Jurnal Visi Vol.4 No.1 Maret 2015

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2008-2013

Cut Putri
Mellita Sari
JURNAL VISIONER
& STRATEGIS

Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
ISSN : 2338-2864
p. 1-7

Analisis Pengaruh Dariabel
Makroekonomi Terhadap Kemiskinan
Di Kota Lhokseumawe Tahun 2008-2013

This study aims to Determine the effect of inflation, the Minimum Wage and
Unemployment partially and simultaneously against poverty in the city of
Lhokseumawe. The data is used in this research is secondary data obtained by
the technique documentation or library (library research) from 2008 until
2013. Poverty meets classical assumption of regression models and can

produce estimates that are BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Inflation
positive and significant impact on poverty, it means an increase of in inflation
will increase of poverty. Minimum Wage positive and significant impact on
poverty, meaning that if the Minimum Wage increases will increase of
poverty. This is Because most of the population in the city of Lhokseumawe
profession informal sector, the which does not depend on the minimum wage.
Unemployment positive and significant impact on poverty, meaning that if
unemployment increases, will increase of poverty. The results Showed that the
partial inflation, Minimum Wage and Unemployment significant effect on
poverty in the city of Lhokseumawe. Inflation Simultaneously, Minimum Wage
and Unemployment significant effect on poverty Lhokseumawe city with the
effect of 93.8%.

Cut Putri Mellita Sari
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe

Keywords: Inflation, Minimum Wage, Unemployment


1

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2008-2013

Cut Putri Mellita Sari

PENDAHULUAN

TINJAUAN TEORITIS

Permasalahan kemiskinan yang begitu kompleks
dan bersifat multidimensional mendorong berbagai
upaya pengentasan kemiskinan dilakukan secara
komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan
masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (Nasir,
dkk, 2008). Badan Pusat Statistik (2010)
menggunakan konsep kemampuan dan memenuhi

kebutuhan dasar (basic needs approach), untuk
mengukur kemiskinan. Dengan menggunakan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran. Sehingga penduduk
miskin dapat diartikan sebagai penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah garis kemiskinan. Untuk kebutuhan minimum
makanan disetarakan dengan 2.100 kilokalori per
kapita per hari.
Kemiskinan turut dipengaruhi pula oleh berbagai
variabel makroekonomi diantaranya : tingkat inflasi,
Upah Minimum Regional (UMR), dan juga
Pengangguran (Mankiw, 2006)
Data variabel makroekonomi tersebut dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan
Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang secara

umum (Phutong dalam Nurfitri , 2011: 21), apabila
harga-harga naik secara drastis dalam periode tertentu
maka tingkat kemiskinan juga akan naik. Tingkat
kemiskinan naik bila masyarakat tingkat upahnya
tetap, jika tingkat upahnya tetap sedangkan harga
barang- barang naik, masyarakat yang awalnya dapat
memenuhi kebutuhan, karena terjadi inflasi yang
mengakibatkan masyarakat tidak dapat memenuhi
kebutuhan primernya.

PENGANG-

TINGKAT

GURAN

KEMISKNAN

(%)


(%)

4.18

14.35

15.87

3.96

4.17

13.26

15.08

7.19

4.00


11.83

14.07

2011

3.55

3.85

7.63

13.73

2012

0.39

3.70


10.88

13.06

2013

1.78

10.71

7.49

17.50

INFLASI

UMR

(%)


(%)

2008

13.78

2009
2010

THN

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe, 2014 (diolah)
Pada tabel terlihat penurunan tingkat inflasi tidak
diikuti dengan pengurangan tingkat kemiskinan yang
sebanding, bahkan dari tahun 2009 ke tahun 2010
terjadi peningkatan inflasi yang juga di ikuti dengan
pengurangan kemiskinan. Sementara peningkatan
UMR diharapkan juga dapat mengurangi tingkat
kemiskinan, tapi malah tingkat kemiskinan
meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di

atas yaitu terjadi peningkatan UMR dari tahun 2012
ke tahun 2013 dan juga terjadi peningkatan
kemiskinan pada tahun tersebut. Demikian juga
dengan tingkat pengangguran yang berkurang malah
tingkat kemiskinan meningkat.
Melihat fenomena tersebut penulis tertarik
untuk meneliti “Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Tingkat Kemiskinan di Lhokseumawe”.

Pengaruh Upah Minimum Terhadap Kemiskinan
Tujuan utama ditetapkannya upah minimum
adalah memenuhi standar hidup minimum seperti
untuk kesehatan, efesiensi dan kesejahteraan pekerja.
Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat
derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama
pekerja miskin. Semakin meningkat upah minimum
akan meningkatkan kesejahteraan sehingga terbebas
dari kemiskinan (Kaufman 2000 dalam Khabibi,
2010)
Pengaruh Pengangguran Dengan Kemiskinan

Hubungan pengangguran dan kemiskinan sangat
erat sekali, jika suatu masyarakat sudah bekerja pasti
masyarakat atau orang tersebut berkecukupan atau
kesejahteraanya tinggi, namun di dalam masyarakat
ada juga yang belum bekerja atau menganggur,
pengangguran secara otomatis akan mengurangi
kesejahteraan suatu masyarakat yang secara otomatis
juga akan mempengaruhi tingkat kemiskinan.
(Todaro, 2010), efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang
dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan
masyarakat karena menganggur tentunya akan
meningkatkan peluang mereka terjebak dalam
kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.
Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk,
kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan
menimbulkan efek yang buruk bagi kepada
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan
ekonomi dalam jangka panjang.

Penelitian Sebelumnya
Sugema, dkk (2010), dalam jurnal The Impact of
Inflation on Rular Poverty in Indonesia an
Econometrics
Approach.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa perubahan dalam laju inflasi
menyebabkan dampak yang relatif lebih tinggi pada
masyarakat miskin di tingkat nasional.
Budiantara, dkk (2010) dalam jurnal Relationship
Pattern of Poverty and Unemployment in Indonesia
with Bayesian Spline Approach. Hasil yang diperoleh
bahwa
model
hubungan
kemiskinan
dan

2

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2008-2013

pengangguran di Indonesia adalah dalam bentuk
kuadrat spine.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan
yang diambil untuk menjawab permasalahan yang
diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya
masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Inflasi mempunyai pengaruh yang positif
terhadap kemiskinan
2. Upah
Minimum
Regional
mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan
3. Pengangguran mempunyai pengaruh yang
positif terhadap kemiskinan.
METODE PENELITIAN
Dariabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu
yang terdiri dari satu variabel dependen dan tiga
variabel independen. Kemiskinan (Y) sebagai variabel
dependen selanjutnya variabel independen dalam
penelitian ini meliputi inflasi (X1), Upah Minimum
Regional (X3) dan Pengangguran (X3) di kota
Lhokseumawe.
Definisi Operasional Dariabel
1. Tingkat Inflasi adalah naiknya harga barangbarang secara umum dan berlaku secara terus
menerus dan diukur dalam persentase.
2. Upah Minimum Regional adalah tingkat upah
yang diterima yang memenuhi standar fisik
minimum manusia dan diproxikan dalam
tingkat pertumbuhan Upah Minimum dengan
satuan persentase.
3. Tingkat pengangguran adalah mereka yang
telah masuk usia kerja dan mereka yang belum
dan sedang mencari pekerjaan yang diukur
dalam persentase.
4. Tingkat Kemiskinan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasar yang diukur dari
pengeluaran kebutuhan minimum makanan
yang setara dengan 2.100 kilo kalori perkapita
per hari dan kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan
yang diukur dengan persentase.
Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda.
Metode ini digunakan untuk melihat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
Model Regresi Linear Berganda yang diajukan adalah
sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Cut Putri Mellita Sari

Dimana :
Y
= Kemiskinan
α
= Konstanta
β1, β2, β3 = Koefesien variable independen, yaitu :
tingkat Inflasi, UMR, dan
Tingkat Pengangguran
X1,
= Tingkat Inflasi
X2,
= UMR
X3
= Tingkat Pengangguran
e
= Error Term
HASIL PENELITIAN
Untuk menguji pengaruh variabel independen
yaitu tingkat inflasi (X1), tingkat upah minimum
regional (X2) dan tingkat pengangguran (X3) terhadap
tingkat kemiskinan di Kota Lhokseumawe (Y) sebagai
variabel dependen, digunakan analisis regresi linier
berganda dengan data time series. Untuk pengujian
hipotesis, kesimpulan diambil langsung dari nilai
koefisien regresi dan koefisien determinasi. Koefisien
regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen
sedangkan koefisien determinasi digunakan untuk
melihat
besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan.
Uji Asumsi Klasik
a). Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah antar variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini terdapat korelasi yang erat
ataukah tidak. Maka dalam penelitian ini nilai VIF
dan Tolerance dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini:
Tabel 1
Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Varibel
Independen
Tolerance
VIF
Inflasi
.553
1.809
UMR
.694
1.442
Pengangguran
.424
2.358
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015)
Dari hasil pengujian tersebut tampak bahwa
variabel bebas (Inflasi, UMR dan Pengangguran)
masing-masing memliki nilai tolerance < 0.1 dan
nilai VIF > 10 Ini menunjukkan bahwa variabel
Inflalsi (X1), variabel UMR (X2) dan variabel
pengangguran (X3) terbebas dari gejala
multikolinieritas.
b). Uji Autokorelasi
Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai
terjadinya korelasi diantara data pengamatan,
dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh
data sebelumnya. Dasar pengambilan keputusan
dalam uji autokorelasi adalah nilai Asymp. Sig. (2tail) lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan
3

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2008-2013

bebas autokorelasi, Ghozali (2006). Berikut Tabel
2 yang menunjukkan hasil dari uji autokorelasi :

Keofesien Regresi
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi
linier berganda diperoleh hasil analisis regresi linier
berganda bahwa pengaruh inflasi, UMR dan
pengangguran terhadap kemiskinan di kota
Lhokseumawe periode 2008-2014 dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut :
Tabel 4.
Koefisien Regresi

Tabel 2
Uji Autokorelasi
Runs Test

Unstandardized
Residual
a

Test Value
Cases < Test Value
Cases >= Test Value
Total Cases
Number of Runs
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

.00378
3
3
6
4
.000
1.000

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
1

a. Median

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015)

c). Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Uji heterokedastisitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji sperman. nilai sig.
Keputusan terjadi atau tidaknya heterokedastisitas
dapat dilihat pada nilai sig. (two-tail) > 0.05
sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala
heterokedastisitas.
Tabel 3
Uji Heterokedastisitas

Spea X1
rman'
s rho

Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

X2

.371 .771

.143

.

.468 .072

.787

6

6

.371

1.000 .086

-.486

Sig. (2-tailed)

.468

. .872

.329

6

6

Correlation
Coefficient

.771

.086 1.00
0

.429

Sig. (2-tailed)

.072

.872

.

.397

6

6

6

6

.143

-.486 .429

1.000

.787

.329 .397

N
ABS Correlation
_RE Coefficient
S
Sig. (2-tailed)
N

6

6

6

6

6

6

Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2015)

t

Sig.

1.892

4.961

.038

X1

.116

.080

.345 4.460

.082

X2

.633

.124

1.074 5.088

.037

X3

.154

.154

.270 5.023

.023

Y = 9.385 + 0.116X1 + 0.633X2 + 0.154X3 + e

1.000

6

Beta

9.385

Hasil output dari analisis regresi linier berganda
melalui program SPSS versi 20.00 seperti hasil yang
ada pada Tabel 4 diatas, maka diperoleh persamaan
regresi berganda sebagai berikut:

ABS_R
ES

X3

Std.
Error

Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2015)

Correlation
Coefficient
N

X3

X2

(Consta
nt)

B

a. Dependent Variable: Y

Correlations
X1

Cut Putri Mellita Sari

.
6

Koefisien-koefisien persamaan regresi linier
berganda diatas dapat diartikan sebagai berikut :
 Dalam penelitian diperoleh nilai konstanta yang
didapat dari pengolahan
data adalah 9.385.
Artinya, jika inflasi, UMR dan pengangguran
dianggap konstan, maka tingkat kemiskinan Kota
Lhokseumawe adalah 9.385 persen.
 Koefisien regresi inflasi (X1) sebesar 0.116.
Artinya, setiap kenaikan inflasi sebesar 1% maka
perubahan dalam variabel inflasi akan
mempengaruhi
tingkat
kemiskinan
Kota
Lhokseumawe sebesar 0.116 persen dengan
asumsi variabel inflasi (X1) dianggap konstan
atau tidak mengalami perubahan. Dalam
penelitian ini dapat disebutkan bahwa inflasi
berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan
Kota Lhokseumawe.
 Koefisien regresi UMR (X2) sebesar 0.633.
Artinya, setiap kenaikan UMR sebesar 1% maka
akan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kota
Lhokseumawe sebesar 0.633 dengan asumsi
variabel UMR (X2) dianggap konstan atau tidak
mengalami perubahan. Dalam penelitian ini dapat
disebutkan bahwa UMR berpengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan di
Kota
Lhokseumawe. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar penduduk di kota Lhokseumawe
berprofesi disektor informal, yang tidak
tergantung pada upah minimum.
4

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2008-2013

 Koefisien regresi Pengangguran (X3) sebesar
0.154. Artinya, setiap kenaikan pengangguran
sebesar 1% maka akan mempengaruhi tingkat
kemiskinan di Kota Lhokseumawe sebesar 0.154
dengan asumsi variabel pengangguran (X3)
dianggap konstan atau tidak mengalami
perubahan. Dalam penelitian ini dapat disebutkan
bahwa pengangguran berpengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan di
Kota
Lhokseumawe.
Koefisien Korelasi & Determinasi
Koefisien determinasi diperoleh untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu inflasi,
UMR dan Pengangguran terhadap variabel terikat
yaitu kemiskinan di Kota Lhokseumawe. Berikut
Tabel 5 yang merupakan hasil analisis regresi:
Tabel 5.
Koefisien dan Determinasi
Model
1

R
R Square
.969(a)
.938
Sumber: Hasil Penelitian (Data Diolah:2015)
Berdasarkan output yang ada pada Tabel 5 di atas,
maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian ini
adalah sebesar 0.969 dimana nilai tersebut
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat sebesar 96.9%. Artinya,
inflasi, UMR dan pengangguran mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan kemiskinan di
Kota Lhokseumawe.
Tabel 5 juga memperlihatkan nilai dari koefisien
determinasi (R2). Dari koefisien determinasi dapat
diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier
berganda yang menunjukkan besarnya variasi
sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Besarnya nilai pengaruh inflasi, UMR dan
pengangguran terhadap penerimaan kemiskinan Kota
Lhokseumawe ditunjukkan oleh nilai R2 = 0.938 atau
93.8%. Hal ini menunjukkan bahwa 93.8%
Kemiskinan di kota Lhokseumawe bisa dijelaskan
oleh inflasi, UMR dan pengangguran . Sedangkan
sisanya (100%-93,8%=6.2%) dijelaskan oleh sebabsebab yang lain. Oleh karena itu, persamaan regresi
linier berganda menjadi:
Y = 9.385 + 0.116X1 + 0.633X2 + 0.154X3 + 6.2
Pembuktian Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan adalah untuk mengetahui
pengaruh inflasi, UMR dan pengangguran secara
simultan terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe
Berdasarkan hasil pengujian secara simultan
diperoleh nilai Fhitung sebesar 19.311 sedangkan Ftabel
pada tingkat signifikan α =5% adalah sebesar 19.16.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel,
dengan tingkat significance 0,031 di bawah 0.05.

Cut Putri Mellita Sari

Dengan demikian, dari hasil perhitungan ini dapat
diambil suatu keputusan bahwa inflasi, UMR dan
pengangguran secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe (Y). Hasil
uji F dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :
Tabel 6
Hasil Uji F
ANOVAb

Sum of
Squares

Model
1

Regression

12.361

3

.815

2

13.175

5

Residual
Total

Mean
Square

df

F

Sig.

4.120 19.311 .031a
.407

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015)
Pembuktian Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh
inflasi, UMR dan pengangguran secara parsial
terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe. Hasil uji
t dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Model

Tabel 7
Hasil uji t
t

Sig.

1

(Constant)
4.961
0.038
Inflasi
4.460
0.082
UMR
5.088
0.037
Pengangguran
5.023
0.023
Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah:2015)
Untuk menguji pengaruh inflasi, UMR dan
pengangguran terhadap kemiskinan di Kota
Lhokseumawe secara parsial, dapat dilihat dari hasil
uji t pada Tabel 7 di atas. Hasil perhitungan yang
diperlihatkan pada tabel diatas, dapat diketahui
besarnya nilai thitung untuk masing-masing variabel
dengan tingkat signifikan α=5%.
 Inflasi(X1)
Dalam penelitian ini Inflasi menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di
Kota Lhokseumawe, dengan thitung sebesar 4.460
sedangkan ttabel sebesar 4.30. Hasil uji t untuk
variabel inflasi menunjukkan bahwa thitung > ttabel
dengan tingkat signifikan 0.082 atau di bawah
α=5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
inflasi terhadap kemiskinan di
Kota
Lhokseumawe signifikan.
 UMR (X2)
Dalam penelitian ini
UMR menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di
Kota Lhokseumawe, dengan nilai thitung sebesar
5.088 sedangkan ttabel sebesar 4.30. Hasil uji t
5

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2008-2013

untuk UMR menunjukkan bahwa thitung > ttabel
dengan tingkat sigifikan 0,037 atau dibawah
α=5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
UMR terhadap kemiskinan di Kota Lhokseumawe
signifikan.
 Pengangguran (X3)
Dalam penelitian ini pengangguran menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan di
Kota Lhokseumawe, dengan nilai thitung sebesar
5.023 sedangkan ttabel sebesar 4.30. Hasil uji t
untuk pengangguran menunjukkan bahwa thitung >
ttabel dengan tingkat sigifikan 0,023 atau di bawah
α=5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
pengangguran terhadap kemiskinan di Kota
Lhokseumawe signifikan.
PENUTUP
Kesimpulan
Keseluruhan dari hasil pengolahan data dari
penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Model regresi kemiskinan memenuhi assumsi
klasik dan dapat menghasilkan estimasi yang
bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimate).
2. Inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kemiskinan, artinya peningkatan inflasi
akan meningkatkan kemiskinan.

Cut Putri Mellita Sari

3. Upah Minimum Regional berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya jika
Upah Minimum Regional meningkat maka akan
meningkatkan kemiskinan. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar penduduk di kota
lhokseumawe berprofesi disektor informal, yang
tidak tergantung pada upah minimum.
4. Pengangguran
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap kemiskinan, artinya jika
pengangguran
meningkat
maka
akan
meningkatkan kemiskinan.
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi,
UMR dan Pengangguran mempunyai hubungan
yang sangat kuat dengan kemiskinan di Kota
Lhokseumawe.
6. Hasil pengujian hipotesis baik secara parsial
maupun simultan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemiskinan di Kota
Lhokseumawe.
Saran
1. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan
penetapan upah minimum untuk meningkatkan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
2. Pemerintah hendaknya lebih memberikan
perhatian khusus kepada masyarakat kurang
mampu dalam hal kesempatan kerja agar terjadi
penurunan tingkat kemiskinan.

6

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Kemiskinan Di Kota Lhokseumawe
Tahun 2008-2013

Cut Putri Mellita Sari

REFERENSI
Badan Pusat Statistik, 2013, Lhokseumawe Dalam Angka, 2013
Budiantara, I Nyoman, dkk , 2010 . Relationship Pattern of Poverty and Unemployment Indonesia with
Bayesian Spline Approach. IJBAS-IJENS Vol:11
Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,Universitas Dipenogoro
Khabibi, Achmad, 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. Surakarta:USM
Mankiw, N.Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Jakarta, Salemba Empat
Nasir, Muhammad, dkk, 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di
Kabupaten Purworeja. Jurnal Eksekutif. Vol. 5 No.4, Agustus 2008. Jakarta :Lipi
Nurfitri, Yanti, 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Tingkat Kesempatan Kerja Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1999-2009. Yogyakarta
Sugema,dkk,2010. The Impact Of Inflation on Rural Poverty in Indonesia an Econometrics Approach . Euro
Journal Publishing, Inc.2010
Todaro, Michel P, and Smith, 2006, Pembangunan Ekonomi, Jakarta, Erlangga.

7

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1,Maret 2015

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

Safriana,
Jamaluddin
JURNAL VISIONER
& STRATEGIS

Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
ISSN : 2338-2864
p. 9-18

Pengaruh Tingkat Pemahaman
Prinsip-Prinsip Good Governance
terhadap Kinerja Keuangan Kota
Lhokseumawe

This study aims to determine analizing effect of the principles of good
governance about the information in the audit report Lhokseumawe City
Government. The population in this study is the entire apparatus of local
government agencies spread across 34 City Government Lhokseumawe. By
using proportional random sampling, sample required only 92 respondents.
Collection of data and information needed in this study is to use field research
(field research). The data used are primary data, which is obtained directly
from the subject of study in the form of questionnaires to 92 respondents.
From the 92 questionnaires that distributed to respondents, all of them
returned by the respondents. The results of testing with multiple linear
regression method shows that the principles of accountability, transparency
and the principle of public participation affect the financial performance of
government officials in the city of Lhokseumawe.

Safriana
Jamaluddin*
Jurusan Akuntansi STIE
Lhokseumawe
*jamaluddin.821986@gmail.com

Keywords : Accountability, Transparency, Public Participation, Financial
Performance.

9

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

PENDAHULUAN
Tata kelola yang baik (good governance)
merupakan isu yang paling mengemuka dalam
pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pada
aspek ini isu yang mencuat adalah adanya tuntutan
otonomi yang lebih luas dan nyata yang harus
diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah
kabupaten atau kota, dan hal ini diwujudkan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Hal ini mengakibatkan dua
implikasi strategis, yaitu pertama situasi desentraliasi
politik dan keuangan telah memberikan wewenang
yang lebih besar kepada masyarakat daerah untuk
menentukan arah, kebijakan, tujuan, program, hingga
aktivitas organisasi pemerintah daerah dalam
memberikan pelayanan; kedua pemerintah daerah
telah diberi keleluasaan yang lebih besar untuk
mendapatkan, mengelola dan mengalokasi dana yang
diperlukan dalam urusan pelayanan kepada
masyarakat (Rimbawan, 2012).
Hubungan pemahaman prinsip-prinsip good
governance terhadap kinerja aparatur pemerintah ialah
apabila
pemerintah
daerah
telah
cukup
pemahamannya terhadap prinsip-prinsip good
governance dan telah menerapkannya akuntansi
pemerintah dalam mengelola keuangan dilingkungan
pemerintan daerah secara kognitif (pengetahuan) yang
mencakup kemampuan untuk berpikir, mengetahui
dan memecahkan masalah seperti pengetahuan
komprehensif, aplikatif, analisis, dan pengetahuan
evaluative maka pemerintahan yang baik (good
governance) akan dapat diwujudkan sesuai dengan
harapan dari publik (Amrullah, 2008). Prinsip
akuntabilitas ialah prinsip yang menjamin bahwa
setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintah dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku
kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan
kebijakan. Apabila pemerintah daerah telah
menetapkan prinsip ini dalam mengelola keuangan
pemerintah maka akan terciptanya tata pemerintahan
yang berwawasan kedepan, tata pemerintahan yang
cepat tanggap. tata pemerintahan yang akuntabel, tata
pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan
kompetensi, tata pemerintahn yang menggunakan
struktur dan sumber daya secara efisien dan efektif
dan tata pemerintahan yang terdesentralisasi
(Amrullah, 2008).
Prinsip
transparansi
ialah
prinsip
yang
menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan didalam
memperoleh informasi. Apabila prinsip ini telah
diterapkan maka akan terciptanya tata pemerintahan
yang bersifat terbuka, tata pemerintahan yang
menjujung supremasi hukum dan tata pemerintahan
yang berorientasi pada konsensus.

10

Safriana, Jamaluddin

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Tingkat
Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance
terhadap Kinerja Keuangan Kota Lhokseumawe.”
TINJAUAN TEORITIS
Good Governance
Good governance adalah tata kelola yang
baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika
profesional
dalam
berusaha/berkarya.
Good
Governance juga dimaksudkan sebagai suatu
kemampuan manajerial untuk mengelola sumber
daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara
terbuka, transparan, akuntabel, equitable,
dan
responsif
terhadap
kebutuhan
masyarakat
(Widyananda, 2008).
Menurut Sumarto (2003:1) dalam bukunya
Inovasi, Partisipasi, dan Good Governace.
“Governance di sini diartikan sebagai mekanisme,
pabrik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur
sumber daya serta memecahkan masalah-masalah
publik. Dalam konsep governance, pemerintahan
hanya menjadi salah satu actor dan tidak selalu
menjadi faktor paling menentukan. Impilkasinya,
peran pemerintah sebagai pembangun maupun
penyedia jasa pelayanan dan infrastuktur akan
bergeser menjadi badan pendorong terciptanya
lingkungan yang mampu memfalisitasi pihak lain di
komunitas dan sector swasta untuk ikut aktif
melakukan upaya tersebut”.
Prinsip-Prinsip Good Governance
Kunci utama memahami good governance adalah
pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya.
Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak
ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya
pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan
dengan unsur prinsip-prinsip good governance.
Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip
good governance antara lain adalah akuntabilitas,
pengawasan, daya tangkap, profesionalisme, efisiensi
dan efektivitas, transparansi, kesetaraan, wawasan
kedepan, partisipasi publik, dan penegakan hukum.
Jelas bahwa prinsip yang melandasi tata pemerintahan
yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke
institusi lain. Namun setidaknya menurut Dra. Lolina
Lalolo Krina. P (Sekretariat Good Public Governance
Bappenas) ada sejumlah prinsip yang dianggap
sebagai prinsip utama yang melandasi good
governance, yaitu akuntabilitas, transparansi dan
partisipasi publik/ masyarakat.
Alasan penulis mengambil acuan pada prinsip
yang dikemukakan oleh Krina adalah mengingat tiga
prinsip yang dikemukan tersebut sudah mewakili
empat belas karakteristik/indikator tata pemerintahan
yang baik.

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Safriana, Jamaluddin

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

Akuntabilitas
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak
pemegang amanah (agend) untuk memberikan
pertanggungjawaban, dan mengungkapkan segala
aktivitas
dan
kegiatan
yang
menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewanangan untuk
meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo,
2002).
Transparansi
Transparansi
adalah
prinsip
menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi
adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif
memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan
layanan yang disediakannya kepada masyarakat
(Amrullah, 2008). Menurut Sanyoto (2010),
transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni
informasi tetntang kebijakan/proses pembuatan dan
pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai.
Kinerja
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa
indonesia dari kata dasar "kerja" yang menerjemahkan
kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil
kerja. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban
dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak
memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala
sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak
mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot
sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis
yang serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang
mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda
peringatan adanya kinerja yang merosot (Mulyawan,
2009). Menurut Hasibuan (2001:34) mengemukakan
“kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka
pemikiran yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip akuntabilitas berpengaruh terhadap
kinerja keuangan Kota Lhokseumawe.
2. Prinsip transparansi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan Kota Lhokseumawe.
3. Prinsip partisipasi publik berpengaruh terhadap
kinerja keuangan Kota Lhokseumawe.
4. Prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi
publik berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Kota Lhokseumawe.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SKPD pada
Kota Lhokseumawe yang tersebar di 34 Instansi
Pemerintahan. Alasan memilih lokasi penelitian
didasarkan pada data yang diperoleh lebih relevan dan
tepat dengan judul yang di analisis.
Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Sugiono (2008:298), populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteritik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari,
kemudian populasi penelitian ini adalah seluruh
aparatur pemerintah daerah yang tersebar di 34
Instansi Pemerintahan Kota Lhokseumawe. Jumlah
responden yang akan digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
Sampel
Menurut Sugiono (2008:299), sampel adalah
bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pemilihan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan metode proporsional random
sampling, yaitu teknik pemilihan sampel yang
memberikaan kesempatan yang sama yang bersifat tak
terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih
sebagai sampel (Sekaran, 2006:329). Jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan persamaan slovins,
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja Pemerintah daerah dapat didefinisikan
sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil
pelaksanaan
sutau
kegiatan/program/kebijakan
Pemerintah Daerah dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi daerah yang tertuang dalam
dokumen Perencanaan Daerah.
Sebagai pertanggungjawaban kepada publik,
kinerja pemerintah daerah harus diinformasikan
kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan
mengenai tingkatan pencapaian hasil, dikaitkan
dengan misi dan visi organisasi, serta dampak positif
dan negatif kebijakan operasional yang telah diambil.

n
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kesalahan pengambilan sampel 10%.
Perhitungan ukuran sampel dalam penelitian ini
adalah:
n = 1153 / 1+1153 (0,1)2
n = 1153 / 12, 53
n = 92,01  n = 92 (dibulatkan)

11

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Safriana, Jamaluddin

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

Table 1
Populasi dan Sampel Penelitian SKPD di Kota Lhokseumawe
NO.

KELOMPOK POPULASI

1.
2.

SEKRETARIAT DPR
INSPEKTORAT KOTA
BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KOTA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH
BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA
LHOKSEUMAWE
BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN
BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN,
PERLINDUNGAN ANAK, DAN KELUARGA
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
BADAN KESBANGPOL DAN LINMAS
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA
DINAS KESEHATAN
DINAS PEKERJAAN UMUM
DINAS KELAUTAN, PERIKANAN DAN PERTANIAN
DINAS PENINDUSTRIAN, PERDAGANAN DAN
KOPERASI
DINAS SYARIAT ISLAM KOTA
DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA DAN
KEBUDAYAAN
DINAS KEPENDUDUKAM DAN PENCATATAN
SIPIL
DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA
DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET
DAERAH KOTA LHOKSEUMAWE
KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
SEKRETARIAT KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN
MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH
BAITUL MAL
KANTOR CAMAT BANDA SAKTI
KANTOR CAMAT MUARA DUA
KANTOR CAMAT MUARA SATU
KANTOR CAMAT BLANG MANGAT
BAGIAN UMUM SETDAKO
BAGIAN KEPERINTAHAN
BAGIAN EKONOMI DAN PEMBAGUNAN
BAGIAN ORGANISASI
BAGIAN HUKUM
BAGIAN HUMAS DAN SISTEM INFORMASI
BAGIAN KEISTIMEWAAN DAN KESRA
JUMLAH

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

JUMLAH
POPULASI

SAMPEL
(n)

UKURAN
SAMPEL

32 Orang
31 Orang

(32/1153)x92
(31/1153)x92

6 Orang
2 Orang

35 Orang

(35/1153)x92

3 Orang

48 Orang

(40/1153)x92

3 Orang

25 Orang

(25/1153)x92

2 Orang

38 Orang

(38/1153)x92

27 Orang

(27/1153)x92

3 Orang
2 Orang

29 Orang
23 Orang
105 Orang
82 Orang
81 Orang
65 Orang

(29/1153)x92
(923/1153)x92
(105/1153)x92
(82/1153)x92
(81/1153)x92
(65/1153)x92

2 Orang
2 Orang
7 Orang
7 Orang
6 Orang
5 Orang

44 Orang

(44/1153)x92

3 Orang

25 Orang

(25/1153)x92

2 Orang

49 Orang

(49/1153)x92

4 Orang

23 Orang

(23//1153)x92

2 Orang

29 Orang

(29/1153)x92

2 Orang

81 Orang

(81/1153)x92

6 Orang

20 Orang
15 Orang
5 Orang
10 Orang
21 Orang
26 Orang
23 Orang
35 Orang
37 Orang
21 Orang
17 Orang
12 Orang
12 Orang
15 Orang
12 Orang

(20/1153)x92
(15/1153)x92
(5/1153)x92
(10/1153)x92
(21/1153)x92
(26/1153)x92
(23/1153)x92
(35/1153)x92
(37/1153)x92
(21/1153)x92
(17/1153)x92
(12/1153)x92
(12/1153)x92
(15/1153)x92
(12/1153)x92

2 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
2 Orang
2 Orang
3 Orang
3 Orang
2 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang

1153 Orang

92 Orang

Sumber : Data diolah 2014

12

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh dengan
menggunakan penelitian lapangan (field research),
yaitu dengan cara melakukan penelitian langsung
terhadap responden. Dalam hal ini pengumpulan data
dilakukan dengan cara mendatangi langsung objek
penelitian yaitu pihak-pihak terkait pada lembaga
pemerintahan
tempat
penelitian
dilakukan.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengedar daftar
pertanyaan (quesioner) yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti. Kemudian responden diminta
untuk menentukan tingkat alternatif pilihan jawaban
mereka
terhadap
masing-masing
pertanyaan/
pernyataan terkait. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
langsung menyerahkan kuesioner pada responden
yang dituju dengan pernyataan-pernyataan terstruktur.
Metode Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas,
transparansi, dan partisipasi publik terhadap kinerja
aparatur pemerintahan di Kota Lhokseumawe
dilakukan dengan menggunakan alat ukur regresi
linear berganda. Secara matematis alat ukur regresi
linear berganda di formulasikan sebagai berikut
(Gujarati, 2001:67):
=α+

+

+e

Keterangan:
= Kinerja Keuangan
X1
X2
X3

= Konstanta
= Akuntabilitas
= Transparansi
= Partisipasi Publik

e

= Koefisien regresi
= Epsilon (error terms)

Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum data diolah lebih lanjut, maka sebaiknya
dilakukan uji validitas dan reabilitas. Uji validitas
dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana instrumen
yang digunakan benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk mengetahui apakah
instrumen yang telah disusun memiliki validitas atau
tidak, sehingga instrumen yang diharapkan konsisten.
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan Uji
Person Product Movement Coefficient of Corelation
dengan bantuan SPSS (Statistical Package for the
Social Sciences). Apabila r-hitung > dari r-tabel maka
item pernyataan dinyatakan valid. Setelah data diolah
dengan uji validitas kemudian akan dilanjutkan uji
reliabilitas.
Asumsi Klasik
Untuk menjaga akurasi model hasil regresi linear
berganda yang diperoleh, maka dilakukan uji asumsi

Safriana, Jamaluddin

klasik terlebih dahulu untuk mengetahui sah atau
tidaknya suatu analisis regesi. Adapun uji asumsi
klasik yang digunakan yaitu uji normalitas.
Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji bahwa data
penelitian mempunyai distribusi normal. Salah satu
metode yang dapat digunakan dalam uji normalitas
adalah metode Normal Probability Plot, yang
membandingkan
distribusi
kualitatif
data
sesungguhnya dengan distribusi kualitatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi
data adalah normal, maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal
(Ghozali, 2001 : 76-77).
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui
apakah terdapat suatu hubungan linear antara masingmasing variabel independen di dalam model regresi.
Multikolinearitas ini biasanya terjadi ketika sebagian
besar variabel yang digunakan saling terkait satu sama
lain di dalam model.
Uji Hetesrokedasitas
Uji Heteroskedasitas merupakan situasi dimana
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi
dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika
variance residual suatu pengamatan tetap, maka dapat
disebut homokedasitas. Model regresi yang baik
adalah yang mohoskedastisitas atau yang tidak terjadi
heteroskedasitas.
Deteksi
ada
tidaknya
heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik sca terplot. Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menjepit), jika tidak ada pola yang jelas
setara titik-titik menyebar diatas dan di bawah angkan
nol pada sumbu Y makan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam
penelitian ini maka dilakukan pengujian untuk setiap
hipotesis. Untuk menentukan menerima atau menolak
hipotesis yang diajukan, maka dilakukan pengujian
secara statistik. Hipotesis dalam penelitian ini akan
menguji apakah akuntabilitas, transparansi, dan
partisipasi publik berpengaruh terhadap kinerja
aparatur pemerintahan di Kota Lhokseumawe yang
diolah dengan program komputer IBM SPSS
(Statistical Program for Social Science) Versi 19.
Adapun uji yang dilakukan untuk pengujian
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Uji t (Parsial)
Uji t ini dilakukan untuk melihat pengaruh
variable-varibel independen terhadap variabel
dependen secara individu. Dengan menganggap

13

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Safriana, Jamaluddin

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

variabel lainnya konstan. Bila t-hitung > t-tabel
dengan nilai signifikan dibawah 5%, maka dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variable
independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Jika t-hitung < t-tabel dengan
nilai signifikan diatas 5% maka dapat disimpulkan
variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
 Uji F (Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen
secara bersama-sama (secara simultan) terhadap
variabel dependen, atau digunakan untuk menguji
H4 keputusan yang diambil berdasarkan tingkat
signifikan 5% dengan membandingkan. Apabila Fhitung > F-tabel maka hipotesis alternatif tersebut
diterima. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel
maka hipotesis alternatif tersebut ditolak.
HASIL PENELITIAN
Uji Validitas
Pengujian validitas data dalam penelitian ini
dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan
uji Pearson Product-Moment Coefficient of
Correlation dengan bantuan software computer
melalui program Statistical Package for Social
Science (SPSS) Versi 19. Adapun hasil pengujian
terhadap 92 responden penelitian untuk masingmasing pernyataan dapat dilihat pada Tabel berikut ini
Tabel 2
Hasil Uji Validitas
No.

Item
Pernyataan

Koefisien
Korelasi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
B1
B2
B3
B4
B5
B6
C1
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8

0,520
0,585
0,749
0,780
0,701
0,593
0,616
0,587
0,852
0,516
0,759
0,657
0,738
0,759
0,771
0,614
0,731
0,578
0,666
0,647
0,748
0,558
0,380
0,447
0,614
0,624

Nilai
Kritis r
N=92
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171

Ktr
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

27
28
29
30
21
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

C9
C10
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
D8
D9
D10
D11
D12
D13
D14
D15
D16
D17
D18
D19
D20

0,709
0,745
0,472
0,299
0,387
0,707
0,389
0,602
0,644
0,440
0,645
0,543
0,645
0,472
0,299
0,387
0,644
0,641
0,602
0,591
0,645
0,543

Sumber: Data diolah (2014)

0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171
0,171

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Untuk item pernyataan yang berhubungan dengan
prinsip akuntabilitas diperoleh nilai korelasi antara
skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap
item pernyataan pertama (dilambangkan dengan A1)
dengan total skor semua pernyataan dalam variabel
tersebut sebesar 0,520, nilai korelasi tabel dengan
n=92 menunjukkan nilai r krisis tabel sebesar 0,171,
seluruh item pernyataan pada variabel tersebut valid
karena nilai r kritis yang diperoleh bernilai lebih besar
daripada nilai r kritis tabel.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa data yang
bersangkutan dinyatakan valid, hal ini dikarenakan
semua nilai koefisien korelasi yang diperoleh lebih
besar dari nilai korelasi tabel. Begitu juga halnya
dengan item pernyataan lain yang terdapat dalam
variabel prinsip transparansi, prinsip partisipasi publik
dan kinerja keuangan.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas ini dilakukan terhadap
kuesioner yang memenuhi nilai validitas. Dengan
demikian terdapat 48 pernyataan yang akan diuji.
Pengujian reliabilitas data dalam penelitian ini
dilakukan secara statistik menggunakan kriteria
Cronbach Alpha di atas 0,60 dengan bantuan SPSS
versi 19. Hasil pengujian dengan menggunakan teknik
Cronbach Alpha dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas
No

Variabel

1
2
3
4

Prinsip Akuntabilitas (X1)
Prinsip Transparansi(X2)
Prinsip Partisipasi Publik(X3)
Kinerja Keuangan (Y)

Cronbac
hs Apha
0,883
0,787
0,808
0,861

Ktr
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

Sumber: Data diolah (2014)

14

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel
prinsip akuntabilitas (X1) yang mewakili 12 item
pernyataan memiliki nilai sebesar 0,883. Dikarenakan
nilai yang diperoleh diatas kriteria Cronbach Alpha
yang ditetapkan yaitu > 0,60 dan dianggap sangat
reliabel. Selanjutnya untuk item pernyataan variabel
prinsip transparansi (X2) yang mewakili 6 item
pernyataan menunjukkan nilai Cronbach Alpha
reliabel dengan nilai sebesar 0,748. Selanjutnya untuk
item pernyataan variabel prinsip partisipasi publik
(X3) yang mewakili 10 item pernyataan menunjukkan
nilai Cronbach Alpha reliabel dengan nilai sebesar
0,808. Dan yang terakhir untuk item pernyataan
variabel kinerja keuangan (Y) yang mewakili 20 item
pernyataan menunjukkan nilai Cronbach Alpha
reliabel dengan nilai sebesar 0,861. Dengan demikian,
seluruh variabel penelitian dapat digunakan untuk
diuji lebih lanjut dalam penelitian dengan
menggunakan Regresi Linear berganda. Dengan
demikian, seluruh variabel penelitian dapat digunakan
untuk diuji lebih lanjut dalam penelitian dengan
menggunakan Regresi Linear berganda.
Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk menilai model
regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas,
multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.
 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
model regresi memiliki disrtibusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini digunakan pengujian
analisis grafik dengan uji Normal P-P Plot, yaitu
dengan membandingkan distribusi kualitatif
dengan data sesungguhnya. Distribusi normal akan
membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting
data akan dibandingkan dengan garis diagonalnya.
Jika distribusi normal maka garis yang
menggambarkan
data
sesungguhnya
akan
mengikuti garis diagonalnya. Data yang diperoleh
dari output SPSS dapat dilihat pada Gambar 1.

Safriana, Jamaluddin

Pada Gambar 1 dapat disimpulkan bahwa
distribusi data adalah normal karena garis yang
menggambarkan data sesungguhnya mengikuti dan
tersebar di sekitar garis diagonalnya.
 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual yang satu pengamatan
kepengamatan yang lain. Jika variance dari
residual yang satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak
terjadi heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakuka dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada
membentuk
pola
tertentu
yang
teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka
mengidentifikasikan
telah
terjdi
heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas,
secara titik-titik menyebar di atas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka terjadi
heterokedastisitas.
Hasil
pengolahan
data
memperlihatkan grafik statterplot seperti di bawah
ini.

Gambar 2. Scatter Plot
Dari gambar di atas terlihat bahwa grafik
statterplot tidak memiliki pola tertentu, dan titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Dengan demikian dapat diartikan tidak
terjadi gejala heterokedastisitas
Hasil Regresi Linear Berganda
Hasil pengujian regresi pada penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel prinsip
akuntabilitas, variabel transparansi, dan prinsip
transparansi publik berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah. Adapun hasil pengolahan data
dengan menggunakan regresi linear berganda dari
penelitian ini dapat terlihat dari hasil regresi pada
Tabel 4.
Hasil regresi linear dapat ditulis dalam persamaan
berikut ini :.
Y = 13,559 + 0,289X1 + 0,277X2 + 0,3213 + e

Gambar 1. Normal P-P Plot

15

Jurnal Visioner & Strategis Volume 4, Nomor 1, Maret 2015

Safriana, Jamaluddin

Pengaruh Tingkat Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

Tabel 3
Hasil Regresi Linear Berganda

Model

Unstandardized
Coefficients

B
1

(Constant)

13,559

Std.
Error
3,202

.289
.024
Prinsip
Akuntabili
tas
.277
.043
Prinsip
Transparan
si
Prinsip
.321
.035
Partisipasi
Publik
a. Dependent Variable: Kinerja
Keuangan
Sumber: Data diolah (2014)

Stan
dard
ized
Coe
ffici
ents
Bet
a

t

Sig.

3.288

.001

.206

2.168

.032

.288

3.328

.001

.304

3.270

.001

Berdasarkan persamaan regresi linear tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai konstansta yang
diperoleh sebesar 13,559 artinya jika semua variabel
bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel terikat
( kinerja keuangan) adalah sebesar 13.559. Nilai
koefisien prinsip akuntabilitas (X1) diperoleh sebesar
28,9% artinya setiap kenaikan variabel prinsip
akuntabilitas satu satuan maka variabel kinerja
keuangan akan naik sebesar 28,9% dengan nilai
asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model
regresi adalah tetap. Nilai koefisien prinsip
transparansi (X2) diperoleh sebesar 27,7% artinya
setiap kenaikan variabel prinsip akuntabilitas satu
satuan maka variabel kinerja keuangan akan naik
sebesar 27,7% dengan nilai asumsi bahwa variabel
bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Nilai
koefisien prinsip part