FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA WAKTU UNTUK
MELAKUKAN MIGRASI PERTAMA KALI KARENA ALASAN EKONOMI DI
INDONESIA, ANALSIS HAZARD DENGAN DATA SUPAS 2005 MEMPERGUNAKAN
MODEL REGRESI COX.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan komposisi
wilayah terluas merupakan lautan. Semenjak pelaksanaan otonomi daerah pembangunan yang
pada era orde baru berpusat di Pulau Jawa telah terdesntraslisasi hingga ke tingkat
kabupaten/kota dimana otonomi dilaksanakan. Perbedaan tingkat pembangunan di setiap daerah
memberikan gambaran adanya ketimpangan kemampuan dalam melakukan pembangunan antar
wilayah satu dengan yang lainya. Perbedaan ini yang akan memicu perbedaan tingkat
perkembangan ekonomi di setiap daerah.
Keadaan yang berbeda antar daerah akan memicu perbedaan tingkat kesejahteraan
masyarakatnya secara umum. Daerah dengan pembangunan yang tertinggal cenderung memiliki
pergerakan ekonomi yang lambat, akibatnya masyarakat juga terkena dampaknya. Rendahnya
tingkat penghidupan inilah yang akan mendorong seseorang untuk melakukan migrasi. Menurut
Alatas (1995) seseorang melakukan migrasi adalah salah satu jalan untuk memperbaiki taraf
hidup mereka dan juga keluarganya.
Seperti dikemukakan oleh Ravenstein (1885) bahwa motif utama untuk melakukan

migrasi adalah karena latar belakang ekonomi. Perbedaan faktor daerah asal dan daerah tujuan

terutama daya tarik ekonomi serta keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik akan
menarik seseorang untuk bermigrasi. Apalagi dengan kondisi saat ini dimana sarana transportasi
dan telekomunikasi semakin canggih akan lebih memudahkan pergerakan migrasi yang pada
awalnya masih dibatasi oleh jarak sebagai penghalang utama.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Motif ekonomi sebagai salah satu faktor pendorong migrasi sangat menarik untuk dikaji
lebih jauh. Penelitian yang telah ada selama ini hanya memberikan gambaran faktor apa saja
yang mendorong orang untuk bermigrasi tetapi tidak melihat berapa lama waktu yang mereka
butuhkan sehingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk bermigrasi. Lamanya waktu yang
diperlukan untuk bermigrasi untuk pertama kali menarik untuk diteliti karena diharapkan mampu
memberikan gambaran mengenai bagaimana pola migrasi yang ada di Indonesia dikaitkan
dengan faktor alasan ekonomi dan umur pertama kali melakukan migrasi.
Pola bermigrasi pertama kali sama dengan migrasi pada umumnya juga memiliki
karakteristik yang berbeda untuk berbagai status demografi seseorang. Perbedaan latar belakang
demografi ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai bagaimana pola migrasi
pertama kali karena alasan ekonomi. Mempergunakan data hasil SUPAS 2005 alasan ekonomi
yang dapat dipergunakan diambil dari pertanyaan alasan kepindahan seseorang apakah karena
pekerjaan atau mencari kerja.

Faktor-faktor demografi yang akan dipergunakan untuk melihat pola migrasi pertama kali
adalah jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan tempat tinggal. Perbedaan jenis
kelamin, pendidikan, status perkawinan dan tempat tinggal diduga memiliki kaitan dengan pola
lamanya untuk melakukan migrasi. Laki-laki biasanya cenderung lebih cepat untuk bermigrasi

daripada perempuan. Begitu juga dengan tingkat pendidikan, semakin rendah penidikan
seseorang akan semakin cepat dia masuk ke dunia kerja sehingga peluang untuk melakukan
migrasi juga semakin besar. Seseorang yang terikat dalam status perkawinan diduga akan lebih
sulit untuk melakukan migrasi karena berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan keluarga
sehingga membutuhkan waku yang panjang bagi mereka dalam mengambil melakukan migrasi.
Daerah perkotaan merupakan tempat yang menarik bagi para migran sehingga patut diduga
mereka yang sekarang tinggal perkotaan akan memberikan perbedaan dalam pola migrasi.
Tujuan Studi/Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pola lamanya seseorang untuk melakukan
migrasi untuk pertama kali karena alasan ekonomi. Penelitian ini akan menggali pola yang ada
pada penduduk usia produktif di Indonesia dalam hal keputusan untuk bermigrasi yang pertama
kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja. Pola yang ada apakah dipengaruhi oleh
latar belakang demografis seseorang.
Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama

kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan jenis kelamin.
2. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama
kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan tingkat
pendidikan.
3. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama
kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan status
perkawinan.

4. Melihat lamanya waktu seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi yang pertama
kali terutama karena alasan pekerjaan dan mencari kerja dikaitkan dengan daerah tempat
tinggal.
Manfaat Studi
Penggunaan analisis survival dalam dunia demografi terutama migrasi masih relatif baru.
Metode ini biasa dipergunakan dalam bidang kesehatan untuk melihat tingkat ‘survive’ obyekobyek penelitian untuk melewati kondisi tertentu. Variabel bebas dari penelitian tersebut adalah
lamanya waktu obyek untuk gagal atau tidak survive.
Penerapan dalam demografi tertutama migrasi adalah untuk melihat lamanya waktu yang
dibutuhkan seseirang sehingga akhirnya memutuskan untuk melakukan migrasi. Diharapkan
dengan hasil studi ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar dalam analisa data migrasi
karena pada studi sebelumnya para demografer selalu mempergunakan model regresi logit atau
regresi sederhana.

TINJAUAN LITERATUR
Keputusan seseorang untuk bermigrasi memiliki kecenderungan bahwa semakin muda
umur maka semakin besar proporsi mereka yang melakukan migrasi karena alasan ekonomi. Hal
ini diungkapkan oleh Abdullah (1996) yang menemukan bahwa proporsi mereka yang
bermigrasi didominasi oleh penduduk usia muda dan produktif. Pada usia muda peluang untuk
memasuki pasar kerja sangat besar karena mereka masih dalam usia produktif dan demand untuk
tenaga kerja selalu mengutamakan mereka yang berusia muda.

Latar belakang pendidikan ternyata juga mempengaruhi keputusan seseoarang untuk
melakukan migrasi. Dohar (1999) menemukan bahwa keputusan untuk bermigrasi juga
ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang dan tingkat perekonomian daerah tujuan dimana
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan semakin menarik bagi migran untuk
datang dan mengadu nasib.
Menurut Rangkuti (2009), kesenjangan penghasilan antar daerah akan semakin
memperbesar peluang untuk melakukan migrasi, karena migrasi secara empiris memberikan
dampak positif terhadap peningkatan penghasilan individu. Hasrat untuk memperbaiki taraf
kehidupan menjadi alasan atau pendorong seseorang untuk melakukan migrasi setelah
memperhitungkan untung rugi dalam melakukan migrasi.
KERANGKA PIKIR KONSEPTUAL
Peristiwa migrasi merupakan proses berpindahnya seseorang dalam batas wilayah

tertentu. Perpindahan ini banyak dipengaruhi oleh berbagai latar belakang sebagai faktor
pendorong dan penarik. Menurut Lee (1966) pada dasarnya ada empat faktor yang
mempengaruhi terhadap keputusan seseorang untuk bermigrasi yaitu :
1. Faktor faktor yang terdapat di daerah asal
2. Faktor-faktor yang berada di daerah tujuan
3. Faktor rintangan
4. Faktor Pribadi
Faktor pribadi yang merupakan salah satu faktor yang kuat dalam menentukan seseorang
untuk bermigrasi atau tidak. Faktor yang berada diluar pribadi dikumpulkan dalam diri individu
yang kemudian saling berinteraksi sehingga akan mencapai suatu kesimpulan apakah akan

bermigrasi atau tidak. Pertimbangan-pertimbangan dari keadaan daerah asal, daerah tujuan dan
rintangan yang menantang akan menjadi satu bahan pemikiran bagi individu mengenai untung
ruginya bermigrasi.
Lamanya seseorang mengambil keputusan untuk bermigrasi inilah yang menjadi dasar
dalam tulisan ini. Faktor internal dari individu yang direpresentasikan dalam latar belakang
demografi di kaitkan dengan keputusan untuk bermigrasi terutama karena dorongan ekonomi.
Untuk lebih jelasnya maka dibuatlah kerangka fikir sebagai berikut :
Grafik 1. Kerangka Pikir Analisis


Kerangka pikir analisis di atas diharapkan mampu memberikan mengenai latar belakang
lamanya seseorang memutuskan untuk melakukan migrasi pertama kali karena alasan ekonomi.
Seperti telah diuraikan diatas karakteristik yang akan dilihat adalah hanya faktor demografi
sedangkan faktor eksternal yang berada di luar individu tidak diikutkan dalam analisis.

METODE DAN PROSEDUR
Sumber Data Dan Kerangka Sampel
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Survey Penduduk Antar
Sensus Tahun 2005 (SUPAS 2005) yang meliputi seluruh wilayah Indonesia kecuali Propinsi

Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Pemilihan sampel Blok Sensus (BS) dilakukan dengan
teknik PPS (Probability Proportional to Size)-Linear Systematic Sampling yaitu setiap BS
mempunyai peluang terpilih sebanding dengan jumlah rumah tangganya. Kerangka sampel yang
digunakan dalam SUPAS 2005 adalah daftar blok sensus dalam setiap kabupaten/kota yang
dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Pelaksanaan pencacahan SUPAS 2005
meliputi kegiatan:
a. Pendaftaran semua rumah tangga pada BS terpilih untuk mengetahui jumlah rumah tangga
biasa.
b. Pemilihan sampel rumah tangga sebanyak 16 setiap BS dengan teknik linier systematic.
Rumah tangga khusus tidak ikut dalam kerangka sampel.

c. Pencacahan rumah tangga dan setiap anggota rumah tangga sampel.
Konsep Operasional Migrasi
Migrasi merupakan proses berpindahnya penduduk dari suatu tempat ketempat lain
melewati batas wilayah administrasi atau geografis. Dalam studi migrasi batas lintasan
perpindahan biasanya dipakai dengan batasan wilayah administrasi seperti desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, dan batas negara. Sehingga ada migrasi antar negara, antar
propinsi, antar kabupaten/kota, antar kecamatan, dan migrasi antar desa/kelurahan. Selain antar
batas wilayah administrasi, analisis migrasi juga dilakukan antar wilayah fungsional, seperti
antarpulau/kepulauan, antara perdesaan/perkotaan dan sebagainya.
Biasanya data migrasi yang tertangkap oleh sensus penduduk hanya menyajikan
perpindahan antarpropinsi dan antar kabupaten/kota. Disamping itu juga dapat disajikan
karakteristik migran menurut umur, status perkawinan, pendidikan, ketenagakerjaan, alasan
perpindahan dan sebagainya.

Penentuan status migrasi pada SUPAS 2005 diperoleh dari keterangan yang dikumpulkan
melalui 3 pertanyaan, yaitu tempat lahir, tempat tinggal terakhir dan tempat tinggal 5 tahun yang
lalu. Keterangan ini didasarkan pada beberapa pertanyaan dalam kuesioner, yaitu:
a. P607; Propinsi dan kabkota tempat lahir.
b. P609; propinsi dan kabkota tempat tinggal terakhir sebelum di tempat tinggal sekarang
(maksudnya pada saat pencacahan).

c. P614: tempat tinggal 5 tahun yang lalu (Oktober 2000) yang terdiri dari propinsi,
kabupaten/kota.
Dari ketiga keterangan tersebut, secara langsung dapat diperoleh tiga jenis migrasi antarwilayah
propinsi ataupun kabupaten/kota, yaitu :
1. Migran semasa hidup (life time migrant) adalah mereka yang pindah dari tempat lahir ke
tempat tinggal sekarang, atau mereka yang tempat tinggalnya sekarang bukan di wilayah
propinsi tempat kelahirannya.
2. Migran risen (recent migrant) adalah mereka yang pindah melewati batas propinsi dalam
kurun 5 tahun terakhir sebelum pencacahan. Secara operasional, adalah penduduk yang
tempat tinggalnya sekarang tidak sama dengan tempat tinggal 5 tahun yang lalu.
3. Migran total (total migrant) adalah mereka yang pernah pindah antar kabupaten/kota tanpa
memperhatikan waktu kepindahannya, sehingga propinsi tempat tinggal sebelumnya berbeda
dengan propinsi tempat tinggal sekarang.
Dari ketiga jenis migrasi tersebut, yang sering muncul dalam berbagai bahasan adalah
migrasi risen. Karena jenis migrasi ini lebih cenderung menggambarkan dinamika mobilitas
penduduk dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama (tidak seperti migrasi seumur hidup).

Disamping itu, batasan kurun waktu terjadinya dinamika tersebut lebih jelas dibandingkan
dengan migrasi total.
Migrasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah mereka yang berusia produktif 15

sampai 65 tahun, dan melakukan migrasi untuk pertama kalinya. Variabel yang akan diteliti
adalah lamanya waktu (dalam tahun) seseorang bertahan di tempat lahirnya setelah berusia 15
tahun, sebelum memutuskan untuk bermigrasi karena alasan ekonomi yaitu bekerja atau mencari
pekerjaan. Lamanya waktu bertahan sebelum memutuskan untuk pindah diambil dari kombinasi
usia responden, tempat lahir, tempat tinggal terakhir sebelum menetap di tempat tinggal
sekarang, lamanya tinggal di tempat sekarang dan tempat tinggal sekarang.
Diagram Penyeleksian Data

Metode Analisis
Metode yang dipergunakan untuk melihat pola ketahanan seseorang untuk migrasi
dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif dengan mempergunakan grafik dan analisis
survival dengan regresi cox untuk mengestimasi parameter model. Survival Analysis merupakan
metode untuk melihat terjadinya perubahan keadaan suatu objek penelitian dari suatu situasi
yang dikondisikan, perubahan tersebut diistilahkan dengan gagal. Observasi penelitian adalah
waktu yang diperlukan suatu objek untuk failed, dalam kasus ini adalah waktu yang diperlukan
seseorang sampai dia memutuskan untuk bermigrasi.
Regresi cox menawarkan prosedur proportional hazard model yang bisa diperluas
melalui stratifikasi variabel atau kovariat yang bergantung kepada waktu. Proportional hazard
model mengasumsikan bahwa panjang waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu kejadian
saling berkaitan dengan variabel bebas (kovariat) melalui sebuah persamaan yang disebut model

hazard.
Fungsi Hazard merupakan sebuah ukuran potensial dari sebuah kejadian akan timbul
pada waktu tertentu yaitu t, meskipun kejadian tersebut belum tentu muncul. Nilai hazard yang
besar menggambarkan bahwa secara potensial kejadian tersebut muncul juga lebih besar.
Model Hazard digambarkan sebagai berikut :

Metode estimasi yang dipergunakan untuk mendapatkan koefisien pada model adalah
Maximum Likelihood Estimators. Model yang didapat akan diuji secara statistik dengan
mempergunakan Uji Fdan uji parsial mempergunakan uji statustik Wald.
Variabel bebas yang diajukan kedalam model adalah variabel yang berkaitan dengan
status demografi individu. Variabel demografi yang pertama adalah tempat tinggal yang terdiri
dari pedesaan dan perkotaan. Pola migrasi yang terlihat hanyalah pola migrasi masuk karena
merujuk kepada tempat tinggal migran sekarang yang diambil dari pertanyaan P105.
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Variabel
Y

Lamanya Tinggal Di Tempat Lahir Sebelum Pindah

Variabel


Kategori

P105

1=Perkotaan
2=Perdesaan

1
0

reference

1=Laki-laki
2=Perempuan

1
0

reference

DIDIK

1,00=Rendah
2,00=Menengah
3,00=Tinggi

1
0
0

0
1
0 reference

KAWIN

1,00=kawin
2,00=lainnya

1
0

reference

SEX

Dummy Dummy Keterangan

Variabel bebas kedua adalah jenis kelamin yang dipergunakan untuk melihat pengaruh
jenis kelamin terhadap pola migrasi. Apakah perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi
lamanya keputusan untuk bermigrasi atau tidak.

Variabel bebas ketiga adalah tingkat pendidikan yang dibagi dalam tiga kategori yaitu
rendah bagi mereka yang berpendidikan SD ke bawah, menengah bagi mereka yang
berpendidikan SMP hingga SMA sederajat dan tinggi bagi mereka yang berpendidikan di atas
SMA. Selain itu variabel status kawin yang dibagi menjadi dua kategori yaitu mereka yang
berstatus kawin dan mereka yang tidak dalam ikatan perkawinan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dipergunakan untuk melihat pola dari lamanya waktu yang diperlukan
untuk bermigrasi pertama kali jika dihubungkan dengan karakteristik demografi dari para
pelakunya. Untuk melihat statistik deskriptif dari data maka dipergunakan software Minitab versi
13.3, sedangkan untuk plot data berupa grafik dipergunakan SPSS versi 11.5. Paduan kedua
software ini saling melengkapi karena ada beberapa output yang diperlukan tidak tersedia di
salah satu software pengolahan.
Grafik 1 Survival Function at Mean Covariate.

Survival Function at mean of covariat
1,2

1,0

,8

,6

CumSurvival

,4

,2

0,0
-,2
-10

0

MIG_HIT

10

20

30

40

50

Secara rata rata kecenderungan orang untuk melakukan migrasi berada pada usia 20
tahun. Hal ini terlihat dari tabel diatas bahwa jumlah orang yang berusia 15 tahun hingga 65
tahun mulai bermigrasi karena alasan ekonomi banyak terjadi pada usia 20 tahun hingga 35
tahun. Atau dengan kata lain pelaku migran pertama kali banyak terjadi pada usia produktif, hal
ini lumrah terjadi karena pada usia awal 20 merupakan pertama kali mereka masuk dunia kerja,
dan salah satu untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan harapan adalah dengan melakukan
migrasi.
Pola migrasi pertama kali jika dikaitkan dengan status pendidikan dapat dilihat pada
grafik dan statistik deskriptif. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung lebih cepat untuk
bermigrasi terlihat dari Q1 (25 persen migran) memutuskan pindah pada periode 6 tahun
pertama, sedangkan yang berpendidikan menengah dan tinggi lebih lambat yaitu 8 dan 9 tahun.
Hal ini wajar karena pada usia 15 tahun mereka yang berpendidikan rendah telah menyelesaikan
pendidikannya sehingga mereka juga lebih cepat masuk ke dunia kerja dan mengambil keputusan
untuk bermigrasi karena alasan ekonomi.
OUTPUT MINITAB 1
Variable:
DIDIK = 1
Mean(MTTF)
14,6587
Median =
IQR =

MIG_HIT
Standard
Error
0,2324
12,0000
15,0000 Q1 =

95,0% Normal CI
Lower
Upper
14,2032
15,1142

Standard
Error
0,1054
10,0000
8,0000 Q1 =

95,0% Normal CI
Lower
Upper
11,6348
12,0477

6,0000

Q3 =

21,0000

DIDIK = 2
Mean(MTTF)
11,8413
Median =
IQR =

7,0000

Q3 =

15,0000

DIDIK = 3
Mean(MTTF)

Standard
Error

95,0% Normal CI
Lower
Upper

16,2188
Median =
IQR =

0,2461
15,0000
9,0000 Q1 =

15,7365
11,0000

16,7011
Q3 =

20,0000

Namun median lamanya waktu untuk pindah yang lebih rendah berada pada mereka yang
berpendidikan menengah atau SMP dan SMA sederajat. Situasi ini memberikan gambaran bahwa
walaupun mereka pada awalnya memutuskan untuk bermigrasi lebih lambat karena mereka juga
lebih lambat masuk ke dunia kerja namun mereka lebih cepat mengambil keputusan untuk
bermigrasi dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lain. Lebih jelas terlihat pada grafik
dimana trend survival untuk pendidikan menengah berada paling bawah dan Q3 juga lebih
rendah yaitu 15 tahun.
Grafik 2. Survival Function untuk Variabel Pendidikan.

Survival Function for patterns 1 - 3
1,2

1,0

,8

,6

CumSurvival

,4

DIDIK
,2
Tinggi
0,0

Menengah
Rendah

-,2
-10

0

MIG_HIT

10

20

30

40

50

Kecenderungan untuk bermigrasi yang lebih cepat bagi mereka yang berpendidikan
menengah memberikan gambaran bahwa begitu mereka melihat peluang kerja di tempat tujuan
lebih menjanjikan maka mereka langsung memutuskan untuk bermigrasi berbeda dibandingkan
dengan mereka yang beperndidikan tinggi yang sepertinya rela untuk menunggu pekerjaan yang
sesuai baru kemudian memutuskan dalam jangka waktu lebih panjang akan bermigrasi. Inter
Quatile Range (IQR) yang diperoleh juga menunjukan kecepatan kelompok pendidikan masingmasing dari 25 persen total ke 75 persen dari total kelompok yang telah melakukan migrasi, yang
tercepat tetap mereka yang berpendidikan menengah dengan IQR =8 dan pendidikan tinggi
adalah 9 sedangkan mereka yang berpendidikan rendah memiliki waktu lebih lambat yaitu 15
tahun.
Grafik 2. Survival Function untuk Variabel Jenis Kelamin.

Survival Function for patterns 4 - 5
1,2

1,0

,8

,6

CumSurvival

,4

,2

Jenis Kelamin
0,0

Perempuan
Laki-laki

-,2
-10

0

10

20

30

40

50

MIG_HIT

Pola migrasi untuk laki-laki dan perempuan karena alasan ekonomi tidak begitu memiliki
perbedaan hal ini dapat dilihat dari grafik. Namun tetap saja laki-laki lebih cenderung untuk

lebih cepat bermigrasi dibandingkan dengan perempuan, pada grafik terlihat jika pola migrasi
laki-laki berada dibawah garis pola perempuan.

Pola migrasi untuk variabel kawin memiliki perbedaan pola yang sangat mencolok.
Variabel kawin terdiri dari dua kategori yaitu mereka yang terikat dalam perkawinan dan mereka
yang belum atau tidak terikat dalam perkawinan. Ada anggapan bahwa mereka yang terikat
dalam perkawinan akan lebih sulit memutuskan untuk bermigrasi dibandingkan dengan mereka
yang tidak terikat dalam lembaga perkawinan, hal ini lumrah karena biasanya orang yang telah
menikah tidak hanya memikirkan untung rugi suatu keputusan terhadap dirinya sendiri tetapi
juga kepada anggota keluarganya.
OUTPUT MINITAB 2
Variable: MIG_HIT
KAWIN = 1
Characteristics of Variable

Mean(MTTF)
17,8139
Median =
IQR =

Standard
Error
0,1350
16,0000
10,0000

Q1 =

95,0% Normal CI
Lower
Upper
17,5492
18,0785

12,0000

Q3 =

22,0000

KAWIN = 2
Mean(MTTF)
8,8736
Median =
IQR =

Standard
Error
0,09794
7,0000
6,0000

Q1 =

95,0% Normal CI
Lower
Upper
8,6816
9,0656

5,0000

Q3 =

11,0000

Terdapat perbedaan kecepatan waktu untuk bermigrasi pertama kali setelah usia 15 tahun
anatara mereka yang dalam status menikah dan mereka yang tidak. Q1 untuk mereka yang tidak
dalam lembaga pernikahan adalah 5 yang berarti 25 persen dari kelompok tersebut melakukan
migrasi pertama kali pada usia 20 tahun ke bawah, sedangkan mereka yang berstatus menikah

Q1 lebih tinggi yaitu 12 atau pada usia 27 tahun. Perbedaan kecepatan untuk melakukan migrasi
juga dapat dilihat dari median waktunya Q2 = 7 untuk yang tidak dalam lembaga pernikahan dan
16 untuk mereka yang menikah.
Bagi mereka yang tidak dalam ikatan perniakahan apalagi bagi mereka yang belum
menikah keputusan untuk bermigrasi dilakukan lebih cepat karena mereka masih berada pada
usia muda yang produktif. Jika kita melihat dari Q3, menggambarkan 75 persen dari sampel telah
melakukan migrasi pada jangka waktu 11 tahun dari usia 15 tahun sedangkan mereka yang
menikah Q3 lebih panjang yaitu 22 tahun. Perbedaan kecepatan ini juga dapat kita lihat dari
pendeknya Inter Quatile Range (IQR) untuk mereka yang tidak menikah yaitu 6 tahun sedangkan
untuk mereka yang menikah adalah 10 tahun.
Grafik 3. Survival Function untuk Variabel Status Pekawinan.

Survival Function for patterns 6 - 7
1,2

1,0

,8

,6

CumSurvival

,4

,2

KAWIN
0,0

lainnya
kaw in

-,2
-10

0

MIG_HIT

10

20

30

40

50

Perbedaan pola untuk bermigrasi ini setidaknya memberikan gambaran bahwa untuk
mreka yang berstatus menikah memiliki waktu lebih panjang untuk memutuskan bermigrasi
dibandingkan dengan mereka yang berstatus tidak/belum menikah. Kemungkinan sisi
rasionalitas untuk bermigrasi menjadi lebih kompleks karena biasanya mereka yang telah
menikah sudah memiliki pekerjaan di tempat asal, sehingga ketika mereka memutuskan untuk
bermigrasi harus dipertimbangkan kelebihan dari melakukan migrasi. Alasan lain yang mungkin
adalah biaya yang timbul dari migrasi baik finansial maupun psikis yang harus ditanggung harus
dipehitungkan secara matang sebelum melaksanakan migrasi.
OUTPUT MINITAB 3
Variable: MIG_HIT
P105 = 1
Standard
Mean(MTTF)
Error
12,4338
0,1056
Median =
IQR =
Variable:

10,0000
10,0000
MIG_HIT

Q1 =

95,0% Normal CI
Lower
Upper
12,2268
12,6409

6,0000

Q3 =

16,0000

P105 = 2
Mean(MTTF)
15,6580
Median =
IQR =

Standard
Error
0,2149
14,0000
11,0000 Q1 =

95,0% Normal CI
Lower
Upper
15,2369
16,0792
9,0000

Q3 =

20,0000

Daya tarik kota merupakan salah satu faktor penarik migrasi, tingkat perekonomian yang
pastinya lebih maju dari pedesaan serta fasilitas yang lebih lengkap bagaikan kunang-kunang di
waktu malam. Kesempatan kerja di perkotaan yang merupakan pusat dari perekonomian
mendorong orang untuk berbondong-bondong bermigrasi ke kota, dan mencoba peruntungan
mereka. Ketimpangan pembangunan antara pedesaan dan perkotaan inilah yang membuat arus

migrasi lebih besar ke perkotaan. Daerah tempat tinggal di sini adalah daerah tempat tinggal
sekarang sehingga migrasi yang terjadi sebetulnya adalah migrasi masuk ke tempat tinggal
sekarang.
Terdapat perbedaan kecepatan waktu untuk bermigrasi pertama kali setelah usia 15 tahun
anatara mereka yang tinggal di perkotaan dan tinggal di pedesaan. Q1 untuk mereka yang tinggal
di perkotaan adalah 10 yang berarti 25 persen dari kelompok tersebut melakukan migrasi
pertama kali pada usia 15 sampai 30 tahun, sedangkan mereka yang tinggal di pedesaan Q1 lebih
tinggi yaitu 11 atau pada usia 15 sampai 27 tahun. Perbedaan kecepatan untuk melakukan
migrasi juga dapat dilihat dari median waktunya Q2 = 10 untuk yang tinggal di perkotaan dan 14
untuk mereka yang tinggal di pedesaan.
Grafik 4. Survival Function untuk Variabel Tempat Tinggal.

Survival Function for patterns 8 - 9
1,2

1,0

,8

,6

CumSurvival

,4

,2

Klasifikasi desa/kel
0,0

Perdesaan
Perkotaan

-,2
-10

0

10

MIG_HIT

20

30

40

50

Bagi mereka yang bertujuan untuk pindah ke kota keputusan untuk bermigrasi dilakukan
lebih cepat karena mereka masih berada pada usia muda yang produktif dan berharap dapat
bersaing karena usianya tersebut. Jika kita melihat dari Q3, menggambarkan 75 persen dari
sampel telah melakukan migrasi pada jangka waktu 16 tahun dari usia 15 tahun yang tinggal di
perkotaan, sedangkan mereka yang tinggal di pedesaan Q3 lebih panjang yaitu 20 tahun.
Perbedaan kecepatan ini juga dapat kita lihat dari pendeknya Inter Quatile Range (IQR) untuk
mereka yang tinggal di perkotaan yaitu 10 tahun sedangkan untuk mereka yang tinggal di
pedesaan adalah 14 tahun.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tempat tinggal yang dicakup adalah tempat
tinggal sekarang sehingga analisa data adalah migrasi masuk. Grafik diatas menggambarkan
untuk daerah perkotaan migran masuk pertama kali karena alasan pekerjaan lebih cepat
dibandingkan dengan daerah pedesaan, sehingga dapat kita simpulkan bahwa daya tarik kota
akan membuat para pencari kerja memutuskan lebih cepat migrasi ke kota untuk mengadu nasib.
Analisis Inferensial
Analsisis inferendial dipergunakan untuk menjelaskan hubungan/ asosiasi pada masingmasing variabel yang dipergunakan. Pada model regresi cox akan melihat kaitan variabel
lamanya waktu yang diperlukan ditenpat asal sebelum akhirnya bermigrasi untuk pertama kali
dikaitkan dengan variabel demografi seperti pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan dan
tempat tinggal. Pola yang telah digambarkan pada analisis deskriptif di atas akan lebih gamblang
kecenderungan yang terjadi dan akan dijelaskan dalam model.
Variabel demografi yang telah dijelaskan sebelumnya di masukan kedalam metode
analisis regresi cox dengan mempergunakan paket program SPSS versi 11.5. Metode
penyeleksian model yang dipergunakan adalah metode enter sehingga akan terlihat variabel apa

saja yang bisa masuk kedalam model dan tidak ditinjau dari tingkat signifikansinya. Variabel
terikat yang dipergunakan di model adalah lamanya seseorang tinggal di tempat lahirnya
sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pindah bagi mereka yang berusia 15 tahun ke atas, atau
dengan kata lain lamanya waktu yang diperlukan seseorang untuk bermigrasi setelah berusia 15
tahun (masuk ke usia kerja).
Grafik 2. Omnibus Tests of Model Coefficients(a,b)
-2 Log
Likelihood
130317,860

Overall (score)

Change From Previous
Step

Change From Previous
Block

Chi-square

df

Sig.

Chi-square

df

Sig.

Chi-square

df

Sig.

3855,465

5

,000

3502,856

5

,000

3502,856

5

,000

a Beginning Block Number 0, initial Log Likelihood function: -2 Log likelihood: 133820,716
b Beginning Block Number 1. Method = Enter

Baik tidaknya suatu model untuk di pergunakaan dapat kita lihat dari uji kebaikan model
yang menikuti distribu peluang chi-square. Berdasarkan output hasil pengolahahan SPSS di atas
memberikan gambaran bahwa model secara keseluruhan signifikan sehingga kita dapat
mempergunakan model tersebut. Hal ini terlihat dari tabel di atas yang memberikan p value
0,000, kemudian dapat kita simpulkan dengan tingkat kepercayaan saru persen model tersebut
signifikan sehingga dapat dikatakan model tersebut sudah tepat.
Variables in the Equation
Var

B

SE

DIDIK

Wald
354,723

df
2

Sig.
,000

Exp(B)

DIDIK(1)

-,192

,042

21,005

1

,000

,825

DIDIK(2)

,313

,037

69,862

1

,000

1,367

-1,244

,024

2600,833

1

,000

,288

SEX

,161

,025

41,303

1

,000

1,174

P105

,265

,028

90,510

1

,000

1,304

KAWIN

Secara keseluruhan jika kita melihat hasil statistik Wald maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa semua variabel bebas yang diajukan telah memenuhi syarat untuk dimasukan
ke dalam model. Dengan demikian model yang terbentuk adalah :
St = -0,192 didik(1) + 0,313 didik(2) -1,244 kawin + 0,161 sex + 0,265 P105
Hasil pengujian terhadap parameter variabel Didik secara keseluruhan menghasilkan nilai
yang signifikan secara statistik. Hal ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan lamanya waktu
seseorang untuk mengambil keputusan bermigrasi untuk pertama kali yang signifikan antara
kelompok pendidikan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan mereka yang
berpendidikan tinggi. Jika dibandingkan dengan analisis deskriptif sebelumnya maka kita dapat
menarik kesimpulan walaupun pada awalnya mereka yang berpendidikan menegah lebih lambat
untuk memutuskan bermigrasi pertama kali karena alasan pekerjaan namun mereka lebih pada
akhirnya kelompok ini lebih cepat untuk bermigrasi.
Mereka yang berpendidikan rendah ternyata jika dibandingkan dengan mereka yang
berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan lebih lambat untuk bermigrasi. Hal ini terlihat dari
model yang didapat dengan estimasi parameter B=-0,192 dan Exp (B)=0,825 yang berarti slope
negatif menggambarkan lebih lambat sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan
penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam melakukan migrasi sebesar 0,825 kali.
Mereka yang berpendidikan menengah ternyata jika dibandingkan dengan mereka yang
berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan lebih cepat untuk bermigrasi. Hal ini terlihat dari
model yang didapat dengan estimasi parameter B=0,313 dan Exp (B)=1,367 yang berarti slope
positif menggambarkan lebih cepat sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan
penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam melakukan migrasi sebesar 1,367 kali.
Laki-laki ternyata jika dibandingkan dengan perempuan memiliki kecenderungan lebih
cepat untuk bermigrasi pertama kali. Hal ini terlihat dari model yang didapat dengan estimasi
parameter B=0,161 dan Exp (B)=1,174 yang berarti slope positif menggambarkan lebih cepat
sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan penjelasan terdapat perbedaan kecepatan
dalam melakukan migrasi sebesar 1,174 kali. Jika kita telaah lebih jauh maka sebenarnya
perbedaan kecepatan bermigrasi pertamakali antar jenis kelamin hanya sedikit sekita 0,174 kali.

Mereka dengan status kawin ternyata jika dibandingkan dengan mereka yang tidak terikat
perkawinan memiliki kecenderungan lebih lambat untuk bermigrasi pertama kali. Hal ini terlihat
dari model yang didapat dengan estimasi parameter B=-1,244 dan Exp (B)=0,288 yang berarti
slope negatif menggambarkan lebih lambat sedangkan rasio kecenderungan exp b memberikan
penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam melakukan migrasi sebesar 0,288 kali.
Wilayah perkotaan bagi para migran ternyata lebih menarik untuk didatangi jika
dibandingkan dengan wilayah pedesaan karena jika kita melihat kecenderungan bahwa mereka
yang tinggal di perkotaan memiliki kecenderungan lebih cepat untuk bermigrasi ke wilayah
mereka tinggal sekarang. Hal ini terlihat dari model yang didapat dengan estimasi parameter
B=0,265 dan Exp (B)=1,304 yang berarti slope positif menggambarkan lebih cepat sedangkan
rasio kecenderungan exp b memberikan penjelasan terdapat perbedaan kecepatan dalam
melakukan migrasi sebesar 1,367 kali.