 100-3=97

R = 61,6%

Adj RSquare= 38,0% ttabel (0,05/2) = 1,984 Fhitung = 29,674 Ftabel = 3,09

Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2015)

Berdasarkan pada Tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda adalah :

2

1

0

,

668

268

,

0

468

,

0

X

X

Y

=

+

+

Dari persamaan dapat dilihat nilai konstanta (a) sebesar 0,468 artinya jika variabel kesadaran merek dan persepsi kualitas dianggap konstan, maka nilai rata-rata keputusan pembelian konsumen Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe sebesar 0,468.

Koefisien variabel kesadaran merek (b1) sebesar

0,268, berarti jika nilai kesadaran merek meningkat sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian konsumen Pakaian di wilayah pemerintahan Kota Lhokseumawe akan meningkat sebesar 0,268 (dengan asumsi variabel persepsi kualitas dianggap konstan). Peningkatan kesadaran merek ini terjadi ketika konsumen langsung mengingat Pakaian isotonik Pocari Sweat ketika ingin mengkonsumsi Pakaian yang diinginkan, konsumen sangat ingat dengan cepat merek Pakaian dan mengingat iklan Pakaian yang ditampilkan pada media elektronik. Untuk koefisien variabel persepsi kualitas (b2) sebesar 0,668, berarti

jika nilai persepsi kualitas meningkat sebesar 1 satuan, maka keputusan pembelian Pakaian di Kota Lhokseumawe akan meningkat sebesar 0,668 (dengan asumsi kesadaran merek dianggap konstan). Peningkatan persepsi kualitas terjadi ketika konsumen mepersepsikan bahwa Pakaian ringan sangat populer, sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan konsumen, dan kualitasnya lebih tinggi dibandingkan merek Pakaian lainnya.

Berdasarkan Tabel di atas, koefisien korelasi (R) sebesar 0,616; yang bermakna kuatnya hubungan (korelasi) antara kesadaran merek dan persepsi kualitas terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemerintahan Kota Lhokseumawe. Sedangkan koefisien determinasi (adjusted R Square) sebesar 0,380; artinya kesadaran merek dan persepsi kualitas memiliki kemampuan dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe sebesar 38,0%. Selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian ini.

Pengujian hipotesis secara simultan dapat dilihat pada Tabel diatas, nilai Fhitung sebesar 29,674 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikan 5% dan df2=n-k

(100-3= 97) serta df1=k-1 (3-1=2) diperoleh sebesar 3,09. Hasil uji-F menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (29,674

> 3,09). Sehingga hasil menunjukkan bahwa kesadaran merek dan persepsi kualitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe.

Pengujian secara parsial diperoleh thitung untuk

variabel kesadaran merek sebesar 2,507 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%) dan

df=n-k (100-3=97) diperoleh nilai ttabel sebesar 1,66. Hasil

menunjukkan thitung > ttabel yaitu 2,507 > 1,984,

sehingga kesadaran merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe. Sedangkan hasil uji-t variabel persepsi kualitas diperoleh thitung sebesar 6,021 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%) dan

df=n-k (100-3=97) diperoleh nilai ttabel sebesar 1,66.

Dengan demikian thitung > ttabel yaitu 6,021 > 1,984,

dalam artian persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemerintahan kota Lhokseumawe.

PENUTUP Kesimpulan

1.Hasil pengujian secara parsial diperoleh thitung

untuk variabel kesadaran merek sebesar 2,507 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,014 dan thitung

variabel persepsi kualitas sebesar 6,021 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%) dan

df=n-k (100-3=97) diperoleh nilai ttabel sebesar

1,66. Hasil menunjukkan thitung > ttabel, sehingga

secara parsial kesadaran merek dan persepsi kualitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe.

2.Hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh nilai Fhitung sebesar 29,674 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikan 5% dan df2=n-k


(4)

(100-3= 97) serta df1=k-1 (3-1=2) diperoleh sebesar 3,09. Hasil uji-F menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel (29,674 > 3,09). Sehingga hasil

menunjukkan bahwa kesadaran merek dan persepsi kualitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Pakaian di wilayah pemko Lhokseumawe.

Saran

1.Perusahaan perlu meningkatkan kesadaran merek yang menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kesadaran merek adalah dengan cara menyampaikan pesan yang lebih mudah diingat oleh para konsumen dan

pesan yang disampaikan itu harus lebih berbeda dibandingkan merek pesaingnya dan menempatkan merek Pakaian sebagai top of mind bagi para konsumen.

2.Perusahaan juga harus meningkatkan persepsi kualitas produk Pakaian yang positif dipikiran konsumen pada setiap segmen pasar yang dituju, karena persepsi pelanggan merupakan penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara pelanggan yang satu dengan yang lainnya. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan persepsi kualitas produk Pakaian yang positif tersebut adalah dapat dengan cara melakukan inovasi produk. Misalnya menciptakan Pakaian dengan berbagai macam rasa, seperti Pakaian rasa anggur, rasa melon dan lain-lain.


(5)

REFERENSI

Azwar.(1997). Reliabilitas dan Validitas, Liberty, Yogyakarta

Durianto, Darmadi, Sugiarto, Sitinjak, Tony. (2004). Strategi Menaklukkan Pasar melalui Riset Ekuisitas dan Perilaku Merek. Gramedia. Jakarta.

Djarwanto, (1999), Statistik Nonparametrik, BPFE Yogyakarta.

Fuadi (2001), Dasar-dasar Pemasaran, Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ghozali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Badan Penerbitan UNDIP,

Semarang

Hadi, Sutrisno (2001), Metodologi Reset II, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kotler, Philip (2000), Marketing Jilid I (Terjemahan Herujat; Purwoko), Erlangga, Jakarta

Kotler, Philip dan Amstrong, Gary (1997), Manajemen Pemasaran (Principle of Marketing 7 C), Edisi Bahasa

Indonesia, Jilid 1, Penerbit Prenhallindo.

Kotler, Philip. (1992). Manajemen Pemasaran; Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian.

Edisi kedelapan, salemba empat, Jakarta.

Nazir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nurgiyantoro, Burhan; Gunawan; dan Marzuki. (2004). Statistik Terapan. UGM Press. Yogyakarta.

Riduwan, Akdon. (2008). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Alfabeta. Bandung.

Saladin, Djaslim (2004), Manajemen Pemasaran Modern, Penerbit Liberty Offset, Yogyakarta.

Shadilin dan Echols (1997), http://Ziakhatidah.blogspot.com/2010/04/Pengertiankonsumen.html, Diakses

pada Tanggal 16 Juli, 2010.

Sugiyono (2005), Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Kedelapan, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Swastha, Basu, D.H., (2004), Azas-azas Marketing, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Swastha, Basu (1992), Manajemen Pemasaran, Analisis Perilaku Konsumen, Liberty, Yogyakarta.


(6)