Jurnal Visi Vol.1 No.2 September 2012
Jurusan Manajemen
Fakultas EkonoMi
universitas Malikussaleh
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Achiruddin Siregar
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
B u s r a
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh
Fikriah & Agustami Phonna
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna
Telkomlexi di Kota Lhokseumawe Faisal Matriadi
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Proit Margin Terhadap Return On Equity
pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
I s w a d i
Pengaruh Rasio Proitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan
yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
J u f r i z e n
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi
Studi pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia
Rizkie Hizada & Wahyuddin
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara
Siti Maimunah
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe Y u s n i a r
k
JURNAL
(2)
ADVISORY BOARD
Rektor Universitas Malikussaleh
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
EDITORS
Marzuki (Chief) Husaini (Managing Editor) Ghazali Syamni, Nazir, Yusniar Anwar Puteh, Nurmala, Naufal Bachri
REVIEWERS
A. Hadi Ariin Universitas Malikussaleh
Jullimursyida Universitas Malikussaleh
Nasir Azis Universitas Syiah Kuala
Sabri Abd Madjid Universitas Syiah Kuala
Mutia Universitas Tirtayasa
Kamaluddin Universitas Bengkulu
Adi Zakaria Afif Universitas Indonesia
Zaafri Husodo Universitas Indonesia
EDITORIAL SECRETARY
Rasyidin, Chairil Akhyar, Yuli Yasman, Rahmawati, Cut Fauziah
EDITORIAL OFFICE
Kantor Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe
Telp/Fax: 0645-41373/44450 Email: visi@fe-unimal.org http://www.fe-unimal.org/jurnal/visi/ JURNAL VISIONER DAN STRATEGIS Diterbitkan sejak Maret 2012, oleh Jurusan Manajemen FE-Unimal
Bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Lhokseumawe
JURNAL
(3)
The Development of Employee at Malikussaleh University, Lhokseumawe
D a h r u m 395
Pengaruh Manfaat Relasional terhadap Keputusan Berbelanja Secara Online pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
H a m d i a h 411
Analisis Kluster Komoditi Karet di Kabupaten Aceh Utara
Jullimursyida, Mawardati, Mariyudi dan Yulius Dharma 421
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Daerah Kota Lhokseumawe
Khairil Anwar 429
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai pada Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertanaman (DPKP)Kabupaten Aceh Utara
Marbawi Adamy dan Eddy Mulyadi 437
Pengaruh Tingkat Pendapatan Pegawai Negeri Sipil terhadap Permintaan Kredit Konsumtif di Kota Lhokseumawe
M a r z u k i 447
Nilai Perusahaan dan Hubungannya dengan Kepemilikan Manajerial, Set Peluang Investasi, dan Dewan Komisaris
Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Muhammad Arfan dan Azimah Dianah 463
Teaching Management for The Lecturers of Economics Faculty of Malikussaleh University, Lhokseumawe
Sayni Nasrah 477
Perilaku Konsumen, Keputusan Pembelian, dan Kepuasan Konsumen
Y a n i t a 495
Dampak Dana Bergulir BRR NAD–Nias terhadap Pendapatan Penerima Manfaat pada Lembaga Keuangan Mikro di Provinsi Aceh
Yeni Irawan 511
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Achiruddin Siregar 121
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
B u s r a 135
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh
Fikriah & Agustami Phonna 147
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty 159
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna
Telkomlexi di Kota Lhokseumawe
Faisal Matriadi 171
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Proit Margin Terhadap Return On Equity
pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
I s w a d i 185
Pengaruh Rasio Proitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan
yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
J u f r i z e n 197
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi
Studi pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia
Rizkie Hizada & Wahyuddin 213
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara
Siti Maimunah 121
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
(4)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek IndonesiaJURNAL VISIONER & STRATEgIS Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 121-134
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas
Operasi pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Indonesia
Achiruddin Siregar
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammaddiyah, Sumatera Utara
This study describes the effect of capital structure as indicated by Debt to Asset Ratio (DAR) and the Debt to Equity Ratio (DER) which is an independent variable with the company’s operating activities which
indicated with Net Proit Margin (NPM) as the dependent variable. This
study aimed to examine whether capital structure affect the company’s
operating activities. The population in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Techniques used in sampling is purposive
sampling technique that is based on sampling criteria or considerations the
author based on the easiness in the process of data collection. The samples
are 46 companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period
2006-2008. Analysis tool used is multiple linear regression with the help of SPSS version 12 softwear. Results of analysis using t-test statistics with signiicant (α) = 0.05 and using the sig of SPSS output obtained signiicant value of each independent variable DAR (0,000) and DER (0.773). This value indicates that there are signiicant partially between DAR ratio against Net Proit Margin (NPM), while the ratio of Debt to Equity Ratio (DER) has no effect on Net Proit Margin (NPM). Analysis of the test results with signiicant F (α) = 0.05 obtained signiicance of 0.000. This value indicates that there is a simultaneous effect between capital structure to operating activities. While
testing the determination showed that the ability of the independent variable
Debt to Asset Ratio (DER) and Debt to Equity Ratio (DER) in inluencing the dependent variable is Net Proit Margin (NPM) is equal to 0.153 or 15.3%. A percentage of 84.7% is inluenced by other variables outside of this study. Keywords: Debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), net proit margin (NPM).
(5)
LAtAr BeLAkAng
Dalam situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini, persaingan antar perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi
menjadi sangat ketat. Dalam menghadapi kondisi
yang demikian, setiap perusahaan dituntut untuk mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik seperti dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, maupun keuangan agar perusahaan dapat lebih
unggul dalam persaingan yang ada.
Kehadiran bursa efek sebagai lembaga penunjang pasar modal telah ikut berperan serta dalam menunjang perkembangan
perusahaan-perusahaan yang ada dalam satu negara. Melalui
bursa efek perusahaan dimungkinkan untuk mencari alternatif penghimpunan dana selain
melalui perbankan. Perusahaan yang akan
melakukan ekspansi dapat memperoleh dana tidak hanya dalam bentuk kredit perbankan tetapi
juga dalam bentuk equity (modal sendiri). Melalui
bursa efek memungkinkan suatu perusahaan
untuk menerbitkan sekuritas yang berupa saham. Fenomena pengaruh struktur modal yang di
proksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR)
dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
aktivitas operasi yang di proksikan dengan Net
Proit Margin (NPM) yang terjadi pada beberapa
perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia dapat dilihat pada graik berikut :
Graik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2007 persentase ketiga rasio mengalami peningkatan. Dimana rasio DAR
rata meningkat sebesar 0,006, rasio DER
rata-rata meningkat sebesar 0,212, serta rasio NPM meningkat sebesar 2,725. Dan untuk tahun 2007-2008 ketiga rasio mengalami penurunan. Dimana rasio DAR rata-rata menurun sebesar 0,005, rasio DER rata-rata menurun 0,11, serta NPM rata-rata menurun sebesar 0,538.
Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam kegiatan perusahaan. Dalam
mengelola keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk operasi dan mengembangkan
usahanya. Untuk pemenuhan kebutuhan dana
ini perusahaan dapat memperoleh dari dalam perusahaan (modal sendiri) atau dari luar perusahaan (utang), selain dari usaha atau
pendapatan operasi perusahaan.
Widodo (2001) menjelaskan bahwa struktur
modal perusahaan merupakan komposisi hutang
dan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang
mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya
bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Perusahaan akan
memilih sumber dana yang paling rendah biayanya diantara berbagai alternatif sumber
dana yang tersedia. Keputusan kombinasi hutang
dan ekuitas tidak optimal akan mengurangi
proitabilitas perusahaan dan sebaliknya.
0 ,4 8 7 1 ,7 8
4 ,9 0 4
0 ,4 9 3 1 ,9 9 2
7 ,6 2 9
0 ,4 8 8 1 ,8 8 2
7 ,0 9 1
0 1 2 3 4 5 6 7 8
P
E
R
S
E
N
TA
S
E
R
A
S
IO
2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8
T A H U N
G ra fik T in g k a t P e rs e n ta s e R a s io D A R , D E R , d a n N P M P e ru s a h a a n M a n u fa k tu r d i B E I P e rio d e 2 0 0 6 -2 0 0 8
D A R D E R N P M
(6)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Weston dan Brigham (1983) menyatakan
bahwa berdasarkan sejumlah penelitian, kegagalan perusahaan lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan manajemen dalam mengelola keuangan, misalnya salah dalam mengelola perimbangan struktur modal (modal
asing dan modal sendiri) akan berakibat fatal. Masalah struktur modal merupakan unsur yang penting bagi setiap perusahaan. Baik
buruknya suatu perusahaan memiliki efek yang
langsung terhadap posisi inansial perusahaan.
Terlalu besar modal pinjaman, akan berakibat ketergantungan kepada pihak luar menjadi lebih
besar sehingga resiko inansial juga besar karena harus membayar bunga. Sebaliknya, jika semua
dana dipenuhi oleh modal intern tentu menjadi
tidak efektif.
Sartono (1996) menyatakan bahwa semakin
besar penggunaan hutang dalam struktur modal maka semakin besar laba yang diperoleh perusahaan karena penggunaan hutang dalam operasional perusahaan memberikan peluang untuk penambahan keuntungan yang berasal dari tambahan volume dan jenis usaha atau investasi
yang dibiayai oleh hutang.
Semakin besar dana yang tersedia maka memungkinkan perusahaan meningkatkan aktivitas operasinya yang tercermin dari
peningkatan proit margin perusahaan tersebut.
Sehingga diduga ada hubungan antara struktur
modal dengan aktivitas operasi perusahaan.
Dimana struktur modal diindikasikan dengan
Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity
Ratio (DER), sedangkan aktivitas operasi
diindikasikan dengan rasio proitabilitas yaitu Net Proit Margin (NPM).
Penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan
Zingales (1995) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan struktur modal di
negara-negara G-7, membuktikan bahwa struktur
modal berhubungan positif dengan tangibility dan ukuran perusahaan, sedangkan dengan
proitabilitas berhubungan negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Nakman
Harahap (2003) menyatakan bahwa struktur
modal yang digunakan perusahaan industri pulp dan paper yang terdaftar di BEI berpengaruh
terhadap pencapaian proitabilitas perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Imam Purhadi (2006) menyatakan bahwa struktur modal yang digunakan pada perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta memiliki pengaruh positif
terhadap proitabilitas perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mira
Elvianingsih (2008) menyatakan bahwa struktur modal yang diindikasikan dengan Debt to Asset
ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap
beberapa aktivitas operasi yang diindikasikan
dengan proit margin yaitu Operating Proit Margin (OPM) dan Net Proit Margin (NPM),
sedangkan terhadap Gross Proit Margin (GPM)
berpengaruh negatif.
Penelitian ini mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Mira Elvianingsih (2008).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen yang menggunakan dua variabel yaitu Debt
to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity
Ratio (DER), serta pada variabel dependen
yang menggunakan Net Proit Margin (NPM). Selain itu, data penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah data pada tahun 2006-2008.
Alasan pemilihan struktur modal menjadi variabel independen adalah karena penulis merasa tertarik untuk meneliti hubungan antara struktur modal
dengan tingkat margin laba (proitabilitas).
tinjAuAn teoritiS
Struktur modal adalah komposisi ekuitas (Equity) dan pinjaman (Debt) dalam pembiayaan
proyek. Komposisi ekuitas dan pinjaman akan
menghasilkan biaya modal rata-rata yang berbeda apabila komposisinya berbeda (Purnomo
Yusgiantoro, 2004 : 145). Sejalan dengan Bambang Rianto (1993) yang menyatakan
bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan
antara hutang dan modal sendiri. Struktur modal
perusahaan tercermin dalam keseluruhan pasiva
dalam neraca.
Struktur modal merupakan keputusan
keuangan yang kompleks. Untuk mencapai
tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik, manajer keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami
(7)
hubungannya dengan risiko, hasil/pengembalian,
dan nilai. Keputusan keuangan yang efektif
dapat merendahkan biaya modal, menghasilkan NBS (nila bersih sekarang) yang lebih tinggi dan meningkatkan nilai perusahaan (Sundjaya dan
Barlian, 2002 : 239).
Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi ke dalam dua kategori yaitu pendanaan
internal dan pendanaan eksternal. Jadi, keputusan
pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Sumber dana
internal perusahaan berasal dari laba bersih atau
arus kas masuk. Dana internal ini berasal dari
hasil operasi perusahaan yang pada dasarnya
milik pemegang saham. Sedangkan sumber
dana eksternal perusahaan berasal dari ekuitas
pemegang saham dan hutang dari kreditor.
Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi perusahaan dan dana yang diperoleh dari para pemilik
merupakan modal sendiri. Proporsi antara bauran
dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut
dengan struktur modal perusahaan (Mayang Sari, 2001).
Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan yang intinya memilih apakah akan menggunakan hutang atau ekuitas
untuk mendanai operasi perusahaan. Pilihan
penggunaan hutang atau ekuitas mengandung resiko yang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Sehingga pemilihan sumber dana
eksternal harus berhati-hati, karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Keown (2000), jika biaya modal
dapat diminimukan akibat penggunaan hutang dalam pendanaan, maka dividen sebagai bagian laba dapat ditingkatkan, sehingga hal ini akan bisa memaksimumkan nilai (harga) saham di
bursa efek. Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa
keputusan pemilihan sumber dana baik dari dalam maupun luar perusahaan dapat mempengaruhi
nilai perusahaan. Nilai perusahaan diukur dari
nilai/harga saham yang ada di bursa atau dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (proitabilitas). Menurut Sawir (2003) proitabilitas merupakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba yang diperoleh dari
hasil penjualan atau investasi.
Menurut Sutrisno (2000:307-308), ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kebijaksanaan struktur modal
adalah :
1. Persesuaian atau suitability
Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila
yang dibutuhkan perusahan dana berjangka pendek, bila dibelanjai dengan hutang, obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri
kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana
disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek, maka sebaiknya dipenuhi dari sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka
panjang.
2. Pengawasan atau control
Pengendalian atau pengawasan perusahaan
ada di tangan para pemegang saham. Manajemen
perusahaan mengemban tugas untuk menjalan
kan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya
sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perludipertimbangkan apakah fungsi pengawasan dari pemilik lama tidak
akan terkurangi. Oleh sebab itu dengan
pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mmengeluarkan obligasi
dibanding dengan menambah saham. 3. Laba atau earning per share
Memilih sumber dana apakah dari saham atau hutang, secara inansial harusnya yang bisa
menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham atau earning per share lebih besar.
4. Tingkat resiko atau riskness
Hutang merupakan sumber dana yang mempunyai resiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan
mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi.
Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari hutang mengindikasikan perusahaan
mempunyai tingkat resiko yang besar.
Ada empat faktor yang mempengaruhi
(8)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
1. Risiko bisnis, yakni risiko yang melekat pada
operasi perusahaan apabila perusahaan tidak
menggunakan hutang. Makin besar risiko
bisnis perusahaan, maka makin rendah rasio
utang yang optimal.
2. Posisi pajak perusahaan, yakni dengan meng -gunakn utang maka biaya bunga dapat di-kurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga
menurunkan biaya utang yang sesunguhnya. 3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan un
-tuk menambah modal dengan persyaratan
yang wajar dalam keadaan yang memburuk.
Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperluakan untuk opersai yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusa-haan dengan posisi neraca yang baik bila
ke-adaan perekonomian sulit.
4. Konservatisme atau agresivitas manaje -men, yakni ada sebagian besar manajer lebih agresif dari yang lain, sehinggaa sebagian perusahaan lebih cendurung menggunakan utang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak memepengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktrur
modal yang ditargetkan.
Manfaat yang timbul dari penggunaan hutang
adalah bunga yang muncul karena adanya hutang tidak dikenai pajak dan kreditor mendapat pengembalian yang tetap sehingga pemegang saham tidak perlu mengambil bagian laba ketika
perusahaan dalam kondisi prima. Sedangkan
kelemahan penggunaan hutang adalah ketika rasio hutang meningkat maka resiko perusahaan
akan meningkat dan suku bunga juga akan naik.
Selain itu bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga maka pemegang sahamnya harus menutupi kekurangan itu, jika tidak sanggup mengakibatkan perusahaan
bangkrut (Purba, 2002).
Adanya tingkat pinjaman yang tinggi merupakan insentif bagi manajemen untuk
bekerja dengan lebih eisien. Dengan adanya
tingkat pinjaman yang tinggi, manajemen berada dalam posisi terdesak karena harus memastikan arus kas yang dihasilkan mencukupi pembayaran
pinjaman. Oleh karena itu, manajemen memiliki
insentif untuk menggunakn dana yang ada
bagi investasi yang akan menghabiskan dana.
Sedangkan perusahaan dengan sedikit pinjaman dan arus kas bebas yang besar, memiliki kecenderungan untuk tidak terlalu mengawasi pemakaian biaya-biaya yang sebenarnya dapat
dikurangi.
teori struktur modal menjelaskan pengaruh
struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan
kata lain, jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, dengan catatan perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan
keuangan lainnya. Tetapi kalau dengan merubah
struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah maka akan diperoleh struktur modal
yang terbaik atau optimal (Suad Husnan, 1996).
Berikut ini dijelaskan beberapa teori atau
konsep tentang struktur modal, yaitu : 1. Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan
Houston (1999:36) adalah suatu tindakan yang
diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana
manejemen memandang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal. Perusahaan yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. 2. Tradeoff Theory
Sebelumnya trade off theory ini terkenal dengan nama Balance Theory. Teori trade off merupakan penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang
timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh
manfaat yang dihasilkan lebih besar, porsi hutang
dapat ditambah. Berdasarkan teori ini, perusahaan
berusaha mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai
pasar.
Teori trade off menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan
(9)
sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di trade off. Tekanan inansial biasanya terjadi hanya pada perusahaan yang memiliki hutang, perusahaan yang bebas dari hutang
biasanya tidak mengalami tekanan inansial.
Semakin besar akses ke sumber dana semakin tersedia potensi dana, maka semakin besar kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan sehigga keuntungan yang diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan
meningkat.
Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan antara resiko dan tingkat
pengembalian. Menggunakan lebih banyak hutang
berarti memperbesar resiko yang di tanggung pemegang saham dan juga memperbesar tingkat
pengembalian tingkat yang diharapkan. Resiko
yang semakin tinggi diharapkan akan menaikkan
harga saham tersebut. Karena itu struktur modal
yang optimal harus berada pada keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian yang
memaksimumkan harga saham.
Menurut teori trade off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, mencerminkan nilai perusahaan pada
posisi maksimum.
Sundjaya dan Barlian (2002:242) menjelaskan
bahwa struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari
pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar
dari suatu pembiayaan dengan pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bunga atas pinjaman dikurangi
dalam menghitung pendapatan kena pajak. 3. Pecking Order Theory
Teori pecking order adalah teori yang menjelaskan bahwa manajemen secara sistematis mendahulukan pendanaan investasi dengan menggunakan dana internal (laba ditahan) daripada penggunaan dana eksternal dan mendahulukan utang daripada ekuitas jika
pendanaan eksternal dibutuhkan.
Penggunaan sumber dana memiliki biaya
tersendiri. Laba ditahan memiliki biaya langsung
yang lebih kecil dari penerbitan ekuitas baru karena adanya penghematan nyata pada banker
fees dan perusahaan dapat megurangi deviden sekarang yang dapat dikenai pajak dengan
membatasi ekuitas. Di samping itu biaya
transaksi untuk utang lebih kecil dari penerbitan
ekuitas. Kenyataan ini mendorong perusahaan
memilih pendanaan internal daripada pendanaan
eksternal (Baskin, 1989 dalam Harahap (2003). Untuk mengurangi berbagai biaya yang timbul
dari pemilihan dana antara hutang atau ekuitas para manajer akan menerbitkan sekuritas yang
beresiko paling kecil.
Menurut teori pecking order, perusahaan tidak memiliki struktur modal optimal, sebab pendanaan perasahaan tidak sepenuhnya
tergantung pada biaya modal. Tetapi berdasarkan
pada urutan hirarki, yaitu dimulai dari laba ditahan, utang, dan penerbitan saham (ekuitas)
pada urutan terakhir. Hal ini didasarkan pada
argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan
lebih murah dibandingkan utang dan ekuitas. Menurut teori pecking order, peningkatan
proitabilitas akan meningkatkan laba ditahan,
yang dapat digunakan untuk pendanaan
investasi. Sehingga semakin tinggi tingkat proitabilitas perusahaan, maka semakin sedikit pendanaan dengan menggunakan utang. Teori ini
menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan
yang proitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit.
jenis-jenis Modal menurut Sundjaya dan
Barlian (2002:240) terdiri dari modal pinjaman (hutang) dan modal sendiri (equitas), dimana : 1. Modal pinjaman, termasuk semua pinjaman
jangka panjang yang diperoleh perusahaan.
Pemberi dana umumnya meminta pengem-balian yang relatif lebih rendah, karena mer-eka memperoleh risiko yang paling kecil atas
segala jenis modal jangka panjang.
Menurut Murthada (1998:116), rasio stuktur
modal untuk modal pinjaman atau hutang yang digunakan adalah Debt to Asset Ratio
(DAR).
2. Modal sendiri/equitas, merupakan dana
jangka panjang yang diperoleh dari pemilik
(10)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
hutang yang harus dibayar pada tanggal ter-tentu di masa yang akan dating, modal send-iri diharapkantetap dalam perusahaan untuk
jangka waktu yang tidak terbatas.
Menurut Murthada (1998:116), rasio struktur
modal untuk modal sendiri/equitas yang di-gunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Aktivitas operasi didefenisikan sebagai kinerja operasi yaitu untuk mengevaluasi margin
laba dari aktivitas operasi (Wild dan Halsey, 2005:39). Tingkat proit margin (margin laba) menjelaskan tingkat eisiensi dari manajemen
operasi perusahaan yang mencerminkan tingkat
proitabilitas perusahaan yaitu kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan laba. Dimana
kemampuan manajemen operasi dapat diukur
melalui rasio proitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan.
Aktivitas operasi merupakan bagian dari aktivitas bisnis yang meliputi kebijakan penjualan produksi, personalia, promosi dan
administrasi umum. Hasil dari aktivitas operasi ini diindikasikan dengan semakin eisiensinya proses
produksi dan distribusi yang dilakukan yang tercermin dari tingkat laba perusahaan terhadap
penjualan yang dilakukannya. Tingkat laba yang dihasilkan dapat dilihat pada laporan laba rugi. Dimana menurut Wild dan Halsey (2004:25),
laporan laba rugi mencerminkan aktivitas operasi
yang mengindikasikan proitabilitas perusahaan. Salah satu indikator proitabilitas yang tercermin dalam laporan laba-rugi, yaitu: laba bersih dengan
rasio Net Proit Margin (NPM).
Wild dan Halsey (2005:407) menyatakan
bahwa aktivitas operasi perusahaan merupakan
sumber utama laba perusahaan. Laba merupakan
salah satu pengukuran aktivitas operasi dan
dihitung berdasarkan dasar akuntansi akrual. Laba mencerminkan kesuksesan perusahaan
dalam membeli dari pasar input dan menjual
dalam pasar output. Analisis atas angka laba
dan bagian komponennya, mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam menjalankan
aktivitas bisninsnya secara efektif dan eisien. Laba dapat dilihat pada laporan keuangan laba rugi. Laporan laba rugi menyediakan rincian
pendapatan, beban, utang, dan rugi perusahaan
untuk satu periode waktu.
Menurut Wild dan Halsey (2004:22),
aktivitas operasi melibatkan lima komponen,
yaitu: penelitian dan pengembangan, pembelian, produksi, pemasaran, dan administrasi.
Pengaruh Struktur Modal terhadap Aktivitas operasi
Menurut Bambang Rianto (1993:31), salah satu usaha untuk memperbesar proit margin
adalah dengan menambah jumlah biaya usaha
sampai tingkat tertentu. Dimana biaya usaha yang dimaksud adalah sumber dana perusahaan.
Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).
Sumber dana internal perusahaan berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada dasarnya
milik pemegang saham. Sedangkan sumber
dana eksternal perusahaan berasal dari ekuitas
pemegang saham dan utang dari kreditor.
Semakin besar akses ke sumber dana, semakin tersedia potensi dana maka semakin besar kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan
akan meningkat. Semakin besar dana yang
tersedia maka memungkinkan perusahaan
meningkatkan aktivitas operasinya. Salah satu
bagian yang lebih penting dalam menganalisis
perusahaan adalah aktivitas operasi. Aktivitas
operasi (operating activities) mencerminkan pelaksanaan rencana bisnis yang terdapat daiam
aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi.
Tersedianya dana yang cukup memungkinkan perusahaan meningkatkan penjualan,
meningkatkan eisiensi produksi melalui eisiensi penggunaan aktiva, eisiensi tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan, dan eisiensi
pelaksanaan administrasi umum sehingga tingkat
proit margin akan semakin tinggi dan kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat.
Kinerja keuangan perusahaan sangat tergantung pada kemampuan manajemen operasi dalam mengelola dana yang berasal dari struktur modal
dalam meningkatkan profrtabilitas perusahaan.
Hubungan antara rasio-rasio struktur modal
(11)
1. Rasio Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap
laba.
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara hutang yang dimiliki dengan seluruh kekayaan
yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya,
maka hutang yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar dan hal ini menandakan semakin
besar resiko perusahaan. Karena, hutang yang ada
akan menimbulkan biaya bunga yang nantinya akan dibebankan kepada kas perusahaan, dan secara otomatis hal ini akan mengurangi laba
yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan
demikian rasio ini memiliki pengaruh negatif
terhadap laba.
2. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
laba.
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara hutang yang dimiliki terhadap total ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi hasil
persentasenya, maka hutang yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar dan hal ini menandakan
semakin besar resiko perusahaan. Tingginya
kemampuan ekuitas dalam menjamin seluruh hutang yang dimiliki oleh perusahaan ditandai oleh semakin kecilnya rasio ini, dan hal tersebut mencerminkan kinerja perusahaan berada dalam
kondisi ang baik. Karena, hutang yang ada akan
menimbulkan biaya bunga yang nantinya akan dibebankan kepada kas perusahaan, dan secara otomatis hal ini akan mengurangi laba yang
dihasilkan oleh perusahaan. Rasio ini memiliki pengaruh negatif terhadap laba.
kerangka konseptual dalam penelitian ini
adalah : “Rasio hutang yang terdiri dari Debt to Asset Ratio (X1), Debt to Equity Ratio (X2), dan Net Proit Margin (Y)”. Rangkaian hubungan antara vaiabel-variabel tersebut dijelaskan dalam
gambar 2. berikut :
Berdasarkan kerangka konseptual yang
disajikan, maka peneliti mengajukan 3 hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh DAR terhadap NPM. H2 : Terdapat pengaruh DER terhadap NPM. H3 : Terdapat pengaruh DAR dan DER terhadap
NPM.
MetoDoLogi PeneLitiAn Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur modal yang merupakan perimbangan atau perbandingan antara jumlah
modal pinjaman dengan jumlah modal sendiri.
Sehingga analisis struktur modal yang digunakan
adalah :
a) Debt to Asset Ratio (DAR), yang dapat
dihi-tung dengan rumus : Total Utang Total Aktiva
b) Debt to Equity Ratio (DER), yang dapat
dihi-tung dengan rumus : Total Utang Modal Sendiri
Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rasio proitabilitas yang
diindikasikan dengan Net Proit Margin (NPM),
yang dapat dihitung dengan rumus : Laba Bersih
Penjualan
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian mengenai fenomena pengaruh struktur modal terhadap aktivitas operasional perusahaan
gambar 2. kerangka konseptual Penelitian
DAR (Debt to Asset Ratio)
DAR (Debt to Asset Ratio)
NPM (Net Proit margin) NPM (Net Proit margin) DER
(Debt toEquity Ratio) DER (Debt toEquity Ratio)
DAR =
DER =
(12)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melakukan browsing pada http://
www.idx.co .id serta http://www.bei.co.id Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1999:57).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2006 sampai
dengan tahun 2008. Berdasarkan data yang
diperoleh dari situs http://www.idx.co.id, jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
pada tahun 2008 sebnyak 143 perusahaan.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 1999:57). Penentuan sampel
pada penelitian ini menggunakan sampel non
probability sampling yaitu dengan teknik
purposive sampling. Menurut Sudjana (1996:168)
teknik purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria atau pertimbangan yang diajukan oleh perorangan atau pertimbangan peneliti berdasarkan atas kemudahan-kemudahan dalam
proses pengumpulan data.
Kriteria penentuan sampel perusahaan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI sejak tahun 2005 dan masih aktif sam
-pai dengan tahun 2008.
2. Perusahaan manufaktur mempublikasikan laporan kinerja keuangannya selama 3 tahun
berturut-turut, yaitu mulai tahun 2006 sampai
dengan akhir tahun 2008.
3. Dan perusahaan manufaktur tersebut masih
termasuk ke dalam sub industri perusahaan
manufaktur selama tahun 2005 sampai den
-gan tahun 2008.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di
atas, diperoleh sebanyak 46 perusahaan dari 143
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2008 yang
telah memenuhi kriteria pemilihan sampel.
Perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI yang telah memenuhi kriteria dan teknik pengambilan sampel dapat dilihat
pada Tabel 1.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan
variabel penelitian, yaitu :
1. Informasi mengenai rasio DAR. 2. Informasi mengenai rasio DER. 3. Informasi mengenai rasio NPM.
Metode Analisis Data
1. Koeisien Determinatik dan Model Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel-variabel bebas (DAR dan DER) dalam penelitian dapat menjelaskan variabel terikat
(NPM), maka digunakan model analisis regresi linier berganda. Untuk mencari trend dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan formula:
Y = β0 + β1X1i +β2X2i+….+ ei
Dimana :
Y = Net Proit Margin β0 = Konstanta
β1- β2 = Koeisien beta dari variabel bebas
X1 = Debt to Asset Ratio
X2 = Debt to Equity Ratio
2. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan (F hitung)
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen
secara simultan.
Langkah-langkah yang digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
H0 = Tidak terdapat pengaruh secara simul -tan antara variabel DAR dan DER terhadap
NPM.
Ha = Terdapat pengaruh secara simultan an
(13)
tabel 1
Manufacturing Companies
No Nama Perusahaan
1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) 2 AKR Corporindo Tbk. (AKRA)
3 Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) 4 Astra Graphia Tbk. (ASGR)
5 Astra International Tbk. (ASII) 6 Astra Otoparts Tbk. (AUTO) 7 Colorpak Indonesia Tbk. (CLPI) 8 Central Korporindo Int I Tbk. (CNKO) 9 Citra Tubindo Tbk. (CTBN)
10 Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) 11 Dynaplast Tbk. (DYNA)
12 Goodyear Indonesia Tbk. (GDYR) 13 Gudang Garam Tbk. (GGRM) 14 Panasia Indosyntec Tbk. (HDTX) 15 Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA) 16 Kageo Igar Jaya Tbk. (IGAR) 17 Intikeramik Almasari Inds. Tbk. (IKAI) 18 Indomobil Sukses Int I Tbk. (IMAS) 19 Intanwijaya International Tbk. (INCI) 20 International Nickel Indonesia Tbk. (INCO) 21 Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) 22 Indorama Syntetics Tbk. (INDR) 23 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) 24 Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (INTP) 25 Japfa Tbk. (JPFA)
26 Jaya Pari Steel Tbk. (JPRS) 27 Kimia Farma Tbk. (KAEF) 28 Kalbe Farma Tbk. (KLBF) 29 Lionmesh Prima Tbk. (LMSH) 30 Multi Prima Sejahtera Tbk. (LPIN) 31 Lautan Luas Tbk. (LTLS)
32 Medco Energi International Tbk. (MEDC) 33 Metrodata Electronics Tbk. (MTDL) 34 Nipress Tbk. (NIPS)
35 Sierad Produce Tbk. (SIPD) 36 Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) 37 Semen Gresik (Persero) Tbk. (SMGR) 38 Suparma Tbk. (SPMA)
39 Indo Acidatama Tbk. (SRSN)
40 Tembaga Mulia Semanan Tbk. (TBMS) 41 Timah Tbk. (TINS)
42 Tempo Scan Paciic Tbk. (TSPC) 43 Trias Sentosa Tbk. (TRST) 44 Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) 45 United Tractors Tbk. (UNTR) 46 Unilever Indonesia Tbk. (UNVR)
tabel 2 uji Determinasi
Model Summary(b)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,391(a) ,153 ,140 8,79472
a Predictors: (Constant), DER, DAR b Dependent Variable: NPM
(14)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
b. Menentukan tingkat signiikan α = 0,05 c. Mencari nilai Fhitung
d. Membandingkan hasil Fhitung dgn Ftabel
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha
ditolak.
b. Uji Parsial (thitung)
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen
secara parsial.
Langkah-langkah yang digunakan untuk uji t adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
H0 = Tidak terdapat pengaruh secara par -sial antara variabel DAR dan DER terhadap
NPM
Ha = Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel DAR dan DER terhadap NPM b. Menentukan tingkat signiikan α = 0,05 c. Mencari nilai t hitung
d. Membandingkan hasil thitung dgn ttabel
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha dite-rima
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha di-tolak
Seluruh analisis statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa program komputer SPSS (Statistical Package for
Social Science) versi 12.0 for Windows.
HASiL PeneLitiAn
Nilai Koeisien Determinatik dan Model
regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen (X) dapat menjelaskan
variabel dependen (Y), maka perlu diketahui nilai
koeisien determinatiknya. Nilai ini menjelaskan
kontribusi variabel-variabel independen terhadap
variabel dependen.
Koeisien determinasi R Square memiliki nilai sebesar 0,153, sehingga dapat dinyatakan bahwa
kemampuan variabel independen (DAR dan DER)
dalam menjelaskan variabel dependen (NPM)
sangat terbatas, kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sebesar
15,3% dan sisanya sebesar 84,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi penelitian ini.
Dari Tabel 3 maka persamaan yang diperoleh untuk model regresi adalah :
Y = 15,723 – 19,057 DAR + 0,078 DER
Adapun interprestasi dari persamaan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Nilai parameter atau koeisien regresi β1 adalah sebesar -19,057 menunjukkan koeisien
arah variabel Debt to Asset Ratio (X1) yang mempengaruhi variabel Net Proit Margin (Y)
dengan arah yang bernilai negatif. Koeisien
regresi (X1) sebesar -19,057 berarti bahwa setiap variabel Debt to Asset Ratio (X1) turun 1 satuan, maka laba bersih akan turun sebesar
19,057 atau dengan kata lain setiap penurunan
laba bersih dibutuhkan variabel Debt to
As-set Ratio (X1) sebesar 19,057 dengan asumsi
variabel bebas yang lain yaitu Debt to Equity Ratio (X2) tetap.
2. Nilai parameter atau koeisien regresi β2 adalah sebesar 0,078 menunjukkan koeisien
arah variabel Debt to Equity Ratio (X2) yang mempengaruhi variabel Net Proit Margin (Y)
dengan arah yang bernilai positif. Koeisien
regresi (X1) sebesar 0,078 berarti bahwa se
-tabel 3 Hasil Analisis regresi
Model Unstandardized Coeficients
B Std. Error
1 (Constant) 15,723 2,144
DAR -19,057 4,648
DER ,078 ,270
(15)
tiap peningkatan Debt to Equity Ratio (X1) sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan
laba bersih sebesar 0,078. Atau dengan kata
lain setiap peningkatan laba bersih dibutuh-kan variabel Debt to Equity Ratio (X1)
sebe-sar 0,078 dengan asumsi variabel bebas yang
lain yaitu Debt to Asset Ratio (X1) tetap. uji Hipotesis
1. Uji F (Simultan)
Hipotesis
H0 = Tidak terdapat pengaruh secara simul
-tan antara DAR dan DER terhadap NPM. Ha = Terdapat pengaruh secara simultan an
-tara DAR dan DER terhadap NPM. Fhitung (12,154) > Ftabel (2:136,0,05) (3,07), maka
H0 ditolak. Sehingga ada pengaruh secara
simultan antara DAR dan DER terhadap
NPM. Atau Asymp Sig. (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak. Sehingga ada pengaruh
secara simultan antara DAR dan DER
terhadap NPM. 2. Uji t (Parsial)
Uji parsial bertujuan untuk mengetahui be -sarnya pengaruh masing-masing variabel in-dependen secara individual atau parsial
terha-dap variabel dependen. Hasil dari pengujian
ini dapat dilihat pada Tabel Coeficients Berdasarkan pada kesimpulan penarikan hipotesis di atas, maka jawaban hipotesis
pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Hipotesis : DAR (X1)
H0 = Tidak terdapat pengaruh DAR terhadap NPM
Ha = Terdapat pengaruh DAR terhadap NPM
thitung (-4,100) nilai tersebut dimutlakkan baru dibandingkan dengan ttabel. Sehingga, thitung (4,100) > ttabel(120:0,05)(1,658), maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Atau Asymp Sig. (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak. Jadi koeisien re
-gresi signiikan. Hipotesis : DER (X2)
thitung (0,029) < ttabel(120:0,05) (1,658), maka H0
diterima dan Ha ditolak atau Asymp Sig. (0,773) > α (0,05), maka H0 diterima. Jadi koeisien regresi tidak signiikan.
Dari pengujian statistik secara parsial dan simultan dapat dijelaskan pengaruh struktur modal yang terdiri dari DAR dan DER terhadap aktivitas operasi yang di ukur dengan parameter
perubahan NPM dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis H1
Nilai signiikansi dari DAR berdasarkan uji t diperoleh 0,000. Nilai ini lebih kecil dari
tabel 4 uji F Statistik
ANOVA(b)
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1880,101 2 940,050 12,154 ,000(a)
Residual 10441,851 135 77,347
Total 12321,951 137
a Predictors: (Constant), DER, DAR b Dependent Variable: NPM
tabel 5 uji t Statistik
Coeficients(a)
Model
Unstandardized
Coeficients Standardized Coeficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 15,723 2,144 7,333 ,000
DAR -19,057 4,648 -,407 -4,100 ,000
DER ,078 ,270 ,029 ,290 ,773
(16)
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
signiikansi 0,05. Oleh karena itu hipotesis
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
secara parsial antara DAR terhadap NPM diterima. Hasil ini ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mira Elvianingsih yang
menyatakan bahwa rasio DAR mempunyai
pengaruh terhadap NPM. 2. Pengujian Hipotesis H2
Nilai signiikansi dari DER berdasarkan uji t diperoleh 0,773. Nilai ini lebih besar dari sig
-niikansi 0,05. Oleh karena itu hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara
parsial antara DER terhadap NPM ditolak.
Hal yang menyebabkan tidak terdapatnya
pengaruh antara DER terhadap NPM adalah
tidak selarasnya perbandingan antara
angka-angka rasio DER dengan rasio NPM. Data
dari rasio DER untuk sebagian besar sampel dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi teori yang menjelaskan bahwa semakin tinggi DER, maka laba yang dihasilkan akan
ren-dah. Akan tetapi pada beberapa perusahaan
yang dijadikan sampel terjadi penyimpangan data, yaitu rata-rata rasio DER pada beberapa perusahaan tersebut relatif tinggi, tetapi laba
yang diperoleh juga mengalami peningkatan. 3. Pengujian Hipotesis H3
Nilai signiikansi berdasarkan uji F diperoleh 0,000. Nilai ini lebih kecil dari signiikansi 0,05. Oleh karena itu, hipotesis yang me -nyatakan bahwa terdapat pengaruh secara si-multan atau bersama-sama antara DAR dan
DER terhadap NPM diterima.
Nilai R Square diperoleh sebesar 0,153 yang
berarti kontribusi variabel-variabel bebas yang diajukan dalam penelitian ini dapat menjelaskan
variabel terikat sebesar 15,3% dan sisanya sebesar 84,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diuraikan dalam penelitian ini.
keSiMPuLAn
1. Berdasarkan atas analisis data dapat disimpul -kan bahwa rasio struktur modal yang diprok-sikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) ber-pengaruh terhadap Net Proit Margin (NPM). Sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) ti-dak berpengaruh terhadap Net Proit Margin
(NPM). Hal ini dilihat dari hasil uji-t dengan nilai signiikansi masing-masing variabel be
-bas yaitu: DAR (0,000) dan DER (0,773). Hasil uji F statistik dengan nilai signiikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang mengindikasikan
bahwa DAR dan DER secara simultan
(bersa-ma-sama) berpengaruh terhadap NPM. 2. Dalam peneltian ini berdasarkan hasil dari
analisis regresi, maka diperoleh persamaan Y
= 15,723 – 19,057 DAR + 0,078 DER. Ber -dasarkan persamaan tersebut, diperoleh nilai beta (B) dari variabel bebas DAR memiliki berpengaruh negatif, yang menunjukkan ba-hwa semakin besar rasio DAR maka
pertum-buhan laba akan semakin kecil. Sedangkan
nilai beta (B) dari variabel bebas DER
memi-liki pengaruh positif.
3. Nilai R Square adalah sebesar 0,153 yang
mengindikasikan bahwa aktivitas operasi
yang diproksikan dengan NPM dapat dije -laskan oleh kedua variabel struktur modal
yaitu DAR dan DER sebesar 15,3% dan se
-lebihnya yaitu sebesar 84,7% dijelaskan oleh faktor lain.
(17)
reFerenSi
Bambang Riyanto. 1993. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2001. Fundamental of Financial Management, Alih Bahasa
herman Wibowo. Manajemen Keuangan Buku 2, Jakarta : Erlangga.
Eko Widodo. 2001. Rasio Keuangan untuk Mengukur Asosiasi Likuiditas, Struktur Modal dan Kualitas
Aktiva, Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Keown, Arthur. J., et al. 2000. Basic Financing Management, Alih Bahasa, Chairul D. dan Dwi
Sulisyorini, Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 2, Jakarta : Salemba Empat.
Murthada Sinuraya. 1998. Teori Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Purba, Parentahen. 2002. Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek Bisnis. Medan : USU Press
Purnomo Yusgiantoro. 2004. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta : Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Said Kelana Asnawi. 2005. Riset Keuangan Pengujian-Pengujian Empiris. Penerbit PT. Gramedia Utama, Jakarta.
Sartono, Agus R.. 1996. Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE.
Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Suad Husnan. 1996. Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang. Edisi 1. Yogyakarta : BPFE
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Penerbit CV Alfabeta.
Sundjaya, Ridwan. S., dan Barlian, Inge. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru. Cetakan Keempat, Jakarta : PT. Raja Graindo Persada.
Supramono dan Intyas Utami. 2004. Desain Proposal Akuntansi dan Keuangan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Ekonosia.
Weston, J. Fred dan Brigham Eugene F. 1983. Manajemen Keuangan, Alih Bahasa oleh Djoerban Wahid dan Roechyat Kosasih. Jakarta : Erlangga.
Wild, Jhon J.,et. al. 2005. Anlisis Laporan Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Yayasan Mitra Dana Bapepam. Indonesia Capital Market Directory, Jakarta. http ://www.idx.co.id
(18)
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh JURNAL VISIONER & STRATEgIS Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 135-145
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan
Kesehatan Aceh
B u s r a
Dosen pada Politeknik Negeri, Lhokseumawe
This research aim analyse inluence between service quality to satisfaction of patien’ Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) in the Lhokseumawe city. By using primer data collecting with questionnaire to 100 respondent. Sample taking using convenience- non probability sampling From the regression analysis, all of the quality dimention or variable have signiicant with 5 percent level of convidence. For the F-test showing F-statistic > F- table (19.289 > 2,311), hence nol hypotesis accepted and we are reject altenatif hypotesis. Keywords: Service quality, service dimention
(19)
PenDAHuLuAn
Pelayanan yang baik serta prima menjadi harapan semua masyarakat Pelayanan yang baik saat ini bukan hanya dituntut oleh masyarakat pada lambaga swasta akan tetapi juga pada lembaga pemerintah, lembaga pemerintah merupakan lembaga publik yang harus memberikan pelayan yang baik kepada masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab. Setiap pimpinan instansi pemerintah selalu dituntuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan instansi yang dipimpinnya terutama instansi yang terkait langsung dengan pelayanan publik seperti rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan.
Rumah sakit, seperti Rumah Sakit Cut Mutia Aceh Utara dan Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe merupakan lembaga milik pemerintah yang berkewajiban memberikan pelayanan publik. Bentuk pelayanan yang diberikan berupa pengobatan dan perawatan, baik berupa rawat jalan maupun rawat inap. Proses pelayanan yang diberikan dimulai dari tahapan registrasi sampai pasien mendapat pegobatan dan penyembuhan. Bentuk dan tatacara pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit disesuaikan dengan jenis pasien yang berobat. Dewasa ini, jenis pasien yang berobat ke setiap rumah sakit pada umumnya dikategorikan pasien dengan kartu jaminan Askes, Askeskin, Askes sosial, pasien umum. Khusus untuk di provinsi Aceh, sejak tahun 2010 Pemerintah Aceh telah menjalankan program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), program ini merupakan salah satu program asuransi kesehatan yang pendanaannya ditanggung oleh Pemerintah Aceh melalui APBA dan peserta program ini adalah seluruh masyarakat Aceh.
Pengukuran kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah sebagai lembaga yang memberikan pelayanan publik, diatur dalam keputusan menpan No. 25/ KEP/M. PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indek kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Dalam keputusan ini, untuk mengukur kepuasan pelayanan kepada masyarakat dapat dinilai dalam 14 indikator yang meliputi, prosudur pelayanan, persyaratan
pelayanan, kejelasan pegawai yang memberikan pelayanan, kedisiplinan pegawai, tanggung jawab pegawai dalam memberikan pelayanan, kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan dalam memdapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan pegawai yang memberikan pelayanan, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya dan jadwal pelayanan dan kenyamanan lingkungan pelayanan serta keamanan pelayanan.
Sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang jasa maka rumah sakit perlu memperhatikan kualitas jasa yang dijadikan indikator oleh pasien baik pasien yang secara langsung membayar maupun pasien yang mendapat jaminan asuransi. Dengan adanya penilaian tersebut rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasata diharapkan dapat semakin baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien, kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien akan memberikan persepsi pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Tidak jarang ditemukan terdapat perbedaan antara pelayanan oleh rumah sakit yang diberikan dengan harapan pasien, untuk mengetahui perbedaan ini maka perlu dilakukan evaluasi dari sudut pandang pasien terhadap kualitas pelayanan rumah sakit.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, saat ini melayani pasien baik pasien dengan biaya sendiri maupun pasien dengan jaminan kesehatan, khusus untuk provinsi Aceh sejak tahun 2010, rumah sakit yang ada di Aceh, disamping melayani pasien dengan asuransi kesehatan yang secara umum ada di seluruh Indonesia, juga melayani pasien dengan asuransi Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Jaminan Kesehatan Aceh merupakan suatu subsistem pendanaan kesehatan perorangan yang menggunakan prinsip-prinsip asuransi kesehatan sosial yang berlaku bagi seluruh masyarakat Aceh (Qanun No 12). Jaminan Kesehatan Aceh merupakan suatu system jaminan kesehatan yang terintegrasi dengan system jaminan kesehatan secara nasional, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dan menjamin kesehatan bagi seluruh masyarakat Aceh.
(20)
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
resmi berlaku di Aceh sejak April 2010, dalam prakteknya berkerja sama dengan PT Askes, dan mengunakan rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta yang dipilih serta unit-unit pelayanan kesehatan masyarakat sebagai penyelenggara pelayanan dibidang kesehatan. Khusus untuk daerah Lhokseumawe, rumah sakit yang mendapat kepercayaan untuk memberikan pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Aceh adalah Rumah Sakit Daerah Cut Meutia dan Rumah Sakit Kesrem
Sejak bergulirnya Jaminan Kesehatan Aceh tahun 2010, Pemerintah Aceh mengalokasikan dana sebanyak Rp. 420 milyar setiap tahun, yang diperuntukan untuk melayani 3,8 juta dari 4,3 penduduk Aceh yang belum mendapatkan jaminan kesehatan (www.acehprov.go.id. 2010). Dilihat dari efektivitas berlakunya Jaminan Kesehatan Aceh, dapat dikatakan program jaminan kesehatan ini masih tergolong baru, akan tetapi program ini telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat Aceh, sehingga beberapa rumah sakit terjadi peningkatan jumlah pasien dalam jumlah yang cukup besar. Jumlah pasien yang cukup banyak tersebut, membuat pasien yang akan berobat dirumah sakit harus menunggu dalam waktu yang relatif lebih lama untuk dapat dilayani oleh rumah sakit. Disamping itu sebagai program yang masih baru, Jaminan Kesehatan Aceh, belum dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang jelas, sehingga menyulitkan rumah sakit dalam melayani pasien. (www. acehprov.go.id 2010).
Jaminan Kesehatan Aceh, meskipun sebagai jaminan kesehatan yang berlaku untuk tingkat lokal (Provinsi Aceh), tetapi tetap menggunakan prinsip-prinsip asuransi secara umum. Pasien dalam menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh juga diberikan hak untuk mendapatkan pelayanan secara maksimal. Pasien yang berobat dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh, apabila tidak mampu dilayani dirumah-rumah sakit yang ada di daerah, dikarenakan keterbatasan sarana kesehatan maupun dokter, maka pasien berhak untuk dirujuk kerumah sakit diluar Aceh yang memiliki sarana kesehatan yang dibutuhkan, selama rumah sakit tersebut memiliki kerjasama
dengan PT. Askes sebagai asuransi pelaksana Jaminan Kesehatan Aceh. Hal ini merupakan suatu bentuk tanggung jawab untuk memberikan pelayanan baik yang diberikan oleh pemerintah maupun oleh rumah sakit, yang nantinya diharapkan akan memberikan kepuasan kepada pasien. Disamping itu, sering juga dilaporkan bahwa ada beberapa rumah sakit yang meminta pembayaran atas beberapa jasa yang diberikan dan obat yang digunakan.(Serambi Indonesia, 13 januari 2011).
Jaminan Kesehatan Aceh yang baru digulirkan sejak april 2010, dapat diakatakan masih sebagai program yang relatif baru, namum program ini sudah dapat dirasakan oleh sebahagian besar masyarakat Aceh, terutama masyarakat miskin. Dalam prakteknya Jaminan Kesehatan Aceh bekerja sama dengan beberapa rumah sakit baik yang ada di Aceh maupun diluar Aceh, yang memiliki kerja sama dengan PT Askes. Ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Oleh karena itu berdasarkan latarbelakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti: Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh di Kota Lhokaseumawe.
tinjAuAn teoritiS
Pelayanan oleh banyak literatur seringkali
diidentikkan dengan jasa, berbagai deinisi diberikan untuk menjelaskan jasa tersebut. Kotler (2004) menjelaskan tentang pengertian jasa, adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau sekelompok orang menawarkan sesuatu kepada orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan isik produk. Dari deinisi Kotler tersebut dapat disimpulkan jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud, tidak dapat diraba, namun dapat dinikmati.
Selanjutnya Kotler (2000) menyatakan bahwa jasa dan pelayanan memiliki karakteristik:
intangible, yaitu jasa adalah sesuatu yang tidak
berwujud, tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasakan, inseparability, yaitu jasa tidak dapat
(21)
saat yang bersamaan, tidak dapat didistribusikan terlebih dahulu baru kemudian dikonsumsi seperti halnya barang isik, variability, yaitu jasa pada
dasarnya sangat mudah berubah-ubah, sangat tergantung siapa yang menyajikan dan dimana disajikan
Jasa yang dikonsumsi dapat disediakan secara individu atau kelompok, dalam kaitan dengan kelompok, maka jasa atau pelayanan sering dipersamakan dengan pelayanan publik. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan sesuai dengan peundang-undangan, (Qanun no. 12). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai kegiatan penyediaan barang dan jasa oleh penyedia pelayanan atau jasa yang untuk memenuhi kebutuhan publik. Apabila pelayanan publik dikaitkan dengan keadilan maka dapat dibagi kedalam tiga bagian
1. Pelayanan yang sama bagi semua, misalnya pelayan pendidikan yang diwajibkan bagi usia wajib belajar.
2. Pelanyanan yang sama secara proporsional bagi semua, yaitu distribusi pelayanan yang didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang ber-hubungan dengan kebutuhan, misalnya pelay-anan kesehatan bagi semua masyarakat. 3. Pelayanan yang tidak sama bagi setiap
indi-vidu karena disesuaikan dengan perbedaan yang relevan, perbedaan tersebut kemung-kinan karena pelayanan disesuaikan dengan kemampuan menbayar dari penerima pelay-anan dan penyediaan laypelay-anan disesuaikan dengan objek yang dilayani.
Mutu atau kualitas pelayanan dipersepsikan
secara berbeda oleh banyak orang, dan persepsi yang dibangun masing-masing sangat tergantung pada konteknya. Juran dalam Yamit, (1996) menyatakan bahwa kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesiikasi, jika dilihat dari sudut pandang produsen, sedangkan secara objektif kualitas adalah suatu standar khusus dimana kemampuan
(ability), kinerja (performance), kehandalan
(reliability) dan kemudahan pemeliharaan
(maintainability) serta karakteristiknya dapat
diukur.
Sementara itu, Goetcsh dalam (Yamit, 2005), mendeinisikan kualitas dengan lebih luas yaitu suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau bahkan melebihi harapan. Pendekatan ini bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, tetapi juga mempertimbangkan proses dalam mencapai kualitas tersebut, sangat sulit mencapai hasil yang berkualitas kalau prosesnya tidak berkualitas.
Demikian juga dalam deinisi yang disampaikan Gaspersz (2002) mendeinisikan kualitas merupakan totalitas dari karakteristik suatu produk dan jasa, yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan yang dipersyaratkan. Kualitas seringkali dideinisikan segala segala sesuatu yang dapat memuaskan pelanggan, ataupun kesesuaian antara yang ditawarkan dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh pengguna barang. Secara lebih spesiik, dalam bidang jasa kualitas lebih menekankan pada proses dibandingkan hasil akhir, karena konsumen terlibat langsung dan lebih intens dengan proses penciptaan jasa tersebut. Sedangkan pada barang, pendeinisian kualitas lebih ditekankan pada hasil, karena konsumen tidak terlibat langsung dengan proses dimana barang tersebut dihasilkan.
Dalam mendiinisikan kualitas, Dimensi kualitas harus dibedakan antara dimensi kualitas
barang dan kualitas jasa, Purnama (2006) menyatakan manajer harus membedakan antara kualitas barang (good) dan layanan (service),
karena keduanya memiliki banyak perbedaan. produk layanan berbeda produk dalam bentuk barang. Perbedaan tersebut memiliki beberapa implikasi penting dalam manajemen kualitas.
Tjiptono (2005), menyatakan kualitas pelayanan adalah sebagai penilaian ataupun sikap global yang berkenaan dengan superioritas suatu pelayanan. Deinisi dari Tjiptono didasarkan pada tiga landasan konseptial utama, yaitu: pertama, kualitas pelayanan lebih sukar dievaluasi daripada kualitas barang, kedua, persepsi terhadap kualiatas pelayanan merupakan hasil dari persepsi dan perbandingan konsumen antara pelayanan yang diterima dengan harapan akan
(22)
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
pelayanan, ketiga, evaluasi kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, tetapi juga menyangkut evaluasi terhadap proses penyampaian layanan.
Dalam mendeinikan kualitas pelayanan jasa, pengguna lebih berorientasi kepada hasil, kualitas jasa selalu di deinisikan dengan membandingkan antara kenyataan yang diterima dengan harapan yang diinginkan oleh konsumen tersebut. Kinerja nyata yang dirasakan oleh konsumen akan sangat menentukan baik buruknya persepsi seorang konsumen terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini jika dikaitkan dengan pendapat Assauri (2003) bahwa pelangan akan menilai kualitas pelayanan yang diterima dari suatu perusahaan tertentu setelah konsumen menerima layanan atau jasa itu sendiri dari perusahaan tertentu. Mereka menilai mutu atas layanan yang diterima berdasarkan harapan mereka atas layanan tersebut.
kualitas pelayanan, sebagaimana telah
dideinisikan oleh beberapa ahli sebelumnya merupakan seperangkat keyakinan dan penilaian atas sikap dan persepsi konsumen terhadap layanan yang diterima. Oleh karena itu maka pengukuran kualitas pelayanan identik dengan pengukuran persepsi konsumen terhadap kualitas layanan dalam menerima layanan yang diberikan. Pengukuran kualitas layanan dapat dilakukan dengan seperangkat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas layanan. Parasuraman dalam Tjiptono (2005) menyatakan kualitas layanan meliputi lima dimensi:
1. Reability (kehandalan), yaitu kemampuan
un-tuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu
ke-mampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
3. Assurance (jaminan), yaitu kamampuan,
ke-sopanan dan sikap yang dipercaya yang di-miliki olah para staf, bebas dari bahaya dan resiko dan keragu-raguan
4. Emphaty, yaitu kemudahan dalam
berhubun-gan denberhubun-gan pelangberhubun-gan, mudah dalam melaku-kan komunikasi, memiliki perhatian secara
khusus dan memahami kebutuhan pelang-gan.
5. Tangible, menyangkut dengan fasilitas isik
yang dimiliki, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
Pendapat Tjiptono sejalan dengan pendapat Ziethaml, Berry dalam (Yamit, 2005), yang mengidentiikasi lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas layanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah
1. Reaility (kehandalan), yaitu kemampuan
dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan sesuai yang dijanjikan.
2. Assurance (Jaminan) yaitu mencakup
ke-mampuan, kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya dimiliki para staf, bebas dari resiko ataupun keragu-raguan.
3. Responsiveness (daya tanggap) yaitu
keingi-nan para staf untuk merespon para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Emphaty, yaitu meliputi kemudahan dalam
melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan penuh perhatian terhadap kebutuhan pelanggan.
5. Tangible yaitu meliputi fasilitas isik,
per-lengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Masalah kepuasan sangat terkait dengan individu yang sifatnya sangat subjektif. Kepuasan sangatlah samar untuk bisa dijelaskan secara tepat, Kepuasan sangat sulit diukur dengan tepat, jikapun dipaksakan untuk diukur dengan tepat, tetap saja mengandung unsur-unsur yang bersifat subjektif. Kotler (2001) menyatakan bahwa ”kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan setelah membeli dan mengkonsumsi apa yang dibeli”. Kepuasan pelanggan adalah unpan balik dari pengharapanya dan kualitas produk yang dirasakan.
Dalam buku yang lain, Kotler (2004), menyatakan ”kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul muncul setelah membandingkan kinerja yang dipikirkan terhadap kinerja yang dihasilkan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen tidak puas dan sebaliknya”.
(1)
Tabel 5 memperlihatkan bahwa rata-rata biaya peralatan yang digunakan untuk memproduksi ikan teri kering adalah Rp. 2.246.000,00. Sebagaimana halnya biaya peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi ikan teri kering, penggunaan biaya peralatan yang paling besar pada produksi ikan teri kering adalah untuk membeli lantai jemur sebesar Rp. 1.400.000,00 dan biaya peralatan yang paling kecil adalah untuk membeli timba yaitu Rp. 16.000,00. Namun demikian, biaya peralatan yang digunakan untuk memproduksi ikan teri kering (Rp. 2.246.000,00) Hal ini menunjukkan tingginya permintaan konsumen akan ikan teri kering sehingga produksi ikan teri kering per bulannya lebih besar.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat mempengaruhi dalam usaha memproduksi ikan olahan. Kebutuhan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk masyarakat dalam satu satuan waktu tertentu. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksi ikan olahan berasal dari dalam dan luar keluarga, yang dihitung dalam satu bulan produksi dan dikonversikan ke dalam Hari Kerja Pria (HKP). Rata-rata waktu kerja sehari diasumsikan sebesar 7 jam, dengan upah tenaga kerja sebesar Rp. 25.000,00 per HKP. Adapun jenis kegiatan yang dilakukan pada usaha ikan olahan meliputi penyiangan, perebusan, penjemuran dan pengapuran. Berikut diperlihatkan distribusi rata-rata penggunaan tenaga kerja menurut fase kegiatan dalam satu bulan produksi pada usaha ikan olahan di daerah penelitian.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa total rata-rata curahan tenaga kerja pada usaha ikan teri kering (melalui proses perebusan) adalah 42,20 HKP, didistribusikan dalam beberapa fase kegiatan yaitu kegiatan pembersihan sebesar 9,80 HKP (23,22%), perebusan sebesar 16,50 HKP (39,10%), penjemuran sebesar 11,00 HKP (26,07%), dan pengemasan sebesar 4,90 HKP (11,61%). Penggunaan tenaga kerja terbesar dicurahkan pada kegiatan perebusan dan curahan kerja yang paling sedikit pada kegiatan pengemasan. Hal ini disebabkan lamanya waktu dan jenis tenaga kerja yang digunakan. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan sebagian besar
adalah tenaga kerja wanita yang dikonversikan dalam hari kerja Pria (HKP) sebanyak 5 orang dan 2 orang tenaga kerja pria. Rata-rata biaya tenaga kerja per HKP sebesar Rp. 25.000,00, maka total biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja selama satu bulan produksi pada usaha ikan teri kering melalui proses perebusan adalah Rp. 1.055.000,00.
Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi dan besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya peralatan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya tidak tetap dalam usaha ikan olahan adalah biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan bunga modal. Perhitungan biaya produksi sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber-sumber modal, penggunaan sumberdaya dan penentuan harga jual ikan olahan.
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa total pengeluaran biaya produksi ikan teri kering melalui proses perebusan adalah Rp. 95.583.208,33, didistribusikan untuk biaya tetap sebesar Rp. 2.246.000,00, biaya tidak tetap sebesar Rp. 80.130.000,00, biaya tenaga kerja sebesar Rp. 633.000,00, biaya penyusutan peralatan sebesar Rp. 106.833,33, dan bunga modal sebesar Rp. 12.467.375,00.
Produksi dalam penelitian adalah banyaknya
ikan olahan yang dihasilkan dari sejumlah bahan yang digunakan dan dinyatakan dalam satuan kilogram. Sedangkan nilai hasil produksi merupakan hasil perkalian antara jumlah ikan olahan yang dihasilkan dengan harga jual ikan olahan tersebut pada periode tertentu dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut diperlihatkan besaran produksi dan nilai hasil produksi ikan olahan dengan rata-rata harga berlaku di daerah penelitian.
Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa rata-rata produksi ikan teri kering melalui proses perebusan sebanyak 5.160,00 kg dengan harga
(2)
238 Jurnal Visioner & Strategis Y u s n i a r
jual rata-rata sebesar Rp. 23.000,00/kg diperoleh nilai hasil produksi sebesar Rp. 118.680.000,00. Besarnya perolehan nilai hasil produksi ditentukan oleh harga jual yang berlaku dan saluran pemasaran yang ditempuh oleh pengrajin. Sebagian besar ikan teri kering dipasarkan ke beberapa daerah diluar Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Padang, Medan, Pekan Baru, dan Duri. Hanya sedikit yang dipasarkan ke daerah sekitar produksi seperti Banda Aceh, Lhoksukon, Bireuen, dan Lhokseumawe. Namun demikian, konsumen pasar tradisional di Aceh lebih menyukai ikan teri kering tanpa proses perebusan karena lebih kenyal atau masih mengandung kadar air dengan volume tertentu. Ikan teri kering jenis ini tidak dipasarkan ke luar Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam karena dikhawatirkan terjadi pembusukan atau tidak bertahan lam
Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keuntungan bersih yang merupakan selisih antara nilai hasil produksi dan jumlah biaya selama satu bulan produksi ikan olahan. Besar kecilnya keuntungan yang diterima pengrajin dari usaha ikan olahan ditentukan oleh besar kecilnya produksi dan harga jual yang berlaku serta besaran biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan produksi ikan olahan di daerah penelitian. Besaran keuntungan yang diterima sangat menentukan besaran rentabilitas yang diperoleh pengrajin dari usaha ikan olahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan keuntungan bagi pengrajin dari usaha ikan teri kering (melalui proses perebusan) adalah Rp. 23.096.791,67. Besaran keuntungan ini bervariasi antar pengrajin di daerah penelitian dan ditentukan oleh besaran biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi ikan teri kering, produksi yang dihasilkan dan sistem pemasarannya.
Analisis return cost ratio merupakan
perbandingan antara penerimaan (nilai hasil produksi) dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui untung tidaknya atau layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan, dengan ketentuan bahwa jika nilai return cost ratio yang diperoleh lebih besar dari satu ( R/C >1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Sebaliknya, jika perolehan nilai return cost ratio lebih kecil dari satu atau sama dengan satu, (R/C < 1 atau R/C = 1) maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total penerimaan atau nilai hasil produksi ikan teri kering (melalui proses perebusan) yang diterima pengrajin adalah Rp. 118.680.000,00 dan biaya produksi yang dikeluarkan pengrajin sebesar Rp. 95.583.208,33 maka perolehan nilai raturn cost ratio sebesar 1,24, artinya setiap penambahan biaya produksi sebesar satu satuan rupiah akan menambah keuntungan usaha ikan teri kering sebesar Rp 1,24 Kalau dibandingkan dengan pengolahan ikan teri tanpa perebusan memperlihatkan bahwa usaha ikan teri kering tanpa proses perebusan lebih menguntungkan dibanding usaha ikan teri kering melalui proses perebusan. Pemilihan proses produksi ikan teri kering disesuaikan dengan kondisi cuaca saat pengolahan. Apabila cuaca mendung maka pengrajin harus merebus ikan teri segar untuk diolah menjadi ikan teri kering, dan bila cuaca cerah dan penyinaran sinar matahari cukup maka pengrajin langsung menjemur ikan teri segar untuk diolah menjadi ikan teri kering. Secara keseluruhan menunjukkan bahwa usaha ikan teri kering di daerah penelitian sudah menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
tabel 9
rata-rata Besaran keuntungan yang Diperoleh Pengrajin dalam Satu Bulan Produksi ikan teri kering (Melalui Proses Perebusan) Di Daerah penelitian, tahun 2011
No. Uraian Satuan Rata-rata
1. 2. 3. 4.
Produksi
Nilai Hasil Produksi Biaya Produksi Keuntungan Kg Rp Rp Rp 5.160,00 118.680.000,00 95.583.208,33 23.096.791,67
(3)
keSiMPuLAn
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Rata-rata nilai hasil produksi ikan teri kering yang diterima pengrajin adalah Rp. 118.680.000,00 per bulan dan biaya produksi yang dikeluarkan baik melalui proses perebusan adalah Rp. 95.583.208,33 dengan perolehan keuntungan berturut-turut sebesar Rp. 23.096.791,67 maka perolehan nilai raturn cost ratio untuk ikan teri kering sebesar 1,24 menunjukkan bahwa usaha ikan teri kering di daerah penelitian sudah menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ikan teri kering di daerah penelitian cukup menguntungkan untuk dijalankan.
.SArAn
Mengingat tingginya permintaan ikan teri kering dan besarnya keuntungan yang diperoleh pengrajin ikan olahan, hendaknya pengrajin usaha ikan olahan dapat memanfaatkan peluang pasar dan sumberdaya seeisien mungkin serta melakukan inovasi dalam proses pengolahan ikan olahan.
(4)
240 Jurnal Visioner & Strategis Y u s n i a r
reFerenSi
Assauri. 1993. Manajemen Pemasaran. PT. Rajawali. Jakarta.
Junianto. 2002. Kiat Memilih Ikan Segar & Produk Olahannya. Pikiran Rakyat. 21 Juli 2002. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Munawir, S. 1981. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Jakarta. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bandung.
Riyanto, B. 1992. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada. Yogyakarta.
Samosir, A. 1985. Alat-alat Analisa Dalam Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Nomensen. Medan. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta.
_________. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta. _________. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
(5)
1. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau
Bahasa Inggris dan harus merupakan tulisan asli dari hasil penelitian, telaah pustaka, laboratorium, pengalaman lapangan atau gagasan yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain. 2. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Visi berasal dari
bidang Ilmu-ilmu Ekonomi, Manajemen dan Bisnis. 3. Naskah diketik dengan perangkat lunak pengolahan
kata Microsolft Word yang dicetak pada satu
permukaan (tidak dibolak-balik) kertas berukuran A-4 putih 80 gram /m2, dengan jarak 1,5 spasi (kecuali
abstrak), dengan tata letak porfraif, serta jarak margin
kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm. Panjang naskah 20-25 halaman, termasuk halaman dan tabel.
4. Naskah yang termasuk katagori penelitian, disusun
dengan urutan sebagai berikut:
a. Judul: diusahakan singkat dan mencerminkan isi penelitian/karya ilmiah, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
b. Nama Penulis: ditulis dibawah judul, tanpa gelar kesarjanaan. Jika penulis lebih dari satu orang hendaknya diurutkan dan diberi angka Arab di
akhir nama masing-masing penulis. Angka-angka
Arab tersebut diberi keterangan sebagai catatan kaki pada halaman pertama, lengkap dengan alamat lembaga penulis
c. Abstrak: ditulis dalam bahasa Indonesia dan
Inggris, diketik satu spasi dan maksimum 150 kata. Dibawah abstrak dicantumkan kata kunci (key-words) antara 3-5 frasa (phrase)
d. Pendahuluan: (tanpa subjudul, berisi : Latara Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Tinjauan Pustaka)
e. Metode Penelitian (alat/bahan, cara penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis) f. Hasil dan Pembahasan: menguraikan hasil yang
diperoleh, disertai pembahsan baik dalam bentuk
tabel, graik dan gambar
g. Kesimpulan dan Saran h. Referensi (daftar pustaka)
i. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae)
5. Naskah yang termasuk katagori non penelitian/ konseptual, disusun dengan urutan sebagai berikut
a. Judul (sama dengan poin 4.a)
b. Nama Penulis (sama dengan poin 4.b)
c. Abstrak (sama dengan poin 4.c)
d. Pendahuluan (berisi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Sedikit Tinjauan Pustaka. Tidak dipecah menjadi anak sub judul, tetapi dalam bentuk alinea saja)
e. Pembahasan (Isi Informasi/pemikiran ilmiah penulis)
f. Kesimpulan dan Saran (saran tidak merupakan keharusan)
g. Referensi (daftar pustaka)
h. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae)
6. Naskah tidak diperkenankan memakai lampiran 7. Daftar pustaka yang ditampilkan hanya yang
benar-benar diacu/dikutip saja: penulisan daftar pustaka
disusun menurut abjad nama pengarang secara
kronologis:
a. Untuk buku: nama pokok dan inisial pengarang,
tahun terbit. Judul Buku jilid, edisi. tempat/kota
penerbit : nama penerbit
b. Untuk karangan/artikel dalam pertemuan ilmiah atau seminar nama pokok dan inisial pengarang, tahun “Judul Karangan”. Singkatan nama pertemuan (penyelenggara). Waktu;tempat/kota pertemuan.
c. Untuk karangan/artikel dalam majalah atau jurnal:
nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul
karangang : nama majalah atau jurnal. Jilid
(nomor) halaman permulaan dan akhir.
d. Untuk tulisan dari internet : nama pokok dan inisial
pengarang, tahun. Judul tulisan. Nama jurnal atau majalah/sumberlainnya. (online), vol.,no., (alamat sumber rujukan dan tanggal diakses) 8. Naskah yang dikirim ke redaksi rangkap 2 (asli dan
foto copynya) dan disertakan disketnya selambat-lambatnya 3(tiga) minggu sebelum penertbitan 9. Dewan redaksi dapat mengubah dan mengoreksi
bahasa dan istilah, tanpa merubah isi dan maknanya dengan atau tanpa memberitahukan penulis.
10.Dewan redaksi dapat menolak naskah yang dianggap
tidak memenuhi persyarat.
Alamat Redaksi :
Fakultas Ekonomi Univesitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah
P.O.Box 141 Lhokseumawe.
Tlp. (0645), 40210 Fax. (0645) 44450. Email: visi@fe-unimal.org
(6)
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, September 2012
9
7
7
2
3
3
8
2
8
6
0
0