Perbedaan Skor Pengan Karies Antara Maloklusi Ringan Dan Maloklusi Berat Pada Siswa SMA Swasta Eria Chapter III VI

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu penelitian untuk mencari perbedaan antara variabel bebas (faktor
resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran pada suatu
saat. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap gigi dengan maloklusi
ringan dan berat serta hubungannya dengan karies pada siswa-siswi SMA Swasta
Eria.

3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Eria, Jalan Sisingamangaraja XII No.
198 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan bulan September 2016 – Mei 2017.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Swasta Eria yang
berjumlah 870 orang.

3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Swasta
Eria yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling. Jumlah sampel didapatkan berdasarkan perhitungan besar
sampel.

n=





2

(Pα-Po)2


Universitas Sumatera Utara

Keterangan:27
n

: Besar sampel minimum



: Deviat baku normal untuk α = 5% Zα = 1,96



: Deviat baku normal untuk β = 10% Zβ = 1,282

Po

: Proporsi pada penelitian sebelumnya2 = 36% atau 0,36

Pα-Po : Selisih proporsi 20%



: Proporsi variabel yang diharapkan = 16% atau 0,16

Maka n = {1,96√

}2

+ 1,28 √
2

= 47,5

Dengan demikian besar sampel minimum yang dibutuhkan adalah 50 orang
sampel dengan maloklusi ringan dan 50 orang sampel dengan maloklusi berat yang
terdapat pada SMA Swasta Eria.

Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini terdiri dari:
1. Siswa-siswi SMA Swasta Eria

2. Semua gigi permanen telah erupsi (kecuali M3)
3. Kesehatan umum baik
4. Menyetujui informed consent
5. Terdapat maloklusi ringan (skor HMAR 5 ‒ 14)
6. Terdapat maloklusi berat (skor HMAR ≥ 15)
7. Belum pernah dan tidak sedang dalam perawatan ortodonti
Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi untuk sampel penelitian ini terdiri dari:
1. Siswa-siswi SMA Swasta Eria yang masih terdapat gigi desidui
2. Telah selesai perawatan ortodonti

Universitas Sumatera Utara

2.4

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Kaca mulut
b. Sonde

c. Pinset
d. Masker
e. Sarung tangan
f. Alat tulis
g. Kaliper
h. Penggaris besi
i. Sendok cetak ukuran M dan L
j. Rubber bowl
k. Gips Spatula
l. Rubber base
m. Glass lab
n. Nierbeken

Gambar 6. Alat yang digunakan pada penelitian

Universitas Sumatera Utara

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Air
b. Alginate

c. Dental stone
d. Gips putih
e. Alkohol 70%

Gambar 7. Bahan yang digunakan pada penelitian

2.5

Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Berdasarkan variabel penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa defenisi
operasional penelitian sebagai berikut:
 Variabel bebas
1. Siswa SMA Swasta Eria adalah siswa yang tercatat aktif bersekolah di
SMA Swasta Eria Medan selama waktu penelitian berlangsung.
2. Laki-laki adalah siswa yang tercatat di kartu pelajar sebagai laki-laki.
3. Perempuan adalah siswa yang tercatat di kartu pelajar sebagai perempuan.
4. Maloklusi ringan adalah maloklusi yang dinilai dengan indeks HMAR
yang mempunyai skor 5 ‒ 14.
5. Maloklusi berat adalah maloklusi yang dinilai dengan indeks HMAR yang

mempunyai skor ≥ 15.
6. Variabel-variabel yang dinilai sesuai indeks HMAR adalah:

Universitas Sumatera Utara

A. Penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra arch deviation)
i)

Segmen Anterior
Setiap gigi anterior rahang atas yang terlibat diberi skor 2, dan setiap gigi
anterior rahang bawah diberi skor 1.

a.

Gigi absen (missing) adalah gigi yang tidak terdapat dalam mulut,
termasuk jika tinggal akar gigi (radiks). Pemeriksaan dilakukan pada
model gigi dengan skala nominal.

b.


Gigi berjejal (crowded) adalah keadaan gigi berjejal yang dilihat secara
visual dengan adanya gigi yang tidak pada susunan yang seharusnya
ataupun adanya gigi yang tumpang tindih dengan gigi lain. Pemeriksaan
dilakukan pada model gigi dengan skala nominal.

c.

Gigi rotasi (rotation) adalah perpindahan atau pergeseran posisi gigi dari
sumbu gigi yang sebenarnya (normal). Pemeriksaan dilakukan pada
model gigi dengan skala nominal.

d.

Diastema (spacing) adalah keadaan gigi bercelah yang dilihat secara
visual adanya celah antara satu gigi dengan gigi lain. Pemeriksaan
dilakukan pada model gigi dengan skala nominal.

ii) Segmen posterior
Setiap gigi yang terlibat diberi skor 1. Cara penilaian seperti segmen
anterior.

B. Kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi (inter arch
deviation
i)

Segmen Anterior
Untuk setiap gigi rahang atas yang terlibat diberi skor 2

a.

Jarak gigit (overjet) adalah adalah jarak antara tepi insisal bagian lingual
gigi insisivus sentralis maksila ke tepi insisal bagian labial gigi insisivus
sentralis mandibular dalam arah horizontal diukur menggunakan kaliper
dengan skala nominal.

Universitas Sumatera Utara

b.

Tumpang gigit (overbite) adalah jarak antara gigi insisivus atas dengan
mahkota klinis insisivus bawah dalam arah vertikal diukur menggunakan

kaliper dalam skala nominal.

c.

Gigitan silang (crossbite) adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih gigi
berada pada posisi abnormal baik dalam arah bukal, lingual, atau labial
dalam hubungannya dengan geligi antagonisnya. Pemeriksaan dilakukan
pada model gigi dengan skala nominal.

d.

Gigitan terbuka (openbite) adalah keadaan oklusi dimana gigi insisivus
atas tidak beroklusi dengan gigi insisivus bawah (gigitan terbuka) diukur
dari insisal insisivus sentralis rahang atas ke insisal insisivus rahang
bawah pada model gigi dengan menggunakan skala nominal.

ii) Segmen posterior
Untuk setiap gigi yang terlibat diberi skor 1.
a.


Kelainan anteroposterior yaitu kelainan oklusi dimana pada waktu oklusi
gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua serta gigi molar
pertama bawah berada disebelah distal atau mesial gigi antagonisnya.
Pemeriksaan dilakukan pada model gigi dengan skala nominal.

b.

Gigitan silang (crossbite) adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih gigi
berada pada posisi abnormal baik dalam arah bukal, lingual, atau labial
dalam hubungannya dengan geligi antagonisnya. Pemeriksaan dilakukan
pada model gigi dengan skala nominal.

c.

Gigitan terbuka (openbite) adalah pada waktu keadaan oklusi terdapat
celah antara gigi posterior atas dan bawah. Pemeriksaan dilakukan pada
model gigi dengan skala nominal.

C. Kelainan dentofasial
i.

Celah bibir adalah kelainan kongenital pada bibir atas yang membentuk
celah yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan prosesus maksilaris
dengan prosesus medial nasal saat masa embrio. Pemeriksaan dilakukan
secara langsung pada sampel penelitian dan diberi skor 8.

Universitas Sumatera Utara

ii. Palatal bite adalah keadaan bibir bawah terletak di palatal gigi insisivus
atas. Pemeriksaan dilakukan secara langsung pada sampel penelitian dan
diberi skor 8.
iii. Gangguan oklusi adalah gangguan dalam keharmonisan oklusi gigi yaitu
hambatan relasi sentrik ke oklusi sentrik. Pemeriksaan dilakukan secara
langsung pada sampel penelitian dan diberi skor 8.
iv. Keterbatasan

fungsi

rahang

adalah

gangguan

pada

sendi

temporomandibula yang dapat mempengaruhi sendi temporomandibula
atau otot-otot pengunyahan. Pemeriksaan dilakukan secara langsung pada
sampel penelitian dan diberi skor 8.
v.

Asimetri wajah adalah ketidakseimbangan yang terjadi pada wajah dalam
hal ukuran, bentuk dan posisi pada sisi kiri dan sisi kanan. Pemeriksaan
dilakukan secara langsung pada sampel penelitian dan diberi skor 8.

vi. Gangguan bicara dapat berupa gangguan artikulasi (penghilangan,
penambahan atau distorsi suara sehingga bicara menjadi kurang jelas),
kelancaran atau kualitas bicara (stuttering atau gagap ditandai dengan
kecepatan, dan pengulangan suara, kata, kalimat). Pemeriksaan dilakukan
secara langsung pada sampel penelitian dan diberi skor 8.
 Variabel terikat
1.

Karies gigi adalah kerusakan pada jaringan keras gigi ditandai dengan
adanya lubang pada gigi (kavitas) dan apabila dilakukan sondasi, maka
sondasi akan tersangkut. Pemeriksaan dilakukan secara langsung pada
sampel penelitian dan dikategorikan sesuai indeks Decay Missing FillingTooth (DMF-T). Decay Missing Filling-Tooth (DMF-T) sebagai indikator
status kesehatan gigi yang merupakan penjumlahan dari indeks Decaytooth (D-T), Missing-tooth (M-T), dan Filling-tooth (F-T) yang
menunjukkan banyaknya kerusakan gigi yang pernah dialami seseorang
baik berupa:

Universitas Sumatera Utara

a.

Decay/D adalah gigi yang mengalami karies atau gigi berlubang, gigi
dengan tumpatan sementara. Pemeriksaan dilakukan secara langsung pada
sampel penelitian dengan skala nominal.

b.

Missing/M adalah gigi yang hilang atau telah dicabut. Pemeriksaan
dilakukan secara langsung pada sampel penelitian dengan skala nominal.

c.

Filling/F adalah gigi yang ditambal dengan tumpatan permanen.
Pemeriksaan dilakukan secara langsung pada sampel penelitian dengan
skala nominal.

 Variabel terkendali
1.

Usia adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang
sampai dengan waktu penghitungan usia. Pemeriksaan dilakukan secara
langsung pada sampel penelitian dengan skala nominal.

2.

Jenis kelamin berdasarkan kartu tanda penduduk atau kartu tanda pelajar.
Pemeriksaan dilakukan secara langsung pada sampel penelitian dengan
skala nominal.

3.

Keterampilan operator adalah keterampilan operator dalam melakukan
penelitian. Pemeriksaan dilakukan secara langsung pada sampel
penelitian dengan skala nominal.

 Variabel tidak terkendali
1.

Sosioekonomi adalah tingkat sosioekonomi seseorang dilihat dari segi
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dalam suatu masyarakat yang
membedakannya dengan orang lain. Pemeriksaan dilakukan secara
langsung pada sampel penelitian dengan skala nominal.

2.

Kebiasaan buruk adalah tindakan yang terjadi berulang-ulang secara
otomatis yang melibatkan kontraksi otot yang dapat mengganggu otot
yang terkait dengan pertumbuhan gigi sehingga dapat menimbulkan
anomali letak gigi dan hubungan rahang.

Universitas Sumatera Utara

2.6

Prosedur Penelitian

1. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah agar dapat melakukan
penelitian di SMA Swasta Eria.
2. Menjelaskan mengenai penelitian yang dilakukan kepada siswa-siswi.
3. Peneliti melakukan pemeriksaan pada siswa-siswi untuk menentukan
sampel penelitian.
4. Pemberian inform concern pada siswa-siswi yang menjadi sampel untuk
diisi sebagai lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan.
5. Melakukan pencetakan gigi pada sampel dengan jumlah pencetakan per
hari 10 siswa.
6. Setelah melakukan pencetakan gigi kemudian diisi dengan dental stone
untuk mendapatkan model gigi.
7. Melakukan pemeriksaan intra oral pada sampel untuk menentukan karies
gigi dengan indeks DMF-T.
8. Melakukan pemeriksaan dan pengukuran model gigi berdasarkan indeks
HMAR.
9. Peneliti mengelompokkan model gigi berdasarkan maloklusi ringan dan
maloklusi berat.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Prosedur penelitian 1) Menjelaskan penelitian,
2) Pencetakan gigi rahang bawah, 3) Pencetakan gigi rahang atas,
4) Pemeriksaan DMFT

2.7

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi.

2.8

Analisis Data

Data perbedaan skor pengalaman karies antar maloklusi ringan dan berat pada
siswa SMA Swasta Eria dianalisis menggunakan uji T independen untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan skor karies antara maloklusi ringan dan berat.

2.9

Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan (informed consent)
2. Ethical clearance dari komisi etik

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran responden siswa-siswi di SMA Swasta Eria
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan (58%)
lebih banyak daripada laki-laki (42%). Persentase siswa-siswi SMA Swasta Eria yang
mengalami maloklusi ringan (50%) dan yang mengalami maloklusi berat (50%)
(Tabel 1).
Tabel 1. Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin dan kategori maloklusi pada
siswa-siswi di SMA Swasta Eria (n=100)
Karakte ristik Responden
N
%
Jenis Kelamin
Laki-laki
42
42
Perempuan
58
58
Kategori Maloklusi
Maloklusi Ringan
50
50
Maloklusi Berat
50
50

4.1.1 Rerata distribusi penyimpangan gigi dengan menggunakan Indeks
Maloklusi HMAR pada siswa-siswi SMA Swasta Eria
Hasil penelitian distribusi penyimpangan gigi pada rahang atas dan rahang
bawah yang dinilai dengan model studi rahang atas dan rahang bawah menunjukkan
rerata gigi hilang (0,23
dan diastema (0,25

0,42), gigi berjejal (0,96

0,19), gigi rotasi (0,28

0,45)

0,43) (Tabel 2).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Distribusi penyimpangan gigi pada rahang atas dan rahang bawah
Penyimpangan gigi
Ada
Tidak Ada
Rerata
penyimpangan
gigi (
SD)
n
%
n
%
Gigi hilang
77
77
23
23
0,23 0,42
Gigi berjejal
96
96
4
4
0,96 0,19
Gigi rotasi
28
28
72
72
0,28 0,45
Diastema
25
25
75
75
0,25 0,43
Pada Tabel 3 terlihat distribusi kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam
keadaan oklusi di regio anterior menunjukkan rerata jarak gigit berlebih
(0,19

0,39), tumpang gigit berlebih (0,06

gigitan terbuka (0,02

0,30) dan

0,14), sedangkan pada regio posterior menunjukkan rerata

kelainan anteroposterior (0,65
terbuka (0,32

0,23), gigitan silang (0,10

0,47), gigitan silang (0,51

0,50) dan gigitan

0,46) (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi
Regio
Kelainan
Ada
Tidak Ada
Rerata
hubungan gigi
kelainan
kedua rahang
hubungan
dalam keadaan
gigi kedua
oklusi
rahang dalam
keadaan
oklusi
(
SD)
n
%
N
%
Anterior
Jarak gigit
81
81
19
19
0,19 0,39
berlebih
Tumpang gigit
6
6
94
94
0,06 0,23
berlebih
Gigitan silang
10
10
90
90
0,10 0,30
Gigitan terbuka
2
2
98
98
0,02 0,14
Posterior
Kelainan
65
65
35
35
0,65 0,47
anteroposterior
Gigitan silang
51
51
49
49
0,51 0,50
Gigitan terbuka
32
32
68
68
0,32 0,46

Universitas Sumatera Utara

4.2 Perbedaan pengalaman karies dengan menggunakan Indeks DMFT
pada maloklusi ringan dan maloklusi berat
Tabel 4 menunjukkan DMFT secara umum 3,07
maloklusi ringan mempunyai DMFT 2,62
mempunyai DMFT 3,52

2,51 dengan kategori

2,08, sedangkan kategori maloklusi berat

2,82. Kategori maloklusi ringan mempunyai DMFT yang

lebih rendah dibandingkan dengan kategori maloklusi berat. Hasil analisis
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua kategori maloklusi
dengan indeks DMFT (p=0,073).

Tabel 4. Hasil analisis kategori maloklusi dengan rerata DMFT pada siswa-siswi
SMA Swasta Eria
DMFT
Kategori maloklusi
N
Rerata DMFT
Hasil analisis
SD)
(
Maloklusi ringan
Maloklusi berat
Total

50
50
100

2,62
3,52
3,07

2,08
2,82
2,51

p = 0,073

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN

Handicapping Malocclusion Assessment Record (HMAR) merupakan indeks
penilaian maloklusi yang mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan peka
terhadap semua tingkatan maloklusi. Untuk penilaian maloklusi ini tidak memerlukan
alat khusus, sehingga penilaian maloklusi dengan indeks HMAR lebih menyerupai
penilaian status kesehatan gigi dengan indeks DMFT.22 Penilaian maloklusi
dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung pada model studi yang memenuhi
kriteria inklusi. Distribusi hasil penelitian ini terdiri dari penyimpangan gigi dalam
satu rahang, kelainan hubungan kedua rahang dalam keadaan oklusi, kelainan
anteroposterior, dan kelainan dentofasial.3
Tabel 1 menunjukkan gambaran responden berdasarkan jenis kelamin dan
kategori maloklusi pada siswa-siswi di SMA Swasta Eria. Penelitian ini dilakukan
pada siswa-siswi SMA Swasta Eria dengan jumlah responden penelitian 100 orang
yang terdiri dari 42 orang laki-laki dan 58 orang perempuan. Penelitian ini diperoleh
50 sampel maloklusi ringan dan 50 sampel maloklusi berat. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Adhani dkk, yang melakukan penelitian di
Ponpes Darul Hijrah Martapura dengan sampel 50 maloklusi ringan dan 50 maloklusi
berat terdiri dari 58 orang laki-laki dan 42 orang perempuan.1 Hal ini mungkin
dikarenakan adanya perbedaan populasi antara kedua penelitian dan persentase
responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki.
Tabel 3 adalah tabel distribusi kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam
keadaan oklusi, pada regio anterior diperoleh hasil penelitian jarak gigit berlebih
paling banyak ditemukan. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan Loblobly dkk pada siswa SMA Negeri 9 Manado tahun 2015 yang
menunjukkan bahwa kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi
pada regio anterior paling banyak ditemukan adalah jarak gigit yang berlebih. 16 Jarak
gigit berlebih dapat disebabkan faktor kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk yang

Universitas Sumatera Utara

relevan dengan jarak gigit yang berlebih adalah kebiasaan menghisap ibu jari dan jari
lain. Kebiasaan menghisap ibu jari pada insisivus atas dapat menyebabkan proklinasi
insisivus atas dan retroklinasi insisivus bawah sehingga menyebabkan penambahan
jarak gigit. Besarnya efek penambahan jarak gigit karena menghisap ibu jari
tergantung pada frekuensi dan tekanan.16
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis kategori maloklusi dengan rerata DMFT
pada siswa-siswi SMA Swasta Eria menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara maloklusi ringan dan maloklusi berat dengan indeks DMFT. Hasil penelitian
ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Stahl tahun 2004 mengenai hubungan
antara maloklusi dengan karies gigi, hasil penelitian menunjukkan hasil yang
bertentangan atau tidak dapat membuktikan hubungan yang signifikan antara
maloklusi dengan karies gigi.4 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Adhani dkk, yang melakukan penelitian pada remaja di Ponpes Darul
Hijrah Martapura, hasil penelitian yang diperoleh terdapat perbedaan indeks karies
antara maloklusi ringan dan maloklusi berat.1 Hasil penelitian yang dilakukan Adhani
dkk serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan Bobile dkk tahun 2007, hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif antara maloklusi dengan
karies gigi.4 Hal ini mungkin dikarenakan pengetahuan dan informasi yang semakin
berkembang yang berasal dari media, orang tua dan komunikasi antara teman sebaya
dan kesadaran siswa-siswi tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut serta mencegah
gigi berlubang sudah cukup baik sehingga mempengaruhi persepsi subjektif mereka
akan karies gigi. Tetapi persepsi siswa-siswi terhadap kesehatan gigi dan mulut masih
belum menjadi prioritas, walaupun pengetahuan dan sikap tentang kesehatan gigi dan
mulut sudah baik tapi tidak memicu untuk melakukan perawatan terhadap maloklusi.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat keparahan maloklusi dengan menggunakan indeks maloklusi
HMAR pada siswa-siswi SMA Swasta Eria, yaitu:
a. 50 orang (50%) kategori maloklusi ringan,
b. 50 orang (50%) kategori maloklusi berat.
2. Rerata DMFT keseluruhan siswa-siswi SMA Swasta Eria yang
mengalami maloklusi adalah 3,07

2,51.

3. Rerata DMFT pada siswa-siswi SMA Swasta Eria berdasarkan kategori
maloklusi, yaitu:
a. Berdasarkan maloklusi ringan rerata DMFT 2,62
b. Berdasarkan maloklusi berat rerata DMFT 3,52

2,08,
2,82.

4. Berdasarkan hasil uji T independen diperoleh hasil p=0,073. Hal ini
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kategori
maloklusi dengan indeks DMFT pada siswa-siswi SMA Swasta Eria.

6.2 Saran
1.

Kepada orang tua agar mengawasi dan mengontrol pemeliharaan
kesehatan gigi anak, agar kesehatan gigi dan mulut anak lebih baik lagi.

2.

Kepada pihak sekolah perlu meningkatkan upaya untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut melalui pemberian pendidikan cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut.

3.

Kepada siswa-siswi agar memperhatikan dan memelihara kesehatan gigi
dan mulut yang efektif agar tercapai kesehatan gigi dan mulut yang
optimal.

Universitas Sumatera Utara

4. Kepada tenaga kesehatan gigi dan mulut diperlukan adanya penyuluhan
kepada siswa-siswi SMA Swasta Eria secara berkala dalam rangka
mengoptimalkan pelayanan pencegahan maloklusi.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel penelitian
yang lebih besar dengan populasi dan teknik yang berbeda untuk
mendapatkan validitas yang lebih tinggi.
6. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai perbedaan
skor pengalaman karies antara maloklusi ringan dan berat dan
hubungannya dengan keadaan sosioekonomi atau faktor lain.

Universitas Sumatera Utara