STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH MANGGIS K

STRATEGI PEMASARAN EKSPOR BUAH MANGGIS KE “SELANDIA
BARU” MELALUI PERJANJIAN OFFICIAL ASSURANCE
PROGRAMME FOR THE EXPORT OF FRESH MANGOSTEEN FRUIT
FROM INDONESIA TO NEW ZEALAND
( HS CODE BUAH MANGGIS : 0804.50.30.00 )

Pemasaran Internasional
Dosen : Drs. Nursal Baharuddin, BBA, MSi

Penyusun :
Sany Baqiyah

14521724

PROGRAM STUDI D3
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
POLITEKNIK APP JAKARTA
TAHUN AJARAN 2015/2016
1

ABSTRAK

Baqiyah, Sany. “Strategi Pemasaran Ekspor Buah Manggis Ke “Selandia Baru”
Melalui Perjanjian Offcial Assurance Programme For The Export Of Fresh
Mangosteen Fruit From Indonesia To New Zealand ( Hs Code Buah Manggis :
0804.50.30.00 ).” Pemasaran Internasional, Jakarta. Akademi Pimpinan
Perusahaan. Maret 2016.
Sebelumnya, Indonesia berhasil membuka akses pasar buah manggis ke
Australia setelah melalui proses negosiasi selama 6 (enam) tahun melalui berbagai
forum bilateral antara kedua negara.
Konsumsi produk buah manggis di pasar Australia saat ini volume-nya
belum terlalu besar. Dalam ekspor pertama, hanya satu ton manggis yang dikirim
melalui pesawat terbang. Namun, terbukanya ekspor buah manggis ke pasar
Australia merupakan suatu bentuk keberhasilan diplomasi perdagangan Indonesia,
sebab Australia merupakan negara yang memiliki standar kesehatan pangan yang
tinggi (strict quarantine standards).
Keberhasilan tersebut diharapkan dapat menjadi “batu loncatan” bagi
Indonesia untuk mendorong ekspor buah-buahan tropis Indonesia ke negara mitra
dagang lainnya yang memiliki standar yang tinggi contohnya seperti Selandia
Baru.
Melalui perjanjian Offcial Assurance Programme For The Export Of Fresh
Mangosteen Fruit From Indonesia To New Zealand, Selandia Baru-Indonesia

menemukan kata sepakat merumuskan kerjasama bilateral pertanian. Salah satu
butir kesepakatan itu yakni membebaskan produk buah manggis Indonesia tanpa
kuota.
Selandia Baru sangat membutuhkan buah tropis seperti manggis. Merujuk
dari nutrisi dan khasiatnya mengandung zat antioksidan. Karenanya Selandia Baru
tidak mengenakan kuota bagi ekspor manggis Indonesia. Apabila kualitas manggis
Indonesia dinilai syarat keamanan karantina Selandia Baru.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Pertanian mengenai
produksi manggis secara nasional terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011,
produksi manggis mencapai 117.595 ton. Produksi tersebut mengalami
peningakatan sekitar 61% pada 2012 menjadi 190.287 ton.
Dari produksi tersebut, volume ekspor juga tercatat meningkat. Pada 2010,
produksi manggis mencapai 11.387 ton. Lantas pada 2011, produksi meningkat
menjadi 12.603 ton dan mencapai 20.000 ton pada 2012.
Hingga Juli 2013, ekspor manggis baru mencapai 5.101 ton. Pangsa pasar
utama terbesar selama ini adalah Taiwan, Hongkong, dan China.
Sentra utama manggis yang diekspor umumnya berasal dari daerah
Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Kampar, Purwerejo,
Blitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek,
Blitar, dan Banyuwangi.

Dengan adanya kesepakatan pembebasan untuk buah manggis Indonesia
tanpa kuota ke Selandia Baru akan meningkatkan volume ekspor hasil pertanian
dalam negeri.

2

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala,
karena berkat rahmat-Nya penyusun bisai menyelesaikan makalah yang berjudul
“Strategi Pemasaran Ekspor Buah Manggis Ke “Selandia Baru” Melalui
Perjanjian Official Assurance Programme For The Export Of Fresh Mangosteen
Fruit From Indonesia To New Zealand.”
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pemasaran
Internasional. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.


Jakarta,
2016
Penyusun

3

19

Maret

DAFTAR ISI
ABSTRAK.................................................................................................... i
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori ....................................................................................8
2.1.1

Pengertian Pemasaran Internasional................................7

2.1.2

Pengertian Strategi Pemasaran .......................................7

2.1.3

Kuota (Quota)..................................................................7

2.1.4

Keamanan Pangan (Food Safety)....................................8

2.1.5


Peraturan Karantina.........................................................8

2.1.6

Masalah Mutu (Quality)..................................................9

2.2 Metode Yang Digunakan.................................................................9
2.3 Hasil Penelitian...............................................................................9
2.3.1

Sistem Keamanan Pangan New Zealand.........................9

2.3.2

Kunjungan Operasioanl Perkarantinaan dan Dukungan
Laboratorium (Investigation and Diagnostic Centre, IDC)
Dalam Sertifikasi Perkarantinaan....................................11

.4 Pembahasan...................................................................................12

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................17
LAMPIRAN..................................................................................................18

4

BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.1 Latar Belakang
Ekspor manggis Indonesia semakin manis. Setelah Australia, kini giliran
pasar Selandia Baru dibuka. Kebijakan ini berlaku setelah adanya kesepakatan
antara Menteri Pertanian Indonesia dengan Menteri Pertanian Selandia Baru
yang berlangsung pada tanggal 10 November-13 November 2013 2013.
Berdasarkan

pendapat


dari

Menteri

Pertanian

Suswono,

bisa

masuknya manggis Indonesia ke Selandia Baru menunjukkan bahwa sistem
karantina Indonesia yang sudah memenuhi standar yang ketat dari negeri kiwi
tersebut. Mereka juga berjanji akan terus dapat menerima buah-buahan asal
Indonesia yang dinilai eksotik.
Tidak hanya manggis, beberapa produk buah-buahan lain yang berpotensi
diekspor ke Selandia Baru adalah Salak dan Mangga. Namun, dua komoditas
buah ini masih harus dibahas dalam working group antara kedua negara. Dengan
semakin terbukanya pasar manggis, Suswono berharap agar penjualan buah asli
Indonesia ini akan semakin baik.
Seperti diketahui, panen manggis ini sangat dipengaruhi musim. Makanya,

perlu adanya pengaturan jual dengan membangun gudang pendingin atau cool
storage.
Ketua Asosiasi Eksportir Buah dan Sayuran Indonesia (AESBI) Hasan
Wijaya, senang dengan kesepakatan tersebut karena menurutnya dengan
dibukanya pasar Selandia Baru, itu bagus karena ada pasar baru.
Berdasarkan

data

Direktorat

Jenderal

(Ditjen)

Pengolahan

dan

Pengembangan Hasil Pertanian (PPHP) Kemtan, tahun lalu, volume ekspor

manggis mencapai 20.168 ton. Hingga Agustus 2013, ekspor manggis mencapai
5.101 ton.
5

Pasar ekspor buah manggis terbesar adalah Hong Kong dan Malaysia.
Sampai Agustus, volume ekspor manggis ke Hong Kong mencapai 1.215 ton.
Sedangkan volume ekspor manggis ke Malaysia dalam delapan bulan pertama
mencapai 1.802 ton. Manggis juga diekspor ke lima belas negara lainnya seperti
Vietnam, China, dan Perancis.
Pemerintah Selandia Baru memandang Indonesia bisa menjadi prioritas
berikutnya dalam berinvestasi setelah China.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi masuknya buah manggis Indonesia ke Selandia Baru ?
2. Bagaimana hal yang harus dilakukan petani manggis dalam upaya
peningkatan produktivitas dan kualitas manggis ?
3. Bagaimana regulasi keamanan karantina Selandia Baru ?

1.3 Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan

1. Untuk mengetahui strategi masuknya buah manggis Indonesia ke
Selandia Baru
2. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan petani manggis dalam
peningkatan produktivitas dan kualitas manggis
3. Untuk mengetahui regulasi keamanan karantina Selandia Baru

b. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penyusun

6

Sebagai acuan dalam menyusun makalah mengenai buah manggis
Indonesia yang masuk ke Selandia Baru
2. Manfaat Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca mengenai strategi pemasaran
ekspor buah manggis ke Selandia Baru

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran Internasional
Pemasaran Internasional atau yang dikenal juga sebagai pemasaran
ekspor adalah kegiatan Pemasaran yang melewati batas-batas lebih dari satu
negara. Pemasaran internasional merupakan penerapan konsep, prinsip,
aktivitas, dan proses manajemen pemasaran dalam rangka penyaluran ide,
barang atau jasa perusahaan kepada konsumen di berbagai Negara.
Faktor utama yang membedakan pemasaran internasional dari pemasaran
domestik adalah lingkungan pasarnya. Usaha memasarkan ke negara lain
menghadapkan pemasar pada hambatan-hambatan sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan hukum yang berbeda, misalnya nilai tukar mata uang yang
berubah-ubah, usaha-usaha pemboikotan, dan hukum internasional yang
berlaku.
2.1.2 Pengertian Strategi Pemasaran

7

Strategi pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang
biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan
dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi persaingan.
2.1.3 Kuota (Quota)
Kuota adalah pembatasan terhadap jumlah fisik barang yang masuk
(kuota impor) dan keluar (kuota ekspor) ke dan dari suatu negara. Kuota impor
dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu absolute quota, negotiated quota,
tariff quota, dan mixing quota. Absolute atau Unilateral Quota adalah kuota
yang besar kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan
negara lain. Negotiated atau Bilateral Quota adalah kuota yang besar kecilnya
ditentukan berdasarkan perjanjian antara dua negara atau lebih. Tariff
Quota adalah gabungan antara tarif dengan kuota. Misalnya untuk sejumlah
tertentu impor barang diizinkan dengan tarif tertentu, tambahan impor masih
diizinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi. Sedangkan mixing
Quota menetapkanbahan mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu dibatasi
penggunaannya dalam produksi barang akhir.
2.1.4 Keamanan Pangan (Food Safety)
Produk pangan yang dikonsumsi masyarakat dan diperdagangkan harus
bebas dari zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Zat-zat ini
bisa berasal dari cemaran perstisida atau zat-zat lain yang apabila dikonsumsi
manusia bisa menyebabkan penyakit, misalnya penggunaan formalin untuk
mengawetkan makanan atau zat pewarna pakaian yang digunakan untuk
pewarna makanan. Jepang dan Uni Eropa menerapkan kebijakan yang
mengharuskan

udang

kandungan antibiotic

yang

diimpor

chlorampenicol,

nitrofuransi, dan furazolidon.

Secara

dari

negara

oxytetracyclin,
internasional,

Asia

bebas

dari

chlortetracycline,
standar

kesehatan

ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission, sebuah lembaga di bawah
WHO. Walaupun demikian, setiap negara dimungkinkan membuat standar
sendiri, asalkan memiliki dasar alasan ilmiah.
8

2.1.5 Peraturan Karantina
Peraturan karantina merupakan upaya untuk mencegah masuk dan
tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) serta hama dan penyakit
manusia atau hewan baru dari luar negeri ke dalam negeri, dimana kalau
sampai masuk (melalui barang-barang yang diperdagangkan) akan dapat
merusak

kesehatan

manusia

atau

mengancurkan

tanaman

pertanian,

perkebunan, peternakan dan perikanan. Di dunia kita mengenal adanya
karantina manusia, karantina hewan, karantina ikan dan karantina tumbuhan.
Secara Internasional, ketentuan karantina didasarkan pada WHO (World Health
Organization) dan Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary,
Measures (SPS) dari WTO. Untuk karantina tumbuhan, standar internasional
yang digunakan didasarkan pada International Standard for Phytosanitary
Measures (ISPM) yang diterbitkan oleh International Plant Protection
Convention (IPPC). Untuk karantina hewan dan ikan, standar internasional
yang digunakan didasarkan pada standar yang diterbitkan oleh World
Organization of Animal Health (WOAH) atau Organization Internationale de
Ephyzootic (OIE).
2.1.6 Masalah Mutu (Quality)
Produk yang diperdagangkan harus memenuhi standar mutu yang
ditetapkan secara internasional atau secara nasional. Ketentuan ini secara
internasional didasarkan pada Agreement on Technical Barriers to Trade (TBT)
dari WTO. Seringkali suatu produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh negara importir akan ditolak pemasukannya.

2.2 Metode Yang Digunakan
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif juga merupakan
suatu pendekatan induktif untuk penyusunan pengetahuan yang menggunakan

9

riset dan menekankan subjektifitas serta arti pengalaman bagi individu (Brockopp,
Marie T, Hastings-Tolsma,2000).
Metode penelitian ini dipilih oleh peneliti untuk mengungkapkan pendapat
atau tanggapan masyarakat tentang Strategi Pemasaran Ekspor Buah Manggis Ke
“Selandia Baru” Melalui Perjanjian Official Assurance Programme For The
Export Of Fresh Mangosteen Fruit From Indonesia To New Zealand.

2.3 Hasil Penelitian
2.3.1

Sistem Keamanan Pangan New Zealand
Setelah melalui perjalanan panjang yang memerlukan energi dan sumber

daya yang disiapkan oleh Tim SPS Kementerian Pertanian (Barantan, Dirjen
PPHP dan Dirjen Hortikultura) guna memenuhi ketentuan SPS New Zealand
akhirnya Protokol impor buah Manggis telah ditandatangani pada saat pertemuan
bilateral Indonesia-New Zealand pada bidang Phytosanitary dilaksanakan di
Wellington, 12-16 Nopember 2013. Penandatanganan protocol impor manggis
tersebut disaksikan oleh Bapak Menteri Pertanian RI dan Menteri Perdagangan
New Zealand. Delegasi dari New Zealand dipimpin oleh Mr. Tim Knox dengan
anggota Ms. Karen Sparrow, Mr. Ivan Veljkovic, Ms. Lisa White dan Dr. Stephen
Butcher. Delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Ir. Banun Harpini, Msc, Dr. Arifin
Tasrif, Dr. Antarjo Dikin, M.M. Edy Purnomo, SE.MH dan Listiana Operananta
(Economic Consellor, Kedubes RI) dengan hasil pertemuan lengkap sebagai
berikut :
Beberapa hal penting dari capaian kerjasama bilateral pada MoU
kerjasama pertanian, perlu perhatian dan tindak lanjut dari hasil pertemuan
bilateral:


Sistem Keamanan Pangan New Zealand

New Zealand mempunyai ketentuan pengawasan sistem keamanan pangan
terhadap produk pangan yang di impor maupun produk pangan lokal. Sistem
pengawasaan pangan impor yang dilakukan sebelum membuat keputusan
10

dilakukan analisa risiko, khusus pada produk pangan yang memiliki risiko tinggi
dilakukan pre-clerance di negara pengekspor. New Zealand menerima sistem
pengawasan

keamanan

pangan

negara

pengekspor

dengan

menerapkan

pendekatan kajian equivalensi. Produk pangan yang telah diimpor dilakukan
monitoring dari produk yang beredar, sedangkan saat kedatangan produk pangan
di tempat pemasukkan (Bandara atau Pelabuhan Laut) tidak dilakukan. Untuk
produk pangan yang berisiko rendah, maka dapat diimpor dan dilakukan
monitoring sewaktu-waktu secara periodic dengan pengujian laboratorium. Dalam
melakukan pengawasan importasi pangan maka bahan pertimbangan juga
memperhatikan profile dari importir, exportir dan komoditas yang akan diimpor.
Seluruh peraturan tentang keamanan pangan dan kesehatan tumbuhan yang akan
diberlakukan di New Zealand sebelumnya dilakukan uji kelayakan terhadap
instansi terkait dan uji publik.



Eksport buah manggis ke New Zealand

Kajian analisa risiko dan konsultasi publik dengan masyarakat New Zealand
terhadap usulan Indonesia untuk ekpsor buah manggis telah diterima dengan
ditanda tangani Official Assurance Program dengan Import Health Standard antara
Kepala Badan Karantina Pertanian dan Mr. Tim Knox, Director of Market
Assurance, MPI New Zealand. Untuk tindak lanjut seblum akhir Desember 2013,
KBRI New Zealand akan mengadakan promosi festival buah tropis asal Indonesia
untuk mengedukasi masyarakat New Zealand terhadap buah tropis (manggis,
salak dan mangga). Diharapkan eksportir Indonesia dapat berpartisipasi/ berminat
dalam promosi tersebut dan segera menghubungi KBRI New Zealand.


Pengembangan penguatan SDM

11

Pada tanggal 13 Nopember 2013 telah ditanda tangani kesepakatan antara Kepala
Badan Karantina Pertanian dengan Ms. Cecile Hillyer, Deputy Secretary,
International Development Group, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan
New Zealand untuk Agricultural Quarantine Services Improvement Partnership
Arrangement. Kesepakatan tersebut memuat aktifitas: Penguatan laboratorium
pengujian kesehatan keamanan dan kualitas daging dan produk dairy; Penguatan
pengujian laboratorium IAQA dan informasi analisa keamanan pangan tumbuhan
dan fasilitas ekspor terhadap produk pertanian Indonesia.
2.3.2 Kunjungan Operasional Perkarantinaan dan Dukungan Laboratorium
(Investigation and Diagnostic Centre, IDC) dalam sertifikasi perkarantinaan.
Kunjungan yang dilakukan tanggal 15 Nopember 2013 di Stasiun
Karantina Tumbuhan dan Hewan di Bandara Auckland untuk memastikan sistem
operasional pengawasan impor produk pertanian dari luar negeri. Beberapa hal
yang perlu dikembangkan di Indonesia dalam sistem layanan perkarantinaan:
- Penguatan menggunakan instalasi tempat pemeriksaan yang disediakan oleh
pihak penerbangan yang ada di tempat layanan kargo.
- Fasilitas pemeriksaan dan layanan karantina dikelola dengan baik dan setiap
pelaksanaan operasional menggunakan SOP yang telah disiapkan oleh MPI New
Zealand, sedangkan tingkat operasional hanya menggunakan SOP tersebut.
- Sistem pengembangan laboratorium yang ada di New Zealand dalam
mendukung peranan karantina New Zealand untuk tindakan pemerikasaan
kesehatan tumbuhan baik import maupun ekport. Petugas karantina dilengkapi
buku pintar (Pictorial Guide for Detection of Pest) dibuat oleh Laboratorium IDC.
Tentunya fungsi BBUSKP dapat mengembangkan pembuatan pedoman seperti ini
setelah divalidasi untuk pengujian dan dapat digunakan oleh Pejabat POPT yang
bekerja di tempat pemasukan (Bandara dan Pelabuhan Laut).
2.4 Pembahasan

12

Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah buah yang hidup di Indonesia
disebut buah lokal termasuk juwet, sentul, maja dan lain-lain dapat di katagorikan
sebagai buah langka. Pengertian buah lokal adalah buah yang dikonsumsi dan
dapat dikembangkan di Indonesia.
Buah yang berasal dari luar Indonesia seperti strawberry, anggur dan
lengkeng merupakan bibit buah yang asalnya dari luar Indonesia, akan tetapi bibit
buah tersebut dapat dikembangbiakan dan dapat dipanen di Indonesia sehingga
buah-buahan tersebut dapat dikatagorikan sebagai buah lokal.
Setiap Negara memiliki produk buah lokal yang berbeda-beda.
Pengembangan buah lokal yang diimbangi dengan pemanfaatan yang maksimal
menjadikan buah lokal tersebut dikenal dunia bahkan menjadi icon sebuah negara
tersebut.
Produk buah lokal dimasyarakat lebih mengenal durian dari Thailand, kiwi
dari New Zaland, apel fuji dari Jepang dan buah lokal lain yang telah dikenal
dunia. Setiap negara tersebut mempunyai kebanggaan terhadap buah lokal
tersebut karena telah memasuki pasar dunia.
Menurut Sunarjono (2013:5), buah lokal dapat memasuki pasar bebas
sesuai dengan kesepakatan World Trade Organization dengan kriteria sebagai
berikut : bermutu tinggi sesuai dengan standar mutu dan bebas residu pestisida,
volume buah bermutu tersebut harus memenuhi kebutuhan pasar, buah-buahan
tersebut harus tiba tepat pada waktunya dan ketersediaan buah-buahan tersebut
harus kontinu.
Buah lokal yang dihasilkan untuk memasuki pasar dunia tidak lepas
dengan penggunaan bahan kimia berbahaya tidak bisa dihindari dalam kehidupan
kita sehari-hari, salah satunya adalah residu (bahan kimia yang masih tersisa pada
bahan pangan) pestisida yang terdapat dalam buah yang dikonsumsi. Tanpa sadar
residu pestisida masuk ke dalam tubuh melalui hidangan makanan yang
dikonsumsi setiap hari. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
13

membasmi hama tanaman, baik berupa jamur, bakteri, gulma, maupun serangga.
Pestisida dibagi dalam tiga jenis, yakni fungisida untuk membunuh jamur,
bakterisida untuk membunuh bakteri, dan insektisida untuk membasmi serangga.
Selain itu, penggunaan pestisida secara berlebihan juga mengurangi daya jual
produk pertanian karena kandungan residu pestisida menjadi salah satu
pertimbangan diterima atau ditolaknya produk pertanian oleh negara importir.
Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan
makanan yang masuk ke negaranya.
Pengemasan buah lokal ekspor dalam bentuk fresh berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) memperoleh informasi primadona buah lokal ekspor
Indonesia yang merupakan produksi ekspor manggis Indonesia mencapai USD
5,73 juta atau sekitar Rp. 63 miliar. Angka itu jauh turun dibandingkan tahun 2012
yakni USD 17,4 juta. Perbaikan ekpor mulai terlihat pada tahun 2014. Dalam dua
bulan (Januari- Februari), Indonesia sudah mengekspor manggis senilai USD 1,66
juta dengan perbandingan meningkat 150 persen dibandingkan periode
sebelumnya dengan Negara tujuan ekspor Manggis meliputi Malaysia, Hongkong
dan Vietnam, peningkatan lainnya juga terjadi pada buah Salak dari tahun 2012
sebesar USD 1,24 juta menjadi USD 1,74 juta pada tahun 2013 dengan Negara
tujuan ekspor China, Malaysia dan Singapore sedangkan penurunan ekspor ada
pada Mangga pada tahun 2012 sebesar USD 2,1 juta 7 menurun menjadi USD 1,4
juta dengan Negara tujuan ekspor meliputi Singapore, Uni Emirat Arab dan
Malaysia. Menurut Kustiari dkk (2012:98), volume ekspor manggis menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu namun pangsa pasar dan daya saing ekspornya
cenderung turun.
Keadaan ini diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan mencari
negara yang permintaan impornya besar dengan laju pertumbuhan yang cepat.
Selain itu, perlu dijajagi upaya diversifikasi produk (hasil olahan manggis) untuk
meningkatkan harga per unit ekspor dan meningkatkan nilai tambah produsen.
Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik
untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor.
14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam era perdagangan bebas ini, walaupun hambatan perdagangan dalam
bentuk tariff secara bertahap dikurangi oleh negara-negara anggota WTO, sesuai
dengan kesepakatan di dalam GATT, akan tetapi berbagai jenis bentuk hambatan
non-tarif telah menjadi kendala dalam kelancaran perdagangan antar negara di
dunia.

15

Dewasa ini, dengan makin diturunkannya tarif untuk berbagai jenis produk
dalam perdagangan antar negara, terdapat kecenderungan dari berbagai negara
untuk menggunakan hambatan non-tarif di dalam memproteksi negaranya. Hal
tersebut menyebabkan pencapaian kesepakatan WTO untuk melaksanakan
perdagangan bebas demi tercapainya kemakmuran negara anggotanya menjadi
terkendala.
Namun bukan tidak mungkin jika ekspor buah manggis ke Selandia Baru
akan memperlihatkan eksistensinya karena tidak hanya peningkatan produktivitas
saja melainkan kualitasnya dan terus meningkatkan hubungan kerjasama kedua
negara khususnya sektor pertanian melalui forum agricultural working group
meeting baik di sektor capacity building, akses pasar, pertukaran teknologi
dan keahlian maupun perdagangan komoditi pertanian.
Dalam upaya peningkatan produktivitas dan kualitas manggis, diperlukan
input teknologi melalui suatu perubahan (konversi) pola produksi dari “hutan
manggis” menjadi “kebun manggis” hal ini telah dilakukan petani manggis di
Kabupaten Bogor yang didampingi Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut
Pertanian Bogor.
Beberapa kenyataan pada hutan manggis, pengaturan jarak tanam tidak
teratur, pohon manggis saling berdekatan dengan tanaman lain sehingga
pertumbuhan manggis terlambat. Tidak ada pemeliharaan. Kualitas buah rendah.
Pohon manggis ditanam dipinggir lereng dengan akar terbuka, hal ini
mengindikasikan terjadi tingkat erosi yang cukup tinggi. Setelah dilakukan
konversi, hutan manggis berubah menjadi kebun manggis dengan jarak tanam
lebih teratur, ada teras sehingga erosi berkurang, tanaman manggis terlihat lebih
sehat dan produktivitas serta kualitas produk meningkat.
Langkah-langkah konversi hutan manggis menjadi kebun manggis yang
telah dilakukan PKBT Institut Pertanian Bogor, yaitu pembentukan kelompok tani
yang merupakan sarana strategis untuk diseminasi teknologi selanjutnya
penguatan kelompok tani dilakukan dengan konsolidasi, pelatihan dan studi
16

banding. Introduksi dan diseminasi teknologi dapat dilakukan melalui penjelasan
di ruangan kelas maupun di lapangan. Materi yang disampaikan pada kelompok
tani, antara lain pengaturan jarak tanam manggis, pembuatan dan perbaikan teras,
perbaikan kesehatan lahan, pemupukan, pemangkasan, panen dan pengangkutan
hasil panen.
Dampak sosial ekonomi dengan melakukan perubahan (konversi) pola
produksi dari hutan manggis menjadi kebun manggis yaitu meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan petani untuk mengembangkan kegiatan yang
berkaitan

dengan

pertanian

kebunnya

tanaman

manggis,

meningkatnya

produktivitas manggis yang dihasilkan tiap pohon, meningkatnya pendapatan
petani, baik dari peningkatan produktivitas, kualitas maupun dari kegiatan
diversifikasi usaha dan meningkatnya ekspor yang berkontribusi dalam
peningkatan devisa negara.
3.2 Saran
Menurut penyusun, masih banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam
upaya peningkatan ekspor buah manggis ke Selandia Baru karena adanya regulasi
yang berstandar tinggi untuk buah impor.
Indonesia harus lebih mengembangkan sistem pelayanan perkarantinaan
agar sektor pertanian dalam negeri tidak diragukan lagi dalam kegiatan ekspor
khususnya komoditi manggis.

DAFTAR PUSTAKA
http://bieliegunarto.blogspot.co.id/2013/06/strategipemasaran.html
http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-pemasaraninternasional/

17

http://wahonodiphayana.blogspot.co.id/2014/12/hambatan-nontarif-dalam-perdagangan.html
http://m.tabloidsinartani.com/index.php?id=148&tx_ttnews
%5Btt_news
%5D=1334&cHash=7702593703b4ae18f9193b4269689b81
http://www.beritarayaonline.com/2013/11/new-zealandindonesia-tingkatkan.html#.Vu6ieOJ97IV
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/11/19/0959141/Ma
nggis.Indonesia.Boleh.Masuk.ke.Selandia.Baru
http://karantina.pertanian.go.id/?page=article_detail&&id=205

LAMPIRAN

18

Gambar 1 Buah Manggis Indonesia

Gambar 2 Protokol impor buah Manggis telah ditandatangani pada saat pertemuan
bilateral Indonesia-New Zealand pada bidang Phytosanitary dilaksanakan di Wellington,
12-16 Nopember 2013. Penandatanganan protocol impor manggis tersebut disaksikan
oleh Bapak Menteri Pertanian RI dan Menteri Perdagangan New Zealand. Delegasi dari
New Zealand dipimpin oleh Mr. Tim Knox dengan anggota Ms. Karen Sparrow, Mr. Ivan
Veljkovic, Ms. Lisa White dan Dr. Stephen Butcher. Delegasi dari Indonesia dipimpin

19

oleh Ir. Banun Harpini, Msc, Dr. Arifin Tasrif, Dr. Antarjo Dikin, M.M. Edy Purnomo,
SE.MH dan Listiana Operananta (Economic Consellor, Kedubes RI).

Gambar 3 Bendera Indonesia

Gambar 4 Bendera Selandia Baru

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Eksklusif dan landas kontinen yang
didalamnya berlaku undang-undang ini.
UU NO.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun
2006.
M.S, Amir, “Pengertian Ekspor Menurut Ahli”, diakses dari http://pengertian-pengertianinfo.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-ekspor-menurut-ahli.html, pada tanggal 07 November
2016 pukul 22.30 WIB.

M.S, Amir, “Pengertian Ekspor Menurut Ahli : Proses Transaksi Ekspor”, diakses dari
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-ekspor-menurut-ahli.html,
pada tanggal 07 November 2016 pukul 22.48 WIB.

20