SEJARAH TAREKAT MUQTADIRIYAH DI SIDOARJO TAHUN 2006 – 2011.
SEJARAH TAREKAT MUQTADIRIYAH DI SIDOARJO
TAHUN 2006 ± 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memasuki Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh :
Aan Titis Karuniawati
NIM A02211034
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................
iii
PENGESAHAN ..............................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................
v
ABSTRAKSI ..................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..........................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................
A. Latar Belakang ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................
7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................
7
D. Kegunaan Penelitian ......................................................
8
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ................................
8
F. Penelitian Terdahulu ......................................................
8
G. Metode Penelitian ..........................................................
11
H. Sistematika Pembahasan ................................................
14
BAB II SELAYANG PANDANG TAREKAT MUQTADIRIYYAH
A. Sejarah Lahirnya Tarekat Muqtadiriyah...................
16
B. Tokoh Pembawa Tarekat Muqtadiriyah....................
19
C. Konsep Dasar Tarekat Muqtadiriyah .......................
30
D. Perkembangan Tarekat Muqtadiriyah.......................
36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
E. Tarekat-tarekat yang Tergabung dalam Tarekat
Muqtadiriyah..............................................................
38
BAB III TAREKAT MUQTADIRIYAH DI SIDOARJO
A. Asal Mula Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo...............
51
B. Peran Khalifah Hadi Sutrino dalam Perkembangan
Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo................................
52
C. Ajaran dan Amaliah Tarekat Muqtadiriyah
di Sidoarjo ..................................................................
54
BAB IV RESPON MASYARAKAT SIDOARJO TERHADAP
TAREKAT MUQTADIRIYAH
A. Respon Pengikut Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.....
60
1. Tipologi Para Pengikut Tarekat Muqtadiriyah
di Sidoarjo.................................................................
61
B. Respon Masyarakat Di Luar Pengikut Tarekat
Muqtadiriyah ................................................................
65
1. Menurut Masyarakat Nahdhatul Ulama....................
65
2. Menurut Masyarakat Muhammadiyah......................
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................
69
B. Saran ............................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul “Sejarah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo Tahun
2006 - 2011. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi:
1). Apa itu Tarekat Muqtadiriyah, 2). Bagaimana Perkembangan Tarekat
Muqtadiriyah di Sidoarjo, 3). Bagaimana respon masyarakat Sidoarjo terhadap
Tarekat Muqtadiriyah.
Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian skripsi ini
menggunakan metode sejarah untuk memberikan fakta perkembangan Tarekat
Muqtadiriyah di Sidoarjo dari tahun 2006-2011. Adapun pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sosio-religi untuk memperoleh data-data yang lebih
kongkrit dan valid mengenai hubungan sosial keagamaan.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tarekat Muqtadiriyah adalah tarekat
baru yang merupakan gabungan dari lima tarekat, yaitu tarekat Qadiriyah,
Rifa’iyah, Musthafawiyah, Tajul Khalwatiyah wa Sammaniyah. Adapun
perkembangannya di Sidoarjo, melalui perantara seorang tokoh yang merupakan
Murshid tarekat Muqtadiriyah yakni Habib Rā’is Ridjaly dan kemudian
dikembangkan oleh khalifah Hadi Sutrisno di wilayah Sidoarjo. Berkembangnya
tarekat Muqtadiriyah ini mendapat respon dari kalangan masyarakat di luar
tarekat beragam, sebagian memandang positif dan sebagian lainnya memandang
negatif karena tarekat tersebut tidak sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tarekat secara etimologis berarti jalan, cara (Al-Kaifiyyah), metode,
sistem (Al-Uslub), madzhab, aliran, haluan (Al-Madhhab), keadaan (Al-Halah),
pohon kurma yang tinggi (An-Nakhlah At- awilah), tiang tempat berteduh,
tongkat payung (‘Amud Al-Mizallah), yang mulia, terkemuka dari kaum (Sharif
Al-Qaum), goresan / garis pada sesuatu (Al-Khatt fis Sha’i). Tarekat adalah suatu
jalan yang didirikan oleh seseorang yang memiliki kwalifikasi wilayah spiritual
dengan baik, benar dan tepat, sehingga dengan metode dhikir ataupun
pengamalan lainnya yang diajarkan kepada jamaahnya (murid-muridnya), akan
menjadi cara-cara yang sangat efektif untuk mencapai pencerahan hati yang
menjadi idaman semua manusia dalam hidup ini sampai di akhirat kelak. Telah
banyak tarekat yang didirikan, boleh dikatakan sampai ratusan tarekat yang ada
sekarang ini, apakah tarekat itu telah berskala menyeluruh (mendunia), atau
masih bersifat lokal saja. Walau demikian tidak tertutup kemungkinan akan lahir
lagi berbagai bentuk tarekat yang lainnya (yang baru). Misalnya sebelum
lahirnya tarekat Sammāniyyah (Tarekat Muhammadiyah), Shaikh Muhammad
bin „Abdul Kārim al Madani al Shafi‟i al Sammān, adalah membuka cabang
tarekat Khalwatiyah. Disamping memiliki khirqat tarekat Khalwatiyah, beliau
juga memiliki kharqat (hak mengajar) dari tarekat lainnya, yaitu tarekat
Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah, tapi kemudian Shaikh Sammān
meracik dengan memadukan tehnik-tehnik dhikir, bacaan-bacaan lainnya, dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
ajaran mistis semua tarekat yang beliau miliki, dengan menambahkan beberapa
hal baru, seperti Qaṣidāh serta nadham yang disusunnya sendiri. Racikan
berbagai tarekat ini kemudian menjadi satu nama : “tarekat Sammāniyah”.
Pola tarekat ini tidaklah Genuine (Asli), karena hal ini juga bukanlah
suatu persoalan baru dalam dunia tasawwuf, karena ada juga contoh yang
lainnya yang membentuk ajaran tarekat bukan “asli”, adalah Shaikh Uthmān al
Mirghani yang mendirikan tarekat “Khatmiyah”, yang tidak lain merupakan
racikan dari penggabungan tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah,
Junaidiyah dan Mirghāniyah. Ada juga yang terjadi di Nusantara (Indonesia),
Shaikh Ahmad Khatib Sambas, seorang ulama Kalimantan yang menetap di
Makkah (pertengahan abad 19), melahirkan tarekat dengan nama “Qādiriyah wa
Naqshabandiyah”, yang mana beliau meracik dari 5 (lima) tarekat yang beliau
miliki hak untuk mengajarnya, yaitu tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah,
Anfasiyah, Junaidiyah dan tarekat al Muwāfaqah.1 Semangat yang tumbuh di
dalam diri jama‟ah dalam pengalaman beberapa jenis tarekat, sebagaimana
contoh-contoh di atas, tidak kemudian menjadi surut dikarenakan racikan baru
dan dengan nama baru pula, karena sesungguhnya racikan baru hanya
merupakan ke-khas-an dari Shaikh atau Murshid yang memimpinnya, sedangkan
kandungannya menghimpun seluruh nilai tarekat yang diamalkan sebelumnya.
Pembahasan tentang tarekat sudah sering diulas oleh para ahli,
mengingat sudah banyak penelitian yang mengupas tuntas tentang berbagai
macam aliran tarekat yang ada di Indonesia. Akan tetapi dalam pembahasan kali
1
Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta : Prenada Media, 2005), 182-184.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
ini penulis akan mencoba untuk menguraikan tentang sejarah dan keunikkan
salah satu tarekat yang ada di Indonesia, yakni tarekat Muqtadiriyah. Tarekat
Muqtadiriyah merupakan gabungan dari lima tarekat, diantaranya
tarekat
Qādiriyah, Rifa’iyah, Musṭafawiyah, Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah. Hal
tersebut berdasarkan Ilham yang telah diterima oleh sang Murshid, yaitu AlHabib Rā‟is Ridjaly bin Hasyim bin Husain bin Ali bin Abdul Rahman bin
Abdullah bin Husain bin
ahir Arbabul Qabḍi, dari Allah SWT melalui
kebenaran Sayyidina Muhammad SAW dan lantaran barakat Tuan wali Shaikh
Abdul Qādir Jailāni, Tuan wali Shaikh Yusuf Gowa dan Tuan wali Shaikh
Musṭafa bin Syaikh Muhyiddin. Habib Rā‟is telah diberi izin atau diperintahkan
untuk menggabungkan kelima tarekat (Qādariyah, Rifā’iyah, Musṭafawiyah,
Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah) menjadi satu nama, yaitu tarekat
Muqtadiriyah. Perintah itu diterima oleh Habib Rā‟is dalam tafakur beliau pada
hari senin malam selasa (telah terhitung selasa), tanggal 13 Mei 2008, bertepatan
dengan tanggal 07 Jumadil Awwal 1429 H, pukul 00.13 WIB di ruang duduk
rumah beliau.2 Adanya perintah dari sang guru secara gaib, Murshid memiliki
landasan dan beranggapan bahwa setiap orang muslim harus percaya yang gaib.
Setiap orang berbeda dalam menerima hal gaib, karena berbeda dalam
mengetahui hal gaib. Seorang ulama beda dengan tukang cukur. Bisa jadi
seorang tukang cukur lebih baik dari seorang ulama. Bukan karena tingkatan
ilmunya, lalu seorang ulama lebih baik dari tukang cukur dalam menerima hal
gaib dari dirinya. Misal : Ada seorang biasa di Buton yang bisa mencabut pohon
2
Khalifah Agus, Sejarah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
besar dengan menyebut 3 kata, sementara seorang kiai dengan menyebut 3 kata
itu tidak bisa apa-apa. Seorang Mursyid sudah tahu cara mendengar suara gaib
dari dalam dirinya. Dari siapakah suara dalam dirinya, para Murshid sangat
mengenalinya. Percaya kepada ketentuan Allah yang baik ataupun yang buruk
termasuk dalam Rukun Iman. Tentu segala sesuatu atas ketentuan Allah SWT :
.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.3
Kemungkinan besar didalam pemikiran kita yang bukan termasuk seorang
murid sebuah tarekat, hal-hal yang bersifat gaib seperti peristiwa diatas sangat
terkesan aneh. Namun hal demikian menjadi sesuatu yang lazim dalam dunia
tasawuf. Dalam tarekat ini, Habib Rā‟is diperintahkan untuk menyusun
pengamalannya serta dhikir-dhikir yang digabungkan dari kelima tarekat
tersebut, serta menambahkan kedalamnya dhikir dari Ratib Muhammadiyah,
Ratib Rifā‟iyah, dhikir Asmaul Husna yang diambil dari kitab Shamsul Anwar
yang disusun oleh Shaikh Abdul Rahman Al-Maghribi, Hiẓib Shaikh Abu Hasan
As-Shadzily, dhikir dan wiridnya Habib Hashim bin Husain bin ahir (Shaikh
Murshid Tarekat At-Taufiqiyah An-Nuriyah) yang beliau sebut sebagai tarekat
Ahlu Bait, serta nadham-nadham maupun syair-syair.4 Perkembangan tarekat ini
dijalankan secara teratur dan sistematis. Kehidupan kelompok dalam tarekat ini
berada di bawah naungan majelis Al-Abrar dan dibentuknya zawiyah-zawiyah di
3
4
Al-Qur‟an, 2 (Al-Baqarah) : 20.
Khalifah Agus, Sejarah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
wilayah kabupaten atau kota. Upacara keagamaan dalam tarekat ini diantaranya
diadakannya pembacaan Manaqib Sheikh Abdul Qādir Jailāni dan nadham
Sheikh Kabir Ar-Rifā‟i, perayaan maulid Nabi Muhammad Saw, pembacaan
Maulid Ad-Diba‟i dan permainan debus.
Sedangkan kesadaran sosial dalam tarekat ini diwujudkan dalam
pemberian tunjangan sosial bagi masyarakat yang kurang mampu dan
memberikan bantuan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Bertarekat secara
langsung membentuk kehidupan berkelompok, hal ini merupakan tujuan utama
untuk menciptakan interaksi dalam berbagai pelayanan, sehingga dapat menjadi
ladang yang subur untuk menanam benih-benih silaturahmi serta perbuatan baik
lainnya diantara sesama manusia. Tarekat Muqtadiriyah dalam menjalankan
kehidupan berkelompok sekarang berada di rumah Murshid Muqtadiriyah di
Bekasi dan di zawiyah-zawiyah5 yang berada di beberapa kabupaten/kota bahkan
di luar negeri seperti Malaysia. Tujuan dari padepokan tarekat di atas, adalah
untuk mencapai suatu nilai pendidikan dan penyucian diri secara kolektif, yang
secara terus-menerus terjadi interaksi antara murshid dengan murid-muridnya.6
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu sistem
kerahasiaan, sistem kekerabatan persaudaraan, dan sistem hirarki seperti
Khalifah Tawajjuh atau Khalifah Suluk, Sheikh atau Murshid, Wali atau
Qutubh.7 Berkaitan dengan hal ini, tarekat Muqtadiriyah hadir di Sidoarjo yang
dibawa oleh Al-Habib Rā‟is Ridjaly, yang kemudian dipertemukan dengan
Bapak Hadi Sutrisno melalui perantara sang adik yang merupakan murid dari
5
Zawiyah adalah pusat kegiatan sufi
Khalifah Agus, Sejarah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2014)
7
A. Aziz Masyhuri, Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf (Surabaya : Imtiyaz, 2011), 2.
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Habib Rā‟is Ridjaly di Sulawesi. Bapak Hadi Sutrisno pun dibai‟at tarekat Tajul
khalwatiyah oleh Habib Muhammad Iman Habib pada tahun 2004. Kemudian
dibai‟at tarekat Qādiriyah Rifā’iyah Musṭafawiyah tahun 2007. Setelah itu,
Bapak Hadi Sutrisno dibai‟at oleh Habib Rā‟is Ridjaly tarekat Muqtadiriyah
pada tahun 2010. Hingga pada akhirnya Bapak Hadi Sutrisno diangkat dan
diberi kepercayaan sang murshid untuk menjadi khilafah di Sidoarjo Jawa
Timur.
Menurut Bapak Hadi Sutrisno, dengan dhikir dan ṣalawat kita bisa selalu
ingat kepada Allah dan RasulNya. Pada saat ini, Bapak Hadi Sutrisno
menyamarkan amaliyah ṣalawat dengan menggunakan seni Hadrah. Karena
sebelumnya, warga sekitar menganggap apa yang dilakukan Bapak Hadi
Sutrisno beserta jama‟ahnya itu sesat. Maka dari itu, beliau menambahkan unsur
seni yang sedang populer pada saat ini yaitu bershalawat dengan diiringi alat-alat
musik seperti rebana dan semacamnya, agar penafsiran warga yang menganggap
kegiatan tarekat Muqtadiriyyah itu sesat, bisa tersamarkan.8 Karena tarekat ini
masih baru dan terkesan awam bagi masyarakat sekitar lingkungan Bapak Hadi
Sutrisno, maka pengikut tarekat ini masih didominasi oleh orang di luar desa
dimana Bapak Hadi Sutrisno tinggal, seperti Tulangan, Candi dan Tanggul
Angin. Berawal dari situlah penulis tertarik untuk membahas lebih jauh
mengenai seluk-beluk tarekat tersebut. Selain itu, penulis akan memaparkan
unsur-unsur beberapa tarekat yang terdapat didalam tarekat Muqtadiriyah.
Hingga dapat diketahui akan tujuan dan motivasi dalam ajaran tarekat ini, yang
8
Hadi Sutrisno (Khalifah di sidoarjo), Wawancara, Sidoarjo, 28 September 2014.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
terkait dengan penggabungan lima tarekat menjadi tarekat baru. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka penulis ingin memaparkan kejadian itu dalam skripsi
dengan judul “ Sejarah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo Tahun 2006 – 2011 M
”.
B. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah penulisan skripsi,
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Tarekat Muqtadiriyah?
2. Bagaimana Perkembangan Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo?
3. Bagaimana Respon Masyarakat Sidoarjo Terhadap Tarekat Muqtadiriyah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis akan menjelaskan
tujuan dari penulisan skripsi ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui tarekat Muqtadiriyah secara jelas.
2. Untuk mengetahui perkembangan tarekat Muqtadiriyah di Sidorjo.
3. Untuk
mengetahui
respon
masyarakat
Sidoarjo
terhadap
tarekat
Muqtadiriyah.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman yang lebih mendalam, maka penelitian ini dapat memberikan arti
guna kepada khazanah keilmuan.
Adapun hal-hal yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat :
1. Berguna sebagai catatan sejarah, terutama di perpustakaan Fakultas Adab
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
2. Berguna bagi umat Islam khususnya bagi penulis guna mengetahui informasi
ilmiah mengenai Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.
3. Untuk menambah literatur atau bahan pustaka khususnya di perpustakaan
UIN Sunan Ampel Surabaya.
4. Agar tarekat Muqtadiriyah lebih dikenal oleh masyarakat luas khususnya
umat Islam.
5. Untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar S1 di Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.
E. Penelitian Terdahulu
Menelusuri karya-karya tulis tentang tarekat-tarekat yang ada di Sidoarjo,
dapat saya temukan sebagai berikut :
1. Totok Sudarmanto, “Tarekat Siddiqiyyah di Desa Wage, Taman,
Sidoarjo (1985 – 2008) : Studi tentang Sejarah dan Ajaran Tarekat
Siddiqiyyah,” (Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya,
2009).
Dari hasil penelusuran karya-karya terdahulu yang membahas tentang
tarekat di Sidoarjo dapat disimpulkan bahwa belum ada karya tulis skripsi yang
membahas tentang Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.
F. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan historis.
Pendekatan tersebut akan mengungkapkan latar belakang sejarah, dimulai dari
asal-usul tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo, tokoh-tokoh serta dasar yang
digunakan tarekat Muqtadiriyah. Menurut Kuntowijoyo pendekatan historis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
adalah memandang suatu peristiwa masa lampau secara diakronis9, yaitu proses
sejarah yang mengalir dari masa lalu menuju masa kini dan berurutan secara
logis (memanjang dalam waktu). Dengan pendekatan historis ini, penulis
berusaha mengungkapkan bagaimana sejarah terbentuk dan munculnya tarekat
Muqtadiriyah di Sidoarjo, yang dilanjutkan dengan memperkenalkan para tokohtokoh tarekat Muqtadiriyah dan memaparkan tentang unsur-unsur yang
terkandung didalam tarekat Muqtadiriyah.
Dalam pembahasan skripsi kali ini, penulis memaparkan sejarah salah
satu tarekat yang ada di Indonesia yakni tarekat Muqtadiriyah. Tarekat ini
merupakan gabungan dari lima tarekat yang terdiri dari tarekat Qādiriyah
Rifā’iyah Musṭafawiyah – Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah. Yang mana
Murshid tarekat Qādiriyah Rifā’iyah Musthafawiyah, Al-Habib Rā‟is Ridjaly
Bin Hasyim Bin Husain Bin Ali Bin Abdurrahman Bin Abdullah bin Husein Bin
Thohir merupakan murid dari Mursyid tarekat Tajul Khalwatiyah wa
Sammāniyah, Al-Habib Muhammad Iman Bin Laode Abdul Hakim Al-Aydrus.
Dan sebaliknya Al-Habib Muhammad Iman Bin Laode Abdul Hakim Al-Aydrus
juga merupakan murid dari Al-Habib Rā‟is Ridjaly Bin Hasyim Bin Husein Bin
Ali Bin Abdurrahman Bin Abdullah Bin Husein Bin Thohir. Hingga pada
akhirnya Habib Muhammad Iman meninggal dunia dan gelar Murshid Tajul
Khalwatiyah wa Sammaniyah pun beralih kepada Habib Rā‟is Ridjaly. Maka
dengan itu, beliau mengembangkan kelima tarekat yang beliau pegang menjadi
9
Menurut Kuntowijoyo, sejarah itu pada dasarnya ialah ilmu diakronis. Diakronis ialah yang
memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang sempit. Ketika sejarah bersentuhan dengan ilmu
sosial, sejarah menjadi ilmu yang juga sinkronis. Artinya, selain memanjang dalam waktu, sejarah lalu
juga melebar dalam ruang. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ( Jogjakarta: Yayasan Bintang Jaya,
1995)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
satu tarekat yaitu tarekat Muqtadiriyah. Dalam penggabungan antar lima tarekat
tersebut sang Murshid memiliki tujuan utama dalam amaliah dan ajarannya yaitu
kesempurnaan akhlaq.
Dengan menggunakan teori Talcott Parsons, tentang Fungsional
Struktural, menurutnya masyarakat sebagai suatu sistem memiliki struktur yang
terdiri dari banyak lembaga. Talcott Parsons berhasil mengurai lebih lanjut
konsep rasional barat pada dua tingkat yaitu tataran individu dan tataran
kelembagaan. Dalam teori ini, Parsons mengemukakan tentang konsep teori
fungsional struktural yang mencakup beberapa elemen kelompok, 10 yaitu : aktor
sebagai individu, aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai, memiliki berbagai
cara yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya, aktor diharapkan pada kondisi dan situasi yang dapat
mempengaruhi pemilihan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Aktor dihadapkan pada kondisi dan situasi yang dapat mempengaruhi
pemilihan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, aktor
dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam menentukan tujuan
yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, aktor mengambil
keputusan keputusan tentang cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan,
dipengaruhi oleh ide-ide dan situasi kondisi yang ada.
Dari teori di atas, diharapkan dapat mempermudah penulis dan pembaca
sekalian dalam memahami subtansi skripsi ini secara sistematis, ilmiah dan
10
Agus Salim, Perubahan Sosial; Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia (Yogyakarta
: Tiara Wacana, 2002), 100.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
integral dalam khazanah perbendaharaan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
tarekat.
G. Metode Penelitian
Dalam penyusunan rencana penelitian, penulis akan dihadapkan pada
tahap pemilihan metode atau teknik pelaksanaan penelitian. Metode yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Metode sejarah yaitu proses
menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik
dan dapat dipercaya, serta usaha yang sintesis atas data semacam itu menjadi
kisah yang dapat dipercaya.11 Sebagai bentuk kajian sejarah yang berusaha
merekonstruksikan peristiwa-peristiwa masa lampau, penulisan skripsi memakai
metode penelitian sejarah yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Heuristik
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan sumber-sumber yang berdasarkan
bentuk, yaitu tertulis dan tidak tertulis maupun sumber-sumber yang berdasarkan
sifat, yaitu primer dan sekunder yang sesuai dengan topik atau permasalahan
dalam penelitian yang berjudul “ Sejarah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo
Tahun 2006 - 2011 M.
Adapun sumber yang penulis dapatkan berdasarkan dalam bentuk tertulis
adalah :
a. Berupa arsip dan dokumen tarekat Muqtadiriyah
Sumber yang penulis dapatkan berdasarkan dalam bentuk tidak tertulis
adalah :
11
Louis Gottschlak, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Noto Susanto (Jakarta : Universitas Indonesia
Perss, 1985), 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
a. Observasi langsung, yaitu pengamatan terhadap kegiatan ataupun amalan
tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.
b. Wawancara langsung dengan pemimpin (Khalifah) dan pengikut tarekat
Muqtadiriyah. Metode wawancara ini penulis gunakan untuk memperoleh
data-data tentang tarekat Muqtadiriyah
Serta adapun sumber yang penulis dapatkan berdasarkan sifat primer adalah :
a. Karya-karya tulis Mursyid : Ternyata Surat Al-Fatihah Bisa Membuat Orang
Masuk Neraka.
b. Dokumentasi berupa gambar-gambar kegiatan tarekat.
c. Karya tulis khalifah Agus berupa file yang dikirim melalui via E-mail
Sumber yang penulis dapatkan berdasarkan sifat sekunder adalah :
a. Buku-buku, literatur, artikel, yang dipakai untuk membantu menganalisa dan
menjelaskan tentang penelitian ini.
2. Vertifikasi (Kritik Sumber)
Menyelidiki keautentikan sumber sejarah baik bentuk maupun isinya.
Yakni, membandingkan berbagai sumber yang ada dengan hasil wawancara
dengan narasumber.
a. Kritik Ekstern : (otentisitas)
Segi fisik : yaitu suatu kritik sejarah pada bagian luar (substansi
masalah) yang dilihat dari jenis tinta, gaya tulisan, kertas dan lain
sebagainya yang mendukung validitas dan keautentikan sumber data.
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan kritik tersebut, dikarenakan
keterbatasan instrumen yang ada dalam melakukan kritik tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
b. Kritik Intern :
kritik sejarah pada bagian dalam yakni mengenai substansi masalah
berkenaan dengan materi yang terkandung dalam data yang ada. Pada
penelitian ini, penulis melakukan kritik intern yakni pada sumbersumber yang penulis dapatkan dari data yang ada. Yakni penulis
melakukan perbandingan antar sumber-sumber yang telah didapat, yang
nantinya sumber terakurat akan digunakan dalam penulisan.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah seringkali
disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini data yang terkumpul dibandingkan
kemudian disimpulkan agar bisa dibuat penafsiran terhadap data tersebut
sehingga dapat diketahui hubungan kausalitas dan kesesuaian dengan masalah
yang diteliti.12
4. Historiografi
Setelah didapatkan fakta-fakta yang diperlukan, maka langkah
selanjutnya adalah menuliskannya kedalam bentuk tulisan deskriptif secara
kronologis atau diakronis dan sistematis, sebagaimana layaknya karya tulis
sejarah. Mengingat laporan penelitian ini merupakan karya ilmiah, maka penulis
mencoba menuangkan penelitian sejarah kedalam suatu karya berupa skripsi
nantinya. Penulisan ini diharapkan memberikan gambaran yang jelas mengenai
proses penelitian dari awal hingga akhir.
12
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), 64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Berkaitan dengan hal ini, penulis menguraikan tentang sejarah tarekat
Muqtadiriyah berdasarkan sumber yang berhasil penulis himpun mulai dari
profil singkat para Murshid, memaparkan tentang unsur-unsur tarekat yang
terdapat di dalam tarekat muqtadiriyah dan juga ajaran serta amaliyah tarekat
Muqtadiriyah.
H. Sistematika Bahasan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini secara runtun terdiri dari lima
bab termasuk didalamnya bab pendahuluan dan penutup, yang dijabarkan dalam
garis besarnya sebagai berikut :
Bab I
: Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian,
penelitian
terdahulu,
pendekatan dan kerangka teoritik, metode penelitian, sistematika
bahasan dan bahan / sumber.
Bab II
: Membahas tentang selayang pandang Tarekat Muqtadiriyah, yang
akan memaparkan tentang sejarah lahirnya, Tokoh-tokoh, konsep
dasar
dan
tarekat-tarekat
yang
terkandung
dalam
tarekat
Muqtadiriyah.
Bab III
: Membahas tentang Tarekat Muqtadiriyah yang ada di Sidoarjo.
Asal mula hadirnya tarekat Muqtadiriyah, peran khalifah Hadi
Sutrisno hingga menjelaskan tentang ajaran serta amaliyah tarekat
Muqtadiriyah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Bab IV
: Membahas tentang Respon Masyarakat Sidoarjo terhadapa Tarekat
Muqtadiriyah
dan
tentang
tipologi
para
pengikut
Tarekat
Muqtadiriyah.
Bab V
: Untuk bab kelima yaitu bab terakhir yang merupakan bab penutup,
bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
TAREKAT MUQTADIRIYAH DI SIDOARJO
A. Asal Mula Datangnya Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo
Datangnya tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo tidak terlepas dari peran Habib
Iman bin Abdul Hakim Al-Aydrus yang merupakan Shaikh di Sulawesi Tenggara
Indonesia. Beliau adalah keturunan Sultan Button sehingga memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam mengembangkan tarekat yang telah beliau terima dari
guru-gurunya. Beliau yang awal mula mengembangkan tarekat Tajul Khalwatiyah
wa Sammaniyah yang kemudian beliau dibai‟at dalam tarekat Qadiriyah,
Rifa’iyah wa Musṭafawiyah. Akhirnya pada tahun 2007 Habib Iman meninggal
dunia dan kedudukan sebagai murshid digantikan oleh Habib Rā‟is, beliau adalah
sheikh dari tarekat Qadiriyah, Rifa’iyah wa Musṭafawiyah. Setelah kedudukan
murshid dari tarekat Tajul Khalwatiyah wa Sammaniyah beralih padanya, maka
beliau menggabungkan kelima tarekat tersebut menjadi satu yang akhirnya
muncullah tarekat baru yang bernama tarekat Muqtadiriyah.1
Tarekat Muqtadiriyah tiba di Sidoarjo pada tahun 2010, dimana saat itu
khalifah Hadi dibai‟at menjadi khalifah tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo. Yang
pada awalnya bermula dari diperkenalkannya Khalifah Hadi dengan Habib Iman
bin Abdul Hakim Al-Aydrus oleh adik khalifah Hadi bernama Sugianto yang
merupakan murid Habib Iman pada saat itu. Hal tersebut terjadi pada tahun 2004
yang kemudian Khalifah Hadi diba‟iat dalam tarekat Tajul Khalwatiyah wa
Sammaniyah oleh Habib Iman. Pada tahun 2007 Khalifah Hadi kembali dibai‟at
1
Hadi Sutrisno, Wawancara, Sidoarjo, 28 September 2014
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
dalam tarekat Qadiriyah, Rifa’iyah wa Musṭafawiyah oleh Habib Iman bin Abdul
Hakim. Setelah Habib Iman meninggal dunia Khalifah Hadi menjalin komunikasi
dengan Habib Rā‟is melalui telepon. Hingga akhirnya pada tahun 2008, Khalifah
Hadi bertemu dengan Habib Rā‟is. Kemudian pada tahun 2010 Khalifah Hadi
dibai‟at dalam tarekat Muqtadiriyah oleh Habib Rā‟is di rumah Khalifah Hadi.
Karena pada saat itu Habib Rā‟is melakukan kunjungan ke tempat tinggal
Khalifah Hadi di Sidoarjo.
B. Peran Hadi Sutrisno Terhadap Perkembangan Tarekat Muqtadiriyah di
Sidoarjo
Dalam perkembangan tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo, Khalifah
Hadi memiliki peran yang sangat besar disini. Setelah mendapat izin
mengamalkan tarekat Muqtadiriyah oleh Habib Rā‟is, Khalifah Hadi mulai
menerapkan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Karena ajaran
tarekat Muqtadiriyah mengacu pada kebaikan akhlak, maka hal tersebut haruslah
nampak dikehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan tarekat Muqtadiriyah di
wilayah sekitar beliau tidaklah mudah. Beliau awalnya mendapat kecaman dari
beberapa pihak, ternyata salah satu pihak adalah sama-sama pengikut tarekat.
Pihak tersebut mengabarkan berita tidak benar tentang kegiatan Khalifah Hadi
beserta jamiyahnya. Sehingga timbul respon negatif sebagian warga mengatakan
bahwa apa yang diikuti oleh khalifah Hadi adalah aliran sesat. Tak berhenti disitu,
hingga suatu ketika Khalifah Hadi didatangi oleh pihak berwajib karena diduga
menyebarkan alira sesat di daerahnya tersebut. Namun setelah mendapat kejelasan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
dari Khalifah Hadi bahwa apa yang mereka ikuti dan lakukan tidaklah jauh dari
Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Akhirnya mereka pun mulai bisa menerima. Demi
menghindari pemikiran negatif tentang kegiatannya, Khalifah Hadi memiliki
inisiatif untuk menambahkan unsur seni yang sedang populer pada saat ini, yaitu
berṣalawat dengan diiringi alat-alat musik seperti rebana dan semacamnya, agar
penafsiran warga yang menganggap kegiatan tarekat Muqtadiriyah sesat bisa
tersamarkan. 2
Usaha Khalifah Hadi tidaklah sia-sia dalam menyesuaikan apa yang
ada di lingkungannya. Sehingga dari sinilah banyak masyarakat yang mulai
tertarik untuk ikut dan mempelajari ajaran dar tarekat Muqtadiriyah. Selain itu
juga, disebabkan karna sikap Khalifah Hadi yang sangat ramah dan tidak pernah
memaksa pihak manapun untuk mengikuti apa yang beliau anut. Maka sebagian
jamiyah tarekat Muqtadiriyah tertarik dengan sendirinya untuk mempelajari
ajarannya lebih dalam dengan menjadi murid dari sang Murshid. Hingga akhirnya
Khalifah Hadi dapat menghimpun jamiyah sebanyak 50 orang. Disini jamiyah
tarekat Muqtadiriyah di dominasi oleh warga desa Tulangan, Candi, Porong dan
Tanggulangin sendiri. Namun yang berada di Tanggulangin sangatlah minim.
Disisi lain, Khalifah Hadi adalah orang yang sangat konsisten terhadap perintah
gurunya. Sehingga ia dapat menjadikan zawiyah yang ada di Sidoarjo ini menjadi
acuan dan contoh bagi zawiyah-zawiyah lainnya yang ada di Indonesia. Karena
Kahlifah Hadi sangat memperhatikan segala hal yang dilakukan dalam kegiatan
tarekat Muqtadiriyah dan menjadikan hal tersebut tertata rapi dan teratur.
2
Hadi Sutrisno, Wawancara, Sidoarjo, 15 Januari 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
C. Ajaran dan Amaliah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo
Ajaran-ajaran dalam tarekat dapat dibedakan menjadi dua yaitu ajaranajaran yang bersifat khusus dan umum. Pertama, ajaran-ajaran bersifat khusus,
yaitu amalan yang benar-benar dilaksanakan pengikut sebuah tarekat, dan tidak
boleh diamalkan orang di luar tarekat atau pengikut tarekat lain. Kedua, ajaranajaran yang bersifat umum, yaitu amalan-amalan yang ada dan menjadi tradisi
dalam tarekat, tetapi amalan itu juga biasa dilakukan oleh masyarakat Islam di
luar pengikut tarekat.3
Salah satu yang diajarkan dalam Tarekat Muqtadiriyah adalah Ilmu
‘Abdul Qadir al-Jailāni. Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni, menurut Tarekat
Muqtadiriyah adalah suatu ilmu terapan atas diri seorang manusia, sehingga
secara jasmani dan ruhani, ia dapat mencapai suatu pengalaman (hāl), membuka
segala hijab yang selama ini pada tatanan shariat, tidak dapat mencapainya
secara mutlak. Penekanan yang tersirat di dalam Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni,
lebih kepada fungsi seorang manusia sebagai hamba Allah, dan bukan
penekanan secara agamis. Dalam pelaksanaannya, seluruh aspek diwarnai
dengan sisi-sisi substansi agama Islam, sehingga lebih terkesan bahwa Ilmu
‘Abdul Qadir al-Jailāni adalah ilmu agama Islam, padahal ia mencakup seluruh
hukum kemanusiaan.
Dinamakan Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni, karena dinisbatkan kepada
Sheikh „Abdul Qadir al-Jailāni. Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni dikenal sebagai
Martabat 13, yang merupakan suatu tanda bagi inti pelajaran yang harus
3
Masyhuri, Ensiklopedi, 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
diketahui oleh setiap manusia yang akan menjadi bagian terpenting supaya
manusia tersebut selamat dari dunia sampai akhirat. Martabat 13 adalah suatu
ilmu yang sangat dirahasiakan oleh guru-guru yang murshid dari yang bukan
ahlinya, agar manusia dapat berakhlak di dalam meniti jalan kembali keada
Allah SWT. Penjelasannya praktis, tetapi dibutuhkan keahlian dari sang murshid
dalam membimbing muridnya ke arah tersebut, karena bila murshid tidak
dibimbing oleh suatu keahlian yang khas para murshid, maka akan terpeleset
jatuh moral dan martabatnya.4
Menurut murshid tarekat ini, dengan menguasai dan memahami ilmu
martabat 13, yang merupakan perangkat untuk mencapai manusia sempurna
(insan kāmil), seseorang akan hidup memahami makna ayat di atas. Dan
penguasaan ilmu ini-biasanya-dipegang oleh mayoritas kaum lelaki, karena
dalam dirinya terdapat “perangkat” efektifnya. Melalui perkawinan, ilmu ini
terimplementasi, serta istri dapat mengetahui dari suaminya.Ilmu tersebut
dijabarkan dalam versi yang terkesan berlainan, tetapi bila dimaknai, terlihat
maksudnya hanya satu, yaitu mencapai manusia paripurna.
Sedangkan amaliah tarekat Muqtadiryah sendiri selain ajaran-ajaran
yang telah dijelaskan sebelumnya, tarekat Muqtadiriyah memiliki beberapa
amaliyah-amaliyah yang harus dilaksanakan oleh setiap murid. Amaliyahamaliyah ini bisa juga disebut dengan ajaran yang bersifat umum, karena bisa
dilakukan oleh masyarakat Islam di luar pengikut tarekat. Amalan ini bisa
dilaksanakan secara individual (fardiyyah) maupun secara kolektif (jamaah).
4
Khalifah Agus, Tarekat Muqtadiriyah ( Bogor: t. P, 2015)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Secara jelasnya, tarekat Muqtadiriyah memiliki amalan-amalan yang wajib
dilakukan oleh setiap muridnya. Diantaranya adalah dhikir, dhikir yang
dimaksud dalam tarekat Muqtadiriyah adalah dhikir bima’na ḥas. Dhikir
bima’na ḥas adalah “hudurul qalbi ma’allah” (hadirnya hati kita bersama
Allah). Dhikir dalam arti khusus ini terbagi dua, yakni dhikir jahr dan dhikir
khafi. Dhikir jahr adalah melafalkan kalimat tayibah yakni “lāilāha illallāh”
secara lisan dengan suara keras dan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan dhikir
khafi adalah ingat kepada Allah dengan dhikir isbat saja yaitu mengingat nama
“Allah” secara sirr di dalam hati dengan cara-cara yang diterangkan dalam
talqin. Adapun pembagian amaliyah tarekat Muqtadiriyah, antara lain :
1. Amaliah Farḍiyyah (Individual)
Dalam hal ini berkaitan dengan amalan tarekat Muqtadiriyah, setiap
murid mengamalkan dhikirullah tarekat Tajul Khalwatiyah wa Samaniyah
dengan membaca kalimat tayibah lāilāha illallah sebanyak 100 kali
secara sirr. Kemudian dilanjutkan dengan dhikirullah tarekat Qadiriyah
dengan membaca kalimat lāilāha illallah sebanyak 300 kali secara jahr.
Dhikir-dhikir tersebut merupakan amalan yang harus dilakukan setiap
hari oleh semua murid dan ikhwan tarekat Muqtadiriyah di rumah
masing-masing setelah melakukan ṣalat farḍu.
2. Amalan dhikir yang dilakukan secara kolektif (berjama’ah)
Amalan ini dipimpin oleh sang khalifah5, doa-doa yang dibaca yaitu :
5
Khalifah Agus Haryono, Tarekat Muqtadiriyah ( Bogor: t. P, 2015)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
a. Tawaṣul kepada Baginda Rasulullah beserta ahli bait, para ṣahabat,
tabi’in-tabi’in dan kepada para sheikh dari kelima tarekat yang
merupakan unsur dari tarekat Muqtadiriyah.
b. Membaca ṣalawat nabi6
Contoh bacaan ṣalawat yang diamalkan :
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ص ِّل َعلى َُُ َم ٍد
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى نَبِيِّ َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َر ُس ْول َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َحبِْيبِ َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
اَللّه َم ص ِل على ِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
صفيِّ َ
يَ َار ِّ
ُ َّ َ َ
ب َ
ِِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َخلْيل َ
يَ َار ِّ
ب َ
اَللّ ُه َم َ
ِِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َجلْيل َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ص ِّل َعلى ا تَ ِّو ِج
اَللّ ُه َم
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
يَ َار ِّ
َ
ب َ
ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ص ِّل َعلى ا َش ّف ِع
ص ّل َعلَْيه َو َسلّ ْم
يَ َار ّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ُ
ص ِّل َعلى ا َ ِّوِر
اَللّ ُه َم
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
يَ َار ِّ
َ
ب َ
ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ص ّل َعلَْيه َو َسلّ ْم
اَللّ ُه َم ْ
اج َع ْلَا نُُزْوَرُ
يَ َار ّ
ب َ
ب وار َحَْا َِ
ِ
َْي ًعا
اَللّ ُه َم َو ْار َح ْم َوالِ ِديْ َن
يَ َار ّ َ ْ
اَُ َمد ُمْ ِزُل ا َََئِ ِق ِم َن اَْ َهَ ِم
اَللّ ُه َم ِِ ا ُ ْس ِر َشافِعَُ ُ
ف َسٍََم َعلَى َخ َِ
اَ الَر ُس ْوِل الْ َك ِرِْي
اَلْ ُ
واَلْف ٍ ِ
ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَْي ِه
صََة َعلَْيه َو َسلَ َم َ
َ ُ َ
Khalifah Agus, Soft File Amaliyah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2015).
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
c. Membaca Ratib Habib Imam Quṭbi al-Irshad7. Ratib ini milik tarekat
Alawiyah. Meskipun tarekat Alawiyah bukan termasuk unsur dari
ajaran tarekat Muqtadiriyah, Ratib Habib Imam ini dibaca karena sang
Murshid masih ada keturunan Alawiyin sehingga mengamalkan ratib
tersebut.
d. Membaca Naẓam Rifa‟i8. Naẓam ini merupakan amalan dari tarekat
Rifa‟iyah, maka disebut dengan naẓam Rifa‟iyah. Dhikir Rifa‟iyah
lebih cenderung berisi tentang puji-pujian. Sehingga disini disebut
dengan naẓam.
e. Kemudian membaca dhikir Samman
Dhikir samman ini melafalkan kalimat tayibah lāillaha illallah yang
dipecah menjadi 7 lafal. Namun pada dasarnya semua lafal itu berasal
dari kalimat lāillāha illallah.9Adapun tata cara membacanya sebagai
berikut :
1. Duduk seperti dalam tashahud awwal
2. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha
3. Memejamkan kedua mata seraya menundukkan kepala
4. Disaat melafalkan lāillāha illallah kedua tangan sambil menepuknepuk
paha
hingga
seiring
dengan
lantunan
dhikir
seraya
menggerakkan kepala.
7
Agus, Tarekat Muqtadiriyah (Bogor, t. P, 2015)
Agus, Tarekat Muqtadiriyah (Bogor, t. P, 2015)
9
Hadi Sutrisno, Wawancara, Sidoarjo, 15 Januari 2015
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
5. Kemudian membaca lafadh lāillaha illallah– illallah illallah – hullah
hullah – ha ī ha ū – Allah Allah sebanyak-banyaknya yang ditutup
dengan lafadh lāillāha illallahū Muhammadur Rasulullāh.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa paparan dan analisa pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tarekat Muqtadiriyah merupakan gabungan dari lima tarekat, yaitu
tarekat Qadāriyah, Rifā’iyah, Musṭafawiyah, Tajul Khalwatiyah wa
Sammāniyah..
2. Tarekat Muqtadiriyah dapat hadir di Sidoarjo melalui perantara Hadi
Sutrisno selaku Khalifah di Sidoarjo Jawa Timur. Yang mana pada
awalnya beliau menerima amanah atau izin untuk mengamalkan ajaran
tarekat Muqtadiriyah dari Habib Rā’is Ridjaly pada tahun 2010.
3. Respon masyarakat Sidoarjo terhadap kedatangan tarekat Muqtadiriyah
cukup baik dan diterima begitu saja, yaitu masyarakat Nahḍatul Ulama
dan Muhammadiyah meskipun sedikit bertentangan dengan paham
mereka
B. Saran
1. Bagi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, penulis
mengharap adanya penelitian lebih lanjut tentang Tarekat Muqtadiriyah
ini hingga dapat melengkapi karya tulis ini menjadi lebih baik dan akurat.
2. Mengingat tarekat Muqtadiriyah banyak menarik murid dari kalangan
yang masih awam dalam beragama dan khususnya kaum pemuda, maka
perlu adanya penguatan aspek-aspek keagamaan mendasar yang harus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
diperhatikan, sehingga tidak menimbulkan murid yang salah memahami
syariah Islam secara keseluruhan.
3. Diperlukan pendataan secara lebih akurat dengan membuat data yang
mudah diakses dengan teknologi informasi agar informasi tentang tarekat
Muqtadiriyah dapat menyebar luas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
SELAYANG PANDANG TAREKAT MUQTADIRIYAH
A. Sejarah Lahirnya Tarekat Muqtadiriyah
Tarekat adalah suatu jalan yang didirikan oleh seseorang yang memiliki
kwalifikasi wilayah spiritual dengan baik, benar dan tepat, sehingga dengan
metode dzikir ataupun pengamalan lainnya yang diajarkan kepada jama’ahnya
(murid-muridnya), akan menjadi cara-cara yang sangat efektif untuk mencapai
pencerahan hati yang menjadi idaman semua manusia dalam hidup ini sampai di
akhirat kelak. Telah banyak tarekat yang didirikan, boleh dikatakan sampai
ratusan tarekat yang ada sekarang ini, apakah tarekat itu telah berskala
menyeluruh (mendunia), atau masih bersifat lokal saja. Walau demikian tidak
tertutup kemungkinan akan lahir lagi berbagai bentuk tarekat yang lainnya (yang
baru). Misalnya sebelum lahirnya tarekat Sammāniyah (tarekat Muhammadiyah),
Shaikh Muhammad bin „Abdul Kārim al Madani al Shafi’i al Sammān, adalah
membuka cabang tarekat Khalwatiyah. Disamping memiliki khirqat tarekat
Khalwatiyah, beliau juga memiliki kharqat (hak mengajar) dari tarekat lainnya,
yaitu tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah, tapi kemudian Shaikh
Sammān meracik dengan memadukan tehnik-tehnik dhikir, bacaan-bacaan
lainnya, dan ajaran mistis semua tarekat yang beliau miliki, dengan menambahkan
beberapa hal baru, seperti Qashidāh serta naẓam yang disusunnya sendiri.
Racikan berbagai tarekat ini kemudian menjadi satu nama : “Tarekat
Sammāniyah”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Pola tarekat ini tidaklah Genuine (Asli), karena hal ini juga bukanlah suatu
persoalan baru dalam dunia tasawwuf, karena ada juga contoh yang lainnya yang
membentuk ajaran tarekat bukan “asli”, adalah Shaikh Uthmān al Mirghani yang
mendirikan tarekat “Khatmiyah”, yang tidak lain merupakan racikan dari
penggabungan tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah, Junaidiyah dan
Mirghāniyah. Ada juga yang terjadi di Nusantara (Indonesia), Shaikh Ahmad
Khatib Sambas, seorang ulama Kalimantan yang menetap di Makkah
(pertengahan abad 19), melahirkan tarekat dengan nama “Qādiriyah wa
Naqshabandiyah”, yang mana beliau meracik dari 5 (lima) tarekat yang beliau
miliki hak untuk mengajarnya, yaitu tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah,
Anfasiyah, Junaidiyah dan tarekat al Muwāfaqah.1
Semangat yang tumbuh di dalam diri jama’ah dalam pengalaman beberapa
jenis tarekat, sebagaimana contoh-contoh di atas, tidak kemudian menjadi surut
dikarenakan racikan baru dan dengan nama baru pula, karena sesungguhnya
racikan baru hanya merupakan ke-khas-an dari Shaikh atau Murshid yang
memimpinnya, sedangkan kandungannya menghimpun seluruh nilai tarekat yang
diamalkan sebelumnya. Tarekat Muqtadiriyah merupakan gabungan dari lima
tarekat,
diantaranya
tarekat
Qādiriyah,
Rifā’iyah,
Mus afawiyah,
Tajul
Khalwatiyah wa Sammāniyah. Hal tersebut berdasarkan ilham yang telah diterima
oleh sang Murshid, yaitu Sheikh Habib Rā’is Ridjaly bin Hashim bin Husein bin
Ali bin Abdul Rahman bin Abdullah bin Husain bin
ahir Arbabul Qabḍi dari
Allah SWT, melalui kebenaran Sayyidina Muhammad SAW dan lantaran barakat
1
Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia(Jakarta : Prenada Media, 2005), 182-184.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Tuan Wali Shaikh Abdul Qādir Jailāni, Tuan Wali Shaikh Yusuf Gowa dan Tuan
Wali Sheikh Musṭafābin Shaikh Muhyiddin. Habib Rā’is telah diberi izin atau
diperintahkan untuk menggabungkan kelima tarekat (Qādariyah, Rifā’iyah,
Mus afawiyah, Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah) menjadi satu nama, yaitu
tarekat Muqtadiriyyah. Perintah itu diterima oleh Habib Rā’is dalam tafakur
beliau, pad
TAHUN 2006 ± 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memasuki Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh :
Aan Titis Karuniawati
NIM A02211034
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................
iii
PENGESAHAN ..............................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................
v
ABSTRAKSI ..................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..........................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................
A. Latar Belakang ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................
7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................
7
D. Kegunaan Penelitian ......................................................
8
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ................................
8
F. Penelitian Terdahulu ......................................................
8
G. Metode Penelitian ..........................................................
11
H. Sistematika Pembahasan ................................................
14
BAB II SELAYANG PANDANG TAREKAT MUQTADIRIYYAH
A. Sejarah Lahirnya Tarekat Muqtadiriyah...................
16
B. Tokoh Pembawa Tarekat Muqtadiriyah....................
19
C. Konsep Dasar Tarekat Muqtadiriyah .......................
30
D. Perkembangan Tarekat Muqtadiriyah.......................
36
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
E. Tarekat-tarekat yang Tergabung dalam Tarekat
Muqtadiriyah..............................................................
38
BAB III TAREKAT MUQTADIRIYAH DI SIDOARJO
A. Asal Mula Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo...............
51
B. Peran Khalifah Hadi Sutrino dalam Perkembangan
Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo................................
52
C. Ajaran dan Amaliah Tarekat Muqtadiriyah
di Sidoarjo ..................................................................
54
BAB IV RESPON MASYARAKAT SIDOARJO TERHADAP
TAREKAT MUQTADIRIYAH
A. Respon Pengikut Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.....
60
1. Tipologi Para Pengikut Tarekat Muqtadiriyah
di Sidoarjo.................................................................
61
B. Respon Masyarakat Di Luar Pengikut Tarekat
Muqtadiriyah ................................................................
65
1. Menurut Masyarakat Nahdhatul Ulama....................
65
2. Menurut Masyarakat Muhammadiyah......................
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................
69
B. Saran ............................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul “Sejarah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo Tahun
2006 - 2011. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi:
1). Apa itu Tarekat Muqtadiriyah, 2). Bagaimana Perkembangan Tarekat
Muqtadiriyah di Sidoarjo, 3). Bagaimana respon masyarakat Sidoarjo terhadap
Tarekat Muqtadiriyah.
Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian skripsi ini
menggunakan metode sejarah untuk memberikan fakta perkembangan Tarekat
Muqtadiriyah di Sidoarjo dari tahun 2006-2011. Adapun pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sosio-religi untuk memperoleh data-data yang lebih
kongkrit dan valid mengenai hubungan sosial keagamaan.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tarekat Muqtadiriyah adalah tarekat
baru yang merupakan gabungan dari lima tarekat, yaitu tarekat Qadiriyah,
Rifa’iyah, Musthafawiyah, Tajul Khalwatiyah wa Sammaniyah. Adapun
perkembangannya di Sidoarjo, melalui perantara seorang tokoh yang merupakan
Murshid tarekat Muqtadiriyah yakni Habib Rā’is Ridjaly dan kemudian
dikembangkan oleh khalifah Hadi Sutrisno di wilayah Sidoarjo. Berkembangnya
tarekat Muqtadiriyah ini mendapat respon dari kalangan masyarakat di luar
tarekat beragam, sebagian memandang positif dan sebagian lainnya memandang
negatif karena tarekat tersebut tidak sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tarekat secara etimologis berarti jalan, cara (Al-Kaifiyyah), metode,
sistem (Al-Uslub), madzhab, aliran, haluan (Al-Madhhab), keadaan (Al-Halah),
pohon kurma yang tinggi (An-Nakhlah At- awilah), tiang tempat berteduh,
tongkat payung (‘Amud Al-Mizallah), yang mulia, terkemuka dari kaum (Sharif
Al-Qaum), goresan / garis pada sesuatu (Al-Khatt fis Sha’i). Tarekat adalah suatu
jalan yang didirikan oleh seseorang yang memiliki kwalifikasi wilayah spiritual
dengan baik, benar dan tepat, sehingga dengan metode dhikir ataupun
pengamalan lainnya yang diajarkan kepada jamaahnya (murid-muridnya), akan
menjadi cara-cara yang sangat efektif untuk mencapai pencerahan hati yang
menjadi idaman semua manusia dalam hidup ini sampai di akhirat kelak. Telah
banyak tarekat yang didirikan, boleh dikatakan sampai ratusan tarekat yang ada
sekarang ini, apakah tarekat itu telah berskala menyeluruh (mendunia), atau
masih bersifat lokal saja. Walau demikian tidak tertutup kemungkinan akan lahir
lagi berbagai bentuk tarekat yang lainnya (yang baru). Misalnya sebelum
lahirnya tarekat Sammāniyyah (Tarekat Muhammadiyah), Shaikh Muhammad
bin „Abdul Kārim al Madani al Shafi‟i al Sammān, adalah membuka cabang
tarekat Khalwatiyah. Disamping memiliki khirqat tarekat Khalwatiyah, beliau
juga memiliki kharqat (hak mengajar) dari tarekat lainnya, yaitu tarekat
Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah, tapi kemudian Shaikh Sammān
meracik dengan memadukan tehnik-tehnik dhikir, bacaan-bacaan lainnya, dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
ajaran mistis semua tarekat yang beliau miliki, dengan menambahkan beberapa
hal baru, seperti Qaṣidāh serta nadham yang disusunnya sendiri. Racikan
berbagai tarekat ini kemudian menjadi satu nama : “tarekat Sammāniyah”.
Pola tarekat ini tidaklah Genuine (Asli), karena hal ini juga bukanlah
suatu persoalan baru dalam dunia tasawwuf, karena ada juga contoh yang
lainnya yang membentuk ajaran tarekat bukan “asli”, adalah Shaikh Uthmān al
Mirghani yang mendirikan tarekat “Khatmiyah”, yang tidak lain merupakan
racikan dari penggabungan tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah,
Junaidiyah dan Mirghāniyah. Ada juga yang terjadi di Nusantara (Indonesia),
Shaikh Ahmad Khatib Sambas, seorang ulama Kalimantan yang menetap di
Makkah (pertengahan abad 19), melahirkan tarekat dengan nama “Qādiriyah wa
Naqshabandiyah”, yang mana beliau meracik dari 5 (lima) tarekat yang beliau
miliki hak untuk mengajarnya, yaitu tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah,
Anfasiyah, Junaidiyah dan tarekat al Muwāfaqah.1 Semangat yang tumbuh di
dalam diri jama‟ah dalam pengalaman beberapa jenis tarekat, sebagaimana
contoh-contoh di atas, tidak kemudian menjadi surut dikarenakan racikan baru
dan dengan nama baru pula, karena sesungguhnya racikan baru hanya
merupakan ke-khas-an dari Shaikh atau Murshid yang memimpinnya, sedangkan
kandungannya menghimpun seluruh nilai tarekat yang diamalkan sebelumnya.
Pembahasan tentang tarekat sudah sering diulas oleh para ahli,
mengingat sudah banyak penelitian yang mengupas tuntas tentang berbagai
macam aliran tarekat yang ada di Indonesia. Akan tetapi dalam pembahasan kali
1
Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia (Jakarta : Prenada Media, 2005), 182-184.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
ini penulis akan mencoba untuk menguraikan tentang sejarah dan keunikkan
salah satu tarekat yang ada di Indonesia, yakni tarekat Muqtadiriyah. Tarekat
Muqtadiriyah merupakan gabungan dari lima tarekat, diantaranya
tarekat
Qādiriyah, Rifa’iyah, Musṭafawiyah, Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah. Hal
tersebut berdasarkan Ilham yang telah diterima oleh sang Murshid, yaitu AlHabib Rā‟is Ridjaly bin Hasyim bin Husain bin Ali bin Abdul Rahman bin
Abdullah bin Husain bin
ahir Arbabul Qabḍi, dari Allah SWT melalui
kebenaran Sayyidina Muhammad SAW dan lantaran barakat Tuan wali Shaikh
Abdul Qādir Jailāni, Tuan wali Shaikh Yusuf Gowa dan Tuan wali Shaikh
Musṭafa bin Syaikh Muhyiddin. Habib Rā‟is telah diberi izin atau diperintahkan
untuk menggabungkan kelima tarekat (Qādariyah, Rifā’iyah, Musṭafawiyah,
Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah) menjadi satu nama, yaitu tarekat
Muqtadiriyah. Perintah itu diterima oleh Habib Rā‟is dalam tafakur beliau pada
hari senin malam selasa (telah terhitung selasa), tanggal 13 Mei 2008, bertepatan
dengan tanggal 07 Jumadil Awwal 1429 H, pukul 00.13 WIB di ruang duduk
rumah beliau.2 Adanya perintah dari sang guru secara gaib, Murshid memiliki
landasan dan beranggapan bahwa setiap orang muslim harus percaya yang gaib.
Setiap orang berbeda dalam menerima hal gaib, karena berbeda dalam
mengetahui hal gaib. Seorang ulama beda dengan tukang cukur. Bisa jadi
seorang tukang cukur lebih baik dari seorang ulama. Bukan karena tingkatan
ilmunya, lalu seorang ulama lebih baik dari tukang cukur dalam menerima hal
gaib dari dirinya. Misal : Ada seorang biasa di Buton yang bisa mencabut pohon
2
Khalifah Agus, Sejarah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
besar dengan menyebut 3 kata, sementara seorang kiai dengan menyebut 3 kata
itu tidak bisa apa-apa. Seorang Mursyid sudah tahu cara mendengar suara gaib
dari dalam dirinya. Dari siapakah suara dalam dirinya, para Murshid sangat
mengenalinya. Percaya kepada ketentuan Allah yang baik ataupun yang buruk
termasuk dalam Rukun Iman. Tentu segala sesuatu atas ketentuan Allah SWT :
.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.3
Kemungkinan besar didalam pemikiran kita yang bukan termasuk seorang
murid sebuah tarekat, hal-hal yang bersifat gaib seperti peristiwa diatas sangat
terkesan aneh. Namun hal demikian menjadi sesuatu yang lazim dalam dunia
tasawuf. Dalam tarekat ini, Habib Rā‟is diperintahkan untuk menyusun
pengamalannya serta dhikir-dhikir yang digabungkan dari kelima tarekat
tersebut, serta menambahkan kedalamnya dhikir dari Ratib Muhammadiyah,
Ratib Rifā‟iyah, dhikir Asmaul Husna yang diambil dari kitab Shamsul Anwar
yang disusun oleh Shaikh Abdul Rahman Al-Maghribi, Hiẓib Shaikh Abu Hasan
As-Shadzily, dhikir dan wiridnya Habib Hashim bin Husain bin ahir (Shaikh
Murshid Tarekat At-Taufiqiyah An-Nuriyah) yang beliau sebut sebagai tarekat
Ahlu Bait, serta nadham-nadham maupun syair-syair.4 Perkembangan tarekat ini
dijalankan secara teratur dan sistematis. Kehidupan kelompok dalam tarekat ini
berada di bawah naungan majelis Al-Abrar dan dibentuknya zawiyah-zawiyah di
3
4
Al-Qur‟an, 2 (Al-Baqarah) : 20.
Khalifah Agus, Sejarah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
wilayah kabupaten atau kota. Upacara keagamaan dalam tarekat ini diantaranya
diadakannya pembacaan Manaqib Sheikh Abdul Qādir Jailāni dan nadham
Sheikh Kabir Ar-Rifā‟i, perayaan maulid Nabi Muhammad Saw, pembacaan
Maulid Ad-Diba‟i dan permainan debus.
Sedangkan kesadaran sosial dalam tarekat ini diwujudkan dalam
pemberian tunjangan sosial bagi masyarakat yang kurang mampu dan
memberikan bantuan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Bertarekat secara
langsung membentuk kehidupan berkelompok, hal ini merupakan tujuan utama
untuk menciptakan interaksi dalam berbagai pelayanan, sehingga dapat menjadi
ladang yang subur untuk menanam benih-benih silaturahmi serta perbuatan baik
lainnya diantara sesama manusia. Tarekat Muqtadiriyah dalam menjalankan
kehidupan berkelompok sekarang berada di rumah Murshid Muqtadiriyah di
Bekasi dan di zawiyah-zawiyah5 yang berada di beberapa kabupaten/kota bahkan
di luar negeri seperti Malaysia. Tujuan dari padepokan tarekat di atas, adalah
untuk mencapai suatu nilai pendidikan dan penyucian diri secara kolektif, yang
secara terus-menerus terjadi interaksi antara murshid dengan murid-muridnya.6
Bila ditinjau dari sisi lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu sistem
kerahasiaan, sistem kekerabatan persaudaraan, dan sistem hirarki seperti
Khalifah Tawajjuh atau Khalifah Suluk, Sheikh atau Murshid, Wali atau
Qutubh.7 Berkaitan dengan hal ini, tarekat Muqtadiriyah hadir di Sidoarjo yang
dibawa oleh Al-Habib Rā‟is Ridjaly, yang kemudian dipertemukan dengan
Bapak Hadi Sutrisno melalui perantara sang adik yang merupakan murid dari
5
Zawiyah adalah pusat kegiatan sufi
Khalifah Agus, Sejarah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2014)
7
A. Aziz Masyhuri, Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf (Surabaya : Imtiyaz, 2011), 2.
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Habib Rā‟is Ridjaly di Sulawesi. Bapak Hadi Sutrisno pun dibai‟at tarekat Tajul
khalwatiyah oleh Habib Muhammad Iman Habib pada tahun 2004. Kemudian
dibai‟at tarekat Qādiriyah Rifā’iyah Musṭafawiyah tahun 2007. Setelah itu,
Bapak Hadi Sutrisno dibai‟at oleh Habib Rā‟is Ridjaly tarekat Muqtadiriyah
pada tahun 2010. Hingga pada akhirnya Bapak Hadi Sutrisno diangkat dan
diberi kepercayaan sang murshid untuk menjadi khilafah di Sidoarjo Jawa
Timur.
Menurut Bapak Hadi Sutrisno, dengan dhikir dan ṣalawat kita bisa selalu
ingat kepada Allah dan RasulNya. Pada saat ini, Bapak Hadi Sutrisno
menyamarkan amaliyah ṣalawat dengan menggunakan seni Hadrah. Karena
sebelumnya, warga sekitar menganggap apa yang dilakukan Bapak Hadi
Sutrisno beserta jama‟ahnya itu sesat. Maka dari itu, beliau menambahkan unsur
seni yang sedang populer pada saat ini yaitu bershalawat dengan diiringi alat-alat
musik seperti rebana dan semacamnya, agar penafsiran warga yang menganggap
kegiatan tarekat Muqtadiriyyah itu sesat, bisa tersamarkan.8 Karena tarekat ini
masih baru dan terkesan awam bagi masyarakat sekitar lingkungan Bapak Hadi
Sutrisno, maka pengikut tarekat ini masih didominasi oleh orang di luar desa
dimana Bapak Hadi Sutrisno tinggal, seperti Tulangan, Candi dan Tanggul
Angin. Berawal dari situlah penulis tertarik untuk membahas lebih jauh
mengenai seluk-beluk tarekat tersebut. Selain itu, penulis akan memaparkan
unsur-unsur beberapa tarekat yang terdapat didalam tarekat Muqtadiriyah.
Hingga dapat diketahui akan tujuan dan motivasi dalam ajaran tarekat ini, yang
8
Hadi Sutrisno (Khalifah di sidoarjo), Wawancara, Sidoarjo, 28 September 2014.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
terkait dengan penggabungan lima tarekat menjadi tarekat baru. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka penulis ingin memaparkan kejadian itu dalam skripsi
dengan judul “ Sejarah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo Tahun 2006 – 2011 M
”.
B. Ruang Lingkup dan Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah penulisan skripsi,
penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Tarekat Muqtadiriyah?
2. Bagaimana Perkembangan Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo?
3. Bagaimana Respon Masyarakat Sidoarjo Terhadap Tarekat Muqtadiriyah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis akan menjelaskan
tujuan dari penulisan skripsi ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui tarekat Muqtadiriyah secara jelas.
2. Untuk mengetahui perkembangan tarekat Muqtadiriyah di Sidorjo.
3. Untuk
mengetahui
respon
masyarakat
Sidoarjo
terhadap
tarekat
Muqtadiriyah.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman yang lebih mendalam, maka penelitian ini dapat memberikan arti
guna kepada khazanah keilmuan.
Adapun hal-hal yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat :
1. Berguna sebagai catatan sejarah, terutama di perpustakaan Fakultas Adab
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
2. Berguna bagi umat Islam khususnya bagi penulis guna mengetahui informasi
ilmiah mengenai Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.
3. Untuk menambah literatur atau bahan pustaka khususnya di perpustakaan
UIN Sunan Ampel Surabaya.
4. Agar tarekat Muqtadiriyah lebih dikenal oleh masyarakat luas khususnya
umat Islam.
5. Untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar S1 di Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.
E. Penelitian Terdahulu
Menelusuri karya-karya tulis tentang tarekat-tarekat yang ada di Sidoarjo,
dapat saya temukan sebagai berikut :
1. Totok Sudarmanto, “Tarekat Siddiqiyyah di Desa Wage, Taman,
Sidoarjo (1985 – 2008) : Studi tentang Sejarah dan Ajaran Tarekat
Siddiqiyyah,” (Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya,
2009).
Dari hasil penelusuran karya-karya terdahulu yang membahas tentang
tarekat di Sidoarjo dapat disimpulkan bahwa belum ada karya tulis skripsi yang
membahas tentang Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.
F. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan historis.
Pendekatan tersebut akan mengungkapkan latar belakang sejarah, dimulai dari
asal-usul tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo, tokoh-tokoh serta dasar yang
digunakan tarekat Muqtadiriyah. Menurut Kuntowijoyo pendekatan historis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
adalah memandang suatu peristiwa masa lampau secara diakronis9, yaitu proses
sejarah yang mengalir dari masa lalu menuju masa kini dan berurutan secara
logis (memanjang dalam waktu). Dengan pendekatan historis ini, penulis
berusaha mengungkapkan bagaimana sejarah terbentuk dan munculnya tarekat
Muqtadiriyah di Sidoarjo, yang dilanjutkan dengan memperkenalkan para tokohtokoh tarekat Muqtadiriyah dan memaparkan tentang unsur-unsur yang
terkandung didalam tarekat Muqtadiriyah.
Dalam pembahasan skripsi kali ini, penulis memaparkan sejarah salah
satu tarekat yang ada di Indonesia yakni tarekat Muqtadiriyah. Tarekat ini
merupakan gabungan dari lima tarekat yang terdiri dari tarekat Qādiriyah
Rifā’iyah Musṭafawiyah – Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah. Yang mana
Murshid tarekat Qādiriyah Rifā’iyah Musthafawiyah, Al-Habib Rā‟is Ridjaly
Bin Hasyim Bin Husain Bin Ali Bin Abdurrahman Bin Abdullah bin Husein Bin
Thohir merupakan murid dari Mursyid tarekat Tajul Khalwatiyah wa
Sammāniyah, Al-Habib Muhammad Iman Bin Laode Abdul Hakim Al-Aydrus.
Dan sebaliknya Al-Habib Muhammad Iman Bin Laode Abdul Hakim Al-Aydrus
juga merupakan murid dari Al-Habib Rā‟is Ridjaly Bin Hasyim Bin Husein Bin
Ali Bin Abdurrahman Bin Abdullah Bin Husein Bin Thohir. Hingga pada
akhirnya Habib Muhammad Iman meninggal dunia dan gelar Murshid Tajul
Khalwatiyah wa Sammaniyah pun beralih kepada Habib Rā‟is Ridjaly. Maka
dengan itu, beliau mengembangkan kelima tarekat yang beliau pegang menjadi
9
Menurut Kuntowijoyo, sejarah itu pada dasarnya ialah ilmu diakronis. Diakronis ialah yang
memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang sempit. Ketika sejarah bersentuhan dengan ilmu
sosial, sejarah menjadi ilmu yang juga sinkronis. Artinya, selain memanjang dalam waktu, sejarah lalu
juga melebar dalam ruang. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah ( Jogjakarta: Yayasan Bintang Jaya,
1995)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
satu tarekat yaitu tarekat Muqtadiriyah. Dalam penggabungan antar lima tarekat
tersebut sang Murshid memiliki tujuan utama dalam amaliah dan ajarannya yaitu
kesempurnaan akhlaq.
Dengan menggunakan teori Talcott Parsons, tentang Fungsional
Struktural, menurutnya masyarakat sebagai suatu sistem memiliki struktur yang
terdiri dari banyak lembaga. Talcott Parsons berhasil mengurai lebih lanjut
konsep rasional barat pada dua tingkat yaitu tataran individu dan tataran
kelembagaan. Dalam teori ini, Parsons mengemukakan tentang konsep teori
fungsional struktural yang mencakup beberapa elemen kelompok, 10 yaitu : aktor
sebagai individu, aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai, memiliki berbagai
cara yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya, aktor diharapkan pada kondisi dan situasi yang dapat
mempengaruhi pemilihan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Aktor dihadapkan pada kondisi dan situasi yang dapat mempengaruhi
pemilihan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, aktor
dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam menentukan tujuan
yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, aktor mengambil
keputusan keputusan tentang cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan,
dipengaruhi oleh ide-ide dan situasi kondisi yang ada.
Dari teori di atas, diharapkan dapat mempermudah penulis dan pembaca
sekalian dalam memahami subtansi skripsi ini secara sistematis, ilmiah dan
10
Agus Salim, Perubahan Sosial; Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia (Yogyakarta
: Tiara Wacana, 2002), 100.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
integral dalam khazanah perbendaharaan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
tarekat.
G. Metode Penelitian
Dalam penyusunan rencana penelitian, penulis akan dihadapkan pada
tahap pemilihan metode atau teknik pelaksanaan penelitian. Metode yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Metode sejarah yaitu proses
menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data yang otentik
dan dapat dipercaya, serta usaha yang sintesis atas data semacam itu menjadi
kisah yang dapat dipercaya.11 Sebagai bentuk kajian sejarah yang berusaha
merekonstruksikan peristiwa-peristiwa masa lampau, penulisan skripsi memakai
metode penelitian sejarah yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Heuristik
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan sumber-sumber yang berdasarkan
bentuk, yaitu tertulis dan tidak tertulis maupun sumber-sumber yang berdasarkan
sifat, yaitu primer dan sekunder yang sesuai dengan topik atau permasalahan
dalam penelitian yang berjudul “ Sejarah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo
Tahun 2006 - 2011 M.
Adapun sumber yang penulis dapatkan berdasarkan dalam bentuk tertulis
adalah :
a. Berupa arsip dan dokumen tarekat Muqtadiriyah
Sumber yang penulis dapatkan berdasarkan dalam bentuk tidak tertulis
adalah :
11
Louis Gottschlak, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Noto Susanto (Jakarta : Universitas Indonesia
Perss, 1985), 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
a. Observasi langsung, yaitu pengamatan terhadap kegiatan ataupun amalan
tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo.
b. Wawancara langsung dengan pemimpin (Khalifah) dan pengikut tarekat
Muqtadiriyah. Metode wawancara ini penulis gunakan untuk memperoleh
data-data tentang tarekat Muqtadiriyah
Serta adapun sumber yang penulis dapatkan berdasarkan sifat primer adalah :
a. Karya-karya tulis Mursyid : Ternyata Surat Al-Fatihah Bisa Membuat Orang
Masuk Neraka.
b. Dokumentasi berupa gambar-gambar kegiatan tarekat.
c. Karya tulis khalifah Agus berupa file yang dikirim melalui via E-mail
Sumber yang penulis dapatkan berdasarkan sifat sekunder adalah :
a. Buku-buku, literatur, artikel, yang dipakai untuk membantu menganalisa dan
menjelaskan tentang penelitian ini.
2. Vertifikasi (Kritik Sumber)
Menyelidiki keautentikan sumber sejarah baik bentuk maupun isinya.
Yakni, membandingkan berbagai sumber yang ada dengan hasil wawancara
dengan narasumber.
a. Kritik Ekstern : (otentisitas)
Segi fisik : yaitu suatu kritik sejarah pada bagian luar (substansi
masalah) yang dilihat dari jenis tinta, gaya tulisan, kertas dan lain
sebagainya yang mendukung validitas dan keautentikan sumber data.
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan kritik tersebut, dikarenakan
keterbatasan instrumen yang ada dalam melakukan kritik tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
b. Kritik Intern :
kritik sejarah pada bagian dalam yakni mengenai substansi masalah
berkenaan dengan materi yang terkandung dalam data yang ada. Pada
penelitian ini, penulis melakukan kritik intern yakni pada sumbersumber yang penulis dapatkan dari data yang ada. Yakni penulis
melakukan perbandingan antar sumber-sumber yang telah didapat, yang
nantinya sumber terakurat akan digunakan dalam penulisan.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah seringkali
disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini data yang terkumpul dibandingkan
kemudian disimpulkan agar bisa dibuat penafsiran terhadap data tersebut
sehingga dapat diketahui hubungan kausalitas dan kesesuaian dengan masalah
yang diteliti.12
4. Historiografi
Setelah didapatkan fakta-fakta yang diperlukan, maka langkah
selanjutnya adalah menuliskannya kedalam bentuk tulisan deskriptif secara
kronologis atau diakronis dan sistematis, sebagaimana layaknya karya tulis
sejarah. Mengingat laporan penelitian ini merupakan karya ilmiah, maka penulis
mencoba menuangkan penelitian sejarah kedalam suatu karya berupa skripsi
nantinya. Penulisan ini diharapkan memberikan gambaran yang jelas mengenai
proses penelitian dari awal hingga akhir.
12
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), 64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Berkaitan dengan hal ini, penulis menguraikan tentang sejarah tarekat
Muqtadiriyah berdasarkan sumber yang berhasil penulis himpun mulai dari
profil singkat para Murshid, memaparkan tentang unsur-unsur tarekat yang
terdapat di dalam tarekat muqtadiriyah dan juga ajaran serta amaliyah tarekat
Muqtadiriyah.
H. Sistematika Bahasan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini secara runtun terdiri dari lima
bab termasuk didalamnya bab pendahuluan dan penutup, yang dijabarkan dalam
garis besarnya sebagai berikut :
Bab I
: Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian,
penelitian
terdahulu,
pendekatan dan kerangka teoritik, metode penelitian, sistematika
bahasan dan bahan / sumber.
Bab II
: Membahas tentang selayang pandang Tarekat Muqtadiriyah, yang
akan memaparkan tentang sejarah lahirnya, Tokoh-tokoh, konsep
dasar
dan
tarekat-tarekat
yang
terkandung
dalam
tarekat
Muqtadiriyah.
Bab III
: Membahas tentang Tarekat Muqtadiriyah yang ada di Sidoarjo.
Asal mula hadirnya tarekat Muqtadiriyah, peran khalifah Hadi
Sutrisno hingga menjelaskan tentang ajaran serta amaliyah tarekat
Muqtadiriyah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Bab IV
: Membahas tentang Respon Masyarakat Sidoarjo terhadapa Tarekat
Muqtadiriyah
dan
tentang
tipologi
para
pengikut
Tarekat
Muqtadiriyah.
Bab V
: Untuk bab kelima yaitu bab terakhir yang merupakan bab penutup,
bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
TAREKAT MUQTADIRIYAH DI SIDOARJO
A. Asal Mula Datangnya Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo
Datangnya tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo tidak terlepas dari peran Habib
Iman bin Abdul Hakim Al-Aydrus yang merupakan Shaikh di Sulawesi Tenggara
Indonesia. Beliau adalah keturunan Sultan Button sehingga memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam mengembangkan tarekat yang telah beliau terima dari
guru-gurunya. Beliau yang awal mula mengembangkan tarekat Tajul Khalwatiyah
wa Sammaniyah yang kemudian beliau dibai‟at dalam tarekat Qadiriyah,
Rifa’iyah wa Musṭafawiyah. Akhirnya pada tahun 2007 Habib Iman meninggal
dunia dan kedudukan sebagai murshid digantikan oleh Habib Rā‟is, beliau adalah
sheikh dari tarekat Qadiriyah, Rifa’iyah wa Musṭafawiyah. Setelah kedudukan
murshid dari tarekat Tajul Khalwatiyah wa Sammaniyah beralih padanya, maka
beliau menggabungkan kelima tarekat tersebut menjadi satu yang akhirnya
muncullah tarekat baru yang bernama tarekat Muqtadiriyah.1
Tarekat Muqtadiriyah tiba di Sidoarjo pada tahun 2010, dimana saat itu
khalifah Hadi dibai‟at menjadi khalifah tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo. Yang
pada awalnya bermula dari diperkenalkannya Khalifah Hadi dengan Habib Iman
bin Abdul Hakim Al-Aydrus oleh adik khalifah Hadi bernama Sugianto yang
merupakan murid Habib Iman pada saat itu. Hal tersebut terjadi pada tahun 2004
yang kemudian Khalifah Hadi diba‟iat dalam tarekat Tajul Khalwatiyah wa
Sammaniyah oleh Habib Iman. Pada tahun 2007 Khalifah Hadi kembali dibai‟at
1
Hadi Sutrisno, Wawancara, Sidoarjo, 28 September 2014
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
dalam tarekat Qadiriyah, Rifa’iyah wa Musṭafawiyah oleh Habib Iman bin Abdul
Hakim. Setelah Habib Iman meninggal dunia Khalifah Hadi menjalin komunikasi
dengan Habib Rā‟is melalui telepon. Hingga akhirnya pada tahun 2008, Khalifah
Hadi bertemu dengan Habib Rā‟is. Kemudian pada tahun 2010 Khalifah Hadi
dibai‟at dalam tarekat Muqtadiriyah oleh Habib Rā‟is di rumah Khalifah Hadi.
Karena pada saat itu Habib Rā‟is melakukan kunjungan ke tempat tinggal
Khalifah Hadi di Sidoarjo.
B. Peran Hadi Sutrisno Terhadap Perkembangan Tarekat Muqtadiriyah di
Sidoarjo
Dalam perkembangan tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo, Khalifah
Hadi memiliki peran yang sangat besar disini. Setelah mendapat izin
mengamalkan tarekat Muqtadiriyah oleh Habib Rā‟is, Khalifah Hadi mulai
menerapkan ilmu yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari. Karena ajaran
tarekat Muqtadiriyah mengacu pada kebaikan akhlak, maka hal tersebut haruslah
nampak dikehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan tarekat Muqtadiriyah di
wilayah sekitar beliau tidaklah mudah. Beliau awalnya mendapat kecaman dari
beberapa pihak, ternyata salah satu pihak adalah sama-sama pengikut tarekat.
Pihak tersebut mengabarkan berita tidak benar tentang kegiatan Khalifah Hadi
beserta jamiyahnya. Sehingga timbul respon negatif sebagian warga mengatakan
bahwa apa yang diikuti oleh khalifah Hadi adalah aliran sesat. Tak berhenti disitu,
hingga suatu ketika Khalifah Hadi didatangi oleh pihak berwajib karena diduga
menyebarkan alira sesat di daerahnya tersebut. Namun setelah mendapat kejelasan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
dari Khalifah Hadi bahwa apa yang mereka ikuti dan lakukan tidaklah jauh dari
Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Akhirnya mereka pun mulai bisa menerima. Demi
menghindari pemikiran negatif tentang kegiatannya, Khalifah Hadi memiliki
inisiatif untuk menambahkan unsur seni yang sedang populer pada saat ini, yaitu
berṣalawat dengan diiringi alat-alat musik seperti rebana dan semacamnya, agar
penafsiran warga yang menganggap kegiatan tarekat Muqtadiriyah sesat bisa
tersamarkan. 2
Usaha Khalifah Hadi tidaklah sia-sia dalam menyesuaikan apa yang
ada di lingkungannya. Sehingga dari sinilah banyak masyarakat yang mulai
tertarik untuk ikut dan mempelajari ajaran dar tarekat Muqtadiriyah. Selain itu
juga, disebabkan karna sikap Khalifah Hadi yang sangat ramah dan tidak pernah
memaksa pihak manapun untuk mengikuti apa yang beliau anut. Maka sebagian
jamiyah tarekat Muqtadiriyah tertarik dengan sendirinya untuk mempelajari
ajarannya lebih dalam dengan menjadi murid dari sang Murshid. Hingga akhirnya
Khalifah Hadi dapat menghimpun jamiyah sebanyak 50 orang. Disini jamiyah
tarekat Muqtadiriyah di dominasi oleh warga desa Tulangan, Candi, Porong dan
Tanggulangin sendiri. Namun yang berada di Tanggulangin sangatlah minim.
Disisi lain, Khalifah Hadi adalah orang yang sangat konsisten terhadap perintah
gurunya. Sehingga ia dapat menjadikan zawiyah yang ada di Sidoarjo ini menjadi
acuan dan contoh bagi zawiyah-zawiyah lainnya yang ada di Indonesia. Karena
Kahlifah Hadi sangat memperhatikan segala hal yang dilakukan dalam kegiatan
tarekat Muqtadiriyah dan menjadikan hal tersebut tertata rapi dan teratur.
2
Hadi Sutrisno, Wawancara, Sidoarjo, 15 Januari 2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
C. Ajaran dan Amaliah Tarekat Muqtadiriyah di Sidoarjo
Ajaran-ajaran dalam tarekat dapat dibedakan menjadi dua yaitu ajaranajaran yang bersifat khusus dan umum. Pertama, ajaran-ajaran bersifat khusus,
yaitu amalan yang benar-benar dilaksanakan pengikut sebuah tarekat, dan tidak
boleh diamalkan orang di luar tarekat atau pengikut tarekat lain. Kedua, ajaranajaran yang bersifat umum, yaitu amalan-amalan yang ada dan menjadi tradisi
dalam tarekat, tetapi amalan itu juga biasa dilakukan oleh masyarakat Islam di
luar pengikut tarekat.3
Salah satu yang diajarkan dalam Tarekat Muqtadiriyah adalah Ilmu
‘Abdul Qadir al-Jailāni. Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni, menurut Tarekat
Muqtadiriyah adalah suatu ilmu terapan atas diri seorang manusia, sehingga
secara jasmani dan ruhani, ia dapat mencapai suatu pengalaman (hāl), membuka
segala hijab yang selama ini pada tatanan shariat, tidak dapat mencapainya
secara mutlak. Penekanan yang tersirat di dalam Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni,
lebih kepada fungsi seorang manusia sebagai hamba Allah, dan bukan
penekanan secara agamis. Dalam pelaksanaannya, seluruh aspek diwarnai
dengan sisi-sisi substansi agama Islam, sehingga lebih terkesan bahwa Ilmu
‘Abdul Qadir al-Jailāni adalah ilmu agama Islam, padahal ia mencakup seluruh
hukum kemanusiaan.
Dinamakan Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni, karena dinisbatkan kepada
Sheikh „Abdul Qadir al-Jailāni. Ilmu ‘Abdul Qadir al-Jailāni dikenal sebagai
Martabat 13, yang merupakan suatu tanda bagi inti pelajaran yang harus
3
Masyhuri, Ensiklopedi, 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
diketahui oleh setiap manusia yang akan menjadi bagian terpenting supaya
manusia tersebut selamat dari dunia sampai akhirat. Martabat 13 adalah suatu
ilmu yang sangat dirahasiakan oleh guru-guru yang murshid dari yang bukan
ahlinya, agar manusia dapat berakhlak di dalam meniti jalan kembali keada
Allah SWT. Penjelasannya praktis, tetapi dibutuhkan keahlian dari sang murshid
dalam membimbing muridnya ke arah tersebut, karena bila murshid tidak
dibimbing oleh suatu keahlian yang khas para murshid, maka akan terpeleset
jatuh moral dan martabatnya.4
Menurut murshid tarekat ini, dengan menguasai dan memahami ilmu
martabat 13, yang merupakan perangkat untuk mencapai manusia sempurna
(insan kāmil), seseorang akan hidup memahami makna ayat di atas. Dan
penguasaan ilmu ini-biasanya-dipegang oleh mayoritas kaum lelaki, karena
dalam dirinya terdapat “perangkat” efektifnya. Melalui perkawinan, ilmu ini
terimplementasi, serta istri dapat mengetahui dari suaminya.Ilmu tersebut
dijabarkan dalam versi yang terkesan berlainan, tetapi bila dimaknai, terlihat
maksudnya hanya satu, yaitu mencapai manusia paripurna.
Sedangkan amaliah tarekat Muqtadiryah sendiri selain ajaran-ajaran
yang telah dijelaskan sebelumnya, tarekat Muqtadiriyah memiliki beberapa
amaliyah-amaliyah yang harus dilaksanakan oleh setiap murid. Amaliyahamaliyah ini bisa juga disebut dengan ajaran yang bersifat umum, karena bisa
dilakukan oleh masyarakat Islam di luar pengikut tarekat. Amalan ini bisa
dilaksanakan secara individual (fardiyyah) maupun secara kolektif (jamaah).
4
Khalifah Agus, Tarekat Muqtadiriyah ( Bogor: t. P, 2015)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Secara jelasnya, tarekat Muqtadiriyah memiliki amalan-amalan yang wajib
dilakukan oleh setiap muridnya. Diantaranya adalah dhikir, dhikir yang
dimaksud dalam tarekat Muqtadiriyah adalah dhikir bima’na ḥas. Dhikir
bima’na ḥas adalah “hudurul qalbi ma’allah” (hadirnya hati kita bersama
Allah). Dhikir dalam arti khusus ini terbagi dua, yakni dhikir jahr dan dhikir
khafi. Dhikir jahr adalah melafalkan kalimat tayibah yakni “lāilāha illallāh”
secara lisan dengan suara keras dan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan dhikir
khafi adalah ingat kepada Allah dengan dhikir isbat saja yaitu mengingat nama
“Allah” secara sirr di dalam hati dengan cara-cara yang diterangkan dalam
talqin. Adapun pembagian amaliyah tarekat Muqtadiriyah, antara lain :
1. Amaliah Farḍiyyah (Individual)
Dalam hal ini berkaitan dengan amalan tarekat Muqtadiriyah, setiap
murid mengamalkan dhikirullah tarekat Tajul Khalwatiyah wa Samaniyah
dengan membaca kalimat tayibah lāilāha illallah sebanyak 100 kali
secara sirr. Kemudian dilanjutkan dengan dhikirullah tarekat Qadiriyah
dengan membaca kalimat lāilāha illallah sebanyak 300 kali secara jahr.
Dhikir-dhikir tersebut merupakan amalan yang harus dilakukan setiap
hari oleh semua murid dan ikhwan tarekat Muqtadiriyah di rumah
masing-masing setelah melakukan ṣalat farḍu.
2. Amalan dhikir yang dilakukan secara kolektif (berjama’ah)
Amalan ini dipimpin oleh sang khalifah5, doa-doa yang dibaca yaitu :
5
Khalifah Agus Haryono, Tarekat Muqtadiriyah ( Bogor: t. P, 2015)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
a. Tawaṣul kepada Baginda Rasulullah beserta ahli bait, para ṣahabat,
tabi’in-tabi’in dan kepada para sheikh dari kelima tarekat yang
merupakan unsur dari tarekat Muqtadiriyah.
b. Membaca ṣalawat nabi6
Contoh bacaan ṣalawat yang diamalkan :
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ص ِّل َعلى َُُ َم ٍد
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى نَبِيِّ َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َر ُس ْول َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َحبِْيبِ َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
اَللّه َم ص ِل على ِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
صفيِّ َ
يَ َار ِّ
ُ َّ َ َ
ب َ
ِِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َخلْيل َ
يَ َار ِّ
ب َ
اَللّ ُه َم َ
ِِ
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
ك
ص ِّل َعلى َجلْيل َ
يَ َار ِّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ص ِّل َعلى ا تَ ِّو ِج
اَللّ ُه َم
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
يَ َار ِّ
َ
ب َ
ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ص ِّل َعلى ا َش ّف ِع
ص ّل َعلَْيه َو َسلّ ْم
يَ َار ّ
اَللّ ُه َم َ
ب َ
ُ
ص ِّل َعلى ا َ ِّوِر
اَللّ ُه َم
ص ِّل َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم
يَ َار ِّ
َ
ب َ
ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ص ّل َعلَْيه َو َسلّ ْم
اَللّ ُه َم ْ
اج َع ْلَا نُُزْوَرُ
يَ َار ّ
ب َ
ب وار َحَْا َِ
ِ
َْي ًعا
اَللّ ُه َم َو ْار َح ْم َوالِ ِديْ َن
يَ َار ّ َ ْ
اَُ َمد ُمْ ِزُل ا َََئِ ِق ِم َن اَْ َهَ ِم
اَللّ ُه َم ِِ ا ُ ْس ِر َشافِعَُ ُ
ف َسٍََم َعلَى َخ َِ
اَ الَر ُس ْوِل الْ َك ِرِْي
اَلْ ُ
واَلْف ٍ ِ
ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَْي ِه
صََة َعلَْيه َو َسلَ َم َ
َ ُ َ
Khalifah Agus, Soft File Amaliyah Tarekat Muqtadiriyah (Bogor : t. P, 2015).
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
c. Membaca Ratib Habib Imam Quṭbi al-Irshad7. Ratib ini milik tarekat
Alawiyah. Meskipun tarekat Alawiyah bukan termasuk unsur dari
ajaran tarekat Muqtadiriyah, Ratib Habib Imam ini dibaca karena sang
Murshid masih ada keturunan Alawiyin sehingga mengamalkan ratib
tersebut.
d. Membaca Naẓam Rifa‟i8. Naẓam ini merupakan amalan dari tarekat
Rifa‟iyah, maka disebut dengan naẓam Rifa‟iyah. Dhikir Rifa‟iyah
lebih cenderung berisi tentang puji-pujian. Sehingga disini disebut
dengan naẓam.
e. Kemudian membaca dhikir Samman
Dhikir samman ini melafalkan kalimat tayibah lāillaha illallah yang
dipecah menjadi 7 lafal. Namun pada dasarnya semua lafal itu berasal
dari kalimat lāillāha illallah.9Adapun tata cara membacanya sebagai
berikut :
1. Duduk seperti dalam tashahud awwal
2. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha
3. Memejamkan kedua mata seraya menundukkan kepala
4. Disaat melafalkan lāillāha illallah kedua tangan sambil menepuknepuk
paha
hingga
seiring
dengan
lantunan
dhikir
seraya
menggerakkan kepala.
7
Agus, Tarekat Muqtadiriyah (Bogor, t. P, 2015)
Agus, Tarekat Muqtadiriyah (Bogor, t. P, 2015)
9
Hadi Sutrisno, Wawancara, Sidoarjo, 15 Januari 2015
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
5. Kemudian membaca lafadh lāillaha illallah– illallah illallah – hullah
hullah – ha ī ha ū – Allah Allah sebanyak-banyaknya yang ditutup
dengan lafadh lāillāha illallahū Muhammadur Rasulullāh.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa paparan dan analisa pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tarekat Muqtadiriyah merupakan gabungan dari lima tarekat, yaitu
tarekat Qadāriyah, Rifā’iyah, Musṭafawiyah, Tajul Khalwatiyah wa
Sammāniyah..
2. Tarekat Muqtadiriyah dapat hadir di Sidoarjo melalui perantara Hadi
Sutrisno selaku Khalifah di Sidoarjo Jawa Timur. Yang mana pada
awalnya beliau menerima amanah atau izin untuk mengamalkan ajaran
tarekat Muqtadiriyah dari Habib Rā’is Ridjaly pada tahun 2010.
3. Respon masyarakat Sidoarjo terhadap kedatangan tarekat Muqtadiriyah
cukup baik dan diterima begitu saja, yaitu masyarakat Nahḍatul Ulama
dan Muhammadiyah meskipun sedikit bertentangan dengan paham
mereka
B. Saran
1. Bagi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, penulis
mengharap adanya penelitian lebih lanjut tentang Tarekat Muqtadiriyah
ini hingga dapat melengkapi karya tulis ini menjadi lebih baik dan akurat.
2. Mengingat tarekat Muqtadiriyah banyak menarik murid dari kalangan
yang masih awam dalam beragama dan khususnya kaum pemuda, maka
perlu adanya penguatan aspek-aspek keagamaan mendasar yang harus
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
diperhatikan, sehingga tidak menimbulkan murid yang salah memahami
syariah Islam secara keseluruhan.
3. Diperlukan pendataan secara lebih akurat dengan membuat data yang
mudah diakses dengan teknologi informasi agar informasi tentang tarekat
Muqtadiriyah dapat menyebar luas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
SELAYANG PANDANG TAREKAT MUQTADIRIYAH
A. Sejarah Lahirnya Tarekat Muqtadiriyah
Tarekat adalah suatu jalan yang didirikan oleh seseorang yang memiliki
kwalifikasi wilayah spiritual dengan baik, benar dan tepat, sehingga dengan
metode dzikir ataupun pengamalan lainnya yang diajarkan kepada jama’ahnya
(murid-muridnya), akan menjadi cara-cara yang sangat efektif untuk mencapai
pencerahan hati yang menjadi idaman semua manusia dalam hidup ini sampai di
akhirat kelak. Telah banyak tarekat yang didirikan, boleh dikatakan sampai
ratusan tarekat yang ada sekarang ini, apakah tarekat itu telah berskala
menyeluruh (mendunia), atau masih bersifat lokal saja. Walau demikian tidak
tertutup kemungkinan akan lahir lagi berbagai bentuk tarekat yang lainnya (yang
baru). Misalnya sebelum lahirnya tarekat Sammāniyah (tarekat Muhammadiyah),
Shaikh Muhammad bin „Abdul Kārim al Madani al Shafi’i al Sammān, adalah
membuka cabang tarekat Khalwatiyah. Disamping memiliki khirqat tarekat
Khalwatiyah, beliau juga memiliki kharqat (hak mengajar) dari tarekat lainnya,
yaitu tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah, tapi kemudian Shaikh
Sammān meracik dengan memadukan tehnik-tehnik dhikir, bacaan-bacaan
lainnya, dan ajaran mistis semua tarekat yang beliau miliki, dengan menambahkan
beberapa hal baru, seperti Qashidāh serta naẓam yang disusunnya sendiri.
Racikan berbagai tarekat ini kemudian menjadi satu nama : “Tarekat
Sammāniyah”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Pola tarekat ini tidaklah Genuine (Asli), karena hal ini juga bukanlah suatu
persoalan baru dalam dunia tasawwuf, karena ada juga contoh yang lainnya yang
membentuk ajaran tarekat bukan “asli”, adalah Shaikh Uthmān al Mirghani yang
mendirikan tarekat “Khatmiyah”, yang tidak lain merupakan racikan dari
penggabungan tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah, Shaziliyah, Junaidiyah dan
Mirghāniyah. Ada juga yang terjadi di Nusantara (Indonesia), Shaikh Ahmad
Khatib Sambas, seorang ulama Kalimantan yang menetap di Makkah
(pertengahan abad 19), melahirkan tarekat dengan nama “Qādiriyah wa
Naqshabandiyah”, yang mana beliau meracik dari 5 (lima) tarekat yang beliau
miliki hak untuk mengajarnya, yaitu tarekat Naqshabandiyah, Qādiriyah,
Anfasiyah, Junaidiyah dan tarekat al Muwāfaqah.1
Semangat yang tumbuh di dalam diri jama’ah dalam pengalaman beberapa
jenis tarekat, sebagaimana contoh-contoh di atas, tidak kemudian menjadi surut
dikarenakan racikan baru dan dengan nama baru pula, karena sesungguhnya
racikan baru hanya merupakan ke-khas-an dari Shaikh atau Murshid yang
memimpinnya, sedangkan kandungannya menghimpun seluruh nilai tarekat yang
diamalkan sebelumnya. Tarekat Muqtadiriyah merupakan gabungan dari lima
tarekat,
diantaranya
tarekat
Qādiriyah,
Rifā’iyah,
Mus afawiyah,
Tajul
Khalwatiyah wa Sammāniyah. Hal tersebut berdasarkan ilham yang telah diterima
oleh sang Murshid, yaitu Sheikh Habib Rā’is Ridjaly bin Hashim bin Husein bin
Ali bin Abdul Rahman bin Abdullah bin Husain bin
ahir Arbabul Qabḍi dari
Allah SWT, melalui kebenaran Sayyidina Muhammad SAW dan lantaran barakat
1
Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia(Jakarta : Prenada Media, 2005), 182-184.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Tuan Wali Shaikh Abdul Qādir Jailāni, Tuan Wali Shaikh Yusuf Gowa dan Tuan
Wali Sheikh Musṭafābin Shaikh Muhyiddin. Habib Rā’is telah diberi izin atau
diperintahkan untuk menggabungkan kelima tarekat (Qādariyah, Rifā’iyah,
Mus afawiyah, Tajul Khalwatiyah wa Sammāniyah) menjadi satu nama, yaitu
tarekat Muqtadiriyyah. Perintah itu diterima oleh Habib Rā’is dalam tafakur
beliau, pad