Demokrasi dan HAM di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selain demokrasi, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan
elemen penting untuk perwujudan sebuah negara yang berkeadaban.
Apabila demokrasi dan HAM berjalan dengan baik maka akan melahirkan
sebuah tatanan masyarakat yang demokratis dan kritis terhadap penegakan
HAM.
Di era globalisasi saat ini, hampir semua negara menyatakan sebagai
negara

demokrasi

termasuk

negara

yang

sistem


pemerintahannya

bersumber dari kedaulatan rakyat seperti Indonesia dan Yunani. Kedaulatan
rakyat merupakan paham kenegaraan yang penjabaran dan pengaturannya
terdapat dalam Undang-Udang Dasar suatu negara dan penerapannya
disesuaikan dengan filsafat hidup rakyat dari negara yang bersangkutan.
Spirit kerakyatan yang menjadi watak negara Demokrasi merupakan
syarat utama dalam negara yang berkedaulatan rakyat, karena kekuasaan
tertinggi berada ditangan rakyat.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat karena dengan
demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi
pemerintahan sesuai kehendaknya dapat dijamin.

1.2
1.
2.
3.
4.
5.


Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Demokrasi?
Bagaimanakah perkembangan Demokrasi di negara Indonesia?
Apa yang dimaksud dengan HAM?
Bagaimanakah perkembangan HAM di negara Indonesia?
Bagaimanakah hubungan antara demokrasi dan HAM?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara
dengan kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara
langsung ataupun melalui perwakilan. Kata “demokrasi” berasal dari dua
kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti
pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau
yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat.
Istilah Demokrasi sendiri diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles
sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan
bahwa kekuasaan berada di tangan orang banyak yang disebut dengan

istilah rakyat. Di Yunani sendiri demokrasi telah muncul pada pertengahan
abad ke-5 dan ke-4 SM. Demokrasi ini merujuk pada sistem politik di negara
kota Yunani Kuno.
Seiring dengan perkembangan zaman, sehingga perkembangan sistem
demokrasi juga banyak diterapkan diberbagai negara-negara di dunia.
Perkembangan demokrasi yang semakin pesat juga telah memunculkan
perkembangan pengertian dari pada demokrasi itu sendiri.

Pengertian

demokrasi menurut para ahli:
·

Menurut H. Harris Soche (Yogyakarta : Hanindita, 1985)
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekusaan
pemerintahan itu melekat pada diri rakyat atau diri orang banyak dan
merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur,
mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan

·


orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
Menurut Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana di mana terjadi kebebasan politik.

·

Menurut International Commission of Jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat
keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga Negara melalui
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada

mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
·
2.2 Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan
Demokrasi yang pernah ada di Indonesia. Pelaksanaan demokrasi di

indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara lain :
1.

Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang
ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum
berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik.
Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu
terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbunyi sebelum MPR, DPR
dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara
Indonesia adalah negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :

·

Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.

·


Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan
Partai Politik.

·

Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan
sistem pemerintahan presidensil menjadi parlementer

2.
a.

Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.

Namun demikian praktek demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
·


Dominannya partai politik

·

Landasan sosial ekonomi yang masih lemah

·

Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 :

·

Bubarkan konstituante

·

Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950


·

Pembentukan MPRS dan DPAS

b.

Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965
adalah

kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat


kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif
revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1.

Dominasi Presiden

2.

Terbatasnya peran partai politik

3.

Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:


1.

Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan

2.

Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR

3.

Jaminan HAM lemah

4.

Terjadi sentralisasi kekuasaan

5.


Terbatasnya peranan pers

6.

Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)

Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI
yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
3.

Pelaksanaan demokrasi Orde Baru (1966 – 1998)
Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde
baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru
bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen.

Awal

Orde

baru

memberi

harapan

baru

pada

rakyat

pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa
orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini
dianggap gagal sebab:
1.

Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada

2.

Rekrutmen politik yang tertutup

3.

Pemilu yang jauh dari semangat demokratis

4.

Pengakuan HAM yang terbatas

5.

Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:

1.

Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )

2.

Terjadinya krisis politik

3.

TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba

4.

Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun jadi Presiden.

4.

Pelaksanaan Demokrasi Reformasi {1998 – Sekarang).
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan
dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei
1998.

Masa reformasi berusaha

membangun kembali kehidupan yang

demokratis antara lain:
1.

Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi

2.

Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum

3.

Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas
dari KKN

4.

Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI

5.

Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan umum sudah
tiga kali yaitu tahun 1999, tahun 2004, dan tahun 2009.

2.3 Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM adalah kebebasan seseorang untuk bertindak sesuai degan hati
nuraninya berkenaan dengan hal-hal yang asasi atau mendasar. HAM
merupakan hak-hak dasar yang dimiliki sejak lahir. HAM juga merupakan hak
yang melekat pada manusia secara kodrati. HAM ini juga tidak dapat
dihilangkan oleh pihak lain. Disamping HAM, ada juga kewajiban asasi, yaitu
kewajiban dasar yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus
dilaksanakan oleh setiap manusia, misalnya beribadah.
Beberapa definisi menurut para ahli :
1. Prof. Dr. Dardji darmodiharjo, S.H. HAM adalah hak-hak dasar / pokok yang
2.

dibawa manusia sejak lahir sebagi anugrah Tuhan Yang Maha Esa
Laboratorium pancasila IKIP Malang. HAM adalah hak yang melekat pada

3.

martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Prof. Mr. Kuntjono Purbo pranoto. HAM adalah hak yang dimiliki manusia

menurut kodratnya yang tidak dipisahkan hakikatnya
4. John Locke. HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa HAM merupakan hak paling
individu dan merupakan seperangkat hak yang melekat pada manusia yang
wajib dihormati , dijunjung tinggi yang dilindungi oleh Negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia. (ezz-rosevelt.blogspot.com)
2.4 Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang
hidup di masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah
cukup

lama.

Secara

garis

besar

Prof.

Bagir

Manan

pada

bukunya

Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia ( 2001 ),
membagi perkembangan HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua
periode yaitu periode sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ), periode setelah
Kemerdekaan (1945 – sekarang).
A. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )
o Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo
telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan
pendapat melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial
maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk
pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat.
o Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan
o

nasib sendiri.
Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh

o

penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham
Marxisme lebih condong pada hak – hak yang bersifat sosial dan menyentuh

isu – isu yang berkenan dengan alat produksi.
o Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan
hak kemerdekaan.
o Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh
kemerdekaan.

o Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik
yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib
sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta
hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.
Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam
sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan
Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan
pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah
hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak
berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan
tulisan dan lisan.
B. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )
a) Periode 1945 – 1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk
merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang
didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat
terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara
formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum
dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada
periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal
1 November 1945.
Langkah selanjutnya

memberikan

keleluasaan

kepada

rakyat

untuk

mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah
tanggal 3 November 1945.
b) Periode 1950 – 1959
Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan
sebutan periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini
menapatkan momentum yang sangat membanggakan, karena suasana
kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal atau demokrasi
parlementer

mendapatkan

tempat

di

kalangan

elit

politik.

Seperti

dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada

periode ini mengalami “ pasang” dan menikmati “ bulan madu “ kebebasan.
Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama,
semakin banyak tumbuh partai – partai politik dengan beragam ideologinya
masing – masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul –
betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain
dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, fair ( adil ) dan
demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat resprentasi
dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil
rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif.
Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang
kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang
kebebasan.
c) Periode 1959 – 1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi
Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat pada
dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin
Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur
politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM,
telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak
politik.
d) Periode 1966 – 1998
Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada
semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah
diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM
dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang
perlunya

pembentukan

Pengadilan

HAM,

pembentukan

Komisi

dan

Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada pada tahun 1968
diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan perlunya hak
uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna melindungi HAM. Begitu
pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui
Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam

piagam tentang Hak – hak Asasi Manusia dan Hak – hak serta Kewajiban
Warganegara.
Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980an persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati,
dilindungi dan ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan
represif yang dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif
terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa
HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai –nilai
luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila serta bangsa Indonesia
sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan
UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal
HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan
bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara – Negara Barat untuk
memojokkan Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan

bahkan

kemunduran, pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini
terutama dikalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM ( Lembaga
Swadaya Masyarakat ) dan masyarakat akademisi yang concern terhaap
penegakan

HAM.

Upaya

yang

dilakukan

oleh

masyarakat

melalui

pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran
HAM yang terjadi seprti kasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM
di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan sebagainya.
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak
memperoleh hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi
pemerintah dari represif dan defensif menjadi ke strategi akomodatif
terhadap tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Salah satu sikap
akomodatif
dibentuknya

pemerintah
Komisi

terhadap

Nasional

Hak

tuntutan
Asasi

penegakan
Manusia

HAM

(KOMNAS

adalah
HAM

)

berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.
Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyeliiki pelaksanaan HAM,
serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah
perihal pelaksanaan HAM.

e) Periode 1998 – sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak yang
sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat
ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde
baru yang beralwanan dengan pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya
dilakukan penyusunan peraturan perundang – undangan yang berkaitan
dengan

pemberlakuan

HAM

dalam

kehidupan

ketatanegaraan

dan

kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan
banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait
dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional
dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu
tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada
tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang –
undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara ( Undang –
undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang – undang (UU),
peraturan pemerintah dan ketentuan perundang – undangan lainnya.
(chabuliciouz.blogspot.com/2012/06/sejarah-perkembangan-ham-diindonesia.html)
2.5 Hubungan Antara Demokrasi dan HAM
Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia karena
makna terdalam dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat, yaitu rakyatlah
sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara. Posisi ini
berarti, secara langsung menyatakan adanya jaminan terhadap hak sipil dan
politik rakyat. Ukuran untuk menilai demokratis atau tidaknya suatu negara,
antara lain semakin besarnya tingkat kemerdekaan misalnya, kebebasan
untuk menyatakan pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan
politik, hak untuk diperlakukan sama dihadapan hukum.
Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi
bukanlah

sebatas

hak

sipil

dan

politik

rakyat

namun

dalam

perkembangannya, demokrasi juga terkait erat dengan sejauh mana
terjaminnya hak-hak ekonomi dan sosial dan budaya rakyat. Maka negara

demokratis juga diukur dari sejauh mana negara menjamin kesejahteraan
warga negaranya, seberapa rendah tingkat pengangguran dan seberapa jauh
negara menjamin hak-hak warga negara dalam mendapatkan penghidupan
yang layak. Hal inilah yang secara langsung ataupun tidak langsung
menegaskan bagaimana hubungan yang terjalin antara demokrasi dan Hak
Asasi Manusia.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan
terwujud dan dijamin oleh negara yang demokratis dan demikian sebaliknya,
demokrasi akan terwujud apabila negara mampu manjamin tegaknya Hak
Asasi Manusia.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara
dengan kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara
langsung ataupun melalui perwakilan. Sedangkan HAM merupakan hak yang
melekat pada manusia secara kodrati dan tidak dapat dihilangkan oleh pihak
lain.
Demokrasi dan HAM merupakan elemen yang penting untuk mewujudkan
suatu negara yang berkeadaban
Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia sebab
Hak Asasi Manusia akan terwujud apabila dijamin oleh negara yang
demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila
negara mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada
tanggal 17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding
Fathers) melalui UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945)
telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut
paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan berada ditangan Rakyat.
Oleh karena itu Indonesia sebagai negara demokratis harus mampu
menjamin tegaknya HAM agar dapat mewujudkan suatu negara yang
berkeadaban. Dan perkembangan demokrasi dan HAM di Indonesia dapat
dilihat

dari

periode

sebelum

kemerdekaan

hingga

periode

setelah

kemerdekaan (hingga sekarang).

3.2 Saran
Pemerintah harus lebih meningkatkan jaminan terhadap penegakan Hak
Asasi Manusia di Indonesia karena di masa sekarang ini masih banyak terjadi
kasus-kasus pelanggaran HAM.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24