Makalah Demokrasi dan Pemilu di Indonesi (1)

Demokrasi dan Pemilu di Indonesia

TUGAS MAKALAH

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA

DISUSUN OLEH :
ADITIYA PARLINDUNGAN SITORUS (8111416331)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG 2017

DAFTAR ISI

Daftar
isi..................................................................................................................
...............................................2
BAB 1
PENDAHULUAN..............................................................................................
.......................................3
1.1 latar

belakang.......................................................................................................
..................3
1.3 rumusan
masalah........................................................................................................
..........3
1.4 tujuan dan
manfaat.........................................................................................................
.....3
BAB 2
PEMBAHASAN................................................................................................
........................................4
2.1
demokrasi.....................................................................................................
............................4
2.2 demokrasi di
Indonesia......................................................................................................
6
2.3
pemilu...........................................................................................................
.............................8

2.4 pemilu di
Indonesia.......................................................................................................
....10
BAB 3
PENUTUP........................................................................................................
.......................................13
3.1
kesimpulan....................................................................................................
........................13
3.2

2

saran.............................................................................................................
............................14
Daftar
pustaka.........................................................................................................
..........................................15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Faham yang dianut oleh suatu Negara sangat memengaruhi
kesinambungan pembangunan Negara tersebut. Menurut pendapat
penyusun secara tersirat, faham merupakan kartu mati Negara selain
Ideologi, dimana ia akan membawa kemakmuran bila dilaksanakan secara
baik dan benar, dan membawa malapetaka bila dalam pelaksanaannya
ternoda tindakan tak bermoral. Walaupun faham suatu Negara dapat
dirubah seiring gejolak di lingkungan elit politik, namun hal itu akan
menjadi masalah besar karena sebuah faham dianut atas asas, tujuan,
serta maknanya yang sesuai dengan pemikiran/ideologi bangsa.
3

Lalu apa faham yang dianut oleh Negara yang besar ini? Ya, Indonesia
menganut Faham Demokrasi, dimana faham ini telah digunakan sejak
ratusan tahun sebelum masehi. Sistem demokrasi dalam setiap Negara
tentu berbeda mengingat setiap Negara memiliki kebudayaan dan

kepribadian serta ideologi yang tidak sama. Dalam pengimplementasian
demokrasi di Indonesia, diadakan Pemilihan Umum (Pemilu) untuk
memilih wakil rakyat, Kepala Daerah, dan Presiden. Keberhasilan Pemilu
dapat diartikan keberhasilan pelaksanaan sistem demokrasi yang dianut.
Akan tetapi keberhasilan tersebut bergantung pada rakyat. Apabila rakyat
faham akan pentingnya demokrasi, maka rakyat akan menggunakan hak
pilihnya dengan sebaik-baiknya tanpa terpengaruh dengan noda-noda
politik didalamnya. Oleh karena itu, makalah ini akan menjelaskan apa
yang dimaksud Demokrasi dan Pemilu di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, berikut beberapa rumusan masalah yang
akan kita bahas pada makalah ini :


Apakah demokrasi itu ?



Bagaimanakah demokrasi di Indonesia?




Apakah pemilu itu?



Bagaimanakah pemilu di Indonesia?

1.3 TUJUAN dan MANFAAT


Mengetahui apa itu demokrasi.



Mengetahui demokrasi di Indonesia.




Mengetahui apa itu pemilu.



Mengetahui Bagaimana pemilu di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEMOKRASI
4

A.

PENGERTIAN DEMOKRASI

secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani,
“demos” berarti rakyat dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep
dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa”(goverment of rule by the
people). Demokrasi memiliki arti penting bagi masyarakat yang
menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk

menentukan sendiri jalannya organisasi Negara dijamin. Jadi Negara
demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak
dan kemauan rakyat, atau jika di tinjau dari sudut organisasi, ia berarti
suatu pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atas
asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat.
Menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik demokratis adalah
sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas
dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.
Penerapan demokrasi diberbagai Negara di dunia, memiliki ciri khas
dan spesifikasi masing-masing, yang lazimnya sangat dipengaruhi oleh
ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu Negara.
Sehingga
dapat
disimpulkan
Demokrasi
adalah
bentuk

pemerintahan yang semua warga Negaranya memiliki hak setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga Negara berpartisipasi—baik secara langsung atau
melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan
hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara.

B.

SEJARAH DEMOKRASI

Di zaman kuno, Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab
politik dan filsafat Yunani kuno di Negara-kota Athena. Dipimpin oleh
Cleisthenes, warga Athena mendirikan Negara yang umum dianggap
sebagai Negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Cleisthenes
disebut sebagai "bapak demokrasi Athena." Dimana Demokrasi Athena
berbentuk demokrasi langsung
Negara-Negara berikut dikategorikan sebagai demokrasi penuh oleh
Democracy Index pada tahun 2011: Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia,

Selandia Baru
, Australia, Swiss, Kanada, Finlandia, Belanda,
5

Luksemburg, Irlandia, Austria, Jerman, Malta, Republik Ceko, Uruguay,
Britania Raya, Amerika Serikat, Kosta Rika, Jepang, Korea Selatan, Belgia,
Mauritius, Spanyol. Democracy Index memasukkan 53 Negara di kategori
berikutnya, demokrasi tidak sempurna: Argentina, Benin, Botswana,
Brasil, Bulgaria, Tanjung Verde, Chili, Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik
Dominika, El Salvador, Estonia, Perancis, Ghana, Yunani, Guyana,
Hongaria, Indonesia, India, Israel, Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho, Lituania,
Makedonia, Malaysia, Mali, Meksiko, Moldova, Mongolia, Montenegro,
Namibia, Panama, Papua Nugini, Paraguay, Peru, Filipina, Polandia,
Portugal, Indonesia, Rumania, Serbia, Slowakia, Slovenia, Afrika Selatan,
Sri Lanka, Suriname, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Trinidad dan Tobago,
Zambia.

C. BENTUK-BENTUK DEMOKRASI
Demokrasi langsung


Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana
setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu
keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam
memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung
terhadap keadaan politik yang terjadi.
Demokrasi perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan
melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil
keputusan bagi mereka.

D.

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
Bersifat Demokratis (Democratische Rechsstat)

Dianut dan dipratikanya prinsip demokrasi atau
kedaulatan rakyat yang menjamin peran serta
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
kenegaraan, sehingga setiap peraturan perundangundangan

yang
ditetapkan
dan
ditegakan
mencerminkankan nilai-nilai keadilan yang hidup
6

ditengah
masayarakat.
Hukum
dan
peraturan
perundang-undangan yang berlaku tidak boleh
ditetapkan dan diterapkan secara sepihak oleh
dan/atau hanya untuk kepentingan penguasa secara
bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi.
E.

ASAS POKOK DEMOKRASI

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi
adalah pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia
mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan
gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:
1. Pengakuan

partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya
pemilihan wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat
secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil; dan

2. Pengakuan

hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya
tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi
kepentingan bersama.

Syarat-syarat mendasar agar suatu negara dikatakan sebagai
negara hukum yang demokratis (negara demokratis dibawah rule of
law) dapat dilihat rumusanya pada hasil seminar International
Commision of Jurists di Bangkok Tahun 1965, yaitu sebagai berikut :
1. Perlindungan Konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain
menjamin hak-hak individu harus menentukan juga cara
procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang
dijamin itu;
2. Badan kehakiman yang bebas ( Independent dan impartial
tribunals);
3. Pemiliham umum yang bebas;
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisai dan berposisi
6. Pendidikan Kewarganegaraan (Civil Education).

7

2.2 DEMOKRASI DI INDONESIA
A.

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA.

Dalam sejarah Negara republik inddonesia yang telah lebih dari
setengah abad, perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode,
yaitu:
a.
Periode 1945 – 1959 masa demokrasi parlementer.
Pada masa demokrasi parlementer lebih menonjolkan peranan
parlemen serta partai – partai. Kelemahan demokrasi parlementer
memberi peluang untuk dominasi partai – partai politik dan DPR.
b.
Periode 1959 - 1965 masa demokrasi terpimpin.
Pada masa demokrasi terpimpin banyak aspek yang telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan
beberapa aspek dari demokrasi rakyat.
c.
Periode 1966 – 1998 masa demokrasi pancasila era orde
baru.
Pada masa demokrasi pancasila era orde baru
merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan system presidensial. Namun
dalam perkembangannya peran presiden semakin dominan terhadap
lembaga – lembaga Negara yang lain. Kelemahan demokrasi ini adalah
pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politis penguasa saat itu,
sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai – nilai
pancasila.
d.
Periode 1999 - sekarang masa demokrasi pancasila era
reformasi.
Pada masa demokrasi pancasila era reformasi berakar pada kekuatan
multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar
lembaga Negara, antara lain eksekutif, yudikatif, dan legislative.
Kelebihan pada masa ini adalah peran partai politik kembali menonjol,
sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.
Konstitusi Indonesia, UUD 1945, menjelaskan bahwa Indonesia
adalah sebuah Negara demokrasi. Presiden dalam menjalankan
kepemimpinannya harus memberikan pertanggungjawaban kepada MPR
sebagai wakil rakyat. Oleh karena itu secara hirarki rakyat adalah
pemegang kekuasaan tertinggi melalui sistem perwakilan dengan cara
pemilihan umum. Pada era Presiden Soekarno, Indonesia sempat
menganut demokrasi terpimpin tahun 1956. Indonesia juga pernah
menggunakan demokrasi semu(demokrasi pancasila) pada era Presiden
Soeherto hingga tahun 1998 ketika Era Soeharto digulingkan oleh gerakan
mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang telah memakan banyak sekali harta
dan nyawa dibayar dengan senyum gembira dan rasa syukur ketika
8

Presiden Soeharto mengumumkan "berhenti sebagai Presiden Indonesia"
pada 21 Mei 1998. Setelah era Seoharto berakhir Indonesia kembali
menjadi Negara yang benar-benar demokratis mulai saat itu. Pemilu
demokratis yang diselenggarakan tahun 1999 dimenangkan oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan. Pada tahun 2004 untuk pertama kali
Bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum presiden. Ini
adalah sejarah baru dalam kehidupan demokrasi Indonesia.

B. PRINSIP DEMOKRASI DALAM NEGARA INDONESIA
Dalam demokrasi kekuasaan tertinggi di suatu Negara adalah di
tangan rakyat, maksudnya adalah menyangkut baik penyelenggaraan
Negara maupun pemerintahan. Itu artinya; pertama: pemerintahan
berada ditangan rakyat , kedua: pemerintahan oleh rakyat, ketiga:
pemerintahan untuk rakyat. prinsip pemerintahan berdasarkan kedaulatan
rakyat tersebut bagi Negara Indonesia terkandung dalam pembukaan UUD
1945 alinea IV, yang berbunyi: “................ maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Maka
prinsip demokrasi dalam Negara Indonesia selain tercantum dalam
pembukaan juga berdasarkan pada dasar filsafat Negara pancasila sila
keempat yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan
perwakilan”.
Dimaksud
bahwa
dalam
pelaksanaan demokrasi di Indonesia itu didasarkan pada moral
kebijaksanaan yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
kemanusiaan yang adil dan beradap. Selain itu dasar pelaksanaan
demokrasi Indonesia juga secara eksplisit tercantum dalam UUD 1945
pasal 1 ayat (2) yang berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Sistem demokrasi dalam
penyelenggaraan Negara Indonesia juga diwujudkan dalam penentuan
kekuasaan Negara, yaitu menentukan dan memisahkan tentang
kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan legislatif (trias politica : sebuah ide
bahwa sebuah pemerintahan berdaulat harus dipisahkan antara dua atau
lebih kesatuan kuat yang bebas, mencegah satu orang atau kelompok
mendapatkan kuasa yang terlalu banyak. Pemisahan kekuasaan
merupakan suatu cara pembagian dalam tubuh pemerintahan agar tidak
ada penyalahgunaan kekuasaan, antara legislatif, eksekutif dan yudikatif).
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah
9

(eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
seringkali
menimbulkan
pelanggaran
terhadap
hak-hak
asasi
manusia.Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga Negara yang
lain, misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan
sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa
mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk
rakyat. Intinya, setiap lembaga Negara bukan saja harus akuntabel
(accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan
akuntabilitas dari setiap lembaga Negara dan mekanisme ini mampu
secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan
lembaga Negara tersebut.

2.3 PEMILU
A.

DEFINISI PEMILU

Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga
perwakilan rakyat, serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga
Negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara
langsung. Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam
memerintah suatu Negara selama jangka waktu tertentu.
Menurut Austin Ranney, pemilu dikatakan demokratis apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:

Penyelenggaraan secara periodik (regular election),

Pilihan yang bermakna (meaningful choices),

Kebebasan untuk mengusulkan calon (freedom to put forth
candidate),

Hak pilih umum bagi kaum dewasa (universal adult suffrage),

Kesetaraan bobot suara (equal weighting votes),

Kebebasan untuk memilih (free registration oh choice),

Kejujuran dalam perhitungan suara dan pelaporan hasil (accurate
counting of choices and reporting of results)
Pemilihan umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
i. Cara langsung, dimana rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya
yang akan duduk di badan-badan perwakilan rakyat. Contohnya,
pemilu di Indonesia untuk memilih anggota DPRD, DPR, dan
Presiden.
10

b.

Cara bertingkat, di mana rakyat terlebih dahulu memilih wakilnya
(senat), lantas wakil rakyat itulah yang memilih wakil rakyat yang
akan duduk di badan-badan perwakilan rakyat.

Berdasarkan daftar peserta partai politik
Sistem pemilihan umum terbagi 2 jenis yaitu:



B.

sistem terbuka, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama dan
foto peserta partai politik
sistem tertutup, yaitu pemilih mencoblos/mencontreng nama
partai politik tertentu. Kedua sistem memiliki persamaan yaitu
pemilih memilih nama tokoh yang sama di mana tokoh-tokoh
tersebut bisa bermasalah di depan publik.

FUNGSI PEMILU

Pemilihan umum mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai:

Sarana memilih pejabat publik (pembentukan pemerintahan),

Sarana pertanggungjawaban pejabat publik, dan

Sarana pendidikan politik rakyat
Selain fungsi tersebut,akan tetapi pemilu berfungsi juga sebagai :
Media bagi rakyat untuk menyuarakan pendapatnya, Mengubah
kebijakan,Mengganti pemerintahan,Menuntut pertanggung jawaban,
Menyalurkan aspirasi lokal .

C.

TUJUAN PEMILU

Rakyat sebagai pemegang kedaulatan berhak menentukan warna
dan bentuk pemerintah serta tujuan yang hendak dicapai,sesuai dengan
konstitusi yang berlaku.
Berikut ini beberapa tujuan pemilu secara umum : Melaksanakan
kedaulatan rakyat, Sebagai perwujudan hak asasi politik rakya, Untuk
memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR,DPD,dan DPRD, serta
memilih presiden dan wakil presiden, Melaksanakan pergantian personal
pemerintahan secara damai,aman,dan tertib (secara konstitusional),
Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

D.

PRINSIP PEMILU DEMOKRATIS

1. Dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Pemilu (Jajaran KPU dan
Jajaran BAWASLU) yang mandiri dan bebas intervensi dari pihak
manapun.
11

2. Dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
3. Semua tahapan dilaksanakan secara demokratis, prosedural,
transparan dan akuntabel.
4. Pemerintah dan jajarannya menjaga integritas dan netralitas.
5. Melindungi dan menjaga kesamaan hak pemilih dengan prinsip satu
suara mempunyai nilai yang sama (one person, one vote dan one
value)

2.4 PEMILU DI INDONESIA
Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan
untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi,
dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada
2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula
dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat
sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai
bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian
dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk
kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5
tahun sekali.

A.

ASAS PEMILU

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang
merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal
"Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih
diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh
diwakilkan. Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga
Negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti
pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak
manapun, kemudian Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih
bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

B.

PERKEMBANGAN PEMILU DI INDONESIA

Sejak kemerdekaan hingga tahun 2014 bangsa Indonesia telah
menyeleng-garakan 11 kali pemilihan umum, yaitu 1945, 1971, 1977,
1982, 1992, 1997, 1999, 2004 ,2009 dan 2014. Akan tetapi pemilihan
12

pada tahun 1955 merupakan pemilihan umum yang dianggap istimewa
karena ditengah suasana kemerdekaan yang masih tidak stabil Indonesia
melakukan PEMILU , bahkan dunia internasional memuji pemilu pada
tahun tersebut. Pemilihan umum berlangsung dengan terbuka, jujur dan
fair, meski belum ada sarana komunikasi secanggih pada saat ini ataupun
jaringan kerja KPU.
Semua pemilihan umum tersebut tidak diselenggarakan dalam
situasi yang vacuum, melainkan berlangsung di dalam lingkungan yang
turut menentukan hasil pemilihan umum itu sendiri. Dari pemilihan umum
tersebut juga dapat diketahui adanya upaya untuk mencari sistem
pemilihan umum yang cocok untuk Indonesia.
a.

Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1958)
Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin
Harahap (tahun 1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2
kali yaitu yang pertama untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
pada bulan September dan yang kedua untuk memilih anggota
Konstituante pada bulan Desember. Sistem yang diterapkan pada pemilu
ini adalah sistem pemilu proporsional.
Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan demokratis
dan hikmat,, Tidak ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya
dari pemerintah mengadakan intervensi atau campur tangan terhadap
partai politik dan kampanye berjalan menarik. Pemilu ini diikuti 27 partai
dan satu perorangan.
Akan tetapi stabilitas politik yang begitu diharapkan dari pemilu
tidak tercapai. Kabinet Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga besar: NU,
PNI dan Masyumi terbukti tidak sejalan dalam menghadapi beberapa
masalah terutama yang berkaitan dengan konsepsi Presiden Soekarno
zaman Demokrasi Parlementer berakhir.
c.

Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Sesudah runtuhnya rezim demokrasi terpimpin yang semi otoriter
ada harapan besar dikalangan masyarakat untuk dapat mendirikan suatu
sistem politik yang demokratis dan stabil. Salah satu caranya ialah
melalui sistem pemilihan umum . pada saat itu diperbincangkan tidak
hanya sistem proporsional yang sudah dikenal lama, tetapi juga sistem
distrik yang di Indonesia masih sangat baru.
Jika meninjau sistem pemilihan umum di Indonesia dapat ditarik
berbagai kesimpulan. Pertama, keputusan untuk tetap menggunakan
sistem proporsional pada tahun 1967 adalah keputusan yang tepat karena
tidak ada distorsi atau kesenjangan antara perolehan suara nasional
dengan jumlah kursi dalam DPR. Kedua, ketentuan di dalam UUD 12945
bahwa DPR dan presiden tidak dapat saling menjatuhkan merupakan
keuntungan, karena tidak ada lagi fragmentasi karena yang dibenarkan
13

eksistensinya hanya tiga partai saja. Usaha untuk mendirikan partai baru
tidak bermanfaat dan tidak diperbolehkan. Dengan demikian sejumlah
kelemahan dari sistem proporsional telah teratasi.
Namun beberapa kelemahan masih melekat pada sistem politik ini.
Pertama, masih kurang dekatnya hubungan antara wakil pemerintah dan
konstituennya tetap ada. Kedua, dengan dibatasinya jumlah partai
menjadi tiga telah terjadi penyempitan dalam kesempatan untuk memilih
menurut selera dan pendapat masing-masing sehingga dapat
dipertanyakan
apakah
sipemilih
benar-benar
mencerminkan,
kecenderungan, atau ada pertimbangan lain yang menjadi pedomannya.
Ditambah lagi masalah golput, bagaimanapun juga gerakan golput telah
menunjukkan salah satu kelemahan dari sistem otoriter orde dan hal itu
patut dihargai.
d.
Zaman Reformasi (1998-sekarang)
Seperti dibidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan
fundamental. Pertama, dibukanya kesempatan kembali untuk bergeraknya
partai politik secara bebas, termasuk mendirikan partai baru. Kedua,
pada pemilu 2004 untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia
diadakan pemilihan presiden dan wakil presiden dipilih melalui MPR.
Ketiga, diadakannya pemilihan umum untuk suatu badan baru, yaitu
Dewan Perwakilan Daerah yang akan mewakili kepentingan daerah secara
khusus. Keempat, diadakannya “electoral thresold “ , yaitu ketentuan
bahwa untuk pememilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal
3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem pemilu yang pernah di
anut di Indonesia adalah :
Pemilu Terbuka/tertutup Distrik/proporsional/campuran
1955
tertutup
Proporsional
1971
1977
1982
1987
1992
1997
1999
2004
terbuka
Campuran
2009
2014
dan Jumlah kepimpinan yang dipilih rakyat
Pemilihan

Total
14

Presiden

2

Gubernur

64

Walikota/Bupati

1022

DPR

560

DPRD

20 per kabupaten/kota

DPD

4 per provinsi

DPRA

70

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
A.

DEMOKRASI

Demokrasi dalam makna harfiah adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kaitanya dengan kekuasaan
politik, rakyat merupakan awal dan akhir, Karena keterlibatan
penuh mereka dalam proses politik menjadi sebuah kemutlakan.
Austin Reney (Austin Reney, 1996: 94-99) menguraikan beberapa
ciri untuk menilai bekerjanya demokrasi dalam sebuah
masyarakat: (1) kedaulatan rakyat (popular sovereignty); (2)
kesetaraan politik (political equality); (3) mekanisme konsultasi
public (popular consultation) dan (4) pengaturan di tangan
mayoritas (majority rule).

B. DEMOKRASI DI INDONESIA
Indonesia adalah sebuah Negara demokrasi. Pada era Presiden
Soekarno, Indonesia sempat menganut demokrasi terpimpin tahun 1956.
Indonesia juga pernah menggunakan demokrasi semu(demokrasi
pancasila) pada era Presiden Soeherto hingga tahun 1998 ketika Era
Soeharto digulingkan oleh gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang
telah memakan banyak sekali harta dan nyawa dibayar dengan senyum
gembira dan rasa syukur ketika Presiden Soeharto mengumumkan
"berhenti sebagai Presiden Indonesia" pada 21 Mei 1998. Setelah era
Seoharto berakhir Indonesia kembali menjadi Negara yang benar-benar
demokratis mulai saat itu. Pemilu demokratis yang diselenggarakan
tahun 1999 dimenangkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Pada tahun 2004 untuk pertama kali Bangsa Indonesia menyelenggarakan
pemilihan umum presiden. Ini adalah sejarah baru dalam kehidupan
15

demokrasi Indonesia. Sedangkan prinsip demokrasi dalam Negara
Indonesia berdasarkan pada dasar filsafat Negara pancasila sila keempat
yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”. Dimaksud bahwa dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia itu didasarkan pada moral kebijaksanaan yang
terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang
adil dan beradap. Selain itu dasar pelaksanaan demokrasi Indonesia juga
secara eksplisit tercantum dalam UUD 1945 pasal 1 ayat (2) yang
berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Sistem demokrasi dalam penyelenggaraan
Negara Indonesia juga diwujudkan dalam penentuan kekuasaan Negara,
yaitu menentukan dan memisahkan tentang kekuasaan eksekutif,
yudikatif, dan legislatif (trias politica)

C.

PEMILU DI INDONESIA

Pemilihan umum di Indonesia menganut asas "Luber" yang
merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia".
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan
singkatan dari "Jujur dan Adil".
Sejak kemerdekaan hingga tahun 2014 bangsa Indonesia telah
menyeleng-garakan 11 kali pemilihan umum, yaitu 1945, 1971, 1977,
1982, 1992, 1997, 1999, 2004
,2009 dan 2014. Namun seiring
berjalannya waktu sistem pemilu di Indonesia memberikan peluang
money politic. Padahal praktek money politic merupakan praktek yang
sangat bertentangan dengan nilai demokrasi. Ironisnya praktek money
politic ini sudah menjadi kebiasaan dan rahasia umum di masyarakat.
Real-nya Sistem demokrasi pemilu di Indonesia masih harus banyak
perbaikan, jauh berbeda dibandingkan sistem pemilu demokrasi di
Amerika yang sudah matang. Maka solusi untuk mengatasi money politic
adalah “Harus ada perubahan bersama, baik itu dari masyarakat, UU, dan
juga pemerintah”.

3.2 SARAN
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menilai bahwa pada
dasarnya seluruh sistem yang ada dalam demokrasi adalah suatu
kebaikan bersama. Meski segala kebaikan/kelebihan tersebut masih
mengandung kekurangan, apabila sistem tersebut berjalan dengan baik,
kekurangan tersebut dapat diminimalisir.
Pemilu sebagai wujud pelaksanaan demokrasi di Indonesia
seharusnya menjadi hal penting dan sakral bagi setiap orang yang
melaksanakannya. Tetapi seperti yang kita ketahui sekarang, walaupun
16

pendidikan kewarganegaraan telah diberikan semenjak jenjang sekolah
dasar, tetap tidak mendorong elit politik maupun masyarakat sendiri
untuk bersikap Luber Jurdil. Ketika kita memandang secara luas, tentu
penyampaian sikap kewarganegaraan melalui jenjang sekolah masih
belum maksimal karena masih banyaknya anak tidak bersekolah. Meski
perkembangan teknologi semakin canggih, segala informasi tercakup
didalamnya, namun tidak semua rakyat sempat mengenyam canggihnya
teknologi tersebut sehingga dapat dipastikan masih membutuhkan
komunikasi langsung kepada masyarakat sendiri. Dengan adanya Otonomi
Daerah, Pemerintah Pusat dapat memberikan penyuluhan pada setiap
daerah, melalui Pemerintah Daerah yang disampaikan kepada setiap
perwakilan organisasi muda yang ada di setiap desa (Karang Taruna) agar
penyuluhan kepada masyarakat merata dan lebih maksimal.
Kepada elit politik secara khusus, mestinya mereka lebih memahami
makna demokrasi dan pelaksanaan pemilu. Tidak mementingkan ambisi
kekuasaan dan kepentingan golongan. Mengingat demokrasi sendiri
adalah kepemimpinan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Maka
segala kebijakan politik harus mempertimbangkan suara rakyat dengan
tidak melupakan unsur moralitas kebudayaan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Martitah. (2013). MAHKAMAH KONSTITUSI : Dari Negative Legislature ke Positive
Legislature? Jakarta: Konstitusi Press.

Martitah.(2009). Judicial Review dan Arah Politik Hukum Nasional :
(Sebuah Perspektif Penegakan Konstitusi). Jurnal Konstitusi. Vol I No. 1.
Hlm 112.
Martitah. (2008). Suksesi Kepemimpinan dan Keistimewaan Jogjakarta.
Jurnal Ilmu Hukum Pandecta.Vol 2 No.2. Hlm 28-29.
http://get-and-share.blogspot.com/2013/03/demokrasi-dan-pemilu-diindonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemisahan_kekuasaan
http://martmarthen.blogspot.com/2014/01/implementasi-uu-pemilu-dalamdemokrasi.html,

17

,

http://pantaupemilu.org/pemilu-dan-demokrasi

http://politikindonesia.com/index.php?k=pendapat&i=15403

,

,

http://priankarara.blogspot.com/2013/03/pengertian-pemilu.html,
http://simplenews05.blogspot.com/2013/08/tujuan-pemilihan-umum-pemilu.html
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/05/demokrasi-diindonesia-pengertian-sejarah-pelaksanaan-penerapan.html
http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/06/pemilu-di-indonesiasistem.html
http://sweeperjamnas.wordpress.com/2012/12/28/pelaksanaan-demokrasi-diindonesia/

http://thynaituthya.wordpress.com/2013/11/23/makalah-pkn-tentangdemokrasi-indonesia/,
http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-pemilihan-umum-pemilu.html

18

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25